Anda di halaman 1dari 13

ETNOMEDIKA

Pada 8 Februari 1825, Carl Ludwig Blume, pejabat Dinas Kesehatan Masyarakat Hindia
Belanda, menulis surat kepada Residen Cirebon. Blume menceritakan bagaimana penduduk
pribumi menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan untuk mengobati penyakit diare.
Para dokter Eropa, setidaknya sampai akhir abad ke-19, tertarik pada praktik pengobatan
herbal yang banyak dilakukan penduduk Pribumi.
Dalam era kolonial obat-obatan yang diproduksi di Eropa—atau obat yang dibawa tidak lagi
ampuh—membuat mereka juga harus mencari tahu apa saja yang bisa dimanfaatkan sebagai
obat di tempat tinggal baru mereka. Kenyataan itulah yang mendorong para dokter itu untuk
melakukan penelitian terkait khasiat tumbuh-tumbuhan di tempat asing. Selain untuk urusan
pengobatan, penyelidikan dalam kerangka sejarah alam (natural history) ini juga bertujuan
untuk mengumpulkan informasi tanaman yang memiliki nilai ekonomi untuk pasar Eropa.
Bagaimana pun, tujuan utama kolonialisme adalah mencari keuntungan ekonomi sebanyak-
banyaknya. Penelitian tentang tanaman obat lokal sudah dilakukan para ahli bedah dan
apoteker militer sejak VOC masih berjaya. Pada abad ke-19 para dokter Eropa mulai tertarik
pada obat-obatan herbal Hindia Belanda. Sains modern abad ke-20 menggerusnya.

Industri obat tradisional dunia saat ini merupakan kelanjutan dari penggunaan yang luas dari
simplisia tanaman obat atau produk olahannya. Pasar obat herbal yang semakin besar dari
tahun ketahun, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong
industrialisasi produk obat tradisional menjadi industri modern obat herbal berbasis ekstrak.
Industri ini dikelompokkan secara berbeda di berbagai negara. Sebagian disebut sebagai
industri makanan kesehatan berbasis herbal (herbal suplement industry) dan lainnya sebagai
industri obat herbal (herbal medicine industry). Kedua jenis industri ini sangat berkembang di
Amerika dan Eropa, dengan menggunakan peralatan produksi yang sangat maju, khususnya
di negara Jerman yang memiliki sejarah panjang dalam industri farmasi, berikut industri
bahan bakunya. Industri di Eropa khususnya diregulasi secara ketat dengan kewajiban
menerapkan ketentuan GACP dan GMP untuk produksi. Industri obat herbal ini sangat
tergantung pada industri antaranya, yaitu industri simplisia tanaman obat dan industri ekstrak
tanaman obat sebagai industri bahan baku obat tradisional (BBOT). Industri BBOT ini sangat
penting mengingat produk obat herbal berbasis pada bahan simplisia atau ekstrak tanaman
obat yang mengandung senyawa kimia alam (natural product) yang sangat kompleks dan
beragam. Keberadaan industri BBOT seperti di negara maju di Eropa akan menyediakan
bahan baku obat tradisional yang secara mutu konsisten dan menjadi subjek bagi penetapan
mutu dan evaluasi klaim keamanan dan khasiat. Pasar obat tradisional Eropa merupakan
pasar yang terbesar saat ini. Terdapat paling tidak sekitar 1400 obat tradisional yang beredar
di wilayah uni eropa. Di Perancis sekitar 30.000 ton tanaman herbal dikonsumsi setiap tahun.
Di Jerman dan juga Perancis, beberapa resep obat juga mencantumkan produk herbal.

KOMPLEMENTER

Animo masyarakat terhadap pelayanan tradisional baik yang bersifat empiris,


komprehensif maupun intergrasi cukup tinggi. hal ini dikarenakan masyarakat masih
mempercayai kegunaan dan manfaat yang diperoleh dalam penggunaan pelayanan dan
pengobatan tradisional tersebut, untuk membantu masyarakat memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik terhadap penyakit yang dialaminya.
Contoh pelayanan tradisional yang masih dapat sering kita temui di masyarakat
hingga saat ini adalah jamu, pijat reflexy, akupuntur, totok wajah, pijat bayi, dsb.
namun masyarakat juga perlu untuk berhati-hati dalam memilih tempat pelayanan tradisional
yang akan didatangi, sehingga keamanan terhadap diri sendiri atau keluarga yang dalam hal
ini menjadi pengguna dari pelayanan tradisional tetap terjaga.
Masyarakat masih meminati pelayanan tradisional sekalipun pengobatan
konvensional sudah maju karena masyarakat masih menyukai bantuan pelayanan tradisional
dalam mencapai target kesehatan dirinya. seperti ibu hamil yang berupaya untuk dapat
melahirkan dengan lancar melalui persalinan normal, karena itu ibu hamil berbondong-
bondong mengikuti kelas yoga, hipnobirthing, pijat perineum, dan kelas-kelas pembelajaran
lain yang dapat diikuti sekalipun melalui media online.

MKM

SAP (Satuan Acara Pengajaran) adalah pokok pengajaran yang meliputi satu atau beberapa
pokok bahasan untuk diajarkan selama satu kali atau beberapa kali pertemuan.

Adalah suatu rancangan acara kegiatan perkuliahan dalam satu tatap muka atau satu kesatuan
materi perkuliahan (topik/pokok bahasan).
Komponen SAP : 1. Identitas Mata Kuliah; 2. Tujuan Perkuliahan; 3. Kompetensi Dasar; 4.
Indikator Pencapaian Kompetensi; 5. Materi Perkuliahan; 6. Metode Perkuliahan; 7. Media
Perkuliahan; 8. Skenario Kegiatan Perkuliahan; 9. Sumber Belajar; 10.Penilaian.

Job sheet merupakan salah satu jenis bahan ajar berbentuk cetak berupa lembaran-lembaran
yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik dan petunjuk atau langkah-langkah
mengerjakan tugas tersebut untuk mecapai suatu tujuan pembelajaran. Tugas yang diberikan
berupa teori atau praktik.

MHM

Buah Parijoto (Medinilla speciosa B.) mengandung senyawa metabolit sekunder yang
berpotensi memiliki aktifitas sebagai antioksidan dan antidiabetes. Skrining fitokimia
dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap uji kualitatif, tahap uji semi kuantitatif dengan
kromatografi lapis tipis dan karakterisasi dengan spektrofotometer IR, serta dilanjutkan
dengan uji kuantitatif untuk menentukan kadar flavonoid total pada fraksi-fraksi Buah
Parijoto (Medinilla speciosa B.).

Hasil uji penapisan fitokimia menunjukkan bahwa :


- secara kualitatif senyawa aktif yang terkandung dalam Buah Parijoto meliputi flavonoid,
tannin, saponin, dan alkaloid. Adanya flavonoid pada Buah Parijoto dipertegas menggunakan
uji kromatografi lapis tipis.
- Hasil karakterisasi dengan IR menunjukkan gugus spesifik flavonoid golongan flavonol.
- secara kuantitatif Kadar flavonoid total pada fraksi n-heksan sebanyak 1,11 mg QE/g, pada
fraksi etil asetat sebanyak 46,83 mg QE/g, dan pada fraksi etanol sebanyak 66,07 mg QE/g.

Parijoto (Medinilla speciosa) adalah salah satu tanaman yang banyak tumbuh di lereng
Gunung Muria Kecamatan Dawe, kabupaten Kudus Jawa Tengah. Tanaman ini mempunyai
beberapa kegunaan diantaranya untuk antioksidan, anti tumor, antibakteri.

Untuk mengetahui potensi ketoksikan akut dari ekstrak segar buah parijoto, maka dilakukan
penelitian dengan menggunakan hewan uji sebanyak 15 ekor mencit jantan galur swiss,
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit jantan
galur swiss. Peringkat dosis yang diberikan dari dosis terendah sampai dosis tertinggi
adalah6,25 g/kg BB;12,5 g/kg BB;25 g/kg BB;50 g/kg BB sedangkan untuk kelompok
kontrol diberi akuades. Potensi ketoksikan akut dari ekstrak buah parijoto segar tidak dapat
ditentukan karena tidak ada kematian hewan uji sampai hari terakhir pengamatan, sehingga
dosis tertinggi (50 g/kg BB) yang bisa diberikan pada hewan uji dinyatakan sebagai
LD50semu, yang mempunyai makna relatif kurang berbahaya. Pemberian ekstrak buah
parijoto segar tidak mempengaruhi perilaku hewan uji.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/1-1-1-SM.pdf

https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/semnas/article/viewFile/19/116#:~:text=Skrini
ng%20fitokimia%20merupakan%20salah%20satu,bahan%20alam%20yang%20akan
%20diteliti.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian non eksperimen meliputi penelitian deskriptif, komparatif, korelasional, survai dan
tindakan.

a. Deksriptif

Tujuan: untuk membuat pencandraan atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harfiah, digunakan
untuk mendeskripsikan situasi-situasi atau peristiwa peristiwa. Penelitian deskriptif tersebut
merupakan akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata mata, yang tidak perlu mencari
atau menjelaskan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, mendapatkan
makna dan implikasi, meskipun penelitian yang bertujuan lebih kuat untuk menemukan hal-
hal tsb mencakup juga metode-metode deskriptif. Akan tetapi para ahli penelitian masih
belum memiliki kesepakatan mengenai apa sesungguhnya yg dimaksud dengan “penelitian
deskriptif” dan sering memiliki pengertian yang lebih luas mencakup seluruh bentuk
penelitian kecuali penelitian historis dan eksperimental. Dalam konteks yang lebih luas ini,
istilah studi survey lebih sering digunakan.

b. Desain Korelasional Disebut juga desain ex post facto atau “after the fact”. Tujuan
utamanya adalah mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ada, dan menentukan
hubungan antara variabel independen dan dependen.
Karakteristik :
1)Sangat cocok digunakan apabila variabel-variabel yg diteliti sangat kompleks dan/atau
peneliti tdk memungkinkan melakukan penelitian dengan metode eksperimental dan
pengontrolan terhadap manipulasi data
2) Memungkinkan pengukuran secara simultan bbrp variabel dan saling hubungannya dalam
keaadaan yang realistis.
3) Hasil penelitian ini merupakan derajat saling hubungan dari pada menanyakan ada
tidaknya pengaruh, seperti yang dikemukakan oleh rancanga penelitian eksperimental:
“Apakah ada pengaruhnya atau tidak?”
4) Keterbatasan-keterbatasan penelitian korelasional adalah sbb: a) Hanya mengidentifikasi
apa sejalan dengan apa, penelitian ini tidak perlu mengidentifikasi salinghubungan yang
bersifat sebab akibat. b) Metode ini kurang tertib dan ketat apabila dibandingkan dengan
pendekatan eksperimental karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel
bebasnya. c) Metode ini cenderung akan mengidentifikasi pola hubungan yang semu yang
kurang reliabel dan valid. d) Pola saling hubungan sering tidak menentu dan kabur e) Metode
ini dlm penelitian sering memberikan rangsangan penggunaannya semacam pendekatan “shot
gun”, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari sumber yg beragam dan memberikan
interpretasi yang bermakna atau yang berguna.

METODELOGI PENELITIAN
3 bentuk desain penelitian non eksperimental (penelitian observaional), yaitu :
1. Penelitian cross-sectional (penelitian transversal)
2. Penelitian case-control (kasus kontrol = kasus kelola)
3. Penelitian cohort (kohort)

1. Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun
hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome
lain secara serentak pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat. Dengan
demikian studi cross sectional tidak mengenal adanya dimensi waktu, sehingga mempunyai
kelemahan dalam menjamin bahwa paparan mendahului efek (disease) atau sebaliknya.
Namun studi ini mudah dilakukan dan murah, serta tidak memerlukan waktu follow up.
Umumnya studi cross sectional dimanfaatkan untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal
yang akan diuji dalam studi analitiknya (kohort atau kasus control).

2. Case Control / Kasus Kontrol


Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal dengan
menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu
kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini
dapat diketahui dari register medis atau berdasarkan wawancara dari responden penelitian.
Kelemahan dari studi ini adalah ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat
paparan yang dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahun-tahun, sehingga
dalam penelitian kasus control sangat rawan recall bias, disamping bias seleksi. Namun
kelebihan dari studi ini yaitu waktu penelitian relative singkat, murah dan cocok untuk
meneliti penyakit langka dan memiliki periode laten yang panjang.

3. Cohort / Kohor
Studi kohor adalah studi observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan
kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan
dihitung besarnya kejadian penyakit. Apabila periode induksi yaitu kejadian penyakit dapat
diamati dalam waktu yang panjang maka studi kohor rawan terhadap bias penarikan
responden (banyak drop out dari observasi), perlu dana yang besar dan waktu yang panjang.
Studi kohor mempunyai kekuatan dalam membuktikan inferensi kausa dibanding studi
observasional lainnya, didapatkan angka kejadian penyakit (incidence rate) secara langsung,
serta cocok untuk meneliti paparan yang langka.

Contoh penelitian yang menggunakan cross-sectional:


Hubungan antara status gizi ibu dengan kejadian BBLR di RSU X

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional karena pada penelitian ini hanya ingin
mencari tau sebab-akibat.
dimana status gizi ibu menjadi variable independen (yang mempengaruhi), dan kejadian
BBLR sebagai variable dependen (yang dipengaruhi)

Langkah Perancangan Penelitian Cross Sectional


Rancangan penelitian Cross Sectional dijelaskan sebagai berikut (Notoadmodjo, 2002) :
1. Identifikasi variabel penelitian dan identifikasi faktor risiko serta faktor efek.
2. Menetapkan subjek penelitian baik berupa kondisi dan jumlah sampel yang akan diambil
pada kegiatan penelitian.
3. Observasi variabel-variabel faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan
status keadaan variabel saat pengumpulan data penelitian.
4. Analisis korelasi atau perbandingan ukuran antar kelompok-kelompok hasil yang diamati
pada kegiatan penelitian.

Syarat sebuah penelitian menggunakan desain coss sectional adalah :


1. Penelitian berlangsung pada satu titik waktu
2. Riset cross sectional tidak melibatkan manipulasi variabel
3. Metode cross sectional memungkinkan peneliti untuk melihat banyak karakteristik
sekaligus (usia, pendapatan, jenis kelamin, dan lain-lain)
4. Cross sectional sering digunakan untuk melihat karakteristik yang berlaku dalam populasi
tertentu
5. Cross sectional dapat memberikan informasi tentang apa yang terjadi dalam populasi saat
ini

BHS. INGGRIS
1. Simple Present Tense
(+) Subject + Verb 1 / Verb 1-s/es + Complement
(-) Subject + Do/Does + Not + Verb 1 + Complement
(?) Do/Does + Subject + Verb 1 + Complement?
Rumus kalimat pasif :
S + To Be (am, is, are) + Verb 3
Exp :
Bentuk aktif : People collect the goods.
Bentuk pasif : The goods are collected

2. Simple Past Tense


Dengan kata kerja
(+) S + Verb 2 + O
(-) S + Did + Not + Verb 1 + O
(?) Did + S + Verb 1 + O
Tanpa kata kerja
(+) S + Was/Were + Adj + comp
(-) S + Was/Were + Not + Adj + comp
(?) Was/Were + S + Adj + Comp

Rumus kalimat pasif :


S + To Be (was/were) + Verb 3
Exp :
Bentuk aktif : People collected the goods yesterday.
Bentuk pasif : The goods were collected.

3. Simple Future Tense


(+) S + Shall/Will + Verb 1 + O
(-) S + Shall/Will + Not + Verb 1 + O
(?) Shall/Will + S + Verb 1 + O

Or…
(+) S + To Be (is, am, are) + Going To + Verb 1 + O
(-) S + To Be (is, am, are) + Not + Going To + Verb 1 + O
(?) To Be (am, is, are) + S + Going To + Verb 1 + O

4. Present Continuous Tense


(+) Subject + To Be (am/are/is) + Verb-ing + Complement
(-) Subject + To Be (am/are/is) + Not + Complement
(?) To Be (am/are/is) + Subject + Verb-ing + Complement?

5. Past Continous Tense


Tujuan : Untuk mengindikasikan suatu aksi yang terjadi selama momen tertentu di masa
lampau. Adapun keterangan waktu atau time expression yang dapat digunakan adalah: at
this time yesterday, at 5 am this morning, all day yesterday, in July.
Exp :
 I was having dinner at this time yesterday. (Saya sedang makan malam pada jam ini
kemarin.)
 I was doing physically exercises all day yesterday. (Saya sedang melakukan latihan-
latihan fisik sepanjang hari kemarin.)
 In July she was working as a waitress in a well-known restaurant. (Di bulan Juli dia
bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran terkenal.)

Tujuan : Untuk menunjukkan bahwa ada aksi berdurasi pendek (simple past tense) yang
terjadi ketika suatu aksi berdurasi panjang (past continuous tense) sedang
berlangsung. Subordinate conjunction while dan when dapat digunakan dengan
formulasi simple past tense + while + past continuous tense dan past continuous tense +
when + simple past tense.
Exp :
 The door was knocked while I was reading a book. (Pintu diketuk ketika saya sedang
membaca buku.)
 My mother was cleaning the carpet when I got home. (Ibu saya sedang membersihkan
karpet ketika saya tiba di rumah.)
 She was sleeping when you called her. (Dia sedang tidur ketika kamu meneleponnya.)
Tujuan : membahas sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Interval kejadiannya acak namun
sesungguhnya merupakan kebiasaan alami. Tense ini terkadang digunakan untuk
mengkritik suatu aksi.
Exp :
 I was repeatedly checking things. (Saya dulu berulang kali memeriksa sesuatu.)
 The girl was always yelling out loud. (Anak itu selalu menjerit keras-keras.)
 My neighbor was always chasing stray cats off with his broom. (Tetangga saya selalu
mengusir kucing-kucing liar dengan sapunya.)
Tujuan : tense ini juga bisa digunakan bersamaan dengan verb yang menunjukkan
perubahan (change) atau perkembangan (growth), seperti: grow up, improve, go, dan
change. 
Exp :
 His hair was going so thin. (Rambutnya menjadi sangat tipis.)
 My life was changing rapidly. (Hidup saya berubah dengan cepat.)

RUMUS :
(+) S + To Be (was/were) + Verb 1 / Present Participle (-ing)
(-) S + To Be (was/were) + Not + Verb 1 / Present Participle (-ing)
(?) To Be (was/were) + S + Verb 1 / Present Participle (-ing)
6. Future Continous Tense
Tujuan :
 Menyatakan sebuah kegiatan yang akan atau sedang dilakukan pada suatu waktu di
masa yang akan datang atau di masa depan dengan keterangan waktu yang spesifik.
Contoh : Henry be will calling you at 8 o’clock tomorrow morning.
 Menunjukkan kejadian mana yang sedang berlangsung di masa depan ketika ada
kejadian lain yang juga terjadi di masa depan. Contoh : I will be playing games when
you come tonight.
 Mengajukan sebuah pertanyaan dengan sopan dan formal yang bertujuan untuk
menyampaikan niat seseorang. Contoh : Will you be coming home?
RUMUS :
(+) Subject + Will/Shall + Be + Verb 1-ing
(-) Subject + Will/Shall + Not + Be + Verb 1-ing
(?) Will/Shall + Subject + Be + Verb 1-ing
Note: Shall hanya untuk subject I dan we saja.
Keterangan waktu yang dapat digunakan :
 Tomorrow night :  Besok malam
 Next year on April : Tahun depan pada bulan April
 Tonight at seven o’clock : Nanti malam jam 07.00
 At this time tomorrow : Pada waktu ini besok
 At six o’clock tomorrow morning : Pada jam 6 besok pagi
 At this time next year : Pada saat ini tahun depan

7. Past Perfect
Tujuan : mengekspresikan aksi di masa lampau yang telah selesai terjadi sebelum momen
lampau lainnya terjadi.
Subordinate conjunction seperti:
 After (simple past tense + after + past perfect tense)
 Before by the time, when (past perfect tense + before / by the time / when + simple
past tense)

Tujuan : untuk pernyataan membuat angan-angan atau harapan.


Rumus :
If + Past Perfect Tense + Would/Should/Could/Might + Have + Past Participle.
Exp :
 If you had remembered to invite me, I would have attended your party. (Jika kamu
ingat mengundang saya, saya akan hadir di pestamu.)
 Rina would have been the same level with me if she had studied harder. (Rina akan
berasa pada level yang sama dengan saya jika dia belajar lebih keras.)

Tujuan : untuk menunjukkan seberapa sering sesuatu terjadi di masa lampau.


Exp :
 Twice / two times / three times + before + simple past tense / participle (phrase):
twice before getting married (dua kali sebelum menikah), two times before they got
married (dua kali sebelum mereka menikah), three times before I read his review (tiga
kali sebelum saya membaca tinjauannya)
 Every day / every two days / every other day until 2012 (setiap hari / setiap dua hari
sampai tahun 2012)
 Every summer until 2000 (setiap musim panas hingga tahun 2000)

Tujuan : untuk pembuatan reported speech atau indirect speech.


Verb yang bisa digunakan adalah : said, told, asked, thought, wondered.
Exp :
 He said that he had listened carefully the instruction. (Dia mengatakan bahwa dia
telah mendengarkan instruksi dengan penuh perhatian.)
 I thought he had changed to be better man. (Saya pikir dia telah berubah menjadi pria
yang lebih baik.)
RUMUS :
(+) Subject + Had + Past Participle Verb 3
(-) Subject + Had + Not + Past Participle Verb 3
(?) Had + Subject + Past Participle Verb 3

8. Present Perfect Tense


Bentuk kata kerja yang digunakan untuk menyatakan suatu aksi atau situasi yang telah
dimulai di masa lalu dan masih berlanjut sampai sekarang atau telah selesai pada suatu
titik waktu tertentu di masa lalu namun efeknya masih berlanjut. 
Adverbs yang biasa digunakan untuk mengekspresikan present perfect tense :
 Yet
 Already
 Just
 Ever
 Never
Ketika kita berbicara dengan tindakan-tindakan yang belum selesai atau sebuah situasi
tertentu, maka kita bisa mengunakan :
 For
 Since

Present Perfect bentuk “PASIF”


Rumus :
S + Have /Has + Been + Verb 3
 Bentuk aktif: People have collected the goods.
 Bentuk pasif: The goods have been collected.

RUMUS :
(+) S + Have/Has + Verb 3
(-) S + Have/Has + Verb 3
(?) Have/Has + S + Verb 3

9. Future Perfect Tense


Tujuan : untuk menjelaskan penyelesaian yang serupa tapi berlangsung di masa depan. 
Exp :
 I’ll have finished the report by lunchtime.
 After our next trip we’ll have been to Paris three times.
 In June he’ll have lived here for 3 years.

RUMUS :
(+) S + Will + Have + Verb 3
(-) S + Will + Not + Have + Verb 3
(?) Will + S + Have + verb 3

10.
Present Perfect Tense
(+) Subject + has/have + Verb3 + Complement
(-) Subject + has/have + not + Verb3 + Complement
(?) Has/have + Subject + Verb3 + Complement?

Present Perfect Continuous Tense


(+) Subject + has/have + been + Verb-ing + Complemen
(-) Subject + has/have + not + been + Verb-ing + Complement
(?) Has/have + Subject + been + Verb-ing + Complement?

Simple Past Tense


(+) Subject + Verb2 + Complement
(-) Subject + did not + Verb1 + Complement
(?) Did + Subject + Verb1 + Complement?

Past perfect tense


(+) S + has/have + V3 + O
(-) S + has/have + not + V3 + O
(?) has/have + S + V3 + O

Simple present tense:


Dengan kata kerja
(+) S+V1+O+adverb
(-) S+ do/does+not+V1+O+Adverb
(?) do/does +S=V1+Adverb
Tanpa kata kerja
(+) S+ to be + Adj + Comp
(-) S+ to be + not + Adj + Comp
(?) to be + S + Adj + Comp

Anda mungkin juga menyukai