Anda di halaman 1dari 3

REKLAMASI PULAU MUMBAI “BOMBAY” INDIA

Wira Novita (101216043)


Ervina Rahma (101216047)
Ananda Putri (101216051)
Eunike Verent (101216052)
Teknik Geologi I

1. PENDAHULUAN
Mumbai merupakan ibu kota negara bagian India Maharashatra, yang terletak
di sepajang pesisir barat India, dan memiliki luas area 4.355 km 2. Kota ini dikenal
dengan julukan kota tujuh pulau (seven island). Julukan tersebut diberikan karena
pada awalnya Mumbai berupa tujuh pulau terpisah yaitu:
(a) Isle of Bombay
(b) Colaba
(c) Old Woman’s Island (Little Colaba)
(d) Mahim
(e) Mazagon
(f) Parel
(g) Worli
Tujuh pulau tersebut ditumbuhi oleh hutan-hutan hijau yang rimbun, dan
dihiasi oleh 22 bukit, dengan Laut Arab melewati ketujuh pulau. Pada mulanya pulau
Bombay hanya memiliki panjang 24 km dan lebar 4 km (Dongri-bukit Malabar),
kemudian pulau tersebut bergabung dengan keenam pulau lainnya membentuk pulau
Mumbai yang ada saat ini.

Gambar 1 Kepulauan Mumbai (Riding Tim, 2017)


2. GEOLOGICAL SETTING & PROSES PANTAI YANG TERJADI SEBELUM
REKLAMASI

Gambar 2 Perubahan garis pantai Mumbai akibat reklamasi (Karmakar O, 2016 disunting oleh Verent E, 2018)

Kondisi 7 pulau sebelum reklamasi:


a) COLABA: merupakan ujung selatan berbentuk lidah sempit yang tersusun oleh tanah
berbatu dan dikenal sebagai kolabhat
b) OLD’S WOMANS’ ISLAND: merupakan pulau batu kecil antara Colaba dan
Bombay
c) BOMBAIM: merupakan pulau ketiga yang cukup besar dan bentuknya seperti huruf
H. Dibagian selatan pulau ini terdapat tanjung dangkal dan dibagian barat lautnya
terdapat sebuah bukit bernama Dongri.
d) MAZGON: merupakan pulau yang terletak di ujung utara Pulau Bombai
e) MAHIM: merupakan pulau berbentuk crescentic yang merupakan sand bar.
f) WORLI: merupakan pulau yang memanjang ke selatan Bharadbet.
g) PAREL: merupakan pulau yang berbentuk irregular dengan garis pantai yang rusak
dan bukit di timur panggul dan rawa pasang dibagian utaranya.

3. GEOLOGICAL SETTING & PROSES PANTAI YANG TERJADI SETELAH


REKLAMASI
Dampak dari reklamasi ini menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya adalah
perubahan garis pantai, perubahan muka air laut, hilangnya lahan mangrove yang dapat
menyebabkan banjir dan abrasi karena tidak ada barrier alami yang dapat menahan
naiknya gelombang laut, dan perubahan arus pasang surut yang dapat mengakibatkan
hilangnya sebagian atau seluruh daratan pantai.
Salah satu contohnya dapat dilihat dari erosi yang terjadi di antara Teluk Mahim dan
Land End Bandra yang telah direklamasi yang dikenal dengan sebutan Dadar Chowpatty
yang pada sepuluh tahun yang lalu memiliki garis pantai 50 meter, saat ini yang tersisa
hanya beberapa meter saja. Setelah diadakannya reklamasi tidak ada lagi ruang bagi
ombak untuk melepaskan energinya, selain itu ombak akan berbalik lebih jauh ke arah
selatan, sebagian bergerak menuju Sungai Mithi, dan sebagiannya lagi bergerak dan
menyebabkan erosi Dadar Chowpatty.
Kasus lain yang terjadi berada di pantai Versova yang juga mengalami erosi.
Gelombang laut yang seharusnya melewati sungai Mahim, akibat adanya reklamasi
mengalami pembelokan ke pesisir pantai Mahim-Worli dan Juhu-Versova sehingga
menyebabkan erosi di sepanjang pesisir pantai. Reklamasi juga menyebabkan
berkurangnya area mangrove, sehingga daerah yang memiliki elevasi rendah seperti
Worli, Shivaji Park, Versova, Mahim, dan beberapa wilayah di selatan Mumbai terancam
terendam ketika terjadi gelombang pasang besar (> 4,5 meter).

REFERENSI
Curtis, D. R., & Campopiano, M. (2014). Medieval land reclamation and the creation of
new societies: Comparing Holland and the Po Valley, c. 800–c. 1500. Journal of
Historical Geography, 44, 93-108.

Karmakar, O. (2016). Seven islands to Mumbai city. Available from:


https://www.quora.com/Are-Mumbais-7-islands-a-part-of-Mumbai-or-separate-from-
Mumbai

Pandit, S. (2016). Activist blame projects for coastal erosion. The Asian Age. Available
from: http://www.asianage.com/mumbai/activists-blame-projects-coastal-erosion-451

Riding, T. (2018). ‘Making Bombay Island’: land reclamation and geographical


conceptions of Bombay, 1661–1728. Journal of Historical Geography, 59, 27-39

Zhangren, L. (1997). AN ANALYSIS OF HONG KONG RECLAMATION AND ITS


EFFECT [J]. Acta Geographica Sinica, 3, 30-37.

Anda mungkin juga menyukai