Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN April 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS
GANGGUAN ANNXIETAS CAMPURAN DAN DEPRESI (F41.2)

DISUSUN OLEH:
Gracia Inriya
C014182127

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Devina

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. A. Suhera Syauki, M.Kes. Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Samatta, Gowa

LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis dari pasien itu sendiri.
I. RIWAYAT PSIKIATRI

1. Keluhan Utama

Mudah lelah
2. Riwayat Gangguan Sekarang

a) Keluhan dan Gejala

Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke Poli RSKD Dadi untuk yang
kedua kalinya datang sendiri dengan keluhan malas beraktivitas, kurang bergairah
dalam melakukan aktivitas, selalu merasa ingin tidur saja pada pagi dan siang hari,
merasa cemas, malas makan, merasa tertekan, dan selalu ingin meluapkan emosi. Pasien
juga mudah lelah dan kurang bersemangat kurang lebih 4 hari terakhir. Tidak bisa
melakukan kegiatan seperti biasanya, dimana sehari-hari sebelumnya pasien memiliki
aktivitas berdagang. Pasien selalu merasa lemas di pagi hari sehingga tidak ada kegiatan
dan tidak bisa berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya. Pasien juga merasa tidak
nafsu makan sehingga makan tidak teratur, mandi teratur, dan tidur malam terganggu.

Awal perubahan perilaku, 19 tahun yang lalu (1999) ketika suaminya bekerja di
Timor-Timur, pasien merasa cemas karena pada saat itu sedang terjadi perang. Anaknya
juga meninggal akibat tenggelam. Pasien sempat berobat di RSKD Dadi tahun 2000
setelah gejala menghilang, pasien kemudian tidak pernah lagi meminum obatnya. Saat
ini keluhan pasien kembali muncul karena memikirkan anak keduanya yang sampai saat
ini belum menikah. Sebelum sakit pasien merupakan orang yang ramah, mudah bergaul
dengan tetangga. Hubungan dengan keluarga baik.

a) Hendaya/disfungsi

Hendaya dalam bidang sosial ada


Hendaya dalam bidang pekerjaan ada
Hendaya dalam waktu senggang ada
b) Faktor stressor psikososial
Pasien memikirkan anaknya yang sampai saat ini belum menikah
c) Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya:
 Riwayat infeksi (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat NAPZA: - alkohol (-)
- Merokok (-)
- Zat psikoaktif lain tidak ada
3. Riwayat gangguan sebelumnya:

1. Riwayat penyakit fisik: tidak ada

2. Riwayat penggunaan NAPZA: tidak ada.

3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Ada pada tahun 1999 dengan gejala yang sama.

4. Riwayat kehidupan pribadi:


a) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di rumah melalui persalinan normal, cukup bulan, dibantu oleh bidan.
Riwayat ASI hingga umur 1 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
b) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan berbicara baik.
Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik berlangsung baik.
c) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan temannya. Pasien tinggal bersama ibu dan
ayahnya, pasien mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup dari kedua orang
tuanya.
d) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolahnya sampai jenjang SMA
e) Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien adalah SMA
 Riwayat Pekerjaan: Pedagang
 Riwayat Pernikahan: Pasien menikah dan memiliki 2 anak
 Riwayat Kehidupan Beragama: Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan
kewajiban agama dengan baik.
5. Riwayat kehidupan keluarga:
 Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara (♀,♀,)
 Hubungan dengan anggota keluarga baik. Pasien tinggal bersama seorang anak setelah
suami meninggal.
 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga pasien tidak ada.

GENOGRAM

: Laki – laki : Gangguan Jiwa

: Perempuan X : Meninggal

: Pasien

6. Situasi sekarang:
Saat ini pasien tinggal bersama seorang anaknya sejak suami pasien meninggal. Anaknya
belum menikah. Hubungan dengan anak-anaknya baik. Pasien sudah jarang berdagang
dirumahnnya karena merasa malas.
7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya:
Pasien menyadari dirinya sakit dan ingin sembuh.

II. STATUS MENTAL (13/2/2019)


A. Deskripsi umum
 Penampilan : Perempuan berumur 56 tahun, wajah sesuai umur.
Perawakan sedang, perawatan diri cukup. Memakai baju
terusan, jilbab coklat. Kontak mata ada, verbal ada.
 Kesadaran : Baik
 Aktivitas psikomotor : tenang
 Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian:
 Mood : Hipotimia
 Afek : cemas
 Keserasian : Serasi
 Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif):
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai dengan tingkat
pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
 Waktu : Baik
 Orang : Baik
 Tempat : Baik
4. Daya ingat :
 Jangka panjang : Baik
 Jangka pendek : Baik
 Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan Persepsi:
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir:
1. Arus pikiran:
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Relevan dan koheren
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran:
 Preokupasi : Memikirkan anaknya yang kedua yang sampai saat ini
belum menikah.
 Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls : Baik
G. Daya nilai:
 Norma sosial : Baik
 Uji daya nilai : Baik
 Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (insight) :
Pasien menyadari penyakitnya tapi tidak teratur meminum obatnya (Tilikan 5)
I. Taraf dipercaya : Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


1. Status Internus
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 95x/menit
- Suhu : 36.5°C
- Pernapasan : 20x/menit

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5
b. Tanda rangsang meninges : tidak dilakukan
c. Pupil : bulat, isokor, diameter 2.5 mm/2.5 mm
d. Nervus kranialis : dalam batas normal
e. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
f. Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Dari autoanamnesis didapatkan :


Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke Poli RSKD Dadi untuk yang
kedua kalinya datang sendiri dengan keluhan malas beraktivitas, kurang bergairah
dalam melakukan aktivitas, selalu merasa ingin tidur saja, merasa cemas, malas makan,
merasa tertekan, dan selalu ingin meluapkan emosi. mudah lelah dan kurang
bersemangat kurang lebih 4 hari terakhir.. Pasien juga merasa tidak nafsu makan
sehingga makan tidak teratur, dan tidur malam sulit.

Awal perubahan perilaku, 19 tahun yang lalu (1999) ketika suaminya bekerja di
Timor-Timur, pasien merasa cemas karena pada saat itu sedang terjadi perang. Dan
anaknya juga meninggal akibat tenggelam. Sebelum sakit pasien merupakan orang yang
ramah, mudah bergaul dengan tetangga,hubungan dengan keluarga baik

Pada pemeriksaan status mental didapatkan:


Tampak perempuan memakai baju terusan coklat dan jilbab pink. wajah tampak sesuai
usia, Perawakan sedang, dan perawatan diri cukup. Kesadaran baik. Pembicaraan spontan,
lancar, intonasi biasa dan sikap terhadap pemeriksa koperatif Mood hipotimia, afek
depresif, empati dapat dirabarasakan. Isi pikiran, preokupasi: Memikirkan masalah
anaknya yang sampai saat ini belum menikah. Gangguan persepsi tidak ada. Penilaian
realitas tidak terganggu. Tilikan derajat 5, menyadari dirinya sakit tapi tidak teratur
pengobatan. Secara keseluruhannya, setiap informasi yang diutarakan pasien dapat
dipercaya.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I:

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala


klinis yang bermakna yaitu pasien merasa cemas, malas melakukan aktivitas, sulit tidur
malam, kurang bergairah dalam melakukan aktivitas, selalu merasa ingin tidur saja,
merasa cemas, malas makan, merasa tertekan, dan selalu ingin meluapkan emosi yang
menimbulkan distress (penderitaan) berupa rasa tidak nyaman bagi diri pasien serta
terdapat hendaya (disabilitas) dalam hubungan sosial, pekerjaan dan waktu senggang
sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai
realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non psikotik. Dari
pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan
gangguan jiwa non psikotik non organik. Berdasarkan autoanamnesis, dan
pemeriksaan status mental ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna berupa afek
depresif, anergi (mudah lelah), kehilangan minat pada sesuatu yang menjadi minatnya
sebelum ini (berdagang), konsentrasi berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, nafsu makan berkurang, dan tidur malam terganggu.Keadaan ini
berlangsung sejak 4 hari terakhir karena putus obat. Berdasarkan gejala-gejala klinis ini
dapat ditegakkan diagnosis Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2).
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya, sulit melakukan tugas
dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang
bermanfaat (disability). Didapatkan juga hendaya dalam pekerjaan akibat dari depresi.
Berdasarkan pemeriksaan ini, dapat ditegakkan diagnosa yaitu Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi (F41.2).
Diagnosis Banding

a. Gangguan cemas menyeluruh (F41.1): Pada pasien ini, tedapat juga gejala
anxietas yang hampir terjadi setiap hari namun bukan gejala primer karena pasien juga
menunjukkan gejala – gejala depresi.
b. Gangguan Depresif sedang tanpa gejala somatik (F32.11). Pada pasien ini, terdapat
gejala dimana pasien memiliki afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan serta
sering mersa mudah lelah. Dan pasien juga nafsu makan berkurang, tidurr malam
terganggu, dan konsntrasi dalam melakukan ativitas. Pasien tidak menunjukkan gejala
ini dalam 2 minggu, pasien cenderung menunjukkan gejala depresi sehingga diagnosis
ini disingkirkan.

 Axis II
Berdasarkan informasi yang didapatkan, data yang diperoleh belum cukup untuk
diarahkan ke salah satu ciri khas kepribadian.
 Axis III
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan fisis yang
bermakna
 Axis IV
Masalah memikirkan anaknya yang sampai saat ini belum menikah
 Axis V

GAF Scale saat ini 60 - 51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

VI. DAFTAR MASALAH


 Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan farmakoterapi.
 Psikologik:

Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan gejala psikis
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi
 Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya ringan dalam penggunaan waktu senggang, hubungan social
dan pekerjaan maka membutuhkan sosioterapi.

VII. RENCANA TERAPI


 Psikofarmakoterapi :
- R/Fluoxetine 20 mg/24 jam/oral/pagi
- R/Clobazam 10 mg/24jam/oral/malam
 Psikoterapi supportif:
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling :Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara
menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur.
 Sosioterapi:
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang terdekat pasien
tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial sehingga membantu proses
penyembuhan pasien sendiri.
 Terapi Kognitif Perilaku
Tujuan terapi ini untuk mengubah proses berfikir individu agar menjadi lebih rasional
agar pasien mempunyai kemampuan untuk mengenali dan kemudian mengevaluasi atau
mengubah cara berfikir, keyakinan dan perasannya (mengenai diri sendiri, masalah dan
lingkungannya) yang salah sehingga pasien dapat mengubah perilaku yang salah dengan
cara mempelajari keterampilan pengendalian diri dan strategi pemevahan masalah yang
efektif.
VIII. PROGNOSIS

Ad vitam :Dubia et bonam


Ad Functionam :Dubiat et bonam
Ad sanationam :Dubia et bonam
 Faktor pendukung:
- Pasien tetap bekerja meskipun tidak setiap hari, karena memiliki anak-anak yang
harus dinafkahi
- Motivasi pasien yang besar untuk sembuh
- Keluarga pasien yang mendukung kesembuhan pasien

 Faktor Penghambat
- Terus memikirkan anaknya yang belum menikah

IX. PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Anxietas merupakan gangguan mental yang paling banyak ditemukan. Gangguan ini sering
timbul dan komorbid dengan gangguan depresi major, dan gangguan somatoform. Menurut
beberapa penelitian gangguan ini timbul karena faktor psikososial, genetic dan juga faktor
neurobiologis.1
Menurut kriteria ICD-10 gangguan campuran anxietas dan depresi digambarkan dengan
gejala yang bersamaan terjadi, gejala subsindromal anxietas dan depresi, cukup berat untuk
menjadi diagnosis psikiatri tetapi keduanya tidak ada yang predominan.2 Dianggarkan 85% pasien
dengan depresi akan juga mempunyai gejala anxietas yang signifikan. Dan sebaliknya juga,
hampir 90% pasien dengan cemas akan mempunya gejala depresi.3
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari
aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang
merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari
gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu
sistem kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan
norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum
diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada
depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif
salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine) pada
sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbik.8
Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik
dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan
otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan
pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing.
Rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di
perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas4567

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2)


Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2) merupakan gejala-gejala anxietas
maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup
berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik,
harus ditemukan walaupun harus tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.

Kriteria Diagnostik Menurut PPDGJ III7:


F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

• Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, di mana masng –


masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, di samping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
• Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, makan
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau
gangguan anxiets fobik.
• Bila ditemukan sindrom depresi dan cemas yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis maka kedua diagnosis tersebut harus
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan. Dalam hal
demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
• Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas maka harus digunakan kategori F.43.2 (gangguan penyesuaian)
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan adanya gejala
klinis yang bermakna berupa mood yang hipotimia, afek depresif, anergi (mudah lelah),
kehilangan minat pada sesuatu yang menjadi kebiasannya (naik motor sama temannya),
konsentrasi berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, nafsu makan
berkurang, dan tidur terganggu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada
dirinya, sulit melakukan tugas dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu luangnya
dengan hal yang bermanfaat (disability) sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita Gangguan jiwa. Tidak ada riwayat trauma kepala maupun gangguan
neurologis lain sehingga Gangguan Jiwa Organik dapat disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya gejala
klinis yang bermakna berupa afek depresif, anergi (mudah lelah), kehilangan minat pada
sesuatu yang menjadi minatnya sebelum ini (berdagang), konsentrasi berkurang, harga
diri dan kepercayaan diri berkurang, nafsu makan berkurang, dan tidur malam terganggu
karena sering berpikir tentang anaknya. Keadaan ini berlangsung sejak tahun 1999 saat
memikirkan suami yang bekerja di Timor-Timur dan anaknya yang baru saja meninggal
akibat tenggelam, namun sembuh dan muncul kembali dan memberat 4 hari terakhir
karena putus obat. Berdasarkan gejala-gejala klinis ini dapat ditegakkan diagnosis
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2). Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) pada dirinya, sulit melakukan tugas dalam kehidupan harian, dan
sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang bermanfaat (disability). Didapatkan juga
hendaya dalam pekerjaan akibat dari depresi. Berdasarkan pemeriksaan ini, dapat
ditegakkan diagnosa yaitu Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2).
Pasien juga diberi farmako terapi berupa Fluoxetine untuk depresinya. Supresi
gejala cemasnya pasien dan ditambah dengan clobazam supaya lebih efektif.
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi interpersonal dan sosioterapi. Hal ini
sesuai karena terapi interpersonal, sosioterapi dan kognitif telah terbukti efektifitasnya
dalam kasus gangguan depresi. Terapi kognitif bertujuan untuk mengurangi gejala
depresi dan mencegah rekurensi, dengan cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi
masalah dan mengubah pola pikir pasien menjadi positif. Terapi interpersonal dilakukan
untuk memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal.
Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang disekitar pasien
dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang mendukung pasien.
Daftar pustaka

1. Bandelow B, Lichte T, Rudolf S, Wiltink J, Beutel M. The Diagnosis of and Treatment


Recommendations for Anxiety Disorders. Deutsches Aerzteblatt Online. 2014
2. Möller H, Bandelow B, Volz H, Barnikol U, Seifritz E, Kasper S. The relevance of ‘mixed
anxiety and depression’ as a diagnostic category in clinical practice. European Archives of
Psychiatry and Clinical Neuroscience. 2016;266(8):725-736.
3.Tomb D. Buku Saku Psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2000.
4.Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.
5. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: Salemba Medika; 2001.
6.Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ke-2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009.
7.Maslim, Rusdi. BukuSaku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2001.
8.Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Concise Textbook of Clinical Psychiatry. Edisi
ke-3. USA Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
LAMPIRAN WAWANCARA AUTOANAMNESIS
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : Assalamualaikum ibu, perkenalkan saya Gracia ibu, dokter muda yang sedang bertugas
hari ini. Tabe, siapa nama ta bu?
P : Ibu S
DM : berapa umur ta bu?
P : 56 tahun dok
DM : ibu sudah menikah?
P : iya sudah dok
DM : apa pekerjaan ta ibu?
P : Pedagang dok
DM : oiye bu. jadi apa keluhanta sampai kita datang ke poli berobat bu?
P : ini dok, kayak perasaanku itu sekrang nda enak kurasa dok, kayak malas sekali kalau
pagi, kayak mau tidur terus saja kurasa, ini emosiku juga kayak tidak terkendali kayak mau terus
marah-marah, susah tidur juga kalau malam.
DM : sudah sejak kapan itu bu?
P : sudah 4 hari mi ini dok
DM : malas bagaimana ki bu, kita rasa ?
P : ndataumi juga dokter, kayak mau terusjka tidur dirumah saja kalau pagi
DM : apakah kita kerja sebelumnya ibu ?
P : berdagang dok, tapi inimi jarangmka buka warung karena malas kurasa beraktivitas
DM : ohhiye, tiap malam ibu susah tidur atau ada hari-hari tertentu?
P : hampir tiap malam dok
DM : jadi kalau kita tidak minum obat ta nda bisa ki tidur sama sekali?
P : iya dok, tapi sempatka kalau enak ji kurasa nda kuminum ji obatku dok
DM : apa lagi kita rasakan ibu klu kita tidak minum obat ta?
P : pokoknya tidak enak ku rasa
DM : oh iya bu, bagaimana awal mulanya keluhan ta?
P : Awalnya pernahka juga rasa begini sekitar tahun 1999, waktu Timor Timur jaman-
jamannya perang, baru suamiku itu lagi kerja disana, jadi kepikiran terus, nda lama sudah itu,
mreninggal anak pertamaku dok sekitar tahun 2000 gara2 tenggelam, jadi mulai dari situ stress
mi kurasa, susah tidur, kepikiran terus, malas bergerak, malas makan, kayak nda semangat sekali
DM : jadi semenjak tahun 1999 yang lalu itu kita sedih terus sampe sekarang?
P : tidak ji dok, tapi awalnya kurasa kayak keluhan ku sekarang itu mulai tahun itu
DM : jadi sempatki berobat ke dokter sebelumnya ibu karena keluhan ta ?
P : iye dok, sempatka berobat ke rumah sakit dadi ini, waktu nda beginipi RS. Dadi sekitar
tahun 2000 itu waktu itu
DM : terus ada dikasi ki obat bu ?
P : iyee dok
DM : Bgaimana kita rasa setelah minum obat ibu ?
P : enak-enak mikurasa setelah itu dok, bisama kerjakan urusan rumah, nda terlalu kepikiran
mka juga
DM : ohhiye, jadi rajinjki minum obatta bu ?
P : setelah kurasami enakan dokter, nda minum mka obatku itu karena kubilang sehat mka,
baikan mi
DM : oh haruski kembali kontrol teratur harusnya bu ke poli
P : oh iye dok, nda saya tahu
DM : jadi sekranag apa kira-kira pikiran ta yang buat ki seperti ini lagi ?
P : kayaknya dok, saya kepikiran terus ini anakku yang kedua
DM : kenapa anakta ibu ?
P : ini anakku perempuan dok, belum mau menikah-menikah, tua mi saya rasa baru belum
mau menikah katanya dok
DM : ohh,kenapa ibu ?
P : ma uterus kejar sekolahnya, padahal 27 tahunmi umurnya, sudah banyak laki-laki
anaknya temanku yang saya kasi kenal,, tapi nda adapi katanya yang cocok sama dia, saya
pusing dok. Mau terus sekolah baru nda mau menikah, padahal dosenmi di UNM, dosen
teknik.
DM : janganmi dipikir terus ibu
P iye dok
DM : tabe ibu hubunganta dengan keluargata yang lain bagaimana ?
P : baikji dok
DM : kalau suamita ibu ?
P :meninggalmi suamiku dokter
DM : ohh kapan meninggal suamita bu ?
P : tahun kemarin bulan 6 2018
DM : ooh, waktu meninggal suamita beginiki juga kita rasa ?
P : iya dok, tapi masih bisaji kulawan, jadi nda ke dokter ji, ini pi 4 hari terakhir kayak
parahmi kurasa jadi saya kesini
DM : oohiye bu, bagusji hubunganta dengan anakta, sama tetanggata ?
P : iye bagusji dok
DM :Oh iya bu, kalo nafsu makanta bagaimana?
P :akhir-akhir ini saya kurang nafsu makan dok
DM :Ini berobat keberapa kalita di dadi bu?
P :Dulu sempat saya rasa membaik mka dok, jadi biasa kayak tidak enakpi lagi perasaanku
baru saya minum obat, selama itu tidak pernahmka minum obat
DM :Iya bu itu bisa jadi pemicu untuk kambuh lagi penyakitta.
DM :Waktuta lahir cukup bulanji bu?
P : iya cukup bulan dok
DM :ASI kita minum atau susu formula langsung?
P :ASI dok
DM :Tidak pernahjki sakit-sakit pas masih kecil, kayak kejang, demam tinggi begitu ibu ?
P :tidak ji dok, sehat-sehatji waktu kecil
DM :Kalau jatuh atau kejang pernah bu?
P :Tidak pernah dok
DM :Pendidikan terakhirta apa bu?
P :SMA dok
DM :Berapa bersaudaraki bu?
P : 2 bersaudara dok
DM :saudarata cewek atau cowok ?
P :cewek dok
DM :Ibu sudah punya anak?
P :Iya sudah, 2 dok cowok 1 orang sama cewe 1. Itumi yang meningga yang pertama cowok
DM :Kita tinggal sama siapa bu?
P :Sama itumi anakku yang dosen di UNM dok, semenjak meninggal suamiku, sisa
berduaka tinggal
DM :Ada keluargata yang sama penyakitnya dengan kita sekarang bu?
P : Tidak ada ji dok
DM :Pernahki demam atau jatuh sebelumnya muncul ini penyakitta bu?
P :tidakjji dok
DM :Selain itu ada penyakitta bu?
P : tidak ada dok
DM :Pernahki konsumsi rokok atau alkohol bu?
P :Tidak pernah dok.
DM : kalau obat-obat tertentu tanppa resep dokter pernah bu ?
P : tidak dok
DM :Iya bu. Ada lagi keluhan lainta?
P : itu saja dok
DM : oh iya sudah mi pade bu. makasih ya bu. Semoga cepat membaik keluhanta
P : iya dok makasih juga dok

Anda mungkin juga menyukai