Anda di halaman 1dari 18

Hukum Organisasi Internasional

Peran IMF dalam Krisis Indonesia

Oleh :

Dewi Ayu Shifa (201010360311117)

Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

2013

1 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas berskala


internasional. Pemahaman mengenai hukum internasional tidak dapat lepas dari
organisasi internasional. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya organisasi
internasional merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari dinamika hukum
internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan
hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang
semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu pada
perusahaan multinasional dan individu.
Organisasi internasional dalam kapasitasnya sebagai salah satu aktor dalam
hubungan internasional memegang peranan penting dalam dinamika kehidupan antar
negara-negara di dunia. Organisasi internasional menjadi wadah bagi negara-negara di
dunia untuk menyalurkan aspirasi institusionalnya maupun wadah untuk membangun
relasi yang lebih luas dengan negara-negara lain.
Organisasi internasional dalam dinamikanya harus dipayungi dengan peraturan-
peraturan hukum agar tidak bergesekan dengan kepentingan negara atau komunitas lain
dalam pergaulan internasional

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hukum organisasi internasional ?
2. Bagaimana konsep organisasi internasional ?
3. Aspek apa saja yang ada dalam hukum organisasi internasional ?
4. Bagaimana studi kasus hukum organisasi internasional ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari hukum organisasi internasional

2 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
2. Mengetahui secara dalam apa saja aspek yang ada di dalam hukum organisasi
internasional
3. Memahami konsep organisasi internasional
4. Memahami dan lebih mengerti tentang hukum organisasi internasional melalui studi
kasus.

BAB II

Pembahasan

A. Definisi Hukum Organisasi Internasional

Dengan proses perkembangan organisasi internasional tersebut sekaligus telah


menciptakan norma – norma hukum yang berkaitan dengan organisasi itu, yang
kemudian membentuk suatu perjanjian yang disebut instrument dasar atau instrument
pokok ( constituent instrument)
Hukum organisasi internasional adalah bagian atau cabang dari hukum
internasional yang dipersatukan oleh badan PBB dan yang semata-mata menyangkut
organisasi internasional publik serta terdiri dari perangkat norma-norma hukum yang
berhubungan dengan organisasi internasional tersebut termasuk badan-badan yang
berada di bawah naungannya dan pejabat sipil internasionalnya (Suryokusumo,
1990). Hukum organisasi internasional memuat prinsip-prinsip hukum yang
dirumuskan oleh organisasi-organisasi internasional, misalnya peraturan-peraturan
tentang pertanian yang ada di dalam organisasi EEC atau peraturan-peraturan
mengenai moneter yang terdapat dalam badan seperti IMF.

B. Konsep Organisasi Internasional

Dalam pembahasan mengenai hukum organisasi internasional, perlu diketahui


terlebih dahulu mengenai konsep organisasi internasional itu sendiri dalam konteks

3 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
hukum internasional. Konsep yang dimaksud adalah definisi, penggolongan, peran,
dan fungsi organisasi internasional.
1. Definisi Organisasi Internasional
Menurut Clive Archer (dalam Perwita dan Yani, 2005), organisasi internasional
berasal dari dua kata, yaitu organisasi dan internasional. Kata international diartikan
dalam beberapa makna. Pertama, intergovernmental yang berarti interstate atau
hubungan antara wakil resmi dari negara-negara berdaulat. Kedua, aktifitas antara
individu-individu dan kelompok-kelompok di negara lain serta juga termasuk
hubungan intergovernmental yang disebut dengan hubungan transnational. Ketiga,
hubungan antara suatu cabang pemerintah di suatu negara dimana hubungan tersebut
tidak melalui kebijakan luar negeri disebut transgovernmental. Ketiga hubungan
termasuk dalam hubungan internasional.
Organization dalam kata international organizations sering menjadi permasalahan
dengan bentuk tunggalnya, yaitu organization. Dalam hal ini dijelaskan bahwa
organization adalah suatu proses sedangkan international organizations adalah aspek-
aspek representatif dari suatu fase dalam proses tersebut yang telah dicapai dalam
suatu waktu tertentu.
Dari pemaparan tersebut, Clive Archer kemudian mendefenisikan organisasi
internasional sebagai suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas
suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non pemerintah) dari dua
atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para
anggotanya.
Sementara itu, Michael Hass (dalam Perwita dan Yani, 2005) memiliki dua
pengertian, yaitu: pertama, sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai
serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat, dan waktu pertemuan; kedua, organisasi
internasional merupakan pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh
dimana tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini.
2. Penggolongan Organisasi Internasional
Menurut Bennet (dalam Perwita dan Yani, 2005), terdapat dua kategori utama
organisasi internasional, yaitu:

4 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
a. Organisasi antar pemerintah (intergovernmental organizations), anggotanya terdiri
dari delegasi resmi pemerintah negara-negara. Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB).
b. Organisasi antar non pemerintah (non governmental organization), terdiri dari
kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan
teknik atau ekonomi, dan sebagainya. Contoh: Palang Merah International (IRC)
Sementara itu, menurut Coulombis dan Wolfe (dalam Perwita dan Yani, 2005)
mengemukakan klasifikasi organisasi internasional dengan mengkombinasikan antara
keanggotaan dan tujuan. Keduanya mengklasifikasikan inter-governmental
organizations (IGO) menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Global membership and general purpose, yaitu suatu organisasi internasional
antara pemerintah dengan keanggotaan global, serta maksud dan tujuan umum,
misalnya PBB.
b. Global membership and limited purpose organization, yaitu suatu organisasi
internasional antar pemerintah dan keanggotaan global dan memiliki tujuan yang
spesifik atau khusus.
c. Regional membership dan general purpose organization, yaitu suatu
organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan yang regional atau
berdasarkan kawasan dengan maksud dan tujuan yang umum.
d. Regional membership and limited purpose organization, yaitu suatu organisasi
internasional antar pemerintah dengan keanggotaan regional dan memiliki maksud
serta tujuan yang khusus dan terbatas.

3. Peran Organisasi Internasional


Menurut Archer (dalam Perwita dan Yani, 2005), peranan organisasi internasional
dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Sebagai instrumen. Organisasi internasional digunakan oleh negara-negara
anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negeri.
b. Sebagai arena. Organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota-
anggotanya untuk membicarakan dan membahas masalah-masalah yang dihadapi.

5 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
c. Sebagai aktor independen. Organisai internasional dapat membuat keputusan-
keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi
4. Fungsi Organisasi Internasional
Menurut A. Le Roy Bennet (dalam Perwita dan Yani, 2005), fungsi organisasi
internasional adalah:
a. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerja sama yang dilakukan antar negara
dimana kerja sama itu menghasilkan keuntungan yang besar bagi seluruh bangsa.
b. Menyediakan banyak saluran komunikasi antar pemerintahan sehingga ide-ide
dapat bersatu ketika masalah muncul ke permukaan.
C. Aspek Hukum Organisasi Internasional

Dalam pembahasan mengenai hukum organisasi internasional, aspek-aspek hukum


organisasi internasional merupakan aksentuasi yang eksklusif. Aspek-aspek inilah yang terpadu
dalam satu kesatuan membentuk organisasi internasional. Aspek-aspek hukum organisasi
internasional meliputi masalah subjek, objek, dan sumber hukum organisasi internasional.

1. Subjek Hukum Organisasi Internasional

Dalam hukum organisasi internasional, yang menjadi subjeknya adalah semua


organisasi internasional, termasuk didalamnya organisasi-organisasi regional yang dapat
dikategorikan sebagai organisasi internasional. Dalam kapasitasnya sebagai subjek
hukum organisasi internasional, organisasi internasional memiliki personalitas, yaitu
kapasitas untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan dalam aturan internal yang dimiliki oleh organisasi internsional
tersebut.

Organisasi internasional meliputi sebagai subjek dalam arti yang luas dimaksudkan
tidak saja menyangkut semua organisasi yang dibentuk oleh negara-negara, tetapi juga
yang dibentuk oleh badan-badan non pemerintah. Sampai dengan akhir tahun 1969,
jumlah organisasi internasional meliputi kurang lebih 2400 buah, 229 diantaranya
merupakan organisasi antar pemerintahan dan organisasi non pemerintahan
(Suryokusumo, 1990).

6 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
Sehubungan dengan organisasi internasional sebagai subjek hukum organisasi
internasional, kita masih mengenal organisasi regional atau subregional sebagai subjek.
Jika organisasi internasional sebagai badan multilateral dengan prinsip keanggotaan yang
universal dan dengan kepentingan yang luas sampai pada badan-badan subsidernya, maka
organisasi regional mempunyai keanggotaan yang terbatas, tetapi mempunyai
kepentingan yang relatif luas, misalnya EEC, OAU, dan OAS. Adapula yang membatasi
tidak saja pada keanggotaannya, tetapi juga pada masalah-masalah khusus seperti
international river commission (Suryokusumo, 1990).

2. Objek Hukum Organisasi Internasional

Objek hukum organisasi internasional meliputi negara, baik sebagai anggota


organisasi internasional maupun bukan, organisasi internasional maupun regional
lainnya. Bahkan, menurut perkembangan organisasi internasional seperti PBB, sesuatu
organisasi gerakan kemerdekaan dapat diakui sebagai subjek hukum organisasi
internasional seperti halnya South West African People’s Organization (SWAPO) dan
Palestine Liberation Organization (PLO). Negara sebagai objek hukum organisasi
internasional menyangkut hak kedaulatan, kualifikasi sebagai negara anggota serta hak-
hak dan kewajiban negara itu, tidak saja menurut ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam instrumen pokok organisasi internasional itu, tetapi juga sesuai dengan
keputusan-keputusan yang telah ditetapkan oleh organisasi internasional tersebut
(Suryokusumo, 1990).

3. Sumber Hukum Organisasi Internasional

Sumber hukum organisasi internasional digunakan dalam empat pengertian


mendasar. Pertama, sebagai kenyataan historis tertentu, kebiasaan yang sudah lama
dilakukan, persetujuan atau perjanjian resmi yang dapat membentuk sumber hukum
organisasi onternasional. Masa jabatan Sekretaris Jenderal PBB merupakan salah satu
contoh dari kebiasaan yang kni masih diikuti. Seperti diketahui, PBB tidak menyebutkan
tentang syarat-syarat calon untuk menjabat sekretaris jenderal, demikian juga tentang

7 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
masa jabatannya. Untuk itu, majelis umum telah menetapkan lima tahun masa jabatan
sekretaris jenderal dan sesudah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali.

Kedua, instrumen pokok yang dimiliki oleh organisasi internasional dan


memerlukan ratifikasi dari semua anggotanya. Instrumen pokok ini dapat berupa piagam,
covenant, final act, piact teraty, statute, constitution, dan lain-lain.

Ketiga, ketentuan-ketentuan lainnya mengenai peraturan tata cara organisasi


internasional beserta badan-badan yang ada di bawah naungannya, termasuk mekanisme
yang ada pada organisasi tersebut. Peraturan-peraturan seperti itu merupakan elaborasi
dan pelengkap instrumen pokok yang ada yang seluruhnya memerlukan persetujuan
bersama dari para anggota. Dalam sistem PBB, kita kenal beberapa peraturan, antara lain
United Nations Administrative Tribunal Statute and Rules, provisions in force with effect
from 16th October 1970 dan Rules of Procedure of The Governing Council of The Special
Fund, 1959.

Keempat, hasil-hasil yang ditetapkan atau diputuskan oleh organisasi internasional


yang wajib atau harus dilaksanakan, baik oleh para anggotanya maupun badan-badan
yang ada di bawah naungannya. Hasil-hasil itu dapat berbentuk resolusi, keputusan,
deklarasi atau rekomendasi (Suryokusumo, 1990).

Studi Kasus

Kita telah megetahui tentang hutang Indonesia kepada IMF yang begitu banyak dikarenakan
terjadinya krisis di negeri ini. Pada studi kasus kali ini, akan dibahas tentang bagaimana peran
IMF dalam krisis yang terjadi di Indonesia. Tapi sebelumnya, mari kita telusuri pada awal mula
terjadinya krisis di Indonesia.

Indonesia memang tidak terlalu jauh dari status pariah, paling tidak di bidang ekonomi pada saat
pergantian pemerintahan menuju Orde Baru. Tumpukan besar utang yang mewarnai
perekonomian Indonesia menjadi gambaran kondisi Indonesia pada saat itu. Belum lagi

8 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
tumpukan utang yang mulai menuntut untuk dilunasi, dan peristiwa ini terjadi di saat hampir
semua indikator perekonomian tidak menunjukkan tanda-tanda positif.1

Perekonomian Indonesia memang nyaris bangkrut. Ekspor dalam setahun hanya mencapai
jumlah yang sangat rendah, yaitu hanya sebesar 679 juta dollar atau hampir seperseratus
jumlahnya dari ekspor Indonesia saat ini. Sementara itu impor, yang bahkan sudah dicatu
jumlahnya untuk keperluan impor yang esensial saja mencapai 527 juta dollar pada tahun
tersebut. Dalam keadaan demikian, cadangan devisa yang ada sungguh tidak menggambarkan
adanya sisa-sisa kebesaran yang ingin diproyeksikan dengan berbagai proyek mercusuar pada
masa pemerintahan sebelumnya. Dan cadangan devisa tersebut hanya mampu untuk membiayai
impor beberapa minggu saja. Oleh karena itu, tak pelak lagi bahwa Indonesia berada dalam
keadaan yang tidak mampu untuk keluar dari jerat utang. Pada masa itu, jumlah utang yang
menjadi kewajiban pemerintah berjumlah dari USD 4 miliar.2

Dalam keadaan seperti itu, kerja keras dari Tim Ekonomi baru yang dipimpin oleh Profesor
Wijoyo pada akhirnya berhasil membalikkan arah perekonomian, dari jalan menuju
kebangkrutan menjadi jalan menuju kebangkitan. Berbagai upaya dilakukan untuk membangun
kembali jembatan yang diruntuhkan sebelumnya dengan slogan Go to hell with your aid melalui
upaya restorasi hubungan dengan masyarakat interasional. Keanggotaan kembali Indonesia di
PBB, IMF, dan Bank Dunia pada akhirnya menandai proses perbaikan kembali hubungan
Indonesia dengan masyarakat internasional tersebut.3

Proses tersebut dilanjutkan dengan kerja keras berikutnya, yaitu meyakinkan masyarakat dunia
bahwa Pemerintah baru Indonesia memang serius untuk membangun kembali perekonomiannya.
Untuk itu, IMF diminta membantu penataan kembali perekonomian Indonesia serta membantu
proses bagi restrukturisasi utang Pemerintah, terutama melalui proses penjadwalan kembali
utang pemerintah melalui Paris Club. Proses tersebut berhasil mengantarkan Indonesia dalam
melakukan stabilisasi dan rehabilitasi perekonomiannya, dan dalam membangun landasan yang
kuat bagi pembagunan selanjutnya. Dalam beberapa tahun berlangsungnya proses ini, terlebih
lagi setelah diterapkannya formula Dr. Hermann Abs untuk melakukan proses penyelesaian
1
Cyrillus Harinowo,2004, IMF Menangani Krisis dan Indonesia Pasca-IMF,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama
2
Ibid,hal.6
3
ibid

9 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
utang yang once and for all, Indonesia akhirnya berhasil lulus dari Program IMF dengan
kualifikasi yang baik. Dari sinilah akhirnya si pariah menjadi bangkit kembali.4

Dengan mulai terbangunnya landasan yang kuat bagi pembangunan berikutnya, Indonesia
akhirnya mulai bergerak dari tahun ke tahun dengan setiap kali meninggalkan record yang bagus.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia senantiasa bergerak pada tigkat yang tinggi, umumnya berada
diatas 7 persen, yang pada akhirnya membuat pendapatan per kapita naik berlipat-lipat sampai
dengan tahun terjadinya krisis. Indonesia tidak lagi masuk dalam kategori negara miskin setelah
berhasil melampaui standar yang diperlukan bagi negara yang termasuk kategori berpendapatan
menengah.5

Tingkat kemiskinan pun mengalami penurunan drastis, sementara tingkat penyediaan jasa
kesehatan dan pendidikan sudah mulai merambah seua daerah bahkan ke daerah terpencil
sekalipun. Pada akhirnya sektor industri dapat melampaui sektor pertanian yang semula sebagai
motor pembagunan. Selanjutnya, sektor jasa pun juga semakin menampakkan powernya. Setelah
terjadinya proses deregulasi di berbagai sektor, pembangunan ekonomi pun semakin
menampakkan bentuknya.6

Dalam keadaan demikian, tak pelak lagi Indonesia menjadi sorotan dari masyarakat
internasional. Bank Dunia serta lembaga keuangan internasinal lainny menganggap Indonesia
sebagai bagian dari kisah sukses mereka. Oleh karea itu, tidaklah sukar untuk kemudian
menjelaskan kenapa Indonesia akhirnya dikaitkan dengan perkembangan yang fenomenal di
negara-negara lainnya di kawasan Asia Timur.7

Dalam dasawarsa 1980 dan 1990, berbagai ulasan dibuat untuk memahami secara baik mengapa
berbagai negara di Asia Timur pada akhirnya mampu mencapai suatu perkembangan ekonomi
yang menakjubkan.8

4
Ibid,hal.7
5
ibid
6
Ibid,hal.8
7
ibid
8
ibid

10 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
Sebagai negara yang disebut sebagai salah satu dari delapan negara yang mengalami
keajaiban, Indonesia pada akhirnya merasakan nikmatnya masuk dalam “peta peradaban dunia”,
khususnya dalam hal peta keuangan global. Secara sangat kebetulan, pencantuman Indonesia
sebagai salah satu negara yang mengalami keajaiban ekonomi berlangsung di tengah-tengah
maraknya proses globalisasi keuangan dunia yang banyak merambah negara-negara emerging
marke. Bahkan pada pertengahan tahun 1990-an dan dari waktu ke waktu semakin berkembang,
banyak portofolio para investor dunia yang sedikit demi sedikit menaikkan porsi portofolio dari
emerging market sehingga pada akhirya terdapat suatu mekanisme pasar yang tidak seimbang,
dimana supply dari berbagaii surat utang yang dikeluarkan oleh berbagai pemerintah maupun
juga perusahaan dari negara-negara emerging market tidak mencukupi untuk memenuhi
pemintaan yang semakin lama semakin besar dari berbagai investor global tersebut.9

Dari sisi positifnya, aliran modal masuk yang besar ini pada akhirnya semakin membuka
peluag bagi pesatnya peningkatan investasi yang pada akhirnya “menggelembungkan”
perekoomian Indonesia. Cadangan devisa pemerintah juga mengalami peningkatan yang sangat
pesat, sehingga pada akhirnya dengan cepat melampaui angka 20 miliar dollar dan dengan cepat
meningkat semakin tinggi lagi.10

Cara-cara pengelolaan dana yang modern mendorong berbagai instrumen yang ada, tetapi juga
pada negara-negara dimana penanaman dana bisa dilakukan. Konsep dasar dari cara penanaman
modal ini adalah bahwa kita tidak boleh “menaruh semua telur dalam keranjang yag sama”, itu
disebabkan apabila keranjang itu jatuh maka semua telur akan pecah. Oleh karena itu, prinsip
dasar dari teori ini adalah diversifikasi.11

Pada akhir tahun 1970 dan paruh pertama tahun 1990, begitu banyak investor asing berkelas
dunia melakukan penanaman dana di pasar modal negara-negara berkembang.12

Pasar modal Indonesia yang diaktifkan kembali semenjak tanggal 10 Agustus 1977, mulai
menunjukkan semangat yang menggebu-gebu. Pada awal tahun pengaktifan kembali pasar

9
Ibid,hal.9
10
ibid
11
Ibid,hal.12
12
ibid

11 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
modal, hanya terdapat sedikit emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, namun
perusahaan yang melakukan listing semakin lama semakin banyak terutama setelah deregulasi
pasar modal dan perbankan pada tahun 1987 da 1988.13

Setelah itu berkembanglah Bursa Efek Jakarta, serta pembangunan sarana prasarana modal.
Pasar modal di Indonesia pun semakin marak. 14

Penyebab Terjadinya Krisis di Indonesia

Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada
banyak faktor lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat. Berikut ini
diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut menurut urutan kejadiannya:15

1. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai,
memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas
berapapun jumlahnya. Kondisi di atas dimungkinkan, karena Indonesia menganut rezim
devisa bebas dengan rupiah yang konvertibel, sehingga membuka peluang yang
sebesarbesarnya untuk orang bermain di pasar valas. Masyarakat bebas membuka
rekening valas di dalam negeri atau di luar negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam
negeri, sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar
negeri.
2. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8%
(1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di bawah nilai tukar nyatanya,
menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued. Ditambah dengan
kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat
dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah, dan produk dalam negeri yang makin
lama makin kalah bersaing dengan produk impor. Nilai Rupiah yang overvalued berarti
juga proteksi industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah
dan produk dalam negeri relatif mahal, sehingga masyarakat memilih barang impor yang

13
Ibid,hal.13
14
ibid
15
bempvol1no4mar.pdf

12 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
kualitasnya lebih baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang, ekspor
menjadi kurang kompetitif dan impor meningkat. Nilai rupiah yang sangat overvalued ini
sangat rentan terhadap serangan dan permainan spekulan, karena tidak mencerminkan
nilai tukar yang nyata.
3. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia
cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya (bandingkan
juga Wessel et al.: 22), ditambah sistim perbankan nasional yang lemah. Akumulasi
utang swasta luar negeri yang sejak awal tahun 1990-an telah mencapai jumlah yang
sangat besar, bahkan sudah jauh melampaui utang resmi pemerintah yang beberapa tahun
terakhir malah sedikit berkurang (oustanding official debt). Ada tiga pihak yang bersalah
di sini, pemerintah, kreditur dan debitur. Kesalahan pemerintah adalah, karena telah
memberi signal yang salah kepada pelaku ekonomi dengan membuat nilai rupiah terus-
menerus overvalued dan suku bunga rupiah yang tinggi, sehingga pinjaman dalam rupiah
menjadi relatif mahal dan pinjaman dalam mata uang asing menjadi relatif murah.
Sebaliknya, tingkat bunga di dalam negeri dibiarkan tinggi untuk menahan pelarian dana
ke luar negeri dan agar masyarakat mau mendepositokan dananya dalam rupiah. Jadi di
sini pemerintah dihadapi dengan buah simalakama. Keadaan ini menguntungkan
pengusaha selama tidak terjadi devaluasi dan ini terjadi selama bertahun-tahun sehingga
memberi rasa aman dan orang terus meminjam dari luar negeri dalam jumlah yang
semakin besar. Dengan demikian pengusaha hanya bereaksi atas signal yang diberikan
oleh pemerintah. Selain itu pemerintah sama sekali tidak melakukan pengawasan
terhadap utang-utang swasta luar negeri ini, kecuali yang berkaitan dengan proyek
pemerintah dengan dibentuknya tim PKLN. Bagi debitur dalam negeri, terjadinya utang
swasta luar negeri dalam jumlah besar ini, di samping lebih menguntungkan, juga
disebabkan suatu gejala yang dalam teori ekonomi dikenal sebagai fallacy of thinking2 ,
di mana pengusaha beramai-ramai melakukan investasi di bidang yang sama meskipun
bidangnya sudah jenuh, karena masing-masing pengusaha hanya melihat dirinya sendiri
saja dan tidak memperhitungkan gerakan pengusaha lainnya. Pihak kreditur luar negeri
juga ikut bersalah, karena kurang hati-hati dalam memberi pinjaman dan salah

13 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
mengantisipasi keadaan (bandingkan IMF, 1998: 5). Jadi sudah sewajarnya, jika kreditur
luar negeri juga ikut menanggung sebagian dari kerugian yang diderita oleh debitur.
4. Sedangkan menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia disebabkan
karena pemerintah baru meminta bantuan IMF setelah rupiah sudah sangat terdepresiasi.
Strategi pemulihan IMF dalam garis besarnya adalah mengembalikan kepercayaan pada
mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri menarik. Inti dari setiap program
pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial. (Fischer 1998b). Sementara
itu pemerintah Indonesia telah enam kali memperbaharui persetujuannya dengan IMF,
Second Supplementary Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP)
tanggal 24 Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang keempat,
tanggal 16 Maret 1999.

Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997. Program
reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang:

1. Penyehatan sektor keuangan;


2. Kebijakan fiskal;
3. Kebijakan moneter;
4. Penyesuaian struktural.

Setelah pelaksanaan reformasi kedua ini kembali menghadapi berbagai hambatan,


maka diadakanlah negosiasi ulang yang menghasilkan supplementary memorandum pada
tanggal 10 April 1998 yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix dan satu matriks. Cakupan
memorandum ini lebih luas dari kedua persetujuan sebelumnya, dan aspek baru yang masuk
adalah penyelesaian utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia. Jadwal pelaksanaan
masing-masing program dirangkum dalam matriks komitmen kebijakan struktural. Strategi
yang akan dilaksanakan adalah:
1. menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi Indonesia;
2. memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim perbankan;
3. memperkuat implementasi reformasi struktural untuk membangun ekonomi yang efisien
dan berdaya saing;
4. menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang perusahaan swasta;

14 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
5. kembalikan pembelanjaan perdagangan pada keadaan yang normal, sehingga ekspor bisa
bangkit kembali.16
Ke tujuh appendix adalah masing-masing:
1. Kebijakan moneter dan suku bunga
2. Pembangunan sektor perbankan
3. Bantuan anggaran pemerintah untuk golongan lemah
4. Reformasi BUMN dan swastanisasi
5. Reformasi struktural
6. Restrukturisasi utang swasta
7. Hukum Kebangkrutan dan reformasi yuridis.
Prioritas utama dari program IMF ini adalah restrukturisasi sektor perbankan.
Pemerintah akan terus menjamin kelangsungan kredit murah bagi perusahaan kecil menengah
dan koperasi dengan tambahan dana dari anggaran pemerintah (butir 16 dan 20
dari Suplemen). Awal Mei 1998 telah dilakukan pencairan kedua sebesar US$ 989,4 juta dan
jumlah yang sama akan dicairkan lagi berturut-turut awal bulan Juni dan awal bulan Juli,
bila pemerintah dengan konsekuen melaksanakan program IMF. Sementara itu Menko Ekuin/
Kepala Bappenas menegaskan bahwa “Dana IMF dan sebagainya memang tidak kita gunakan
untuk intervensi, tetapi untuk mendukung neraca pembayaran serta memberi rasa aman,
rasa tenteram, dan rasa kepercayaan terhadap perekonomian bahwa kita memiliki cukup
devisa untuk mengimpor dan memenuhi kewajiban-kewajiban luar negeri. Pencairan berikutnya
sebesar US$ 1 milyar yang dijadwalkan awal bulan Juni baru akan terlaksana awal bulan
September.

Kesimpulan

Akibat dari krisis ini, Indonesia yang harus berusaha mengeluarkan diri dari krisis
akhirnya bergantung pada bantuan IMF dan lembaga keuangan dunia lainnya untuk memulihkan
keadaan ekonomi mereka. Namun, sebagai konsekuensi dari ketergantungan pada bantuan
tersebut, pemerintah harus rela untuk melakukan syarat-syarat yang diberikan oleh IMF.
Perubahan-perubahan signifikan pun harus pemerintah lakukan misalnya dalam deregulasi

16
ibid

15 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
peraturan yang berhubungan dengan pasar kemudian melakukan privatisasi terhadap sejumlah
sektor-sektor ekonomi.17

Lalu dari latar belakang di atas, apa yang dilakukan IMF selaku organisasi yang bertugas
sebagai pengatur sistem keuangan dan sistem nilai tukar internasional dalam mengeluarkan
Indonesia dari krisis ini? Sebelum mengetahui langkah-langkah IMF? Apakah berdampak baik
atau malah menambah beban Indonesia? Kita perlu mengetahui apa yang menyebabkan negara-
negara di Asia pada tahun 1997-1998 mengalami krisis ekonomi melalui pendekatan teoritis,
serta peran dan fungsi dari IMF itu sendiri.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang krisis ekonomi
yaitu : pendekatan Generasi Pertama, pendekatan Generasi Kedua, dan pendekatan Generasi
Ketiga. Pendekatan Generasi Pertama dikembangkan oleh Krugman (1979) dan Flood & Garber
(1984), yang mendasarkan analisis pada kondisi ketidakseimbangan fiskal yang cenderung tidak
stabil, sehingga menjadi pemicu serangan terhadap mata uang. Pendekatan ini mengasumsikan
Bank Sentral cenderung melakukan monetisasi defisit fiskal melalui pemberian kredit dalam
negeri, sementara pada saat yang sama berupaya mempertahankan nilai tukat tetap. Dengan
kondisi ini cadangan devisa yang terbatas, ekspetasi akan terjadinya devaluasi telah mendorong
tindakan para spekulan untuk menyerang mata uang dan menguras cadangan devisa di Bank
Sentral.

Pendekatan Generasi Kedua, dikembangkan oleh Diamond & Dybvig (1983) yang
mendasarkan analisisnya pada kondisi trade-off yang dihadapi pemerintah, yakni antara
mempertahankan nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) dan menetapkan kebijakan
moneter ekspansif untuk mempertahankan nilai tukat tetap, para spekulan akan cenderung
menyerang apabila ada indikasi kurangnya komitmen pemerintah untuk mempertahankan nilai
tukar tersebut. Dalam kasus ini, krisis dipicu oleh memburuknya kondisi fundamental
perekonomian, seperti pertumbuhan yang multiple equlibirium. Negara yang mempunyai
fundamental ekonomi lemah cenderung mengalami krisis, sebaliknya yang memiliki

17
bempvol1no4mar.pdf

16 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
fundamental ekonomi kuat cenderung terhindar dari krisis, sedangkan yang berada di antaranya
dapat mengalami self-fulfilling speculative expectation.

Pendekatan Generasi Ketiga, dikembangkan oleh Krugman (1998) dan Corsetti, dkk,
(1998), yang memasukkan peran moral hazard induced investment dalam menganalisis faktor-
faktor penyebab krisis. Moral hazard terjadi karena adanya persepsi bahwa pemerintah selalu
siap menjamin atau menalangi perusahaan swasta yang menghadapi masalah. Oleh karena itu,
terjadi excessive investment/lending dan excessive borrowing. Akibatnya, terjadi akumulasi
utang sektor swasta dalam jumlah cukup besar. Dalam kondisi perekonomian yang buruk,
pemerintah tidak bisa tergantung pada penerimaan pajak untuk membiayai krisis, dan cenderung
menutupi defisit dari seignorage revenues. Hal ini akan membentuk expectations of future
inflanationary yang pada gilirannya memicu serangan yang spekulatif terhadap mata uang.

17 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional
Daftar Pustaka

bempvol1no4mar.pdf

Harinowo,Cyrillus,2004, IMF Menangani Krisis dan Indonesia Pasca-


IMF,Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama

R.A.N.T.A.U-PERAN IMF DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA.pdf

latar-belakang__20081122223513__942__1.pdf

PRESENTASI IMF DAN WORLD BANK.ppt

18 Universitas Muhammadiyah Malang


Hubungan Internasional

Anda mungkin juga menyukai