Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

Oleh:
NAMA: FENANSIA M. RESILAY
NPM:12114201170212

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2019
A.    KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONI

1.      PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam
bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.
Bronchopneumoni disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru-
paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang
menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat
yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi
atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan
atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh.

2.      ETIOLOGI
secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang
terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan sillia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dari sekresi humoral setempat.
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
·         Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
·         Virus= legionella pneumonia, virus influenza
·         Jamur= aspergilus, candida albicons
·         Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
·        Kongesti paru kronik
.      PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke
dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana saat terjadi  peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri
sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system
pertukaran gas di paru.

.
PATHWAY
4.      GEJALA KLINIST
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disalurran napas
atas beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami
tanda dan gejala yang khas yaitu seperti menggigil, demam, nyeri dada
pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernapas menggunakan otot
aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang
sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi.
5.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
2) Laju endap darah meningkat 100mm
3) ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
4) GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi 
CO2
5) Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin
ringan karena peningkatan suhu tubuh.
B.     Pemeriksaan Radiologi
1) Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6.         PENATALAKSANAAN
a.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan
sefalosforin.
b.      Terapi oksigen (O2)
c.      Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
d.      Istirahat yang cukup
e.      Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin
4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
7.         KOMPLIKASI
a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c.      Abses paru       :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d.      Infeksi sistomik
e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.

B.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.


1)      Identitas.
2)      Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis
sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
3)      Pemeriksaan persistem.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.       Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
d.      Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin
belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi
(ringan sampai berat).

4)      Pemeriksaan diagnostik dan hasil.


Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3
dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test
resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya.
Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya
dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest
x ray) dilakukan untuk melihat :  
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobata
d. Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah
satu atau beberapa lobur.
e. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

C. Daftar Diagnose Keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan
sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral
teraba panas.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan
muntah, turgor kulit tidak elastis.

D.Rencana Asuhan Keperawatan


No DX Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Keperawatan
Hasil
1 a. Ketidakefektifan tttelah dilakukanOObservasi TTV
MMemberikan
bersihan jalan nafas asuhan terutama informasi
berhubungan keperawatan respiratory tentang pola
dengan selama (3… rate pernafasan
peningkatan x…24) pasien,
produksi sputum diharapkan tekanan
ditandai dengan jalan nafas darah, nadi,
adanya ronchi, dan pasien efektif suhu pasien.
ketidakefektifan dengan
batuk. criteria hasil :
jalan nafas
paten, tidak
ada bunyi
nafas
tambahan,
tidak sesak,
RR normal
(35-
40x/menit)
2 a. Gangguan Tujuan dan Observasi warnaKKebiruan
pertukaran gas KH : setelah kulit, menunjukkan
berhubungan dilakukan membran sianosis.
dengan proses asuhan (..x..) mukosa bibir.
infeksi pada diharapkan
jaringan paru ventilasi
(perubahan pasien tidak
membrane alveoli) terganggu
ditandai dengan dengan KH :
sianosis, PaO2 GDA
menurun, sesak drentang
nafas. normal ( PO2
= 80 – 100
mmHg, PCO2
= 35 – 45
mmHg, pH =
7,35 – 7,45,
SaO2 = 95 –
99 %), tidak
ada sianosis,
pasien tidak
sesak dan
rileks.
3 a. Hipertermi Menghemat
berhubungan setelah rikan energy untuk
aktifitas dan
dengan inflamasi dilakukan lingkungan
penyembuhan
terhadap infeksi asuhan yang tenang
saluran nafas keperawatan dan periode
ditandai dengan selama istirahat tanpa
peningkatan suhu (..3.x.24..) ganguan
tubuh, mengigil, diharapkan
akral teraba panas. suhu pasien
turun atau
normal (36,5
– 37,5°C)
DAFTAR PUSTAKA

Meck. 2015. LP BRONKOPNEUMONIA. ( online ).


http://dokumen.tips/documents/lp-bronkopneumonia-55bd18c4ed6a1.html.
Diakses tanggal 3 november 2016

Febrianto,lukman. 2013. laporan pendahuluan bronchopneumonia.


(online).http://lukmanfebriantonurse.blogspot.co.id/2013/04/laporan-
pendahuluan-asuhan-keperawatan_3741.html. diakses tgl 3 november 2016

Putra, Juniarta semara. 2012.laporan pendahuluan bronchopneumonia


(online).https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/08/laporan-
pendahuluan-bronkopneumonia/. Diakses tanggal 3 november 2016

Agus, setiawan. 2014. Laporan pendahuluan bronchopneumonia.


(online).http://www.academia.edu/9555933/LAPORAN_PENDAHULUAN_B
RONKOPNEUMONIA. Diakses tanggal 3 november 2016

Anda mungkin juga menyukai