Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan makhluk hidup dan alam semesta dimana perlu dilakukan suatu eksperimen dalam
rangka penguatan secara konseptual (Sudjino dan Waljinah 2009). Hakikat IPA meliputi
empat unsur utama yaitu : Pertama, sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menyebabkan timbulnya masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Kedua, proses: prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Ketiga, produk
: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh
yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Puskur, 2007).
Salah satu bagian dari IPA adalah fisika. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang
memerlukan pengamatan dan pengukuran yang dilakukan melalui percobaan-percobaan
(Sani, 2012). Fisika merupakan bagian dari sains adalah pengetahuan yang telah disusun
secara sistematik, terorganisir, didapatkan melalui observasi dan ekperimentasi serta
bermanfaat bagi manusia. Mengacu kepada pengertian ini, jelas bahwa fisika harus diawali
dengan melakukan observasi dan eksperimentasi, yang berarti sangat mengutamakan proses
tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan (Sundoro, dkk, 2013).
Beberapa materi pokok dalam pembelajaran fisika, kurang dapat diterima siswa jika
hanya mengutamakan teoritis saja karena pembelajaran fisika berhubungan dengan peristiwa
sehari-hari dalam kehidupan manusia, sehingga siswa butuh sesuatu yang dapat dilihatnya
dalam sebuah percobaan mengenai fisika (Lia & Sani, 2018).
Eksperimen atau kegiatan praktikum sangat penting untuk dilakukan, karena jika
kegiatan praktikum dilaksanakan setidaknya akan dapat meningkatkan motivasi, pemahaman,
serta keterampilan personal sosial siswa (Rahayu, dkk., 2014). Kenyataannya, untuk
melakukan kegiatan praktikum khususnya praktikum fisika dalam suatu pembelajaran di
sekolah tidak mudah dan tidak berjalan dengan baik. Kegiatan praktikum ini sering menemui
hambatan seperti permasalahan waktu dan keterbatasan fasilitas yang dimiliki sekolah seperti
keterbasan alat, bahan, dan bahkan tidak tersedianya laboratorium di sekolah.
Hambatan-hambatan tersebut menyebabkan kegiatan praktikum tidak berjalan dengan
baik, bahkan kegiatan praktikum sama sekali tidak dilakukan sehingga guru menggantikan
kegiatan praktikum menjadi kegiatan pembelajaran di dalam kelas seperti biasanya tanpa
praktikum yang menjadikan pelajaran fisika adalah pelajaran yang membosankan sehingga
siswa tidak menguasai pelajaran dengan baik dan maksimal.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan dilakukannya praktikum
menggunakan media pembelajaran virtual atau biasa disebut dengan Virtual Physics
Laboratory (VPL). Salah satu media pembelajaran berbasil VPL adalah algodoo. Algodoo
merupakan

Anda mungkin juga menyukai