Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH

ACARA VI
PENGUJIAN TIPE PERKECAMBAHAN

Oleh :
Purwita Sari Nugraini
NIM A1D016035
Rombongan 2
PJ Asisten : Khoeruriza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018

126
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Perkecambahan  adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari biji). Embrio

yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji. Perkecambahan dapat terjadi

apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air ke dalam biji

melalui proses imbibisi. Proses imbibisi yang sudah optimal, dimulailah

perkecambahan. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume yang tidak dapat

kembali ke bentuk awal karena adanya pembelahan sel yang disebut mitosis. Benih berfungsi

sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Benih

adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan baru yang

memiliki ciri attau sifat seperti induknya. Kecepatan dan karakteristik perkecambahan

setiap benih biasanya berkaitan dengan adanya factor dormansi, factor lingkungan

dan factor genetis.

Pengujian benih untuk mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan karena walaupun

pertumbuhan dari suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan. usaha pengembangan

dan pengadaan benih bermutu tinggi sangat penting dan harus sampai pada petani tepat pada

waktu yang dibutuhkan. Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh

benih yang diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya.

Tipe perkecambahan dibedakan menjadi dua jenis yaitu, tipe perkecambahan

epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya

hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas

permukaan tanah. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang

127
meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon

relatif tetap posisinya. Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah

sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum

sativum).

Kualitas suatu benih sangat menentukan hasil alam yang akan diperoleh.

Semakin bagus benih , maka semakin menguntungkan pula hasil alam tersebut. Suatu

benih dapat diketahui baik atau tidaknya memerlukan suatu proses yang sedemikian

rupa. Pengujian perkecambahan benih pada praktikum kali ini menggunakan

tanaman jagung dan tanaman kedelai dengan masing-masing tanaman ditanam di

dalam polybag sebanyak 20 benih. Praktikum ini dilakukan selama 10 hari dengan

setiap 2 hari sekali dilakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan dengan cara

mendestruksi benih yang sudah ditanam dan dilihat pertumbuhan kecambahnya.

B. Tujuan

Tujuan pada praktikum kali ini, adalah untuk mengetahui tipe-tipe

perkecambahan dan daya vigor tanaman.

II. TI NJAUAN PUSTAKA

128
Sejarah perkembangan perbenihan di Indonesia dimulai pada tahun 1905 ketika

pemerintah Hindia Belanda mendirikan Departemen Pertanian, yang bertujuan untuk

meningkatkan produksi tanaman rakyat. Setelah kemerdekaan RI 1957, penyebaran

benih unggul dilakukan oleh Jawatan Pertanian Rakyat. Pada tahun 1960,

penyebaran benih dilakukan oleh gabungan pemancar bibit (penangkar). Selanjutnya

pada tahun 1971, dibentuk Badan Benih Nasional yang tugas pokoknya adalah

merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan di bidang perbenihan.

Secara struktural, biji dan benih tidak memiliki perbedaan antara satu dengan

lainnya. Namun secara fungsional biji dengan benih memiliki pengertian yang

berbeda. Menurut Soetopo (2004), biji adalah hasil tanaman yang digunakan untuk

tujuan komsumsi atau diolah sebagai bahan baku industri. Sedangkan benih adalah

biji dari tanaman yang digunakan untuk tujuan dibudidayakan kembali (Soetopo,

2004). Pengetahuan dan pemahaman terhadap benih memerlukan bantuan dari

cabang ilmu lainnya, seperti; botani, fisiologi tumbuhan, fisika, genetika, hama dan

penyakit, kimia taksonomi, dan cabang ilmu lainnya.

Menurut Kartasapoetra (2005) benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor,

yaitu faktor genetik dan faktor fisik. Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal

dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi,

tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang

lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu

tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebas dari kotoran

dan benih rerumputan serat, bebas dari hama dan penyakit serta kadar air benih yang

rendah.

129
Menurut Soetopo (2004), proses perkecambahan benih merupakan suatu

rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologis, fisiologis, dan biokimia.

Tipe perkecambahan sendiri dikelompokan menjadi dua tipe perkecambahan :

1. Hipogeal

Hipogeal merupakan tipe perkecambahan dimana terjadi pertumbuhan

memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji

dan muncul di atas tanah namun kotiledon tetap di dalam tanah. Proses hipogeal

biasa terjadi pada kacang kapri, padi, dan jagung (Firmansyah, 2007).

Gambar 6.1. Tipe perkecambahan hipogeal.

2. Epigeal

Epigeal merupakan tipe perkecambahan dimana hipokotil tumbuh

memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan

tanah. Proses epigeal ini terjadi pada kacang hijau, buncis, kedelai, dan jarak

(Firmansyah, 2007).

130
Gambar 6.2. Tipe perkecambahan epigeal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal dari perkecambahan benih adalah (Kuswanto,

1997):

1. Vitalitas benih (daya hidup benih) atau Tingkat Kemasakan Biji; sebagian

besar biji mampu berkecambah jauh sebelum mencapai tingkat kemasakan

penuh.

2. Genotipe (Ukuran biji); benih besar = kadungannya banyak; benih kecil =

kandungannya sdkt; benih besar = kandungan protein tinggi; benih berat = cepat

tumbuh krn tentukan ukuran kecambah dan berat tanaman pada saat panen.

3. Dormansi (dan zat penghambat); faktor yang mempengaruhi dormansi

termasuk hormon abscisic acid, yang menghambat perkecambahan dan

gibberellin yang mengakhiri dormansi.

Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal yaitu (Kuswanto, 1997):

1. Kelembaban. Jenis yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi antara 25% to

75%.

2. Suhu. Mayoritas biji tanaman berkecambah pada suhu optimal berkisar 20°C -

40°C.

3. Oksigen, sangat penting untuk proses respirasi sehingga dapat terjadi dalam biji.

Respirasi merubah cadangan makanan menjadi energi untuk berkecambah.

4. Cahaya, dapat berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap perkecambahan

5. Media tumbuh, pada awalnya tidak terlalu penting, tetapi setelah bibit tumbuh

menjadi pemasok utama hara tanaman.

131
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung (20 benih) dan

132
kedelai (20 benih). Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah polybag dan

pasir.

B. Prosedur Kerja

1. Sampel benih jagung dan kedelai diambil, dikecambahkan masing-masing

sebanyak 20 biji, dengan media pasir.

2. Diamati setiap hari ke 1, 3, 5, 7, 9 dengan cara mencabut benih yang ditanam.

3. Dimati/identifikasi bentuknya, digambarkan (deskripsikan bagiannya) dan

bandingkan perkecambahan antar kedua benih.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 6.1. Hasil pengamatan perkecambahan benih jagung


Hari, Tanggal Gambar Foto Keterangan

133
Jumat 1. Belahan biji
02 – 06 –
2017

Sabtu 1. Akar
03 – 06 – 201

Senin 1. Plumula
05 – 06 – 2. Akar
2017

Rabu 1. Daun
07 – 06 – 2. Akar
2017

Jumat 1. Daun
09 – 06 – 2. Akar
2017

1. Daun
2. Akar

Minggu 1. Daun
11-06- 2017 2. Akar

134
Tabel 6.2. Hasil pengamatan perkecambahan benih kedelai
Hari, tanggal Gambar Foto Keterangan
Jumat 1. Belahan biji
02-06-2017

Sabtu 1. Belahan biji


03-06-2017

Senin 1. Belahan biji


05-06-2017

Rabu 1. Belahan biji


07-06-2017 (belum
keliatan
tumbuh)

Jumat 1.Plumula
09-06-2017 2.Hipokotil
3.Kotiledon

Minggu 1. Plumula
11-06-2017 2. Epikotil
3. Hipokotil
4. Radikula

Kesimpulan :

Tipe perkecambahan dari benih jagung adalah hypogeal dengan ditandai epikotil

135
keatas sehingga daun lembaga ikut tertarik keatas tanah tetapi kotiledon tetap

dibawah tanah. Sedangkan tipe perkecambahan dari benih kedelai adalah epigeal

yang ditandai dengan hipokotil terangkat keatas. Namun pada saat praktikum benih

kedelai tidak tumbuh, sehingga tidak digambarkan karena kemungkinan benih sudah

kadaluarsa.

B. Pembahasan

Perkecambahan menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Perkecambahan biji menurut Kozlowski (1972) merupakan proses penyerapan

air oleh biji diikuti dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi

sitoplasma dan peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan

respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel

terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu.

2. Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan

pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula). Definisi

perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu

plumula dan rdikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu

sesuai dengan ketentuan ISTA (International Seed Testing Association) (Hery,

2011).

3. Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu

tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji

yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan

fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda

136
(Sutopo,L., 2004).

4. Menurut Moran (2006) perkecambahan biji merupakan awal mula dimulainya

pertumbuhan tanaman. Proses perkecambahan merupakan suatu rangkaian

kompleks dari perubahan-perubahan biokimia, fisiologi, dan morfologi.

5. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.

Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.

Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan

berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.

(Istamar Syamsuri, 2004)

Secara struktural, biji dan benih tidak memiliki perbedaan antara satu dengan

lainnya. Namun secara fungsional biji dengan benih memiliki pengertian yang

berbeda. Menurut Soetopo (2004), biji adalah hasil tanaman yang digunakan untuk

tujuan komsumsi atau diolah sebagai bahan baku industri. Sedangkan benih adalah

biji dari tanaman yang digunakan untuk tujuan dibudidayakan kembali (Soetopo,

2004). Pengetahuan dan pemahaman terhadap benih memerlukan bantuan dari

cabang ilmu lainnya, seperti; botani, fisiologi tumbuhan, fisika, genetika, hama dan

penyakit, kimia taksonomi, dan cabang ilmu lainnya. Bibit adalah tumbuhan muda

calon pohon yang dihasilkan dari benih.

Buah merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putih dan

biasanya berbiji, sedangkan sayur merupakan daun-daunan, tumbuh-tumbuhan,

polong atau bijian, dan sebagainya yang dapat dimasak. Namun secara botani, buah

merupakan bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur

tersebut berasal dari indung telur atau sebagai bagian dari bunga itu sendiri.

137
(Sediaoetomo, 2004 dalam Farida, 2010). Bunga adalah pucuk yang termodifikasi,

disebut demikian karena menunjukan beberapa perubahan dalam pengaturan apeks

pucuk. Bunga dianggap ranting yang bersumbu pendek dengan daun-daun yang

merapat dan memiliki bentuk khas sesuai fungsinya.

Tahapan perkecambahan biji menurut Sutopo (2004), adalah sebagai berikut :

(1) Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit

benih dan hidrasi oleh protoplasma. (2) Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel

dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. (3) Tahap ketiga merupakan

tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein

menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. (4)

Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah

meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen

dalam pertumbuhan sel-sel baru. (5) Tahap kelima adalah pertumbuhan dari

kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-

titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang

ada dalam biji.

Gambar 6.1. Proses Perkecambahan

Jenis perkecambahan benih epigeal dan hypogeal

138
1. Epigeal

a. Menurut Sutopo (2002) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya

radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa

serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah..

b. Menurut Pratiwi (2006) Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi

pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga

mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada

kacang hijau (Phaseoulus radiatus)

c. Epigeal merupakan tipe perkecambahan dimana hipokotil tumbuh memanjang

yang mengakibatkan kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Proses

epigeal ini terjadi pada kacang hijau, buncis, kedelai, dan jarak (Firmansyah, 2007).

2. Hipogeal

a. Menurut Sutopo (2002) Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi teratas

(epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di

bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum)

b. Menurut Pratiwi. (2006) Tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti

plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon

tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah

c. Hipogeal merupakan tipe perkecambahan dimana terjadi pertumbuhan memanjang

dari epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di

atas tanah namun kotiledon tetap di dalam tanah. Proses hipogeal biasa terjadi pada

kacang kapri, padi, dan jagung (Firmansyah, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu faktor internal

139
dan faktor eksternal. Faktor internal dari perkecambahan benih adalah (Kuswanto,

1997):

1. Vitalitas benih (daya hidup benih) atau Tingkat Kemasakan Biji; sebagian besar

biji mampu berkecambah jauh sebelum mencapai tingkat kemasakan penuh.

2. Genotipe (Ukuran biji); benih besar = kadungannya banyak; benih kecil =

kandungannya sdkt; benih besar = kandungan protein tinggi; benih berat = cepat

tumbuh krn tentukan ukuran kecambah dan berat tanaman pada saat panen.

3. Dormansi (dan zat penghambat); faktor yang mempengaruhi dormansi termasuk

hormon abscisic acid, yang menghambat perkecambahan dan gibberellin yang

mengakhiri dormansi.

Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal yaitu (Kuswanto, 1997):

1. Kelembaban. Jenis yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi antara 25% to

75%.

2. Suhu. Mayoritas biji tanaman berkecambah pada suhu optimal berkisar 20°C -

40°C.

3. Oksigen, sangat penting untuk proses respirasi sehingga dapat terjadi dalam biji.

Respirasi merubah cadangan makanan menjadi energi untuk berkecambah.

4. Cahaya, dapat berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap perkecambahan

5. Media tumbuh, pada awalnya tidak terlalu penting, tetapi setelah bibit tumbuh

menjadi pemasok utama hara tanaman.

Berikut merupakan bagian biji menurut Sadjdad (1994)

1. Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet

jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur embrio 1. epikotil (calon

140
pucuk), 2. hipokotil (calon batang), 3. kotiledon (calon daun) 4. radikula (calon akar).

2. Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat,

lemak, protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung

pada jenis biji, misal biji bunga matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan

kaya akan protein, biji padi mengandung banyak karbohidrat. Pada biji ada beberapa

struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu :

a. Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu. b. Endosperm,

misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa c. bagian

dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya. d.

Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae e. Gametophytic

betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus.

3. Kulit biji merupakan lapisan terluar dari biji.Pelindung biji dapat terdiri dari kulit

biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi

umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi

selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat

berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Fungsi kulit

biji Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis

atau serangan cendawan, bakteri dan insekta.

141
Gambar 6.2. Bagian-bagian biji

Berikut merupakan penjelasan daya vigor tanaman menurut beberapa literature

1. Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang

berproduksi normal pada kondisi lapangan yang optimum maupun suboptimum

(Sadjad, 1994).

2. Vigor merupakan kondisi benih yang sehat, apabila ditanam langsung

berkecambah cepat, serentak dan seragam pada lingkungan yang berbeda

kemudian mengalami pertumbuhan cepat pada kondisi normal di lahan (Yudono,

2006).

3. Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan

lingkungan yang sub optimal (Prabowo et al, 2013).

4. Kemampuan benih untuk mempertahankan mutu benih selama penyimpanan

disebut vigor benih (Syukur et al, 2012).

5. Perry (2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan

oleh genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih

memproduksi bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap

berbagai kondisi lingkungan yang luas.

Pada praktikum telah dilakukan pengujian terhadap tipe perkecambahan dari

tanaman tertentu. Tanaman yang dijadikan sampel adalah tanaman jagung dan

kedelai. Prosedur kerja yang dilakukan yaitu persiapan media pasir dan polibag untuk

tempat penanaman sebanyak 2 buah untuk masing-masing jenis tanaman. Kemudian

dipersiapkan benih jagung dan kedelai masing-masing sebanyak 20 benih untuk

ditanam pada polibag dan disiram. Setelah itu dilakukan perawatan dan pengamatan

142
perkecambahan setiap hari 1, 3, 5, 7, 9 sekali yang dimulai sejak hari pertama

penanaman selama 9 hari.. Selama pengamatan, benih yang kurang baik

perkecambahannya dicabut / destruksi. Setelah hari ke 9, bentuk dari perkecambahan

digambarkan dengan deskripsi yang jelas dan tipe perkecambahannya dibandingkan

satu sama lain.

Hasil yang didapat pada praktikum menunjukkan kedelai yang ditanaman tidak

mengalami pertumbuhan, banyak ditemukan seperti jamur. Diduga bahwa biji

kedelai yang ditanam telah kadaluarsa atau terserang penyakit. Kedelai merupakan

tipe perkecambahan tanaman kedelai adalah epigeal. Hal tersebut terlihat pada ciri-

ciri utama yaitu daun lembaga / kotiledon ikut tumbuh ke atas tepat di bawah daun

sejati. Menurut Soetopo (2004), kedelai merupakan salah satu jenis tanaman yang

memiliki tipe perkecambahan epigeal. Kemudian, perkecambahan tanaman jagung

adalah hipogeal. Hal tersebut terlihat pada ciri-ciri utama yaitu daun lembaga /

kotiledon tidak ikut tumbuh ke atas. Menurut Soetopo (2004), jagung merupakan

salah satu jenis tanaman yang memiliki tipe perkecambahan hipogeal.

143
V. KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum acara VI ini adalah: jagung

adalah contoh tanaman dengan tipe perkecambahan hipogeal. Kedelai adalah contoh

tanaman dengan tipe perkecambahan epigeal. Daya vigor tanaman merupakan

kemampuan berkecambah tanaman untuk menjadi tanaman normal pada lingkungan

yang suboptimal.

B. Saran

144
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah:

1. Waktu praktikum perlu ditinjau kembali agar praktikum yang dilakukan lebih

sempurna dan tidak padat.

2. Lebih serius dalam melakukan praktikum.

3. Saran tidak hanya dijadikan formalitas dalam penulisan laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Hery, purnobasuki. 2011. Perkecambahan. Fakultas Pertanian Universitas Airlangga,


Surabaya.

Badan Pusat Statistik. 2013a. Data Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971,
1980, 1990, 2000 dan 2010. www.bps.go.id. Diakses Pada Tanggal 19 Mei
2015.

Soetopo, Lita. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Press, Jakarta.

Ance G Karta Sapoetra, 2005. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta .

Firmansyah, Rikky, dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Setia Purna Inves,
Bandung.

Kuswanto, H. 1997.  Analisis Benih. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues. In Water Deficit and

145
Plant Gwowth. Vol III. Academic Press. New York.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Pratiwi. 2006. Biologi. Jakarta:Erlangga

Kuswanto, H. 1997.  Analisis Benih. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sadjad S., 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta. Hal : 1-2.

Prabowo, Rossi dan Renan Subaroto. 2013. Pengkajian Viabilitas Benih dengan
Tetrazolium Test pada Jagung dan Kedelai. Mediagro VOL. 9. NO 2. 2013.
HAL 1 – 8. Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang

Syukur, Muhammad, Rahmad Suhartanto2 , dkk. 2012. Metode Pengusangan Cepat


untuk Pengujian Vigor Daya Simpan Benih Cabai (Capsicum annuum L.). J.
Agron. Indonesia 40 (2) : 132 – 138. Fakultas Pertanian, Universitas Nasional
Jakarta

LAMPIRAN

Gambar 6.3. Tipe perkecambahan jagung (hipogeal)

146
Gambar 6.4. Tipe perkecambahan kedelai (epigeal)

Keterangan : biji tidak ada yang tumbuh dikarenakan busuk

147

Anda mungkin juga menyukai