Anda di halaman 1dari 30

RESUME KEGAWATDARURATAN PADA TN. B.

S DENGAN STEMI DI RUANGAN


ICCU (INTENSIVE CARDIAC CARE UNIT) RSUP PROF DR. R.D KANDOU MANADO

OLEH :

MILITIA SUNDALANGI , S.KEP


ENJEL MANDEY, S.KEP
ENGGAR SONDAKH, S.KEP

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN STEMI (ST ELEVASI)

A. Definisi
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen
akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh
banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi
pada pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga
aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi -
oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa rawat inap
terserang di Negara maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari
spectrum koroner akut yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi
ST dan IMA dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus
pada plak arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Sudarjo, 2006).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat
penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot
jantung. (Huan H Gray,dkk,2005,136).
Infark miokard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan darah
koroner miokard karena ketidakadekuatan aliran darah (Carpenito, 2008). Infark miokard
Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan karena penurunan
aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2003). Infark miokard
merupakan akibat dari iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit yang memyebabkan
kerusakan selular yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis pada bagian miokardium
(Price &Wilson, 2006).

B. Etiologi
Penyebab utama infark miokard adalah kurangnya suplai darah miokard. Penyebab
penurunan suplai darah dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner karena ateriosklerosis
atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh embolus atau thrombus, syok dan
hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai darah
dan kebutuhan oksigen.
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.

C. Tanda dan Gejala


a. Klinis
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak mereda, bagian
bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju
lengan (biasanya lengan kiri).
4. Nyeri muncul secara spontan (bukan setelah kegiatan / bekerja atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (NTG).
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pusing atau
kepala ringan dan mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menyimpulkan
pengalaman nyeri)
b. Laboratotium
1. Pemeriksaan Enzim jantung
- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
- dalam 36-48 jam (3-5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
- LDH (laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2 : Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST (/SGOT : Meningkat
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama infark akut yaitu gelombang Q nyata, elevasi
segmen ST, dan gelombang T terbalik. Perubahan- perubahan ini tampak pada
hantaran yang terletak diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis. Selang
beberapa waktu gelombang ST dan gelombang T akan kembali normal hanya
gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograf adanya infark lama.

D. Patofisiologi
Penyebab paling sering Akut Miokard Infark adalah penyempitan pembuluh darah yang
disebabkan oleh karena atheromatous. Pecahnya plak menyebabkan terjadinya agregasi
trombosit, pembentukan thrombus dan akumulasi fibrin, perdarahan dalam plak dan beberapa
tingkatan vasospasm. Keadaan ini akan mengakibatkan sumbatan baik parsial maupun total,
yang berakibat iskemi miokard. Sumbatan total pembuluh darah yang lebih dari 4-6 jam
berakibat nekrosis miokard yang irreversible tetapi reperfusi yang dilakukan dalam waktu ini
dapat menyelamatkan miokardium dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan oleh iskemia pada
miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel otot
jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard hampir
selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas
daerah infark, makin kurang daya kontraksinya.
Secara fungsional, infark miokard menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak
dinding abnormal, terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan,
berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir diastole ventrikel kiri.
Gangguan fungsi tidak hanya tergantung luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena
berhubungan dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya
seperti infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan infark transmural.
Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium. Semua infark miokard
memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark, dikelilingi daerah cedera, diluarnya
dikelilingi lagi lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola EKG yang khas. Saat
otot miokard mati, dilepaskan enzim intramiokard, enzim ini membantu menentukkan
beratnya infark. Jaringan otot jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat
mengganggu fungsinya (Dr. Jan Tambayong, 2007).

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
- CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat pada
3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari).
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali normal
pada 48-72 jam
- LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
- AST (/SGOT : Meningkat
b. Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik
jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya
dengan PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean) Exercise
testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis
apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk menstratifikasi
berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk
mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi) : Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan
gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat
menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener : Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang
disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan
diarteri koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT) : CT menghasilkan tampilan secara
tomografi (irisan) digital dari sinar X yang menembus organ. Sinar X yang menembus
diterima oleh detektor yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem
komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI) : Merupakan salah satu teknik
pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-
proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3
Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh.
h. Radionuclear Medicine : Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh
pasien, kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron,
sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar
gamma. (Kabo, 2008).
F. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah memperkecil kerusakan jantuang
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil
dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
jantung. Terapi obat- obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan
untuk tetap mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk
meningkatkan suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan
O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah
mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben
kerja jantung membatasi luas kerusakan.
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen; Vasodilator
untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG (nitrogliserin). Anti koagulan
Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas jantung) Trombolitik Streptokinase
(mekanisme pembekuan dalam tubuh). (Smeltzer & Bare,2006).
DAFTAR PUSTAKA

Kabo, P. (2012). Bagaimana Menggunakan Obat-obatan Kardiovaskuler Rasional.


Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 181- 201.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. (2015). Pedoman Tatalaksana
Gagal Jantung. Jakarta: Author.
Pratiwi, D.R.S. (2017). Asuhan Keperawatan Tn. W Dan Tn. K yang Mengalami Congestif
Heart Failure (CHF) dengan Penurunan Curah Jantung di Ruang Intensive
Cardiologi Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Suradji Tirtonegoro
Klaten. STIKES Kusuma Husada. Surakarta.
Smeltzer, S.C., dan Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol. 2 Ed.8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pathway
Faktor resiko : Merokok Endepan lipoprotein tunika interna
`
aterosklerosis thrombosis
konstruksi arteri koronaria

aliran darah ke jantung

jaringan miokard iskmeik

Nekrosis > 30 menit

suplai dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang

Metabolisme anaerob seluler hipoksia

Timbunan asam laktat Nyeri integritas membram sel berubah

pH jaringan kontraktilitas

perubahan elektro fisiologi jantung Resiko penurunan curah jantung

aritmia

efek kebelakang

odem pulmo

kelemahan intoleransi aktivitas


FORMAT PENGKAJIAN ICCU PROFESI NERS UNSRAT

Nama : Tn. B.S


Umur : 65 Tahun
Alamat : Talikuran Kawangkoan
Agama : Kristen Protestan
A. Kondisi saat dilakukan pengkajian :
Pasien mengatakan sering mengalami sesak jika posisi tidak sesuai dan tidak nyaman, pasien
merasa lemah badan di seluruh tubuh.Semua ADL dibantu keluarga dan perawat. Pada saat
pengkajian Tanda tanda vital di dapatkan TD : 95/70 mmHg, S: 36,5, RR : 14x/m, N : 64 x/m.
pemeriksaan EKG hasil yang didapatkan ST Elevasi respon normal dengan laju R-R 50x/m, HR :
60x/m, Irama reguler, Internal PR: 0,04 detik dan Durasi QRS : 0,08 detik. Saat ini pasien
terpasang monitor siring pump, infus pump dan oksigen Nassal Kanul 4 lpm. Pasien tampak
pucat, CRT : >2 detik, Pasien mengatakan lemah badan, Pasien mengatakan sesak napas dan
jantung berdebar-debar, Pasien mengatakan masih merasa lemah walaupun sudah beristirahat,
akral teraba dingin, mukosa bibir kering.

B. Riwayat Keperawatan
Pasien sebelumnya datang ke rumah sakit RSUP Prof. R.D Kandou dengan keluhan nyeri dada
sudah di rasakan sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien
mengeluh nyeri di uluh hati seperti terbakar. Saat dilakukan pemeriksaan di rumah sakit di
dapatkan pasien mengalam gagal jantung dan mendapatkan perawatan di ruangan ICCU untuk
mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
C. Pengkajian :
a) Airway :
a. Kepatenan jalan nafas
Secret : Tidak ada
Karakteristik : Tidak ada secret
Jumlah : tidak ada penumpukan secret
Selang ETT
Kebocoran : Tidak terpasang ETT
Terlipat : tidak terpasang ETT
b. Penggunaan Alat
ETT : Tidak terpasang ETT
b)Breathing :
Ventilator mode :
SIMV : Tidak terpasang ventilator
Terapi Oksigen : Ada O2 Nasal Kanul 4 lpm
Sianosis : tidak ada
c) Circulation :
Auskultasi Pulsasi Nadi
S1: - Ulnaris : Kuat
S2 : - Dorsalis Pedis : Lemah
Gallop/Murmur : Tidak terdapat murmur CRT : >2 detik
TD : 95/70 mmHg Edema
MAP : 78 mmHg Tidak terdapat edema
HR : 60 x/menit Clubbing finger : tidak ada
Distensi Vena jugularis : Tidak ada Hasil EKG : ST Elevasi

Hasil lab terkait pemeriksaan jantung :


-

d)Disability :
Kesadaran Motoric Sensoric
Onsedasi (pengaruh obat) Kanan Kiri
GCS : E : 4, M:6 , V:5 . Total 15 555555 555555
Pupil
Ukuran kiri : 2 555555 555555
Ukuran kanan : 2
Refeleks cahaya : ada Penjelasan :
Psaien masih bisa menggerakkan kedua
ekstremitas namun merasa lemah badan
akibat penyakit yang dialami
Pengkajian Nyeri Pengkajian resiko jatuh
Pasien tidak mengeluh nyeri Skala : Morse
Skor : 80
Penjelasan kualitatif skor :
Beresiko tinggi

Penggunaan sedasi :
Tidak

e) Eliminasi :
Urine
Intake (Sebelumnya) Kateter urin
IV : 500 cc Terpasang : ada
Oral/NGT : - Jenis : kateter folley
Drip : 100cc Karakteristik urine : kuning
Output(Sebelumnya )
Urine : 300 ml
Iwl : 10 x 85 kgbb/24 = 35
Balance Cairan :
Kebutuhan cairan actual : +265
Bowel
Karakteristik feses (warna ,konsistensi dan Nyeri tekan : tidak tampak nyeri tekan
bau ) Teraba masa : tidak
Klien belum BAB - Status nutrisi :
Hemoroid : tidak ada BB : 85 kg
Asites : tidak tampak asites TB : 170 CM
Stoma : tidak terpasang stoma IMT : 29,41 kg/m

TERAPI OBAT

Nama Obat/Terapi Cara Pemberian


Nacl 0,9 500 cc/ 20tp IV
Lansoprazole 30 mg/12 jam IV
Furosemid 8 mg/12 jam IV
Vascoon 0,05 mg/12 jam IV
Ceftriaxone 2 gr/12 jam IV

PEMERIKSAN EKG
Pemeriksaan EKG Selasa, 29 Mei 2021
07.00 WITA
Atrial Fibrilasi
Laju : 50x/m
Irama : Reguler
Gelombang P : 0,04 deti
Interval PR: 0,04 detik
Durasi QRS: 0,04x2 kotak kecil : 0,08 (normal)
PEMERIKSSAN PENUNJANG LABORATORIUM

Parameter Nilai Rujukan Hasil


HEMATOLOGI
Leukosit 4.0 – 10.0 12.8
Eritrosit 4.70 – 6.10 4.39
Hemoglobin 12.0 – 16.0 15.1
Hematokrit 43.7
37.0 – 47.0
Trombosit 112
MCH 150 – 450 30.6
MCHC 27.0 – 35.0 34.6
001 Eosinofil 30.0 – 40.0 0
002 Basofil 1–5 0
003 Netrofil Batang 0–1 4
004 Netrofil Segmen 2–8 80
005 Limfosit 8
50 – 70
006 Monosit 8
MCV 20 – 40 88.6
2–8
KIMIA KLINIK
SGOT <33 30
SGPT <43 39
Chlorida Darah 98.0 – 109.0 101
Kalium Darah 4.28
3.50 – 5.30
Natrium Darah 124
Troponin T 135 – 153 1025
CKMB <50 39
0-24
ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DO : Pasien mengeluh Hambatan Upaya nafas Pola nafas tidak efektif
sesak nafas
DO :
- Pasien tampak sesak
nafas
- Terdapat otot bantu
pernafasan
- Pernafasan lambat
- RR : 14 x/m
- Pasien mengeluh
lemah badan
- Terpasang O2 nasal
kanul 4 lpm
-
2 DS : Kelemahan Intoleransi Aktivitas
- Pasien mengatakan
lemah badan
- Pasien mengatakan
sesak napas dan
jantung berdebar-
debar
- Pasien mengatakan
masih merasa
lemah walaupun
sudah beristirahat
DO
- TTV : TD :
95/70mmHg, R :
14x/m, S: 36,5 N :
60x/m
- Tampak pasien
dalam keadaan
tirah baring
- Gambaran EKG
ST Elevasi
- respon normal
dengan laju R-R
50x/m, HR :
60x/m, Irama
reguler, Internal
PR: 0,04 detik dan
Durasi QRS : 0,08
detik.
- CKMB : 39 U/L
- Troponin T 1025
ng/L
2 Faktor Risiko: Risiko Penurunan
- Gambaran EKG Curah Jantung
ST Elevasi
- respon normal
dengan laju R-R
50x/m, HR :
60x/m, Irama
Reguler, Internal
PR: 0,04 detik dan
Durasi QRS : 0,08
detik.
- TD : 95/70 mmhg
- RR : 14x/m
- CKMB : 39 U/L
- Troponin T 1025
ng/L
3 Faktor Risiko: Risiko Perfusi Perifer
- CRT > 3 detik Tidak Efektif
- TD : 95/70mmHg
- Nadi :60x/m
- Mukosa bibir kering
- Akral teraba dingin
- Hasil EKG : ST
Elevasi

N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas di tandai dengan
DO : Pasien mengeluh sesak nafas
DO :
- Pasien tampak sesak nafas
- Terdapat otot bantu pernafasan
- Pernafasan lambat
- RR : 14 x/m
- Pasien mengeluh lemah badan
- Terpasang O2 nasal kanul 4 lpm
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh di tandai dengan:
DS :
- Pasien mengatakan lemah badan
- Pasien mengatakan sesak napas dan jantung berdebar-debar
- Pasien mengatakan masih merasa lemah walaupun sudah beristirahat
DO
- TTV : TD : 95/70mmHg, R : 14x/m, S: 36,5 N : 60x/m
- Tampak pasien dalam keadaan tirah baring
- Gambaran EKG ST Elevasi
- respon normal dengan laju R-R 50x/m, HR : 60x/m, Irama reguler, Internal PR:
0,04 detik dan Durasi QRS : 0,08 detik.
- CKMB : 39 U/L
- Troponin T 1025 ng/L
3 Risiko Penurunan curah jantung ditandai dengan
Faktor Risiko
- Gambaran EKG ST Elevasi
- respon normal dengan laju R-R 50x/m, HR : 60x/m, Irama Reguler, Internal PR:
0,04 detik dan Durasi QRS : 0,08 detik.
- TD : 95/70 mmhg
- RR : 14x/m
- CKMB : 39 U/L
- Troponin T 1025 ng/L
4 Risiko Perfusi Perifer tidak efektif di tandai dengan:
Faktor Risiko:
- CRT > 3 detik
- TD : 95/70mmHg
- Nadi :60x/m
- Mukosa bibir kering
- Akral teraba dingin
- Hasil EKG : ST Elevasi
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan hambatan selama 3x8 jam diharapkan Pola Napas Observasi
upaya nafas di tandai dengan membaik dengan kriteria hasil:  Monitor frekuensi, irama, kedalaman
DO : Pasien mengeluh sesak Pola Napas (L.010040) dan upaya napas
nafas 1. Penggunaan otot bantu napas  Monitor pola napas
DO : menurun  Monitor saturasi oksigen
- Pasien tampak sesak nafas 2. Frekuensi napas membaik (40- Terapeutik
- Terdapat otot bantu 60x/menit)  Memberikan posisi semifowler
pernafasan 3. Kedalaman napas membaik Edukasi
- Pernafasan lambat  Jelaskan tujuan dan prosedur
- RR : 14 x/m pemantauan
- Pasien mengeluh lemah Kolaborasi
badan  Kolaborasi pemberian oksigen
- Terpasang O2 nasal kanul
4 lpm
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan keperawatan selama 3 Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan kelemahan x 24 jam, diharapkan konservasi energi Observasi
tubuh di tandai dengan: meningkat dengan kriteria hasil :  Monitor kelelahan fisik dan
DS : Konservasi Energy (L.05042) emosional
- Pasien mengatakan  Aktivitas fisik yang Terapeutik
lemah badan direkomendasikan meningkat (5)
- Pasien mengatakan sesak  Sediakan lingkungan nyaman dan
 Aktivitas yang tepat meningkat rendah stimulus
napas dan jantung
berdebar-debar (5)  Lakukan Latihan rentang gerak
- Pasien mengatakan pasif dan atau aktif
masih merasa lemah  Fasilitasi duduk di sisi tempat
walaupun sudah
tidur, berpindah dan berjalan
beristirahat
DO Edukasi
- TTV : TD : 95/70mmHg,  Anjurkan melakukan aktifitas
R : 14x/m, S: 36,5 N : secara bertahap
60x/m
- Tampak pasien dalam Terapi Aktifitas (I.05186)
keadaan tirah baring Observasi
- Gambaran EKG ST  Identifikasi kemampuan
Elevasi
berprtisipasi dalam aktivitas
- respon normal dengan
laju R-R 50x/m, HR :  Monitor respon emosional, fisik
60x/m, Irama reguler, Terapeutik
Internal PR: 0,04 detik  Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis
dan Durasi QRS : 0,08 ambulasi, mobilisasi dan
detik. perawatan diri)
- CKMB : 39 U/L
 Libatkan keluarga dalam aktifitas
- Troponin T 1025 ng/L
Edukasi
 Cara melakukan aktivitas yang
dipilih

3 Risiko Penurunan curah jantung Setelah dilakukan keperawatan selama 3 Perawatan Jantung (I.02075)
ditandai dengan x 24 jam, diharapkan curah jantung Observasi
Faktor Risiko meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi tanda/gejala primer
- Gambaran EKG ST Curah Jantung (L.02008) penurunan curah jantung (meliputi
Elevasi  Kekuatan nadi perifer meningkat dispnea, kelelahan, edema,
- respon normal dengan (5) ortopnea, paroxysmal nocturnal
laju R-R 50x/m, HR :  Tekanan darah membaik (5) dyspnea, peningkatan CVP)
60x/m, Irama Reguler,
 Dispnea menurun (5)  Identifikasi tanda/gejala sekunder
Internal PR: 0,04 detik
dan Durasi QRS : 0,08 penurunan curah jantung (meliputi
detik. penigkatan berat badan,
- TD : 95/70 mmhg hepatomegaly, distensi vena
- RR : 14x/m jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
- CKMB : 39 U/L oliguria, batuk, kulit pucat)
- Troponin T 1025 ng/L
 Monitor tekanan darah
 Monitor EKG
 Monitor aritmia (Kelainan irama
dan frekuensi)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
Terapeutik
 Posisikn pasien Semi-Fowler atau
Fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai
(mis, batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol dan makanan
tinggi lemak)
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
 Berikan dukungan emosional dan
spiritual
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
Edukasi
 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
 Anjurkan beraktifitas secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia
4 Risiko Perfusi Perifer tidak Setelah dilakukan keperawatan selama 3 Perawatan Sirkulasi (I.02079)
efektif di tandai dengan: x 24 jam, diharapkan perfusi perifer Observasi
Faktor Risiko: meningkat dengan kriteria hasil :  Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi
- CRT > 3 detik Perfusi Perifer (L.02011) perifer, edema, pengisian kapiler,
- TD : 95/70mmHg  Pengisian kapiler membaik (5) warna, suhu, ankle brachial index)
- Nadi :60x/m  Akral membaik (5)  Identifikasi faktor resiko gangguan
- Mukosa bibir kering  Warna kulit pucat menurun (5) sirkulasi (mis, diabetes, perokok,
- Akral teraba dingin orang tua, hipertensi dan kadar
- Hasil EKG : ST Elevasi kolesterol tinggi)
Terapeutik
 Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cedera
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
 Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis,
melembabkan kulit kering pada
kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Keperawatan Hari/tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
. Jam
1 Pola nafas tidak efektif Selasa, 29 Juni 2021 Memonitor frekuensi, irama, Selasa, 29 Juni 2021
berhubungan dengan 07.45 kedalaman dan upaya napas 14:00
hambatan upaya nafas di H : RR: 14x/menit, irama S :
tandai dengan reguler, retraksi otor bantu - Pasien mengatakan masih merasa
DO : Pasien mengeluh sesak pernapasan sesak
nafas O:
DO : Memonitor pola napas - RR: 14x/menit
- Pasien tampak sesak H : pasien tampak sesak - SpO2 99%
nafas - Retraksi otot bantu napas
- Terdapat otot bantu Memonitor saturasi oksigen - Pernapasan lambat
pernafasan Hasil : SpO2 99 % - pasien tampak sesak
- Pernafasan lambat
- RR : 14 x/m Memberikan posisi semi fowler A:
- Pasien mengeluh lemah H : klien diberikan posisi - Penggunaan otot bantu napas
badan semifowler dengan posisi kepala belum menurun
- Terpasang O2 nasal 30 derajat - Frekuensi napas belum
kanul 4 lpm membaik (40-60x/menit)
Menjelaskan tujuan dan prosedur - Kedalaman napas belum
pemantauan membaik
H : ibu klien mengerti dan P :
memahami tentang tujuan dan Pemantauan Respirasi (I.01014)
prosedur yang dilakukan Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
Mengkolaborasikan dalam kedalaman dan upaya napas
pemberian oksigen - Monitor pola napas
H : pasien terpasang O2 nasal - Monitor saturasi oksigen
kanul 4 liter - Kolaborasi pemberian oksigen

2 Intoleransi aktivitas Selasa, 29 Juni 2021 Memantau kelelahan dan Selasa, 29 Juni 2021
berhubungan dengan kemampuan pasien dalam
kelemahan tubuh di tandai 08.00 aktifitas 14.00
dengan: H : Pasien mengatakan merasa S:
DS : lemah badan, mengatakan sulit  Pasien mengatakan badan
- Pasien mengatakan untuk bergerak lebih, merasa masih terasa lemah
lemah badan sesak saat melakukan aktifitas  Pasien mengatakan masih
- Pasien mengatakan berlebih atau mengubah posisi
sesak napas dan secara berlebih merasa sesak saat melakukan
jantung berdebar- aktifitas seperti terlalu banyak
debar 08.05 Menyediakan lingkungan yang bergerak
- Pasien mengatakan nyaman  Keluarga mengatakan bahwa
masih merasa lemah H : Memberikan pasien posisi akan membantu pasien untuk
walaupun sudah berbaring ditempat tidur dengan mengubah posisi setiap 2 jam
beristirahat posisi semi fowler, memastikan
DO keadaan dengan mengedukasi
- TTV : TD : keluarga jika pasien ingin O:
95/70mmHg, R : beristirahat jauhkan atau  Pasien tampak terbaring
14x/m, S: 36,5 N : minimalkan keributan saat ditempat tidur
60x/m beristirahat, begitupun kepada  Pasien tampak lemah
- Tampak pasien dalam pengunjung pasien lainnya
 Pasien tampak diberikan posisi
keadaan tirah baring
09.00 Membantu melakukan aktifitas miring kanan dan kiri
- Gambaran EKG ST
Elevasi dengan Latihan miring kiri  Pemberian posisi miring kanan
- respon normal dengan maupun miring kanan denga dan kiri dibantu oleh keluarga
laju R-R 50x/m, HR : melibatkan keluarga
60x/m, Irama reguler, H : Pasien dilakukan atau diatur A : Masalah intoleransi aktivitas
Internal PR: 0,04 detik posisi miring kanan dan kiri
belum teratasi sesuai dengan kriteria
dan Durasi QRS : 0,08 setiap 2 jam untuk
meminimalkan masalah sesak hasil
detik.
- CKMB : 39 U/L yang akan timbul ketika pasien
beraktifitas lebih, pasien P:
- Troponin T 1025 ng/L
diberikan latihan rentang gerak Lanjutkan Intervensi
pada bagian ekstremitas sesuai  Monitor status kelelahan
dengan toleransi  Kemampuan berprtisipasi
dalam aktivitas
Menganjurkan melakukan  Pantau dan Latih aktivitas yang
09.10 aktifitas secara bertahap dengan bisa dilakukan
melakukan aktifitas yang dipilih
H : Pasien dan keluarga
mendengarkan anjuran yang
diberikan untuk melakukan
aktifitas seperti miring kanan
dan kiri kepada pasien

3 Risiko Penurunan curah Selasa, 29 Juni 2021 Selasa, 29 Juni 2021


jantung ditandai dengan
Faktor Risiko 07.00 Memberikan posisi Semi-Fowler 14.00
- Gambaran EKG ST S:
atau Fowler
Elevasi  Pasien mengatakan badan
H : Pasien telah diposisikan semi
- respon normal dengan masih terasa lemah
laju R-R 50x/m, HR : fowler dengan merasa nyaman
60x/m, Irama Reguler, terhadap posisi yang diberikan
O:
Internal PR: 0,04 detik 07.23
dan Durasi QRS : 0,08 Mengidentifikasi tanda dan  Pasien tampak lemah
detik. gejala penurunan curah jantung  Tanda-tanda vital
- TD : 95/70 mmhg H : Pasien mengatakan merasa TD 140/71 mmHg, , N :
- RR : 14x/m lemah badan, merasa 67x/menit, R : 18 x/menit, SB
- CKMB : 39 U/L sesak saat melakukan 36,7 ºC
- Troponin T 1025 ng/L aktifitas berlebih atau  Nadi :67x/m
mengubah posisi secara
berlebih, nadi teraba A:
lemah, Gambaran EKG : Masalah Penurunan Curah Jantung
Atrial Fibrilasi
belum teratasi sesuai dengan kriteria
07.26
Memeriksa Tanda-tanda vital hasil
H : TD 150/90 mmHg, HR :
65x/m N : 64 x/menit, R : P : Lanjutkan Intervensi
16 x/menit, SB 36,5 ºC  Identifikasi tanda dan gejala
09.20 penurunan curah jantung
Kolaborasi pemberian digoxin  Pantau ttv
H : Pasien mendapat atau  Pantau hasil EKG
diberikan obat digoxin 0,25/ 24  Pantau alat pacu jantung
Jam melalui syringe pump  Atur posisi semi fowler
09.26  Anjurkan tirah baring
Memeriksa Tanda-tanda vital
 Kolaborasi pemberian
H : TD 100/70 mmHg, N : 111
Furosemid 200 mg dan digoxin
x/menit, R : 13 x/menit, SB 36,4
0,25 g IV
ºC

10.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 110/64mmHg, N : 110
x/menit, R : 18 x/menit, SB 36,2
ºC

11.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 130/71 mmHg, N : 130
x/menit, R : 14 x/menit, SB 36,2
ºC
12.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 100/63 mmHg, N : 112
x/menit, R : 16 x/menit, SB 36,3
ºC
13.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 81/51 mmHg, N : 105
x/menit, R : 18 x/menit, SB 36,2
ºC
4 Risiko Perfusi Perifer tidak Selasa, 29 Juni 2021 Selasa, 29 Juni 2021
efektif di tandai dengan:
Faktor Risiko: 07.20 Memantau sirkulasi perifer 14.00
- CRT > 3 detik H : Pasien dilakukan S:
- TD : 95/70mmHg pemeriksaan CRT > 3 detik, nadi  Pasien mengatakan badan
- Nadi :60x/m teraba lemah, Mukosa, akral masih terasa lemah
- Mukosa bibir kering teraba dingin,  Keluarga mengatakan akan
- Akral teraba dingin memperhatikan asalah kulit
- Hasil EKG : ST Elevasi 07.25 Memantau pasien dengan
menghindari pengukuran atau akan memberikan
tekanan darah pada ekstremitas perawatan kulit pada pasien
dengan keterbatasan perfusi
H : Pasien terpasang alat O:
pengukuran darah dibagian  CRT > 3 detik
lengan kanan dan terhubung
langsung ke monitor  Nadi 67x/m
 Mukosa bibir kering
09.20 Menganjurkan untuk
mengkonsumsi atau menerima
obat pengontrolan tekanan darah A : Masalah Perfusi Perifer Tidak
secara teratur dan rehabilitasi Efektif belum teratasi sesuai dengan
masalah kesehatan jantung kriteria hasil
H : keluarga dan pasien
menerima dengan setiap P : Lanjutkan Intervensi
tindakan yang akan diberikan  Pantau sirkulasi perifer
 Lakukan hidrasi

IMPLEMENTASI HARI KE DUA


No Diagnosa Keperawatan Hari/tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
. Jam
1 Pola nafas tidak efektif Rabu, 30 Juni 2021 Memonitor frekuensi, irama, Rabu, 30 Juni 2021
berhubungan dengan 07.45 kedalaman dan upaya napas 14:00
hambatan upaya nafas di H : RR: 13x/menit, irama S :
tandai dengan reguler, retraksi otor bantu - Pasien mengatakan masih merasa
DO : Pasien mengeluh sesak pernapasan sesak
nafas O:
DO : Memonitor pola napas - RR: 15x/menit
- Pasien tampak sesak H : pasien tampak sesak - SpO2 99%
nafas - Retraksi otot bantu napas
- Terdapat otot bantu Memonitor saturasi oksigen - Pernapasan lambat
pernafasan Hasil : SpO2 99 % - pasien tampak sesak
- Pernafasan lambat
- RR : 14 x/m Memberikan posisi semi fowler A:
- Pasien mengeluh lemah H : klien diberikan posisi - Penggunaan otot bantu napas
badan semifowler dengan posisi kepala belum menurun
- Terpasang O2 nasal 30 derajat - Frekuensi napas belum
kanul 4 lpm membaik (40-60x/menit)
Menjelaskan tujuan dan prosedur - Kedalaman napas belum
pemantauan membaik
H : ibu klien mengerti dan P :
memahami tentang tujuan dan Pemantauan Respirasi (I.01014)
prosedur yang dilakukan Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
Mengkolaborasikan dalam kedalaman dan upaya napas
pemberian oksigen - Monitor pola napas
H : pasien terpasang O2 nasal - Monitor saturasi oksigen
kanul 4 liter - Kolaborasi pemberian oksigen
2 Intoleransi aktivitas Rabu, 30 Juni 2021 Memantau kelelahan dan Rabu, 30 Juni 2021
berhubungan dengan kemampuan pasien dalam
kelemahan tubuh di tandai 08.00 aktifitas 14.00
dengan: H : Pasien mengatakan merasa S:
DS : lemah badan, mengatakan sulit  Pasien mengatakan badan
- Pasien mengatakan untuk bergerak lebih, merasa masih terasa lemah
lemah badan sesak saat melakukan aktifitas  Pasien mengatakan masih
- Pasien mengatakan berlebih atau mengubah posisi
sesak napas dan secara berlebih merasa sesak saat melakukan
jantung berdebar- aktifitas seperti terlalu banyak
debar 08.05 Menyediakan lingkungan yang bergerak
- Pasien mengatakan nyaman  Keluarga mengatakan bahwa
masih merasa lemah H : Memberikan pasien posisi akan membantu pasien untuk
walaupun sudah berbaring ditempat tidur dengan mengubah posisi setiap 2 jam
beristirahat posisi semi fowler, memastikan
DO keadaan dengan mengedukasi
- TTV : TD : keluarga jika pasien ingin O:
95/70mmHg, R : beristirahat jauhkan atau  Pasien tampak terbaring
14x/m, S: 36,5 N : minimalkan keributan saat ditempat tidur
60x/m beristirahat, begitupun kepada  Pasien tampak lemah
- Tampak pasien dalam pengunjung pasien lainnya
 Pasien tampak diberikan posisi
keadaan tirah baring
09.00 Membantu melakukan aktifitas miring kanan dan kiri
- Gambaran EKG ST
Elevasi dengan Latihan miring kiri  Pemberian posisi miring kanan
- respon normal dengan maupun miring kanan denga dan kiri dibantu oleh keluarga
laju R-R 50x/m, HR : melibatkan keluarga
60x/m, Irama reguler, H : Pasien dilakukan atau diatur A : Masalah intoleransi aktivitas
Internal PR: 0,04 detik posisi miring kanan dan kiri
belum teratasi sesuai dengan kriteria
dan Durasi QRS : 0,08 setiap 2 jam untuk
meminimalkan masalah sesak hasil
detik.
- CKMB : 39 U/L yang akan timbul ketika pasien
beraktifitas lebih, pasien P:
- Troponin T 1025 ng/L
diberikan latihan rentang gerak Lanjutkan Intervensi
pada bagian ekstremitas sesuai  Monitor status kelelahan
dengan toleransi  Kemampuan berprtisipasi
Menganjurkan melakukan dalam aktivitas
09.10 aktifitas secara bertahap dengan  Pantau dan Latih aktivitas yang
melakukan aktifitas yang dipilih bisa dilakukan
H : Pasien dan keluarga
mendengarkan anjuran yang
diberikan untuk melakukan
aktifitas seperti miring kanan
dan kiri kepada pasien

3 Risiko Penurunan curah Rabu, 30 Juni 2021 Rabu, 30 Juni 2021


jantung ditandai dengan
Faktor Risiko 07.00 Memberikan posisi Semi-Fowler 14.00
- Gambaran EKG ST S:
atau Fowler
Elevasi  Pasien mengatakan badan
H : Pasien telah diposisikan semi
- respon normal dengan masih terasa lemah
laju R-R 50x/m, HR : fowler dengan merasa nyaman
60x/m, Irama Reguler, terhadap posisi yang diberikan
O:
Internal PR: 0,04 detik 07.23
dan Durasi QRS : 0,08 Mengidentifikasi tanda dan  Pasien tampak lemah
detik. gejala penurunan curah jantung  Tanda-tanda vital
- TD : 95/70 mmhg H : Pasien mengatakan merasa TD 950/75 mmHg, , N :
- RR : 14x/m lemah badan, merasa 66x/menit, R : 15 x/menit, SB
- CKMB : 39 U/L sesak saat melakukan 36,7 ºC
- Troponin T 1025 ng/L aktifitas berlebih atau  Nadi :66x/m
mengubah posisi secara
berlebih, nadi teraba A:
lemah, Gambaran EKG : Masalah Penurunan Curah Jantung
Atrial Fibrilasi
07.26 belum teratasi sesuai dengan kriteria
Memeriksa Tanda-tanda vital hasil
H : TD 100/90 mmHg, HR :
66x/m N : 64 x/menit, R : P : Lanjutkan Intervensi
14 x/menit, SB 36,5 ºC  Identifikasi tanda dan gejala
09.20 penurunan curah jantung
Kolaborasi pemberian digoxin  Pantau ttv
H : Pasien mendapat atau  Pantau hasil EKG
diberikan obat digoxin 0,25/ 24  Pantau alat pacu jantung
Jam melalui syringe pump
 Atur posisi semi fowler
09.26  Anjurkan tirah baring
Memeriksa Tanda-tanda vital
 Kolaborasi pemberian
H : TD 100/75 mmHg, N : 111
Furosemid 200 mg dan digoxin
x/menit, R : 13 x/menit, SB 36,4
0,25 g IV
ºC

10.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 110/64mmHg, N : 110
x/menit, R : 16 x/menit, SB 36,2
ºC

11.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 110/71 mmHg, N : 130
x/menit, R : 14 x/menit, SB 36,2
ºC
12.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 100/63 mmHg, N : 112
x/menit, R : 16 x/menit, SB 36,3
ºC
13.26
Memeriksa Tanda-tanda vital
H : TD 81/51 mmHg, N : 105
x/menit, R : 18 x/menit, SB 36,2
ºC
4 Risiko Perfusi Perifer tidak Selasa, 29 Juni 2021 Selasa, 29 Juni 2021
efektif di tandai dengan:
Faktor Risiko: 07.20 Memantau sirkulasi perifer 14.00
- CRT > 3 detik H : Pasien dilakukan S:
- TD : 95/70mmHg pemeriksaan CRT > 3 detik, nadi  Pasien mengatakan badan
- Nadi :60x/m teraba lemah, Mukosa, akral masih terasa lemah
- Mukosa bibir kering teraba dingin,  Keluarga mengatakan akan
- Akral teraba dingin memperhatikan asalah kulit
- Hasil EKG : ST Elevasi 07.25 Memantau pasien dengan
menghindari pengukuran atau akan memberikan
tekanan darah pada ekstremitas perawatan kulit pada pasien
dengan keterbatasan perfusi
H : Pasien terpasang alat O:
pengukuran darah dibagian  CRT > 3 detik
lengan kanan dan terhubung
langsung ke monitor  Nadi 67x/m
 Mukosa bibir kering
09.20 Menganjurkan untuk
mengkonsumsi atau menerima
obat pengontrolan tekanan darah A : Masalah Perfusi Perifer Tidak
secara teratur dan rehabilitasi Efektif belum teratasi sesuai dengan
masalah kesehatan jantung kriteria hasil
H : keluarga dan pasien
P : Lanjutkan Intervensi
menerima dengan setiap  Pantau sirkulasi perifer
tindakan yang akan diberikan  Lakukan hidrasi
OUTLINE JURNAL PENELITIAN

No Judul Penelitian dan Metodologi Intervensi Kesimpulan dan saran Implikasi Terhadap
Tujuan Penelitian Keperawatan
Setempat
1 Pengaruh Posisi Tidur Menggunakan Memberikan Kesimpulan, dari penelitian ini yaitu Pemberian posisi
Semi Fowler 45 ̊ rancangan quasy- Posisi semi Terdapat perubahan kualitas tidur pasien semi fowler adalah
Terhadap Kualitas experimen dengan fowler 45 ̊ atau gagal jantung setelah diberikan posisi semi salah satu tindakan
Tidur Pasien Gagal pre-post test setengah duduk fowler 45 ̊pada kelompok intervensi di yang dapat dilakukan
Jantung Di Ruang controlled grup. ruang ICCU RSUD SoedarsoPontianak. dan bersifat non
ICCU RSUD dr. Pengambilan sampel Tidak terdapat perubahan kualitas tidur farmakologi sehingga
Soedarso Pontianak dilakukan dengan pasien gagal jantung pada kelompok kontrol dapat membantu
Tujuan : purposive sampling di ruang ICCU RSUD dr. Soedarso proses penerapan
Mengetahui adanya dengan sampel Pontianak. Tidak terdapat perbedaan yang asuhan keperawatan.
pengaruh posisi tidur berjumlah 16 pada bermakna antara kualitas tidur kedua
semi fowler 45 ̊ masing-masing kelompok yang telah diberikan posisi semi
terhadap kualitas tidur kelompok. Analisis fowler 45 ̊.
pasien gagal jantung data dengan uji
di ruang ICCU RSUD paired sampel t-test Saran:
dr. Soedarso dan independent Perawat perlu untuk menentukan sudut
Pontianak. sampel t-test dengan posisi tidur yang paling sesuai dengan
nilai p ≤0,05 kebutuhan pasien dalam meningkatkan
kualitas tidur,sehingga diharapkan dapat
mengoptimalkan penyembuhan dan
menurunkan komplikasi serta mortalitas
pasien gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai