Anda di halaman 1dari 29

ASKEP ALERGI

DISUSUN OLEH :
1. SEPTIKA ANGRYANI
2. SHERLY ARTUNA
3. TETA PURNAMA SARI
4. THIARA SHANY
5. WIDIYA RAHMAWATI
6. YULITA SARI

DOSEN PEMBIMBING :
EVA SUSANTI, S.Kep.,Ns.M.Kep

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
VV di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan LAHAT Selama
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini,penulis banyak mendapat bantuan,bimbingan dan arahan dari
semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakisih kepada : EVA SUSANTI, S.Kep.,Ns.M.Kep
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI.. ........................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2

Tujuan ........................................................................................................................ 2 1.2.1

Tujuan Umum ........................................................................................................... 3 1.2.2

Tujuan khusus ........................................................................................................... 3 1.3


Manfaat ..................................................................................................................... 4

BAB 11 PENGOLAHAN KASUS .......................................................................... 4 2.1

Konsep Dasar Asuhan Keperawatandengan Masalah kerusakan Integritas Kulit:

Dermatitis Kontak Alergi .........................................................................................4 2.1.1

Kerusakan Integritas ................................................................................................ 5 2.1.2

. Sistem Integumen .................................................................................................. 6 2.1.3

Dermatitis Kontak Alergi ....................................................................................... 10 2.1.4

Proses Asuhan Keperawatan.................................................................................. 16 2.1.4.1


Pengkajian ............................................................................................................... 16 2.1.4.2

Analisa Data ............................................................................................................ 17 2.1.4.3

Rumusan Masalah ................................................................................................... 21 2.1.4.4

Perencanaan dan Rasional ....................................................................................... 21 2.2

Asuhan KeperawatanKasus..................................................................................... 23 2.2.1


Pengkajian ............ ..................................................................................................23 2.2.2

Analisa Data.............................................................................................................34 2.2.3

Rumusan Masalah....................................................................................................35 2.2.4

Perencanaan dan Rasional........................................................................................36 2.2.5


Implementasi dan Evaluasi......................................................................................39

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. ..41 3.1

Kesimpulan . ………………………………………………………………….......41 3.2


Saran ................................................................................................................ ......41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG

Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan
integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten.
Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas
kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat disebabkan oleh
jamur,virus, kuman, parasit hewani, air yang tercemar dan lainlain. Mikroorganisme (bakteri, jamur)
merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).

Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagairespons terhadap pengaruh
faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejalaklinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papula, vesikel, skuama) dangatal (Rospa, 2009: 91). Dermatitis kontak ialah dermatitis karena
kontakeksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan)(Arif, dkk. 2000: 87).
Dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu kontak iritan dan kontak alergi.

Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada trauma fisik atau kimiawi
(misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343).
Sedangkan Dermatitis kontak alergi yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas
tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian Febria
Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam
dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama
kontak. Faktor tidak langsung yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras,
Riwayat Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.

Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan pekerjaan. Kontak
dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis
Universitas Sumatera Utara 2

kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan dermatitis kontak alergi yaitu
bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik, perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.

Dermatitis kontak alergika adalah dermatitis yang timbul akibat paparan alergen baik sebentar
maupun bertahun-tahun.Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi,tetapi berhubungan
dengan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang juga di mediatori oleh limfosit yang dapat menyebabkan
inflamasi kulit. Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh substansi dari luar dan pada dermatitis ini timbul
reaksi imunologik,reaksi antigen antbodi,dapat terjadi akut,subakutdan kronik.(Mahdi,20).

Penyakit Dermatitis Kontak Alergi mengenai kira-kira 23% anak, dengan prevalensi sebesar 0,69%,
lebih sering pada kelompok wanita dibandingkan pria dengan rasio 1,3:1 (Sri Adi Sularsito dan Suria
Djuanda, 1993).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar
122.076 kasus. Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78%
sedangkan prevalensi Dermatitisdi Sumatera Utara sebesar 2,63%. Penyakit kulit banyak dijumpai di
Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah
perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.

Berdasarkan data di atas prevalensi alergi di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi
dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%.Apabila tidak segera mendapatkan perawatan dapat merusak
integritas kulit. Oleh karena itu, perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita gangguan
integumen dengan masalah gangguan integritas kulit melalui promosi kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
di atas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan masalah: “Asuhan Keperawatan pada
An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulis askep alergi ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada An.H
dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien An.H dengan masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien An.H : Kerusakan
Integritas Kulit.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H dengan
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H dengan
masalah masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien An. H dengan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.

1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Penulis Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien
khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
3. Bagi praktek keperawatan Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber
pengetahuan dan strategis bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
4. Bagi klien Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kerusakan Integritas Kulit: Dermatitis
Kontak Alergi.
2.1.1 Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan integritas kulit kulit adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito,2000). Batasan
karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Batasan minor
mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi (primer,sekunder) pruritus.(Carpenito, 2000).
Dalam pembenaran penulis hanya akan menambahkan data yang mendukung yaitu adanya warna
kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis sekitar ulkus, karena pada data sebelumnya penulis
hanya menuliskan terdapatnya luka dikepala, keluar pus, luka terbalut kasa (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan sebagai prioritas ketiga
karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam kebutuhan keselamatan dan rasa aman
yang terdapat pada piramida kedua(Potter&Perry,2005. Kerusakan integritas kulit juga
diprioritaskan sebagai diagnosa ketiga setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan
nutrisi dapat mempercepat penyembuhan luka (Smeltzer, S, C., 2001). Kerusakan integritas kulit
terjadi karena kerusakan sel β yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula darah meningkat, darah
menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun,
penurunan aliran darah menjadikan gangguan penyembuhan luka pada ulkus (Corwin, E.J. 2000,
547)
2.1.2 Sistem Integumen
A. Defenisi
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di tubuh. Kulit
bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi sebagai cadangan kalori. Kulit
mencerminkan emosi dan stress yang kita alami,serta berdampak pada penghargaan orang lain
tehadap kita. Selama hidup, kulit dapat terpotong, tergigit, mengalami iritasi, tebakar atau
terinfeksi. Akan tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
(Muttaqin,2011)
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi tubuh paling
luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan manusia yang merupakan organ esensial dan
vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)
B. Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari
lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis.
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis dan subkutis.
(Muttaqin,2011)
1. Lapisan epidermis
 Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah : lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas sel
gepeng yang mati,tidak berinti,dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
 Stratum lusidium terdapat langsung dibawah lapisan korneum, yang merupakan lapisan sel-
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini tampak/nyata pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum granulosum(Lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapisan sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar serta terdapat inti diantranya dan terdapat jelas pada telapak tangan
dan kaki.
 Stratum spinosum (Sratum malphigi) disebut juga picle cell layer (Lapisan akanta). Sel
stratum spinosum mengandung bayak glikogen. Stratum basale terdiri dari sel yang bebentuk
kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada pebatasan dermon epidermal seperti pagar
(palisade) dan merupakan lapisan epidermis yang paling bawah,sel basal ini mengadakan
mitosis yang berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel:
 Sel-sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma terbentuk inti lonjong dan besar
berhubungan satu degan yang lain oleh jembatan antar sel.
 Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda,dengan
sitoplasma basofisik dan inti gelap yang mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. lapisan dermis
Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri
atas lapisan elastis dan fibrosa padat. Secara garis besar elemen seluler dan folakel rambut
dibagi 2 yaitu:
 Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
 Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah subkutan tediri dari
serabut-serabut penunjang,misalnya serabut (kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin. Kolagen muda bersipat lentur
(dengan betambah umur menjadi kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih elastis.

3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan ikat longgal berisi sel-sel
lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak disebut panikutus Adipose berbentuk bulat dengan
intinya terdesak kepinggir,sehingga membentuk cicncin.Fungsi penikulus adiposa adalah
sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada
kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk
kecantikan tubuh. Dibawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah otot.
C. Fungsi Kulit
Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat , bagian kulit yang berfungsi
intuk ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat
yang dikeluarkan dapat menyerap panas tubuh ,untuk mempertahanka panas tubuh agar tetap
stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit jugaberfungsi sebagai berikut :
Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsimenjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
atau mekanis.
 Gangguan fisis misalnya : - Tekanan - Gesekan - Tarikan
 Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Contoh : Lisol,
karbol, asam dan alkali kuat lainnya.
 Gangguan bersifat panas misalnya : Radiasi ,sengatan sinar ultra violet.
 Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
 Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitujuga yang larut
dalam lemak.
 Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan
amonia.
 Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di perankan oleh badan-Ruffini
di dermis dan subkutis. Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh badan krause
yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis peran terhadap
rabaan. Fungsi badan vater paccini di epidermis berperan terhadap tekanan.
 Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk mengeluarkan suhu
keringat dan menegerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah kulit.
 Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari rigi saraf ( melanosit)
dan peran untuk memnentukan warna kulit,ras maupun individu.
 Fungsi pembentuk vitamin D,dapat mengubah 7 dihidrognisi kolesterol dengan bantuan
sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak cukup dengan sinar matahari sehingga vitamin D
dapat di perlukan dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
 Fungsi Karatinisasi

2.1.3 Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak alergi


A. Defenisi Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa
eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi inflamasi kulit terhadap unsur fisik,kimia dan biologi.
B. Etiologi Dermatitis Kontak Alergi Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang
pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut alergen.
a) Faktor predisposisi
 Keadaan panas dan dingin yang ekstrim
 Frekuensi kontak dengan air dan sabuh
 Penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya.
Respon inflamais pada kulit pada demaititis kontak diperantarai melalui hipersensitivitas
lambat jenis selula tipe IV.
C. Patofisiologi Alergi Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada bagian
tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak
alergi,yang digolongkan dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas
lambat. Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis kontak alergi :
1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai berat molekul
kecil ( hapten ) ke kulit. Yang kemudian berikatan dengan karier protein di epidermis.
Komponen tersebut akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel T. Dikelenjar
limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel limfosit T di daerah
parakorteks untuk memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel
memori. Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran perifer, dll.
2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada individu yang telah
tersensitasi, sehingga antigen disajikan lagi oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit
dan limfe regional. Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan limfokin. Terjadi
reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahanbahan limfokin dan
sitokin. Terjadinya reaksi ini maksimum 24 - 48 jam. Setelah pemajanan alergen pada
kulit, antigen tersebut secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel penyaji
antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan bantuan molekul
MHC kelas 2. Sel langerhans dan keratinosit akan menghasilkan interleukin 1
( limphocyte aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel ( APCs ). Sel ini akan
bergerak kekulit di dermis, parakortikal, kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam
bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki oleh sel
limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak hanya dapat merangsang sel T
memori, tidak dapat mengaktifkan sel T yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel
TH1 terletak di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit T itu
harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel langerhans dan sel keratinosit.
Dan sel T ini akan meghasilkan interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan
menyebabkan sel T berfloriferasi.

D. Manifestasi klinis Dermatitis Kontak Alergi


Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya
konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ). Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai
dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya
papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul
karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang mengakibatkan
lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen,
sehingga corak dan distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang
terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka
yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik
lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh
tubuhCiri khas dermatitis kontak alergi adalah radang yang secara perlahan meluas, batas
peradangan tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis kontak
iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut, ataupun kronis. Dermatitis
kontak alergi akut ditandai dengan erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula
dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple dengan berbagai bentuk
dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling berpengaruh,
sehingga daerah yang terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke
empat sampai hari ke tujuh, jika tidak diberi pengobatan dan sudah tidak ada kontak dengan
alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua minggu hingga satu bulan.
Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krusta.
Dermatitis kronik tampak sebagai patch kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama
serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan, baik secara
klinis maupun histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema,
penebalan, deskuamasi,
fisura dan gatal. Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan
klinis yang teliti. Anamnesis Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan
diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun
follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu
ditanyakan pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya
tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru, pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu,
perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan, baik oleh
dokter maupun yang dilakukan sendiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi
lesi biasanya pada tempat kontak, tidak berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat
meluas. Dalam membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis. Bagian-
bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya,
misalnya: kelopak mata, leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal
agak sulit terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak tangan, telapak kaki dan kulit
kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya
tipislah yang mengalami dermatitis.Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian
kosmetik (maskara), obat (tetes mata), air borne alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau
terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan (cat kuku). Untuk leher, penyebab umum
drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum, perhiasan (kalung) yang mengandung nikel
yang menyebabkan coin shape dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo
sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa suprasternal. Untuk
daerah genital, baik pada laki - laki maupun perempuan akan bereaksi terhadap alergen
dengan tanda utama udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan.
Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian serta obat-obat topikal merupakan
causative agent yang sering ditemukan. Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan
tempat terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :
1. Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis melibatkan tangan. Pada kasus
dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama muncul di tangan, kemudian menyebar ke
lengan bawah. Cairan biasanya berefek di interdigital space; house wives contact
dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja yang menggunakan
karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet pelindung.
2. Muka ; daerah yang paling sering terkena setelah lengan dan tangan. Biasanya
dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu kontak
dan daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata.
3. Bibir dan daerah perioral ; biasanya disebabkan oleh lipstick dan bermanifestasi bibir
kering dan pecah.
4. Paha dan tungkai bawah ; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan
bagian belakang paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa
poplitea.
5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki.
E. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis suatu dermatitis kontak alergi,
antara lain :
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dapat menetapkan kemungkinan penyebab
eksternal pada pasien dermatitis,kontak alergi dengan agen tertentu,yang dalam waktu 36 jam
sebelumnya. Gejela tersebut adalah adanya vesikulasi akut maupun lichen faction. Riwayat
pekerjaan,hobi serta problem medis dll.
b. Pemeriksaan fisik
c. Patch testing : dilakukan test kulit (patch) untuk mengetahui macam apa alergennya,kapan
waktu pembacaan test harus dilakukan,serta standarisasi test sesuai dengan TRUE test (Thin
Layer Rapid Onset Epicutaneus test).
d. Test aplikasi terbuka yaitu dengan cara pemberian antigen di fosa antekubital 2x seminggu
selama 1 minggu untuk mengawasi reaksi yang tumbul.
e. Dapat juga dilakukan tes kulit yang bereaksi segera (prick atau intradermal test).
f. Biopsi kulit \
g. Pemeriksaan kulit dengan KOH ( kalium hidroksida) sangat membantu untuk mengetahui
ada/tidaknya jamur di kulit pasien yang timbul bersamaan dengan dermatitis alergi.
F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis kontak alergi, antara
lain :
 Istirahat kulit yang sakit
 Identifikasi iritan
 Hindari iritan local
 Hindari pemakian sabun
 Kolaborasi untuk terapi topikal lotion dioleskan pada bercak, eritema (inflamasi kulit) 
Kompres dingin/basah (untuk mengeluarkan sekret)
 Pemberian topikal kostikosteroid dioleskan tipis-tipis (kolaborasi).

2.1.4 Proses Asuhan Keperawatan


2.1.4.1 Pengkajian
Dermatitis Kontak Alergi adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen ataupun endogen yang menimbulka gejala klinis
berupa efloresensi polimofik (eritema,edema,papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan gatal.
Dermatitis Kontak Alergi dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit. Sehingga
hal tersebut harus segera ditangani. Kerusakan Itegritas Kulit dapat mengganggua rasa
Nyaman dan gangguan istirahat akibat gatal yang dilalami. Pengkajian yang dapat
dilakukan berupa (hetharia,2009)
Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian kulit
a. Inspeksi Pasien berada dalam ruangan yang terang dan hangat,pemeriksaan menggunakan
penligt untuk menyinari lesi amati kulit:
 Warna kulit
 Kekeringan
 Testur
 Lesi
 Vaskularisasi
 Mobilitas kondisi rambut dan kuku
 Turgor kulit
 Edema
 Warna kebiruan,sianosis (hipoksia seluler) dapat dilihat pada ekstremitas dan dasar kuku,
bibir, membran mukosa.
 Ikterus (kulit yang menguning) akibat kenaikan bilirubin.

 Sklera, membran mukosa


 Perubahan vaskuler (ptekie)
 Ekimosis
 Eritema
 Urtikaria
a. Palpasi Pada tindakan palpasi pemeriksaan harus menggunakan sarung tangan sebagai
proteksi bagi pemeriksa. Pada tindakan ini ini akan di temukan :
b. Turgor kulit
c. Edema
d. Elastisitas kulit
2.1.4.2 Analisa data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi
dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal
yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhankebutuhan keperawatan
dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dala proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalahmasalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk
rumah sakit, selama klien dirawat secara terus-menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Potter & Perry, 2005).

Tujuan pengumpulan data:


1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetukan langkah-langkah berikutnya.
Tipe Data:
- Data Subjektif Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu
(Potter & Perry, 2005).
- Data Objektif Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Potter & Perry, 2005). Masalah keperawatan yang paling mungkin
muncul dari penderita berdasarkan diagnosa keperawatan Carpenito (2012):
1. Kerusakan integritas kulit Defenisi :
keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan
jaringan epidermis dan dermis.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Gangguan epidermis dan dermis.
 Minor
 Pencukuran kulit
 Eritema - Lesi (primer,sekunder) – Pruritus
Faktor yang berhubungan
 Lesi
 Inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman Defenisi :
Keadaan ketika individu mengalami sensai ketidaknyamanan dalam merespon suatu
rangsangan yang tidak menyenagkan.
Batasan karakteristik :
 Mayor Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan. Nyeri dan gatal
 Minor Respon autonom terhadap nyeri (tekanan darah meingkat,nadi meningkat,
pernafasan meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, menangis).
 Faktor yang berhubungan :
 pruritus
3. Pola tidur, gangguan Defenisi : Keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu perubahan dalam kuantitas pola istirahat yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang di inginkannya.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur.
 Minor
 Gatal
 Nyeri
Faktor yang berhubungan :
Pruritus (gatal) dan nyeri.

4. Gangguan citra tubuh Defenisi :


suatu individu mengalami gangguan dalam cara pencerapan citra diri seseorang. Batasan
karakteristik :
 Mayor
 Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual
 malu
 Minor
 Bersembunyi tidak menampakkan diri pada lingkungan
 Perubahan dalam keterlibatan sosial
 Perasaan negatif terhadap tubuh
 Perasaan ktidak berdayaan.
Faktor yang berhubungan :
Perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi diri tentang ketidak bersihan
5. Kurang pengetahuan Defenisi :
suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif atau keterampilan psikomotor berkenan dengan kondisi atau rencana pengobatan.
Batasan karakteristik :
 Mayor
 Mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan/permintaan informasi. 
Mengekspresikan ketidak akuratan persepsi status kesehatan.
 Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang di anjurkan/yang di inginkan.
 Minor
 Kurang intgrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari-hari
 Universitas
 Kurang informasi.
 Ansietas
 Depresi

2.1.4.3 Rumusan masalah


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pada kerusakan integritas kulit
(Carpenito,2012) adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan integritas kulit 2
2. Gangguan rasanyaman
3. Gangguan pola tidur
4. Resiko gangguan konsep diri.
5. Kurang pengetahuan

2.1.4.4.Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah perenanaan dimana perawat akan menyusun rencana
yang akan dilakukan ppada klien untuk mengatasi masalah,perencanaan disusun
berdasarkan dignosa keperawatan (Muttaqin&Sari,2011) Sasaran utama intervensi
adalah untuk mngistirahatkan kulit yang sakit dan melindunginya terhadap kerusakan
lebih lanjut.pola distribusi reaksi ditentukan untuk membedakan dematitis tipe kontak
alergi atau tipe iritan. Riwayat sakit yang dirinciharus dianamnesa. Kemudian iritan yang
menyebebkan timbulnya keluhan di identifikasi dan di hilangkan. Iritasi lokal harus di
hindari dan pemakian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi kesembuhan.
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis atau alergi.
Ummunya losen yang netral dan tidak mengandung obat dapat di oleskan pada bercak-
bercak eritema yang kecil untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengirangi pruritus.
Pemberian kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis
vaskuler yang kecil. Remukan halus es yang di Universitas Sumatera selatan tambahkan
pada air kompres sering kali memberikan efek anti pruritus. Kompres basah biasanya
membantu membersihkan lesi ekzema yang menegluarkan sekret.kemudian preparat krim
atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis. Mandi
dengan larutan yang mengandung obat dapat di resap untuk alergi dengan daerah lesi
yang lebih luas,pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat di programkan.
Penyuluhan/pemenuhan informasi tentang perban higiens dan pentingnya pelaksanaan
lanjutan perawatan/pengobatan diperlukan untuk menurunkan respons eksaserbasi.

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus


2.2.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 3 tahun
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Ikut orang tua
Agama : Islam
Alamat :Jl.Cempaka Gg Tarigan, Sari Rejo Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2017

Identitas orang tua


Nama
a. Ayah : Tn. B
b. Ibu : Ny. C
Umur
a. Ayah : 31 tahun
b. Ibu : 28 tahun
Pekerjaan
a. Ayah :wiraswata
b. Ibu : IRT
Agama
a. Ayah : Islam
b. Ibu : Islam
Suku
a. Ayah : Jawa
b. Ibu : Jawa

II. KELUHAN UTAMA :


An. H mengeluh luka, gatal dan merah pada area kaki, tangan, kepala dan bokong.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Ny. C mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena An. H sering mandi disungai.
Setiap An. H mandi disungai (kisaran) tersebut pasti klien akan mengalami hal yang
sama.

2.Hal-hal yang memperbaiki keadaan


Ny. C mengatakan keadaan akan membaik jika orangtua klien memberi obat yang di
dapat dari apotik yaitu Kortikosteroid.

B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan bokong.

2. Bagaimana dilihat
Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala, kulit pasien kering dan
turgor kulit agak lambat.
C. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.

D. Time
Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H masih mengalami kondisi
yang sama.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami Ny. C mengatakan bahwa An. H sudah 3 kali mengalami
penyakit yang sama. Setiap klien mandi di sungai, An. H pasti mengalami penyakit yang sama.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Ny. C selalu memberi antibiotik.
C. Pernah dirawat/dioperasi An. H tidak pernah di rawat/dioperasi.
D. Lama dirawat An. H tidak pernah dirawat.
E. Alergi An. H alergi terhadap air sungai.
F. Imunisasi 1. Polio : 3x 2. DPT : 2x 3. Campak : 1x 4. BCG : 1x

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A.Orang tua Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan sampai saat ini
masih sehat.
B. Saudara kandung An. H adalah anak ke pertama dari 1 bersaudara.
C. Penyakit keturunan yang ada keluarga
Ny. Cmengatakan tidak memiliki penyakit keturunan baik dari keluarga Tn. B maupun dari
keluarga Ny. C.
D. Anggota keluarga yang meninggal Ny. C mengatakan anggota keluarga yang meninggal
adalah Ayah Ny. C sudah meninggal.
E. Penyebab meninggal Ny. C mengatakan ayahnya meninggal secara tiba-tiba.
F. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Klien mengatakan ia sering menyendiri karna malu
dengan penampilan tubuhnya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri : Klien merasakan malu dengan teman-temanya karna kondisinya sekarang.
- Ideal diri :Klien ingin cepat sembuh.
- Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang.
- Peran diri : Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah dan sebagai anak.
- Identitas : Klien merupakan seorang laki-laki yang belum sekolah.
C. Keadaan emosional
Keadaan emosional klien tampak labil dan tidak kooperatif.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti : Menurut An. H orang yang paling berarti adalah orang tuanya terutama
ibunya.
- Hubungan dengan keluarga : Menurut Ny. C hubungan An. H dengan keluarga baik dan
harmonis.

- Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit hubungan sosialisasi dengan
orang lain kurang baik karena klien hany bermain di rumah.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : An. H masih kurang jelas dalam berbicara,
sehingga menghambat dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Klien menganut keyakinan agama Islam.
- Kegiatan ibadah Klien : Jarang mengikuti kegiatan ibadah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum
Kesadaran umum An. H Compos mentis (CM).
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 370 c
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 24x/i
- TB :110 cm
- BB : 12 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat lesi,merah, odem
dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata dan tidak berbau.
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo matang.
3. Mata
An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan dengan konjungtiva
anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu melihat dengan jarak ± 80 m dan tekanan
bola mata baik, dapat digerakkan kekiri dan kekanan.
4. Hidung
Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung normal, klien tidak
memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal, lubang telinga sedikit berair
dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan jarak ± 10 m.
6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada kelainan, klien mampu membedakan
rasa asin dan manis.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, suara klien normal.
8.Integument

A. pengkajian kuli
a.Inspeksi
Tangan :
 Warna kulit : Kemerahan (rubor)  Kekeringan : Kering dan bersisik  Lesi : Adanya lesi
 Kehangatan : Kulit tangan An. H terasa hangat.  Kuku : Kuku An. H pendek dan
bersih  Turgor kulit : Jelek  Edema : Adanya udem (pustula)
Kaki
 Warna kulit :Kemerahan (rubor)  Kelembaban kulit : Kering dan bersisik 
Kehangatan : Kulit kaki An. H terasa hangat.  Lesi : Ada lesi dan pustula  Turgor kulit
: Jelek  Edema : Ada edema  Kuku : Kuku An.H pendek dan tidak kotor.
Bokong
 Warna kulit :Kemerahan (rubor)  Kelembaban kulit : Kering dan bersisik 
Kehangatan : kulit bokong An. H terasa hangat.  Lesi : Ada lesi dan pustula  Turgor
kulit : Jelek  Edema : Ada edema.
Kepala
 Warna kulit :Kemerahan (rubor)
 Lesi : Ada lesi dan pustula  Membran mukosa : lembab  Mobilitas kondisi rambut :
rabut rata dan berbau.
b.Palpasi
Palpasi dilakukan pada area tangan, kaki, bokong dan kepala,hasil yang di dapatkan yaitu :
Tangan
 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada tangan  Edema : Adanya udem ( Pustula)  Elastisitas
kulit : Jelek
Kaki
 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kaki  Edema : Adanya udem ( Pustula)  Elastisitas
kulit : Jelek
Bokong
 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada bokong  Edema : Adanya udem ( Pustula) 
Elastisitas kulit : Jelek
Kepala
 Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kepala  Edema : Adanya udem ( Pustula)
9. Pemeriksaan payu udara dan ketiak
Ukuran dan bentuk payuudara An. H normal serta simetris, areola berwarna hitam kecoklatan,
tidak ada pembengkakan atau benjolan pada payudara dan aksila.
10. Pemeriksaan thoraks/dada
Bentuk dada normal tidak burrel chest ataupun fannel chest, pernafasan 23 x/ i dan An. H
bernafas dengan teratur.
11. Pemeriksaan paru
Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas vesikuler dan resonan saat di perkusi.
12. Pemeriksaan jantung
Detak jantung An. H beraturan, tidak ada pembengkakan, bunyi jantung normal lup-dup dan
saat di perkusi dallnes.
13. Pemeriksaan abdomen
Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya benjolan, dan tidak ada
suara tambahan.
14. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : Nafsu makan An. H baik
- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri pada ulu hati
- Alergi :An. H tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan minuman.
- Mual dan muntah : An. H Tidak ada mual dan muntah
- Waktu pemberian makan : Pagi(jam 8),siang( jam 1),sore(jam 7)
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk
- Waktu pemberian cairan : Tidak ditentukan (bila An.H haus, An. H minum)
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : An. H tidak mengalami masalah
dalam makan dan minum.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : An. H terlihat kotor
- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi sedikit kotor dan busuk.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tidak terlihat panjang
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi,makan,eliminasi, ganti pakaian, dilakukan secara mandiri,
sebahagian atau total: Klien melakukan aktivitas mandi, makan, ganti pakaian harus diarahkan
dan dibantu oleh orang tuanya terlebih dahulu.
- Uraian aktivitas ibadah, Ny. C selalu mengajari pasien untuk sholat.
IV. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakter feses : Kadang keras dan kadang lembek
- Riwayat perdarahan : Tidak memiliki riwayat perdarahan
- BAB terakhir : Pagi hari
- Diare : Tidak mengalami diare
- Penggunaan laksatif : Tidak ada penggunaan laksatif.
2. BAK
- Pola BAK : 1-3 x sehari
- Kateter urine : Tidak memakai kateter urine
- Nyeri/rasa terbakar : Tidak ada nyeri atau kesulitan BAK
- Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan diuretik
V. Mekanisme koping
Saat ada masalah An. H mengatakannya kepada kedua orangtuanya.

2.2.2 ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah keperawatan 1 Ds :- An. H mengatakan luka pada tangan, kaki, kepala
dan bokong.
Do : - Tampak An. H sesekali menggaruk -Terlihat adanya luka dan memerah dan di sertai
penebalan pada tangan, kaki, kepala dan bokong.
Perubahan suhu/kelembaban udara,Infeksi bakteri/jamur, Alergi ↓ Dermatitis ↓ Pelepasan
histamine ↓ Gatal dan ketidak nyamanan ↓ Timbulnya keinginan untuk menggaruk ↓
Terjadinya kemerahan dan penebalan pada area tersebut
Kerusakan integitas kulit
↓ Kerusakan integritas kulit.
2 Ds : An. H mengatakan ketidak nyamanan ; Nyeri dan gatal pada daerah tangan, kaki, kepala
dan bokong.
Do : Raut wajah An. H tampak kesakitan, terdapat pustula dan seskali menggaruk area tangan,
kaki, kepala dan bokong.
Perubahan suhu/kelembaban udara,Infeksi bakteri/ jamur,Alergi ↓ Dermatitis ↓ Pelepasan
histamine ↓ Gatal dan ketidak nyamanan Nyeri
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri dan gatal )

2.2.3 RUMUSAN MASALAH


Masalah keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit 2. Gangguan rasa nyaman
Diangnosa keperawatan prioritas
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi berier kulit ditandai
dengan An.H mengatakan adanya lesi dan terjadi penebalan pada bagian tangan, kaki,bokong
dan kepala. 2. Gangguan rasa Nyaman yang berhubungan dengan proses inflamasi ( Nyeri dan
gatal) ditandai dengan adanya pustula dan An. H mengaruk area tangan, kaki, kepala serta
bokong dan kulit memerah,menebal dan terdapat lesi.

2.2.4PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL


Hari/ta nggal
No Dx
Perencanaan keperawatan
Sabtu/3 juni 2017
1 Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan :
Dalam 3 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal
Kriteria hasil :
 Integritaskulit yang baik bisa dipertahankan(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi).  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Perfusi jaringan baik  Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulitdan mencegah terjadinya cedera berulang  Mampu
melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami 
Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka.
Rencana tindakan Rasional  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,
warnacairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda-infeksi lokal, formasi traktus 
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang kering  Memberi informasi dasar
untuk dapat memberikan petunjuk pengobatan  Memberikan kelembaban pada kulit
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
 Memandikan pasien secara lembut dengan sabun ringan dan air hangat  Kaji lingkungan
dan peralatan yang menyebabkan tekanan, garukan dan cubitan.  Masase dengan lembut
kulit yang sehat jangan dilakukan pada area kerusakan.  Pemberian diae TKTP.
Kalori: 2600 kal/kg BB
Protei :100 g (2 g/kgBB)
 Pembersihan kulit dapat mencegah terjadinya rasa gatal dan memberikan rasa nyaman. 
Dengan adanya tekan, garukan dan cubitan akan menimbulkan trauma baru pada kulit. 
Membantu melancarkan sirkulasi  Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari
kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Hari/ta nggal
No Dx
Perencanaan keperawatan
Sabtu / 3 juni 2017
2 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
 Melaporkan bahwa adanya peningkatan rasa nyaman
 Berkurangnya lecet akibat garukan.
Rencana tindakan Rasional  Lakukan pengkajian penyebab gangguan rasa nyaman. 
Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan  Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi gatal seperti suhu ruangan.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
kompres hangat/ dingin.  Menjaga agar kuku selalu terpangkas  Menjaga agar
kelembaban kulit.  Menggunakan terapi topikal. (Kortikosteroid)  Sebagai dasar dalam
menyusun rencana intervensi keperawatan.  Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit
diperlukan untuk dignosa dan pengobatan.  Kesejukan ruangan dapat mengurangi rasa
gatal.  Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukan kulit dan merdakan
pruritus.  Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan.  Kulit yang kering dapat
menimbulkan gatal,lepuh dan eksudat.  Membantu meredakan gejala.

2.2.5 Implementasi dan Evaluasi


Hari /tanggal
No. Dx
Implementasi Evaluasi (SOAP)

Sabtu /3 juni 2017


 Mengobservasi luka : lokasi, dimensi,kedalaman luka,karakteristik,warnacair an, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi local.  Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada
derah yang kering.
 Memandikan pasien secara lembut dengan sabun ringan dan air hangat.  Mengkaji
lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan, garukan dan cubitan ( benda yang
keras, sudut meja, sisir, pulpen dll )  Melakukan masase dengan lembut kulit yang sehat
jangan dilakukan pada area kerusakan.  Pemberian diet TKTP.(susu 2 gelas/hari, telur 1
butir /hari dan daging 1 potong/ harinya )
S :Ny. C mengatakan luka An. H berkurang.

O : - Luka tampak bekurang - Tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi T : 26,90c - Kulit


tampak lembab -Klien tampak sedikit tenang. A :Masalah teratsi sebagian. P : Intervensi
dilanjutkan - Mengobsevasi luka dan tanda-tanda infeksi. -Memasase kulit dengan baby oil
-Memandikan pasien dengansabun ringan dan air hangat - Mengkaji lingkungan dan peralatan
yang menyebabkan luka baru - Pemberian diet TKTP (susu 2 gelas/ hari,telur 1 butir/hari dan
daging 1 potong/hari)

Sabtu /3 juni 2017


2  Melakukan pengkajian penyebab gangguan rasa nyaman.  Mengobservasi reaksi
nonverbal dariketidaknyamanan  Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal
seperti suhu ruangan.  Mengajarkan tentang teknik non farmakologi kompres hangat/
dingin.  Menjaga agar kuku selalu terpangkas  Menjaga agar kulit lembab,dengan
mengoleskan baby oil.  Menggunakan terapi topikal.( Kortikosteroid)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Dematitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal. Klasifikasi Dermatitis
adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis numularis dan demertitis soboik.
Penyebab dermatitis alergi belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga
bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis alergi adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema dan gangguan fungsi kulit.
Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis maupun
keperawatan. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan
gatal yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang berhubungan dengan
pruritus.

3.2 SARAN

1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dengan masalah keperawatan tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Kerusakan
Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi yang harus lebih memperhatikan dan tahu pada
bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada klien yang perlu di tekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau keluarga dari klien
tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
FKUI
Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi ke- 2. Jakarta :
FKUI.
Hetaria, Rospa. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Trans Info
Media.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. (2012).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke- 13.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai