Anda di halaman 1dari 28

Salsabila Arta (2014901012)

Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De


KockBukittinggi

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA & GERONTIK

Disusun Oleh :

Salsabila Arta
(2014901012)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2021
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Bailon dan (Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan, 1986
dalam Setiadi,2008).
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suamidan istri tanpa anak.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan
anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang
yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)

b. Tipe Keluarga Non Tradisional


1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi
anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital
partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling merasa
sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama
lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

10) Homeless Family


Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.

4. Fungsi keluarga
Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga
sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhankeluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang,
misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya
sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi
pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu
terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental,
sosila dan spiritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang
mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.

5. Tugas Kesehatan Menurut Friedman (1998), dalam (Murwani, 2007)


a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan/menciptakan suasana rumah sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

6. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

7. Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugasperkembangan keluarga tahap ini
antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing)


Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi
klasik LeMaster (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e) Konseling KB post partum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupandan kesehatan anggota
keluarga.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan brertanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidupmandiri dan menerim,a
kepergian anaknya, menata kembali fasilitasdan sumber yang ada dalam keluarga, berperan
sebagai suami istri,kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu
santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

4) Melakukan life review masa lalu.


B. Peran Perawat memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga
Dalam (Setiadi,2008), memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga ada beberapa peranan
yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Pemberian Asuhan Keperwatan kepada anggota keluarga.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau.
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidikan untuk merubah perilaku keluarga
dari perilaku tidak sehat.
f. Penyulun dan konsultan, perawat dapat berperan memberikan petunjuk tentang Asuhan Keperawatan
dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah perawatan
keluarga.
C. Proses keperawatan keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus
terhadap anggota keluargayang dibinanya (Murwani, 2008).Hal-hal yang dikaji dalam keluarga
adalah :
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga: Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluargatersebut.
7) Tipe bangsa: Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8) Agama: Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga: Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas rekreasi keluarga: Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga Inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yangmeliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatanmasing-masing anggota keluarga, perhatian
terhadappencegahan penyakit ( imunisasi ), sumber pelayanankesehatan yang bisa
digunakan serta riwayat perkembangandan kejadian-kejadian atau pengalaman penting
yangberhubungan dengan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela,pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenisseptic
tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah
rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dankomunitas setempat, yang meliputi
kebiasaan, lingkunganfisik, aturan/ kesepakatan penduduk setempat, budaya setempatyang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dansejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-
fasilitas yang dimilikikeluarga untuk menunjang kesehatan.Fasilitas mencakup,fasilitas fisik,
fasilitas psikologis atau dukungan dari anggotakeluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakatsetempat.

d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekeuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan denga
kesehatan.

e. Fungsi-fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimanakeluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin,norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta
merawat anggota keluarga yangsakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit.Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatankesehatan dapat dilihat dari
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

kemampuan keluargamelaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluargamampu


mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusanuntuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadapanggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yangdapat
meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampumemanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stres dan koping keluarga


1) Stresor jangka pendek dan panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu ± 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stresor.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila meghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik berbeda denganpemeriksaan fisik di klinik.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.

2. Penerapan prioritas masalah


Skala untuk menentukan prioritas
Asuhan Keperawatan Keluarga
NOMOR KRITERIA BOBOT
1. Sifat masalah 1
Skala : tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat 2


dirubah
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

3. Prioritas diagnosa keperawatan


Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada
tidak / kurang sehat karena pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga. Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untukmenangani masalah.
b) Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dantenaga.
c) Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilandan waktu.
d) Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasidalam masyarakat, dan sokongan
masyarakat.

Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
ialah :
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

a) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktumaslah itu ada.


b) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah.
c) Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.
Untuk kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.Nilai skore yang tinggi yang terlebih dahulu
dilakukan intervensi keperawatan keluarga (Murwani, 2008).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga, atau masyarakat yang
diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk melaksanakannya
(Mubarak, 2007).
5. Tahapan tindakan keperawatan keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikutini (Murwani, 2007) :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah kesehatan dengan
cara :
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkuan menjadi sehat, dengan
cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
1) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada


6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasidengan kriteria yang
telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan
status kesehatan keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan
hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan.Bila hasil evaluasi tidak /
berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi
yang dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu
yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani, 2008).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional menurut Murwani (2008) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan
diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi.

7. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan keluarga adalah :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan
keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif seluruh
keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan


proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatankeluarga adalah penyuluhan
kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi

8. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi


Dalam (Setiadi,2008), melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
1) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
2) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan.
b. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
1) Lahir prematur (BBLR).
2) Berat badan sukar naik.
3) Lahir dengan cacat bawaan.
4) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
c. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil
1) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 25 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi (anemia).
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara dan Multipara.
5) Riwayat persalinan atau komplikasi
d. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan
ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
4) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

A. Pengkajian tahap I
Data umum:
a. Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).
b. Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
c. Tipe keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe
keluarga tersebut.
d. Suku bangsa (etnis): identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
e. Agama: kaji agama yang dianut serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
f. Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga, serta kebutuhan dan penggunaannya.
g. Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton TV, mendengarkan radio), jalan-jalan ke
tempat rekreasi.

1) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

c. Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masingmasing


keluarga, status kesehatan anak (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

a. Karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang, pemanfaatan rumah, peletakan perabot
rumah tangga, sarana eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber air), sumber air minum

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: kebiasaan, lingkungan fisik, nilai, budaya yang
mempengaruhi kesehatan.

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

d. Mobilitas geografis keluarga: ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

e. Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk penunjang kesehatan,
fasilitas kesehatan

3) Pemeriksaan Fisik
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

Pemeriksaan fisik lengkap semua anggota keluarga serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik
tersebut.

4) Harapan Keluarga Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan kesehatan
yang dialami keluarga.

2. Pengkajian Tahap II

a. Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap tugas keluarga

b. Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada ketidakmampuan dalam mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan dan ketidakmampuan
menggunakan fasilitas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat
yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan dengan adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi keluarga dan koping. Tipologi atau sifat dari
diagnosa keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan sejahtera. Actual berarti terjadi deficit atau
gangguan kesehatan dalamkeluarga.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat
bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal
yang harus dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan, mengidentifikasi
sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
D. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan kebutuhan kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK


Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

A. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis
(Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

B. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1)Young old (usia 60-69 tahun)
2)Middle age old (usia 70-79 tahun)
3)Old-old (usia 80-89 tahun)
4)Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

C. Karakteristik Lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu :
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
3) Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari status
perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan
yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga
presentase lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang
bercerai umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017).
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas adalah proses penuaan
yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan
tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar
pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial
(Ratnawati, 2017).
5) Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak
sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan
kemajuan pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap
100 orang lansia terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit terbanyak adalah
penyakit tidak menular (PTM) antar lain hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus (Ratnawati,
2017).
D. Perubahan pada Lanjut Usia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak perubahan pada
lansia yang meliputi :
1) Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi atas
kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya
menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial
yang menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit. Perubahan fisiologis pada lansia
bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan
refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya.Perubahan tersebut
tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi
kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
Perubahan sistem yang terjadi pada Lansia :
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

a. Sel
Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairanintra dan extra
seluler.
b. Sistem penglihatan
Spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangny respon terhadap sinaps, kornealebih berbentuk
speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatansinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
c. Sistem Kardivaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung memompadarah menurun 1
% setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
d. Persarafan
Cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktuuntuk meraksi,
mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani,
terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin.
e. Sistem respirasi
Otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru
kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman
pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecapmenurun krena adanya
iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecapsampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjalmenurun sampai
50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai
200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat
retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun,
sekresi berkurang dan menjadi alkali.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

h. Sistem endokrin
Pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkanfungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen
dan testosteron.
i. Sistem integumen
Pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepaladan rambut
menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga danhidung menebal. Kuku
menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi
berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak otot kam dan tremor.
2) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi
yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang
akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional
lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL).ADL sangat
penting untuk menentukan kemandirian lansia.Perubahan yang mendadak dalam ADL
merupakan tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
3) Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan kognitif
(penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang
mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan
kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian
yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang normal.
4) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi kehidupan dan
kehilangan. Semakinpanjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan
kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang mayoritas disusun oleh pengalaman
kehilangan, meliputi masa pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan perubahan jaringan
sosial.Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya dengan keterbatasan
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan
mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut:
a) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
b) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa hal sebagai
berikut:
(1) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara hidup (memasuki rumah
perawatan, pergerakan lebih sempit).
(2) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
(3) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
(4) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
(5) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan kesulitan.
(6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
(7) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
(8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri)
E. Permasalahan Lanjut Usia
Menurut Suardiman (2011), usia lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum
yang dihadapi oleh lansia diantaranya:
1) Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau
berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain, usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang
semakin meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki pensiun kondisi
ekonominya lebih baik karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, akan membawa kelompok lansia pada kondisi tergantung atau menjadi
tanggungan anggota keluarga (Suardiman, 2011).
2) Masalah sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota
keluarga atau dengan masyarakat. kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,
terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, serta merengek-
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya kembali seperti anak kecil (Kuntjoro,
2007).
3) Masalah kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan. Usia lanjut ditandai
dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap penyakit (Suardiman, 2011).
4) Masalah psikososiSal
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan sehingga
membawa lansia kearah kerusakan atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis
yang mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis.Hal itu biasanya bersumber dari
munculnya stressor psikososial yang paling berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian
sanak saudara dekat, atau trauma psikis.(Kartinah, 2008).
2. Psikososial
A). Pengertian Psikososial
Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial.Kata psiko mengacu pada aspek psikologis
dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal
individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI dalam Yuanita,
2016).
Psikososial merupakan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental
atau emosionalnya yang melibatkan aspek psikologis dan aspek sosial. Psikososial menunjuk pada
hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi
satu sama lain.
B). Teori Perubahan Psikososial Lansia
Teori yang berkaitan dengan perubahan psikososial lansia menurut Aspiani (2014) yaitu:
1) Teori Psikologi
a) Teori Tugas Perkembangan
Menurut Havigurst (1972) Teori ini menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua
adalah :
(1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
(2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
(3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
(4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
(5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
(6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

Penyesuaian diri yang dilakukan lansia yakni untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan yang harus dilalui oleh seorang lansia sehingga dapat mencapai tugas
perkembangan yang sesuai.
b) Teori Individual Jung
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran
bersama. Kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau kearah subjektif dan pengalaman
pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan tersebut merupakan
hal penting bagi kesehatan mental.
c) Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Tugas perkembangan pada usia tua yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa. Teori perkembangan menurut
Erickson tentang penyelarasan integritas diri dapat dipilih dalam tiga tingkat yaitu pada
perbedaan ego terhadap peran perkerjaan preokupasi, perubahan tubuhterhadap pola
preokupasi, dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.Pada tahap perbedaan ego terhadap
peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah
menerima identitas diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari
lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru sebagai orang tua (preokupasi).Adanya
pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu
yang menyakitkan dan menimbulkan penurunan harga diri.
C). Faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia menurut Kuntjoro (2002):
1) Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya penurunan kondisi fisik
yang berganda (multiple pathology). Menurut Ratnawati (2017) perubahan fisik terdiri dari:
a) Perubahan pada kulit: kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput.
Kulit dibagian bawah mata berkantung dan lingkaran hitam dibawah mata menjadi lebih jelas
dan permanen.Selain itu warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah
tengkuk.Rambut rontok, warna berubah menjadi putih, kering dan tidak mengkilap.
b) Perubahan otot: otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan mengendur di sekitar
dagu, lengan bagian atas dan perut.
c) Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai dan
lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan.
d) Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga lansia kadang kadang
menggunakan gigi palsu.
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

e) Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan kotoran
yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan menderita presbiopi, atau kesulitan melihat jarak
jauh, menurunnya akomodasi karena penurunan elastisitas mata.
f) Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak sedikit
yang menggunakan alat bantu pendengaran.
g) Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek dan sering tersengal-sengal,
hal ini akibat penurunan kapasitas total paru-paru, residu volume parudan konsumsi oksigen
nasal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas paru.
2) Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti:
a) Gangguan jantung.
b) Gangguan metabolisme.
c) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
d) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang.
e) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau golongan steroid.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:
a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
d) Pasangan hidup telah meninggal.
e) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dan sebagainya.
3) Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.Meskipun tujuan ideal pensiun
adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyatannya sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegitan, harga diri dan status.Lansia yang memiliki agenda kerja yang tidak terselesaikan dan
menganggap pensiun sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Pensiun merupakan suatu proses
bukan merupakan suatu peristiwa. Orang-orang lanjut usia yang menunjukkan penyesuaian yang
paling baik terhadap pensiun, adalah mereka yang sehat, memiliki keuangan yang memadai,
aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan
keluarga, serta biasanya puas dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Santrock, 2012)
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

4) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara
normative dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran
berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus
dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang
lain terhadap mereka (Friedman, 2014).
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain.Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan kabur, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, dan
sebagainya sehingga menimbulkan keterasingan.Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
mengajak lansia melakukan aktivitas, selama lansia masih sanggup, agar tidak merasa
diasingkan. Keterasingan yang terjadi pada lansia dapat membuat lansia semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan dapat muncul perilaku regresi, seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna, dan merengek-rengek seperti anak
kecil sehingga lansia tidak bisa menjalankan peran sosialnya dengan baik (Kuntjoro, 2007).
Salsabila Arta (2014901012)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Ners Universitas Fort De
KockBukittinggi

DAFTAR PUSTAKA

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan keperawatan
Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008.Perawatan kesehatan keluarga. Jakarta pusat: Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen kesehatan RI

Sri Setyowati, 2007. Asuhan keperawatan keluarga, konsep dan aplikasi kasus: Yogyakarta: Graha ilmu.

Mubarak, 2007.Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta: Salemba medika.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkurtural.Jakarta :


EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai