Ke b ija ka n Pe m e rinta h
Ke(Kurikulum
b ija ka n Pe m e rin ta h
, SNP,
(Kuriku
la in nyalum ) , SNP,
la in nya ) Ta ha pa n
Ta ha pa n
Visi-Misi,
Ke b ija kaVisi-Misi,
n se kola h
Ke b ija ka n se ko la h
Do kum e n
p e re nDoc akunamaenn,
Do ku m e n p eeremnbcaang naaann ,
p e ng
EvaDoku men
lua siDiri Pemetaan Mutu p ekola
n g ehmdbaann g a n
Pemetaan Mutu se
SeEva luahsiDiri
kola se akon laa ah ksi
da n
Se ko la h re nc
re n c a na a ksi
Penyusunan
Penetapan Penyusunan
Penetapan Rencana
Standar Mutu Rencana
Standar Mutu Pemenuhan
Pemenuhan
La p o ra n ha sil
eLavap luo raa si:
n ha sil O utp ut:
Evaluasi/ Audit Pelaksanaan Ca p a iaOnutp Ku aut:
lita s
• Pe m e nu e va haluna8si:SNP Evaluasi/
Mutu Audit Pelaksanaan
Pemenuhan seCkoa lap ah iasensua
Kuai 8lita s
• pPelemmeennta
• Im uh asidn 8a riSNP Mutu Pemenuhan se koSNP la h se sua i 8
re• nImc ap na
le maeksi nta sid a ri
re nc a n a a ksi SNP
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1.
2.
Tim
3.
Penyusun
4.
5.
Diverifikas Drs. I Made Murta Astawa, Kasi PMS
i oleh: M.Pd LPMP NTB
Divalidasi Minhajul Ngabidin, S.Pd., Kepala LPMP
oleh: M.Si NTB
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Rahmat, Taufiq, dan Inayah-Nya, Laporan Analisis Peta Mutu Sekolah Model Tahun 2017
ini dapat dirampungkan penyusunannya, sebagai bentuk akuntabilitas dan penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 menyatakan bahwa
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan agar penjaminan
mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan
menengah. Sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) tersebut terdiri terdiri atas Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), yaitu sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga akreditasi, dan lembaga standardisasi
pendidikan, dan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), yaitu suatu sistem penjaminan
mutu yang berjalan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan pendidikan. Sistem ini
mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai
sumberdaya untuk Mencapai bahkan Melampaui SNP. Adanya dukungan dan fasilitasi dari
pihak eksternal sesuai tugas dan kewenangannya akan memperkuat upaya satuan pendidikan
dalam memberikan pelayanan pendidikan bermutu sesuai kebutuhan nyata di lapangan.
Pelaporan ini merupakan upaya LPMP NTB untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
dan menampilkan karakteristik kondisi terkini mutu sekolah model terhadap pencapaian
Standar Nasional Pendidikan yang diperoleh dari proses pemetaan dengan output berupa
profil mutu sekolah model yang di tingkat berikutnya di agregasi dalam batasan wilayah
tertentu, mulai kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi mulai
persiapan, pengolahan dan analisis data, hingga hadirnya buku ini dihadapan pembaca
sekalian. Semoga buku ini bermanfaat untuk peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan.
Mataram, Maret 2018
Kepala LPMP NTB,
iv
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Dasar Hukum ..................................................................................................
C. Tujuan .............................................................................................................
D. Manfaat ...........................................................................................................
Bab IVPENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Rekomendasi ..................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional didefinisikan sebagai keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun nonformal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 19
tahun 2005 yang disempurnakan untuk kedua kalinya dengan PP No. 13 tahun 2015.
Penjaminan mutu pendidikan ini dimaksudkan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab dari setiap
komponen di satuan pendidikan. Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, bahwa
setiap satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu sesuai kewenangannya.
Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya
budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Untuk peningkatan mutu satuan
pendidikan secara utuh dibutuhkan pendekatan khusus agar seluruh komponen satuan
pendidikan bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk itu dibutuhkan program
Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan di seluruh satuan pendidikan melalui
penerapan pendekatan whole school approach.
