Anda di halaman 1dari 11

Konsep Pengusaha Kecil dan Menengah, Keberadaan UKM Secara Alami,

Kinerja UKM di Indonesia, Kontribusi UKM Terhadap Kesempatan


Kerja dan PDB, Otonomi Daerah dan Peluang Bagi UKM daerah, Peluang
dan Tantangan Bagi UKM dalam Liberalisasi Perdagangan

NAMA ANGGOTA
KELAS G AKUNTANSI

1. I Made Merta Yasa (02/1902622010360)


2. I Wayan Yoga Pratama Putra (30/1902622010388)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN 2020/2021
1.1. Konsep Pengusaha Kecil dan Menengah

UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan salah satu bagian yang penting dari
perekonomian suatu negara maupun daerah yang mana UKM memiliki peran yang penting
dalam laku perekonomian daerah dan negara, baik membantu dalam penyediaan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat maupun meningkatknn pendapatan rumah tangga.

A. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah


Berikut beberapa pengertian usaha kecil dan menengah yaitu :
1. Secara umum, definisi usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Definisi usaha
menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar.
2. Menurut Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop & UKM),
mendefinisikan usaha kecil termasuk ke dalam usaha mikro sebagai suatau badan usaha
milik warga negaea Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki
kekayaan bersih yang tidak termasuk tanah dan bangunan.
3. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1998, Usaha Kecil Menengah
merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi.
4. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Pengertian Usaha Kecil Menengah (berdasarkan
kuantitas tenaga kerja) ialah usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 sampai 19 orang dan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.
5. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pengertian Usaha Kecil Menengah
dibagi menjadi dua pengertian, yaitu sebagai berikut.
a. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut.
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000,00.
b. Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut.
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00.

B. Ciri-Ciri dan Contoh UKM


1. Ciri-ciri dan Contoh Usaha Kecil.
a. Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah.
b. Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap atau tidak berpindahpindah.
c. Telah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan
perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat
neraca usaha.
d. Telah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha.
f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.

Adapun Contoh Usaha Kecil yaitu :

a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.
b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.
c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan.
d. Peternakan ayam, itik dan perikanan.
e. Koperasi berskala kecil.

2. Ciri-ciri dan Contoh Usaha Menengah.


a. Telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan
lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan,
bagian pemasaran dan bagian produksi.
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya.
d. Telah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin
tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan.
e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.
f. Telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Adapun Contoh Usaha Menengah yaitu:

a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah.


b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor.
c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi
taxi dan bus antar proponsi.Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan
logam.
d. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

1.2. Keberadaan UKM Secara Alami

Kemapuan yang dimiliki UKM untuk dapat bertahan selama ini di Indonesia menunjukkan
potensi kekuatan yang dimiliki UKM Indonesia untuk menghadapi perubahan-perubahan
perekonomian dan perdagangan kedepannya. Usaha kecil relatif lebih baik dalam mengadapi
krisis pada tahun 1998 dibandingkan usaha menengah maupun usaha besar, hal ini disebabkan
oleh sifat alami dari usaha kecil yang mana usaha kecil di Indonesia didominasi oleh unit-unit
usaha tradisional yang disatu sisi dapat dibangun dan beroperasi hanya dengan modal kerja dan
modal investasi kecil dan tanpa perlu menerapkan sistem organisasi dan manajemen modern
yang kompleks dan mahal, seperti di usaha-usaha modern dan di sisi lain berbeda dengan usaha
menengah, usaha kecil pada umumnya membuat barang-barang konsumsi sederhana untuk
kebutuhan kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Sebagian dari pengusaha kecil
dan pekerjanya di Indonesia adalah kelompok masyarakat berpendidikan rendah (SD) dan
kebanyakan dari mereka menggunakan mesin serta alat produksi sederhana atau implikasi dari
mereka sendiri. Untuk mengetahui besarnya dampak dan proses terjadinya dampak tersebut
dari suatu gejolak ekonomi seperti krisis tahun 1998 terhadap usaha kecil perlu dianalisis dari
dua sisi, yaitu :
A. Penawaran
Dari sisi penawaran, pada saat krisis berlangsung banyak pengusaha- pengusaha kecil
terpaksa menutup usaha mereka karena mahalnya biaya pengadaan bahan baku dan
input lainnya terutama yang diimpor akibat apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar,
namun, krisis ekonomi tahun 1998 memberi suatu dorongan positif bagi pertumbuhan
usaha kecil dan mungkin hingga tingkat tertentu bagi pertumbuhan usaha menengah di
Indonesia. Bagi banyak orang khususnya dari kelompok masyarakat berpendapatan
rendah atau penduduk miskin usaha kecil berperan sebagai salah satu the last resort
yang memberi sumber pendapatan secukupnya atau penghasilan tambahan.
B. Permintaan
Dari sisi permintaan salah satu dampak negatif dari krisis ekonomi tahun 1998 yang
sangat nyata adalah merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat per kapita. Usaha
kecil di Indonesia hingga saat ini tetap ada bahkan jumlahnya terus bertambah
walaupun mendapat persaingan ketat dari usaha menengah, usaha besar dan dari
produk-produk menengah serta iklim berusaha yang selama ini terlalu kondusif akibat
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam prakteknya tidak terlalu mendukung usaha
kecil.

Kemampuan UKM dalam era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia
terdapat tiga faktor kompetitif yang akan menjadi dominan dalam menentukan baik tidaknya
prospek dari suatu usaha antara lain sebagai berikut.
a. Kemajuan teknologi.
b. Penguasaan ilmu pengetahua.
c. Kualitas sumber daya yang tinggi dan profesionalisme.

1.3. Kinerja UKM di Indonesia

Kinerja UKM adalah hasil atau evaluasi kerja perusahaan yang dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu perusahaan dengan berbagai kegiatan berupa tugas atau
perannya pada periode tertentu dengan standar dari perusahaan tersebut. Perkembangan UKM
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif. Karakteristik UKM di Indonesia ialah
mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini karena fleksibilitas UKM itu sendiri dalam
melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri,
mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal
birokrasi. UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat)
hal, yaitu sebagi berikut.
1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya
yang tidak tahan lama.
2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek
pendanaan usaha.
3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja.
4. Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja
di sektor formal. UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai
penopang perekonomian.

Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor
UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam
menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu sebaga berikut.
1. Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak
tertampung di sektor formal.
2. Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB).
3. Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis
produk yang dihasilkan sektor ini.

Kinerja UKM dapat diukur dengan berbagai aspek lingkungan, yaitu berkut.
1. Faktor internal yang meliputi aspek sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek
produksi dan aspek pemasaran.
2. Faktor eksternal yang meliputi aspek teknologi, kebijakan pemerintah, aspek sosial
ekonomi dan aspek lembaga pemerintahan atau lembaga terkait.
Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai Tambah
2. Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Produktivitas.
3. Nilai Ekspor.
Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) di Indonesia yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat
produktivitas, rendahnya nilai tambah dan rendahnya kualitas produk. Memang UKM diakui
menjadi penyedia lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, tetapi kontribusi
dalam pendapatan nasional di katagorikan rendah. Hal ini dikarenakan UKM khususnya usaha
kecil dan sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja mempunyai produktivitas yang
sangat rendah. Jika upah dijadikan produktivitas, upah rata-rata diusaha mikro dan kecil
umumnya berada dibawah upah minimum. Kondisi ini membuktikan bahwa produktivitas
sektor mikro dan kecil yang rendah bila di bandingkan dengan usaha yang lebih besar. Diantara
berbagai faktor penyebabnya, rendahnya tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan
wirausaha dikalangan UKM menjadi masalah yang harus diberi perhatian khusus untuk saat
ini. Salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UKM adalah dengan melakukan
modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan dapat
memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah.

1.4. Kontribusi UKM Terhadap Kesempatan Kerja dan PDB

UKM mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang tidak bisa lagi
dilakukan oleh usaha besar. Peranan UKM terlihat cukup jelas pasca krisis ekonomi, yang dapat
dilihat dari besaran pertambahan nilai PDB pada periode 1998 sampai 2002 yang relatif netral
dari intervensi pemerintah dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian karena
kemampuan pemerintah yang relatif terbatas, sektor yang menunjukkan pertambahan PBD
terbesar berasal dari industri kecil, kemudian diikuti industri menengah dan besar. Hal in
mengindikasikan bahwa UKM mampu dan berpotensi untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi pada masa akan datang. Dari aspek penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian secara
absolute memiliki kontribusi lebih besar dari pada sektor pertambangan, sektor industri
pengolahan dan sektor industri jasa. Arah perkembangan ekonomi seperti ini akan
menimbulkan kesenjangan pendapatan, pendapatan yang semakin mendalam antara sektor
yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja lebih sedikit.

Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada
dasarnya sudah besar sejak dulu. Namun demikian sejak krisis ekonomi melanda Indonesia,
peranan UKM meningkat dengan tajam. Indikator ekonomi makro yang yang merupakan hasil
kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementrian Koperasi dan UKM mengumumkan
pertumbuhan UKM yang terus mengalami peningkatan jika dilihat dari tahun 2001 hingga
2003. Apabila melihat data yang dilansir BPS menunjukkan betapa UKM menuju
perkembangan yang sangat menjanjikan. Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang
disumbangkan UKM pada 2003 mencapai Rp1.013 triliun atau 56,7 persen dari total PDB
nasional. Pada 2001 terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun 2002 naik menjadi 4,1 persen
dan2003 meningkat menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan pertumbuhan PDB UKM lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB
nasional 2,4 persen berasal dari UKM. Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional juga
cukup signifikan. Pada tahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit atau 99,99 persen dari
keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar 88,7
persen dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 juta orang. Dibanding dengan
kondisi tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar 2,7 persen menjadi 42,4 juta unit usaha,
dengan penyerapan tenaga kerja menjadi 79 juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 persen.

1.5. Otonomi Daerah dan Peluang Bagi UKM Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik kuar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,
moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang dimuat dalam Pasal 2 UU Nomor
22 Tahun 1999. Disamping pemerintah daerah juga dituntut untuk memiliki kewajiban dalam
mengembangankan bidang-bidang koperasi, industri dan perdagangan, penanaman modal,
tenaga kerja, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, pertanahan,
lingkungan hidup (pasal 11).
Dalam kaitannya dengan pengembangan koperasi dan UKM dalam kerangka otonomi
daerah, diatur sebagai suatu kewajiban kepala pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, seperti yang ditegaskan dalam penjelasn pasal 43 UU Nomor 22 Tahun
1999, secara lengkap disebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat
kepala daerah berkewajiban mewujudkan demokrasi ekonomi dengan melaksanakan
pembinaan dan pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, yang mencakup
permodalan, pemasaran, pengembangan teknologi, produksi, dan pengolahan serta pembinaan
dan pengembangan sumber daya manusia.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu
perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha atau persaingan di daerah.
Oleh sebab itu, setiap pelaku bisnis di daerah dituntut untuk dapat beradaptasi menghadapi
perubahan tersebut. Di satu sisi, perubahan itu akan memberi kebebasan sepenuhya bagi daerah
dalam menentukan sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan. Tentunya
diharapkan kegiatan-kegiatan yang produktif yang dapat menghasilkan nilai tambah (NT) yang
tinggi, salah satunya adalah industri-industri dengan dasar sumber daya alam. Diharapkan
industri-industri tersebut dapat dikembangkan di daerah yang kaya sumber daya alam sehingga
mempunyai daya saing tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
Beberapa daerah dalam rangka meningkatkan otonomi daerah, berbagai pungutan-
pungutan baru dikenakan pada UKM, sehingga biaya transaksi menjadi meningkat. Jika
kondisi ini tidak segera dibenahi, maka akan menurunkan daya saing UKM. Permasalahan
lainnya, seperti semangat kedaerahan yang sempit, kadang menciptakan kondisi yang kurang
menyenangkan bagi pengusaha yang berhasil dari luar daerah tersebut. Kebijakan pemerintah
di dalam pengembangan pemerintahan daerah atau otonomi daerah juga merupakan suatu
peluang besar bagi UKM di daerah karena salah satu syarat utama menjadi otonomi adalah
bahwa daerah yang bersangkutan harus punya pendapatan daerah yang cukup untuk membiayai
roda perekonomian. Ini berarti perlu lembaga-lembaga ekonomi lokal,termasuk UKM yang
akan memberikan pendapatan daerah. Jadi, peranan UKM di daerah tidak hanya sebagai salah
satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menghilangkan kesenjangan pendapatan atau
pembangunan antarwilayah, tetapi juga sebagai alat pengembang ekonomi daerah.

1.6. Peluang dan Tantangan bagi UKM Dalam Liberalisasi Perdagangan

Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan,


mulai dari pengurangan hambatan perdagangan non-tarif secara bertahap hingga penurunan
tingkat tarif mencapai 0% di beberapa sektor.Semua tingkat perjanjian perdagangan pun
ditindak lanjuti, baik di tingkat multilateral, regional, serta bilateral. Tak ketinggalan,
deregulasi berbagai peraturan perdagangan pun dilakukan demi meminimalisasi peluang
korupsi di tataran birokrat.
Tantangan yang dihadapi UKM ialah sarana prasaran teknologi yang belum mumpuni
untuk menunjang produktivitas, masih rendahnya keahlian tenaga kerja, kurangnya
pengetahuan mengenai pasar dan strategi bisnis global dan keterbatasan dalam mengakses
modal serta persaingan yang luas di dunia perdagangan dan perekonomian. Pengetahuan
pemasaran yang kurang memadai mengakibatkan para pelaku UMKM tidak melakukan
kegiatan secara ekspor secara mandiri melainkan menggunakan jasa pihak ketiga untuk
melakukan ekspor. Hal ini untuk sementara bisa diatasi dengan menjadikan pelaku UMKM
supplier bagi perusahaan besar dan perusahaan asing dalam negeri yang memiliki jaringan
internasional sehingga mereka terlatih dalam membentuk jaringan.

Untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah berupaya untuk memperluas Bank


Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Kementerian Koperasi dan UKM telah mencanangkan berbagai program strategis seperti,
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), pengembangan Inkubator Bisnis, pengembangan
dan perluasan pasar produk UMKM. Namun, pemerintah masih ketinggalan untuk fokus pada
pengembangan sumber daya manusia dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan inovasi
dan mutu produk sehingga produk UKM Indonesia bisa diakui secara internasional.
Pengembangan UKM sangat penting sebagai kesuksesan dalam upaya-upaya kolektif dan
individu akan pergi jauh di daerah dan mengurangi kesenjangan pendapatan domestik dan
dalam menciptakan keseimbangan antara pendapatan dan lapangan kerja dan mengamankan
manusia yang lebih berkelanjutan dan jaminan sosial di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi
yang pesat dalam pendapatan dan output. Untuk mencapai hal ini, ada kebutuhan untuk
meningkatkan UKM, daya saing internasional melalui kebijakan promosi UKM, sistem
keuangan dan sistem pajak untuk UKM. UKM bisa dipertajam dalam kemampuannya untuk
bersaing melalui peningkatan daya saing dengan peningkatan pengawasan mutu, peningkatan
keterampilan dan lain-lain dari kebijakan promosi, UKM juga dapat membantu untuk
memperlancar keluar tidak tersedianya sistem keuangan yang efektif bagi UKM dan
memfasilitasi proses modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://fekool.blogsopt.com/2016/05/konseppengusaha-kecil-dan-menengah.html?m=1

https://www.academia.edu/10987537/KOPRASI_FIX_PRESENTASI

Anda mungkin juga menyukai