Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN INTRANATAL CARE (INC)


DI PUSKESMAS GENDING PROBOLINGGO

DI SUSUN OLEH:
Hafidhoh Iqro'ul M
14901.07.20010

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN INTRANATAL CARE (INC)
DI PUSKESMAS GENDING PROBOLINGGO

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Probolinggo, April 2021


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan

LEMBAR KONSULTASI
No. Tanggal Pembimbing Evaluasi/Saran Paraf

LAPORAN PENDAHULUAN
INTRA NATAL CARE
A. DEFINISI INC
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpatru) sejak uterus berkontrasi dan
menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu bila
kontrasi uterus tidak mengakibatkan perubahan servik (Manuaba, 2019).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2018).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bu;an, lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Power (kontraksi atau HIS ibu)
Otot rahim atau myometrium berkontraksi dan memendek
(relaksasi) selama kala I persalinan. Kontraksi atau HIS yang perlu
Anda kaji pada ibu bersalin kala I adalah:
a. Frekuensi
Dengan cara menghitung banyaknya kontraksi selama 1
menit (misalnya, terjadi setiap 3–4 menit).
b. Durasi
Dengan cara menghitung lama terjadinya kontraksi, tercatat
dalam hitungan detik (misalnya, setiap kontraksi berlangsung
45–50 detik).
c. Intensitas
Kekuatan kontraksi. Hal ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada bagian fundus perut ibu dan
digambarkan sebagai:
1) Ring : dinding rahim mudah menjorok selama kontraksi.
2) Seda
a : dinding rahim tahan terhadap lekukan selama kontraksi.
3) Kuatn : dinding rahim tidak dapat indentasi selama kontraksi.

Intensitas, frekuensi dan durasi kontraksi HIS.


2. Passageway (Jalan lahir)
Bagian ini meliputi tulang panggul dan jaringan lunak leher
rahim/ serviks, panggul, vagina, dan introitus (liang vagina). Bentuk
panggul ideal untuk dapat melahirkan secara pervaginam adalah
ginekoid. Anda bisa melihat berbagai macam bentuk panggul
pada wanita.

Berbagai tipe panggul (ginekoid, android, anthropoid, platipeloid).


3. Passenger (janin, plasenta dan ketuban)
Passenger yang dimaksud disini adalah penumpang/janin.
Passenger/janin dan hubungannya dengan jalan lahir, merupakan
faktor utama dalam proses melahirkan. Hubungan antara janin dan
jalan lahir termasuk tengkorak janin, sikap janin, sumbu janin,
resentasi janin, posisi janin dan ukuran janin.
Bagian presentasi kepala janin
4. Psikologis ibu
Pengalaman seorang ibu dan kepuasan selama proses
persalinan dan kelahiran dapat ditingkatkan bila ada koordinasi tujuan
diadakannya kolaborasi antara ibu dan tenaga kesehatan dalam
rencana perawatan. Jika cemas ibu berlebihan maka dilatasi/
pelebaran serviks akan terhambat sehingga persalinan menjadi
lama serta meningkatkan persepsi nyeri. Jika ibu mengalami
kecemasan maka akan meningkatkan hormone yang berhubungan
dengan stress seperti beta–endorphin, hormone adrenocorticotropic,
kortisol dan epineprin. Hormon–hormon tersebut mempengaruhi
otot polos uterus. Jika hormon tersebut meningkat maka
menurunkan kontraktilitas (kontraksi) uterus (kontraksi) uterus.
5. Posisi Ibu
Posisi ibu melahirkan dapat membantu adaptasi secara anatomis
dan fisiologis untuk bersalin.

Berbagai posisi ibu bersalin.

C. JENIS – JENIS PERSALINAN


Menurut Manuaba (2018), persalinan dibedakan menjadi:
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Macam-macam persalinan :
a. Partus precipitates
Bila persalinan berlangsung sangat cepat (2 jam sejak tanda
persalinan janin sudah lahir).
b. Partus dengan tindakan
Bila persalinan dilakukan dengan bantuan alat .
c. Painless Labor
Merupakan persalinan dengan mengurangi rasa nyeri pada ibu.
D. SEBAB – SEBAB TERJADINYA PERSALINAN
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum persalinan, terjadi penurunan kadar
hormone estrogen dan progesterone dimana progesterone bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
ketegangan pembuluh darah sehingga timbul his apabila kadar
progesteron menurun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim menjadi meregang dan membesar sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot rahim yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.

d. Teori iritasi mekanik


Di belakang serviks terletak ganglion servikale yang apabila
digeser atau ditekan akan menyebabkan kontraksi uterus.
e. Induksi persalinan
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan:
a) Gagang laminaria merupakan beberapa laminaria dimasukkan
dalam kanalis servikale dengan tujuan merangsang
frankenhauser.
b) Amniotomi merupakan pemecahan ketuban.
c) Oksitosin drip merupakan pemberian oksitosin menurut tetesan
per-infus (Rustam Mochtar, 2019).
f. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior.
Dengan menurunnya kadar progesterone akibat tuanya kehamilan,
maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan
dapat dimulai.
g. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh dicidua. Prostaglandin memicu
terjadinya persalinan. Prostaglandin memegang peranan penting
dalam proses pematangan serviks pada manusia. Prostaglandin
utama yang dihasilkan oleh serviks adalah PGE2, PGI2 dan PGFα2
yang peningkatannya dihubungkan dengan proses pematangan
serviks. Prostaglandin memberikan efek stimulasi otot polos uterus
sehingga memberikan stimulan yang baik untuk kontraksi uterus dan
menyebabkan portio melunak.
h. Teori berkurangnya nutrisi janin
Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat
tuanya placenta akan memberikan feed back ke otak bahwa hasil
konsepsi harus segera dikeluarkan (Sarwono, 2016)
E. TANDA – TANDA TIMBULNYA PERSALINAN
a. His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan
menimbulkan pembukaan serviks. Kontraksi rahim dimulai dari
kedua pace maker yang letaknya didekat kornu uteri, bergeser ke
tengah secara digital, kemudian ke bawah ke dekat serviks.
Kontraksi menjadi sirkuler. Penyebab nyeri terjadi karena tekanan
pada serat-serat saraf oleh otot-otot serviks ketika dilatasi dan oleh
serat-serat otot rahim ketika kontraksi. His yang menimbulkan
pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif.
Ciri-ciri his efektif:
a) Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.
b) Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.
c) Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
d) Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
e) Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
f) Kekuatan his dengan amplitudo 40-60 mmHg
g) Lama his berkisar antara 40-60 detik (Manuaba, 2018)
b. Show
Show adalah keluarnya lendir bercampur darah dari vagina.
Pengeluaran darah disebabkan karena stress pada jaringan yang
menyebabkan kerusakan dan robeknya pembuluh darah waktu
pembukaan serviks (Manuaba, 2018).
c. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Pembukaan dipastikan dengan
memperkirakan garis tengah lubang serviks. Serviks dikatakan
membuka lengkap jka garis tengahnya berukuran 10 cm.
Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis
yang semula panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali hingga
hanya tinggal osteum yang tipis setipis kertas. Jika panjang serviks
berkurang menjadi setengah maka terjadi pendataran 50 persen,
jika serviks tidak lagi memiliki panjang maka pendatarannya
sempurna atau 100 persen. (Obstetri Williams, 2017)
F. GERAKAN UTAMA PADA MEKANISME PERSALINAN
a. Enggagement
a) Diameter biparietal melewati PAP
b) Nullipara terjadi pada 2 minggu sebelum persalinan
c) Multipara terjadi pada permulaan persalinan

b. Decent (Turunnya Kepala )


Turunnya presentasi pada inlet disebabkan karena 4 hal, yaitu :
a) Tekanan cairan air ketuban
b) Tekanan langsung oleh fundus uteri
c) Kontraksi diafragma dan otot perut (kala III)
d) Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus
c. Fleksi
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan
sutura sagittalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Bila sutura
sagittalis terdapat dalam diameter anteroposterior dari pintu atas
panggul, maka masuknya kepala janin tentu lebih sukar, karena
menempati ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Bila sutura
sagittalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, ialah tepat di antara
symphisis dan promontorium, maka dikatakan kepala dalam
synclitismus. Pada synclitismus os parietale depan dan belakang
sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati
symphisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka
disebut asynclitismus. Asynclitismus posterior ialah apabila sutura
sagittalis mendekati symphisis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan. Asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagittalis mendekati promontorium sehingga os parietale
depan lebih rendah dari os parietale belakang. Majunya kepala
karena kepala mendapat tekanan dari serviks, dinding panggul atau
dasar panggul, fleksi (dagu lebih mendekati dada).
d. Internal Rotation
Bagian terendah janin memutar ke depan, ke bawah symphysis
merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan posisi
jalan lahir. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan majunya kepala,
rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
e. Extention
Extention adalah defleksi kepala yang terjadi karena sumbu pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas. Setelah subocciput
tertahan pada pinggir bawah symphysis sebagai hypomoclion, maka
lahirlah occiput, muka dan dagu.
f. Eksternal Rotation
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah punggung
anak untuk menghilangkan torsi akibat putar paksi dalam.
g. Expulsi
Bahu depan berada di bawah symphysis sebagai hypomoclion
sehingga lahirlah bahu belakang, bahu depan dan badan seluruhnya.
G. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Kala I Persalinan :
a) Batasan Kala I
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
servik menjadi lengkap (10 cm). Berdasarkan kemajuan pembukaan
maka Kala I dibagi menjadi:
1. Fase Laten
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan servik secara bertahap
2) Berlangsung hingga servik membuka kurang 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
4) Kontraksi mulai teratur tetapi intervalnya diantara 20 -30 detik.
2. Fase Aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi
3x atau lebih dalam waktu sepuluh menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai bukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Fase aktif dibagi menjadi 3 periode:
 periode akselerasi: pembukaan 3 menjadi pembukaan 4 cm
dalam waktu 2 jam.
 periode dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung sangat
cepat deri pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.
 periode deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali dari
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam
(Sarwono, 2008).
b) Tanda dan Gejala Inpartu:
1. Penipisan dan pembukaan servik.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servik
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
3. Cairan lendir bercampur darah (“show”)
c) Perubahan Fisik pada Kala I:
1. Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dialirkan dari uterus dan
masuk ke dalam system vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan
curah jantung meningkat 10% - 15%.
2. Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (systole
rata-rata naik 15 mmHg, diastole 5-10 mmHg), antara kontraksi
tekanan darah kembali normal pada level sebelum persalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan
darah.
3. Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot
skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan
yang hilang.
4. Suhu Tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat selama persalinan. Peningkatan ini jangan
melebihi 0.5ºC sampai dengan 1ºC.
5. Detak Jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi,
detak jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
6. Perubahan Pernapasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen, terlihat
dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hyperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan
hypocapnea (CO2 menurun).
7. Perubahan neurologi
Perubahan sensoris terjadi pada saat wanita memasuki tahap
pertama persalinan.
8. Perubahan muskuloskeletal
Sistem mengalami stress selama persalinan. Nyeri punggung
dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi
sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.
9. Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan
oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus
dan peningkatan plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap
biasa dalam persalinan.
10. Perubahan Pencernaan
Ibu dapat mengalammi diare pada awal persalinan. Mual dan
sendawa dapat terjadi sebagai respon reflek terhadap dilatasi
serviks lengkap.
11. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan
persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesterone
dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin serta oksitosin.
12. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
postpartum.
d) Komplikasi Kala I
1. Deteksi Komplikasi Pada Fase Laten
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaaan serviks secara bertahap. Penyulit yang
mungkin terjadi pada fase laten:
Fase Laten Memanjang
Tanda dan gejala merupakan pembukaan serviks tidak melewati 4
cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang teratur.
Manajemen:
1) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan servik,
mungkin pasien belum in partu.
2) Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan servik,
lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
3) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
4) Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian
oksitosin selama 8 jam, maka persiapan rujukan.
2. Deteksi Komplikasi Pada Fase Aktif
1) Deteksi pada kemajuan persalinan.
a) Fase aktif memanjang
Tanda dan gejala :
 Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf.
 Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam pada primi atau 2
cm per jam pada multi.
 Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik.
Manajemen :
 Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memilki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir.
b) Inersia uteri
Tanda dan gejala :
 Frekuensi His kurang dari 3 his per 10 menit
 Durasinya kurang dari 40 detik.
Manajemen :
 Nutrisi cukup
 Mobilisasi atau ubah posisi
 Upayakan kandung kemih/rectum kosong
 Rangsang puting susu
 Lakukan oksitosin drip.
 Jika semua tindakan telah dilakukan dan tetap tidak ada kemajuan
maka persiapan rujukan
c) Ring bandle
Tanda dan gejala :
 Nyeri yang hebat pada perut bagian bawah
 Kontraksi hipotonik
 Muncul tanda-tanda pre syok
 Fetal distress
Manajemen :
 Infus cairan RL
 Rujuk
2) Deteksi pada kesejahteraan janin.
a) Gawat janin
Tanda dan gejala :
 DJJ <120 kali dalam 1 menit
 DJJ >160 dalam 1 menit
Manajemen :
 Beri oksigen
 Ibu berbaring miring kiri
 Pantau DJJ tip 15 menit
 Bila dalam 1 jam tidak normal, rujuk
3) Deteksi pada kesejahteraan ibu
a) Dehidrasi
Tanda dan gejala :
 Suhu > 38oC
 Nadi >100x/menit
Manajemen :
 Istirahat baring
 Minum banyak
 Kompres untuk menurunkan suhu
b) Infeksi
Tanda dan gejala :
 Suhu > 380C
 Menggigil.
 Nyeri abdomen.
 Cairan ketuban berbau.
Manajemen :
 Baringkan ibu miring kiri.
 Pasang infuse RL.
 Rujuk.
c) Syok
Tanda dan gejala :
 Nadi cepat dan lemah lebih dari 110x/menit.
 TD menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)
 Pucat.
 Berkeringat
 Nafas cepat lebih dari 30x/menit.
 Produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
Manajemen :
 Baringkan ibu miring ke kiri.
 Jika memungkinkan naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
aliran darah ke jantung.
 Pasang infuse RL.
 Rujuk.
b. Kala II Persalinan
a) Batasan Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga
disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II berlangsung selama
rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida dan selama ½ hingga 1
jam pada multipara. Transisi dari kala I ke kala II kerap kali terjadi
dengan sangat cepat pada multipara. Kala II terjadi dengan kontraksi
uterus yang kuat, penggunaan otot abdomen dan diafragma untuk
menekan janin kebawah, pergeseran otot dasar panggul, dilatasi
vagina, penipisan dan pemanjangan perineum, serta penonjolan vulva
yang puncaknya adalah dengan kelahiran bayi.
b) Tanda dan Gejala Kala II
Tanda dan gejala dari kala II antara lain:
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
dan/atau vaginanya.
3. Perineum menonjol.
4. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah:
1. Pembukaan serviks telah lengkap.
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
c) Perubahan Fisik pada Kala II
1. Perubahan kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan curah jantung sekitar 30-50 % pada
tahap kedua persalinan.
2. Perubahan pernapasan
Pada tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-
obatan, maka dia akan mengkonsumsi oksigen hampir 2 kali lipat.
Kecemasan juga akan meningkatkan pemakaian oksigen.
3. Perubahan integument
Jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina. Tingkatannya berbeda-beda pada setiap individu.
Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi
robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekaligus
tidak dilakukan episitomy.
4. Perubahan Muskuloskletal
Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-
jari kaki dapat menimbulkan kram kaki.
5. Perubahan Neurologi
Endorphin endogen meningkatkan ambang nyeri dan
menimbulkan sedasi. Selain itu anesthesia fisiologis jaringan
perineum, yang ditimbulkan tekanan bagian presentasi
menurunkan persepsi nyeri.
6. Perubahan Pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas
melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama kala II, motilitas dan absorpsi saluran cerna
menurun dan pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum
dicerna setelah bersalin.
d) Komplikasi Kala II
1. Tali pusat menumbung
Tanda dan gejala:
1) Teraba tali pusat saat pemeriksaan dalam
Manajemen :
1) Bila DJJ +, rujuk dengan posisi terlentang dan kepala janin ditahan
oleh 2 jari penolong dari dalam vagina
2) Atau Ibu dengan posisi sujud bokong lebih tinggi dari kepala
3) Bila DJJ -, beritahu ibu dan keluarga tentang kondisinya dan
penatalaksanaannya sesuai persalinan kala II
2. Perubahan DJJ
Tanda dan gejala :
1) Takikardi (>160 dlm 10 menit)
2) Bradikardi (<100 dlm 10 menit)
Manajemen:
1) Pantau DJJ tiap 15 menit
2) Beri O2
3) Ubah posisi ibu dengan miring kiri
4) Periksa adanya prolapsus tali pusat
5) Pastikan lama persalinan yang diharapkan
6) Bila tidak ada perbaikan, segera rujuk
3. Kelelahan maternal
Tanda dan gejala :
1) Ibu tampak lemah
2) Apatis
3) Dehidrasi
4) Suhu dan nadi meningkat

Manajemen :
1) Pencegahan adalah cara yang terbaik
2) Koreksi ketidak seimbangan cairan elektrolit
3) Rujuk bila keadaan menurun
4. Dystocia
Sebab-sebab dystocia dapat dibagi dalam 3 golongan besar:
1) Dystocia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar
kurang kuat.
 Karena kelainan his: inertia uteri atau kelemahan his merupakan
sebab terpenting dari dystocia.
 Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix
baru pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus
abdominis atau karena sesak nafas.
2) Dystocia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak
lintang, letak dahi, hydrocephalus atau monstrum.
3) Dystocia karena kelainan jalan lahir: panggul sempit, tumor-tumor yang
mempersempit jalan lahir.
5. Partus macet
Adalah tidak adanya kemajuan pada kala II dalam hal :
1) Penurunan bagian bawah janin

2) Putaran paksi dalam


3) His adekuat
e) Asuhan Kala II
1. Persiapan penolong persalinan
1) Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus menjadi
bagian dari perlengkapan untuk menolong persalinan dan proses
penjahitan. Sarung tangan harus diganti bilanterkontaminasi, robek,
atau bocor.
2) Perlengkapan perlindungan diri: celemek yang bersih, penutup
kepala, masker penutup mulut, dan pelindung mata.
3) Persiapan tempat persalinan, peralatan, dan bahan
4) Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
5) Persiapan ibu dan keluarga; asuhan saying ibu, membersihkan
perineum ibu, dan mengosongkan kandung kemoh
6) Amniotomi bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap
2. Menolong kelahiran bayi
1) Posisi ibu saat melahirkan dapat dengan posisi apapun kecuali pada
posisi berbaring terlentang.
2) Pencegahan laserasi.
3) Melahirkan kepala. Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm),
letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 di bawah
bokong dan disiapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi. Setelah kepala bayi lahir, memeriksa belitan tali
pusat pada leher.
4) Melahirkan bahu.
5) Melahirkan seluruh tubuh bayi.
3. Pemantauan yang dilakukan selama kala II persalinan
1) Nadi ibu setiap 30 menit.
2) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.
3) DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit.
4) Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan
abdomen dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi.
5) Warna cairan ketuban bila selaputnya sudah pecah.
6) Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau
terkemuka.
7) Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.
8) Kehamilan kembar yang belum diketahui sebelum bayi pertama lahir.
9) Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada
catatan perkembangan (APN, 2008).
4. Pendampingan pada kala II
1) Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran
bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
2) Membantu ibu untuk berganti posisi.
3) Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
4) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai
kelahiran bayinya.
6) Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan
cara memberikan bimbingan, menawarkan bantuan kepada ibu,
mengurangi perasaan tegang dan menjawab pertanyaan ibu.
7) Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan
untuk meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat
sewaktu tidak ada his.
8) Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan &
kelahiran dengan cara: memberikan dukungan dan semangat kepada
ibu dan keluarga, menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan,
melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran
c. Kala III Persalinan
a) Batasan Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III
persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina. Kala III persalinan dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya placenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit.
b) Tanda dan Gejala Kala III
1. Seluruh badan bayi sudah lahir
2. Ada tanda-tanda terlepasnya plasenta:
 Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
 Tali pusat memanjang.
 Semburan darah mendadak dan singkat.
c) Perubahan Fisik Kala III
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus
sekitar di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.
d) Komplikasi Kala III
No Gejala Gejala penyerta Kemungkina
n Dx
1 Perdarahan Pucat Robekan
Segera atau primer Lemah jalan lahir
Darah segar Menggigil
mengalir
Uterus kontraksi
baik
Plasenta lengkap
2 Plasenta belum Tali pusat putus Retensio
lahir Inversion uterus plasenta
setelah 30 menit Perdarahan
Perdarahan segera lanjut
Kontraksi uterus
baik
3 Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversion uteri
lumen vagina Pucat, limbung
tersisa masa
Tampak tali pusat
Perdarahan segera
Nyeri
4 Perdarahan segera Syok Ruptura uteri
(intra abdomen) Nyeri tekan

d. Kala IV Persalinan
a) Batasan Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2
jam pertama post partum (setelah placenta lahir). Dalam periode ini
penting untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi yang kuat.
b) Penilaian Perdarahan dan Tingkat Robekan Perineum.
Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan yaitu
kurang dari 500cc. suatu cara untuk menilai kehilangan darah
adalah dengan melihat dan memperkirakan berapa banyak botol
500cc yang dapat menampung darah tersebut. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi
ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila
perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran
menurun serta terjadi tekanan darah sistolik turun lebih dari 10
mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih
dari 500cc. (APN, 2008)
Tingkat robekan atau laserasi perineum diklasifikasi berdasarkan luas
robekannya yaitu:
1. Derajat I mencakup mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit
perineum.
2. Derajat II mencakup derajat I ditambah dengan otot perineum.
3. Derajat III mencakup derajat II ditambah dengan otot sfingter ani.
4. Derajat IV mencakup derajat III ditambah dengan dinding depan
rectum.
c) Perubahan Fisik Kala IV
1. Letak fundus korpus uteri yang berkontraksi kira-kira dipertengahan
umbilicus dan symphisis atau sedikit lebih tinggi.
2. Korpus uteri sebagian besar terdiri dari myometrium yang
dibungkus oleh serosa dan dilapisi oleh desidua.
3. Dinding anterior dan posterior berada pada posisi erat (menempel),
masing-masing tebalnya 4-5 cm karena pembuluh darah tertekan
oleh kontraksi myometrium.
d) Komplikasi Kala IV
1. Perdarahan karena robekan servix
Setelah persalinan kalau ada perdarahan walaupun kontraksi
uterus baik dan darah yang keluar berwarna merah muda harus
dilakukan pemeriksaan dengan speculum. Jika terdapat robekan
yang berdarah atau robekan yang lebih besar >1 cm, maka robekan
tersebut hendaknya dijahit. Untuk memudahkan penjahitan baiknya
fundus uteri ditekan ke bawah hingga cervix dekat dengan vulva.
Kemudian kedua bibir cervix dijepit dengan klem dan ditarik ke
bawah. Dalam melakukan jahitan robekan cervix ini yang paling
penting bukan jahitan lukanya tapi pengikatan dari cabang-cabang
arteria uterine.
2. Perdarahan postpartum karena sisa placenta
Jika pada pemeriksaan placenta ternyata jaringan placenta
tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dan cavum uteri.
Potongan-potongan placenta yang ketinggalan tanpa diketahui,
biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat. Kalau
perdarahan banyak hendaknya sisa-sisa placenta ini segera
dikeluarkan walaupun ada demam
H. PENATALAKSANAAN
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan
presentasi terendah dan kemajuan persalinan serta perineum
d. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
2. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap perdarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Keluhan: pasien datang dengan keluhan keluar darah campur lendir,
rasa mlas dan nyeri panggul dan perut.
b. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku atau budaya, agama,
tingkat pendidikan, dll.
c. Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil
keluhan yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan
pemeriksaan selama, kehamilan (ANC), hamil ke berapa
d. Riwayat Ginekologi
a) Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid
4.banyak haid 5.dismenorhoe 6. HPHT 7. HPL
b) Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
c) Riwayat KB: Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB
yang di gunakan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat
penyakit keturunan,ataupun penyakit menular.
e. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi
ada atau tidak, edema atau keluar air dari kemaluan serta nyeri
dibagian pinggang menjalar ke perut, serta merasa mulas.
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak,
warna kornea, sklera ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan, kesimetrisan, kebersihan
f. Pengkajian
1. Kala I
a. Memeriksa tanda-tanda vital.
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan
penurunan karakteristitik yang mengambarkan kontraksi
uterus: frekuensi, internal, intensitas, durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada
kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus, letrak janin, penurunan janin.
f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah,
ruptur membran, cairan amnion (warna, karakter dan jumlah).
2. Kala II
a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas
bibir, adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu
merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban
+/-, perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah
mengatakan saya ingin BA, pada waktu his kepala janin
tampak di vulva.
b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan,
jarak, intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui
vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida
berlangsung 45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30
menit.
3. Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1) Adanya kontraksi vunds yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke
bentuk bulat pipih sehingga plasenta bergerak kebagian
bawah
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat
plasenta akan keluar.
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan
vagina atau rektal , atau membran poetus terlihat pada
introitus).
6) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
b. Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan
dijumpai, curah jantung meningkat dengan cepat pada saat
sirkulasi maternal ke plasenta berhenti.didapatkan melalui
pemeriksaan: Suhu, nadi, dan pernafasan, pemeriksaan
terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan
primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-
tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan
4. Kala IV
a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar
untuk diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan
hipertermia. Pada kala IV observasi vital sign sangat penting
untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti :
pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama
dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari
cardiovaskuler.
b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung
kemih. Jika kandung kemih menengang akan mencapai
ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi
mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung kemih
dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi
perineum ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan
ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan
bekuannya.
d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau
menganjurkan untuk mengiring dan melenturkan kembali otot
otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat
bokong untuk melihat perineum.
e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan
sesuaikan dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur
biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam
pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan.
f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik
yang didapatkan selama persalinan akan berpengaruh
terhadap persepsi ketidaknyamanannya.
g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat
menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus
waspada adanya potensial komplikasi (Nurarif, 2015).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kala 1
a. Gangguan eliminasi urine
b. Nyeri Akut
c. Ansietas
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
2. Kala 2
a. Nyeri melahirkan
b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
c. Resiko Infeksi
3. Kala 3
a. Resiko kekurangan volume cairan
b. Resiko Infeksi
4. Kala 4
a. Nyeri akut
b. Gangguan perfusi jaringan perifer
c. Keletihan
d. Resiko infeksi
C. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan (SDKI) Kriteria Hasil Keperawatan (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI)
1 Pola Nafas Tidak Efektif Pola Nafas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan posisi Observasi
tubuh yang menghambat Indikator 1 2 3 4 5 1. Monitor pola napas
paru Dispnea 2. Monitor bunyi napas tambahan
a. Penggunaan otot bantu Penggunaan otot Terapeutik
b. Fase ekspirasi bantu napas 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
memanjang Pernapasan 2. Posisikan semi fowler
c. Pola nafas abnormal cuping hidung 3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/haro
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian bronkodilator

2 Gangguan Eliminasi Urine Pertukaran Gas Manajemen Eliminasi urine


berhubungan dengan Observasi
penurunan kapasitas kandung Indikator 1 2 3 4 5 1. identifikasi tanda gejala retensi
kemih Distensi kandung 2. Monitor eliminasi
a. Distensi kandung kemih kemih Terapeutik
Nokturia
b. Nokturia 1. catat waktu waktu dan haluran
Volume resude
urine
berkemih
c. Urine menetes
Edukasi
1. ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
2. anjurkan minum yang cukup
anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur

3 Nyeri Akut berhubungan Manajemen Nyeri


dengan Agens pencedera Tingkat Nyeri Observasi
fisik 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a) Tampak Meringis frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

b) Bersikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri

c) Gelisah 3. Identiifikasi respon nyeri non verbal

d) Frekuensi nadi meningkat Terapeutik


1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Indikator 1 2 3 4 5
Keluhan nyeri 2. Fasilitas istirahat dan tidur

Meringis 3. Kontrol lingkungan yang


Sikap protektif memperberat rasa nyeri
Gelisah Edukasi
Kesulitan tidur 1. Anjurkan memonitor nyeri
Berfokus pada diri secara mandiri
sendiri Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik

4 Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan


Resiko ketidaksimbangan
Indikator 1 2 3 4 5 Observasi
Cairan
Edema 1. Monitor tatus hidrasi
Dehidrasi 2. Monitor hasil laboratorium

Tekanan Terapeutik

darah 1. Catat intake-output


Membran 2. berikan asupan cairan
Mukosa 3. berikan cairan intravena
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, D., & Merlina, E. 2021. Determinan Kepatuhan Ibu Hamil Melakukan
Pemeriksaan Kehamilan. Jurnal Asuhan Ibu dan Anak, 6(1), 1-7.
Anwar, A., & Dharmayanti, I. 2014.Keseehatan Kehamiilan . Kesmas: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 8(8),
359-365.
Apriani, A., Firdayanti, F., & Sari, J. I.2019. Manajemen Asuhan Kebidanan
Antenatal Pada Ny” R” Usia Kehamilan 30-34 Minggu Dengan Anemia
Ringan Di Puskesmas Bontomarannu Gowa Tanggal 24 Juli-23 Agustus
2019. Jurnal Midwifery, 2(2).
Dewi, S. R. 2019. Aplikasi Sms Reminder Dengan Edukasi Untuk Mengatasi
Efisien Pengetahuan Pada Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Meningkatkan
Konsumsi Tablet Besi (Doctoral dissertation, Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Magelang).
Devi, D., Lumentut, A. M., & Suparman, E. 2021. Gambaran Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Dalam Pencegahan Anemia Pada Kehamilan Di
Indonesia. e-CliniC, 9(1).
Dewi, A. K., Dary, D., & Tampubolon, R. 2021. Status Gizi Dan Perilaku Makan
Ibu Selama Kehamilan Trimester Pertama. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas, 135-144.
Maryuni, M., Anandita, M. Y. R., & Anggraeni, L. 2021. Hubungan Pengetahuan
Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Dan Praktik Ibu Hamil Saat Mengalami
Komplikasi Kehamilan. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 5(1), 21-
27.
PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) : Jakarta
PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) : Jakarta
PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Jakarta
Putri, A. B. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bidan Dalam
Penatalaksanaan Kehamilan Dengan Hepatitis B Di Puskesmas Kota
Bandar Lampung (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai