4. REKOMENDASI KEBIJAKAN 36
ANALISIS PEMBANGUNAN
WILAYAH PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
1. KINERJA PEMBANGUNAN
WILAYAH
Pembangunan wilayah bertujuan
untuk meningkatkan daya saing wilayah,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mengurangi ketimpangan antarwilayah,
serta memajukan kehidupan masyarakat.
Pembangunan wilayah yang strategis
dan berkualitas menjadi harapan setiap
daerah di Indonesia.
1.1. PERKEMBANGAN
INDIKATOR UTAMA
Pembangunan wilayah selain
meningkatkan daya saing wilayah juga
mengupayakan keseimbangan
pembangunan antardaerah sesuai
dengan potensinya masing-masing.
Perkembangan indikator utama dalam
pembangunan wilayah meliputi
pertumbuhan ekonomi, pengurangan
pengangguran, dan pengurangan
kemiskinan dapat menggambarkan
capaian kinerja pembangunan wilayah
secara umum.
1
Laju Pertumbuhan
PDRB Atas Dasar
Harga Konstan
7
6
5
4
Persen /Tahun
3
2
1
0
2011 2012
Kalimantan Barat 5.5 5.91
Nasional 6.16 6.16
G
a
m
b
a
r
2
PDRB
Per
Kapita
ADHB
45,000.00
40,000.00
35,000.00
Rupiah
30,000.00
25,000.00
20,000.00
Ribu
15,000.00
10,000.00
5,000.00
0.00
2010 2011 2012 2013 2014
Kalimantan Barat 19,510.07 21,548.09 23,427.05 25,557.68 27,975.16
Nasional 28,778.17 32,336.26 35,338.48 38,632.67 42,432.08
G
a
m
b
a
r
3
Tingkat
Pengangg
uran
Terbuka
9
8
7
6
5
Persen
4
3
2
1
~2~
G
a
m
b
a
r
4
Persenta
se
Pendudu
k Miskin
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
Persen
8.00
6.00
4.00
2.00
-
2007 2008 2009 2010 2
Perkotaan 11.45 9.98 7.23 6.31 6
Perdesaan 13.47 11.49 10.09 10.06 9
Kalimantan Barat 12.91 11.07 9.30 9.02 8
Nasional 16.58 15.42 14.15 13.33 1
G
a
m
b
a
r
5
Dampak Pertumbuhan
Ekonomi
terhadap
Pengurangan
Jumlah
Penduduk
Miskin
Provinsi
Kalimantan
Barat Tahun
2008-2013
~4~
G
a
m
b
a
r
6
Dampak Pertumbuhan
Ekonomi terhadap
Peningkatan IPM
Provinsi
Kalimantan
Barat Tahun
2008-2013
~6~
tinggi seperti pertanian dan perkebunan. Tantangan lainnya adalah mengembangkan usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi yang mampu menyerap tenaga kerja di sektor informal.
Gambar 7
Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah
Pengangguran Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008-2013
G
a
m
b
a
r
8
Angka Partisipasi Sekolah
(APS) Pendidikan Dasar
Tahun 2013 (Persen)
100
96.86
90
85.65
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) 07-12 tahun
(APS) 07-12 tahun prov (APS) 13-15 tahun prov
~8~
9
Rata-Rata Lama Sekolah
dan Angka Melek Huruf
Tahun 2009-2013
2.1.2. Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan
salah satu kebutuhan penting untuk
pembangunan manusia. Penyediaan
fasilitas kesehatan menjadi salah satu
upaya dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan di Provinsi
Kalimantan Barat. Tingkat kesehatan
masyarakat Kalimantan Barat belum
menunjukkan hasil yang baik apabila
dilihat dari indikator kesehatan, seperti
angka kematian ibu, angka kematian
bayi dan balita, serta gizi buruk yang
masih terjadi. Angka kematian bayi di
Kalimantan Barat pada tahun 2012
sebanyak 31 kematian per 1000
kelahiran baru, sedangkan angka
nasional menunjukkan 34 kematian per
1000 kelahiran baru (Gambar 10). Angka
ini juga menunjukan adanya perbaikan di
Kalimantan Barat, dibandingkan
nasional.
Peningkatan proporsi persalinan
yang dibantu oleh tenaga medis
merupakan salah satu usaha dalam
mendukung kualitas pelayanan kesehatan.
Bila dilihat jumlah balita yang dilahirkan
dengan pertolongan tenaga medis
mencapai 73,68 persen pada tahun 2013.
Sedangkan yang dibantu dukun terlatih
sekitar 25,20 persen dan lainnya sekitar
1,13 persen. Kondisi ini menunjukan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
terutama untuk kesehatan ibu dan anak
semakin meningkat. Tenaga kesehatan
yang ada di Kalimantan Barat pada tahun
2014 sebanyak 235 dokter spesialis, 574
dokter umum,dan 118 dokter gigi. Masing-
masing menunjukkan peningkatan jumlah
dibanding tahun 2013 kecuali jumlah
dokter gigi.
G
a
m
b
a
r
1
0
Angka Kematian
Bayi Provinsi
Kalimantan Barat
50
45
40
35
30
25
AKB
20
15
10
5
0
2007 2010 2012
Kalimantan Barat 46 28 31
INDONESIA 39 26 34
T
a
b
e
l
1
Jumlah Puskesmas dan
Perawatan (Unit) Tahun 2014
Provinsi Kalimantan Barat
~10~
Puskes
No. Kabupaten/Kota Puskesmas
Peraw
10 Kab. Melawi 11
11 Kab. Kayong Utara 8
12 Kab. Kubu Raya 20
13 Kota Pontianak 23
14 Kota Singkawang 5
Provinsi 238
Nasional 9.731,00 3.37
Sumber: BPS, 2014
2.1.3. Perumahan
Arah kebijakan pada sasaran
pembangunan perumahan adalah
meningkatkan akses masyarakat
berpendapatan rendah terhadap hunian
yang layak, aman, terjangkau serta
didukung oleh penyediaan prasarana,
sarana, dan utilitas yang memadai.
Kebutuhan rumah layak huni di
Kalimantan Barat sangat besar,
mengingat masih banyaknya penduduk
yang belum memiliki rumah yang layak
ditempati, kepemilikan pemukiman yang
belum tertata, serta terdapat
keterbatasan lahan yang disebabkan
oleh kondisi fisik wilayah Kalimantan
Barat. Pemenuhan hunian yang layak
dengan didukung oleh prasaran, sarana,
dan utilitas yang memadai perlu
mendapatkan perhatian khusus.
Masyarakat berpenghasilan rendah
masih banyak yang belum tinggal di
rumah layak huni karena rendahnya
keterjangkuan mereka untuk
membangun maupun membeli rumah.
Aspek kesehatan dan kenyamanan
suatu rumah bagi masyarakat pada
umumnya sangat ditentukan oleh kuantitas
dan kualitas bahan bangunan yang
digunakan. Diantara bagian bangunan
yang dapat digunakan sebagai indikator
tingkat kesejahteraan rumah tangga
seperti luas lantai dan jenis dinding,
sumber penerangan dan sumber air
minum yang digunakan. Pembangunan
perumahan yang layak huni bagi
masyarakat juga harus memperhatikan
akses air minum dan sanitasi layak.
Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di
Kalimantan Barat yang mendapatkan
kriteria sanitasi dan air minum layak
cenderung meningkat, meskipun masih di
bawah nasional (Gambar 11). Jumlah
rumah tangga dengan kelayakan sanitasi
di Provinsi Kalimantan Barat meningkat
pada tahun 2011 ke tahun 2013, yaitu dari
45,32 persen menjadi 52,1 persen.
Sementara itu jumlah rumah tangga
dengan kriteria kelayakan air minum di
Kalimantan Barat selama 2010-2013 meningkat, namun kondisi sanitasi dan air minum
masih jauh di bawah rata-rata nasional.
Gambar 11
Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum
persen
45 50
persen
40
45
35
40
30 2010 2011 2012 2013
2010 2011 2012 2013
Kalimantan
Kalimantan 54.47 57.4 58.38 63.18
45.32 43.81 50 52.1 Barat
Barat
Nasional 44.19 63.48 65.05 67.73
Nasional 55.53 55.6 57.35 60.91
Pemilikan fasilitas air minum lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan
kondisi geografis suatu daerah. Akses terhadap air minum merupakan salah satu indikator
untuk melihat kualitas hidup seseorang. Untuk kondisi Kalimantan Barat berkurangnya rata-
rata curah hujan dan jumlah hari hujan di tahun 2014 ini berdampak pada penggunaan
sumber air minum utama. Air hujan dan air sungai masih merupakan sumber air minum
utama yang dikonsumsi oleh masyarakat atau rumah tangga, masing-masing sekitar 37,30
persen dan 13,80 persen dari total rumah tangga di Kalimantan Barat. Rumah tangga yang
sumber air minumnya menggunakan air kemasan, dan leding masih relative sedikit.
Demikian juga untuk rumah tangga yang menggunakan sumber air minum utama sumur dan
mata air baik terlindung maupun tidak terlindung juga masih relatif kecil.
Tantangan terbesar dalam meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi di
Kalimantan Barat adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengadakan perilaku
hidup bersih dan sehat. Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah
minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya
sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan
sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya
kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek
regulasi maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset. Penyediaan layanan sanitasi
belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air
minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan).
2.1.4. Mental/Karakter
Pembangunan karakter di setiap wilayah berbeda, tergantung dari budaya, agama, serta
kehidupan masyarakatnya. Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat
merupakan upaya meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap, berbuat dan
T
a
b
el
2
Data Pemeluk Agama, Tempat
Ibadah, Penyuluh PNS Provinsi
Kalimantan Barat
G
a
m
b
a
r
1
2
Bidang Organisasi
Kepemudaan di Provinsi
Kalimantan Barat
profesi hukum
kekeluargaan 1% 1%
3% kekaryaan
sosial 3%
kepartaian 3%
11% kegamaan
25%
kesiswaa
n
23%
kebangs
aan
30%
2.2.
ANALI
SIS
PEMB
ANGU
NAN
SEKT
OR
UNGG
ULAN
2.2.1.
Penge
mbang
an
Sektor
Panga
n
Terwujudnya kedaulatan pangan
merupakan salah satu cerminan
kemandirian ekonomi nasional. Pertanian
menjadi sektor strategis pembangunan di
Kalimantan Barat karena potensi
sumberdaya pertanian yang melimpah di
wilayah ini. Potensi tersebut perlu
dimanfaatkan dan dikembangkan untuk
ketahanan pangan masyarakat Kalimantan
Barat. Sumber pangan lokal di Provinsi
Kalimantan Barat antara lain padi, jagung,
kedelai, ubi kayu, peternakan, perkebunan,
dan perikanan. Produksi padi di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2015 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, dan
mencapai 1.394.882 ton (Gambar 13).
Peningkatan produksi ini disebabkan
karena bertambahnya luas panen seluas
dan produktivitas di wilayah ini.
G
a
m
b
a
r
1
3
Produksi (Ton) dan Produktivitas
(ton/Ha) Tanaman Padi Provinsi
Kalimantan Barat
1,500,000 60
1,441,876
1,450,000 50
1,394,882
1,400,000 40
1,372,988 1,372,695
1,350,000 30
1,300,100
1,300,000 20
1,250,000 10
1,200,000 0
2011 2012 2013 2014 2015
~14~
G
a
m
b
a
r
1
4
Produksi (Ton) dan Produktivitas
(Ku/Ha) Tanaman Jagung Provinsi
Kalimantan Barat
180,000 170,123
160,819 159,973
160,000
13
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
2011 2012 2013
G
a
m
b
a
r
1
5
Produksi (Ton) dan Produktivitas
(Ku/Ha) Tanaman Kedelai Provinsi
Kalimantan Barat
3,500 3,
3,000
2,500
2,027
2,000 1,677
1,500 1,339
1,000
500
0
2011 2012 2013 2
G
a
m
b
a
r
1
6
Produksi Daging
Provinsi
Kalimantan Barat
(Ton)
35,000
29,628
30,000
26,336
25,000
20,000 18,516
15,133
15,000
10,437 9,087
8,790
10,000 7,074 7,263 8,077
5,000
0
66 619 33 911 53 474 78 515 0 579
2010 2011 2012 2013 2014
~16~
G
a
m
b
a
r
1
7
Populasi Ternak
Unggas Provinsi
Kalimantan Barat
(Ekor)
25,000.00
21,967.90
21,262.40
20,000.00
17,634.10
15,000.00
10,000.00
6,77
5,857.60 5,885.60 5,901.40
5,000.00
2,977.90 2
2,025.00 2,334.00
435.2 441.4 646.9
0.00
2010 2011 2012
T
a
b
el
3
Sasaran Kedaulatan
Pangan Provinsi
Kalimantan Barat
Gambar 18
Rasio Elektrifikasi (%) Tahun
120
100
74.2
80
60
40
20
0
Pengembangan kelistrikan di
Kalimantan Barat terus ditingkatkan karena
wilayah ini masih mengalami defisit listrik.
Pembangkit Listrik di Kalimantan Barat
saat ini, terdiri dari pembangkit listrik PLN,
pembangkit listrik swasta, captive power
genset serta pembangkit listrik dari energi
baru terbarukan (PLTMH/PLTS).
Pembangkit PLN Wilayah Kalimantan
Barat pada tahun 2014 memiliki kapasitas
terpasang sebesar 502 megawatt, dengan
beban puncak mencapai 454 megawatt
meningkat 39,97 persen dibanding tahun
2013. Selama tahun 2014 jumlah energi
listrik produksi sendiri (termasuk sewa)
sebesar 2,2, juga megawatt hour (MWh)
dengan peningkatan 5,7 persen dari tahun
sebelumnya. Pembangunan 6 buah proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
berbahan bakar batubara, baru 1 unit
selesai dibangun dan telah beroperasi
yakni PLTU Sanggau dengan kapasitas
2x7 megawatt. Unit pembangkit lainnya
sedang dalam penyelesaian, yaitu PLTU 1
Kalbar 2x50 MW di Parit Baru, PLTU 2
Kalbar 2x27,5 MW (di Tajung Gundul),
PLTU Sintang 3x7 MW dan PLTU
Ketapang 2/10 MW. Apabila telah selesai
pembangunannya, diperkirakan akan
memasok energi listrik total sebesar 320
MW. PLN juga sedang dalam proses
membangun Sistem Transmisi Ngabang-
Tayan yang terkoneksi dengan sistem
Transmisi Bengkayang-Ngabang,
merupakan koneksi sistem Transmisi Jagoi
Babang-Kuching, yang dalam jangka
pendek dengan pertimbangan efisiensi
waktu dan biaya akan menggunakan
sumber listrik yang dibeli dari Kuching.
Pembelian listrik ini diharapkan akan dapat
mengatasi kebutuhan listrik dalam waktu
lebih cepat sebelum mampu menyediakan
listrik sendiri
~20~
Gambar 19
Produksi Perikanan (ton) Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2013
1%
6%
6%
20% 4
18%
G
a
m
b
a
r
2
0
Jumlah Tamu
yang Menginap
Tahun 2010-2014
~22~
belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain yang dihadapi adalah masih lemahnya
keterkaitan antar industri (industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri
kecil dan menengah), adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di
dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi
antardaerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu.
Potensi sumberdaya alam Kalimantan Barat yang besar dalam perekonomian harus
berimbas pada kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha mandiri, seperti
keberadaan industri rakyat. Sektor industri usaha mikro, kecil, dan menengah perannya
tidak begitu besar dalam pembentukan ekonomi Kalimantan Barat, namun berperan dalam
menciptakan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan di Provinsi Kalimantan Barat.
Industri manufaktur dengan skala industri besar/sedang yang mengolah sumberdaya alam
telah banyak yang beropersi dan mampu menyerap tenaga kerja cukup tinggi di Kalimantan
Barat (Tabel 5).
Tabel 5
Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Untuk Tenaga Kerja Perusahaan
Industri Besar/Sedang 2013
Keterangan:
15= Industri makanan dan minuman; 16= Industri pengolahan tembakau; 18=Industri pakaian jadi; 20= Industri kayu
dan barang-barang dari kayu (tidak termasuk furniture) dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya;
22=Industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman; 24= Industri kimia dan barang-barang dari bahan
kimia; 25= Industri Karet dan barang-barang dari karet; 26= Industri barang galian bukan logam; 27=Industri logam
dasar; 28.=Industri barang-barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya; 3= Industri alat angkutan selain
kendaraan bermotor roda empat atau lebih; 36= Industri furniture dan industri pengolahan lainnya.
~24~
Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat 2015
Provinsi Kalimantan Barat 2015
G
a
m
b
a
r
2
1
Perkembangan Kesenjangan
Ekonomi (Indeks Williamson)
2009-2013
0.90
0.78 0.78 0.80
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40 0.33 0.34 0.34
0.30
0.20
Kalimanta
0.10
0.00
2009 2010 2011
T
a
b
e
l
6
Perkembangan Nilai
PDRB Perkapita
ADHB dengan
Migas
Kabupaten/Kota
di Provinsi
Kalimantan Barat
Tahun 2008-2013
(000/jiwa)
~26~
T
a
b
e
l
7
Struktur PDRB
Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2014
Lapangan Usaha
Tabel 8
Nilai LQ Sektor Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat
Di Provinsi Kalimantan Barat terdapat potensi lahan luas dan subur untuk
meningkatkan ketahanan pangan untuk pemenuhan konsumsi lokal dan nasional.
Kalimantan Barat memiliki komoditas unggulan buah-buahan yang berlimpah dan telah
dikembangkan sebagai komoditas utama, seperti avokad, belimbing, duku/langsat, durian,
jambu biji, jeruk, manggis dan masih banyak jenis buah-buahan lainnya , mangga, dan
nangka/cempedak. Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya tenaga penyuluh
lapangan, baik dari segi jumlah maupun mutu, untuk melakukan tugas-tugas pendampingan,
terbatasnya sarana produksi terutama pestisida, terbatasnya sumber dana pengembangan,
rendahnya nilai tambah, dan rendahnya proses pengolahan.
Selama periode 2011-2015, perubahan orang bekerja di sektor perdagangan, jasa-
jasa, keuangan menunjukkan peningkatan tertinggi, sementara orang bekerja di sektor
pertambangan dan pertanian cenderung menurun (Tabel 9). Penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri pengolahan masih positif, menunjukkan lapangan kerja industri semakin
produktif. Ke depan, sektor industri pengolahan non migas masih perlu berkembang lagi
sehingga mampu menyerap angkatan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang
menumpuk di sektor perdagangan dan jasa-jasa dengan yang kurang produktif.
T
a
b
e
l
9
Perubahan Jumlah Orang
Bekerja Menurut Lapangan
Pekerjaan 2011-2015
No. Lapangan Pekerjaan 2011
1 Pertanian 1.294.491
2 Pertambangan 79.646
3 Industri Pengolahan 99.493
4 Listrik, Gas, Air 4.409
5 Bangunan 97.395
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 311.441
7 Angkutan & Telekomunikasi 51.545
8 Keuangan 21.002
9 Jasa-Jasa 232.277
Total 2.191.699
Sumber: BPS, 2014
2. Kurangnya Sumber
Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan
Dari sisi pengeluaran
(penggunaan) pendorong utama
pertumbuhan ekonomi selama
2007-2014 adalah pada ekspor.
Peningkatan penjualan komoditas
pertanian, perkebunan, dan pertambangan
menjadi pendorong utama peningkatan
ekspor di Provinsi Kalimantan Barat. Jika
terjadi penurunan produksi, hal ini tentunya
akan berdampak langsung terhadap kinerja
ekspor impor dan mempengaruhi
perekonomian daerah. Perekonomian
daerah memiliki ketergantungan tinggi
terhadap ekspor terhadap sumberdaya
alam (Tabel 10). Besarnya kontribusi
ekspor, konsumsi rumah tangga, dan
konsumsi pemerintah mendominasi
struktur perekonomian Kalimantan Barat,
sedangkan investasi (PMTB) yang sangat
penting bagi pertumbuhan daerah
kontribusinya berada di bawah ketiga
sektor tersebut. Investasi berperan
meningkatkan stok kapital di daerah yang
digunakan untuk berproduksi. Tingkat
investasi yang rendah akan diikuti oleh
terbatasnya kemampuan daerah untuk
memacu peningkatan produksi.
T
a
b
e
l
1
0
PDRB
Menurut
Penggunaa
n 2014
K
Penggunaan
ADHK
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 15
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerlntah 4,
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26
5. Perubahan Inventor! 1,
6. Ekspor Luar Negeri 63
7. Impor Luar Negeri 16
8. Net Ekspor Antar Daerah 5,
Total 100
Sumber : BPS, 2014
T
a
b
e
l
1
1
Kerapatan Jalan dan
PDRB Per Kapita
Provinsi Tahun 2014
PDRB Per
No. Provinsi Kapita ( Ribu Kerapatan
Rp) Jalan
1 DKI Jakarta 136.407,58 1068,36
2 D.I Yogyakarta 21.873,72 136,19
3 Bali 29.666,48 133,20
4 Jawa Tengah 22.858,32 90,56
5 Jawa Timur 32.703,80 89,03
6 Banten 29.961,85 70,84
7 Sulawesi Selatan 27.760,65 69,98
8 Jawa Barat 24.961,05 69,55
9 Kepulauan Riau 76.753,11 60,40
10 Lampung 23.648,76 56,85
11 Sumatera Barat 25.963,24 54,57
12 Sumatera Utara 30.482,59 50,41
13 Sulawesi Utara 27.804,68 49,14
14 Nusa Tenggara Barat 15.351,54 43,52
15 Bengkulu 19.631,40 43,06
16 Gorontalo 18.627,37 42,76
17 Nusa Tenggara Timur 10.742,42 42,10
18 Sulawesi Barat 19.211,14 41,93
19 Aceh 23.199,49 39,86
20 Sulawesi Tenggara 27.898,88 31,32
21 Sulawesi Tengah 25.316,32 30,38
22 Kalimantan Selatan 27.230,80 30,16
23 Kep Bangka Belitung 32.868,70 29,62
24 Riau 72.331,01 28,27
25 Jambi 36.088,33 26,65
26 Maluku Utara 16.872,31 19,39
~30~
PDRB Pe
No. Provinsi Kapita ( Ri
Rp)
27 Sumatera Selatan 30.62
28 Maluku 14.23
29 Kalimantan Timur 123.98
30 Kalimantan Barat 22.70
31 Kalimantan Tengah 30.22
32 Papua Barat 59.15
33 Papua 38.89
Sumber: BPS (2014)
G
a
m
b
a
r
2
2
Hubungan antara Kerapatan
Jalan dan PDRB Per Kapita
Tahun 2014
g
3.50
0.50
3.00
KerapatanJalan
0.00
2.50 6.80
2.00
1.50
1.00
Lo
Kalimantan Barat
7.00 - 0.008
y = 0.2139x 7.20 7.40
R² = 0.0149
7.60 7.80
8.00 8.20
Log PDRB per
kapita
G
a
m
b
a
r
2
3
Konsumsi Listrik
per Kapita (KWh)
Tahun 2014
3,000
2,500
2,000
1,500 787.60
1,000 394.90
500
0
AcehSumateraUtaraSumateraBaratRia uJambiSumateraSelatanBengkuluLampun
MalukuMalukuUtaraPap
uaBaratPapua
Nusa Tenggara
Konsumsi Listrik Rata-Rata Nasional
~32~
G
a
m
b
a
r
2
4
Hubungan Konsumsi
Listrik dan Pendapatan
Tahun 2014
4.00
3.50
y
3.00
1.50
1.00
0.50
0.00
6.80 7.00 7.20 7.40 7.60
Ga
mb
ar
9 25
0
8
Nilai IPM Provinsi di
0 Indonesia Tahun
7 2010 dan 2014
0
6
0 68.9
64.89
5
0
4
0
3
0
2
0
1
BantenBALINusaTenggaraBaratNusaTenggaraTimurKalimantanBaratKalimantanTengah
AcehSumateraUtaraSumateraBaratRiauJambiSumateraSelatanBengkuluLampungKepBangkaBelitungKepulauanRiauDKIJakartaJawaBaratJawaTengahD.IYogyakartaJawaTimur
Ta
be
l
12
Angkatan Kerja Menurut
Pendidikan yang
Ditamatkan
Pendidikan yang
No. 2012 2015 Perubahan
Ditamatkan
1 ≤ SD 1.382.265 1.239.878 -142.387
2 SMP 355.015 390.812 35.797
3 SMA (Umum dan Kejuruan) 393.189 550.089 156.900
5 Diploma I/II/III/Akademi 51.487 65.326 13.839
6 Universitas 76.075 124.385 48.310
Total 2.258.031 2.370.490 112.459
Sumber: BPS, 2015
5. Terbatasnya Mobilitas
Tabungan Masyarakat
Salah satu sumber pendanaan
investasi dan usaha ekonomi
masyarakat adalah
tabungan masyarakat. Melalui fungsi
intermediasi perbankan, tabungan
masyarakat akan berkembang apabila
dikonversi menjadi investasi di sektor-
sektor produktif. Imbal hasil dari
~34~
investasi ini sebagian akan dikonsumsi dan sebagian akan ditabung oleh masyarakat. Demikian
seterusnya sehingga terjadi perputaran dan pertumbuhan ekonomi. Rasio pinjaman terhadap
simpanan di Kalimantan Barat nilainya lebih besar dari satu, menunjukkan rendahnya tabungan
yang dihimpun bank dibandingkan pinjaman yang disalurkan. Hal ini menunjukkan juga
terbatasnya dana perbankan di daerah yang bisa dikoneversi menjadi investasi bagi kegiatan
yang produktif. Rasio tersebut berada di atas rata-rata nasional (Tabel 13). .
Tabel 13
Rasio Simpanan dan Pinjaman di Bank Umum dan BPR Tahun 2014
Rasio PMTB terhadap simpanan di Kalimantan Barat nilainya lebih dari satu,
menunjukkan investasi fisik di daerah mulai banyak dikembangkan. Percepatan
pembangunan di Kalimantan Barat didukung oleh banyaknya infrastruktur fisik dibangun
pemerintah maupun sektor swasta. PMTB biasa disebut investasi fisik karena dihitung
dari penanaman modal yang benar-benar menghasilkan nilai tambah dan bukan dihitung
dari realisasi penanaman modal yang tercatat pada Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM)
Gambar 26
Komposisi Belanja Pemerintah Daerah 2014
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
BaliNusaTenggaraBaratNusaTenggaraTimurKalimantanBaratKalimantanTengahKalimantanSelatanKalimantanTimur
AcehSumateraUtaraSumateraBaratRiauJambiSumateraSelatanBengkuluLampungKepBangkaBelitung
Sulawesi UtaraSulawesiTengahSulawesiSelatanSulawesiTenggaraGorontaloSulawesiBaratMalukuMalukuUtaraPapuaBaratPapua
Kepulauan RiauDKIJakartaJawaBaratJawaTengahD.IYogyakartaJawaTimurBanten
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Pegawai Belanja Lain-lain
4. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Penanganan isu-isu di atas diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perekonomian
daerah secara keseluruhan. Salah satu agenda prioritas pembangunan adalah mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Oleh
karena itu disarankan beberapa kebijakan operasional sebagai berikut:
a. Pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya dalam hal akses
permodalan dan penguasaan teknologi tepat guna;
b. Pemberdayaan petani dan nelayan khususnya dalam hal perbaikan akses faktor
produksi (pupuk, benih, pestisida) termasuk peningkatan jaringan irigasi, penyuluhan
dan promosi brand/citra komoditas unggulan daerah;
c. Peningkatan kemudahan perijinan usaha;
d. Perbaikan kualitas jaringan jalan;
e. Peningkatan kapasitas/suplai listrik wilayah;
f. Peningkatan akses pendidikan khususnya pendidikan menengah (umum dan kejuruan);
5. PROSPEK PEMBANGUNAN
TAHUN 2016
Perkembangan perekonomian di
Kalimantan Barat secara makro relatif
baik meskipun belum diikuti
perkembangan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan kesejahteraan
masyarakatnya. Tingkat kesenjangan
konsumsi masyarakat di Provinsi
Kalimantan Barat (indeks gini) selama
periode 2008-2013 mengalami sedikit
peningkatan dari angka 0,31 menjadi
0,39, lebih rendah dari angka nasional
yang sebesar 0,35 pada tahun 2008
menjadi 0,41 pada tahun 2013.
Kesenjangan output antarkabupaten/kota
di Kalimantan Barat tergolong tinggi
secara nasional sehingga kurang
mendukung dalam menjaga stabilitas
perekonomian wilayah.
Percepatan pengembangan
ekonomi Kalimantan Barat diperkirakan
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayah secara keseluruhan.
Perekonomian Kalimantan Baratmemiliki
prospek tumbuh membaik didorong oleh
berkurangnya kontraksi di sektor
pertambangan mulai beroperasinya pabrik
smelter. Manfaat dari proyek-proyek
infrastruktur utama di kota-kota pusat
pertumbuhan diperkirakan tak hanya
memberi manfaat kota bersangkutan tetapi
juga wilayah sekitarnya. Namun demikian
hal ini sangat bergantung pada
aksesibilitas di dalam wilayah Provinsi
Kalimantan Barat, serta konektivitasnya
dengan Provinsi di Pulau Kalimantan
Berdasarkan modal
pembangunan yang dimiliki dan semakin
meningkatnya kinerja pembangunan,
prospek pembangunan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2015 dalam
mendukung pencapaian target RPJMN
2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Sasaran pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat dalam RPJMN
2015-2019 sebesar 5,9
– 7,9 persen dimungkinkan dapat
tercapai dengan meningkatkan
optimalisasi potensi sumberdaya
yang dimiliki daerah, sejalan
dengan peningkatan pembangunan
infrastruktur. Selama tahun 2015
investasi di Kalimantan meningkat
dan Provinsi Kalimantan Barat
tercatat mengalami kenaikan
investasi tertinggi. Investasi
diperkirakan tetap tumbuh
meningkat yang didorong oleh
penyelesaian smelter di Kalimantan
Barat. Investasi di Kalimantan barat
akan relatif stabil pada level yang
tinggi.
2. Upaya menurunkan tingkat
kemiskinan di Kalimantan Barat
harus dilakukan dengan optimal
agar sesuai dengan Buku III
RPJMN 2015-2019. Sasaran
pengurangan tingkat kemiskinan
dalam Buku III RPJMN 2015-
2019 adalah 8,7 – 6,1 persen,
sedangkan pada tahun 2014
tingkat kemiskinan di Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 8,54
persen, untuk itu diperlukan
upaya konsisten untuk
menurunkan tingkat kemiskinan
di provinsi ini. Selama kurun
waktu 2015-2019 Provinsi
Kalimantan Barat harus
menurunkan persentase
penduduk miskin sebesar 2,44
poin persentase atau 0,49 poin
persentase per tahun.
3. Prospek pencapaian sasaran-
sarasan utama pembangunan
Provinsi Kalimantan Barat akan
sangat dipengaruhi oleh
dinamika lingkungan baik internal
daerah Kalimantan Barat
maupun lingkungan eksternal.
Dampak krisis di Eropa dan
pelambatan arus perdagangan
global merupakan ancaman
eksternal yang bisa mengganggu
kinerja perekonomian daerah,
antara lain melalui transmisi
perdagangan komoditas ekspor
sektor kehutanan dan perikanan.