Anda di halaman 1dari 11

Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi,

Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset dan SHU,


Efisiensi Koperasi, dan Klasifikasi Koperasi

NAMA ANGGOTA
KELAS G AKUNTANSI

1. I Made Merta Yasa (02/1902622010360)


2. I Wayan Yoga Pratama Putra (30/1902622010388)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020/2021
1.1. Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau
pertumbuhan (Growth) koperasi diIndonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi
perprovinsi, jumlah koperasi perjenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif),
keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable tersebut
pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat peranan atau
pangsa (Share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak dari
koperasi (Cooperative Effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum
tercermin dari variabel-variabel yang disajikan.
A. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong (1998-16-17) adalah sebagai berikut:
a. Faktor Individu (Personal Factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi,
komitmen, dll.
b. Faktor Kepemimpinan (Leadership Factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan
kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua
kelompok kerja.
c. Faktor Kelompok/Rekan Kerja (Team Factors). Faktor kelompok/rekan kerja
berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d. Faktor Sistem (System Factors). Faktor system berkaitan dengan system / metode kerja
yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e. Faktor Situasi (Contextual/Situational Factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan
dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

B. Pengertian Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Tujuan mendasar dibalik
dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum. Pengukuran
Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada
kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran
kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
C. Prinsip Pengukuran Kinerja
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:

a. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.


b. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya tidak ada
informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
c. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
d. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
e. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih
sekedar mengetahui tingkat usaha.
f. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah
cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
g. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
h. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat
waktu.
i. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang
efektif

1.2. Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Asset dan SHU


A. Kelembagaan

Lembaga Koperasi merupakan sebuah lembaga keuangan yang berazaskan kekeluargaan


dan bergotong-royong. Dan tujuannyapun tak lain untuk meningkatkan taraf ekonomi
anggotanya dan masyarakat sekitar. Ada 3 hal penting tujuan sebuah lembaga didirikan:

1. Memaksimumkan Keuntungan, sebuah lembaga harus mampu memaksimalkan


keuntungan yg didapat untuk meningkatkan kualitasnya, anggota maupun sekitarnya.
2. Memaksimumkan Nilai Perusahaan, setelah sebuah lembaga mendapatkan keuntungan
maksimal, lembaga itupun harus melaksanakan nilai-nilai yang diemban sejak didirikan.
3. Meminimumkan Biaya, untuk melaksanakan kedua poin tersebut sebuah lembaga harus
mampu memanfaatkan resource yang ada ataupun yang terbatas untuk mengefisiensikan
pelaksanaannya.

B. Keanggotaan koperasi

Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi
ada pula anggota luar biasa. Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi anggota tidak
sepenuhnya dapat dipenuhi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar.

1. Syarat Keanggotaan Koperasi:


a. Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan tindakan hukum
atau badan hukum koperasi yang memenuhi persyaratan.
b. Menerima landasan dan asas koperasi.
c. Bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya sebagai anggota.

2. Sifat Keanggotaan Koperasi


a. Terbuka dan sukarela.
b. Dapat diperoleh dan diakhiri setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar terpenuhi.
c. Tidak dapat dipindahtangankan.

3. Berakhirnya Keanggotaan Koperasi Keanggotaan koperasi dinyatakan berakhir apabila


seperti berikut ini.
a. Meninggal dunia.
b. Meminta berhenti karena kehendak sendiri.
c. Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan.

4. Kewajiban Anggota Koperasi Tercantum dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992


Berikut ini kewajiban bagi anggota koperasi.
a. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah
disepakati rapat anggota.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.

5. Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 Selain mempunyai
kewajiban, anggota juga mempunyai hak seperti berikut ini.
a. Menghadiri dan menyatakan pendapat serta memberikan suara dalam rapat anggota.
b. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.
c. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik
diminta maupun tidak diminta.
e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antaranggota.
f. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan
dalam anggaran dasar.

6. Bukti Keanggotaan Koperasi

Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU Koperasi, karena
buku daftar anggota memuat tentang nama lengkap, umur, mata pencaharian, tempat
tinggal, tanggal masuk menjadi anggota, cap ibu jari kiri atau tanda tangan anggota, sebab
diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal dibubuhinya tanda
tangan tersebut.

