Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PEMBERIAN VAKSIN COVID-19 TERHADAP

IMUNITAS TUBUH PADA GURU DI SMA NEGERI 9 MANADO

PROPOSAL

OLEH :
SHARON VERONICA TUKIMIN
NIM. 1814201076

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory

syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan

keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika

menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit

infeksi saluran pernapasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory

Syndrome), dan SARS.

COVID-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang

ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 (Ilmiyah, 2020;

Hui, et, al., 2020). Karena itu, coronavirus jenis baru ini diberi nama

Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi COVID-19. COVID-

19 sejak ditemukan menyebar secara luas hingga mengakibatkan

pandemi global yang berlangsung sampai saat ini.

Gejala COVID-19 umumnya berupa demam 38 derajat celcius,

batuk kering, dan sesak nafas, serta dampak paling buruk untuk manusia

ialah kematian. Sampai tanggal 10 Juni 2021 pukul 14.00 WIB, kini

tercatat sudah ada 175.185.477 kasus Covid-19 di seluruh dunia. Total

159.007.091 diantaranya telah sembuh sedangkan 3.777.348 lainnya

meninggal dunia. Kasus aktif diseluruh dunia tercatat 12.401.038.


Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan

COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif

hingga 03 Mei 2021 adalah 1.677.274 orang dengan jumlah kematian

45.796 orang. Tingkat kematian (case fatality rate) akibat COVID-19

adalah sekitar 2,7. Jika dilihat dari persentase angka kematian yang

dibagi menurut golongan usia, maka kelompok usia 46-59 tahun

memiliki persentase angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan

golongan usia lainnya.

Imunitas adalah cara tubuh manusia dalam melawan dan

membunuh benda asing seperti bakteri, virus dan organ transplantasi

lainnya apabila di transplantasikan ke dalam tubuh maka tubuh

menganggap benda asing tersebut bukan dari diri jaringan tubuh

sehingga tubuh akan mengenali dan menghancurkannya.

Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk

membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin terdiri

dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing vaksin tersebut dapat

memberikan perlindungan terhadapa berbagai penyakit yang berbahaya.

Dimana vaksin ini mengandung bakteri, racun, atau virus penyebab

penyakit yang telah dilemahkan atau sudah dimatikan. Saat masuk ke

dalam tubuh seseorang, vaksin akan merangsang sistem kekebalan

tubuh untuk memproduksi antibody. Proses pembentukan antibody

inilah yang disebut imunitas. (hellosehat-sistem-imun-manusia-internet)


Vaksinasi dinilai sebagai salah satu solusi dalam upaya

menanggulangi pandemi Covid-19. Berbagai institusi riset di berbagai

negara bergegas untuk mengembangkan varian vaksin dengan

karakteristik dan efikasi masing-masing. Indonesia sebagai negara yang

terdampak pandemic covid-19 merespon dinamika pandemi global

dengan mengeluarkan kebijakan vaksinasi warga negara yang bertujuan

untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia,

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19, mencapai

kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) serta merestorasi

kondisi perekonomian yang sempat terhenti akibat pandemic.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan setidaknya telah

mengeluarkan tiga kebijakan public yang berkaitan dengan wacana

vaksinasi yang sudah mulai berjalan sejak Januari 2021 yang lalu.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem

Makarim mengungkapkan prioritas vaksinasi covid-19 untuk tenaga

kependidikan dimulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

dan sederajat kemudian SMP, atau MTs sederajat dan SMA/SMK/MA

sederajat, sehinga guru pada tiga jenjang tersebut bisa segera disuntik

vaksin. Setelah itu, kegiatan Pembelajaran Tatap Muka bisa segera

dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas makapeneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh vaksin covid-19

terhadap imunitas pada Guru di SMA Negeri 9 Manado.


B. Rumusan Masalah

Apakah pengaruh pemberian vaksin covid-19 terhadap imunitas

tubuh pada guru di SMA Negeri 9 Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vaksin covid-19 terhadap

imunitas tubuh pada guru di SMA Negeri 9 Manado

2. Tujuan Khusus :

a) Mengidentifikasi reaksi imunitas tubuh setelah pemberian vaksin

covid-19

b) Mengidentifikasi pengaruh pemberian vaksin covid-19 terhadap

imunitas tubuh pada guru di SMA Negeri 9 Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan keperawatan

dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan

pengaruh vaksinasi covid-19 bagi tenaga pendidik (Guru)

2. Bagi Tenaga Pendidik

Sebagai bahan masukan terutama bagi tenaga pendidik / Guru untuk

menambah informasi tentang efek pemberian vaksinasi covid-19.


