LAPORAN KASUS
GANGGUAN ANNXIETAS CAMPURAN DAN DEPRESI (F41.2)
DISUSUN OLEH:
Gracia Inriya
C014182127
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Devina
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. A. Suhera Syauki, M.Kes. Sp.KJ
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Samatta, Gowa
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis dari pasien itu sendiri.
I. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Mudah lelah
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke Poli RSKD Dadi untuk yang
kedua kalinya datang sendiri dengan keluhan malas beraktivitas, kurang bergairah
dalam melakukan aktivitas, selalu merasa ingin tidur saja pada pagi dan siang hari,
merasa cemas, malas makan, merasa tertekan, dan selalu ingin meluapkan emosi. Pasien
juga mudah lelah dan kurang bersemangat kurang lebih 4 hari terakhir. Tidak bisa
melakukan kegiatan seperti biasanya, dimana sehari-hari sebelumnya pasien memiliki
aktivitas berdagang. Pasien selalu merasa lemas di pagi hari sehingga tidak ada kegiatan
dan tidak bisa berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya. Pasien juga merasa tidak
nafsu makan sehingga makan tidak teratur, mandi teratur, dan tidur malam terganggu.
Awal perubahan perilaku, 19 tahun yang lalu (1999) ketika suaminya bekerja di
Timor-Timur, pasien merasa cemas karena pada saat itu sedang terjadi perang. Anaknya
juga meninggal akibat tenggelam. Pasien sempat berobat di RSKD Dadi tahun 2000
setelah gejala menghilang, pasien kemudian tidak pernah lagi meminum obatnya. Saat
ini keluhan pasien kembali muncul karena memikirkan anak keduanya yang sampai saat
ini belum menikah. Sebelum sakit pasien merupakan orang yang ramah, mudah bergaul
dengan tetangga. Hubungan dengan keluarga baik.
a) Hendaya/disfungsi
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: Ada pada tahun 1999 dengan gejala yang sama.
GENOGRAM
: Perempuan X : Meninggal
: Pasien
6. Situasi sekarang:
Saat ini pasien tinggal bersama seorang anaknya sejak suami pasien meninggal. Anaknya
belum menikah. Hubungan dengan anak-anaknya baik. Pasien sudah jarang berdagang
dirumahnnya karena merasa malas.
7. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya:
Pasien menyadari dirinya sakit dan ingin sembuh.
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen dalam batas
normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5
b. Tanda rangsang meninges : tidak dilakukan
c. Pupil : bulat, isokor, diameter 2.5 mm/2.5 mm
d. Nervus kranialis : dalam batas normal
e. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
f. Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
Awal perubahan perilaku, 19 tahun yang lalu (1999) ketika suaminya bekerja di
Timor-Timur, pasien merasa cemas karena pada saat itu sedang terjadi perang. Dan
anaknya juga meninggal akibat tenggelam. Sebelum sakit pasien merupakan orang yang
ramah, mudah bergaul dengan tetangga,hubungan dengan keluarga baik
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai
realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non psikotik. Dari
pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda disfungsi otak sehingga dapat digolongkan
gangguan jiwa non psikotik non organik. Berdasarkan autoanamnesis, dan
pemeriksaan status mental ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna berupa afek
depresif, anergi (mudah lelah), kehilangan minat pada sesuatu yang menjadi minatnya
sebelum ini (berdagang), konsentrasi berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, nafsu makan berkurang, dan tidur malam terganggu.Keadaan ini
berlangsung sejak 4 hari terakhir karena putus obat. Berdasarkan gejala-gejala klinis ini
dapat ditegakkan diagnosis Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2).
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya, sulit melakukan tugas
dalam kehidupan harian, dan sulit mengisi waktu luangnya dengan hal yang
bermanfaat (disability). Didapatkan juga hendaya dalam pekerjaan akibat dari depresi.
Berdasarkan pemeriksaan ini, dapat ditegakkan diagnosa yaitu Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi (F41.2).
Diagnosis Banding
a. Gangguan cemas menyeluruh (F41.1): Pada pasien ini, tedapat juga gejala
anxietas yang hampir terjadi setiap hari namun bukan gejala primer karena pasien juga
menunjukkan gejala – gejala depresi.
b. Gangguan Depresif sedang tanpa gejala somatik (F32.11). Pada pasien ini, terdapat
gejala dimana pasien memiliki afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan serta
sering mersa mudah lelah. Dan pasien juga nafsu makan berkurang, tidurr malam
terganggu, dan konsntrasi dalam melakukan ativitas. Pasien tidak menunjukkan gejala
ini dalam 2 minggu, pasien cenderung menunjukkan gejala depresi sehingga diagnosis
ini disingkirkan.
Axis II
Berdasarkan informasi yang didapatkan, data yang diperoleh belum cukup untuk
diarahkan ke salah satu ciri khas kepribadian.
Axis III
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan kelainan fisis yang
bermakna
Axis IV
Masalah memikirkan anaknya yang sampai saat ini belum menikah
Axis V
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan gejala psikis
sehingga pasien membutuhkan psikoterapi
Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya ringan dalam penggunaan waktu senggang, hubungan social
dan pekerjaan maka membutuhkan sosioterapi.
Faktor Penghambat
- Terus memikirkan anaknya yang belum menikah
Anxietas merupakan gangguan mental yang paling banyak ditemukan. Gangguan ini sering
timbul dan komorbid dengan gangguan depresi major, dan gangguan somatoform. Menurut
beberapa penelitian gangguan ini timbul karena faktor psikososial, genetic dan juga faktor
neurobiologis.1
Menurut kriteria ICD-10 gangguan campuran anxietas dan depresi digambarkan dengan
gejala yang bersamaan terjadi, gejala subsindromal anxietas dan depresi, cukup berat untuk
menjadi diagnosis psikiatri tetapi keduanya tidak ada yang predominan.2 Dianggarkan 85% pasien
dengan depresi akan juga mempunyai gejala anxietas yang signifikan. Dan sebaliknya juga,
hampir 90% pasien dengan cemas akan mempunya gejala depresi.3
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya disebabkan interaksi dari
aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang
merupakan stressor muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari
gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas diperantarai oleh suatu
sistem kompleks yang melibatkan system limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan
norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum
diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas. Begitu pula pada
depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif
salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine) pada
sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbik.8
Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik
dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan
otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan
pucat, takikardi, palpitasi, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing.
Rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di
perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas4567