Anda di halaman 1dari 9

FLEKSIBILITAS PERUBAHAN KONSTITUSI

INDONESIA PASCA AMENDEMEN


Mohammad Agus Maulidi

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori dan Hukum


Konstitusi
Dosen Pengampu: Dr. Drs. Muntoha, S.H., M.Ag
PENDAHULUAN

Sejarah Orde Baru yang menjadikan konstitusi sebagai “dokumen suci” yang
tidak boleh disentuh oleh siapapun, padahal perlu dilakukan perubahan dan
penyempurnaan, dijadikan celah oleh penguasa dan penyelenggara negara
untuk menyalahgunakan kekuasaannya dengan bersandar pada konstitusi
Pasca amendemen keempat, telah muncul gagasan dan desakan
amendemen kelima, namun hingga saat ini belum dilakukan perubahan.
Padahal usia konstitusi pasca amendemen sudah nyaris 20 tahun
Mungkinkah perubahan konstitusi (amendemen kelima) ini juga terkendala
oleh rigidnya perubahan konstitusi?
RUMUSAN MASALAH

Apa yang menjadi justifikasi atas perubahan konstitusi?


Bagaimana fleksibilitas perubahan konstitusi pasca amendemen?
PEMBAHASAN
JUSTIFIKASI PERUBAHAN KONSTITUSI

konstitusi merupakanmoment opname dari berbagai kekuatan politik dan


ekonomi yang dominan pada saat dirumuskannya konstitusi itu. Karena itu,
dalam perkembangannya, tentu akan terdapat berbagai macam perubahan
baik di tingkat nasional maupun global, yang tentu saja belum tercakup dan
terakomodasi di dalam suatu konstitusi.
Meanwhile, the world has changed in incalculable ways. Technology has
changed, the international situation has changed, the economy has changed,
social mores have changed-all in ways that no one could have foreseen
when the constitution was drafted. And it is just not realistic to expect the
cumbersome amendement process to keep up with these changes. so it
seems inevitable that the constitution will change, too (David A. Strauss)
merupakan produk yang disusun oleh manusia yang sesuai kodratnya tidak
akan pernah sampai kepada tingkat kesempurnaan
PEMBAHASAN
JUSTIFIKASI PERUBAHAN KONSTITUSI

Satjipto Rahardjo: Konstitusi yang diformulasikan ke dalam naskah tertulis


tidak lebih sebagailanguage game, sedang bahasa tidak akan pernah
mampu mewadahi pikiran yang ingin disampaikan. Setiap kali suatu pikiran
ingin dituangkan ke dalam kalimat, maka ia selalu mengalami resiko
kegagalan. Akan selalu ada suasana dan makna yang tidak akan terwadahi
dalam bahasa tulis. Karena itu hukum tertulis hadir dalam keadaan cacat
sejak dilahirkan. Bentuk cacat tersebut adalah kegagalannya dalam
merumuskan norma yang merupakan suatu kebenaran yang sangat luas
untuk dimasukkan ke dalam rumusan hukum tertulis yang serba sempit dan
membatasi.
Keadaan darurat
Konfigurasi politik
PEMBAHASAN
FLEKSIBILITAS PERUBAHAN KONSTITUSI PASCA AMENDEMEN : PERUBAHAN SECARA FORMAL
PEMBAHASAN
FLEKSIBILITAS PERUBAHAN KONSTITUSI PASCA AMENDEMEN : PERUBAHAN MELALUI PUTUSAN
PENGADILAN

Penafsiran lembaga peradilan atas substansi konstitusi mulai diakui dengan


pembentukan Mahkamah Konstitusi the( sole interpreter of the constitution )
Dalam beberapa hal pengujian UU, Mahkamah Konstitusi kerap kali
memberikan nuansa baru terhadap substansi konstitusi melalui putusannya
Putusan Mahkamah Konstitusi mempunyai kekuatan final dan mengikat
secara umum (erga omnes) tidak hanya bagi para pihak
Perubahan Konstitusi melalui Putusan MK jauh lebih fleksibel dibandingkan
dengan perubaha secara formal
KESIMPULAN

Justifikasi Perubahan Konstitusi


1. Konstitusi merupakan manifestasi dari berbagai kekuatan politik dan ekonomi yang
dominan pada saat dirumuskannya konstitusi itu, yang dalam perkembangannya, akan
terdapat berbagai macam perubahan yang belum tercakup dalam suatu konstitusi
2. Konstitusi tertulis akan selalu mengalami ketertinggalan dengan kemajuan peradaban
sehingga untuk beradaptasi, diperlukan perubahan dan penyesuaian
3. konstitusi merupakan produk yang disusun oleh manusia yang sesuai kodratnya tidak
akan pernah mencapai sempurna
4. konstitusi sebagai hukum tertulis akan mempunyai kecacatan alamiah disebabkan oleh
kemampuan bahasa (terutama secara tertulis) yang tidak akan mampu mewadahi
pikiran yang ingin disampaikan. Setiap kali suatu pikiran ingin dituangkan ke dalam
kalimat, maka ia selalu mengalami resiko kegagalan, karena selalu ada suasana dan
makna yang tidak akan terwadahi dalam bahasa tulis
5. keadaan darurat, keadaan bahaya, dan/atau keadaan memaksa yang mendesak
dilakukannya perubahan konstitusi
6. pembaharuan politik dan pengaruh konfigurasi politik
KESIMPULAN

Perubahan konstitusi secara formal pasca amendemen secara normatif


teoretis berdasarkan Pasal 37 UUD NRI 1945 dapat dikualifikasikan ke dalam
fleksibel. Namun secara praktik empiris, perubahan formal
konstitusi yang
tersebut dikualifikasikan sebagai konstitusi yang rigid. Hal ini disebabkan
karena faktor konfigurasi politik yang menentukan apakah suatu konstitusi
akan diubah atau tidak. Pada akhirnya, pengaruh konfigurasi politik inilah
yang paling mendominasi ukuran fleksibilitas perubahan konstitusi, dengan
berangkat pada asumsi dasar bahwa konstitusi yang merupakan dokumen
hukum, merupakan produk politik. Sedangkan perubahan konstitusi melalui
putusan pengadilan, relatif lebih fleksibel sejak diadopsinya kelembagaan
Mahkamah Konstitusi dalam pranata hukum Indonesia

Anda mungkin juga menyukai