3. Bagi Peneliti Lanjutan

Peneliti dapat memperluas wawasan serta menjadi pengalaman yang

sangat berharga dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

selama pendidikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apa itu Coronavirus dan Covid-19

1. CoronaVirus

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang

menyebabkan penyakita pada manusia dan hewan. Pada manusia

biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan,

mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut

berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus

jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar

biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian

diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

(SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus

Disease-2019 (COVID-19).

2. COVID-19

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan

penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum

mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.

COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di

banyak negara di seluruh dunia.


Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah

demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih

jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri

dan saki, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitas, sakit

tenggorokan, diare, kehilangan indera perasa atau penciuman,

ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki.

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul

secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya

memiliki gejala ringan.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi

berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5

orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan

kesulitan bernafas. Orang-orang lanjut usia dan orang-orang

dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi,

gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki

kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Namun

siapapun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami sakit yang

serius.

B. Imunitas

Sistem imunitas merupakan sistem pertahanan atau

kekebalan tubuh yang memiliki peran dalam mengenali dan

menghancurkan benda-benda asing atau sel abnormal yang

merugikan tubuh kita. Sistem imunitas kita ini tidak memiliki


tempat khusus ditubuh kita dan tidak dikontrol oleh otak. Sistem

imunitas ini berbentuk sel-sel tertentu yang berfungsi sebagai

pasukan pertahanan tubuh kita dalam memerangi pathogen, yang

berpotensi menyebabkan gangguan pada tubuh kita. Saat pathogen

masuk ke dalam tubuh kita, antigen atau molekul yang terletak pada

dinding sel bakteri bakteri atau lapisan organisme, merangsang

sistem imunitas kita untuk menghasilkan antibody untuk melawan

dan melindungi tubuh kita.

Sistem imunitas tubuh manusia berlapis-lapis dan dibagi

menjadi dua jenis. Pertam sistem imunitas non-spesifik dan sistem

imunitas spesifik.

a) Sistem imunitas non-spesifik

Sistem imunitas non spesifik seringkali disebut juga

sebagai pertahanan tubuh bawaan. Disebut pertahanan tubuh

bawaan karena sistem imunitas nonspesifik ini merupakan garis

utama tubuh yang pertama dalam melawan semua pathogen yang

masuk ke tubuh kita. Sistem pertahanan tubuh bawaan ini

berfungsi untuk mencegah terjadinya peradangan setelah adanya

luka atau infeksi pada tubuh kita.

Disebut sebagai sistem imunitas non-spesifik karena

sistem pertahanan tubuh kita ini tidak bisa membedakan

pathogen yang masuk ke dalam tubuh. Semua pathogen yang

terdeteksi oleh sistem imunitas lapis pertama ini akan dianggap


sebagai benda asing yang berpotensi mengganggu tubuh kita.

Anggota sistem imunitas non-spesifik tubuh kita ini adalah kulit,

membrane mukosa, sel-sel fagosit, protein antimikroba, dan

inflamasi.

Kulit merupakan garis pertahanan pertama tubuh karena

susunan sel epidermisnya yang sangat rapat, sehingga

menyulitkan pathogen masuk ke tubuh. Kalau pathogen berhasil

menembus kulit, kita memiliki membrane mukosa, sel-sel

fagosit, protein antimikroba, dan inflamasi sebagai garis

pertahanan kedua tubuh. Mereka berperan sebagai pertahanan

kimiawi dan mekanis. Mereka akan mengeluarkan bahan kimia

dan kalau diperlukan mereka juga bisa memakan pathogen yang

masuk ke tubuh. Kalau kulit kita gatal, bentol-bentol, bengkak,

memerah, dan demam itu merupakan tanda bahwa sedang terjadi

perang antara pathogen dengan sistem imunitas nonspesifik

dalam tubuh kita. Sistem imunitas kita sedang berperan melawan

pathogen yang berhasil masuk ke tubuh.

b) Sistem Imunitas Spesifik

Kalau patogennya ternyata kuat dan berhasil menembus

pertahanan kedua tubuh kita, pathogen ini harus melewati garis

pertahanan ketiga tubuh, yaitu sistem imunitas spesifik. Anggota

sistem imunitas spesifik ini terdiri dari sel limfosit B, limfosit T,

makrofag, dan juga antibodi. Mereka ini akan beredar di seluruh


tubuh kita untuk mengatasi pathogen-patogen yang berhasil

masuk ke tubuh.

Masing-masing sel yang disebutkan tadi mempunyai

tugasnya masing-masing, sesuai dengan jenis pathogen yang

masuk ke tubuh. Meskipun pathogen dan antigen yang masuk ke

dalam tubuh beragam bentuknya, sistem imunitas spesifik dalam

tubuh bisa langsung mengenali dan menghancurkan pathogen

dan antigen tersebut sampai habis. Uniknya lagi, sistem imunitas

spesifik ini mempunyai daya ingat yang tajam. Sistem imunitas

spesifik bisa mengingat pathogen dan antigen yang pernah

masuk ke dalam tubuh dan mereka sudah tau cara

menghancurkan pathogen dan antigen ini sepanjang hidup kita.

Dan respon dari sistem imunitas spesifik ini akan menjadi lebih

cepat. Ini terjadi karena sel-sel dalam tubuh sudah mengenali

dan mengetahui bagaimana cara menghancurkan pathogen dan

antigen tersebut.

Misalnya, kalau kita pernah terserang cacar air dan

sembuh, terus virus cacar itu mau menyerang tubuh kita lagi

untuk yang kedua kalinya, sis

\tem imunitas spesifik dalam tubuh sudah tau bisa

mengenali dan menghancurkan virus cacar tersebut.

C. Vaksin
1. Pengertian Vaksin

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk

menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Pemberian

vaksin (imunisasi) dilakukan untuk mencegah atau mengurangi

pengaruh infeksi penyebab penyakit-penyakit tertentu. Vaksin

biasanya mengandung agen yang menyerupai mikroorganisme

penyebab penyakit dan sering dibuat dari mikroba yang

dilemahkan atau mati, dari toksinnya, atau dari salah satu protein

permukaannya. Agen merasang sistem imun untuk mengenali

agen sebagai ancaman, menghancurkannya, dan untuk lebih

mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang terkait

dengan agen yang mungkin ditemui dimasa depan.

D. Vaksin Covid-19

1. Pengembangan Vaksin Covid-19

WHO mendeklarasikan wabah COVID-19 di China

sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan

dunia (Publik Health Emergency of International

Concern,PHEIC) ini menandakan COVID-19 sebagai ancaman

global dunia.

The emergency committee telah menyatakan bahwa

penyebaran COVID-19 dapat dihentikan jika dilakukan proteksi,

deteksi dini, isolasi, dan perawatan yang cepat agar tercipta

implementasi sistem yang kuat untuk menghentikan penyebaran


COVID-19. Mengingat hal ini, sebagai upaya proteksi terhadap

COVID-19, berbagai negara dari seluruh dunia telah

berkomitmen bersama dengan melibatkan pemerintah,

perusahaan bioteknologi, ilmuwan, dan akademisi untuk dapat

menciptakan vaksin COVID-19. Sejauh ini telah banyak

kandidat vaksin yang diluncurkan untuk melawan virus SARS-

CoV-2, penyebab COVID-19.

2. Kebijakan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang terdampak Pandemi

Covid-19 merespon dinamika pandemic global dengan

mengeluarkan kebijakan vaksinasi warga negara yang bertujuan

untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di Indonesia,

menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19,

mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity)

serta merestorasi kondisi perekonomian yang sempat terhenti

akibat pandemi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, menyebutkan

bahwa rencana vaksinasi di Indonesia akan dilakukan dalam dua

periode. Pada periode yang pertama target yang akan

mendapatkan vaksinasi adalah tenaga kesehatan dengan jumlah

1,3 juta orang, petugas public 17,4 juta yaitu petugas yang sulit

menjaga jarak secara efektif dan penduduk lanjut usia di atas

usia 60 tahun sebanyak 21,5 juta. Periode kedua adalah periode


April 2021-Maret 2022 dengan jumlah penerima vaksin adalah

63,90 juta masyarakat dengan risiko penularan tinggi yang

dikategorikan menurut kategori tempat tinggal atau kelas

ekonomi dan social. Selanjutnya diikuti, sebanyak 77,4 juta

masyarakat umum dengan pendekatan cluster sesuai

ketersediaan vaksin.

3. Jenis-Jenis Vaksin Covid 19 dan Ke-efektifannya

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.01.07/MENKES/9860/2020 Tentang Penetapan Jenis

Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease

2019 mengatur enam jenis vaksin yang akan digunakan dalam

skema vaksinasi di Indonesia.

1) Vaksin Sinovac

Pada saat ini perlombaan untuk memproduksi vaksin

diawali oleh China dengan Sinovac dan Sinopharm.

Perusahaan biofarmasi yang berkedudukan di Beijing China

tersebut mendukung pemanfaatan CoronaVac yaitu vaksin

yang tidak aktif. Vaksin tersebut bekerja dengan

menggunakan virus yang sudah dimatikan guna merangsang

sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa risiko

memberikan respon terhadap penyakit yang serius.

Disebutkan salah satu keunggulan utama dari vaksin

Sinovac adalah dapat disimpan di lemari es standart dengan


suhu 2-8 derajat celcius. Hal ini tentu lebih menguntungkan

bagi negara-negara berkembang karena dapat menyimpan

vaksin dalam jumlah yang besar pada suhu tersebut. Bagi

Indonesia hal ini juga memudahkan mengingat kondisi

infrastruktur tiap-tiap provinsi tidak sama (Yvette Tan,2021).

Vaksin Sinovac telah menjalani uji coba fase tiga di

berbagai Negara. Data sementara dari uji coba tahap akhir di

Turki dan Indonesia menunjukkan bahwa vaksin tersenut

efektif masing-masing sebesar 91,25% dan 63,50%. Para

peneliti di Brasil pada awalnya mengatakan dalam uji klinis

mereka efektivitas vaksin Sinovac adalah 78%, akan tetapi

setelah dilakukan penambahan data penelitian maka angka

tersebut direvisi menjadi 50,40% dan dideklarasikan pada

bulan Januari 2021. Vaksin Sinovac telah disetujui untuk

penggunaan darurat pada kelompok beresiko tinggi di China

sejak Juli 2020, dan pada September 2020 Sinovac telah

diberikan kepada 1.000 orang sukarelawan dengan hasil

kurang dari 5% merasakan tidak nyaman atau kelelahan

ringan (Y vette Tan,2021).

Adapun Indonesia sejak 13 Januari 2021 sudah

dimulai vaksinasi nasional yang dipelopori oleh Presiden

Joko Widodo sebagai orang pertama penerima vaksin.

Presiden menerima suntikkan vaksin yang diproduksi oleh


CoronaVac buatan Sinovac Life Science Co.Ltd yang

bekerja sama dengan PT. Bio Farma (Persero) dan telah

melalui uji klinis melibatkan 1.620 relawan di Bandung.

2) Vaksin Sinopharm

Sinopharm adalah sebuah perusahaan milik China

juga mengembangkan vaksin Covid-19 yang serupa dengan

Sinovac, yaitu merupakan vaksin yang tidak aktif dengan

cara kerja yang serupa dengan Sinovac. Pada 30 Desember

Sinopharm telah mengumumkan bahwa uji coba fase ke tiga

vaksin menunjukkan nilai efektivitas sebesar 79%.

Di China sekitar satu juta orang sudah disuntik

menggunakan Vaksin Sinopharm di bawah izin penggunaan

darurat. Akan tetapi Uni Emirat Arab mengatakan menurut

hasil uji coba pada penelitian fase ke tiga menunjukkan

angka efektivitas sebesar 86%. Turki, Brasil, Chili, Uni

Emirat dan Bahrain telah menyetujui penggunaan vaksin

Sinopharm.

3) Vaksin Moderna

Vaksin Moderna memiliki nama dagang adalah

mRNA-1273, yang dibuat oleh ModernaTX, Inc, dengan tipe

vaksin adalah mRNA. Food Drug and Administration (FDA)

telah mengizinkan penggunaan darurat Vaksin Covid-19

Moderna untuk mencegah Covid-19 pada individu berusia 18


tahun ke atas di bawah otoritas penggunaan darurat

(Emergency Use Authorization).

Di dalam uji klinis kira-kira sebanyak 15.400

individu berusia 18 tahun ke atas telah menerima setidaknya

1 kali dosis Moderna. Sebagian besar orang yang

berpartisipasi dalam uji coba (82%) dianggap memiliki risiko

pejanan akibat pekerjaan dengan 25,4% diantaranya adalah

petugas kesehatan.

Berdasarkan bukti uji klinis, vaksin Moderna 94,10%

dinyatakan efektif mencegah penyakit Covid-19 yang

dikonfirmasi di laboratorium pada orang yang menerima dua

dosis yang tidak memiliki bukti terinfeksi sebelumnya.

Vaksin menunjukkan efeektivitas tinggi dalam uji klinis

(kemanjuran) di antara orang-orang dari berbagai kategori

usia, jenis kelamin, ras, serta etnis dan diantara orang-orang

dengan kondisi medis yang mendasarinya.

Adapun efek samping dari vaksin Covid-19 Moderna

meliputi reaksi di tempat suntikkan yaitu berupa perasaan

nyeri, nyeri tekan, dan pembengkakan getah bening di

lengan yang sama dari suntikan, bengkak (keras), dan

kemerahan. Secara umum ada perasaan kelelahan, sakit

kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual dan menggigil, mual dan

muntah (Moderna, 2021).


4) Pfizer BioNTech

Nama vaksin Covid-19 dari Pfizer BionTech adalah

BNT162b2, diproduksi oleh Pfizer Inc, and BioNTech dan

termasuk golongan vaksin tipe mRNA. Di dalam uji klinis,

yang melibatkan sekitar 20.000 relawan berusia 16 tahun ke

atas setidaknya telah menerima satu dosis vaksin Pfizer-

BioNTech.

Di dalam uji klinis yang sedang berlangsung, vaksin

Pfizer –BioNTech Covid-19 telah terbukti mampu mencegah

Covid-19 setelah diberikan dua dosis dengan jarak

pemberian antara dosis pertama dan ke dua adalah tiga

minggu, namun durasi waktu pelindungan setelah diberikan

vaksin kepada seseorang belum diketahui jangka waktu

perlindungannya. Berdasarkan bukti dari uji klinis, vaksin

Pfizer-BioNTech 95% efektif mencegah penyakit Covid-19,

yang dikonfirmasi di laboratorium pada orang tanpa bukti

infeksi sebelumnya.

Efek samping yang dilaporkan akibat pemakaian

vaksin Pfzier-BioNTech adalah nyeri di tempat bekas

suntikan, merasa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot,

mengigil, demam, nyeri sendi, pembengkakan ditempat


suntikan, kemerahan di tempat suntikan, mual, kurang enak

badan, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

5) AstraZeneca

AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi dari

Inggris yang telah melakukan pengembangan vaksin Covid-

19 bersama Oxford University dan pemerintah Indonesia

telah melakukan kerjasama dalam rangka penyediaan vaksin

yang disebut dengan nama AZD1222.

Vaksin AstraZeneca dibuat dari versi lemah virus flu

biasa yang berasal dari simpanse yang telah dimodifikasi

supaya tidak tumbuh pada manusia dan hingga saat ini uji

coba masih terus berlangsung dengan melibatkan sebanyak

sekitar 20.000 sukarelawan. Dikutip dari BBC, disebutkan

bahwa vaksin AstraZeneca memiliki keefektivan secara rata-

rata adalah 70%. Keunggulan lain dari vaksin tersebut adalah

mudah untuk didistribusikan di karenakan tidak memerlukan

penyimpanan pada temperature ruang yang sangat dingin

(Femina, 2020)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

.
Imunitas Tubuh Pada Guru di
Pemberian Vaksin Covid-19
SMA N 9 Manado

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh

Pemberian Vaksin Covid-19 terhadap imunitas tubuh pada

Guru di SMA Negeri 9 Manado.

B. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian vaksin covid-19 terhadap imunitas

tubuh pada guru di SMA N 9 Manado

Ha : Ada pengaruh pemberian vaksin covid-19 terhadap imunitas tubuh

pada guru di SMA N 9 Manado

C. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil

Ukur Ukur

Independen Semua anggota guru

Pemberian yang ada di SMA N 9

Vaksin Manado yang telah

Covid-19 divaksin Covid-19

Dependen Bagaimana imunitas

Imunitas tubuh pada guru setelah

tubuh Guru mendapatkan vaksin

Covid-19 : Apakah

imunitasnya meningkat

atau tidak.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
menguji teori serta membandingkan pengaruh pemberian vaksin covid-
19 terhadap imunitas tubuh sebelum di suntikkan vaksin dan sesudah di
suntikkan vaksin dosis ke-2.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di SMA
Negeri 9 Manado.
2. Waktu
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah semua
Guru di SMA N 9 Manado.
2. Sampel
Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sampel

Anda mungkin juga menyukai