Permendikbud No. 28 Tahun 2016 menyatakan bahwa sistem penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan agar penjaminan mutu dapat berjalan
dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah. Sistem
penjaminan mutu pendidikan (SPMP) dasar dan menengah terdiri terdiri atas (1) sistem
penjaminan mutu eksternal (SPME), yaitu sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, lembaga akreditasi, dan lembaga
standardisasi pendidikan, dan (2) sistem penjaminan mutu internal (SPMI), yaitu suatu
sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh
seluruh komponen satuan pendidikan. Sistem ini mencakup seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk
mencapai bahkan melampaui SNP, dengan menerapkan keseluruhan siklus dalam sistem
penjaminan mutu secara mandiri dan berkesinambungan hingga terbangun budaya mutu.
Budaya mutu akan mendorong satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara terus menerus sehingga mutu pendidikan akan meningkat secara konsisten dari
waktu ke waktu secara bertahap hingga terpenuhi bahkan melampaui standar.
Sebagai langkah awal dari rangkaian kegiatan penjaminan mutu ini, maka satuan
pendidikan harus mampu menyusun peta mutunya. Penyusunan ini diperlukan agar satuan
pendidikan khususnya sekolah model dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
masing-masing berkaitan dengan pencapaian SNP, sehingga dapat melakukan perbaikan
untuk mencapai dan bahkan melampaui seluruh standar yang ditetapkan. Dalam konsep
SPMP, peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan berbasis data yang telah
dianalisis dengan akurat dan benar. Analisis data ini kemudian menghasilkan
rekomendasi yang dapat digunakan sebagai baseline data untuk dasar merencanakan
kegiatan dan program peningkatan mutu secara proporsional, akurat dan berkelanjutan,
sehingga dalam menyusun perencanaan program dan penganggaran peningkatan mutu
memiliki tujuan, ruang lingkup, sasaran, target, dan tahapan jelas.
Sumber data yang dapat diintegrasikan dalam penyusunan peta mutu ini dapat berasal dari
data mutu yang memuat informasi kuantitatif dan kualitatif dalam lingkup SNP, hasil
akreditasi sekolah, hasil ujian nasional, ataupun hasil supervisi dan pemetaan mutu
lainnya. Agregasi profil mutu ini selanjutnya diharapkan dapat disusun untuk menjawab
kebutuhan nyata stakeholders dan mendorong sekolah model untuk penjaminan mutu
secara berkelanjutan.
Sebuah siklus dalam konteks SPMP mensyaratkan output proses pemetaan yang berupa
peta mutu dapat menjadi input bagi proses peningkatan mutu berkelanjutan. Secara
operasional proses peningkatan mutu yang dapat dilakukan oleh pihak eksternal berupa
program akreditasi, supervisi, maupun fasilitasi untuk mendukung sekolah dalam
pemenuhan mutunya. Penyusunan program supervisi dan fasilitasi dalam berbagai
bentuknya dapat dilakukan apabila peta mutu yang disusun dapat digunakan sesuai
kebutuhan. Untuk itu, peta mutu yang berbasis hasil evaluasi diri yang diisi dengan jujur
dan melibatkan semua pihak terkait dapat dikembangkan menjadi peta mutu, serta
dimanfaatkan untuk perencanaan pemenuhan mutu pada semua level sesuai kewenangan.
Karena maksud di atas, penyusunan peta mutu sekolah model ini dikembangkan dan
melihat ketercapaiannya berdasarkan 8 SNP, kemudian disajikan dalam berbagai bentuk
seperti tabel, diagram, carta, matriks, dan narasi dari data dan informasi yang
ditampilkan, serta dikonfirmasi dengan berbagai data yang mendukung pengambilan
kesimpulan dan rekomendasi.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan;
4. Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Dasar dan Menengah;
5. Permendiknas Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
C. Tujuan
Bertujuan untuk menggambarkan capaian 8 SNP dan rekomendasi strategi peningkatan
mutu sesuai hasil peta mutu sebagai inspirasi bagi sekolah model dan pemerintah daerah
dalam implementasi SPMI yang baik dan berkelanjutan.
D. Manfaat
Peta mutu capaian SNP di sekolah model ini diharapkan dapat menjadi baseline
pelaksanaan penjaminan mutu oleh sekolah maupun pemerintah daerah sebagai elemen
esensial peningkatan mutu pendidikan sebagaimana tuntutan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang SPMP.
BAB II
PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN
Radar PMP
Standar Kompetensi Lulusan
7
6
Standar Pembiayaan 5 Standar Isi
4
3
2
1
Standar Pengelolaan
0 Standar Proses
Pendidikan
5,45
5,38
5,74
5,64
5,25
3,98
3,95
5,43
5,13
4,84
4,56
4,54
4,54
4,23
4,19
3,57
Pengelolaan
Biaya
SI
Rerata
Nilai
Proses
Sarpras
PTK
SKL
Tabel 3.2. Nilai Peta Capaian SNP Setiap Standar SD .............. Tahun 2017
Berdasarkan tabel 3.2 di atas, terlihat dengan jelas bahwa capaian mutu jenjang SD
sampai tahun 2017 secara umum belum Memenuhi SNP. Peningkatan mutu yang paling
baik terjadi pada Standar Penilaian Pendidikan, meningkat 1,51 point dari 4,23 atau
menuju SNP 3 pada tahun 2016 menjadi 5,74 atau Menuju SNP 4 pada tahun 2017, dan
capaian mutu yang paling rendah berada pada Standar Sarana dan Prasarana dengan nilai
mutu menurun -0,56 point pada kategori Menuju SNP 3.
Tabel 3.3. Nilai Peta Capaian SNP Setiap Indikator Standar SD ........................
Capaia Capaia
No Standar/Indikator
n 2016 n 2017
1 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 5,43 5,68
1.1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap 6,67 6,76
1.2. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan 3,85 3,51
1.3. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan 5,77 6,01
2 STANDAR ISI 4,84 5,38
2.1. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi lulusan 6,64 5,62
2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai prosedur 3,33 5,45
2.3. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan 4,54 5,38
3 STANDAR PROSES 5,13 6,18
3.1. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan 5,46 6,52
3.2. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat 5,2 6,28
3.3. Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam proses pembelajaran 4,73 6,09
4 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN 4,23 5,74
4.1. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi 4,66 6,26
4.2. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel 4,1 5,43
4.3. Penilaian pendidikan ditindaklanjuti 4,19 6,17
4.4. Instrumen penilaian menyesuaikan aspek 3,95 5,29
4.5. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur 4,24 5,58
5 STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 3,57 3,95
Capaia Capaia
No Standar/Indikator
n 2016 n 2017
5.1. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan 5,2 6,24
5.2. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai ketentuan 4,2 4,33
5.3. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai ketentuan 1,3 2
5.4. Ketersediaan dan kompetensi laboran sesuai ketentuan 0
5.5. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai ketentuan 0
6 STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN 4,54 3,98
6.1. Kapasitas daya tampung sekolah memadai 6,38 4,54
6.2. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan 1,62 1,62
layak
6.3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan 5,62 1,93
layak
7 STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN 4,54 5,45
7.1. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan 5,33 6,08
7.2. Program pengelolaan dilaksanakan sesuai ketentuan 5,1 6
7.3. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan tugas 2,86 1,86
kepemimpinan
7.4. Sekolah mengelola sistem informasi manajemen 4,86 5,92
8 STANDAR PEMBIAYAAN 4,19 5,64
8.1. Sekolah memberikan layanan subsidi silang 2,33 6,9
8.2. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan 6,71 6,68
8.3. Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan baik 3,53 3,78
Sumber: Olahan Rapor PMP 2017 rev. Maret 2018
Berdasarkan data dalam tabel 3.3 di atas, terbaca capaian indikator yang paling rendah
pada setiap standar. Untuk Standar Kompetensi Lulusan, indikator terendah pada lulusan
memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan dengan nilai mutu 3,51. Untuk Standar
Isi, terendah pada indikator sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan dengan
nilai mutu 5,38. Untuk Standar Proses, indikator yang terendah pada pengawasan
dilakukan dalam proses pembelajaran dengan nilai mutu 6,09. Pada Standar Penilaian
Pendidikan, indikator yang rendah adalah instrumen penilaian menyesuaikan aspek
dengan nilai mutu 5,29. Untuk Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, indikator
terendah pada ketersediaan dan kompetensi laboran sesuai ketentuan dengan nilai mutu
0,00, dan ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai ketentuan dengan nilai mutu
0,00. Untuk Standar Sarana dan Prasarana, indikator terendah pada sekolah memiliki
sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan layak dengan nilai mutu 1,62.
