RECOVERY SCHIZOPHRENIA
Penyaji :
NIM : 1871052003
Pembimbing :
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya
Referat Tahap I ini bisa diselesaikan. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas di ruangan Tahap I oleh residen Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar dan juga sebagai suatu upaya untuk
terus mencari dan menambah ilmu pengetahuan yang kiranya dapat memberi
Tahap I ini. .
2. dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ(K) selaku Koordinator Program Studi
4. Rekan-rekan Residen dan semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu
persatu atas bantuan dan dukungan dalam penyusunan Referat Tahap I ini.
ii
5. Keluarga, suami beserta anak-anak atas dukungan dan doa nya sehingga
Akhir kata penulis menyadari bahwa Referat Tahap I ini jauh dari
sempurna sehingga memerlukan bimbingan, kritik dan saran dari para senior
Hormat saya,
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
iv
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
NMDA : N-methylD-aspartate
vi
BAB I
PENDAHULUAN
salah satu dari sepuluh penyakit yang berkontribusi pada beban penyakit global
[ CITATION Aya16 \l 1033 ] . Dalam data terbaru tahun 2017, skizofrenia memang
tidak tercantum dalam rangking tinggi sebagai penyebab beban penyakit, namun
tetap dinilai sebagai salah satu penyakit di bidang kejiwaan yang menimbulkan
1033 ]. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa
Provinsi DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi
Selatan. Prevalensi psikosis di Provisi Bali yaitu 3,0 per 1000 penduduk
sedangkan wanita pada usia akhir 20-an atau awal 30-an dan manifestasi klinis
skizofrenia pada wanita lebih ringan [ CITATION Pat \l 1033 \m Aya16] . Onset awal
1
2
skizofrenia berkorelasi dengan hasil yang lebih buruk, meskipun intervensi awal
berkorelasi dengan hasil yang lebih baik [CITATION Cal19 \l 1033 ]. Skizofrenia
yang muncul di usia muda dan perjalanan klinisnya yang kronis tersebut dapat
remisi dan fungsi sosial yang memadai (remisi fungsional) [ CITATION Pri13 \l
1033 ]. Recovery merupakan sebuah proses, bukan pada titik akhir. Recovery tidak
hanya berfokus pada pengurangan atau mengatasi gejala namun juga fokus pada
yang dipilihnya, dan berjuang mencapai tujuan hidup sesuai dengan seluruh
yaitu setidaknya dalam periode dua tahun gejala skizofrenik dapat hadir hanya
dalam intensitas minimal dan hal tersebut tidak dapat dibedakan dari individu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
berupa halusinasi, delusi, dan bicara yang tidak terkendali (disorganized speech),
gejala negatif berupa afek tumpul dan motivasi menurun, disertai defisit kognitif
mental [ CITATION Mar19 \l 1033 ] . Gejala utama skizofrenia adalah psikosis seperti
skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang paling parah[ CITATION Aya16 \l 1033 ].
salah satu dari sepuluh penyakit yang berkontribusi pada beban penyakit global
of life lost to disability (YLD). Pada tahun 2017, skizofrenia tidak tercantum
dalam rangking yang tinggi sebagai penyebab beban penyakit, namun tetap dinilai
sebagai salah satu penyakit di bidang kejiwaan yang menimbulkan beban ekonomi
gangguan waham, psikotik yang diinduksi zat, psikotik sekunder akibat kondisi
medis umum, katatonia terkait dengan kondisi medis umum, dan gangguan
4
5
dibedakan terutama berdasarkan durasi sindrom psikotik yaitu onset klinis yang
≥6 bulan[ CITATION Lie18 \l 1033 ]. Gejala skizofrenia muncul di usia muda dan
perjalanan klinis yang kronis menjadi suatu gangguan yang melumpuhkan pasien
dan keluarga. Disabilitas ditimbulkan gejala negatif dan gejala kognitif (gangguan
perhatian, memori kerja dan fungsi eksekutif). Kekambuhan juga sering terjadi
akibat gejala positif seperti curiga, delusi, dan halusinasi [CITATION Pat \l 1033 ].
yang unik untuk skizofrenia dan tidak ada tes darah definitif atau pemeriksaan
pada konstelasi gejala selama setidaknya 6 bulan, penurunan fungsi orang dengan
remisi dan fungsi sosial yang memadai (remisi fungsional)[ CITATION Pri13 \l
1033 ]. Recovery merupakan sebuah proses, bukan pada titik akhir. Recovery tidak
hanya berfokus pada pengurangan atau mengatasi gejala namun juga fokus pada
kembali seperti semula. Kriteria durasi recovery yang disarankan yaitu setidaknya
dalam periode dua tahun gejala skizofrenik dapat hadir hanya dalam intensitas
minimal dan hal tersebut tidak dapat dibedakan dari individu sehat. Insiden
6
recovery skizofrenia berkisar sekitar 4% dan 20% dan terkait erat dengan ketatnya
2.2 Epidemiologi
menunjukkan disabilitas berat dan yang lain mampu menjalankan fungsi dengan
baik [ CITATION Mar19 \l 1033 ]. Dalam review sistematik oleh Saha et al, 2012
(dalam Ayano, 2016) dari 188 penelitian yang diambil dari 46 negara ditemukan
bahwa risiko seumur hidup skizofrenia adalah 4,0 per 1000 populasi, dimana
gangguan mental, dan sebagian besar berada di daerah pedesaan. Di Provinsi Jawa
Barat, prevalensi gangguan mental berat adalah 0,16% [ CITATION Kem13 \l 1033 ].
Dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi gangguan jiwa di Indonesia
sebesar 1,8 per 1000 penduduk dengan 95% CI=0,17-0,19. Prevalensi antar
provinsi berkisar 0.9 sampai 3.5 per 1000 penduduk. Prevalensi gangguan
Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Prevalensi
psikosis di Provisi Bali yaitu 3,0 per 1000 penduduk [ CITATION Idi19 \l 1033 ].
perkotaan [ CITATION Idi19 \l 1033 ] . Hal tersebut berbeda dengan teori kepadatan
penduduk bahwa skizofrenia lebih tinggi pada area padat penduduk seperti di
berpengaruh terhadap terjadinya ganguan jiwa antara lain psikosis [CITATION Sad15
\l 1033 ]. Penelitian oleh McGrath, Saha, Welham, 2004 (dalam Patel 2014)
meskipun onset gejala pada laki-laki terjadi diusia yang lebih awal dibandingkan
wanita. Pria cenderung mengalami episode skizofrenia pertama diawal usia 20-an,
sedangkan wanita pada usia akhir 20-an atau awal 30-an dan manifestasi klinis
skizofrenia pada wanita lebih ringan [ CITATION Pat \l 1033 \m Aya16]. Hal ini
dengan hasil yang lebih buruk, meskipun intervensi awal berkorelasi dengan hasil
Menurut Andresean dan Black, 2006 (dalam Laila, 2019) sebagian besar
dengan akses layanan kesehatan yang mungkin lebih sulit. Hal tersebut
telah melakukan percobaan bunuh diri dan 10% diantaranya meninggal karena
bunuh diri. Angka kematian penderita skizofrenia ini 8 kali lebih tinggi daripada
2.3 Etiopatologi
2.3.1 Etiologi
skizofrenia. Orang dengan skizofrenia 2-2,5 kali lebih mungkin meninggal pada
usia dini. Skizofrenia juga sering disebabkan oleh penyakit fisik seperti
individu yang rentan terhadap gangguan tersebut. Stresor lingkungan yang terkait
minoritas, tempat tinggal di daerah perkotaan, dan isolasi sosial. Selain itu, stres
sosial seperti diskriminasi atau kesulitan ekonomi juga menjadi faktor predisposisi
pemikiran delusi atau paranoid [ CITATION Mar19 \l 1033 ]. Pada tingkat neurokimia
gejala positif dan gejala kognitif skizofrenia, sementara gejala negatif dikaitkan
a. Faktor genetik
10%. Jika kedua orang tua menderita skizofrenia, risiko skizofrenia pada
anak sebesar 40% atau terjadi peningkatan gangguan 10-15 kali lebih
b. Faktor neurostransmiter
c. Faktor perinatal
gestasional, seksio sesarea, asfiksia, dan berat badan lahir rendah dikaitkan
janin, telah menjadi perhatian khusus bagi para peneliti. Infeksi dan
d. Penyalahgunaan zat
2.3.2 Patofisiologi
Jalur nigrostriatal berasal dari substantia nigra dan berakhir di nukleus kaudatus.
Kadar dopamin yang rendah dalam jalur ini memengaruhi sistem ekstrapiramidal
tegmental area (VTA) ke area limbik, berperan dalam gejala positif skizofrenia
lebih baru tersebut ditemukan efektif mengurangi gejala positif dan negatif
eksitatorik utama di otak. Teori ini muncul sebagai tanggapan terhadap temuan
bahwa reseptor NMDA tidak aktif dalam regulasi normal neuron dopamin
13
menunjukkan gejala negatif, afektif, dan kognitif. Jaringan otak pasien skizofrenia
juga mengalami perubahan fisik. Terjadi peningkatan ukuran ventrikel ketiga dan
ventrikel lateral dan individu yang berisiko tinggi mengalami skizofrenia juga
memiliki lobus temporal medial yang lebih kecil [ CITATION Pat \l 1033 ].
dan gejala disorganisasi. Gejala positif mudah teridentifikasi dan tidak terlihat
pada orang yang sehat. Gejala positif meliputi, halusinasi, waham, gaduh gelisah,
dan perilaku motorik yang abnormal. Gejala negatif tidak mudah teridentifikasi
tumpul atau datar, menarik diri, berkurangnya motivasi, miskin kontak emosional,
hendaya sosial dan pekerjaan pada pasien skizofrenia (Sadock, 2010). Kriteria
a) Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini yang terjadi dalam kurun
waktu yang signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila telah berhasil
diterapi). Paling tidak salah satu harus ada (1), (2), atau (3):
(1) Delusi/Waham
(2) Halusinasi
(5) Gejala negatif (ekspresi emosi yang berkurang atau kehilangan minat)
b) Disfungsi Sosial
Selama kurun waktu yang signifikan sejak onset gangguan, terdapat satu
atau lebih disfungsi pada area fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang
dicapai sebelum awitan (atau jika awitan pada masa anak-anak atau
bulan ini harus mencakup minimal 1 bulan gejala (atau kurang bila telah
berhasil diobati) yang memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat
gejala negatif saja atau 2 atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A
yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (keyakinan aneh, pengalaan
(1) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi
(2) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif
atau halusinasi yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan
lagi menggunakan subtipe ini tetapi klasifikasi ini ada dalam (ICD-10) (Sadock et
al, 2015).
a. Tipe Paranoid
16
Jenis skizofrenia paranoid ditandai oleh preokupasi dengan satu atau lebih
kebesaran.
b. Tipe disorganized
perilaku primitif, disinhibited, dan tidak terorganisir dan oleh tidak adanya
c. Tipe katatonik.
posturing/sikap.
e. Tipe residual
a. Manajemen farmakologis
atau generasi kedua. Obat-obat ini dilaporkan memiliki insiden efek samping
yang lebih baru ini umumnya lebih disukai dan merupakan pengobatan lini
pertama untuk skizofrenia, karena mereka memiliki risiko efek samping yang
lebih rendah daripada obat tipikal. Obat yang termasuk golongan ini antara
berat yang gagal merespons secara adekuat terhadap pengobatan standar untuk
skizofrenia dan mengurangi risiko perilaku bunuh diri berulang pada pasien
18
digunakan pada pasien dengan penyakit yang kurang responsif terhadap obat
yang dapat diberikan kepada hampir setiap pasien dengan penyakit psikotik
(Ayano, 2016).
pada interval dua hingga empat minggu (Sadock dalam Ayano, 2016).
b. Intervensi psikososial
fisiologi dan perilaku saat ini atau masalah masa lalu. Tujuannya
- Intervensi keluarga
20
2016).
- Manajemen kontingensi
Ayano, 2016).
atau pemulihan sebagai fungsi profesional dan sosial serta kemampuan untuk
hidup mandiri. Lebih khusus lagi, Vita dan Barliati (2018) mendefinisikan
pemulihan sebagai tahap (24 bulan) di mana pasien berfungsi secara sosial dan
profesional dengan baik dan relatif bebas dari gejala psikotik yang diukur dengan
Skala Penilaian Psikiatri Singkat (Brief Psychiatric Rating Scale) dengan skor '4'
(yaitu, sedang). Torgaslbeen (dalam Vita and Barlati, 2018) mendefinisikan skor
Remisi klinis merupakan suatu keharusan, tetapi bukan prasyarat untuk pemulihan
stabilisasi, remisi, dan recovery. Pada fase akut gejala skizofrenia muncul cukup
berat, terdapat perilaku membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, tidak
dapat bekeja dan melakukan aktivitas, tidak ada efek pada pemberian obat, dan
memerlukan intervensi segera. Pada fase respons, obat yang diberikan sudah
memberikan efek, gejala mulai berkurang 50%, dosis obat dapat dinaikkan secara
bertahap, dan evaluasi dilakukan dalam 1 bulan. Pasien juga sudah dapat di latih
ketrampilan sosialnya. Pada fase stabilisasi gejala sudah mulai hilang atau
minimal, pasien Nampak lebih stabil. Sudah mulai dapat melakukan aktivitas dan
23
bekerja, minum obat dapat dikontrol. Waspada kekambuhan pada fase ini. Dan
okupasi dan vokasional. Pada fase remisi gejala minimal atau sudah hilang,
social. Kekambuhan atau relaps dikarenakan tidak patuh minum obat, adanya
stressor dala kehidupan, pala hidup sehat yang kurang, kurangnya dukungan
keluarga dan masyarakat, tidak ada aktivitas atau pekerjaan, dan pasien
yang dipilihnya, dan berjuang mencapai tujuan hidup sesuai dengan seluruh
(Vita and Barlati, 2018). Resnick et al. (dalam Vita and Barlati, 2018)
orang lain, dan tidak ada dominasi oleh gejala. Perubahan dalam domain
pemulihan subyektif dan obyektif dapat mempengaruhi satu sama lain (Jørgensen
R, Zoffmann V, 2015).
perawatan mereka bila hal ini sesuai (Lloyd dalam Arfikhah, 2018).
2. Personal Recovery
Pada awalnya konsep recovery hanya berfokus pada sisi klinis atau
konsep recovery sebagai personal recovery atau ditilik dari persepsi pasien
3. Social Recovery
sosial di masyarakat yang lebih luas. Social recovery ini dapat dimulai
serta untuk mencegah dan melawan stigma dan diskriminasi yang tidak
adil. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah transfer keterampilan
sosial dan penyertaan sosial yang lebih besar di masyarakat luas (Lloyd
4. Functional Recovery
pekerjaan kompetitif adalah dua domain peran bernilai sosial lainnya yang
2018).
17)
d) Bergantung pada orang lain (pada pernyataan nomor 6,18,19, dan 20)
e) Serta tidak didominasi oleh gejala (pada pernyataan nomor 12,13, dan
14)
recovery yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang berpendidikan dibawah
10 tahun. Kemudian mereka dengan usia yang lebih tua menunjukkan skor
domain "kepercayaan diri dan harapan" yang cenderung lebih rendah dibanding
dengan mereka yang memiliki usia lebih muda. Seseorang dengan angka
kekambuhan yang lebih banyak memiliki skor yang cenderung lebih rendah pada
27
domain "kepercayaan diri dan harapan" dan "tujuan dan orientasi sukses"
dibanding dengan mereka yang jarang kambuh. Semakin banyak gejala positif
yang dimiliki semakin banyak skor domain “kesediaan untuk untuk meminta
bantuan” serta “tujuan dan orientasi sukses”. Sedangkan mereka yang memiliki
gejala negatif yang lebih tinggi menujukkan skor yang lebih rendah pada domain
beberapa gejala negatif saja (Corrigan dan Grover dalam Arfikhah, 2018).
Sebuah meta-analisis terbaru oleh Van Eck et al. (dalam Vita and Barlati,
dan personal, dimana gejala psikotik menunjukkan korelasi yang lebih kecil
dibandingkan gejala afektif dengan personal recovery. Vita and Barlati (2018)
khusus pada interaksi antara gejala afektif dan recovery personal (Vita and
Barlati, 2018).
Faktor pendukung recovery antara lain (Arfikhah, 2018; Substance Abuse and
1. Kesehatan
Orang dengan skizofrenia yang mempunyai penyakit fisik berat akan lebih
sulit untuk pulih dari gangguan jiwanya. Oleh karena itu penting untuk
2. Perumahan
Perumahan yang dimaksud adalah tempat tinggal yang aman dan stabil.
Tempat tinggal yang aman dan stabil akan terhindar dari rasa khawatir
akan diusir oleh pihak lain dan menggelandang dijalan, sehingga dapat
3. Tujuan
rumah, kegiatan kreatif. Adanya tujuan hidup atau kemauan untuk meraih
4. Komunitas
kekambuhan.
berpusat pada pribadi dan orang lain, pemberdayaan, holistik, non-linier, berbasis
2. Berpusat pada individual dan Orang Lain - domain ini melibatkan pasien
masing-masing.
pasien bukan salah satu dari "orang dengan gangguan mental" tetapi
30
sosial lainnya.
(adanya hari baik dan hari yang buruk). Proses pemulihan melibatkan
(misalnya, usia saat onset, jenis kelamin), tingkat fungsi premorbid, beberapa
gambaran klinis, dan pengobatan (misalnya, gejala negatif dan kognitif, durasi
dan motivasi intrinsik dapat berfungsi sebagai mediator antara neurokognisi dan
outcome fungsional. The Network for Research on Psychoses meneliti pada pasien
tersebut (stigma dan dukungan sosial). Studi tersebut menunjukkan stigma dan
kognitif, dan real-world functioning/fungsi dunia nyata (Galderisi dalam Vita and
Barlati, 2018).
gejala negatif dan kognitif tidak diterapi secara adekuat dan banyak pasien tidak
dan rawat inap pada pasien dengan skizofrenia. Antipsikotik dapat menjamin
Perawatan obat dan terapi suportif tidak memiliki efek spesifik pada gangguan
remediasi kognitif, psikoedukasi, dan terapi perilaku kognitif (Vita and Barlati,
2018).
33
pasien. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi efek sinergis dari
intervensi gabungan untuk mencapai modalitas terapi yang sukses serta intervensi
RANGKUMAN
Konsep recovery skizofrenia adalah secara simultan memenuhi kriteria remisi dan
proses, bukan pada titik akhir. Recovery tidak hanya berfokus pada pengurangan
atau mengatasi gejala namun juga fokus pada bagaimana cara penurunan tingkat
berfungsi secara sosial dan profesional dengan baik dan relatif bebas dari gejala
psikotik yang diukur dengan Skala Penilaian Psikiatri Singkat (Brief Psychiatric
Rating Scale) dengan skor '4' (yaitu, sedang) atau menggunakan skor lebih dari 65
34
DAFTAR PUSTAKA
94-007-0834-1_1.
Association, Arlington
Universitas Diponegoro.
www.austinpublishinggroup.com.
35
36
life-years (DALYs) for 359 diseases and injuries and healthy life
Lancet;392:1859-922.
Idiani, S., Yunita, I., Tjandrarini, D., Indrawati, L., Darmayanti, I.,
Jørgensen R., Zoffmann V., M.-J. P. (2015) ‘Relationships over time of subjective
Keshavan, MS., Giedd, J., Lau, JYF., Lewis, DA., & Paus, T. (2014). Adolescent
Laila, N., Mahkota, R., Shivalli, S., Bantas, K., Krianto, T. (2019). Factors
https://doi.org/10.1186/s12888-019-2138-z
Liebermant, JA. & First, MB. (2018). Review article: Psychotic Disorders. The
doi: 10.3389/fpsyt.2017.00100.
Patel, K., Cherian, J., Gohil, K., Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: Overview
http://dx.doi.org/10.1016/j.comppsych.2013.05.006
Sadock BJ. (2010) Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd edn. Jakarta: EGC.
Sciences Clinical Psychiatry (11th ed). New York: Wolters Kluwer; 300-
323
38
Sahoo T., Theisen A., Rosenfeld JA. (2011). Copy number variants of
and developmental delays and behavior problems. Genet Med; 13: 868-880
10.1097/YCO.0000000000000407.
sheets/detail/schizophrenia