Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM TOPIK 11

(Compounding Sediaan Farmasi Steril)

Oleh:

Ferina Nadya Pratama (202211101004)

(Kelompok A1)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. Carilah dan Tulislah Prosedur Teknik Aseptis Penyiapan Obat Injeksi!

1. Penyiapan
Penyiapan Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu
dilakukan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip
5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
d. Menghitung kesesuaian dosis.
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
g. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.
h. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan,jumlah paket.

i. Melengkapi dokumen pencampuran.


j. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box
2. Pencampuran
Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah – langkah
sebagai berikut:
a. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap

PROTAP DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI


I. PERSIAPAN BAHAN DAN ALAT
1. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari :
a. Alkohol swab.
b. Alkohol 70 % dalam botol spray.
c. Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan
pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %.
2. Mempersiapkan alat yang terdiri dari:
a. Mensterilkan alas untuk sitostatika.
b. Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin).
c. Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki.
d. Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.
e. Jarum.
f. Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik untuk
disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %.

c. Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap


d. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF.
e. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
g. Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
h. Melakukan pencampuran secara aseptis(DepKes RI, 2009)
B. Carilah dan tulislah apa sajakah alat pelindung diri (APD) yang diperlukan
dalam melakukan teknik aseptis dan jelaskan fungsinya!

Gambar : Alat pelindung Diri (Permenkes RI, 2017))

1. Sarung tangan

Gambar: Pemasangan sarung tangan (Permenkes RI, 2017)


a) Digunakan sebagai alat pelindung saat bekerja, dimana pekerjaan bisa
mengakibatkanresiko untuk terkena cedera pada tangan.
b) Untuk mencegah mikroorganisme berbahaya, keberadaan sarung tangan
steril ini pun ternyata juga bisa menjadi solusi untuk mencegah
mikroorganisme berbahaya yang menempel pada benda ataupun makanan
yang diproduksi.
c) Untuk melindungi tangan dari pekerjaan yang berhubungan dengan zat
kimia

d) Manfaat sarung tangan steril bagi pelaku industri yang berikutnya adalah
digunakan untuk melindungi tangan dari pekerjaan yang berhubungan
dengan zat kimia berbahayadi dalam sebuah laboratorium.
2. Baju pelindung (Body Protection)

Gambar: Baju pelindung (Kemenkes RI 2017)

Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh bagian tubuh dari


percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, serta mencegah
terjadinya kontaminasi dengan produk.

3. Boot atau sepatu pelindung

Gambar: Boot atau sepatu pelindung (Kemenkes RI, 2017)


Sepatu boot berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
4. Masker

Gambar: Masker (Kemenkes RI, 2017)


Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang
lebih besarmasuk kedalam saluran pernafasan dan mencegah terjadi kontminasi
dengan produk.

5. Penutup Wajah dan Goggle


Gambar: Penutup wajah dan Goggle (Kemenkes RI, 2017)

Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan korosif,


radiasi,gelombang elektromagnetik dan benturan/pukulan benda-benda keras
atau tajam. Alatini juga untuk mencegah masuknya debu-debu ke dalam mata
serta mencegah iritasi mata akibat pemaparan gas atau uap.
6. Topi Pelindung (Head Cap)

Gambar: Topi pelindunng (Kemenkes RI, 2017)

Topi pelindung (head cap) digunakan untuk mencegah jatuhnya


mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala. Penutup kepala harus terbuat
daribahan yang dapat menahan cairan, tidak mudah robek, dan ukurannya pas di
kepala. Jenis APD ini umumnya bersifat sekali pakai.

Perbandingan APD untuk dispensing sediaan steril untuk bahan berbahaya dan
tidak berbahaya.

Bahan tidak berbahaya Bahan Berbahaya


Masker Masker N95 atau N100
Sepasang sarung tangan steril non Sarung tanagan steril dengan
powdered
standard D-6978-05 of ASTM
International (formerly the American
Society for Testing and
Materials)
Penutup jenggot (tapi tidak terlalu Chemical cartridge respirator yang
urgent)
dilengkapi dengan penutup wajah
dan kaca mata
Gaun pelindung non-shedding (tertutup Gaun pelindung harus telah diuji oleh
dibagian leher dan dengan lengan yang Industri untuk ketahanan terhadap
pas di sekitar pergelangan tangan) permeabilitas oleh bahan berbahaya.
Harus menutup hingga bagian belakang
(yaitu, tidak ada bagian depan yang
terbuka), dan harus memiliki lengan
panjang dengan manset hingga
mencapai pergelangan
tangan.
Penutup kepala Penutup Kepala
Penutup Sepatu (tidak wajib) Penutup Sepatu
C. Carilah dan tulislah apa sajakah persyaratan ruangan untuk melakukan
teknik aseptis!
Dalam melakukan pencampuran sedian steril secara aseptis diperlukan
ruangan dan tata letak khusus, peralatan khusus, dan prosedur tetap (protap)
memasuki ruangan steril. Hal ini dilakukan untukmenjaga sterilitas produk yang
dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya (Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009). Pencampuran sediaan steril
memerlukan ruangan khusus dan terkontrol dengan gambaran tata letak ruangan
seperti terdapat pada Gambar 1 (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2009).

Gambar 1. Tata Letak Ruang Pembuatan Sediaan Steril dengan Teknik Aseptis

Ruangan tersebut terdiri dari :

1) Ruang persiapan yaitu ruangan yang digunakan untuk administrasi dan


penyiapan alat kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan
dosis dan volume cairan).
2) Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian sebelum masuk ke ruang antara,
petugas harusmencuci tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat pelindung
diri (APD).
3) Ruang antara (Ante room), petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui
suatu ruang antara.
4) Ruang steril (Clean room) yaitu ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

• Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel.

• Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100/m3 udara.

• Suhu 18 – 22°C.

• Kelembaban 35 – 50%.

• Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter atau Biological


Safety Cabinet (BSC)
• Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar
ruangan.

• Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan
obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di
antara ruang persiapan danruang steril seperti terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pass box

Apabila dalam keadaan khusus dengan segala keterbatasan yang tidak terdapat
LAF/BSC, maka dalam proses dispensing sediaan steril dapat dilakukan pada
ruangan yang paling bersihdan hanya digunakan untuk pengerjaan sediaan steril
saja, dengan seluruh jendela dan pintu harus tertutup, tidak ada rak, papan tulis,
bak cuci permanen, dengan lantai rutin didesinfeksi setiap hari dengan larutan
hipoklorit 100 ppm, dinding mudah dibersihkan, dan meja kerja harus bersih dan
jauh dari pintu (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2009).
Adapun peralatan dan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan juga khusus
sebagaimana telah disebutkan dalam poin b, dan berikut terdapat protap
memasuki ruangan steril:
• Menggunakan kelengkapan APP (alat pelindung pribadi)/ Alat Pelindung Diri
(APD).

• Membersihkan dinding dengan lap basah.

• Membersihkan lantai dengan lap basah, kemudian membilas dengan larutan


desinfektan.

• Membersihkan semua permukaan Biological Safety Cabinet dengan alkohol 70


%.

• Memasukkan semua kassa ke dalam kantong tertutup kemudian membuang


dalam kantong sampah.
• Melepaskan semua pakaian pelindung.
D. Carilah dan tulislah langkah-langkah membuka ampul dan mengambil
cairan obat dari ampul dengan spuit!
1) Membuka ampul larutan obat:
a. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk
bagian atas ampul atau dengan melaukan j-motion
b. Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering
c. Lilitkan kassa sekitar ampul.
d. Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan
arah menjauhipetugas. Pegang ampul pada posisi ini selama 5 detik.
e. Pegang ampul dengan arah menjauhi petugas.
e. Berdirikan ampul.
f. Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong
buangan kantong buangan.

2) Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik
seluruh larutandalam ampul, tutup needle ampul, tarik seluruh larutan dari ampul,
tutup needle.

3) Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam syringe
sesuai yangdiinginkan dengan menyuntikan kembali larutan obat yang berlebih
ke dalam ampul dalam syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan
kembali larutan obat yang berlebih kembali ke ampul.
4) Tutup kembali needle.

5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam botol
infus denganposisi 45 º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan
tercampur sempurna dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.

6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
sesuai untuk penyuntikan yang sesuai untuk penyuntikan.

7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam


kantung buangan tertutup.
Gambar. Tehnik Mengambil dan Memindah Cairan Obat dari Ampul
E. Carilah dan tulislah langkah-langkah melakukan non-coring technique:

➢ Preparasi Syringe

1. Bersihkan kemasan syringe dan jarum dengan allohol 70%.

2. Jangan buka kemasan syringe dan jarum di luar alat LAF.

3. Letakkan syringe dan needle pada daerah 6 inci dari luar LAF.

4. Piston karet biasanya melekat pada dinding silinder .berskala (barrel).


Untuk melepaskannya dorong piston/plunger ke dalam silinder.
5. Robek kemasan syringe pada bagian piston/plunger.

6. Buka kemasan syringe hingga ujung plunger.

7. Tarik syringe keluar dari kemasan.

8. Perhatikan : jangan memegang ujung syringe dan bagian dalam


piston/plunger.

9. Letakkan syringe pada posisi berdiri pada daerah “clean area” dalam
LAF.
➢ Preparasi Jarum

1. Robek kemasan jarum steril pada bagian hub (tempat memasukkan


jarum pada syringe).
2. Buka kemasan hingga bagian hub terlihat.

3. Perhatikan : jangan memegang bagian hub pada jarum.

4. Letakkan ujung syringe pada bagian hub pada jarum, kencangkan


ikatannya denganmemutar jarum mengikuti arah jarum jam.
5. Tariklah jarum keluar dari kemasannya.

6. Perhatikan jangan membuka penutup jarum jika tidak diperlukan.

7. Letakkan syringe dan jarum yang telah terpasang pada posisi berdiri
dalam cleanarea pada LAF.
➢ Langkah non-coring technique:

1. Membuka vial larutan obat

a. Buka penutup vial.

b. Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.

c. Berdirikan vial

d. Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam


kantong buangantertutup
2. Pegang vial dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam vial.

3. Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-lahan


memutar untukmelarutkan obat.
4. Ganti needle dengan needle yang baru.

5. Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit


kosong sesuaivolume yang diinginkan.
6. Pegang vial dengan posisi 45º, tarik larutan ke dalam spuit tersebut.

7. Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan larutan obat ke


dalam botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui
dinding agar tidak berbuih dantercampur sempurna.
8. Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
sesuai untukpenyuntikan.
9. Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan posisi jarum
ke atas angkatjarum dan buang ke kantong buangan tertutup.
10. Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup dengan
“luer lock cap”.11.Seka cap dan syringe dengan alkohol.
12.Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantongbuangan tertutup.
Daftar Pustaka

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2009. Pedoman Dasar


Dispensing Sediaan Steril. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Egli, C., Tchen, M., & Chong, J. (2016). Model Standards for Pharmacy
Compounding of Non-Hazardous Sterile Preparations. Ottawa: NAPRA-
ANORP.

Herawati, Fauna & Lestari, Sri & Irvina, & Margayani, Eny & Mutiara, Rina &
Guswita, & Cholimi, Sutriyo & Subhan, Ahmad. 2009. Pedoman
Pencampuran Obat Suntik Dan Penanganan Sediaan Sitostatika.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik - Dirjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
kesehatan. 12 Mei 2017. Berita Negara Republik Indonesia Nomor 857.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai