Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber pembentuk Pancasila, mengetahui bentuk kepemimpinan yang dijiwai
Pancasila serta relevansi Pancasila sebagai dasar kepemimpinan negara-bangsa Indonesia di abad 21. Disini Pancasila dibahas
dalam kajian kepemimpinan pada administrasi publik. Pancasila sebagai ideologi negara-bangsa dilihat dari sumber
pembentuknya yang abstark. Praktek Kepemimpinan Pancasila juga mengambil contoh dari kedua pemimpin yaitu Ir. Soekarno
dan Ki Hadjar Dewantara. Relevansi Pancasila sebagai konsep dasar kepemimpinan negara-bangsa Indonesia dirangkai dalam
satu kajian ilmiah. Penelitian ini menggunaan teori kepemimpinan karismatik dalam ruang lingkup administrasi publik, teori
pendidikan kuno (Jawa), teori kebudayaan dan kearifan lokal, serta teori filsafat proses. Penelitian ini mengambil metode
kualitatif deskriptif dengan model analisis isi (kontent analysis).
Kata kunci : Pancasila, Kepemimpinan Karismatik, Kebudayaan dan Kerifan Lokal, dan Filsafat Proses.
This study aims to find out the source of Pancasila creation, the leadership form based Pancasila and the relevance of
Pancasila as the basis of Indonesian leadership in 21 st century. This part, Pancasila is discussed in the study of leadership and
public administration. Pancasila as national ideology is seen from the source of its abstract creation. Praktek Kepemimpinan
Pancasila takes the example from both leader that are Ir. Soekarno and Ki Hajar Dewantara. The relevance of Pancasila as the
basis Indonesian leadership concept is arranged in one scientific study. This study used charismatic leadership theory in the
scope of public administration, traditional education theory (Javanese), the theory of culture and local wisdom, and process
philosophize theory. This study used qualitative descriptive method with content analysis model.
Keyword: Pancasila, Charismatic Leadership,Culture and Local Wisdom, and Process Philosophize.
2
kedalaman pemahaman, keluwesan. Penelitian ini adalah entitas sosial yang disebut “gotong-royong”. Satuan-satuan
penelitian kualitatif deskriptif . penelitian ini juga aktual ini menjadi entitas prinsip dan mutlak ada
merupakan model penelitian sekunder yang menggunakan bagaimanapun bentuk pelaksanaannya dalam tugas dan
data sekunder sebagai data utama. fungsi pemerintah sehingga menjadikan Pancasila sebagai
Data penelitian ini adalah data yang siap pakai, dan objective immortality. Pemahaman Objective immortality ini
berhadapan langsung dengan literatur pada perpustakaan menjadikan Pancasila sebagai satuan abadi sebab
(Zed, 2004: h.4), sehingga teknik pengumpulan data didalamnya terdapat sila-sila yang terwarisi oleh satuan
penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi. sehingga abadi pula. Sila-sila tersebut bersatu membentuk satu
penelitian ini menggunakan analisi isi sebagai alat analisis. perilaku gotong-royong sebagai berikut:
Analisi isi sering dipergunakan untuk menggambarkan 1. Ketuhanan
kejadian atau proses kejadian di masyarakat. 2. Kemanusiaan
Sanders dalam Chadwick, dkk (1991: h.271) 3. Kebangsaan
menyatakan, jika analisis isi merupakan cara mendalam 4. Kedaulatan
untuk memperlajari perubahan sosial, karena tulisan tentang 5. Keadilan.
masyarakat baik dalam bentuk komunikasi tercetak maupun
komunikasi pribadi (verbal) mencerminkan perubahan- Pancasila Sebagai Sumber Gerak Indonesia
perubahan dalam nilai, kepercayaan dan perilaku. Dengan Proses subjektifikasi dan objektifikasi pada Pancasila
kalimat lain yang disampaikan oleh Rachmah Ida, bahwa membentuk dirinya sendiri dan membentuk satuan lain
penelitian ini adalah penelitian secara mendalam setelahnya. Dalam pandangan Administrasi Publik,
berdasarkan context, process, emergence dari dokumen yang Pancasila menjadi sumber dari pada sumber hukum, segala
diteliti sebagai kumpulan simbol dan lambang representasi peraturan dan kegiatan pemerintahan di Indonesia. Pancasila
kultural atau budaya dalam konteks masyarakat (Bungin, adalah sumber atau dasar dari Undang-Undang Dasar 1945,
2001: h.144-145). dan NKRI. Tidak hanya itu, Pancasila juga menjadi dasar
dari segala aturan tertulis dan tidak tertulis. Di antara satuan
Hasil Penelitian Dan Pembahasan aktual yang dihasilkan oleh Pancasila adalah Proklamasi
perolehan data dibuat dalam bentuk ringkasan materi. Kemerdekaan Indonesia, Pembukaan dan Undang-Undang
Kesemua literaur tersebut adalah Risalah Sidang Badan Dasar 1945, Manipol atau Usdek serta Jarek.
Penyelidikan Usaha-Usaha persiapan Kemerdekaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Proklamasi
Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Kemerdekaan sebagai satuan aktual baru dari datum
Indonesia (PPKI) oleh Sekretaris Negara Republik Pancasila. Pancasila tersebut dilaksanakan sebagai wujud
Indonesia; Dibawah Bendera Revolusi tulisan Ir. Soekarno; dari keberadaban manusia di dunia. Oleh sebab itu
Pendidikan tulisan Ki Hadar Dewanatara; Dokrtin Revolusi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyantumkan
Indonesia Bahan-Bahan Indoktrinasi Manipol oleh oedijo, kemerdekaan sebagai hak segala bangsa serta penjajahan
dkk; Pancasila Dasar Falsafah Negara oleh Prof. Dr. Mr. tidak sesuai dengan prinsip Pancasila. Maka gerak dari pada
Drs. Notonagoro; Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan seluruh Rakyat Indonesia adalah mengentaskan AMPERA
oleh Bernhard Dahm; Ki Hadjar Dewantara Dan Taman (Amanat Pendritaan Rakyat) yang berisi tiga hal, yaitu:
Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern oleh Abdurahman rakyat adil-makmur, negara persatuan (Indonesia), dan
Surjomihardjo; Ki Hadjar Dewantara oleh Departemen permusyawaratan.
Pendidikan dan Kebudayaan; Ki Hadjar Dewantara ayahku
oleh Bambang Sokawati Dewantara. Gaya Kepemimpinan
Pancasila sebagai kearifan konsep hidup menjadi satu
Pancasila pemimpin tunggal di Indonesia. Kearifan ini melihat satu
Sumber Pembentuk Pancasila hubungan pemimpin dan masyarakat dalam satu tujuan.
Pada pandangan administrasi publik, Pancasila menjadi Tujuan tersebut terikat dengan lingkungan lokal yang
hal dasar yang membentuk segala sesuatu yang ada di membangun satu kepemimpinan dalam moral, nilai-nilai,
Indonesia. Pancasila jika di lihat dalam filsafat proses atau dan kultur bangsa. Kearifan berpikir dan perbuatan
organisme Whitehead adalah suatu peristiwa atau pemimpin tersebut akan menimbulkan satu ketaatan yang
pengalaman, suatu proses yang aktif, dan bergiat mutlak. Kearifan tersebut juga sesuai dengan budi nurani
mewujudkan dirinya secara baru berbekal masa lalu yang kemanusiaan, dapat diterima logika, konsisten, dan sesuai
diwarisi sehingga menjadi suatu individu di tengah-tengah dengan segala sesuatu tanpa terkecuali. Konsep tersebut
individu yang lain. Pancasila mengalami berbagai masa dan adalah satu bentuk kepemimpinan dari filosofi administrasi
mengalami perubahan nama, tapi isi Pancasila tidak publik yang menempatkan keseimbangan antara manusia
mengalami perubahan sebab satuan aktual masa lalu yang dan kemampuan mengambil keputusan dalam tata kelola
mewarisinya. Konsep prehensi menyatukan semua satuan administrasi publik. Kepemimpinan adminsitrasi publik
aktual, objek-objek abadi, kreativitas serta keterkaitan yang luas tersebut secara konseptual terkumpul pada satu
Tuhan dalam proses natural sebagai satu realitas. Prehensi tipe kepemimpinan karismatik. Karakteristik kepemimpinan
memberikan bingkai jalannya proses „menjadi‟ Pancasila tersebut adalah seorang yang mempunyai kualitas tinggi dan
seperti yang dikenal saat ini. Prehensi juga merupakan satu berbeda dengan orang kebanyakan, hingga sebagian ahli
satuan aktual yang menyatukan seluruh unsur dasar menyatakannya sebagai perpaduan seorang Pramuka dan
Pancasila. Prehensi sebagai satu proses realitas menyerap Jesus Cris yang dikarunia kekuatan khusus.
satuan-satuan dari alam semesta dan membentuk Pancasila. Pada bagian ini diperlihatkan sifat dan karaktetistik
Kebudayaan dan kepercayaan asli tidak ditinggalkan kepemimpinan dari dua orang yang berbeda, yaitu Ir.
sebab hal tersebut adalah satuan pewaris dari Pancasila. Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara. Secara keseluruhan
Manusia sebagai subjek atau pelaku perjuangan mengambil hasil penelitian menyebutkan sifat, sikap dan karakteristik
unsur dari realitas sejarah serta keadaan saat itu sebagai kedua pemimpin tersebut digambarkan sebagai berikut:
datum (pengada). Pancasila tersebut bergerak dalam satu beliau berdua adalah seorang yang non-kooperatif,
3
mempunyai keyakinan yang kuat, anti terhadap Pancasila sebagai Solusi kepemimpinan Negara-bangsa
imperialisme dan kapitalisme, pemersatu yang ulung, Indonesia
mempunyai intelegensi tinggi dalam kemampuan Pancasila Sebagai Panduan Kepemimpinan Negara-
memahami dan mengerti keinginan rakyat, jujur dan adil, Bangsa Indonnesia.
idealis dan religius, berkemauan keras, seorang yang Berfikir eksklusif menimbulkan satu dimensi baru
terkenal, pemberani dan penyerang bagi musuh-musuhnya, yang disebut perang multi dimensi dengan merubah
dapat dipercaya, berperasaan yang luas, demokratis, sistematika berpikir secara eksklusif. Karenanya proses
nasionalis, revolusioner, berbudaya, teguh pendirian, kepemimpinan tidak seharusnya dilihat semata-mata dari
disiplin, dedikasi tinggi terhadap negara dan bangsa, berani perspektif waktu masa sekarang dalam eksklusifitas
mengambil keputusan, dan guru bagi rakyat. Sikap, sifat pemahanan satu golongan, tetapi harus mengantisipasi
dan karakter tersebut membuat Ir. Soekarno dianggap proses perubahan yang terjadi di masa depan demi
sebagai Mesias atau Ratu Adil bagi Indonesia dan Ki Hadjar tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara. Berfikir
Dewantara sebagai Penggagas Pendidikan Nasional. eksklusif terjadi sebuah blind impact dalam melihat kearifan
lokal dan wawasan bangsa yang telah membawa
Gaya Kepemimpinan Ir. Soekarno kemerdekaan Indonesia sebagai satu bangsa bebas. Konsep
Keberlanjutan penjelasan di atas menunjukkan gaya kepemimpinan tersebut tidak dapat keluar dari sumber
kepemimpinan Ir. Soekarno. Dalam pandangan administrasi negara dan bangsa yaitu Rakyat (manusia) yang mempunyai
Publik, Ir. Soekarno dapat dipandang sebagai seorang kemampuan alamiah serta terdidik untuk menjawab
pemimpin yang bergaya otokratis (tegas) sekaligus tantangan jaman. Pancasila dapat menjadi solusi untuk
demokratis. Ir. Soekarno adalah seorang pemimpin yang keberlanjutan Negara-Bangsa Indonesia terutama dalam
bertindak direktif atau langsung, sebab perjuangannya bidang kepemimpinan nasional. Dari kepemimpinan
melawan penjajah yang non-kooperatif terhadap nasional tantangan administrasi publik akan dapat
pemerintahan penjajah. Dalam kepemimpinannya hanya ada dipecahkan.
satu hal yang mutlak, itu adalah Pancasila sebagai satu Oleh sebab itu, Pancasila tanpa manusia tidak akan
Conscience of Man. berarti seperti pikiran administrasi yang menyatakan
manusia sebagai pusat inti dari segala gerak administrasi
Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara publik. Pancasila sebagai jiwa, dasar filosofi, pandangan
Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu pejuang hidup dan kepribadian manusia akan dapat menjawab
kemerdekaan Indonesia pula. Perlawanan terhadap penjajah tantangan jaman. Tantangan kepemimpinan publik abad 21
menciptakan dirinya sebagai seorang yang direktif terhadap dapat dihadapi jika Pancasila digerakkan kembali sebagai
norma serta aturan-aturan penjajah. Perlawan pikiran serta satu keutuhan dan senyawa hidup dalam diri manusia.
pendapat tentang kemerdekaan dan penindasan terlihat pada Dalam konsep administrasi publik senyawa tersebut
tulisannya yang berjudul “Andai Aku Seorang Belanda”. Ki merupakan inti dari kemampuan dan kekuatan manusia itu
Hadjar merupakan pemimpin yang selalu memberikan sendiri. Dalam konsep filosofi administrasi publik inti dari
pengarahan terhadap pengikutnya. Oleh sebab itu, dalam manusia bukan hanya kemampuan intelegensi otak semata,
gerak Taman Siswa dikenal dengan sikap “Among” yang melainkan intelegensi yang terpadu dalam kesejajaran
menuntut satu orang sebagai guru sekaligus pemimpin di emosional dan spiritual.
belakang dengan melihat pergerakan pengikut dan
mengarahkannya pada kebaikan. Sikap Among ini menjadi Pembelajaran Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
bentuk keluasan rasa yang membimbing pada kebaikan dan Pancasila sebagai kemampuan bagi pemimpin menjadi
sikap spiritual tinggi dari seorang Ki Hadjar Dewantara. satu isi jiwa baik intelegensi, emosional dan spiritual, maka
Akan tetapi, dirinya bukan orang yang sepenuhnya otokratis diperlukan satu konsep pembelajaran atau proses pendidikan
tanpa berpijak pada kebijakan hidup (spiritual) dan untuk menanamkan Pancasila sebagai isi dari jiwa
tujuannya untuk memerdekakan negara dan bangsa. pemimpin administrasi publik masa depan. Penanaman
Pancasila sebagai jiwa dari administrasi publik Indonesia
Kepemimpinan Ir. Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara harus dilakukan semenjak pemimpin tersebut berada di
adalah Cerminan Pancasila dalam kandungan. Dalam hal ini proses budaya dapat
Disebutkan bahwa salah satu pejuang yang ikut dalam dicontohkan dalam konsep pendidikan pre-natal dan post-
perumusan dasar negara tersebut adalah Ir. Soekarno dan Ki natal Indonesia. Adisasmita (1971: h.20) menyatakan jika,
Hadjar Dewantara. Beliau, dua di antara pejuang yang keadaan-keadaan badaniah dan rohaniah seseorang manusia
memperjuangkan Pancasila sebagai filosofi rakyat sekaligus termasuk dasar mental dan moralnya, itu sesungguhnya
pemimpin bangsa. Sikap, sifat dan karakteristik akibat-akibat dari kondisi dan pola dari “pengesti dan
kepemimpinannya mencerminkan kepribadian Pancasila. permasudhi” orang yang menurunkannya, ketika si turun itu
Ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah untuk belum dilahirkan, dan juga setelah si turun telah dilahirkan.
mufakat (kedaulatan Rakyat), keadilan dan kesejahteraan Pengesti dan permasudhi ini menjadi satu dasar dari
adalah isi dari Pancasila. Kekarismatikan kepemimpinan penanaman kecerdasan emosional dan spiritual dari calon
yang terlihat dalam diri beliau mencerminkan kecintaan dan pemimpin masa depan dalam Aji-Wiji. Ketika manusia
pengabdian penuh terhadap kemaslahatan bangsa dan menyandang pangkat pemimpin, berlimpah harta, dan mulia
negara. Kekarismatikan yang tampak dari beliau merupakan (bermartabat) tanpa disertai susila (Pancasila), manusia
satu cerminan tingkat tertinggi dari ketaqwaan serta tersebut disebut hampa.
pemahaman manusia terhadap Sang Pencipta. Oleh sebab itu, pendidikan sedari dini (Aji-Wiji) harus
Kekarismatikan kepemimpinan yang terlihat dalam diri dilaksanakan terutama oleh kedua orang tua yang akan
beliau mencerminkan kecintaan dan pengabdian penuh mewarisi sifat, sikap dan karakter (kepribadian) yang
terhadap kemaslahatan bangsa dan negara. berpancasila kepada turunannya. Ketika calon Pemimpin
tersebut lahir dimulailah pendidikan lahiriah yang disebut
zero mind process sebagai fase kesucian diri dari seorang
4
manusia. Kepemimpinan dengan Dasar Pancasila ini lebih menciptakan „Revolusi Indonesia‟ tahun 1959 sebagai
dari sebuah konsep kekuasaan satu tangan (diktator), model pendidikan berbangsa dan bernegara untuk
melainkan sebuah mekanisme proses kontinum untuk menciptakan cita-cita Proklamasi yang tercantum pada
mencapai satu cita-cita Negara seperti tertera dalam AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat).
Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia 1945. Dalam kepemimpinan, Pancasila merupakan satu
prinsip yang memadukan intelegensi, emosional (perasaan)
Hubungan IQ, EQ, SQ dengan Pancasila sebagai Skill dan spiritualitas pada satu gerakan pasti, yaitu “Gotong-
dan kekuatan Kepemimpinan Indonesia Masa Depan Royong”. Cita-cita Proklamasi adalah terwujudnya Negara-
Penguasaan teknis terhadap teknologi dapat dipejari Bangsa Indonesia yang sejahtera, makmur, cerdas, dan
dan diasah secara formal. Tetapi perilaku luar biasa damai secara integensi, emosional dan spiritual dalam satu
merupakan sifat dan sikap manusia sebab dasar kebaikan gerak gotong-royong. Dengan demikian patologi sebagai
dalam diri atau perbuatan melawan ketidak-adilan terhadap masalah administrasi publik dan kepemimpinan Indonesia
nurani tidak dapat dipelajari atau diperoleh dalam lapangan akan terhapuskan sebab masing-masing Rakyat telah
formal. Kebaikan tersebut adalah satu karunia manusia mempunyai kesadaran Pancasila, keinginan (kemauan)
sebagai fitrah (sifat universal). Diperlukan satu sifat dan Pancasila dan melaksanakan cita-cita Pancasila.
sikap spiritual kuat yang sejajar berdampingan dengan
intelegensi dan emosional, maka kepemimpinan yang Kesimpulan Dan Saran
dipraktekkan oleh Ir. Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara Kesimpulan
adalah satu contoh keseimbangan intelegensi, emosional dan Menarik benang merah pembahasan di atas, bahwa
spiritual. Pancasila adalah dasar dari Undang-Undang Dasar 1945 dan
Menjawab tantangan kepemimpinan publik abad 21 NKRI. Pancasila adalah kearifan konsep hidup dan
memerlukan keterpaduan antara intelegsi, emosional, dan pemimpin tunggal Indonesia yang dicontohkan oleh Ir.
spiritual (mind-body-soul). Keunggulan mind-body-soul Soekarno dan Ki Hadjar Dewantara. Sifat, sikap dan
menempatkan kecerdasan spiritual menjadi lokus karakteristik beliau mencerminkan Kepribadian Pancasila
kecerdasan sebagai pusat dan sebagai fasilitator kecerdasan dan kekarismatikan kepemimpinan sebagai tingkatan
intelektual dan emosional. Kesehatan spiritual menciptakan tertinggi eksistensi manusia dalam Bangsa dan Negara.
kesehatan intelegensi dan emosional, sehingga Maka tidak akan ada lagi perang multi dimensi yang
menimbulkan kedamaian hakiki, keamanan, penuh cinta, menimbulkan blind impact dalam melihat kearifan lokal dan
dan bahagia. Pemimpin memerlukan ketiga bentuk wawasan Bangsa dan Negara Indonesia. Dengan demikian
kecerdasan di atas untuk melaksanakan kepemimpinan Pancasila adalah satu-satunya solusi keberlanjutan dan
publik. Para pemimpin juga merupakan manusia-manusia jawaban atas tantangan kepemimpinan dan administrasi
yang jumlahnya sedikit, namun perannya dalam publik publik abad 21.
(Negara dan Bangsa) merupakan penentu keberhasilan dan
suksesnya cita-cita Proklamasi. Ketika dicermati dengan Saran
mendalam, esensi dari kecerdasan manusia (IQ, EQ, SQ) Tidak ada lagi cara-cara berfikir eksklusif yang
mencerminkan inti dari Pancasila. Inti sari Pancasila pernah menimbulkan bland impact dalam melihat kearifan dan
diperas menjadi tiga bentuk yang disebut Ir. Soekarno wawasan Negara dan Bangsa. Penanaman dan penumbuhan
sebagai Tri-Sila yang diantaranya adalah Sosio- Pancasila sebagai jiwa serta kepribadian pemimpin dapat
Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan. dilakukan dengan pendidikan Aji-Wiji dalam Pangesti dan
Sosio-nasionalisme adalah satu perwujudan rasa Permasudhi orang tua. Hal ini akan menciptakan
emosional yang bersumber dari kemampuan merasakan keseimbangan antara intelegensi, emosional dan spiritual
serta kesadaran diri. Perasaan yang ditampakkan oleh sosio- pemimpin yang terkait erat dalam gerak „Gotong-Royong‟
nasionalisme adalah kesadaran (empati) atas kepentingan baik gotong-royong dalam diri, dalam masyarakat maupun
dan kebutuhan orang lain. Sosio-demokrasi adalah bentuk dalam Negara dengan tujuan mengentas AMPERA.
tertinggi kecerdasan intelektual sebagai gerak dari tingkat
tertinggi intelegensi manusia. Sosio-demokrasi juga menjadi Daftar Pustaka
dasar terciptanya keadilan dan kemakmuran seluruh Rakyat Adisasmita, Ki Sumidi. 1971. Jasa-Jasa Jiwa-Besar
Indonesia. Kecerdasan intelektual mengedepankan logika Kartono-Kartini. Penerbit: Yayasan Sosrokartono
berpikir dari luasnya pengetahuan yang ditempa oleh Yogyakarta. Yogyakarta.
pengalaman sebagai keharusan sosial. Hal inilah yang juga Ana, Ika Dewi dkk. 2006. Pemikiran Para Pemimpin
diperhitungkan dalam sistem Pendidikan Nasional, bahwa Negara Tentang Pancasila Sebuah Bunga Rampai.
adat istiadat adalah kodrat-iradat yang alami dalam Penerbit: Aditya Media Yogyakarta. Yogyakarta.
kehidupan sosial, sehingga kecerdasan spiritual adalah Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif
tempat (sumber dan pusat) dari segala kecerdasan intelektual Katualisasi Metodologis ke Arah Garam Varian
dan emosional. Penerapan dan esensi Pancasila yang Kontemporer. Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada.
mengajarkan dan menyatukan pemimpin dan pengikutnya. Jakarta.
Manunggaling Kawula Gusti adalah cerminan inti spiritual Chadwick, Bruce A. dkk. 1991. Metode Analisis Ilmu
dari hati sanubari sebagai satu skill dan kekuatan manusia. Pengetahuan Sosial. Diterjemahkan oleh IKIP
Sebab itu, Pancasila menciptakan satu kejernihan berpikir Semarang Press. Penerbit: IKIP Semarang Press.
yang mempersatukan kecerdasan di dalam otak, rasa dari Semarang.
emosional, mengedepankan sifat dan sikap universal sebagai Makmur, H. 2007. Filsafat Administrasi. Penerbit: Bumi
satu kearifan serta bijaksanaan memilih dan melakukan Aksara. Jakarta.
sesuatu. Keterpaduan Pancasila dengan IQ, EQ, SQ ini Ridwan, Ali Nurma. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan
terkejawantahkan dalam pelaksanaan “Gotong Royong” Lokal. Diakses tanggal 3/01/12. Diakses dari
sebagai modal dan kekuatan rakyat. Dalam sejarah http://www.ibda.files.wordpress.com/.../2-landasan-
Pembangunan Indonesia secara lahir dan batin (IQ, EQ, SQ) keilmuan-kearifan-lokal.pdf
5
Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku
Organisasi, Edisi kelima. Penerbit: Erlangga.
Jakarta.
Sejati, Lanang. 2013. Ternyata DPR Bukan Lembaga
Terkorup. Kompasiana. Diakses dari
http://politik.kompasiana.com/2013/01/05/ternyata-
dpr-bukan-lembaga-terkorup-521603.html. Diakses
tanggal 31/12/2013.
Siagian, Sondang P. 1992. Kerangka Dasar Ilmu
Admsintrasi. Penerbit: PT. Rineka Cipta: jakarta.
Soedarsono, Soemarno. 2003. Membangun Kembali
Karakter Bangsa, Hari Depan Bangsa Ada Di
tangan Anda yang Memiliki Jati Diri. Penerbit: Pt.
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1986. Kuasa dan Moral. Penerbit:
Pt. Gramedia. Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1986. Kuasa dan Moral. Penerbit:
Pt. Gramedia. Jakarta.
Syam, Mohammad Noor. 2000. Pancasila Dasar Negara
Republik Indonesia wawasan Sosio-Kultural,
Filosifis dan Konstitusional. Penerbit: Laboraturium
Pancasila Universitas Negeri Malang (dh IKIP
Malang), Malang.
Tambunan, A.S.S. . UUD 1945 Sudah Diganti Menjadi
UUD 2002 Tanpa Mandat Rakyat. Orasi Politik.
Thoha, Miftah. 2010. Perilaku organisasi Konsep Dasar
Dan Aplikasinya. Penerbit: Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan.
Penerbit: Yayasan Obor, Jakarta.