DISUSUN OLEH :
1. SEPTIKA ANGRYANI
2. SHERLY ARTUNA
3. TETA PURNAMA SARI
4. THIARA SHANY
5. WIDIYA RAHMAWATI
6. YULITA SARI
DOSEN PEMBIMBING :
EVA SUSANTI, S.Kep.,Ns.M.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan
integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten.
Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas
kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat disebabkan oleh
jamur,virus, kuman, parasit hewani, air yang tercemar dan lainlain. Mikroorganisme (bakteri, jamur)
merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis (Rahmanita, 2013).
Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagairespons terhadap pengaruh
faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejalaklinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papula, vesikel, skuama) dangatal (Rospa, 2009: 91). Dermatitis kontak ialah dermatitis karena
kontakeksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan)(Arif, dkk. 2000: 87).
Dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu kontak iritan dan kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada trauma fisik atau kimiawi
(misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343).
Sedangkan Dermatitis kontak alergi yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas
tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian Febria
Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam
dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama
kontak. Faktor tidak langsung yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras,
Riwayat Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Bahan kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan gangguan pekerjaan. Kontak
dengan bahan kimia merupakan penyebab terbesar dermatitis
Universitas Sumatera Utara 2
kontak alergi. Dalam hal ini bahan kimia yang sering menyebabkan dermatitis kontak alergi yaitu
bahan-bahan kimia yang ada dalam produk kosmetik, perhiasan (nikel), bahan kimia dalam pewarna kain.
Dermatitis kontak alergika adalah dermatitis yang timbul akibat paparan alergen baik sebentar
maupun bertahun-tahun.Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi,tetapi berhubungan
dengan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang juga di mediatori oleh limfosit yang dapat menyebabkan
inflamasi kulit. Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh substansi dari luar dan pada dermatitis ini timbul
reaksi imunologik,reaksi antigen antbodi,dapat terjadi akut,subakutdan kronik.(Mahdi,20).
Penyakit Dermatitis Kontak Alergi mengenai kira-kira 23% anak, dengan prevalensi sebesar 0,69%,
lebih sering pada kelompok wanita dibandingkan pria dengan rasio 1,3:1 (Sri Adi Sularsito dan Suria
Djuanda, 1993).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2010), diperoleh kasus gangguan kulit di Indonesia sebesar
122.076 kasus. Menurut data Riskesdas (2007), prevalensi dermatitis di Indonesia sebesar 6,78%
sedangkan prevalensi Dermatitisdi Sumatera Utara sebesar 2,63%. Penyakit kulit banyak dijumpai di
Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah
perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.
Berdasarkan data di atas prevalensi alergi di Indonesia sebesar 6,78% sedangkan prevalensi
dermatitis di Sumatera Utara sebesar 2,63%.Apabila tidak segera mendapatkan perawatan dapat merusak
integritas kulit. Oleh karena itu, perawat sangat berperan dalam proses penyembuhan penderita gangguan
integumen dengan masalah gangguan integritas kulit melalui promosi kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
di atas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan masalah: “Asuhan Keperawatan pada
An. H dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulis askep alergi ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada An.H
dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien An.H dengan masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien An.H : Kerusakan
Integritas Kulit.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H dengan
masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien An. H dengan
masalah masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien An. H dengan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
1.3 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Penulis Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien
khususnya pada pasien dengan diagnosa keperawatan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan Dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan masalah keperawatan masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
3. Bagi praktek keperawatan Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber
pengetahuan dan strategis bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas
Kulit.
4. Bagi klien Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Kerusakan Integritas Kulit.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kerusakan Integritas Kulit: Dermatitis
Kontak Alergi.
2.1.1 Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan integritas kulit kulit adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau
beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito,2000). Batasan
karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan dermis. Batasan minor
mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi (primer,sekunder) pruritus.(Carpenito, 2000).
Dalam pembenaran penulis hanya akan menambahkan data yang mendukung yaitu adanya warna
kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis sekitar ulkus, karena pada data sebelumnya penulis
hanya menuliskan terdapatnya luka dikepala, keluar pus, luka terbalut kasa (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan sebagai prioritas ketiga
karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam kebutuhan keselamatan dan rasa aman
yang terdapat pada piramida kedua(Potter&Perry,2005. Kerusakan integritas kulit juga
diprioritaskan sebagai diagnosa ketiga setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan
nutrisi dapat mempercepat penyembuhan luka (Smeltzer, S, C., 2001). Kerusakan integritas kulit
terjadi karena kerusakan sel β yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula darah meningkat, darah
menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun,
penurunan aliran darah menjadikan gangguan penyembuhan luka pada ulkus (Corwin, E.J. 2000,
547)
2.1.2 Sistem Integumen
A. Defenisi
Sistem integumen (Kulit) merupakan suatu massa atau jaringan terbesar di tubuh. Kulit
bekerja melindungi struktur-struktur dibawahnya dan berfungsi sebagai cadangan kalori. Kulit
mencerminkan emosi dan stress yang kita alami,serta berdampak pada penghargaan orang lain
tehadap kita. Selama hidup, kulit dapat terpotong, tergigit, mengalami iritasi, tebakar atau
terinfeksi. Akan tetapi, memiliki kapasitas dan daya tahan yang luar biasa untuk pulih.
(Muttaqin,2011)
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi tubuh paling
luar,kulit tidak bisa tepisah dari kehidupan manusia yang merupakan organ esensial dan
vital,kulit juga merupakan cermin kesehatan dari kehidupan seseorang.(Hetharia,Rospa 2009)
B. Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari
lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis.
Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis dan subkutis.
(Muttaqin,2011)
1. Lapisan epidermis
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah : lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas sel
gepeng yang mati,tidak berinti,dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum lusidium terdapat langsung dibawah lapisan korneum, yang merupakan lapisan sel-
sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini tampak/nyata pada telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum(Lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapisan sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar serta terdapat inti diantranya dan terdapat jelas pada telapak tangan
dan kaki.
Stratum spinosum (Sratum malphigi) disebut juga picle cell layer (Lapisan akanta). Sel
stratum spinosum mengandung bayak glikogen. Stratum basale terdiri dari sel yang bebentuk
kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada pebatasan dermon epidermal seperti pagar
(palisade) dan merupakan lapisan epidermis yang paling bawah,sel basal ini mengadakan
mitosis yang berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri dari 2 jenis sel:
Sel-sel ini berbentuk kolumnar dengan protoplasma terbentuk inti lonjong dan besar
berhubungan satu degan yang lain oleh jembatan antar sel.
Sel pembentuk melamin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda,dengan
sitoplasma basofisik dan inti gelap yang mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. lapisan dermis
Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri
atas lapisan elastis dan fibrosa padat. Secara garis besar elemen seluler dan folakel rambut
dibagi 2 yaitu:
Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
Pars retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah subkutan tediri dari
serabut-serabut penunjang,misalnya serabut (kolagen,elastin, dan retikulin). Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang
terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidro ksiprolin dan hidroksilin. Kolagen muda bersipat lentur
(dengan betambah umur menjadi kurang larut sehingga stabil) serabut elastin biasanya
bergelombang,berbentuk amorft, mudah mengembang dan lebih elastis.
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan ikat longgal berisi sel-sel
lemak di dalamnya lapisan sel sel lemak disebut panikutus Adipose berbentuk bulat dengan
intinya terdesak kepinggir,sehingga membentuk cicncin.Fungsi penikulus adiposa adalah
sebagai shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada
kulit,isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori dan tambahan untuk
kecantikan tubuh. Dibawah subkutan terdapat selaput otot dan lapisan berikutnya adalah otot.
C. Fungsi Kulit
Kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat , bagian kulit yang berfungsi
intuk ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat
yang dikeluarkan dapat menyerap panas tubuh ,untuk mempertahanka panas tubuh agar tetap
stabil. Selain sebagi alat eksresi kulit jugaberfungsi sebagai berikut :
Fungsi proteksi yaitu kulit berfungsimenjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
atau mekanis.
Gangguan fisis misalnya : - Tekanan - Gesekan - Tarikan
Gangguan kimiawi misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan. Contoh : Lisol,
karbol, asam dan alkali kuat lainnya.
Gangguan bersifat panas misalnya : Radiasi ,sengatan sinar ultra violet.
Gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
Fungsi absorsi, karena kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitujuga yang larut
dalam lemak.
Fungsi eksresi yaitu fungsi kelenjar-kelnjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh seperti : NaCl,urea,asam urat dan
amonia.
Fungsi persebsi, fungsi terhadap rangsangan panas yang di perankan oleh badan-Ruffini
di dermis dan subkutis. Fungsi terhadap rangsangan dingin di perankan oleh badan krause
yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla dermis peran terhadap
rabaan. Fungsi badan vater paccini di epidermis berperan terhadap tekanan.
Fungsi pengaturan suhu tubuh (Thermogulasi),peran kulit untuk mengeluarkan suhu
keringat dan menegerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah kulit.
Fungsi pembentuk pigmen, terletak di lapisan basal ini berasal dari rigi saraf ( melanosit)
dan peran untuk memnentukan warna kulit,ras maupun individu.
Fungsi pembentuk vitamin D,dapat mengubah 7 dihidrognisi kolesterol dengan bantuan
sinar matahari, kebutuhan vitamin tidak cukup dengan sinar matahari sehingga vitamin D
dapat di perlukan dengan pemberian sistem vitamin D sistemik.
Fungsi Karatinisasi
2.1.4.4.Perencanaan
Langkah selanjutnya adalah perenanaan dimana perawat akan menyusun rencana
yang akan dilakukan ppada klien untuk mengatasi masalah,perencanaan disusun
berdasarkan dignosa keperawatan (Muttaqin&Sari,2011) Sasaran utama intervensi
adalah untuk mngistirahatkan kulit yang sakit dan melindunginya terhadap kerusakan
lebih lanjut.pola distribusi reaksi ditentukan untuk membedakan dematitis tipe kontak
alergi atau tipe iritan. Riwayat sakit yang dirinciharus dianamnesa. Kemudian iritan yang
menyebebkan timbulnya keluhan di identifikasi dan di hilangkan. Iritasi lokal harus di
hindari dan pemakian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi kesembuhan.
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis atau alergi.
Ummunya losen yang netral dan tidak mengandung obat dapat di oleskan pada bercak-
bercak eritema yang kecil untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengirangi pruritus.
Pemberian kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis
vaskuler yang kecil. Remukan halus es yang di Universitas Sumatera selatan tambahkan
pada air kompres sering kali memberikan efek anti pruritus. Kompres basah biasanya
membantu membersihkan lesi ekzema yang menegluarkan sekret.kemudian preparat krim
atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis. Mandi
dengan larutan yang mengandung obat dapat di resap untuk alergi dengan daerah lesi
yang lebih luas,pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat di programkan.
Penyuluhan/pemenuhan informasi tentang perban higiens dan pentingnya pelaksanaan
lanjutan perawatan/pengobatan diperlukan untuk menurunkan respons eksaserbasi.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
An. H merasakan gatal, luka dan merah di area kaki,tangan, kepala dan bokong.
2. Bagaimana dilihat
Tampak luka ,merah, dan edema pada kaki,tangan, bokong dan kepala, kulit pasien kering dan
turgor kulit agak lambat.
C. Severity
Klien merasa terganggu dengan kondisinya yang sekarang.
D. Time
Alergi dialamai An. H sejak ± 4 hari yang lalu dan sampai saat ini An. H masih mengalami kondisi
yang sama.
A.Orang tua Tn. B dan Ny. C tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan sampai saat ini
masih sehat.
B. Saudara kandung An. H adalah anak ke pertama dari 1 bersaudara.
C. Penyakit keturunan yang ada keluarga
Ny. Cmengatakan tidak memiliki penyakit keturunan baik dari keluarga Tn. B maupun dari
keluarga Ny. C.
D. Anggota keluarga yang meninggal Ny. C mengatakan anggota keluarga yang meninggal
adalah Ayah Ny. C sudah meninggal.
E. Penyebab meninggal Ny. C mengatakan ayahnya meninggal secara tiba-tiba.
F. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Klien mengatakan ia sering menyendiri karna malu
dengan penampilan tubuhnya.
B. Konsep diri
- Gambaran diri : Klien merasakan malu dengan teman-temanya karna kondisinya sekarang.
- Ideal diri :Klien ingin cepat sembuh.
- Harga diri : Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang.
- Peran diri : Klien sebagai seorang laki-laki yang belum menikah dan sebagai anak.
- Identitas : Klien merupakan seorang laki-laki yang belum sekolah.
C. Keadaan emosional
Keadaan emosional klien tampak labil dan tidak kooperatif.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti : Menurut An. H orang yang paling berarti adalah orang tuanya terutama
ibunya.
- Hubungan dengan keluarga : Menurut Ny. C hubungan An. H dengan keluarga baik dan
harmonis.
- Hubungan dengan orang lain : menurut Ny. C Selama klien sakit hubungan sosialisasi dengan
orang lain kurang baik karena klien hany bermain di rumah.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : An. H masih kurang jelas dalam berbicara,
sehingga menghambat dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Klien menganut keyakinan agama Islam.
- Kegiatan ibadah Klien : Jarang mengikuti kegiatan ibadah.
A. Keadaan Umum
Kesadaran umum An. H Compos mentis (CM).
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 370 c
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 24x/i
- TB :110 cm
- BB : 12 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala terdapat lesi,merah, odem
dan adanya push akibat alergi. Penyebaran rambut merata dan tidak berbau.
2. Wajah
Struktur wajah klien oval dan tidak ada kelainan, dengan warna kulit sawo matang.
3. Mata
An. H memiliki dua mata dengan posisi simetris dan tidak ada kelainan dengan konjungtiva
anemis dan sclera normal, An. H masih bisa mampu melihat dengan jarak ± 80 m dan tekanan
bola mata baik, dapat digerakkan kekiri dan kekanan.
4. Hidung
Posisi hidung An. H simetris dengan 2 lubang hidung dan cuping hidung normal, klien tidak
memakai alat bantu hidung.
5. Telinga
Bentuk telinga An. H simetris kiri dan kanan, ukuran telinga normal, lubang telinga sedikit berair
dan kotor dan An. H mampu mendengar dengan jarak ± 10 m.
6. Mulut dan Faring
Keadaan bibir An. H simetris, lidah bersih dan tidak ada kelainan, klien mampu membedakan
rasa asin dan manis.
7. Leher
Posisi trachea klien simetris dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, suara klien normal.
8.Integument
A. pengkajian kuli
a.Inspeksi
Tangan :
Warna kulit : Kemerahan (rubor) Kekeringan : Kering dan bersisik Lesi : Adanya lesi
Kehangatan : Kulit tangan An. H terasa hangat. Kuku : Kuku An. H pendek dan
bersih Turgor kulit : Jelek Edema : Adanya udem (pustula)
Kaki
Warna kulit :Kemerahan (rubor) Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
Kehangatan : Kulit kaki An. H terasa hangat. Lesi : Ada lesi dan pustula Turgor kulit
: Jelek Edema : Ada edema Kuku : Kuku An.H pendek dan tidak kotor.
Bokong
Warna kulit :Kemerahan (rubor) Kelembaban kulit : Kering dan bersisik
Kehangatan : kulit bokong An. H terasa hangat. Lesi : Ada lesi dan pustula Turgor
kulit : Jelek Edema : Ada edema.
Kepala
Warna kulit :Kemerahan (rubor)
Lesi : Ada lesi dan pustula Membran mukosa : lembab Mobilitas kondisi rambut :
rabut rata dan berbau.
b.Palpasi
Palpasi dilakukan pada area tangan, kaki, bokong dan kepala,hasil yang di dapatkan yaitu :
Tangan
Nyeri tekan : Adanya nyeri pada tangan Edema : Adanya udem ( Pustula) Elastisitas
kulit : Jelek
Kaki
Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kaki Edema : Adanya udem ( Pustula) Elastisitas
kulit : Jelek
Bokong
Nyeri tekan : Adanya nyeri pada bokong Edema : Adanya udem ( Pustula)
Elastisitas kulit : Jelek
Kepala
Nyeri tekan : Adanya nyeri pada kepala Edema : Adanya udem ( Pustula)
9. Pemeriksaan payu udara dan ketiak
Ukuran dan bentuk payuudara An. H normal serta simetris, areola berwarna hitam kecoklatan,
tidak ada pembengkakan atau benjolan pada payudara dan aksila.
10. Pemeriksaan thoraks/dada
Bentuk dada normal tidak burrel chest ataupun fannel chest, pernafasan 23 x/ i dan An. H
bernafas dengan teratur.
11. Pemeriksaan paru
Getaran suara paru kiri dan kanan sama, suara nafas vesikuler dan resonan saat di perkusi.
12. Pemeriksaan jantung
Detak jantung An. H beraturan, tidak ada pembengkakan, bunyi jantung normal lup-dup dan
saat di perkusi dallnes.
13. Pemeriksaan abdomen
Abdomen An. H simetris kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya benjolan, dan tidak ada
suara tambahan.
14. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
3.1 KESIMPULAN
Dematitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal. Klasifikasi Dermatitis
adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis numularis dan demertitis soboik.
Penyebab dermatitis alergi belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga
bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis alergi adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema dan gangguan fungsi kulit.
Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa medis maupun
keperawatan. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan
gatal yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang berhubungan dengan
pruritus.
3.2 SARAN
1. Diharapkan kepada bagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
dengan masalah keperawatan tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.
2. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Kerusakan
Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi yang harus lebih memperhatikan dan tahu pada
bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada klien yang perlu di tekankan.
3. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau keluarga dari klien
tentang Kerusakan Integritas Kulit : Dermatitis Kontak Alergi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi dan Suria Djuanda.(2005). Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
FKUI
Andi Dinajani S. Abidin Mahdi. (2008). Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Edisi ke- 2. Jakarta :
FKUI.
Hetaria, Rospa. (2009). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Trans Info
Media.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. (2012).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke- 13.
Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi ke-4.Alih bahasa Renata Komalasari, S.Kp, dkk. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta : EGC