Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN KASUS WAHAM DI


KLINIK RAWAT JIWA MOJOKERTO

OLEH :

MAULIDIYA DWI ASTANTI

NIM 0117053

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021

i
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………….i

Daftar Isi…………………………………………………………………………………...ii

Lembar Pengesahan……………………………………...…………………………...….iii

A. Konsep Medis
1. Pengertian………………………………………………………………………….....1
2. Rentang Respon………………………………………………………………….…...1
3. Etiologi……………………………………………………………………………….1
4. Tanda dan Gejala……………………………………………………………..………2
5. Akibat……………………………………………………………………………..….2
6. Fase-Fase………………………………………………………………………..……3
7. Jenis Waham…………………………………………………………………..……...6
8. Penatalaksanaan……………………………………………………………..………..6
B. Pohon Masalah………………………………………………………………………....6
C. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien dengan Kasus Halusinasi
1. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………………..…6
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………..…...8
3. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………....8
4. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………..10
5. Evaluasi Keperawatan………………………………………………………………..10

Daftar Pustaka…………………………………………………............................................11

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus waham di Klinik rawat jiwa Mojokerto

Nama Mahasiswa : Maulidiya Dwi Astanti

Telah disetujui pada:


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Pendidikan

Yufi Aris L.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

iii
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Waham

1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus –menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. (Aziz R, 2003)
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas normal. (Stuart dan
Sundeen, 2004)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan
dalam kenyataan. (Harold K, 2004)

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis proses piker gangguan proses piker : waham


Persepsi akurat kadang ilusi PSP : Halusinasi
Emosi konsisten emosi +/- kerusakan emosi
Perilaku sesuai perilaku tidak sesuai perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial menarik diri isolasi sosial terorganisir

3. Etiologi

1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptive
b. Neurobiologist : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamate
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli

1
e. Virus : paparan virus influenza pada trimester III
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu

4. Tanda dan Gejala

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan)
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
6. Takut dan sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung

5. Akibat Yang Sering Muncul

1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)


Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi piker, bentuk dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
4. Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan yang diulang-
ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial : kesepian

2
6. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah

6. Fase-Fase

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam, yaitu :


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya
ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seseorang yang dianggap
sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.
Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini.
Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari askpek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyatakan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut

3
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini
tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super
ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial (isolasi
sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

7. Jenis Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :

1. Waham kebesaran

4
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya “saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho” atau “saya punya tambang emas”
2. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/ mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh : “saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
3. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “kalau saya mau
masuk surge, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
4. Waham somatic
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya, “saya sakit kanker” (kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker)
5. Waham nihilistic
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “ini kana lam kubur
ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
6. Waham sisip pikir
Keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya
7. Waham siar pikir
Keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham control pikir
Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya

5
B. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan Proses Pikir : Waham

Harga Diri Rendah

C. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Kasus Waham


1. Pengkajian
a. Identitas Klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No. Rumah Sakit dan
alamat klien.

b. Keluhan Utama

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga


datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai.

c. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa


pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan Kriminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan sosial budaya
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien
e. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi

6
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok,
yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan kembali
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi
d. Istirahat tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab
kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah
k. Aspek medic
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
l. Masalah keperawatan yang sering muncul
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi piker : waham

7
m. Data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan : perubahan isi pikir : waham

 Data subyektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,


kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan
 Data obyektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panic, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan Proses Pikir : Waham
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Proses Pikir : Waham

1. Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan proses pikir : waham


2. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat)
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakana perawat
menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima, katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan
empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakana
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri

8
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri)
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin)
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya
4) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu)
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu)

9
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar
6) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

4. Implementasi Keperawatan

Intervansi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperwatan, implementasi


merupakan komponen dan proses keperawatanh yaitu kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasi yang diperlukan
dari asuhan keperawatan jiwa dilakukan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus pada
kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pemberian SOP pada masalah yang
tidak terselesaikan atau teratasi sebagaian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo

Keliat Budi A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Jakarta : EGC

Santoso, Budi. 2005.-2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama

11

Anda mungkin juga menyukai