Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PENGELOLAAN BASIS DATA SPASIAL SIG (tugas kelompok

GIS)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sudah dapat dicapai hingga pada saat ini,
khususnya di bidang komputer grafik, basisdata, teknologi informasi, dan teknologi indereja,
maka kebutuhan mengenai penyimpanan, analisis, dan penyajian data yang berstruk tur
kompleks dengan jumlah besar makin mendesak. Struktur data kompleks tersebut mencakup
baik jenis data spasial maupun atribut. Dengan demikian, untuk mengelola data yang kompleks
ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu mengolah baik data
spasial maupun data atribut ini secara efektif dan efisien. Tidak itu saja, sistem inipun harus
mampu menjawab dengan baik pertanyaan spasial maupun atribut secara simultan.
Keberadaan suatu sistem informasi yang efisien sangat diharapkan mampu mengelo la
data dengan struktur yang kompleks dan dengan jumlah yang besar ini dapat membantu dalam
proses pengambilan keputusan yang jitu. Dan salah satu sistem yang menawarkan solusi-solus i
untuk masalah ini adalah sistem informasi geografis (SIG/GIS). GIS adalah suatu teknologi
baru yang pada saat ini menjadi alat bantu yang sangat esensial dalam menyimpa n,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan
data atribut dan spasial.
Untuk mengumpulkan data informasi geografis dapat diambil dari peta tematik,
penelitian, pengukuran dilapangan, atau kumpulan data statistik yang dikumpulkan oleh
institusi-institusi pemerintah (termasuk data sensus di dalamnya). Dari data-data diatas pada
umumnya mengandung lebih dari satu atribut yang diasosiasikan dengan lokasi spasialnya.
Sebagai contoh, properties jenis tang yang menjadi daya tarik studi-studi sumber daya lahan
pada umumnya adalah tipe, warna, tekstur, kandungan organik, derajat keasaman, dsb. Atribut -
atribut tambahan ini disebut sebagai entities non-spasial dari basisdata spasial.
Basisdata spasial mendeskripsikan sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau
posisi yang tetap maupun yang tidak tetap (memiliki kecendrungan untuk berubah, bergerak,
atau berkembang). Tipe-tipe entity spasial ini memiliki properties topografi dasar yang
meliputi lokasi, dimensi, dan bentuk (shape). Hampir semua SIG memiliki campuran tipe-tipe
entity spasial dan non-spasial. Tetapi, tipe-tipe entity non-spasial tidak memiliki property
topografi dasar lokasi.
Dengan demikian, sebelum analisis SIG dapat dilakukan diperlukan data tambahan
untuk kemudian digabungkan kedalam basisdata geografi. Sebagai contoh, untuk menjawab
pertanyaan apa tipe landuse (tataguna tanah) yang direpresentasikan oleh setiap poligon pada
suatu peta SIG, diperlukan beberapa atribut deskriptif untuk dikaitkan terhadap coverage
landuse tersebut yang kemudian dikelola oleh perangkat SIG. Atribut-atribut tersebut juga
mencakup kode yang mengindikasikan tipe landuse setiap poligon (misalnya hutan atau tanah
pertanian) dan nilai atau biaya rata-rata untuk pemeliharaanya per-hektar sehingga biaya total
akuisisi lahan setiap potensi lokasi (site) dapat ditentukan.
Walaupun demikian, untuk mengelola data dan informasi atribut di dalam SIG tidak
semudah yang kita bayangkan. Untuk melakukannya diperlukan pemahaman yang baik
mengenai konsep-konsep sistem manajemen basisdata (Database Managemen System-
DBMS).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SIG SEBAGAI PENGELOLAHAN BASIS DATA


Pada awalnya, pengembangan masing- masing perangkat lunak dimulai dari nol, dengan
menggunakan tools yang cukup terbatas baik jumlah maupun kemampuannya, sistem operasi
dan compiler untuk bahasa pemograman yang digunakan untuk mengembangkan tools SIG
pada saat itu. Pada masa itu, belum banyak bahan pustaka yang powerfull dan lengkap atau
standar terkait yang tersedia dan dapat diakses secara penuh oleh public. Dengan demikia n
kemungkinan besar semua fungsional sistem SIG (terutama fitur-fitur user interface, analis is
spasial dan penanganan manajemen basis datanya) dikembangkan sendiri oleh developme nt
teamnya yang ahli dibidang masing-masing.
Seiring dengan kemajuan, sifat keterbukaan pemikiran yang arah knowledge sharing,
dan juga konsep open source yang melanda dibidang teknologi informasi, maka pada saat itu
perangkat lunak SIG sudah dapat dikembangkan dengan dukungan standar-standar terkait,
termasuk konsep dan implementasi sistem manajemen basis data (DBMS) dan beberapa
algoritma spasialis yang powerfull dan sudah tersebar secara luas.
Pengembangan sistem SIG yang telah mendapatkan dukungan DBMS dapat dijelaskan
dengan beberapa fakta berikut:
a. Biaya pengadaan DBMS telah mendominasi secara garis besar biaya keseluruhan perangkat
lunak sistem-sistem termasuk SIG.
b. DBMS banyak memiliki fungsi-fungsi yang diperlukan oleh sistem perangkat SIG.

2.2 KONSEP- KONSEP BASIS DATA DI DALAM SIG


Sistem informasis Geografis (SIG) tidak dapat dilepaskan dengan basis data, sebab SIG
sendiri memerlukan data (spasial dan atribut ) yang disimpan di dalam basis data spasial
(dimana data atribut terdapat didalamnya). Selain itu, semua perangkat SIG-pun secara inherent
telah dilengkapi dengan kemampuan dalam mengelola basis data.

2.2.1 Basis Data


Konsep mengenai basis data dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari sudut pandang
sistem, basis data dimaknai sebagai kumpulan tabel- tabel (logika) atau bahkan files (fisik)
yang saling berelasi satu sama lainnya. Sementara dari sisi manajemen, basis data dapat
dipandang sebagai kumpulan data yang memodelkan aktivitas-aktivitas yang terdapat diidala m
enterprise-nya. Selain itu, dalam pengertian yang lebih umum, basis data juga mengand ung
pengertian sebagai kumpulan data non-redundant yang dapat digunakan bersama (shared) oleh
sistem- sistem yang berbeda.atau dengan kata lain, basis data adalah kumpulan data (file) non-
redundant yang saling terkait satu sama lainnya (yang dinyatakan oleh atribut-atribut kunci
milik tabel-tabelnya / struktur data berikut relasi-relasinya)
Di dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise). Berikut
adalah beberapa pengertian dari basis data yang telah di kembangkan atas dasar sudut pandang
yang sedikit berbeda :
a. Himpunan kelompok data (file/arsip) yang saling berhubungan dan diorganisasikan sedemikia n
rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
b. Kumpulan data yang saling berhubungan dan disimpan bersama sedemikian rupa tanpa
pengulangan yang tidak perlu (redudancy) untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
c. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan dan disimpan di dalam media penyimpa na n
elektronik.
Kehadiran terminologi “basis data” mengimplementasikan adanya sebuah pengertia n
mengenai keterpisahan antara (media) penyimpanan (storage) fisik data (basis data itu sendiri)
dengan program-program aplikasi (user/programmer-developed) yang mengaksesnya
(termasuk DBMS terkait), untuk mencegahnya sebisa mungkin dari masalah saling
bergantungan (dependence) di antara keduanya.
Sehubungan dengan hal ini, maka dengan menggunakan perangkat sistem basis data,
baik pengguna, pemrogram, maupun developer program aplikasinya tidak perlu mengeta hui
informasi detail mengenai bagaimana data yang bersangkutan disimpan di dalam basis datanya.
Meskipun demikian dengan basis data, baik proses perubahan, editing, maupun updating
terhadap datanya dapat dilakukan tanpa mempengaruhi komponen-komponen lainnya yang
terdapat di dalam sistem yang bersangkutan. Perubahan yang dimaksud dapat mencakup
perubahan format data (konversi), struktur file, atau relokasi data dari satu perangkat ke
perangkat-perangkat lainnya.

2.2.2 Keuntungan Penggunaan Basis Data


Bila dibandingkan dengan sistem pemrosesan file (tradisional) yang (pernah) didukung
oleh sistem operasi konvensional, maka penggunaan basis data akan mendatangka n
keuntungan-keuntungan seperti berikut :
a. Mereduksi keberadaan duplikasi data (minimum redudancy data yang pada gilirannya akan
mencegah datangnya masalah inkonsistensi dan isolasi data).
b. Mudah dikembangkan lebih lanjut, baik struktur maupun dimensinya.
c. Memperoleh kemudahan, kecepatan, dan efisiensi (data sharing dan availability) akses
(pemanggilan) data.
d. Mendapatkan potensi fasilitas penjagaan integritas data.
e. Menyebabkan data menjadi self-documented dan self- descriptive (dengan kehadiran meta
data yang bersangkutan).
f. Mereduksi biaya pengembangan perangkat lunak aplikasi terkait.
g. Meningkatkan faktor keamanan data (security).

2.2.3 View Basis Data (Level Abstraksi Data)


Karena semua pengguna sistem basis data belum tentu telah terlatih dengan baik, dan
mereka juga terbagi ke dalam beberapa tingkatan kemahiran, maka kompleksitas basis datanya
akan tersembunyi dari para penggunanya melalui beberapa tingkatan abstraksi data. Hal ini
tentu saja dikembangkan untuk menyederhanakan interaksi diantara para pengguna dengan
sistemnya. Oleh sebab itu, basis data tersebut dapat mempresentasikan view yang berbeda
kepada para pengguna, programmer, dan administratornya.
Representasi level fisik (internal) pada umumnya tidak terlihat oleh pengguna atau
programmer aplikasinya. Sedangkan view konseptual (level logika atau level konseptual)
adalah cara yang utama dimana administrator basis data (DBA) membangun dan mengelo la
basis datanya. Selain itu, sistem manajemen basis data (DBMS) dapat menyajikan multi- vie w
skema konseptual (eksternal views atau level view) kepada programmer dan pengguna aplikasi
(sebagai contoh di dalam gambar adalah para pengguna dari bagian-bagian marketing,
keuangan, dan produksi).

Level View

Contoh tampilan lavel abstraksi data

Level fisik merupakan tingkatan terendah di dalam abstraksi data yang menunjukka n
bagaimana sesungguhnya datanya disimpan. Pada level ini, setiap pengguna dapat melihat data
sebagai gabungan struktur berikut datanya sendiri. Pada level ini, pengguna juga akan
mengetahui bagaimana representasi fisik dari penyimpanan dan pengorganisasian data sebagai
teks (karakter atau string), angka (bilangan), atau sebagai kumpulan bit-bit data semata.
Level konseptual menggambarkan data apa saja (entitas) yang sebenarnya (secara
fungsional) disimpan di dalam basis data beserta hubungan (relasi-relasi) antar entitas yang
terdapat di dalamnya. Para pengguna (perancang) yang berada pada level ini akan mengeta hui,
sebagai contoh, bahwa data (beberapa atribut) mengenai penjualan disimpan atau
direpresentasikan di dalam tabel-tabel (files) barang, produksi, keuangan,marketing, dan lain
sejenisnya.
Level view merupakan tingkat tertinggi. Pada level ini, para pengguna hanya mengena l
struktur data yang sederhana dan sangat berorientasi pada pengguna yang bersangkutan semata.
Data yang dikenal oleh masing-masing pengguna pada level ini (misalnya bagian marketing,
keuangan, atau produksi) kemungkinan besar akan berbeda saatu sama lainnya dan hanya
mencakup sebagian dari basis data keseluruhan.

2.2.4 Enterprise
Enterprise adalah bagian (dari) dunia nyata (objek [yang dianggap] penting) dan
dimodelkan menggunakan basisdata. Bentuk enterprise dapat berupa badan hukum atau
individu yang menjalankan tugas -tugasnya sehubungan dengan aktivitas sehari- hari. Sebagai
contoh, enterprise dapat berupa objek-objek atau institusi yang penting seperti halnya
perpustakaan, sekolah perumahan, rumah sakit, bank dan lain sejenisnya.
Sebuah apotik juga merupakan sebuah enterprise yang tugas-tugasnya antara lain
melibatkan pembelian bahan baku, peracikan dan penjualan obat-obatan. Dengan demikia n,
yang dapat disebut sebagai enterprise adalah objek-objek penting, organisasi, proses yang
bekerja pada suatu sistem, atau bahkan sistem itu sendiri.

2.2.5 Enterprise Rules


Enterprise rules adalah aturan-aturan yang digunakan untuk mendefenis ika n
hubungan-hubungan (keterkaitan atau relasi) antara suatu entity set dengan entity set lainnya
(entity relationship) beserta operations-nya (prosedur atau fungsi yang dapat dikenakan
terhadap entity set yang bersangkutan). Atau dengan kata lain enterprise rules adalah aturan-
aturan yang dipakai untuk menegaskan hubungan antar antity set dalam suatu basis data.
Penegasan ini sangat berguna, diantaranya untuk melihat apakah suatu entity set akan bersifat
harus ada (obligatory), atau tidak harus ada (non-obligatory).
Enterprise rules yang berlaku pada suatu basisdata bisa jadi tidak berlaku pada
basisdata yang lain (sekalipun sejenis). Setiap basisdata memiliki enterprise rules tersendiri
yang cenderung bersifat unik. Berikut contoh enterprise dan enterprise rulesnya:
Enterprise: Aktifitas perkuliahan
Enterprise rules: - kompleks kampus terdiri dari beberapa gedung
- Semua gedung perkuiliahan dan administrasi terletak didalam kompleks kampus
- Setiap gedung minimal memiliki 1 lantai (bisa bertingkat)
- Setiap lantau memiliki minimal 1 ruang
- Suatu perkuliahan hanya dapat dilaksanakan dalam 1 ruangan
- Setiap mata kuliah memiliki 1 jadwal matakuliah
- Setiap dosen dapat mengajar beberap amata kuliah
- Setiap mata kuliah hanya dapat diajar oleh seorang dosen

2.2.6 Skeleton Tabel


Skeleton tabel adalah sekumpulan tabel-tabel yang (dapat) menjelaskan hubungan antar
kumpulan entitas yang digunakan dalam suatu enterprise. Tabel-tabel ini disajikan dengan
menggunakan nama tabel-tabelnya beserta atribut (field) yang dimilikinya.
Hubungan antar tabel ini dapat diketahui dengan melihat atribut-atribut kunci (primary
key atau foreign key) yang terdapat dalam masing- masing tabel. Biasanya primary key diberi
notasi garis bawah (under-score), sedangkan foreigh key diberi tanda garis bawah dan miring
(under-score dan italic).
Berikut adalah contoh skeleton tables untuk enterprise aktifitas perkuliahan seperti
diatas:
- Dosen (KodeDo, NamaDo, AlamatDo, KodePosDo, KotaDo, GolDo, TglLahirDo)
- Mahasiswa (Nim, NamaMhs, AlamatMhs, KodeposMhs, kotaMhs, TglLhirMhs)
- Gedung (KodeGe, NmaGe, LuasGE, KapaGe, JmlLt, JmlRu)
- Lantai (KodeLt, NamaLt, LuasLt, kapaLt, JmlRu, KodeGe)
- Ruangan (KodeRu, NmaRu, LuasRu, kapaRu, KodeLt)
- MataKuliaH (kodeMK, nmaMk, BobotMk, HariMK, Jammk, KodeRu, KodeDo)
- NilaiMK (Nim, KodeMk, Nilai, semester, Tahun)

2.2.7 Kamus Data


Setelah skeleton table-nya dibuat, maka di defenisiskanlah kamus data yang
bersangkutan (Data Dictionary). Dengan adanya kamus data ini, maka spesifikasi (nama)
atribut entitas yang sering kali dituliskan secara singkat dapat didokumentasikan secukupnya.
Sebagai contoh, kamus data dapat memiliki bentuk sederhana sebagai berikut:
NO Singkatan Deskripsi Domain
1 Dosen
KodeDo Nomor pengenal Karakter [8]
NamaDo Nama Lengkap Karakter [25]

2 Mahasiswa
Nim Nomor Iduk Karakter [8]
NamaMhs Nama Lengkap Karakter [25]

3 Gedung
KodeGe No Pengenal Karakter [2]
NamaGe Nama Lengkap Karakter [15]

4 Lantai
LuasLt Luas (meter-Persegi) Numerik [5]
KapaLt Kapasitas total (orang) Numerik [5]

5 Ruangan
NamaRu Nama Ruangan Karakter [15]
LuasRu Luas Ruangan (meter persegi) Numerik [5]

6 Mata kuliah
Kode MK Nomor atau nomor pengenal mata kuliah Karakter [8]
Bobot MK Bobot (SKS) matakuliah Numerik [1]

7 Nilai MK
NIM Nomor Induk Mahasiswa Karakter [8]
Nilai Nilai akhir mata kuliah: A,B,C,D.E Karakter [1]

2.2.8 Aplikasi
Aplikasi (program) merupakan (kumpulan) tugas khusus yang akan dijalankan pada
enterprise yang bersangkutan baik secara otomatis maupun semi otomatis. Berikut adalah
beberapa contoh aplikasi yang dimiliki oleh enterprise:
1. Perusahaan ansuransi: Melakukan pemeliharaan data-data pembayaran, klaim, dan keuntunga n
2. Perusahaan telekomunikasi: menentukan (memeriksa) lokasi dimana saja (rumah kabel dan
distribution point [DP]) yang masih dapat melayani sambungan telepon ke pelanggan baru
yang posisinya diketahui

2.2.9 Sistem Basis Data


Sistem basis data DBMS pertama kali dikembangkan oleh divisi R&D di perusahaan
IBM pada akhir tahun 1950-an sampai 1960-an. Perkembangan ini sebagian besar ditunjuka n
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di bidang-bidang bisnis, militer dan institusi- institus i
pendidikan dan pemerintahan yang memiliki struktur organisas i yang tidak sederhana dan
dengan kebutuhan data dan informasi yang kompleks.
Menurut pustaka [Freiling82], system basis data merupakan kombinasi perangkat keras
dan perangkat lunak yang memungkinkan dan memudahkan untuk menjalankan salah satu atau
lebih tugas yang melibatkan penanganan sejumlah besar informasi.

2.2.10 Komponen Sistem Basis Data


Sistem basis data memiliki komponen-komponen yang membentuknya. Komponen
tersebut adalah:
1. Perangkat keras
2. Pengguna (user)
3. System operasi
4. System pengolahan basis data (DBMS)
5. Program aplikasi lain
6. Basis data

Komponen perangkat keras yang biasanya digunakan meliputi CPU (processor),


memori (RAM), storage (harddisk, disket, flashdisk, CD, dll), keyboard, monitor, mouse, serta
media pendukung jaringan, serta pheripherals lainnya.
Komponen pengguna system basis data
- Database administrator
Pengguna yang memiliki kewenangan khusus sebagai pusat pengendali seluruh system, baik
terhadap basis data maupun program-program aplikasi yang mengaksesnya
- Aplication programmers
Merupakan para programmer aplikasi yang professional dan berinteraksi dengan system
- Sophisticated user
Pengguna ini berinteraksi dengan system tanpa harus menuliskan programnya sendiri. Tetapi
sebagai gantinya, mereka menyatakan permintaannya didalam bentuk bahasa query basis data
- Specialized users
Pengguna ini termasuk dalam Sophisticated user yang menuliskan program aplikasi basis data
yang khusus yang tidak sesuai dengan framework pemrosesan data tradisional
- Naïve Users
Pengguna ini berinteraksi dengan system dengan cara memenggil salah satu program aplikasi
yang telah disediakan

Komponen Sistem Operasi, komponen ini merupakan program-program dasar yang


ddiperlukan oleh computer untuk memulai pekerjaan, mengawasi, dan mengontrol semua
operasi yang dilakukan oleh perangkat lunak dan perangkat keras system computer, dan
mengendalikan semua system masuksn dan keluaran dari dan kesistem computer. Sistem
operasi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan computer, system ini seperti: UNIX,
WINDOWS, LINUX, dan lain sebagainya
Komponen Sistem Pengolahan Basis Data, pengolahan system basis data dilakukan
(ditangani) oleh system perangkat lunak khusus (DBMS) yang akan menentukan bagaimana
data diorganisasikan, disimpan, diubah, dan dipanggil
Komponen Operasi Lain, merupakan program yang dibuat oleh programmer untuk
kepentingan tertentu. Salah satu contoh program aplikasi adalah program yang dibuatkan untuk
memenuhi kebutuhan pengisisan formulir, dan pengumpulan data.

2.2.11 Komponen Fungsional Sistem basis Data


Sejumlah komponen fungsional system basis data antara lain:
a. File Manager
Komponen yang mengelola alokasi kebutuhan ruang penyimpanan (storage) basis data beserta
struktur data yang akan digunakan untuk mempresentasikan informasi yang disimpan didalam
disk
b. Database Manager
Menyediakan interface antara data low-level yang disimpan dalam basis data dengan program
aplikasi dan query yang dikirim ke system

c. Query Processor
Menerjemahkan pernyataan-pernyataan bahasa query (SQL) ke dalam instruksi low level yang
dimengerti oleh data base manager

d. DML Precompiler
Merenovasi pernyataan-pernyataan DML yang dimasukkan di dalam program aplikasi ke
dalam pemanggilan prosedur normal di dalam bahas ainduknya. Precompiler jharus
berinteraksi dengan query processor untuk membuat kode-kode yang diperlukan

e. DDl Compiler
Mengonversi pernyataan DDl ke dalam sekumpulan tabel yang mengandung metadata

Sebagai tambahan, beberapa struktur juga diperlukan sebagai bagian dari implementas i
system fisik (tabel basis data). Struktur-struktur tersebut mencakup:
- File data: yang menyimpan basis data itu sendiri
- Kamus Data: yang menyimpan metadata mengenai struktur basis data
- File indeks: Yang digunakan untuk mendukung pengaksesan data dengan cepat

2.3 SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA


2.3.1 Pengertian Dan Definisi
Menurut buku Henry F Korth dan Silberschatz Abraham, Sistem manajemen basis data
adalah kumpulan dari data yang saling berelasi (yang biasanya dirujuk sebagai suatu basisdata)
dengan sekumpulan program-program yang mengakses data-data tersebut.
Menurut buku H.Z Abidin, DBMS adalah tempat penyimpanan data beserta user
interface-nya yang dipersiapkan untuk memanipulasi dan administrasi basisdata. Dengan
demikian DBMS juga dapat dianggap sebagai sistem perangkat lunak.
Menurut buku Abdul Kadir , DBMS merupakan suatu program komputer yang
digunakan untuk memasukkan, mengubah, menghapus, memanipulasi, dan memperoleh data
dan informasi dengan praktis dan efisien.
Pengertian atau definisi DBMS sangat bervariasi dan tidak sedikit jumlahnya. Selain
itu perbedaan atau batas-batas antara DBMS dengan sistem basis data-pun sering kali tidak
jelas. Dengan demikian Michael J. Freiling berusaha membedakan keduanya secara jelas.
DBMS akan berarti paket perangkat lunak (tanpa basisdata) general purpose yang digunaka n
untuk membangun sistem basisdata tertentu.
Sistem-sistem basis data pertama kali dikembangkan oleh divisi Research and
Development (D&R) perusahaan IBM di akhir 1950-an hingga awal 1960-an. Pengembanga n
ini sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di bidang bisnis,militer,
dan institusi- institusi pendidikan dan pemerintahan yang memiliki struktur organisasi yang
tidak ssederhana dan dengan kebutuhan data dan inforrmasi yang kompleks.

2.3.2 Manfaat Sistem Manajemen Basisdata


Sistem manajemen basisidata sudah sangat sering digunakan di dalam sistem perangkat
lunak komputer. Penggunaan ini bukan tanpa alasan-alasan yang masuk akal. Alasan
penggunaan DBMS diantaranya adalah :
1. DBMS sangat baik di dalam mengorganisasikan dan mengelola data dalam jumlah besar.
2. DBMS seperti kantong tempat meletakkan sesuatu (data) di dalam satu wadah sehingga barang
(data) yang dimasukkan akan mudah diambil (dipanggil) kembali.
3. DBMS membantu dalam melindungi data dari kerusakan yang disebabkan oleh akses data
yang tidak sah.
4. DBMS memungkinkan untuk mengakses data secara simultan dan bersamaan.
5. DBMS yang terdistribusi memungkinkan pembagian suatu basisdata menjadi kepingan-
kepingan yang terpisah di tempat yang berbeda.
6. DBMS tidak selalu ditujukan untuk analisis data.
7. DBMS memiliki sifat-sifat umum :
- merupakan alat bantu general purpose
- sangat baik di dalam proses pemanggilan sebagian kecil basisdata untuk dikirimkan ke bagian
analisis.
- Memungkinkan pengawasan integritas basisdata untuk memastikan validitas dan konsistens i
di dalam basisdata.

2.3.3 Komponen-Komponen Sistem Manajemen Basis Data


DBMS dapat dibentuk dari komponen-komponen sebagai berikut :
1. Data yang disimpan dalam basis data. Data ini mencakup data numerik (bilangan bulat dan
real) dan non-numerik yang terdiri dari karakter (alfabet dan karakter numerik), waktu (tanggal
dan jam), logika (true/false), dan data-data lain yang lebih kompleks seperti gambar (citra) dan
suara.
2. Operasi standar yang disediakan oleh hampir semua DBMS. Operasi-operasi standar ini
melengkapi pengguna dengan komputer dasar untuk memanipulasi data (basisdata)
3. DDL (data definition language) yang merupakan bahasa yang digunakan untuk
mendeskripsikan isi (dan struktur) basis data. Dengan demikian DDL, sebagai contoh dapat
digunakan untuk mendeskripsikan nama-nama atribut (fields), tipe data, lokasi di dalam
basisdata.
4. DML (data manipulation language) atau bahasa query ini pada umumnya setara dengan bahasa
pemrograman generasi ke-4 dan didukung oleh DBMS untuk membentuk perintah-perinta h
untuk masukan, keluaran, editing, analisis basis data. DML yang telah distandarisas ika n
disebut SQL (structured query language).
5. Bahasa pemrograman. Disamping oleh perintah-perintah dan queries, basis data juga harus
dapat diakses secara langsung oleh program-program aplikasi melalui function calls (atau
suboutine calls) yang dimiliki oleh bahasa-bahasa pemrograman konveensional.
6. Struktur file. setiap DBMS memiliki struktur internal yang digunakan untuk
mengorganisasikan data walaupun beberapa model data yang umum telah digunakan oleh
sebagian besar DBMS.

2.3.4 Operasi Dasar Sistem Manajemen Basis Data


Sistem manajemen basis data memiliki peranan yang sangat penting di dalam SIG.
Peranan ini sangat ditunjang oleh operasi-operasi dasar sistem pengelolaan basis data yang
dimilikinya. Operasi-operasi dasar tersebut adalah :
1. Membuat database (create database)
2. Menghapus database (drop database)
3. Membuat tabel basis data (create table)
4. Menghapus tabel basis data (drop table)
5. mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel (insert)
6. membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data (seek, find, search, retrieve)
7. menampilkan basis data (display, browse)
8. mengubah dan meng-edit data yang terdapat di dalam tabel basis data (update, edit)
9. menghapus data dari tabel basis data (delete, zap, pack)
10. membuat indeks untuk setiap tabel basis data (create index)

2.3.5 Model Basis Data Di Dalam DBMS


Di dalam DBMS terdapat beberapa model basisdata yang digunakan. Model ini
menyatakan hubungan antara record-record yang ada di dalam basisdatanya. Model basisdata
tersebut adalah :
1. Flat file (tabular)
Data terletak di dalam tabel tunggal (tidak terdapat kaitan antara tabel satu dengan tabel-tabel
lainnya).

2. Hierarchical
Model ini sering disebut sebagai model pohon atau hirarki karena mirip dengan struktur pohon
terbalik. Model ini menggunakan pola hubungan parent-child. Setiap simpul menyatakan
sekumpulan field. Suatu simpul yang memiliki simpul lain yang berada dibawahnya disebut
parent. Sedangkan setiap simpul yang memiliki hubungan dengan simpul lain yang berada
diatasnya disebut child. Setiap parent dapat memiliki child lebih dari satu, sementara setiap
child hanya memiliki satu parent yang disebut sebagai root, sedangkan simpul yang tidak
memiliki child (bagian bawah) disebut sebagai leaf.

Contoh tampilan model data hirarki sederhana

3. Network
Model ini sering disebut juga sebagai model DBTG (database task group) atau CODASYL
(conference on data systems languages) karena model ini telah distandarisasikan oleh BTDG
(yang merupakan bagian dari CODASYL) pada 1971. Model ini sangat mirip dengan model
hirarki, tetapi pada model ini setiap child dapat memiliki lebih dari satu parent. Dengan
demikian, baik parent maupun child memiliki relasi (N—M) atau sebaliknya.

Contoh tampilan model basis data network sederaha

4. Relational
Model ini terdiri dari tabel-tabel (data direpresentasikan dalam tabel yang terdiri dari baris-
baris dan kolom-kolom) ternormalisasi dengan field-field kunci sebagai penghubung relasiona l
antar tabel.

2.4 MODEL BASIS DATA RELASIONAL


Sebagai model basis data yang paling teekenal dan paling sering di implementas ika n
didalam DBMS, model relasional sangat banyak digunakan di dalam sistem perangkat lunak
SIG. Beberapa di antara DBMS yang mengguanakan model basis data relasional adalah:
1. Dbase (*.dbf) -- digunakan oleh ArcView GIS beserta beberpa perangkat lunak SIG lainnya
yang berbasis data spasial format shapefile.
2. Dbase (*dfb ) -- digunakan oleh PC Arc/Info dan SIG lain yang masih berbasis PC
3. INFO -- digunakan di dalam Arc/Info
4. Oracle -- digunakan di dalam Arc/Info, Geovision, dan lainnya
5. Empress -- digunakan oleh System/9

2.4.1 Terminologi di dalam Model Basis Data Relasional


Di dalam basis data relasional terdapat beberapa terminologi yang menjadi ciri khasnya.
Terminologi tersebut antara lain adalah relasi, kunci, query, dan normalisasi.
1. Relasi
Ada beberapa karakter atau sifat dasar yang berhubungan dengan relasi yang dimiliki oleh
tabel-tabel relasional, yaitu:
a. Setiap baris data memiliki beberapa atribut atau fields. Jangkauan nilai-nilai atribut yang
mungkin (domain) dimiliki oleh suatu field juga didefenisikan (di dalam komponen meta
datanya).
b. Setiap tipe records membentuk tabel dan relasi. Di dalam sebuah tabel, setiap basis data disebut
record atau tuple sedangkan kolom datanya disebut atribut, fields atau items.
c. Derajat relasi suatu tabel dinyatakan dengan jumlah atribut yang terdapat di dalam tabel yang
bersangkutan. Suatu tabel yang hanya memiliki satu atribut disebut mimiliki relasi unary, dan
satu tabel yang memiliki dua atribut disebut tabel dengan relasi binary, sedangkan tabel dengan
sejumlah n-atribut disebut n-ary.

2. Kunci
Kunci memiliki satu relasi adalah bagian (subset) dari atribut-atribut yang memiliki ciri- cir i
seperti:
a. Dapat diindentifikasi secara unik: nilai data (isi) milik setiap field kunci tidak ada yang sama
(unik) untuk setiap tuple nya. Dengan kata lain, atribut ini dapat mengidentifikasi secara unik
suatu kejadian tertentu dari sebuah entity.
b. Non-redudancy: tidak ada satu atribut kunci-pun yang dapat dihapus tanpa terlebih dahulu
merusak keunikan atribut kunci.
Atribut-atribut yang memiliki ciri umum seperti diatas dapat disebut juga sebagai
candidate key. Candidate key yang akhirnya mewakili setiap kejadian dari suatu entitas disebut
sebagai kunci primer (primery key). Candidate key yang todak terpilih disebut alternet key.

3. Query
Beberapa terminologi yang terkait dengan query yang dimiliki oleh model basis data relasiona l
adalah:
a. Data Defenition Language (DLL) yang digunakan untuk menentukan data-data mana saja yang
akan disimpan dalam basis data dan mementukan bagaimana data-data tersebut direlasikan.
b. Data Manipulation Language (DML) digunakan untuk menambah, memanggil kembali, meng-
update dan menghapus data di dalam data base.
c. Query sering juga diambil sebagai pernyataan (statement) atau sekumpulan pernyataan, baik
pada DDL, DML, atau keduanya.
d. Query Language (QL) adalah semacam bahasa formal yang mengimplementasikan DDL, DML
atau bahkan keduanya.

4. Normalisasi
Normalisasi adalah suatu cara atau teknik yang dapat digunakan untuk mengstruktur data
sedemikian rupa sehingga bisa mengurangi atau mencegah timbulnya masalah-masalah yang
berhubungan pengolahan basis data. Normalisasi sering juga disebut sebagai suatu proses
pengelompokan data (fields/atribut) untuk menghasilkan table-tabel yang menunjukka n
entities berikut relasi-relasinya.
Normalisasi bisa berupa proses dekomposisi terhadap tabel yang berukuran relatif panjang atau
terhadap tabel yang memiliki relasi yang tidak memuaskan sedemikian rupa hingga dihasilka n
beberapa tabel yang berukuran lebih ramping dengan relasi yang baik.
Proses normalisasi di dalam model basis data relasional pada umumnya menitik beratkan pada
masalah penentuan struktur data yang paling sederhana untuk tabel-tabelnya. Hasil proses
normalisasi adalah data, record, atau tabel yang konsisten secara logika dan mudah dimenger ti
dimana pemeliharaannya relatif tidak sulit dan murah. Oleh karena itu, proses normalisa s i
seperti ini sering digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan dalam perancangan
skema basis data dalam bentuk normal. Proses normalisasi:
- Normal 1 (1 NF) : tabel disebut sebagai bentuk normal kesatu jika semua atribut yang
bersangkutan tidak dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil, tetapi masih
mengandung redudancy (atribut yang tampil berulang).
- Normal 2 (2 NF) : suatu tabel bentuk normal 1 yang memenuhi syarat tambahan bahwa
semua atribut bukan kuncinya hanya bergantung pada kunci primer.
- Normal 3 (3 NF) : suatu tabel bentuk normal 2 yang memenuhi syarat tambahan bahwa
semua atribut bukan kunci tidak memiliki kebergantungan transitif (nilai-nilai datanya
bergantung pada suatu atribut yang juga bergantung pada atribut yang lain) terhadap kunci
primer.
- Normal Boyce-Codd (BCNF) : tabel yang memiliki semua field penentu yang merupakan
candidate key atau perbaikan dari bentuk normal 3, setiap tabel yang memenuhi syarat BCNF
pasti memenuhi bentuk normal 3, tetapi belum tentu sebaliknya.
- Bentuk normal lainnya: betuk normal keempat (4NF), kelima (5NF), dan seterusnya.

Banyak sekali akibat positif yang ditimbulakan oleh proses normalisasi, tetapi proses
ini kemungkinkan hanya efektif hingga 3 atau 4 bentuk normal pertama saja. Mekin dalam
bentuk normalnya, maka makin banyak pula resikonya. Beberapa kemungkina-kemunkinan
resiko tersebut diantaranya:
- Kekangan atau batasa tabel-tabel menjadi semakin menyulitkan proses perencanaan basis
data itu sendiri.
- Proses dekomposisi struktur data suatu tabel hingga menjasi beberapa tabel yang lebih kecil
dan sangat sederhana pada bentuk normal yang lebih tinggi malah akan menyebabkan
duplikasi data.
- Terjadi ketidak efisienan di dalam proses menampilkan kembali data-data yang
bersangkutan.

2.4.2 Keunggulan Model Basis Data Relasional


Model basis data relasional merupakan model basis data yang banyak digunaka n
sampai saat ini. Hal ini karena model basis data relasional memiliki keunggulan-keunggula n,
seperti:
a. Model relasional merupakan model data yang lengkapa secara matematis
b. Model relasional memiliki teori-teori yang solid utuk mendukung:
- Accessibility: bahasa query khusus yang query nya dapat dikompilasi, dieksekusi, dan
dioptimasikan tanpa harus menggunaka bahasa pemograman.
- Correctness: semantik aljabar relasionalnya jelas dan lengkap
- Predyctabelity: semantik yang konsisten memudahkan para penggunanya untuk mengantisipa s i
atau memperkirakan hasil-hasil queries yang diberikan.
c. Fleksibelitas tinggi: model relasional secara jelas dapat memisahkan model fisik dan model
logikanya, sehingga dengan adanay decoupling (mengurangi ketergantungan antara komponen
sistem) ini fleksibelitanya dapat ditingkatkan.
d. Integritas: batasan ini sangat berguna di dalam memastikan bahwa perubahan struktur- struktur
data/tabel tidak mengganggu keutuhan relasi-relasi yang terdapat di dalam basis datanya.
e. Multiple views: model relasional dapat menyajikan secara langsung (beberapa) view yang
berbeda dari (tabel-tabel) basis data yang sama untuk para pengguna yang berbeda.
f. Concurrency : hampir semua teori megenai pengendalian transaksi simultan yang telah ada
dibuat berdasarkan teori formalisme milik model relasional.

2.5 MODEL BASIS DATA RELASIONAL DI DALAM SIG


Pengimplementasian basis data relasional pada umumnya didasarkan pada model data
hybrid atau terintegrasi.

a. Model Data Hybrid


Langkah awal pada pendekatan ini adalah pemahaman adanya dugaan atau pendapat bahwa
mekanisme penyimpanan data yang optimal untuk informasi lokasi (data spasial atau
koordinat-koordinat) di satu sisi, akan menyebabkan tidak optimalnya penyimpanan bagi
informasi non-spasial di sisi yang lain. Maka berdasarkan pendapat ini, data kartografis
(koordinat-koordinat) dijital disimpan dalam sekumpulan file dengan sistem operasi direct
acsess untuk meningkatkan kecepatan proses input-output, sementara itu, data atributnya akan
disimpan di dalam format DBMS relasional standar. Dengan demikian perangkat lunak SIG
akan bertugas sebagai pengelola hubungan antara data spasial dan tabel-tabel atributnya yang
berformat DBMS ini selama operasi-operasi pemrosesan atu analisis data peta berlangsung.
Sementara digunakan beberapa pendekatan yang berbeda dalam mekanisme penyimpa na n
data spasialnya, mekanisme yang dipakai untuk meggabungkan data spasial (layer) dengan
tave-tabel atributnya tetap sama, yaitu dengan mendefenisikan nomor pengenal (ID) sebagai
atribut kunci yang unik pada unsur spasialnya dan kemudian menempatkannya pula di dalan
tabel atrubut hingga memungkinkannya tetap saling terkait dalam usaha membentuk informa s i
yang utuh.

b. Model Data Terintegrasi


Pendekatan model data terintegrasi dapat dideskripsikan sebagai pendekatan sistem
pengolahan basis data spasial, dengan SIG yang bertindak sebagai query processor.
Kebanyakan implementasinya hingga sekarang ini adalah bentuk topologi vektor dengan tabel-
tabel rasional yang menyimpan data koordinat-kordinat unsur-unsur peta (titik, nodes, segmen
garis, dan lain sebagainya) bersama dengan tabel-tabel lain yang berisi data topologi.
Dengan model data SIG yang terintegrasi (spasial-atribut), terdapat sejumlah karakteristik
yang khusus pada data spasial sebagai implikasi dari penggunaanya.dari sudut pandang basis
data, adalah memungkinkan untuk menyimpan baik data koordinat-koordinat maupun data
mengenai topologi yang diperlukan untuk mengelompokkan elemen-elemen kartografis dijital
dengan menggunakan perancangan yang didasarkan pada bentuk normal Boyce Codd (BCNF).

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
o Sistem informasis Geografis (SIG) tidak dapat dilepaskan dengan basis data, sebab SIG
memerlukan data yang disimpan di dalam basis data spasial. Selain itu, semua perangkat SIG-
pun secara inherent telah dilengkapi dengan kemampuan dalam mengelola basis data.
o bila dibandingkan dengan sistem pemrosesan file yang didukung oleh sistem operasi
konvensional, maka dengan penggunaan basisdata akan memperoleh keuntungan yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Prahasta, Eddy. Sistem Informasi Geografis. Cetakan ke-dua. Penerbit Informatika; Bandung.
2005.
Prahasta, Eddy. Sistem Informasi Geografis.Penerbit Informatika; Bandung. 2009.
Simarmata, Janner. Perancangan Basis Data. Penerbit Andi; Yogyakarta. 2007.

Anda mungkin juga menyukai