Untuk Standar Pengelolaan Pendidikan, indikator terendah pada kepala sekolah berkinerja
baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan dengan nilai mutu 1,86. Serta Standar
Pembiayaan, terendah pada indikator sekolah melakukan pengelolaan dana dengan baik
dengan nilai mutu 3,78.
2. Standar Isi
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik
satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi
kompetensi, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.
Indikator pencapaian standar isi, memuat cakupan materi dan tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta kepemilikan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang dikembangkan sesuai prosedur.
Pencapaian nilai mutu berbasis Raport PMP, memperlihatkan kekuatan dan
kelemahan pada beberapa indikator sebagaimana tabel 3.6 dibawah ini.
3. Standar Proses
Standar proses berkenaan dengan kemampuan dalam perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan pembelajaran. Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai SKL. Kriteria proses
pembelajaran yang diharapkan adalah interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan RPP, serta
disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Untuk dapat terlaksananya proses pembelajaran yang sesuai prinsip pembelajaran
aktif, maka diperlukan rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya,
sebagaimana tertuang dalam Pasal 17 (1) PP 74 Tahun 2008, yaitu untuk SD 20:1,
SMP 20:1, SMA 20:1, dan SMK 15:1. Untuk jumlah maksimum peserta didik dalam
setiap rombongan belajar yaitu: SD sebanyak 28, SMP sebanyak 32, SMA sebanyak
36, dan SMK sebanyak 36.
Rapor PMP 2017 rev. Maret 2018, memperlihatkan kekuatan dan kelemahan indikator
untuk Standar Proses sebagaimana tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.15: Analisis Kekuatan dan Kelemahan Standar Sarana dan Prasarana
No Standar/ Indikator Kekuatan Kelemahan
6.1. Kapasitas daya Memiliki kapasitas rombongan Kondisi bangunan sekolah
tampung sekolah belajar yang sesuai dan memenuhi persyaratan (4,79),
memadai memadai (6), Rasio luas lahan dan Memiliki ragam prasarana
sesuai dengan jumlah siswa sesuai ketentuan (1,73)
(6,02), dan Kondisi lahan
sekolah memenuhi persyaratan
(5,53)
6.2. Sekolah memiliki Memiliki ruang kelas sesuai
sarana dan prasarana standar (3,89), Memiliki
pembelajaran yang laboratorium IPA sesuai standar
lengkap dan layak (0), Memiliki ruang
perpustakaan sesuai standar
(1,27), Memiliki tempat
bermain/lapangan sesuai standar
(0), Kondisi ruang kelas layak
pakai (4,12), Kondisi
laboratorium IPA layak pakai
(0), dan Kondisi ruang
perpustakaan layak pakai (2,33)
6.3. Sekolah memiliki Menyediakan kantin yang layak Memiliki ruang pimpinan sesuai
sarana dan prasarana (5,39), dan Kondisi ruang standar (1,14), Memiliki ruang
pendukung yang sirkulasi layak pakai (6,37) guru sesuai standar (0,43),
lengkap dan layak Memiliki ruang UKS sesuai
standar (0,37), Memiliki tempat
ibadah sesuai standar (0,1),
Memiliki jamban sesuai standar
(3,09), Memiliki gudang sesuai
standar (0,14), Menyediakan
tempat parkir yang memadai
(4,86), Kondisi ruang pimpinan
layak pakai (3,49), Kondisi
ruang guru layak pakai (1,46),
Kondisi ruang UKS layak pakai
(0,79), Kondisi tempat ibadah
layak pakai (0,61), dan Kondisi
jamban sesuai standar (0,99)
7. Standar Pengelolaan
Merupakan salah satu SNP yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/ kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan.
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman atau aturan yang sekurang-
kurangnya mengatur tentang KTSP, silabus, dan RPP, Kalender pendidikan yang
menunjukkan seluruh aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun, struktur
organisasi satuan pendidikan, pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan,
peraturan akademik, tata tertib satuan pendidikan, pengelolaan sarana dan prasarana,
dan kemitraan dengan masyarakat.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan, yang merupakan
penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah yang bermasa 4 tahun.
Hasil Raport PMP 2017 Rev. Maret 2018, memperlihatkan capaian Standar
Pengelolaan Pendidikan sebagaimana terlihat dalam tabel 3.16.
8. Standar Pembiayaan
Adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap. Untuk biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Sedangkan untuk biaya operasi satuan pendidikan merupakan biaya
yang diperlukan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
Penggunaan keuangan sekolah mengacu pada Juknis BOS 2017 dimanfaatkan untuk
(1) pengembangan perpustakaan, (2) penerimaan peserta didik baru, (3) kegiatan
pembelajaran dan ekstrakurikuler, (4) kegiatan evaluasi pembelajaran, (5) pengelolaan
sekolah, (6) langganan daya dan jasa, (7) pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana sekolah, (8) pembayaran honor, (9) pembelian/perawatan alat multi media
pembelajaran, dan (10) biaya lainnya.
Hasil Rapor PMP 2017 Rev. Maret 2018 untuk Standar Pembiayaan, sebagaimana
tertuang dalam tabel 3.16.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis peta mutu pencapaian SNP sebagaimana diuraikan di atas,
sesuai data Rapor PMP tahun 2017 Rev. Maret 2018, dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Capaian mutu SNP pada Sekolah Dasar (SD) ....................................... pada tahun
2017 dikategorikan Menuju SNP 4 dengan rata-rata capaian standar pada angka 5,25,
meningkat 0,69 point dari capaian tahun 2016.
2. Capaian mutu yang terbaik terjadi pada Standar Penilaian Pendidikan dengan nilai
mutu 5,74, menuju SNP 4, meningkat 1,51 point dari tahun 2016.
3. Capaian mutu terendah terjadi pada Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan dengan
nilai mutu 3,98, menuju SNP 3, menurun 0,56 point dari capaian mutu tahun 2016.
4. Dengan banyaknya nilai perolehan pada kategori 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa
sekolah perlu perbaikan berkelanjutan melalui berbagai strategi/ kegiatan yang
direkomendasikan dengan mengimplementasikan siklus SPMI.
B. Saran-saran
Mengacu pada Pasal 91 PP 19 Tahun 2005, bahwa (1) setiap satuan pendidikan pada jalur
formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan, (2) penjaminan
mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi atau
melampaui SNP, dan (3) penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan
mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.
Bahwa peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan,
integritas, mandiri dan partisipatif, holistik, transparan dan akuntabel, serta terstandar.
Untuk dapat tercapainya peningkatan mutu dimaksud, maka pendekatan whole school
approach yaitu pendekatan yang melibatkan semua unsur dalam satuan pendidikan,
menjadi penting untuk diterapkan, agar semua pihak ikut andil dan memberi peran sesuai
tugas dan kewenangan masing-masing. Sehingga akar yang menjadi masalah mutu
pendidikan dapat diperbaiki dan ditingkatkan untuk memenuhi bahkan melampaui SNP.
Lampiran 1: Ruang Lingkup Instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan
2.3. Sekolah melaksanakan 2.3.1. Menyediakan alokasi waktu pembelajaran sesuai struktur
kurikulum sesuai kurikulum yang berlaku
ketentuan 2.3.2. Mengatur beban belajar bedasarkan bentuk pendalaman
materi
2.3.3. Menyelenggarakan aspek kurikulum pada muatan lokal
2.3.4. Melaksanakan kegiatan pengembangan diri siswa
Standar 3.1. Sekolah merencanakan 3.1.1. Mengacu pada silabus yang telah dikembangkan
Proses proses pembelajaran 3.1.2. Mengarah pada pencapaian kompetensi
sesuai ketentuan 3.1.3. Menyusun dokumen rencana dengan lengkap dan
sistematis
3.1.4. Mendapatkan evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas
sekolah
3.2. Proses pembelajaran 3.2.1. Membentuk rombongan belajar dengan jumlah siswa
dilaksanakan dengan sesuai ketentuan
tepat 3.2.2. Mengelola kelas sebelum memulai pembelajaran
3.2.3. Mendorong siswa mencari tahu
3.2.4. Mengarahkan pada penggunaan pendekatan ilmiah
3.2.5. Melakukan pembelajaran berbasis kompetensi
3.2.6. Memberikan pembelajaran terpadu
3.2.7. Melaksanakan pembelajaran dengan jawaban yang
Standar Standar/Indikator Sub Indikator
kebenarannya multi dimensi;
3.2.8. Melaksanakan pembelajaran menuju pada keterampilan
aplikatif
3.2.9. Mengutamakan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar
sepanjang hayat
3.2.10. Menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
3.2.11. Mengakui atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya siswa.
3.2.12. Menerapkan metode pembelajaran sesuai karakteristik
siswa
3.2.13. Memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran
3.2.14. Menggunakan aneka sumber belajar
3.2.15. Mengelola kelas saat menutup pembelajaran
3.3. Pengawasan dan 3.3.1. Melakukan penilaian otentik secara komprehensif
penilaian otentik 3.3.2. Memanfaatkan hasil penilaian otentik
dilakukan dalam proses 3.3.3. Melakukan pemantauan proses pembelajaran
pembelajaran 3.3.4. Melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru
3.3.5. Mengevaluasi proses pembelajaran
Standar 4.1. Aspek penilaian sesuai 4.1.1. Mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan
Penilaian ranah kompetensi 4.1.2. Memiliki bentuk pelaporan sesuai dengan ranah
Pendidikan 4.2. Teknik penilaian 4.2.1. Menggunakan jenis teknik penilaian yang obyektif dan
obyektif dan akuntabel akuntabel
4.2.2. Memiliki perangkat teknik penilaian lengkap
4.3. Penilaian pendidikan 4.3.1. Menindaklanjuti hasil pelaporan penilaian
ditindaklanjuti 4.3.2. Melakukan pelaporan penilaian secara periodik
4.4. Instrumen penilaian 4.4.1. Menggunakan instrumen penilaian aspek sikap
menyesuaikan aspek 4.4.2. Menggunakan instrumen penilaian aspek pengetahuan
4.4.3. Menggunakan instrumen penilaian aspek keterampilan
4.5. Penilaian dilakukan 4.5.1. Melakukan penilaian berdasarkan penyelenggara sesuai
mengikuti prosedur prosedur
4.5.2. Melakukan penilaian berdasarkan ranah sesuai prosedur
4.5.3. Menentukan kelulusan siswa berdasarkan pertimbangan
yang sesuai
Standar 5.1. Ketersediaan dan 5.1.1. Berkualifikasi minimal S1/D4
Pendidik dan kompetensi guru sesuai 5.1.3. Tersedia untuk tiap mata pelajaran
Tenaga ketentuan 5.1.4. Bersertifikat pendidik
Kependidikan 5.1.5. Berkompetensi pedagogik minimal baik
5.1.6. Berkompetensi kepribadian minimal baik
5.1.7. Berkompetensi profesional minimal baik
5.1.8. Berkompetensi sosial minimal baik
5.2. Ketersediaan dan 5.2.1. Berkualifikasi minimal S1/D4
kompetensi kepala 5.2.2. Berusia sesuai kriteria saat pengangkatan
sekolah sesuai 5.2.3. Berpengalaman mengajar selama yang ditetapkan
ketentuan 5.2.4. Berpangkat minimal III/c atau setara
5.2.5. Bersertifikat pendidik
5.2.6. Bersertifikat kepala sekolah
5.2.7. Berkompetensi kepribadian minimal baik
5.2.8. Berkompetensi manajerial minimal baik
5.2.9. Berkompetensi kewirausahaan minimal baik
5.2.10. Berkompetensi supervisi minimal baik
5.2.11. Berkompetensi sosial minimal baik
5.3. Ketersediaan dan 5.3.1. Tersedia Kepala Tenaga Administrasi
kompetensi tenaga 5.3.2. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi berkualifikasi
administrasi sesuai minimal SMK/sederajat
Standar Standar/Indikator Sub Indikator
5.3.3. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi bersertifikat
5.3.4. Tersedia Tenaga Pelaksana Urusan Administrasi
5.3.5. Memiliki Tenaga Pelaksana Urusan Administrasi
berpendidikan sesuai ketentuan
ketentuan 5.3.6. Berkompetensi kepribadian minimal baik
5.3.7. Berkompetensi sosial minimal baik
5.3.8. Berkompetensi teknis minimal baik
5.3.9. Berkompetensi manajerial minimal baik
5.4. Ketersediaan dan 5.4.1. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium
kompetensi laboran 5.4.2. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium berkualifikasi
sesuai ketentuan sesuai
5.4.3. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium bersertifikat
5.4.4. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium berpengalaman
sesuai
5.4.5. Tersedia Tenaga Teknisi Laboran
5.4.6. Memiliki Tenaga Teknisi Laboran berpendidikan sesuai
ketentuan
5.4.7. Tersedia Tenaga Laboran
5.4.8. Memiliki Tenaga Laboran berpendidikan sesuai
ketentuan
5.4.9. Berkompetensi kepribadian minimal baik
5.4.10. Berkompetensi sosial minimal baik
5.4.11. Berkompetensi manajerial minimal baik
5.4.12. Berkompetensi profesional minimal baik
5.5. Ketersediaan dan 5.5.1. Tersedia Kepala Tenaga Pustakawan
kompetensi pustakawan 5.5.2. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan berkualifikasi
sesuai ketentuan sesuai
5.5.3. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan bersertifikat
5.5.4. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan berpengalaman
sesuai
5.5.5. Tersedia Tenaga Pustakawan
5.5.6. Memiliki Tenaga Pustakawan berpendidikan sesuai
ketentuan
5.5.7. Berkompetensi manajerial minimal baik
5.5.8. Berkompetensi pengelolaan informasi minimal baik
5.5.9. Berkompetensi kependidikan minimal baik
5.5.10. Berkompetensi kepribadian minimal baik
5.5.11. Berkompetensi sosial minimal baik
5.5.12. Berkompetensi pengembangan profesi minimal baik
Standar 6.1. Kapasitas daya 6.1.1. Memiliki kapasitas rombongan belajar yang sesuai dan
Sarana dan tampung sekolah memadai
Prasarana memadai 6.1.2. Rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa
Pendidikan 6.1.3. Kondisi lahan sekolah memenuhi persyaratan
6.1.4. Rasio luas bangunan sesuai dengan jumlah siswa
6.1.5. Kondisi bangunan sekolah memenuhi persyaratan
6.1.6. Memiliki ragam prasarana sesuai ketentuan
6.2. Sekolah memiliki 6.2.1. Memiliki ruang kelas sesuai standar
sarana dan prasarana 6.2.2. Memiliki laboratorium IPA sesuai standar
pembelajaran yang 6.2.3. Memiliki ruang perpustakaan sesuai standar
lengkap dan layak 6.2.4. Memiliki tempat bermain/lapangan sesuai standar
6.2.10. Kondisi ruang kelas layak pakai
6.2.11. Kondisi laboratorium IPA layak pakai
6.2.12. Kondisi ruang perpustakaan layak pakai
6.2.13. Kondisi tempat bermain/lapangan layak pakai
6.3. Sekolah memiliki 6.3.1. Memiliki ruang pimpinan sesuai standar
sarana dan prasarana 6.3.2. Memiliki ruang guru sesuai standar
Standar Standar/Indikator Sub Indikator
6.3.3. Memiliki ruang UKS sesuai standar
6.3.4. Memiliki tempat ibadah sesuai standar
6.3.5. Memiliki jamban sesuai standar
6.3.6. Memiliki gudang sesuai standar
6.3.7. Memiliki ruang sirkulasi sesuai standar
6.3.8. Memiliki ruang tata usaha sesuai standar
6.3.9. Memiliki ruang konseling sesuai standar
6.3.10. Memiliki ruang organisasi kesiswaan sesuai standar
6.3.11. Menyediakan kantin yang layak
6.3.12. Menyediakan tempat parkir yang memadai
pendukung yang 6.3.14. Kondisi ruang pimpinan layak pakai
lengkap dan layak 6.3.15. Kondisi ruang guru layak pakai
6.3.16. Kondisi ruang UKS layak pakai
6.3.17. Kondisi tempat ibadah layak pakai
6.3.18. Kondisi jamban sesuai standar
6.3.19. Kondisi gudang layak pakai
6.3.20. Kondisi ruang sirkulasi layak pakai
6.3.21. Kondisi ruang tata usaha layak pakai
6.3.22. Kondisi ruang konseling layak pakai
6.3.23. Kondisi ruang organisasi kesiswaan layak pakai
Standar 7.1. Sekolah melakukan 7.1.1. Memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas sesuai
Pengelolaan perencanaan ketentuan
Pendidikan pengelolaan 7.1.2. Mengembangkan rencana kerja sekolah ruang lingkup
sesuai ketentuan
7.1.3. Melibatkan pemangku kepentingan sekolah dalam
perencanaan pengelolaan sekolah
7.2. Program pengelolaan 7.2.1. Memiliki pedoman pengelolaan sekolah lengkap
dilaksanakan sesuai 7.2.2. Menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan
ketentuan 7.2.3. Meningkatkan dayaguna pendidik dan tenaga
kependidikan
7.2.4. Melaksanakan kegiatan evaluasi diri
7.2.5. Membangun kemitraan dan melibatkan peran serta
masyarakat serta lembaga lain yang relevan
7.2.6. Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan
kegiatan pembelajaran
7.3. Kepala sekolah 7.3.1. Berkepribadian dan bersosialisasi dengan baik
berkinerja baik dalam 7.3.2. Berjiwa kepemimpinan
melaksanakan tugas 7.3.3. Mengembangkan sekolah dengan baik
kepemimpinan 7.3.4. Mengelola sumber daya dengan baik
7.3.5. Berjiwa kewirausahaan
7.3.6. Melakukan supervisi dengan baik
7.4. Sekolah mengelola 7.4.1. Memiliki sistem informasi manajemen sesuai ketentuan
sistem informasi
manajemen
Standar 8.1. Sekolah memberikan 8.1.1. Membebaskan biaya bagi siswa tidak mampu
Pembiayaan layanan subsidi silang 8.1.2. Memiliki daftar siswa dengan latar belakang ekonomi
yang jelas
8.1.3. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa
kurang mampu
8.2. Beban operasional 8.2.1. Memiliki biaya operasional non personil sesuai
sekolah sesuai ketentuan
ketentuan
8.3. Sekolah melakukan 8.3.1. Mengatur alokasi dana yang berasal dari
pengelolaan dana APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya
dengan baik 8.3.2. Memiliki laporan pengelolaan dana
8.3.3. Memiliki laporan yang dapat diakses oleh pemangku
Standar Standar/Indikator Sub Indikator
kepentingan
Lampiran 2: Rapor Mutu PMP 2017