Anda di halaman 1dari 19

PUISI 1

CERITERA POHON BANGSA

Inilah Pohon Hayat Bangsa

Kekar Berpaut Pada Akar Asal Budaya

Pasak Kukuh Di Bumi Merdeka.

Benihnya Disemai Tangan Warga

Tidak Kenal Makna Gentar Dan Gerak Para Durja

Tanahnya Digembur Baja Pusaka

Disiram Keringat Dan Darah Pejuang

Tidak Kenal Makna Tewas Dan Tunduk Mengalah

Biar Diserbu Seribu Musuh

Atau Sesiapa Sahaja Yang Bernama Penjajah.

Akar Harus Tegar Menunjangi Bumi

Bumi Harus Makmur Menyuburi Pohon

Pohon Harus Rimun Menangi Nusa

-Jika Pohon Ini Subur Mahsulnya

Biarlah Mampu Menyambung Hayat Pengembara

Yang Singgah Di Bawah Keteduhannya.

Kejap Kukuh Pencak Bersulam Keberanian

Siaga Segala Tipu Muslihat Di Gelanggang Persabungan

-Di sini Pertarungan Bukan Beradu Kudrat Kekuatan

Tetapi Menguji Bijaksana Dan Ampuh Keimanan.


Jangan Biarkan Pohon Bangsa Dimamah Kemajuan

Sehingga Dahannya Rapuh Dipatah Kealpaan

Akar Budayanya Berselirat Membelenggu Ketamadunan

Akhirnya Subur Bumi Akan Kembali Gersang

Kontang Dibakar Marak Api Kepalsuan.

Kembalikanlah Tunjang Ampuh Keyakinan

Susurgalurkan Akar Budaya Mencengkam Bumi Pusaka

Agar Pohon Bangsa Tetap Teguh Menentang Musuh

Sepadu Melaungkan Tekad Dan Keazaman

Demi Pertahankan Mutlak Hak Dan Ketuanan

Demikianlah Mahlnya Harga Pengorbanan

Kendatipun Nyawa Galang Gentian

Disini Pohon Tetap Agam

Menyambut Cabaran Zaman.

Nukilan :
Ahmad Shukri Abdullah

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 2

KITALAH WARGA MERDEKA YANG MENGERTI

Hari-Hari Derita Yang Lalu Kita Untaikan

Jadikan Tasbih Kita Zikiri Setiap Nikmat

Telah Kita Peras Kepedihan Seluruh Masa Silam

Dan Kini Kita Baurkan Dengan Tetes Pengalaman

Di Padang Insaf Tempat Kita Mengecap Bahagia.

Hari Ini Kitalah Warga Merdeka Yang Mengerti

Untuk Menjalin Padu Tanpa Iri Cemburu

Saling Berkongsi Subur Bumi Redup Langit

Bersama Merasa Indahnya Anugerah Kemakmuran

Hamparan Taftah Berpinar Emas

Kita Bersenandung Dilatari Intrumentalia

Cinta Dalam Nada Sejahtera.

Kitalah Kini Warga Merdeka Yang Mengerti

Tidak Mungkin Lagi Banjaran Silam

Mengundang Musuh Mendaki Puncak Melontar Sengsara

Kita Pernah Bangkit Dan Jatuh Yang Sakit

Memperbaharui Ehwal Silam,

Menguburkan Dendam Warisan

Menjadi Anggun Wawasan.


Kitalah Kini Warga Merdeka Yang Mengerti

Mendendang Kasidah Kasih Gema Penuh Keramat

Tidak Akan Kita Biarkan Lelehan Sengketa Menjadi Golakan

Lava Berapi

Amarah Mencairkan Setiakasih Kepada Nusa

Biar Elat Khabar Pendusta Mengutus Bencana

Biar Desis Angin Petaka Membisik Bahaya

Kita Tetap Gagah Sebagai Pendekar Bestari

Berkeriskan Minda Berperisaikan Agama

Budaya Warisan Pertiwi.

Kitalah Warga Merdeka Yang Mengerti

Cabaran Dan Perjuangan Adalah Rakan Pengalaman

Dan Kita Harus Jadi Warga Paling Perkasa

Mencerahkan Indera Seluruh Jagat Raya

Walaupun Kita Cuma Kecil Di Peta Dunia

Tetapi Agung Pada Pandangan Buana.

Nukilan :
Amy Suzani Mohd Ainuddin

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 3

DI SINI SETIA TERUKIR

Ini Tanah Air, Tempat Bermula Dan Berakhir,


Cinta Pertama, Di Sini Setia Terukir.

Kita Telusuri Batas Sejarah Ke Musim Suram Terjajah,


Menguak Hitam Belenggu Dalam Murup Durja Yang Gundah,
Saat Melangkah Runduk Di Bawah Serakah Telunjuk,
Suara Pun Hilang Terpanar Di Tengah Sorak Petualang.

Di Denai Waktu Membiak Tunas Insaf Seluruh Warga,


Musibah Lalu Jangan Lagi Meragut Sejahtera Wangsa,
Bumi Ini Tanah Air Pesaka Warisan Pejuang,
Titisan Darah, Keringat Basah Dan Semangat Menjulang.

Malaysiaku Mewangi Setanggi Seribu Aroma Narwastu


Melimpah Sejuta Anugerah Dari Rahmat Teguh Bersatu,
Menjulang Wawasan Gemilang Ke Puncak Persada Mercu Biru,
Membias Bayu Kecundang Jelmaan Cemburu Sejuta Seteru.

Alaf Ini Tempoh Memacu Samara Cintakan Bumi Pertiwi,


Membilas Noda Hitam Dari Kemelut Sengketa Selisih Semalam,
Memesra Anggun, Menghijau Santun, Muhibah Rimbun
Ini Negeri Terbaik, Budaya Tercantik, Rakyat Terdidik,
Mengorak Langkah, Berpangsi Arah Menancap Monumen Terindah.

Sambutlah Gemersik Suara Nafiri Seruan Perjuangan,


Cokmar Kebebasan Biar Lestari Kukuh Dalam Genggaman,
Tanah Ini Milik Hakiki Zaman Berzaman,
Jangan Sampai Berulang Lagi Nista Kehinaan.

Ini Tanah Kita, Padang Permainan Seluruh Anak Bangsa,


Ini Jiwa Kita, Nafas Kita, Roh Generasi Merdeka,
Nusa Ini Maruah Kita, Citra Kita, Martabat Daulat Perkasa,
Wilayah Ini Wacana Hitam Putih Wadah Pemangkin Wibawa.
Ini Tanah Air, Tempat Bermula Dan Berakhir,
Di Sini Setia Terukir, Cinta Pertama Dan Terakhir,
Biar Luluh Jiwa Raga, Darah Setiaku Tetap Mengalir
Biar Nyawa Luluh Tercicir, Janji Ini Tidak Termungkir.

Nukilan:
Ghazali Lateh

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 4

MENEBUS NILAM MARUAH

Pada Sebuah Rumah Pusaka Yang Indah


Kitalah Tiang Penunjang Kukuh Kesatuan Ummah
Pendekar Gagah Sedia Menyusun Pantas Langkah
Srikandi Berani Rela Merentangkan Pantas Langkah
Sama Seirama Mengalun Pantun Perancangan Tercantik
Saling Berganding Mengukir Arca Perlaksanaan Terbaik.
Janganlah Kita Hembuskan Nafas Keluhan
Atau Mengumpulkan Debu Kotor Putus Asa
Kerana Sekali Mengaku Sebagai Warga Sejati
Seluruh Putih Hati Harus Menjadi Saksi
Bumi Pusaka Adalah Puncak Gunung Tersayang
Tanah Bertuah Adalah Dasar Tasik Terkasih
Kesejahteraan Rakyat Merayap Di Lantai Harapan
Kemakmuran Nusa Memanjat Di Menara Impian.

Marilah Kita Menanam Benih Suci Azam


Menuangkan Segala Sirap Pengalaman Dan Madu Ilmu
Untuk Menyiapkan Hidangan Istimewa Pembangunan
Mengumpulkan Segala Logam Kegigihan

Dan Galian Kesungguhan


Untuk Membangunkan Sebuah Kota Besar Kemajuan
Agar Sepasang Kaki Bumi Pertiwi Ini
Gagah Dan Pantas Berlari Mengejar Kelajuan Globalisasi
Tanpa Mencabutkan Jejak Akar Sopan Budaya
Tanpa Melucutkan Pakaian Mulia Ajaran Agama.

Dan Kini Setelah Hampir Lima Dekad


Kita Pasti Mampu Tersenyum Dengan Lebat
Melihat Anak-Anak Bangsa Generasi Hebat
Mampu Sudah Kembali Menebus Nilam Maruah
Yang Berkurun Tergadai Di Dalam Hitam Sejarah.

Nukilan :
Zainal Abidin Hj. Suhaili

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 5

DARI MENARA MERDEKA

Dari Menara Merdeka Kulihat Cahaya Bersinar Gemerlapan

Mengindah-Pesonakan Panorama Pembangunan Di Tanah Warisan

Pembangunan Industri Melonkakkan Indeks Ekonomi Mapan

Pembangunan Teknologi Tinggi Meningkatkan Pencapaian Cemerlang

Pembangunan Ilmu Menggilap Sahsiah

Kebestarian Insan

Menjana Perkembangan Ketamadunan Bangsa Dari Generasi Ilmuwan

Menjadi Pemangkin Kepada Kedaulatan

Yang Dilagumerdukan.

Dari Medara Merdeka Kulihat Bunga-Bunga Impian Sedang Berkembang

Menyegar-Semerbakkan Nafas Perjuangan Di Dada Warga Harapan

Perjuangan Murni Membentuk Lembut Luhur Budi Bahasa

Perjuangan Mulia Melentur Jujur Pekerti Bangsa

Perjuangan Suci Memulihara Keutuhan Akhlak Dan Agama

Demi Masa Depan, Mari Kita Mempertaruhkan Segala Dengan Waras Akal

Agar Setiap Kegemilangan Menjadi Milik Yang Kekal.

Dari Menara Merdeka Kulihat Warga Harapan

Sedang Bergandingan

Mengembleng-Eratkan Perpaduan Dan Rasa Kemanusiaan Yang Terbilang

Rasa Kemanusiaan Dalam Menghayati Penderitaan

Alam

Rasa Kemanusiaan Dalam Menangani Bencana Zaman


Rasa Kemanusiaan Dalam Membendung Keganasan

Yang Kejam

Biar Jasa Dan Bakti Mengungguli Kehidupan

Supaya Maruah Dan Martabat Bangsa Tinggi Menjulang.

Dari Menara Merdeka Kulihat Lorong Dan Jalan Cerah Benderang

Melincah-Luaskan Gerak Langkah Menjejak Puncak Wawasan

Langkah Berhemah Mengelak Kaca Menghindari Kelukaan

Langkah Berhikmah Menapak Bijak Tiada Keresahan

Langkah Bertauliah Sedia Bertarung Disetiap Gelanggang

Cekal Menghadapi Kerenah Globalisasi Di Alaf Cabaran

Agar Peta Perdana Akan Diwarna-Serikan Dengan Tinta Kehormatan

Nukilan:
Wali Leta S.A.

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 6

TERIMA KASIH PENGALAMAN

Sembilan Belas Lima Puluh Tujuh Membuka Jendela

Menerpa Cahaya Ke Rumah Zaman Berwarna

Selamat Tinggal Kenangan Selamat Jalan Pengalaman

Musim Baru Citra Baru Dan Fikrah Baru

Kita Bina Kota Waktu Memecut Memintas Tamadun

Keruh Yang Ditampi Dan Kelabu Yang Disisir

Patinya Kita Hirup Dan Jamah

Meninggalkan Sejarah Yang Menduga Dan Luka.

Terima Kasih Pengalaman

Kelmarin Menjadi Bukti Kita Bangsa Berwibawa

Semalam Adalah Hakiki Kita Bangsa Yang Merdeka.

Ini Daerah Kita Ruang Bebas Yang Adicitra

Kita Melangkah Meniti Perjuangan

Di Kuala Pertemuan Antara Tiga Suara Yang Bersatu

Senyum Yang Digubah Bersama Sejambak Setia

Terbanglah Beburung Laut Menuju Ke Langit Purba

Langit Berkaca Melukis Bahagia Dari Syurga.

Berganti Generasi Kita Bentuk Jalan Ke Ufuk

Dari Jalan Berdebu Kepada Aspal Baldu

Dari Rumbia Dan Nipah Menjadi Genting Mesra

Dari Hujung Jari Terbit Hajat Dan Cita


Dari Utara Ke Selatan Hanya Sekelip Mata

Dari Mimpi Lama Berubah Realiti Semasa

Peta Sudah Bercahaya Melukis Sejahtera

Sejahtera Membuka Segala Imaginasi Dan Fakta

Fakta Lahir Dari Pemikiran Yang Merdeka.

Lihat Di Belakang Dirimu Ada Biru Membina

Pandanglah Di Atas Dirimu Ada Kuning Menerpa

Renungkanlah Di Dalam Dirimu Ada Putih Nirmala

Perhatikanlah Di Depan Dirimu Ada Merah Membara.

Di sini Tempat Kita Berdiri Tempat Kita Berlari

Menjunjung Kedaulatan Pertiwi Kebijaksanaan Perdana

Biar Putih Tulang Berselerak Malang Petaka Meneranjang

Bumi Tercinta Kita Pagarkan Kita Tadahkan

Dengan Setia Dan Wawasan

Perjuangan Anak Watan Kental Kentara Ke Akhir Zaman.

Nukilan:
Sholihin Osman

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 7

NIKMAT MERDEKA SEBUAH NEGARA

Begitu Nyaman Menghela Nafas Di Negara Bertuah

Kuntum Mewangi Pembangunan Berkembang Menghias Taman

Terpugar Kemajuan Meninggalkan Zaman Penjajah

Seluruh Desa Dan Kota Bertukar Wajah.

Malaysia Dalam Suratan Sejarah Pecah Perintah

Tunduk Menyembah Pantang Membantah Apa Diarah

Melawan Ke Pihak Benar Derhaka Terima Padah

Anak Kecil Disuntik Ketakutan Sejak Di buaian

Digambarkan Melayu Duduk Cari Kutu Sengaja Dilemah Layu

Jangan Gundah Ilmu Setakat Hanya Sekolah Rendah

Apabila Besar Panjang Hanya Bantu Bapa Di Sawah.

Mahkota Merdeka Ini Membawa Limpah Rahmat

Rancang Atur Pembangunan Membawa Matlamat

Ladang Minda Dibuka Merata Usaha, Terbina

Siang Dan Malam Dipupuk Semangat Juang

Menghimpun Cerdik Pandai Mengisi Pekerjaan,

Rezeki Bertambah Habuan Keluarga Tumpang Bahagia.

Bersyukur Kita Atas Nikmat Dikecapi

Akal Budi Meluas Laut Bicara

Jangan Disebut Pisang Berbuah Dua Kali


Jangan Lagi Mengkapan Jenazah Karung Guni

Jangan Ziarah Keluarga Secebis Kain Bertukar Ganti

Jangan Jelapang Padi Luas Bergilirkan Ubi

Bila Alu Dan Lesung Bertingkah Bunyi

Padi Tumpah, Ayam Bersoarak, Periuk Tidak Berisi

Tatang Dan Sayangilah Mahkota Merdeka Ini Sepenuh Erti

Hindarkan Dengki Ke Tepi, Untung Sama Berbahagi

Pada Seluruh Warga Bangsa Malaysia Tercinta

Wangikan Kuntum Perpaduan Ini Berkurun Harum.

Nukilan:
Shaari A.B

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 8

MENGENANGMU PEJUANG

Telah Kalian Terjemahkan Perjuangan Suci Itu

Menjadi Selaut Keringat Dan Setasik Darah

Tercatat Megah Jasanya Di Buku Sejarah

Walau Jasad Tersungkur Rebah Di Kaki Penjajah

Kalian Tetap Pejuang Kebanggaan Anak-Anak Merdeka

Kalian Tetap Pejuang Kebebasan Berhati Suci

Kebangsaan Seluruh Warga Pertiwi.

Bergetar Bibir Menyebut Namamu Pejuang

Baik Ternama Atau Pejuang Tanpa Nama

Kalian Datang Dan Pergi, Kembali Dan Hilang

Kalian Gadaikan Kepentingan Demi Iltizam Perjuangan

Kalian Humbangkan Igau Ketakutan Demi Azam Keyakinan

Perjuangan Harus Tabah Meredah Api

Perjuangan Harus Berani Menatang Matahari

Sentiasa Bijaksana Mencatur Segala Tindak

Sentiasa Berhikmah Sepanjang Hayat Mengatur Setiap Gerak.

Pejuang Yang Tidak Mencari Nama

Adalah Pejuang Gagah Yang Menghukum Durjana Penjajah

Mengusir Petualang Laknat Durjana Ke Jalan Pulang,

Pulang Mengusung Keranda Walang.


Meski Engkau Berkubur Tanpa Taburan Bunga Di Atas Pusara

Gugurmu Tanpa Kilauan Pingat Tersemat Di Dada

Tapi Tetap Kalian Dikenang Sejarah Bunga Bangsa

Sebagai Pejuang Terbilang Berhati Sekeras Waja

Kau Tidak Mudah Tergoda Umpan Yang Kilauan Di Mata

Tabah Mengawal Bicara Tidak Mementingkan Di Perut

Sahaja.

Kepadamu Pejuang Ternama Atau Tanpa Nama

Damailah Kalian Dalam Dakapan Rahmat Tuhan

Percayalah, Perjuangan Suci, Adalah Buahnya Ranum Di Syurga Abadi

Seluruh Ingatan Kekal Menyusur Perjalanan Zaman

Nukilan :
Sahrunizam Abdul Talib

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 9

MENJUNJUNG JANJI MENYANJUNG BUDI

Inilah Warisan Moyang Yang Gah Payah Menerjah Sebelum Pasrah

Dalam Gelombang Tsunami Yang Menggegar Jatidiri

Tekad Dan Hasrat Tidak Mengenal Gugat

Kerana Tunjang Akarnya Kental, Sejati, Teguh Bersemangat

Dan Kejap Memasak Bumi Keramat.

Inilah Pusaka Peribumi Yang Kemilau Dijagat Raya

Dalam Sinar Kerdip Bintang Cakerawala Watan

Penuh Azam Dan Keyakinan Yang Tepu Dan Padu

Pohon Peribadinya Menulang Sekukuh Paksi

Mantap Menjunjung Janji, Telus Menyanjung Budi.

Sedari Dahulu Jejak Diselusur Mewangi Ladang Perkasihan Sejati

Salasilah Diukir Mengarca Diri Di Samudera Kejelikan Suci

Demi Tugas Dan Tanggungajwab Setia Menyebati Atma

Dari Perlis Ke Sabah Sumpah Setia Bergema!

Kini Kekal Kegemilangan Bertakhta Di Tiara Unggul

Pucuk Hayatnya Mencecah Jagat Sukma Jaya

Penuh Kesetiaan Murni Sesuci Doa Pertiwi

Berdaulat Dan Berhikmah, Bermartabat Dan Beramanah.


Inilah Generasi Yang Menyerlahkan Bakti Luhur

Inilah Jua Pelapis Yang Menyerahkan Diri Sekujur

Berhujah Petah Dan Bergeliga, Bermadah Beradab Berbahasa

Demi Maruah Dan Darjat Bangsa Cendekia.

Inilah Barisan Peninggalan Pemugar Tamadun Bersusila

Memacu Ilmu Pusaka Takma Perpaduan Nusa

Melakar Amat Telus Mengabadi Dari Lubuk Nurani

Berpekerti Murni Demi Membenteng Kerakusan Nafsi.

Inilah Wira Dan Srikandi Yang Terang Hatinya Berfikiran Cerdas

Yang Kaya Ilmunya Berpengetahuan Luas

Yang Panjang Akalnya Berbicara Molek

Negeri Tercinta Dimakmurkan, Masyarakat Tersayang Dididik.

Keranamu Malaysia, Semerah Darah Nadi Ikrar Ini

Kami Hidup Sekali Biar Berjasa, Biar Berbudi!

Nukilan:
Mahaya Mohd Yassin

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA
PUISI 10

JAMUNG MERDEKA

Mari Kita Imbau

Selembar Demi Selembar

Episod Air Mata Tanah Air.

Telah Lima Musim Kita Meneguk Usia

Dari Pelabuhan Kelam Ke Tanjung Sinar

Dari Jerbu Udara Ke Langit Jernih

Dari Rimba Bukit Ke Lebuh Raya

Juragan Datang Dan Pergi;

Di Mana Sebenarnya Kita Berdiri, Di Bumi Sendiri?

Telah Lahir Putera Bangsawan

Mengibar Jalur Kemerdekaan

Telah Lahir Wira Berdarah Rakyat

Menabur Baja Di Ladang Pembangunan

Telah Lahir Semangat Pejuang

Memimpin Rakyat Ke arah Perpaduan

Telah Lahir Arkitek Bangsa

Memercikkan Kegemilangan Malaysia Ke Mata Dunia.

Hari Ini Menjelma Sudah Jiwa Insan Hadhari

Dan Dari Kelopak Matanya

Mengalir Kali Damai Yang Abadi

Tetesannnya Yang Bening

Meresapi Hasanah Dunia Dan Akhirat


Rintik-Rintik Embun Tergenang Di Halaman

Angin Sepoi-Sepoi Bahasa Membisik Ke Pelosok Desa

Berapa Harga Kita Sebenarnya, Di Bumi Sendiri?

Mari Kita Nyalakan Lilin Dari Jamung Puisi

Menyemarakkan Tembang Bahtera Merdeka

Biar Lirik Dan Irama Kita Senada

Alunkan Pada Tanah Pusaka Ini

Agar Tidak Dicemari Rengekan Biadap Hak Ketuanan

Tidak Dibolosi Tusukan Curang Anak Dagang.

Tahun Beredar Dekad Berlalu

Dan Kita Semakin Di Mamah Usia

Pergeseran, Memusnahkan Wawasan Anak Cucu Kita;

Seteguh Apa Sebenarnya Perpaduan Kita, Di Bumi Sendiri?

Mari Kita Bebatkan Luka Di Muka

Mari Kita Bebatkan Luka Di Dada

Mari Kita Bebatkan Luka Di Sukma

Biar Darah Sengketa Mengalir Sejahtera

Biar Darah Cinta Meresap Ke Tulang Bangsa

Biar Darah Silaturahim Bertunjang Ke Jantung Kita.

Nukilan:
Razali Mohd Yussof

Antologi Puisi Sayembara Deklamasi


Puisi Bulan Kemerdekan JAMUNG MERDEKA

Anda mungkin juga menyukai