C. Volume usaha

Volume Usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu
periode atau tahun buku yag bersangkutan. Dengan demikian volume usaha koperasi adalah
akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak awal tahun buku sampai akhir tahun buku.
Aktifitas ekonomi koperasi pada hakikatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha koperasi
tersebut. Kegatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dn masyarakat pada umumnya
D. Permodalan

Dana Pendirian atau Pengorganisasian (Organizational Funds) digunakan untuk


membiayai pengeluaran koperasi selama dalam proses pendirian atau pengorganisasian,
sebelum organisasi bisa beroperasi seperti untuk izin pendirian, izin usaha, pembuatan
anggaran dasar dan rencana kerja.

Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya dengan
permodalan, yaitu:

1. Bahwa pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada ditangan anggota dan
tidak perlu dikaitkan dengan jumlah modal atau dana yang bisa ditanam oleh seseorang
anggota dalam koperasi (Member Investors) dan berlaku ketentuan, satu anggota satu
suara.
2. Bahwa modal harus dimanfaatkan untuk usaha – usaha yang bermanfaat bagi anggota.
3. Bahwa kepada modal hanya diberikan balasan jasa yang terbatas. Ini adalah sesuai
dengan asas koperasi yaitu: “Limited Returns on Ekuity Capital”.
4. Bahwa untuk membiayai usaha – usaha nya yang efisien, koperasi pada dasarnya
membutuhkan modal yang cukup.
5. Bahwa usaha – usaha dari koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru.
6. Bahwa kepada saham koperasi (Share), yang di Indonesia adalah ekuivalen dengan
simpanan pokok, tidak bisa diberikan suatu premis diatas nilai nominalnya, meskipun
seandainya nilai bukunya bisa saja bertambah.

E. Aset

Asset-asset yang dikelola koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai asset
dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Rapat anggota koperasi dapat
menetapkan pengumpulan dana tertentu dari anggota yang digunakan untuk tujuan khusus
sesuai kepentingan anggota. Dana tersebut merupakan milik anggota yang pengelolaannya
dikuasakan kepada koperasi, misalnya dana pemeliharaan jalan dan peremajaan kebun pada
koperasi perkebunan kelapa sawit. Dana tersebut tidak diakui sebagai asset koperasi. Namun
sebagai pengelola koperasi harus membuat pertanggung jawaban tersendiri dan keberadaan
dana tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan

F. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Istilah sisa hasil usaha atau SHU dalam organisasi badan usaha koperasi dapat dipandang
dari dua sisi. Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara menghitungnya yaitu seperti yang
disebut di dalam pasal 45 Ayat (1) Undang – undang Perkoperasian. Sehingga SHU adalah
merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana
layaknya sebuah perusahaan bukan koperasi. Dari sisi kedua, sebagai badan usaha yang
mempunyai karakteristik dan nilai – nilai tersendiri, maka sebutan sisa hasil usaha merupakan
makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha bukan koperasi. Bentuk
kontribusi anggota terhadap kebutuhan pembiayaan koperasi terdiri dari:

a. Partisipasi bruto, yaitu partisipasi anggota terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh koperasi dalam rangka memberikan pelayanan – pelayanan. Partisipasi bruto
dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota.
b. Partisipasi netto, yaitu partisipasi anggota terhadap biaya – biaya ditingkat organisasi
koperasi, dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi sebagai pemegang mandat
anggota.

Adapun cara perhitungan SHU Koperasi Simpam pinjam sebagai berikut:

Dalam hal koperasi simpan pinjam, maka partisipasi bruto atau PK anggota adalah jumlah
atau besar kredit yang diberikan kepada anggota ditambah bunga dan biaya administrasi
kredit. Perhitungannya dapt dirumuskan sebagai berikut :

PK=Vka+Bka

Vka, merupakan suatu jumlah atau besar pokok pinjaman yang disalurkan kepada anggota.

Bka, merupakan bunga ditambah dengan biaya administrasi pinjaman.

Sisa Hasil Usaha (SHU) tahun berjalan dapat dibagikan kepada para anggota koperasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
koperasi. Dengan pengaturan dan ketentuan yang jelas ini, maka setiap bagian dari SHU yang
tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya
belum diatur secara jelas, maka SHU tersebut dicatat sebagai SHU belum dibagi dan harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

1.3. Efisiensi Koperasi


Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang
dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik
dapat dikatakan usahanya tidak efisian di samping tidak memiliki tingkat efektifitas yang tinggi,
sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan anggota.

Pembahasan mengenai efisiensi, Thoby Mutis (1992) menunjukkan 5 lingkup efisiensi


koperasi, yaitu efisiensi intern, efisiensi alokatif efislensi ekstern, efisiensi dinamis dan efisiensi.
Pengertian efisiensi tersebut adalah:

1. Efislensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari ekses biaya dengan
biaya yang sebenarnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan perbandingan nilai bersih
pemasukan dan nilai bersih pengeluaran
2. Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya dan
dana dari semua komponen koperasi tersebut. Misalnya, penyaluran tabungan anggota
untuk pinjaman anggota, penyaluran simpanan sukarela untuk investasi jangka panjang
dan pendek. Hal ini biasanya dilihat pada perbandingan pertumbuhan simpanan sukarela
dan modal sendiri dengan pertumbuhan pinjaman, silang pinjam atau investasi tahunan.
Sebagai dasar tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan keuangan koperasi sampel
(neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal) di samping tentu saja data-data
lain vang diperlukan seperti yang tercantum dalam laporan pertanggungjawaban
pengurus.
3. Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga dan
perseorangan di luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di dalam
koperasi.
4. Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat optiniasi karena
adanya perubahan teknologi yang dipakai. Setiap perubahan teknologi akan membawa
dampak terhadap output yang dihasilkan. Tentu saja teknologi baru akan dipakai jika
menghasilkan produktivitas yang lebih baik dari semula.
5. Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana secara tepat,
karena tidak menimbulkan biaya atau beban.

1.4. Klasifikasi Koperasi


1. Klasifikasi Koperasi Menurut Fungsinya
a. Koperasi Konsumsi (Pembelian)

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang fungsinya untuk membeli atau pengadaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggotanya sebagai konsumen.

b. Koperasi Distribusi (pemasaran)

Koperasi Distribusi atau penjualan atau pemasaran adalah koperasi yang fungsinya untuk
mendistribusikan barang dimana anggotanya berperan sebagai penjual barang dan jasa
kepada konsumen. Anggota koperasi berperan sebagai pemasok barang atau jasa.

c. Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang fungsinya untuk menghasilkan barang dan jasa
dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyaan yang akan menghasilkan suatu
produk tertentu. Produk ini kemudian akan diserahkan kepada distributor untuk dijual
kepada konsumen.

d. Koperasi Jasa

Jasa adalah koperasi yang fungsinya untuk penyelenggaraan atau pelayanan jasa yang
dibutuhkan oleh anggotanya. Anggota koperasi jasa berperan sebagai pemilik dan
pengguna layanan jasa koperasi.
2. Klasifikasi Koperasi Menurut Tingkat dan Luas Daerah Kerjanya
a. Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya minimal adalah 20 individu.
b. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terbentuk dari gabungan badan-badan
koperasi sehingga memiliki cakupan wilayah yang luas dan anggota yang banyak jika
dibandingkan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi lagi menjadi Koperasi
Pusat (koperasi yang anggotanya minimal 5 koperasi primer), Koperasi Gabungan
(koperasi yang anggotanya paling sedikit 5 koperasi primer), dan Koperasi Induk
(merupakan koperasi yang anggotany terdiri dari minimal 3 koperasi gabungan).

3. Klasifikasi Koperasi Menurut Status Keanggotaannya


a. Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya berperan sebagai produsen
(menghasilkan suatu barang atau jasa tertentu).
b. Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya berperan sebagai konsumen
yang menggunakan atau membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Klasifikasi Koperasi Berdasarkan Pendekatan Menurut Tempat Tinggal


a. Koperasi desa adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa
yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dalam koperasi dan
menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan tertentu. Untuk satu daerah kerja
tingkat desa, sebaiknya hanya ada satu Koperasi Desa, yang tidak hanya menjalankan
kegiatan usaha bersifat single purpose, tetapi juga kegiatan usaha yang bersifat
multipurpose (Serba Usaha) untuk mencukupi segala kebutuhan para anggotanya
dalam satu lingkungan tertentu.
b. Koperasi Unit Desa ini lahir berdasar Instruksi Presiden Republik Indonesia No.4 Thun
1973, adalah bentuk antara dari Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai suatu
lembaga ekonomi berbentuk koperasi, yang pada tahap awalnya merupakan gabungan
dari koperasi koperasi pertanian atau koperasi desa dalam wilayah Unit Desa, yang
dalam perkembangannya kemudian dilebur atau disatukan menjadi satu KUD.
DAFTAR PUSTAKA

https://larasatynuraeni.wordpress.com/2018/12/04/variabel-kinerja-koperasi-dan-
prinsippengukuran-kinerja-koperasi/
http://makulekosy.blogspot.com/2019/02/makalah-kinerja-koperasi-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai