Anda di halaman 1dari 6

YAYASAN PENDIDIKAN BUNG HATTA

Program Pascasarjana Magister Teknik


Sipil UNIVERSITAS BUNG HATTA
JALAN SUMATERA. ULAK KARANG TELP. (0751) 70051678 EXT322 POS 25133,
PADANG

Ujian Akhir Semester (UAS) : Januari – Juni 2021

Mata Kuliah : Manajemen Fasilitas Strategis (3 SKS)


Prodi / Semt/Jur : T. Sipil S2/
Hari/Tgl : Sabtu, 10 Juli 2021
Jam : 11.00 s/d 13.00
Waktu Ujian : 150 Menit
Dosen Pembina : Ir. Drs. Heldi, M.Si, Ph.D

NAMA/NPM : SYAMSUL BAHRI / 2010018312036


MATA KULIAH : Manajemen Fasilitas Strategis
PRODI/SEMT/JUR : T. Sipil S2
HARI/TGL : Sabtu/10Juli 2021

Soal / langsung dijawab

JAWABAN :
1. Tujuan dan sasaran penerapan manajemen fasilitas strategis pada proyek infrastruktur
TUJUAN :

A. Menyelesaikan tepat waktu

Pada manajemen waktu, ditentukan linimasa yang berisi kapan suatu kegiatan harus
dimulai dan kapan harus selesai. Dengan adanya hal tersebut, proyek akan selalu
dimonitor supaya dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Pengawasan seperti
ini melancarkan pengerjaan proyek.
B. Menjaga anggaran

Anggaran merupakan salah satu aspek yang dikaji dalam manajemen ini. Dengan
pengkajian tersebut, akan dicari jumlah anggaran seminimal mungkin, tetapi masih dapat
menunjang tercapainya kriteria proyek yang telah ditentukan di awal (efektif dan efisien).

C. Menjaga kualitas

Sebagaimana telah disinggung pada poin sebelumnya, kriteria proyek yang ditentukan di
awal harus tercapai. Artinya, manajemen proyek juga membuat standar kualitas dari
suatu proyek sehingga ia tidak dikerjakan secara seenaknya saja.

D. Melancarkan proyek

Pada akhirnya, proyek yang ideal adalah proyek yang selesai sesuai dengan perencanaan
awal, baik dari segi waktu, anggaran, maupun kualitas. Manajemen ini membantu
pengerjaan proyek supaya selesai dengan lancar sesuai dengan rencana awal.

SASARAN :

1. Menyelesaikan dan mengembangkan proyek sesuai dengan anggaran biaya dan tenggat
waktu yang telah ditentukan sekaligus dalam kualitas/spesifikasi sesuai dengan yang
telah disepakati di awal.
2. Meningkatkan nama baik pelaksana proyek berdasarkan kualitas hasil proyek.
3. Menciptakan suasana kerja kondusif untuk mendukung kelancaran aktivitas proyek. Hal
ini meliputi ketersediaan keadaan, sarana-prasarana, dan keselamatan kerja.
4. Menjaga keharmonisan antar pihak dalam proyek sehingga seluruh pihak terlibat akan
memberikan yang terbaik untuk proyek yang sedang dijalankan.

2. Jelaskan indikator-indikator apa saja bagi organisasi atau perusahaan berkomitmen dalam
pengelolaan fasilitas proyek infrastruktur.
Indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan, dan indikator sebab dan
akibat. balanced scorecard paling tepat disusun pada saat-saat tertentu, misalnya ketika ada
merjer atau akuisisi, ketika ada tekanan dari pemegang saham, ketika akan melaksanakan
strategi besar dan ketika organisasi berubah haluan atau akan mendorong proses perubahan.
balanced scorecard juga diterapkan dalam situasi-situasi yang rutin, antara lain: pada saat
menyusun rencana alokasi anggaran, menyusun manajemen kinerja, melakukan sosialisasi
terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan balik, meningkatkan kapasitas staf.

3. Jelaskanlah ruang lingkup masing-masing kerangka model proses manajemen fasilitas


strategis dibawah ini, beri contoh infrastruktur :

Analisis Lingkungan
Hunian vertikal menuju hunian berkelanjutan merupakan salah satu konsep untuk mengatasi
permasalahan pemukiman kumuh dan pembangunan perumahan secara vertikal membantu
mengurangi laju pengurangan lahan RTH.
Rumah Susun dari pengelolaan manajemen fasilitas strategis
Pembangunan hunian vertikal dengan satuan luas lahan yang relatif lebih kecil dibandingkan
dengan hunian tapak memberi peluang untuk menyediakan rumah (Tito Murbaintoro 2009).
(Tamer Abdel Aziz 2011). Keberlanjutan dapat dicapai melalui pembangunan perumahan karena
bisa mempromosikan keadilan sosial, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, dan mempromosikan
konservasi lingkungan melalui perencanaan, konstruksi, dan manajemen desain.
kekomplekan hubungan antara keberlanjutan dan perumahan ditujukan oleh kebijakan hunian
yang berkelanjutan. Kebijakan ini mendasari untuk mencapai pengembangan hunian
berkelanjutan meliputi empat dimensi lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi, seperti dampak
pada lingkungan dan perubahan iklim; daya tahan dan ketahanan rumah; kegiatan ekonomis
perumahan dan hubungan mereka dengan ekonomi yang lebih luas; struktur budaya dan sosial
masyarakat dan dampak perumahan di pengentasan kemiskinan, pembangunan sosial, dan
kualitas hidup.
Perumahan dapat diartikan sebagai sebuah cerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi
manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan
lingkungan alamnya. Dikemukakan lebih lanjut bahwa perumahan dapat mencerminkan taraf
hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban dari manusia penghuninya serta masyarakat
ataupun suatu bangsa (Yudhohusodo 1991). (Bharuna 2004) Secara fisik, perumahan merupakan
sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal, di mana dimungkinkan
terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya; serta dilengkapi dengan prasarana-prasarana
sosial ekonomi, budaya, dan pelayanan (service), yang merupakan sub-sistem dari sistem kota
secara keseluruhan.
Peningkatan kualitas permukiman untuk mencukupi ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi
perumahan dan permukiman maka dilakukan pembangunan hunian vertikal / rusunawa (PU).
Pembahasan selanjutnya mencakup rumah susun untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.
Pembangunan rusunawa ini juga diarahkan pada pembangunan perkotaan yang lebih manusiawi
sekaligus solusi peningkatan kualitas permukiman karena ketersediaan sarana dan prasarana dasar
bagi perumahan dan permukiman
(PU).Mereka diprioritaskan untuk dapat membeli atau menyewa rumah susun tersebut secara
kredit atau angsuran ringan (Peraturan Pemerintah RI No. 4/1988).
Rumah susun harus memenuhi syarat-syarat minimum seperti rumah biasa yakni dapat menjadi
tempat berlindung, memberi rasa aman, menjadi wadah sosialisasi, dan memberikan suasana
harmonis. Pembangunan rumah susun diarahkan untuk mempertahankan kesatuan komunitas
kampung asalnya (Randy 2013).
4. Jelaskanlah prinsip-prinsip strategi dan arah pengembangan dalam pengelolaan fasilitas
infrastruktur?
Strategi dari konektivitas dari penembangan dalam pengelolaan fasilitas infrastruktur
1. memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, bukan keseragaman (inclusive
development) dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan.
2. memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply
chain system yang menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat
pertumbuhan.
3. mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan
infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.
prinsip-prinsip pengembangan wilayah adalah dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Pengembangan wilayah harus berbasis pada sektor unggulan. Prioritas pada sektor
unggulan akan mengarahkan sumber-sumber daya kepada sektor yang diunggulkan melalui
pemetaan antara sektor unggulan dengan sektor-sektor yang menjadi pendukungnya.
2. Pengembangan wilayah dilakukan atas dasar karakteristik daerah yangbersangkutan, baik aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Suatu program hanya dapat tepat dilakukan pada suatu
daerah tertentu dan tidak pada daerah dengan karakteristik berbeda lainnya. Dalam hal ini
pengenalan terhadap karakter daerah mutlak dilakukan, sehingga perencanaan dan
implementasi program sesuai dengan kelompok sasaran daerah yang bersangkutan.
3. Pengembangan wilayah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Dalam hal ini
pengembangan wilayah tidak dapat didasarkan pada satu sektor saja, atau pengembangan
masing-masing sektor tidak dapat dilakukan secara terpisah.
4. Pengembangan wilayah mutlak harus mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang
(forward and backward linkage) secara kuat. Atau pengembangan kawasan produktif di
hinterland harus dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri pengolahan di perkotaan,
untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah.
5. Pengembangan wilayah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan
desentralisasi. Dengan demikian, pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh dalam
mengembangkan kelembagaan pengelolaan pengembangan ekonomi di daerah,
mengembangkan sumber daya manusianya, menciptakan iklim usaha yang dapat menarik
modal dan investasi, mendorong peran aktif swasta dan masyarakat, melakukan koordinasi
terus-menerus dengan seluruh stakeholders pembangunan baik di daerah dan pusat, atas
dasar perannya sebagai fasilitator dan katalisator bagi tumbuhnya minat investasi di
wilayahnya

5. Tugas bab 1 sampai bab 3 (Pilih salah satu beri simpulannya, masing-masing ) pada Buku.
RICS Guidance Note menetapkan proses dan standar untuk merencanakan dan mengelola
fasilitas untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Pendekatan yang didorong secara
strategis untuk fasilitas manajemen akan memberikan keuntungan perusahaan yang maksimal,
dengan output dan pengembalian yang diukur pada kualitas layanan dan nilai uang daripada
biaya. Dengan cara ini, fasilitas operasi akan memberikan dukungan optimal dalam mencapai
tujuan perusahaan, menghilangkan risiko dan meningkatkan kinerja organisasi. Dalam bagian 1
ini dijelaskan mengenai strategi, perencanaan, pelaksanaan,dan review. Menurut RICS guidance
jaringan komunikasi harus digunakan untuk mengumpulkan informasi operasional dan strategis
untuk menginformasikan manajemen akomodasi dan fasilitas yang sedang berjalan strategi
tetapi juga untuk 'menjual' layanan fasilitas sebagai kunci konstituen dari kelompok pendukung
perusahaan.
Titik awal untuk pengembangan strategi fasilitas adalah pemahaman tentang strategi bisnis
yang mengalir dari pernyataan visi dan misi organisasi. Penting bagi tim perencanaan untuk
memahami bagaimana penghuni menggunakan akomodasi dan penilaian kebutuhan pengguna
akan diperlukan, setidaknya untuk bangunan yang lebih besar dalam portofolio.

Anda mungkin juga menyukai