Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

Nama : Nowo Septiarsih


Kelas : 2B D3 Keperawatan
NIM : A02019053

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020

A. PENGERTIAN
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau
kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya .
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kurangnya perawatan diri
pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.

B. JENIS PERAWATAN DIRI


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan secara mandiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

C. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

Pola Kadang Tidak


perawatan perawatan diri melakukan
diri kadang tidak perawatan diri
seimbang

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Herman (2011) tanda gejala defisit perawatan diri ialah :
1. Makan (Ketidakmampuan mengunyah, menelan, mengambil
makan).
2. Eliminasi (Ketidakmampuan duduk, berdiri, menyiram jamban).
Menurut Herman, (2011), tanda dan gejala seseorang yang mengalami
gangguan defisit perawatan diri adalah :
1. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar dari kamar mandi.
2. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dalam wadah lalu memasukkannya dalam
mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima di masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
4. BAB / BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB / BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

E. DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau
di RS tidak tersedia alat mandi.
2. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
3. Klien mengatakan ingin disuapin makan.
4. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK maupun BAB.
F. DATA OBJEKTIF
1. Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku
panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan).
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK

G. PENYEBAB
Menurut Tarwoto dan Wartonah dalam Dermawan dan Rusdi (2013),
penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1) Kelelahan fisik
2) Penurunan kesadaran
1. PREDISPOSISI
1) Psikologis
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Budaya
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri. (Mukhripah & Iskandar,
2012).
2. PRESIPITASI
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri (Mukhripah & Iskandar,
2012).

H. POHON MASALAH
Effect Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah

I. FOKUS PENGKAJIAN
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014)
pengkajian Defisit Perawatan Diri yaitu:

1. Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari.

2. Kaji kondisi kulit saat mandi.

3. Bantu perawatan diri: mandi/hygiene (Nic): pantau kebersihan


kuku sesuai kemampuan perawatan diri pasien.

4. Kaji tingkat energi dan toleransi terhadap aktivitas.

5. Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan.

6. Kaji asupan terhadap keadekuatan asupan nutrisi.


J. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri

K. INTERVENSI
TUM : Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
 Wajah cerah tersenyum
 Mau berkenalan
 Ada kontak mata
 Bersedia menceritakan perasaan
 Bersedia mengungkapkan masalahnya
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
 Beri salam setiap berinteraksi
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berinteraksi
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan empati
 Penuhi kebutuhan dasar klien
TUK 2 :
Klien mengetahui pentingnya perawatan diri
Kriteria hasil :
 Penyebab tidak merawat diri
 Manfaat menjaga perawatan diri
 Tanda-tanda bersih dan rapi
 Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan
Intervensi :
Diskusikan dengan klien :
 Penyebab klien tidak merawat diri
 Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental dan
sosial
 Tanda-tanda perawatan diri yang baik
 Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila
perawatan diri tidak adekuat
TUK 3 :
Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
Kriteria hasil :
 Cara mandi
 Cara gosok gigi
 Cara keramas
 Cara ganti pakaian
 Cara berhias
 Cara gunting kuku
Intervensi :
 Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar
 Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri
 Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat
Kriteria hasil :
 Mandi
 Gosok gigi
 Keramas
 Berpakaian
 Berhias
 Gunting kuku
Intervensi :
 Bantu klien saat perawatan diri
 Berikan pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri
TUK 5 :
Klien dapat melaksanakan perawatan secara mandiri
Kriteria hasil :
 Mandi 2x sehari
 Gosok gigi sehabis makan
 Keramas 2x seminggu
 Ganti pakaian 1x sehari
 Berhias sehabis mandi
 Gunting kuku setelah mulai panjang
Intervensi :
 Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri
 Beri pujian saat klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Yogyakarta: EGC.

Yusuf, Rizky, & Hanik (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :


Nuha Medika.

Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Aprilianti dkk. (2014). Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan


Diri. Bina Medika (pp. 5-7). Jakarta: Scribd.
STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

Pertemuan ke :

1. Kondisi pasien
Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju. Klien
terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan menolak diajak
mandi.
2. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan khusus /sp
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri
4. Strategi pelaksanaan
a. Fase orientasi
1) Evaluasi / validasi
a) Perasaan pasien saat ini
Bagaimana perasaannya hari ini?
b) Kondisi pasien saat ini
Klien tampak kotor, rambut tidak disisr, baju agak
kotor, bau dan menolak diajak mandi.
2) Kontrak
a) Topic
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita mendiskusikan
tentang kebersihan diri?
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana
kalau di ruang tamu?.
b) Waktu
Berapa lama Bu mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit?
c) Tempat
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana
kalau di ruang tamu?
b. Fase kerja
Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan
mandi? Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut
ibu apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira
tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
menurut ibu yang bisa muncul? Sekarang apa saja alat untuk
menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut,
gosok gigi apa saja yang disiapkan? Benar sekali, ibu perlu
menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun sikat gigi, odol, shampo
serta sisir. Wah bagus sekali, ibu bisa menyebutkan dengan benar.
c. Fase terminasi
1) Evaluasi
a) Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan
tentang pentingnya kebersihan diri, manfaat dan alat
serta cara melakuakan kebersihan diri? Sekarang
coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi?
Apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri,
bagaimana cara menjaga kebersihan diri? Bagus
sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar.
Bagaimana perasaan ibu setelah mandi? Coba lihat
dicermin, lebih bersih dan segar ya.
b) Objektif
Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari
berappa kali bu? Ya bagus mandi 2 kali sehari, sikat
gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu. Nanti
ibu masukan ke jadwal ya bu. Jika ibu melakukanya
secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman. Jika ibu tidak melakukanya
maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu
ulangi? Naah bagus ibu.
2) Rencana tindak lanjut
Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian ibu.
Jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya bu, mandi 2
kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu.
3) Kontrak pertemuan selanjutnya
a) Topic
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita
berbincang-bincang tentang cara berdandan
b) Waktu
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
c) Tempat
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu?

Anda mungkin juga menyukai