1
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
KATA PENGANTAR
Perkembangan dunia dan globalisasi membawa dampak 3C; complexity, competition dan
change yang harus diantisipasi. Antisipasi bisa dilakukan dengan mempersiapkan dan
memperdayakan SDM, termasuk SDM di Perguruan tinggi dengan menjembatani
kesenjangan antara teori dengan praktek dalam rangka memecahkan persoalan. Melalui
seminar dan workshop “total Ergonomic Approach“ akan terbangun mindset baru dalam
memecahkan berbagai persoalan melalui metode pemecahan masalah yang holistik dengan
pendekatan interdisipliner dari berbagai bidang keilmuan.
Seminar Nasional dan Workshop PEI merupakan pertemuan rutin tahunan yang akan
diselenggarakan di Gedung Pascasarjana Kampus Universitas Udayana, DENPASAR, Bali,
pada tanggal 12 hingga 13 Oktober 2017 ini diharapkan dapat menjadi wadah bertukar
pengalaman dan pengetahuan serta penyebarluasan hasil-hasil penelitian serta cara
memecahkan berbagai permasalahan untuk menuju hari depan yang lebih baik. Peserta
workshop diikuti oleh akademisi berbagai bidang keilmuan, praktisi, birokrat, serta
mahasiswa dalam rangka mempersiapkan SDM yang mampu berpikir holistik dalam
memecahkan berbagai permasalahan.
Ketua Panitia
2
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
TIM EDITOR
3
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
DAFTAR ISI
4
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
5
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
40. AKTIVITAS AMAN SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP TERJADINYA PENYAKIT TIDAK
MENULAR PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI ..................................................... 324
41. DESAIN RAK FILM VERTIKAL MENINGKATKAN WAKTU AMBIL FILM RADIOLOGI DAN
MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR ................ 328
42. REDUKSI PAPARAN PANAS GUNA MENINGKATKAN WAKTU KERJA ................................ 336
43. KAJIAN ERGONOMI PADA PERTANIAN STROBERI DI BEDUGUL BALI .............................. 348
6
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Sudjoko Kuswadji
Praktisi Kesehatan Kerja
Yayasan Sudjoko Kuswadji Bersaudara
1
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
luas, sehingga penulis memandang perlu pada karyawan. Agar upaya ini sustainable
dipersempit. Pilihan jatuh ke dalam bidang atau langgeng, dilakukan dalam Sistem
Keselamatan, Kenyamanan, Kesehatan Manajemen Kesehatan Kerja yang
Kerja dan Lingkungan Hidup (HSE). terintegrasi dengan Sistem Manajemen K3.
Bidang ini terkait dalam masalah semua Prosedur tidak boleh dibuat tumpang tindih.
pekerja termasuk pekerja kreatif. Misalnya Emergency Response Safety
Pembahasan dapat meliputi cedera akibat terkait dengan kebakaran, sementara
kecelakaan, penyakit akibat paparan bahan Medical Emergency Response dalam
kimia, pencemaran udara, air dan tanah Kesehatan Kerja terkait dengan penyakit
akibat proses produksi. Kajian ini masih mendadak seperti serangan jantung. Elemen
terlalu luas, sehingga perlu membatasi diri Sistem Manajemen Kesehatan Kerja terdiri
lagi mengenai kaitannya dengan kondisi atas:
dan kesehatan pekerja serta dampak
penyakit yang terjadi pada mereka. 1. Penilaian risiko kesehatan dan
perencanaan, sistem ini diawali
Pengalaman sebagai praktisi kesehatan dengan penilaian risiko. Artinya
kerja, banyak sekali menemukan kelemahan program kerja dlakukan sesuai
kolaborasi dalam berbagai disiplin. dengan prioritas. Bahaya dan risiko
Sebenarnya tujuan semua anggota disiplin yang paling besar yang ditangani
dalam HSE adalah menjaga semua manusia terlebih dulu. Dengan cara ini
pekerja, agar tetap sehat dan produktif. program akan berjalan secara cost
Meskipun demikian Keselamatan Kerja effective.
juga harus menjaga asset perusahaan agar
jangan sampai terbakar, rusak, 2. Higiene industri dan pengendalian
mengeluarkan cemaran dan seterusnya. pejanan di tempat kerja, higiene
industri adalah antisipasi,
pengenalan, pengukuran, analisis
Kesehatan Kerja dan pengendalian bahaya. Bahaya
antara lain adalah bahaya fisik (
Kesehatan Kerja adalah ilmu yang kebisingan, radiasi, getaran dll),
mempelajari hubungan timbal balik antara Bahaya kimia (solvent, logam dll),
pekerjaan dan kesehatan. Lingkungan kerja Bahaya biologi (kuman, keracunan
yang tidak baik dapat mengganggu makanan dll), Ergonomi (duduk,
kesehatan pekerja dan sebaliknya gangguan berdiri, posisi kerja dll), Psikososial
kesehatan pada pekerja dapat menyebabkan (stress akibat kerja dll). Bahaya itu
kinerjanya menjadi buruk. Untuk mencapai diukur agar bisa ditakar besarnya.
tujuannya dalam mencegah agar lingkungan Pengendalian artinya jumlah bahaya
kerja menjadi baik dan mencegah harus menjadi lebih kecil.
timbulnya penyakit pada pekerja, biasa
dilakukan program kerja secara sistematik. 3. Manajemen tanggap darurat medik,
berbeda dengan tanggap gawat
Pada prinsipnya K2 atau Kesehatan kerja darurat safety (kebakaran), tanggap
adalah upaya untuk mencegah kerugian gawat darurat medik menyangkut
perusahaan dalam hal terjadinya penyakit kompetensi tenaga kesehatan, Ini
2
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
3
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
4
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
5
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
6
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
7
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Transportasi
Contoh yang paling mencolok belakangan ini adalah jasa dalam bidang transportasi, yang
disebut dengan GOJEK. Ini adalah penggunaan teknologi, real time, pemetaan, jam, foto,
berita lewat ponsel dan komputer
.
Arsitektur
Dalam bidang arsitektur ada satu temuan pada sebuah rumah ibadah mesjid. Arsiteknya
sendiri tidak bisa mengupas kaitannya dengan kesehatan.
Di belakang mimbar ada lubang terbuka Di belakang mimbar ada kolam, ada ikan,
lebar ada air mancur
Uap air akan terhembus angin masuk Air yang masuk tubuh 75% ke otak, ningga
mesjid, sehingga makmum menghirupnya. orang shalat jadi khusuk
8
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Buta warna
Buta warna sering menjadi kendala dalam bekerja. Pada pekerjaan yang memerlukan
ketrampilan membedakan warna merah dan hijau, mereka tidak punya tempat, Mereka
yang sukar membedakan berbagai warna, tidak bakal diterima sebagai desainer. Berapa
banyak mereka yang buta warna itu?
Perlistrikan
Dalam bidang listrik ada yang disebut dengan harmonisasi kode warna kabel listrik:
Lukisan
Sementara ini pelukis buta warna masih melukis sesuai dengan warna yang mereka lihat.
Bisa diduga pada masa mendatang mereka akan melukis sesuai dengan warna aselinya,
karena warna itu bisa digantikan dengan angka. Satu software akan menterjemahkan
penglihatan mereka menjadi angka2.
9
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pekerja Kidal
Pekerja Kidal ternyata cukup banyak. Ada sensus kidal di beberapa negara. Beberapa
prosentasenya sangat mencolok. Kaitannya dengan pekerjaan belum banyak dikaji. Tidak
diketahui apakah mereka melihat jam secara terbalik.
Jam normal berputar ke kanan hurufnya Jam berputar ke kiri, hurufnya terbalik
biasa (flipped)
10
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Jam yang berputar terbalik dapat digantung di dinding di belakang seseorang yang sedang
dicukur rambutnya. Jika orang itu melihat ke cermin, maka jam akan terlihat seperti biasa
tidak terbalik lagi.
(Pertanyaan kreatif: Bagaimana mahasiswa kedokteran gigi memeriksa gigi agar tidak
terbalik?)
Mengingat banyaknya orang kidal, nampaknya perlu dirancang peralatan untuk orang
kidal, seperti sendok garpu, gunting dll.
Beban Kerja dan Kapasitas Kerja antara lain adalah sikap kerja, pengangkatan
barang, gerakan berulang, gangguan otot
Dalam rangka pengabdian ilmuwan dalam rangka, denah tempat kerja, keselamatan
bidang perlindungan kesehatan tenaga kerja dan kesehatan kerja,
pada jaman industri kreatif ini akan
disajikan wacana kerja sama penyesuaian Ergonomi Kognitif, terkait dengan proses
antara beban kerja dan kapasitas kerja mental, seperti persepsi, daya ingat, wacana
karyawan di antara profesi ergonomi dan dan tanggapan gerakan yang terkait pada
kesehatan. antara seseorang dan elemen sistem lainnya.
Topik kajiannya antara lain beban mental,
Beban Kerja pengambilan keputusan, kinerja
ketrampilan, interaksi antara manusia
Ergonomi mempunyai peranan membuat komputer, ketepatan manusia, stress kerja
harmoni di antara beberapa pihak manusia dan pelatihan yang terkait dengan sistem
dalam hal kebutuhannya, kemampuan dan manusia.
keterbatasannya. Tujuan utamanya
mencegah terjadinya dampak gangguan Ergonomi Organisasi, terkait dengan
kesehatan dan memelihara kenyamanan optimalisasi sistem sosioteknik, termasuk
dalam bekerja. Ada tiga jenis kegiatan struktur organisasi, kebijakan dan proses.
ergonomi: Topik terkait adalah komunikasi,
manajemen sumber daya manusia, desain
Ergonomi Fisik, berkaitan dengan anatomi pekerjaan, desain jadwal kerja, kerja sama
manusia, anthropometri, karakteristik tim, desain partisipasi, ergonomi
fisiologik dan biomekanik yang terkait komunitas, kerja sama, paradigma kerja
dengan aktivitas fisik. Beberapa kajiannya
11
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
baru, organisasi virtual, kerja jarak jauh, fungsi itu adalah fungsi vegetatif, fungsi
dan manajemen kualitas. lokomotif, fungsi perseptif, fungsi
integratif. Banyak ahli menganggap bahwa
keempat fungsi itu yang diperlukan untuk
Kapasitas Kerja bekerja, Keempat fungsi itu diniali dalam
skala 7: mulai dari yang paling sempurna
Seseorang akan bisa bekerja apabila empat sampai yang paling tidak memenuhi syarat.
fungsi tubuhnya berjalan normal. Keempat
Pemeriksaan harus dilakukan paling sedikit variatif, bergantung pada industrinya dan
oleh satu tim, yang terdiri atas dua unsur: jenis pekerjaannya. Ada tujuh jenis
pengukur beban kerja oleh insinyur dan pekerjaan sesuai dengan ISCO 88, sebagai
kapasitas kerja oleh dokter dan petugas berikut;
kesehatan. Penetapan skala tujuh itu sangat
12
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
07 Craft and related Tukang kayu, Tukang pipa, Tukang cat, Tukang las,
trades workers Tukang besi, Tukang listrik, Tukang gelas, Tukang roti,
Tukang jahit, Tukang obras, Tukang Sepatu
08 Plant and machine Operator bor, Operator keramik, Operator pabrik kimia,
operators and Operator produk kimia, Operator mesin cetak, Operator
assemblers mesin jahit, Operator mesin sepatu, Sopir bis, taxi
09 Elementary Tukang sampah, Buruh kasar
occupations
Semakin kecil angka kode (kecuali nol) otot yaitu pegal linu, sementara kerja otak
semakin banyak kerja otak, semakin besar berupa penyakit otak, stres akibat kerja,
angkanya semakin kerja otot. Dampak kerja depresi dan lain-lain.
13
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tim pemeriksa Kesehatan Prakarya terdiri yang akan menggunakan pekerja baru.
atas satu dokter, dua perawat kesehatan Hasil kedua tim dicocokkan dengan
kerja dan satu insinyur teknik industri. Tim persyaratan yang ditetapkan oleh
medis menetapkan analisis kapasitas fisik, pengusaha. Keputusan pengangkatan, atau
sementara insinyur menetapkan beban pemindahan pekerja ada pada tangan
kerja. Semua beban kerja diperiksa di pengusaha,
tempat kerja bekerja sama dengan mereka
14
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
15
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Dokter perusahaan dituntut untuk usia dan cacat tubuh. Dengan demikian hak
menempatkan pekerja kreatif sesuai dengan seseorang untuk bekerja akan terpenuhi.
disiplinnya masing-masing dalam
kelompok NOS ini. Pemeriksaannya sama Dampak pekerjaan kreatif juga diperiksa
saja dengan pekerja lainnya, hanya dengan cara yang sama ketika memeriksa
instrumen pemeriksaannya yang mungkin sebelum kerja. Jika terjadi perubahan segera
berbeda. dilakukan tindakan yang diperlukan.
Kesimpulan
Referensi:
Gelombang peradaban tidak bisa 1. A PRE -WHITE HOUSE
dibendung. Dia akan melibas semua aspek CONFERENCE ON AGING
kehidupan umat manusia. Peralihan antara ACTIVITYU S DEPARTMENT
satu peradaban ke peradaban berikutnya OF EDUCATION Adelphi
sering menimbulkan kekhawatiran. University Center on AgingGarden
Kenyataan yang terjadi adalah pergeseran City, N. Y. 11530Jacit, 1980
minat untuk bekerja.
2. AGING AND THE WORK
Perubahan ke peradaban kreatif sama saja. FORCE: HUMAN RESOURCE
Perubahan itu lebih cepat, terjadi secara STRATEGIES AN
tiba-tiba. Antisipasi perlu dilakukan INFORMATION PAPER
terutama pada sektor tenaga kerja. Industri PREPARED FOR USE BY THE
kreatif apa saja yang bakal terjadi, apa SPECIAL COMMITTEE ON
kebutuhan mereka mengenai tenaga kerja. AGING UNITED STATES
Bagaimana pemeriksaan kesehatan tenaga SENATE AUGUST 1982
kerja kreatif.
3. Alvin Toffler THE THIRD WAVE.
Pemeriksaan calon pekerja kreatif perlu Published simultaneously in the
dilkukan secara lebih cermat. Konsepnya United States and Canada ,
adalah beban kerja harus seimbang dengan Copyright © 1980 by Alvin Toffler.
kapasitas kerja. Pemeriksaan yang perlu ISBN 0-553-24698-4
diperhatikan terutama pemeriksan
kepribadian dan mental. Menurut 4. Alvin Toffler, FUTURE SHOCK A
pengalaman orang jenius dan kreatif sering Bantam Book, published by
mengalami sedikit gangguan jiwa: depresi, arrangement with Random House,
kidal, dyslexia dll. Inc. Bantam edition published
August 1971, Copyright © 1970 by
Methode GULHEMP baik dipergunakan Alvin Toffler.
oleh karena tidak ada diskriminasi, murni
meninjau kapasitas pekerja. Aspek 5. Canada's Changing Age Structure
pemeriksaan kreativitas terakomodasikan Implications for the Future Papers
dalam pemeriksaan mental dan kepribadian. from a Research Symposium held at
Pemeriksaan ini tidak membedakan jender, Simon Fraser University Burnaby,
16
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
17
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap, perilaku
dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu,
bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan
bernegoisasi. Kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa kerja sama tim
merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari
pribadi yang paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk
saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan, saling mengerti dan mendukung satu sama
lain merupakan kunci kesuksesan dari kerja sama tim.
18
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ahli interior, sehingga desain yang dihasilkan dituntut dapat mengembangkan gaya manajerial
baik dan sempurna. yang partisipatif dengan secara intensif
Dari contoh tersebut, dapatlah melibatkan diri pada pemecahan masalah
disimpulkan bahwasanya seseorang bersama dengan anggota tim kerjanya, mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan akan membangun semangat kerjasama antar anggota
membutuhkan bantuan untuk menyempurnakan tim kerja.
pekerjaaannya.
Efektivitas Kerja Tim
Efektivitas kerja tim didasarkan
Manfaat dan Fungsi Kerja Tim
padadua hasil-hasil produktif dan kepuasan
Fungsi kerja tim atau kerjasama tim pribadi. Hasil produktif berkenaan dengan
dapat merubah sikap, prilaku dan nilai-nilai kualitas dan kuantitas hasil kerja, sedangkan
pribadi serta dapat mendisiplinkan anggota tim. kepuasan berkenan dengan kemampuan tim
Sedangkan manfaat bekerja dalam tim: (1) untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
meningkatkan produktivitas kerja; (2) anggota dan mempertahankan keanggotaan
menngkatkan kualitas kerja; (3) meningkatkan serta komitmen tim. Faktor-faktor yang
mentalitas kerja; (4) sebagai aktualisasi diri; mempengaruhi efektifitas tim adalah: (a)
dan (5) stres atau beban kerja berkurang. organisasional; (b) struktur; (c) startegi; (d)
Sedangkan sebagai tujuan kerja tim adalah (1) lingkungan budaya; dan (e) sistem
efiseinsi: setiap anggota tim menyelesaikan penghargaan. Sedangkan karakteristik tim akan
tugas atau pekerjaan secara cepat, cermat dan mempengaruhi proses internal tim, hasil dan
tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan; dan kepuasan. Ciri-ciri tim yang efektif : (1)
(2) efektif: Setiap anggota tim memiliki tujuan memiliki tujuan yang hendak dicapai bersama;
yang jelas, memiliki keterampilan yang (2) memiliki antusiasme tinggi, anggota tim
memadai, memiliki komitmen, saling percaya, tidak takut menyatakan pendapat, menunjukan
memiliki komunikasi yang baik, memiliki keahlian menjadi diri sendiri, sehingga
kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kontribusi yang diberikan bisa optimal; (3)
kemampuan yang tepat. peran dan tanggungjawab yang jelas, anggota
tim tahu kontribusi yang diberikan untuk
menunjang tercapainya tujuan yang telah
Pergeseran dari individu ke kerjasama ditentukan sebelumnya; (4) komunikasi yang
tim efektif. Komunikasi dilakukan secara periodik
untuk tujuan monitoring (seberapa jauh tugas
Melihat gejala sosial dan politis, diselesaikan) dan correcting (apakah ada
beberapa organisasi dengan sistem kesalahan yang perlu diperbaiki); (5) resolusi
kepemimpinan hirarkhi (banyak ditemui) konflik. Konflik yang tidak ditangani dengan
tampak mulai berubah menuju sistem yang baik akan seperti kanker menggroti semangat
lebih terbuka dan transparan. Bawahan mulai tim.; (6) shared power, setiap anggota diberi
mudah untuk memberi kritik atau mengkritisi kesempatan untuk menjadi pemimpin, sehingga
atasan, apalagi rekan sekerjanya, akan lebih merasa ikut bertanggungjawab untuk
mudah atau terbuka menyampaikan segala kesuksesan tercapainya tujuan bersama; (7)
sesuatu kritikan, opini ataupun saran. Hal keahlian, tim beranggotakan dari berbagai
seperti ini diterjemahkan menjadi suatu pola keahlian yang saling menunjang, mudah
kerjasama networking. bekerjasama, sehingga pekerjaan lebih mudah
Tuntutan kondisi yang semakin dan cepat diselesaikan; (8) evaluasi, dilakukan
terbuka, dinamis dan pengaruh iklim luar yang secara periodik selama proses berlangsung
semakin mudah diakses, maka peran pemimpin untuk mendeteksi lebih dini penyimpangan
yang terjadi, sehinga dapat diperbaiki segera.
19
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Suatu kelompok dikatakan sebagai tim Manfaat tim kerja yaitu untuk
kerja (teamwork) dan menghasilkan suatu yang pengambilan keputusan, merundingkan, dan
optimal memiliki banyak dimensi, diantaranya : bernegosiasi. Sedangkan fungsi tim kerja yaitu
(a) goal setting: memiliki tujuan yang sama; (b) dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai
komitmen: memiliki komitmen untuk mencapai pribadi, disamping itu dapat mendisplinkan
tujuan yang telah disepakati; (3) effective role: anggota tim. Tujuan tim kerja adalah agar
setiap anggota tim harus memiliki peran-peran anggota tim memiliki visi dan misi yang sama
tersendiri dan bersinergi dalam mencapai dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang
tujuan; dan (4) leadership: akan menjadi efektif efisien dan efektif.
atau tidakbanyak dipenagruhi oleh
kepemimpinan. Efektivitas kinerja tim daat
DaftarPustaka
tercapai apabila kinerjanya dilandasi oleh empat
faktor tersebut dan tiap inividu merupakan https://www.yohanessurya.com/activities.php?p
kunci efektif dalam membangunan serta id=301&id=57/ pendekatan multi-disiplin
mengembangkan suatu usaha kerjasama. [diakses 8 Oktober 2017]
http://ririndwi19.blogspot.com/2011/12/manfaa
Simpulan t-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html [Diakses
10 Oktober 2017]
20
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Analisis ergonomi kokpit pesawat udara N-219 sangat penting untuk dilakukan,
dikarenakan postur tubuh yang kaku disebabkan oleh konfigurasi kokpit yang kurang baik
membuat pilot merasa tidak nyaman, lelah yang akan menyalahi keamanan penerbangan
dan berbahaya bagi pilot. Analisis ergonomi dilakukan dengan desain virtual
menggunakan model pilot dalam lingkungan virtual. Model kokpit N-219 dibuat dengan
CATIA kemudian diimport ke software JACK, sebuah software simulasi dan analisis
ergonomi, kemudian dioptimasi. Model pilot Indonesia persentil. 5 dan persentil 95
dibangun dalam JACK yang digunakan untuk analisis ergonomi pilot, selanjutnya
penilaian kenyaman pilot dari optimalisasi ergonomi dibuat, penilaian ergonomi
dilakukan dengan mengevaluasi bagian utama kokpit seperti kursi, panel utama, rudder
pedals, panel atas, stick dan throttle. Nantinya beberapa masalah yang menyalahi aturan
ergonomi ditemukan dan beberapa saran untuk perbaikan juga diajukan. Hasil yang benar
akan dilakukan uji lapangan dan metoda yang digunakan oleh enginer untuk
memperkirakan kokpit generasi selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis ergonomi terkait
dengan Static Strength Prediction (SSP), Lower Back Analysis (LBA), Ovako Working
Posture Analysis Sytem (OWAS), Rapid Upper Limb Assessment (RULA), dan Eye View
Analysis. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan desain dan posisi panel terkait
dengan jangkauan tangan.
20
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Panel. Sedangkan Forward Panel itu sendiri penerbangan seperti powerplant control dan
terdiri dari Pilot Forward Panel, Copilot flight control. Kontrol yang berada di area
Forward Panel dan Center Forward Panel. ini harus dapat dijangkau oleh kedua pilot
Pilot/Copilot Forward panel berada dengan mudah.
tepat didepan pilot/kopilot dan masing Overhead Panel berada tepat diatas
masing berisi satu buah Primary Flight pilot dan kopilot dan hanya berisi dome
Display yang identik. Primary Flight light dan outlet pendingin ruang.
Display berfungsi menampilkan informasi Sedangkan Circuit Breaker Panel berada di
penting yang dibutuhkan saat terbang dan samping kiri dan kanan dinding center
harus sering dipantau selama penerbangan. console. Panel ini tidak pernah
Center Forward Panel berada dioperasikan/dipantau selama pesawat di
diantara Pilot/kopilot Forward Panel. udara
Kontrol dan display yang berada di area
panel ini harus bisa dipantau dan
dioperasikan oleh kedua pilot. Center
Forward Panel terdiri dari Multi Function
Display. Peletakan panel didesain agar pilot
dapat memonitor dan mengakses area panel
tanpa halangan saat mereka sedang
bertugas. Pada sisi kanan dan kiri di bagian
bawah instrument panel terpasang berbagai
macam kontrol.
Pada bagian bawah Forward Panel
berisi kontrol dari berbagai sistem yang
dibutuhkan pesawa seperti: sistem elektrik, Gambar 1. Detail Layout Tiap Panel yang
sistem fuel, dll. Kontrol di area ini Menunjukkan Letak Instrumen, Kontrol,
umumnya hanya dioperasikan sebelum dan Warning
pesawat lepas landas, dan dilakukan oleh
masing-masing pilot yang terdekat dengan Analisis Ergonomi
kontrol tersebut. Metode dalam penelitian ini
Glareshield Panel berada tepat diatas mengikuti 3 fase dari framework IDEAS
Forward Panel dan berfungsi untuk Digital Human Modeling yaitu Identify
menjaga semua display yang berada (Identifikasi), Design (Desain), dan
dibawahnya bebas dari silau yang Evaluate (Evaluasi). Dengan framework ini,
diakibatkan cahaya dari luar kokpit. Kontrol penelitian menjadi lebih terstruktur dan
atau display yang berada di panel ini harus lebih runtut dalam pelaksanaannya. Adapun
bisa dipantau dan dioperasikan oleh kedua metode ataupun instrumen ergonomi yang
pilot. Panel ini terdiri dari Auto Pilot kami akan gunakan dalam penelitian ini
Kontrol Panel. adalah sebagai berikut.
Center console berisi kontrol yang
sering dioperasikan selama operasi
21
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 1. Metode/Instrumen Ergonomi yang adalah data dimensi tubuh, data fasilitas
Digunakan kerja yang digunakan, dan data posisi serta
Definisi gerakan kerja.
Variabel Operasional Instrumen
Variabel Antropometri
Lingkunga Keadaan Observasi Untuk data dimensi tubuh tubuh yang
n Kerja sekeliling Langsung digunakan dalam penelitian ini, mengikuti
pekerja referensi dari The Civilian American and
meliputi European Surface Anthropometry Resource
kondisi ruang (CAESAR) dengan menggunakan 2 jenis
persentil bawah dan atas.
PosturKerj Penilaian Static Strength Caesar/Civilian American And
a dan postur Prediction European Surface Anthropometry
Gerakan kerjameliputi (SSP), Resource, merupakan dokumen yang berisi
Kerja bagian tubuh, Lower Back tentang hasil survey antropometeri terhadap
aktivitas, dan Analysis (LBA), populasi warga sipil di 3 negara yang
nilai beban Ovako Working mewakili negara-negara NATO (North
Posture Atlantic Treaty Organization). Ketiga
Analysis Sytem negara tersebut adalah Amerika Serikat,
(OWAS), Rapid Belanda dan Itali oleh beberapa organisasi
yaitu US Air Force, Syntronic Inc.,
Identify Netherlands Organization for Applied
Tahap identify pada penelitian ini Scientific Research dan D'Appolonia dan
berisi mengenai pendefinisian masalah dan Society of Automotiive Engineers. Data
pengumpulan informasi awal yang relevan hasil statistik antropometeri hasil survey
dengan kajian yang dilakukan. ditujukan sebagai acuan ukuran untuk
beragam penerapan seperti pada bidang
a. Definisi Masalah otomotif, dirgantara, dan pakaian.
Pada pendefinisian masalah ini, Berikut merupakan ringkasan dari
bagian ruang lingkup yang difokuskan data antropometri yang digunakan :
adalah interaksi antara manusia dengan
kokpit pada saat situasi proses menyalakan Tabel 2. Ringkasan Data CAESAR
mesin pesawat dan panel instrumen kokpit Antopometri Responden
pesawat dengan asumsi kondisi Jenis Database CAESAR
menerbangkan pesawat dan hal-hal lain Jumlah responden 1374
yang menyangkut kondisi pesawat saat
Persentil Bawah Tinggi 157.5 cm dan
mengudara dan proses penerbangan
Badan dan Berat Badan 55.3 kg
pesawat.
Persentil Atas Tinggi 190.5 cm dan
Badan dan Berat Badan 98.64 kg
b. Pengumpulan informasi
Pada tahap pengumpulan informasi
ini, data yang dibutuhkan diantaranya Desain
22
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
24
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
26
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
27
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 4. Nilai Akhir yang Dihasilkan Tabel 5. RULA untuk Gerakan Mengemudi
RULA Persentil Bawah
Level Action levels from RULA Body Group A Body
1 Nilai 1 atau 2. Group B
Ele
Nilai ini mengindikasikan Up Lo Wr Wr Ne Tr To
men
resiko dapat diterima per wer ist ist ck un tal
Nila
Ar Ar Tw k
2 Nilai 3 atau 4. i
m m ist
Nilai ini menyatakan bahwa RU
4 2 1 2 1 4
resiko harus diinvestigasi LA
Group Score 5
lebih lanjut dan perubahan 4 5
mungkin perlu dilakukan
3 Nilai 5 atau 6.
Nilai ini menyatakan bahwa
resiko harus diinvestigasi
lebih lanjut dan diberikan
perbaikan
4 Nilai 7.
Nilai ini menyatakan bahwa
resiko harus segera
diinvestigasi dan diberi
perbaikan segera.
Berikut ini merupakan hasil dari
metode RULA yang diujikan ke persentil
Gambar 15. Hasil RULA untuk Gerakan
bawah dan atas dari postur kerja yang
Mengemudi Persentil Atas
dibedakan menjadi 2 gerakan utama yaitu
Tabel 6. RULA untuk Gerakan Mengemudi
mengemudi dan menjangkau.
Persentil Atas
Body Group A Body
Group
B
Ele
Up Lo W W Ne Tr
me To
per we ris ris ck un
n tal
Ar r t t k
Nil
m Ar T
ai
m wi
RU
st
LA
2 2 1 2 1 4
Group Score 4
Gambar 14. Hasil RULA untuk Gerakan
3 5
Mengemudi Persentil Bawah
28
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
29
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
evaluasi untuk lengan bawah model Berikut ini merupakan hasil dari Eye
sebesar 3 yang menyatakan bahwa View yang didapatkan dari desain saat ini.
lengan bagian bawah mengalami flexi
sebesar lebih dari 100° dengan posisi
agak menyamping dari titik tengah.
Nilai untuk pergelangan tangan model
sebesar 2 yang menyatakan bahwa
pergelangan tangan berada di sudut
diantara 0-15° dan nilai evaluasi untuk
perputaran pergelangan model adalah
bernilai 3, hal ini menunjukkan bahwa
perputaran yang terjadi berada di ujung Gambar 18. Posisi Kerucut Mata Untuk Persentil Bawah
rentang perputaran.
2) Pada kelompok B, nilai evaluasi
RULA untuk leher adalah 2 yang berarti
bahwa leher menunduk ke bawah sebesar 0-
20° dan nilai evaluasi RULA untuk batang
tubuh adalah 4 yang berarti bahwa batang
tubuh pada postur membungkuk dengan
posisi yang cenderung menyamping. Gambar 19.TampilanJangkauan Mata
Dari hasil berdasarkan nilai RULA, kita Untuk Persentil Bawah
dapat menyimpulkan bahwa gerakan
menjangkau yang dilakukan sekarang
belum ergonomis karena nilai skor yang
didapatkan adalah 6 untuk persentil bawah
dan 5 untuk persentil atas (di luar batas
aman 2) sehingga perlu adanya
pertimbangan untuk merubah desain untuk
lebih ergonomi terutama berkaitan dengan
aspek jangkauan tangan.
31
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
32
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Nina Kartika1 , Dr Akhmad Hidayatno ST,MBT2, Armand Omar Moeis ST, M.Sc 2
1
Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi BPPT
2
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik UI
Email:nina.kartika@bppt.go.id
ABSTRAK
Pembahasan
Simulasi Software Jack ii. Konfigurasi Kedua
Hasil simulasi dari masing-masing Konfigurasi usulan kedua adalah
konfigurasi akan dijelaskan pada subbab sandaran kursi pada posisi 5 derajat
dibawah ini. Masing-masing konfigurasi kebelakang garis vertikal. Seperti
memiliki nilai PEI yang berbeda. Variasi ditunjukan pada gambar 2
dari nilai PEI diperoleh dari perbedaan
elemen nilai ergonomi yaitu SSP, LBA,
OWAS dan RULA. Konfigurasi yang
memiliki nilai PEI yang terendah berarti
memiliki nilai kenyamanan yang paling
baik. Konfigurasi usulan dan nilai dari
konfigurasi tersebut adalah sebagai berikut : Gambar 2. Konfigurasi Kedua (a)
persentil 95 (b) persentil 50 (c) persentil 5
i. Konfigurasi Pertama
Konfigurasi usulan pertama adalah Perhitungan dari nilai ergonomi
sandaran kursi pada posisi nol derajat konfigurasi kedua dari simulasi Jack dapat
bertumpu pada garis vertikal. Seperti dilihat pada tabel 2.
ditunjukan pada gambar 1
Tabel 2. Hasil Analisa Konfigurasi Kedua
35
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
36
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 5. Hasil Analisa Konfigurasi 415 N dari batas maksimal 3400 N. Untuk
Keempat persentil 5 nilai LBA yang paling
ergonomis berada pada konfigurasi 15
derajat di belakang garis vertikal, dengan
nilai 342 N dari batas maksimal 3400 N.
Dari ketiga persentil di atas yang rata-rata
memiliki nilai LBA terkecil adalah persentil
5 dan yang tertinggi adalah persentil 95.
Daftar Pustaka
[1] Caughey David A. (2011) Introduction
39
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
1
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364, widketut@yahoo.com
2
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364,
Wayan.Sumetri@gmail.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364, iketutsutapa@yahoo.com
Abstrak
Studi ini adalah penelitian di bidang ergonomic, khususnya bidang stasiun kerja
ergonomis. Penelitian diawali dengan pengamatan langsung pada proses kerja kerajinan
ukiran di Desa Tangeb dan Desa Kapal, khususnya pada UD. P. Jatayu, Ud. Rinna
Dewata Sari dan UD. Agus. Pengamatan juga dilakukan di sentra-sentra kerajinan ukiran,
seperti Desa Kedewatan Ubud, Abiansemal dan Desa Darmasaba. Jurnal ilmiah yang
memuat aspek keluhan akibat kerja dan upaya peningkatan produktivitas juga menjadi
objek pengamatan, di samping hak ikhwal ranah seni ukir yang sudah dipublikasi pada
media online. Di samping aspek kesehatan kerja, tahapan proses juga menjadi bahan
kajian dalam upaya penyelesaian masalah penelitian. Sesuai dengan RIP (rencana induk
penelitian) Politeknik Negeri Bali, penyelesaian masalah akan dititikberatkan pada aspek
manusia dan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), sehingga akan didapatkan proses
kerja yang ENASEP (efektif, nyaman, aman, sehat, efisien dan produktif) serta secara
teknis mudah dikerjakan, ekonomis, ergonomis, hemat energi, ramah lingkungan dan
sesuai dengan trend jaman. Metode yang akan dipakai pada penelitian ini adalah
eksperimental dengan rancangan sama subjek. Melibatkan 9 orang sampel yang
melakukan aktivitas pada kondisi sebelum dan setelah perlakuan. Data kondisi lingkungan
dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Data beban kardio vaskuler, beban kerja dan
keluhan muskoluskeletal diuji dengan Two Pair Sample t-test, sedangkan data kelelahan
diuji dengan wilcoxon signed rank test pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan stasiun kerja ergonomis mampu menurunkan
beban kardio vaskuler ke titik aman. Indikator kesehatan kerja seperti : beban kerja,
keluhan muskuloskeletal dan kelelahan menunjukkan tanda-tanda lebih baik, yang
ditandai dengan menurunnya beban kerja, menurunnya keluhan muskuloskeletal dan
menurunnya kelelahan. Di samping kesehatan kerja, indikator produktivitas juga
meningkat signifikan.
Keywords: stasiun kerja, lingkungan kerja,kesehatan kerja, produktivitas
*
Email Address: widketut@yahoo.com
40
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
41
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
42
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
menyusun suatu gambar yang indah lukis. Kerajinan seni ukir ini banyak
Pengertian ini berkembang hingga dikenal digemari dan diminati oleh wisatawan asing
sebagai seni ukir yang merupakan seni maupun domestik sehinggga dikelola
membentuk gambar pada kayu, batu, atau sebagai industri kecil atau menengah
bahan-bahan lain .7 tergantung dari jumlah modal dan tenaga
kerja yang digunakan. Produk kerajinan
Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir
seni ukir banyak ragamnya mulai dari
sejak zaman batu muda (neolitik), yakni
cendra mata sampai dengan ukiran untuk
sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman ini
bangunan khas Bali7. Beberapa
nenek moyang bangsa Indonesia telah
permasalahan yang berhubungan dengan
membuat ukiran pada kapak kayu, tempaan
kesehatan kerja adalah beban kerja, keluhan
tanah liat atau bahan lain yang ditemui.
otot skeletal dan kelelahan. Metode yang
Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu
dipakai untuk menentukan besarnya beban
masih sangat sederhana. Saat ini ukiran
kerja, salah satunya dengan cara
kayu dan logam sudah mengalami
menghitung denyut nadi kerja dengan
perkembangan yang pesat dan
metode 10 denyut, sedangkan pengukuran
fungsinyapun sudah bergeser dari hal-hal
denyut nadi istirahat digunakan metode 15
yang berbau magis berubah menjadi alat
detik9.
penghias.8
Referensi 10 memberi penjelasan,
Bali sudah didiami manusia sejak
bahwa bekerja di manapun tidak terlepas
zaman purbakala. Bukti-bukti sejarah masa
dari beban kerja, karena dalam proses
lampau itu antara lain berupa situs-situs
aktivitas kerja diperlukan kerja otot dan
megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran
mental yang secara simultan ditunjukkan
yang dapat disaksikan baik di museum
melalui kelelahan yang ditandai dengan
maupun di alam terbuka. Peninggalan
adanya perubahan frekuensi denyut nadi.
kebudayaan ukiran Bali itu merupakan hasil
Denyut nadi per menit menggambarkan
kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri
kerja jantung dalam memompa darah ke
dari arca-arca batu berbentuk manusia,
luar-masuk organ jantung. Semakin besar
binatang, menhir, dolmen, punden
frekuensi denyut jantung per menit berarti
berundak, kubur batu, lumpang batu dan
semakin tinggi aktivitas tubuh yang
sebagainya yang berukuran kecil sampai
menyebabkan meningkatnya metabolisme
raksasa. Bukti-bukti peradaban pada masa
tubuh. Lebih jauh referensi 11 mengatakan
2500-1000 tahun sebelum Masehi itu tidak
bahwa menurut kaidah-kaidah ergonomi,
hanya mengesankan bagi wisatawan asing
setiap beban yang diterima oleh tubuh harus
maupun domestik, tetapi juga bagi para ahli
seimbang dengan kemampuan fisik dan
yang acapkali datang melakukan penelitian
kognitif serta keterbatasan tubuh yang
ilmiah.7
menerima beban. Kemampuan tubuh
Perkembangan seni di Bali sangat pesat, manusia dalam menerima beban sangat
sehingga menarik wisatawan untuk datang berbeda-beda, tergantung pada tingkat
berkunjung ke Bali. Kesenian yang ada saat keterampilan, kebugaran, asupan nutrisi,
ini antara lain: seni tari, seni ukir dan seni jenis kelamin, usia dan antropometri tubuh.
43
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Berat ringannya suatu aktivitas dapat dilihat keadaan optimal. Untuk mencapai hal
dari kebutuhan oksigen, kapasitas ventilasi tersebut diperlukan asupan oksigen dan zat
paru, perubahan suhu inti tubuh, kebutuhan makanan secara kontinyu. Selain itu
energi dan produksi keringat atau kontraksi dan relaksasi otot harus teratur.
perubahan berat badan. Denyut jantung Bila persediaan energi terbatas dan aliran
merupakan suatu alat estimasi laju oksigen dan zat makanan terganggu maka
metabolisme yang baik, kecuali dalam metabolisme sel akan terganggu sehingga
keadaan emosi dan vasodilatasi (pelebaran mempercepat timbulnya keluhan
pembuluh darah)12,13. Katagori berat muskuloskeletal. Pekerja yang
ringannya beban kerja didasarkan pada menggunakan stasiun kerja dan alat kerja
metabolisme, pernapasan, suhu tubuh dan yang memiliki dimensi yang kurang sesuai
denyut jantung2. Menurut referensi 14, dengan antropometri pekerja akan
energi yang diperlukan tubuh adalah energi menyebabkan gerakan dan sikap kerja yang
kimia yang terkandung di dalam ikatan kurang alamiah, sehingga keluhan
karbon-hidrogen dari makanan. Energi ini muskuloskeletal akan terjadi lebih awal dan
tidak dapat dipergunakan langsung oleh lebih berat. Sistem muskuloskeletal adalah
tubuh dan harus mengambil dari makanan sistem otot yang melekat pada tulang yang
setelah diubah menjadi ikatan posfat terdiri dari otot-otot serat lintang yang sifat
berenergi tinggi pada Adenosine Tri gerakannya dapat diatur (volunter)10.
Phosphate (ATP). Kebutuhan ATP sangat
Permasalahan ketiga yang berhubungan
tergantung pada tingkat beban kerja atau
dengan kesehatan kerja adalah kelelahan.
jenis pekerjaan yang dilakukan. Kebutuhan
Kelelahan terdiri dari kelelahan otot dan
ATP akan meningkat pada beban kerja yang
kelelahan umum. Kelelahan otot berupa
bertambah.
gejala kesakitan yang amat sangat ketika
Permasalahan kedua yang berhubungan otot menderita tegangan berlebihan,
dengan kesehatan kerja adalah keluhan sedangkan kelelahan umum adalah suatu
muskuloskelatal. Pekerja seni dalam tahap yang ditandai dengan rasa
beraktivitas akan mengalami perubahan berkurangnya kesiapan untuk
fisiologis sebagai akibat akumulasi beban mempergunakan energi. Referensi 5 dan 11
eksternal dan internal. Beban internal mengemukakan secara umum gejala
seperti berat badan, beban pikiran dan kelelahan dapat dimulai dari yang sangat
gangguan kesehatan juga secara bersama- ringan sampai perasaan yang sangat
sama menimpa pekerja, yang kesemuanya melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya
dapat menyebabkan stress15.Stress yang terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-
diterima tubuh diantisipasi secara aktif rata beban kerja melebihi 30% - 40% dari
dalam bentuk efisiensi sistem kerja dan tenaga aerobik maksimal.
pasif dalam bentuk reaksi fisiologis yang
Kelelahan biasanya menunjukkan
dikenal sebagai respon adaptif. Menurut
kondisi yang berbeda-beda dari setiap
referensi 16 dan 1, dalam kesimpulan
individu, tetapi semuanya bermuara kepada
penelitiannya, bahwa perubahan fisiologis
kehilangan efisiensi dan penurunan
bertujuan menjaga metabolisme sel dalam
44
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. waktu kerja subjek, Sound level meter, Lux
Referensi 17 dan 3, menyatakan meter, Black globe thermometer, Sling
kelelahan secara umum merupakan suatu thermometer, Anemometer, alat
keadaan yang tercermin dari gejala antropometer merk Super buatan Jepang
perubahan psikologis berupa kelambanan dengan ketelitian 0,1 cm., yang
aktivitas motorik dan respirasi, adanya dipergunakan untuk mengukur antropometri
perasaan sakit, berat pada bola mata, subjek. Kuesioner Kelelahan dan kuesioner
pelemahan motivasi, penurunan aktivitas Nordic Body Map.
yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan Data dikumpulkan dari sampel pada
mental. sentra industri ukiran stasiun di Desa
Salah satu efek yang jelas dari kelelahan Tangeb dan Desa Kapal, yaitu Ud. P.
adalah berkurangnya kewaspadaan18,19,20. Jatayu, Ud. Rinna Dewata Sari, Ud. Agus.
Seseorang tak akan mampu berkonsentrasi Sampel terpilih dikumpulkan di Ud. Agus
terus menerus untuk kegiatan mental. untuk diberikan perlakuan. Objek penelitian
Setelah mengalami ketegangan selama adalah stasiun kerja dan lingkungan kerja
masa tertentu, akan terjadi gangguan pada perajin ukiran Bali. Data kesehatan kerja
persepsi, dan kecepatan reaksinya menjadi dan produktivitasdiambil dengan memakai
lambat. Untuk mengatasi gangguan ini alat stop watch dan kuesioner. Petugas yang
perlu dilakukan penyegaran di luar dilibatkan untuk melakukan pengamatan
tekanan15. Penyegaran terjadi terutama adalah para ergonom (master atau doktor
selama waktu tidur malam atau periode ergonomi) dan dokter yang menguasai
istirahat dan pada waktu istirahat kerja. teknik palpasi (memegang dan menghitung
denyut nadi di pergelangan tangan),
2. METHODOLOGI sedangkan kuesioner yang dipakai adalah
Untuk mengetahui dampak Nordic Body Map. Kondisi lingkungan
perlakuan/intervensi terhadap kondisi akan diamati dengan sound level meter
subjek akan dilakukan penelitian (untuk mengukur tingkat kebisingan),
eksperimental dengan rancangan sama luxmeter (untuk mengukur intensitas
subjek (Treatment by subjects design). cahaya), sling thermometer (mengukur suhu
Berdasarkan rancangan tersebut basah dan suhu kering), black globe
pengukuran dilakukan dua kali yaitu thermometer(mengukur suhu radian) dan
sebelum dan setelah implementasi stasiun anemometer (untuk mengukur kecepatan
kerja dan lingkungan ergonomis. alat-alat angin).
yang digunakan untuk mengambil data
Untuk menghindari adanya kesalahan
terdiri dari : Kamera digital merk Olympus
dalam pengumpulan data, maka
FE-15 buatan Jepang untuk dokumentasi,
berdasarkan identifikasi dan klasifikasi
Tabel psichrometry, untuk menentukan
variabel, dibuat difinisi operasional
kelembaban relatif dengan satuan %., Stop
variabel. Produktivitas kerja adalah
Watch, merk Diamond buatan Inggris
perbandingan antara rerata pekerjaan yang
dengan satuan detik, yang dipergunakan
mampu diselesaikan/hari kerja dengan
untuk mencatat waktu denyut nadi, serta
beban kerja (nadi kerja) dikalikan waktu
45
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kerja. Beban kerja adalah jumlah denyut seniman ukir yang secara sukarela bersedia
jantung per menit setelah aktivitas untuk turut serta dalam penelitian. Task
dikurangi denyut jantung sebelum aktivitas. adalah tugas atau beban tugas yang harus
Teknik yang digunakan adalah teknik diselesaikan oleh seorang subjek, baik
palpasi dengan metode 10 denyut. Cara ketika belum memanfaatkan stasiun kerja
pengukurannya sangat sederhana. Pertama, ergonomis maupun ketika sudah
pegang urat nadi pada pergelangan tangan menggunakan stasiun kerja ergonomis.
sebelah kiri. Ambil jam tangan atau stop Untuk mengurangi bias hasil penelitian
watch. Rasakan denyut nadi pada tangan. akibat perbedaan perlakuan pada sampel,
Jika tidak teraba, geser naik turun posisi jari peralatan yang boleh dipergunakan selama
tangan kanan yang meraba nadi tangan kiri. penelitian juga dijaga atau dikontrol
Ketika sudah bisa dirasakan lirik jam sehingga antara subjek yang satu dengan
tangan anda. Dimulai dari denyut pertama, subjek yang lain akan mendapatkan
tandai posisi jarum panjang pada jam peralatan yang sama ketika beraktivitas.
tangan. Hitung denyut nadi subjek sampai Beban tugas juga akan dibuat setara, baik
hitungan ke 11 kemudian lihat jumlah detik tingkat kesulitannya maupun volume
yang telah berjalan pada jarum panjang jam kerjanya.
tangan. Misalnya 6 detik untuk 10 denyut.
Dengan formula sederhana dapat dihitung
denyut nadi kerja subjek, yaitu 600 dibagi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
waktu. Jadi Denyut Nadi Kerja adalah Karakteristik subjek yang meliputi
600/6 = 100 denyut/detik. Makin tinggi umur, berat badan, tinggi badan,
denyut nadi kerja subjek menandakan
pengalaman kerja, denyut nadi istirahat dan
kesehatannya menurun dan demikian
indeks massa tubuh (IMT) disajikan pada
sebaliknya. Keluhan muskuloskeletal
Tabel 1.
adalah rasa sakit yang dirasakan oleh
pekerja setelah melakukan aktivitas. Tabel.1. Karakteristik Subjek
Kelelahan adalah rasa lelah, ngantuk, N Rerat Simpan Rentanga
kurang konsentrasi dan bosan yang Uraian
o a g Baku n
dirasakan pekerja setelah melakukan
1 Umur (th) 37,72 4,72 30 – 51
aktivitas. Stasiun Kerja Ergonomis adalah
sebuah tempat kerja yang nyaman untuk 2 Berat 60,56 6,22 49 – 71
beraktivitas. Ada 2 aspek yang diperbaiki Badan (kg)
untuk mengurangi sakit akibat kerja.
3 Tinggi 167,6 4,12 150 –
Pertama memberikan kursi dan meja yang Badan 1 171
antropometris. Kedua memperbaiki kondisi (cm)
lingkungan kerja, seperti mengatur
intensitas penerangan, mengatur kecepatan 4 Pengalama 11,31 4,91 10 – 20
n Kerja
angin, membatasi kebisingan, mengatur
(th)
suhu basah, mengatur suhu kering dan
mengatur kelembaban. Subjek adalah 5 DNI 84,31 3,92 77,33 –
46
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
± 4,72. Berat badan subjek berkisar antara II menunjukkan bahwa data berdistribusi
49 s.d. 71 kg dengan rerata 60,56 ± 6,22 kg. normal yaitu data intensitas cahaya,
Tinggi badan subjek berada pada rentangan sedangkan data suhu kering, suhu basah,
150 s.d. 171 cm dengan rerata 167,61 ± kelembaban, suhu bola, kecepatan angin,
4,12 cm. Pengalaman kerja subjek sebagai kebisingan dan WBGT index tidak
petani berkisar antara 10 s.d. 20 tahun berdistribusi normal. Jika salah satu data
dengan rerata 11,31 ± 4,91 th. Pengalaman tidak normal maka pengujian memakai alat
kerja berkaitan dengan kemampuan uji non-parametrik. Dengan demikian data
adaptasi dan tingkat kesegaran jasmani diuji dengan uji Mann-Whitney. Hasil
perajin. analisis data kondisi lingkungan di
workshop para perajin dapat dilihat pada
Denyut nadi istirahat juga dapat
Tabel.2.
menunjukkan derajat kesegaran jasmani
seseorang, semakin rendah denyut nadi Tabel .2. Kondisi Lingkungan
istirahat seseorang maka semakin baik pula
Variabel Periode I Periode II Nilai Nilai
kesegaran jasmaninya. Pada penelitian ini Yang
denyut nadi istirahat subjek berkisar antara Diukur
77,33 s.d. 90,67 denyut per menit (dpm)
Rerat SB Rerat SB Z p
dengan rerata 84,31 ± 2,92 dpm sebelum a a
implementasi ergonomi (penelitian periode
Suhu 27,64 0,8 27,61 1,14 - 0,068
I) dan antara 69,33 s.d. 85,33 dpm dengan
kering 2 1,721
rerata 78,02 ± 4,53 dpm setelah
implementasi ergonomi (penelitian periode (oC)
II). Denyut nadi istirahat pada periode I dan Suhu 24,11 1,1 23,97 1,21 - 0,221
periode II masih berada pada kisaran 69,33 basah 4 1,227
dpm s.d. 90,67 dpm, yang menunjukkan (oC)
kondisi fisik subjek dalam keadaan sehat,
karena beban kerjanya termasuk kategori Kelembab 76,18 4,6 76,22 4,67 - 0,461
an 1 0,739
sangat ringan sampai ringan.
relatif
Sebelum pelaksanaan penelitian semua (%)
populasi mendapatkan pemeriksaan
WBGT 25,17 1,1 25,12 1,10 - 0,171
kesehatan dari Dokter. Dari 45 orang
index 1 1,366
populasi, 9 orang di antaranya kemudian
terpilih menjadi sampel. Dari hasil (oC)
Pemeriksaan yang meliputi pengukuran Kecepatan 11,15 3,0 11,07 2,82 - 0,487
tekanan darah, kadar gula sewaktu dan 2 1,112
angin
denyut nadi telah didapatkan status (m/dt)
kesehatan sampel, yaitu sehat. Hasil uji
Intensitas 190,0 4,7 193,0 6,89 - 0,965
normalitas terhadap data kondisi
0 1 0 0,043
lingkungan, baik untuk kondisi lingkungan cahaya
kerja pada periode I maupun pada periode (lux)
48
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kering pada saat pengamatan periode II; (b) 1 Tinggi badan 150,00 167,00 171,00
rerata suhu basah pada pengamatan periode 2 Tinggi mata 142,00 157,00 158,00
I tidak berbeda bermakna dengan rerata 3 Tinggi bahu 124,00 140,00 142,00
suhu basah periode II; (c) rerata suhu bola 4 Tinggi siku 99,00 104,00 120,00
pada pengamatan periode I tidak berbeda 5 Tinggi kepalan tangan 90,00 200,00 215,00
bermakna dengan rerata suhu bola periode 6 Tinggi tubuh posisi 77,00 86,00 88,00
II; (d) rerata kelembaban relatif pada duduk
pengamatan periode I tidak berbeda 7 Tinggi mata posisi duduk 69,00 72,50 88,00
bermakna dengan rerata kelembaban relatif 8 Tinggi bahu posisi duduk 51,00 56,00 59,00
saat pengamatan periode II; (e) rerata 9 Tinggi siku posisi duduk 59,00 68,00 72,00
kecepatan angin pada pengamatan periode I 10 Tebal atau lebar paha 10,00 11,00 14,00
tidak berbeda bermakna dengan rerata 11 Panjang paha (depan) 50,00 56,00 60,00
kecepatan angin periode II, dan (f) rerata 12 Panjang paha (belakang) 40,00 47,00 49,00
kebisingan,WBGT dan intensitas cahaya 13 Tinggi lutut dalam posisi 41,50 51,00 55,00
50
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Periode I nadi
kerja
2 Denyut nadi 0,919 16 0,162
(DN
istirahat (DNI)
K)
Periode II
(dp
3 Denyut nadi 0,967 16 0,783 m)
kerja (DNK)
Periode I 140
132,56 107,81
51
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
60 Z p
55,63 47,69
50
1 Kelelahan 0,887 16 0,050
40
32,56 32,00 pada Periode I
30 sebelum
20 aktivitas
10
2 Kelelahan 0,697 16 0,0001
0
Periode I Periode II pada Periode
Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas II sebelum
aktivitas
53
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel.10. Uji Beda Data Kelelahan Gambar.4. Data Kelelahan Perajin Ukiran
Variabel Periode I Periode II Nilai Nilai
Rerata SB Rerata SB Z P
4. KESIMPULAN
Kelelahan 32,23 0,94 32,21 2,02 -0,320 0,749
Sebelum Berdasarkan pembahasan sebelumnya
Aktivitas
dapat disimpulkan beberapa intisari
Kelelahan 61,73 0,53 53,67 0,56 -3,900 0,0001 penelitian untuk menjawab permasalahan
Setelah
Aktivitas yang ada, sebagai berikut.
Dengan memanfaatkan teknologi tepat
guna, yaitu stasiun kerja ergonomis
Tabel.9. Hasil Uji Normalitas Data didapatkan data bahwa beban kardio
Kelelahan vaskuler menurun ke titik aman, yaitu
Dari Tabel 10 didapat rerata kelelahan menurun dari 51,03 ± 5,82% menjadi 29,35
sebelum aktivitas pada periode I sebesar ± 7,88% dari periode I ke periode
32,23 ± 0,94 dan rerata kelelahan sebelum II.Besarnya beban kerja adalah tergantung
aktivitas pada periode II adalah 32,21 ± pada besar kecilnya denyut jantung dalam
2,02 dengan nilai Z -0,320 dan nilai p > satuan denyut per menit (dpm). Denyut nadi
0,05. Nilai ini mengindikasikan bahwa data kerja pada periode I adalah 132,56 ± 2,80
tidak berbeda bermakna antara periode I dpm dan denyut nadi kerja pada periode II
dan periode II. Itu berarti kondisi awal adalah 107,81 ± 5,92 dpm, atau menurun
subjek dilihat dari kelelahannya dalam 18,67%. Denyut nadi pada periode I masih
kondisi sama. Setelah beraktivitas, rerata berada pada kategori beban kerja berat,
kelelahan pada periode I adalah 61,73 ± sedangkan pada periode II termasuk beban
0,53 dan rerata kelelahan pada periode II kerja sedang.
adalah 53,67 ± 0,56 dengan nilai Z -3,900 Keluhan muskuloskeletal adalah rasa
dan nilai p = 0,000. Dengan demikian dapat sakit yang dirasakan pada beberapa bagian
dikatakan kelelahan setelah aktivitas tubuh. Rerata skor keluhan muskuloskeletal
berbeda bermakna (p < 0,05) antara periode sebelum aktivitas pada periode I dan
I dan periode II. periode II masing-masing 32,56 ± 0,96 dan
Kelelahan pada perajin di Desa Tangeb 32,00 ± 0,97, sedangkan rerata keluhan
dan Kapal sebelum dan sesudah aktivitas, muskuloskeletal setelah aktivitas pada
baik pada periode I dan periode II dapat periode I dan II masing-masing 55,63 ±
dilihat pada Gambar.4. 4,29 dan 47,69 ± 3,36. Besarnya penurunan
keluhan muskuloskeletal pada periode II
setelah aktivitas adalah sebesar 14,27%.
Besarnya keluhan Muskuloskeletal pada
periode I disebabkan oleh pembebanan
pada otot terutama pada pergelangan
PENILAIAN 30 ITEM KELELAHAN
tangan, pinggang, punggung dan pantat
karena perajin harus duduk membungkuk di
70
Rerata skor kelelahan
61,73 53,67
60
50
54
40
32,23 32,21
30
20
10
0
Periode I Periode II
Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
lantai, sehingga mempengaruhi sistem saraf kecelakaan akibat kerja atau kesalahan
pusat dan menimbulkan kelelahan otot. dalam menentukan ukuran pahat29.
Selama bekerja tidak ada istirahat dan
Kelembaban udara hendaknya dapat
minum, hal ini juga menambah beban otot
dipertahankan pada kisaran 70% sampai
yang terlalu lama yang menimbulkan
dengan 76% untuk memungkinkan keringat
kelelahan otot sehingga sering terjadi
dapat ke luar dari pori-pori kulit30.
istirahat curian untuk menghilangkan
Kebisingan hendaknya dihindarkan untuk
kelelahan tersebut.
pekerja ukir karena dapat memperngaruhi
Setelah beraktivitas, rerata kelelahan konsentrasi dan mempercepat kelelahan
pada periode I adalah 61,73 ± 0,53 dan psikis. Temperatur udara akan lebih baik
rerata kelelahan pada periode II adalah jika dapat dipertahankan pada kisaran 26o
53,67 ± 0,56, atau menurun sebesar 13,06% Celsius sampai 28o Celsius untuk
dengan nilai Z -3,900 dan nilai p = 0,000. kenyamanan kerja yang lebih baik dan
Dengan demikian dapat dikatakan kelelahan kepuasan pekerja dapat dipertahankan31.
setelah aktivitas berbeda bermakna (p <
0,05) antara periode I dan periode II.
UCAPAN TERIMA KASIH
Secara bertahap harus mulai dipikirkan Penulis mengucapkan terima kasih
agar stasiun kerja di-move on. Pemanfaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia,
teknologi tepat guna adalah salah satu khususnya Politeknik Negeri Bali yang
solusi yang ditawarkan28. Diadakan sudah membiayai penelitian ini. Penulis
perubahan paradigma dari stasiun kerja juga mengucapkan terima kasih kepada
konvensional yang bekerja di lantai tanpa Kepala P3M PNB yang telah membantu
memperhatikan kesehatan diubah. Perajin memfasilitasi penulisan, pelaksanaan dan
dianjurkan agar mulai memakai meja dan pelaporan penelitian.
kursi untuk meningkatkan produktivitas,
mengurangi beban kerja, menurunkan
keluhan muskuloskeletal dan kelelahan.
Kecepatan angin hendaknya dibuat
DAFTAR PUSTAKA
tidak terlalu kencang dan tidak terlalu
stagnan. Dengan hembusan ± 4 m/menit, [1] Epstein, Y. dan Moran, D.S. 2006.
angin alami akan mampu mempertahankan Thermal Comport and the Heat Stress
kondisi fisik pekerja tetap bugar sepanjang Indices. Industrial Health Journal.
hari. Vol. 44 (1): pp. 388-98.
Penerangan buatan atau memakai lampu [10] Carrivick, P.J.W., Andy H. Lee and
harus mampu membuat pekerja dapat Kelvin K.W. Yau. 2002.
bekerja dengan teliti. Dengan intensitas Effectiveness of a Participatory
cahaya 300 lux atau lebih sudah dapat Workplace Risk Assessment Team in
menghindarkan pekerja seni dari Reducing the Risk and Severity of
Musculoskeletal Injury: Journal of
55
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Decisions in Developing Countries : [8] Anonim, 2008b. Seni Ukir Bali. (cited
The Case of Turkey. Journal of 2015 March 29). Available at :
Human Factors and Ergonomics in http://www. Geocities.com.
Manufacturing. Vol. 17 (1): pp. 1-19.
[9] Adiputra, N., Sutjana, D.P.,
[5] Hignett, S. Wilson, J.R. dan Morris, Suyasning, HIS., dan Tirtayasa, K.
W. 2005. Finding Ergonomic 2001. Gangguan Muskuloskeletal
Solutions – Participatory Approaches. Karyawan Beberapa Perusahaan Kecil
Occupational Medicine Journal. di Bali. Jurnal Ergonomi Indonesia
Vol.55 : pp. 200-7. (The Indonesian Journal of
Ergonomics), Vol: 3, No. 2.
[6] Chandna, P. Deswal, S. dan Chandra,
Desember p. 22-26.
A. 2010. An anthropometric survey of
Industrial Workers of the Northern
Region of India. International
Received: 31 August 2017, Accepted:
Journal of Industrial and Systems
(…………………..)
Engineering. Vol. 6 (1): pp. 110-28.
[7] Anonim. 2008a. Tentang Seni Ukir
Indonesia. (cited 2015 April 2).
Available at :
http://www.artbloggue.blogster.com.
57
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Kerajinan perak di Bali telah berkembang mengikuti perkembangan industri
pariwisata. Pekerja di industri perak berhadapan dengan kondisi kerja yang tidak
ergonomis yang dapat menimbulkan kebosanan dan keluhan muskuloskeletal sehingga
dapat menurunkan penampilan kerja. Beberapa Pekerjaan dibagian perak bekerja dengan
posisi duduk dengan menggunakan kursi plastik tanpa adanya alas duduk dengan posisi
pekerja membungkuk, siku dan lutut menekuk hal ini yang menyebabkan pekerja dibagian
perak sering mengeluh sakit dibagian punggung, pinggang dan bokong. Penelitian ini
menggunakan metode kajian pustaka. Hasil dari studi literatur didapatkan kebosanan
merupakan awal dari kelelahan kerja, peralatan yang kurang mendukung dapat
mempengaruhi kebosanan kerja, keserasian antara stasiun kerja dengan para pekerja
yang memakainya akan sangat menentukan keergonomisan sikap kerja dari para pekerja.
Kebosanan juga dapat terjadi pada tenaga kerja yang bekerja secara monoton, berulang-
ulang, serta pelaksanaan atau kegiatan yang tidak menarik Stretching teratur disela
pekerjaan akan mengurangi ketegangan otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi
kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan dan mengurangi keluhan muskuloskeletal.
dan tergolong licin sehingga posisi kursi Perkembangan industri yang cukup
plastik sering bergeser yang menyebabkan pesat, namun tidak diiringi perhatian
pekerja sering mengeluh sakit di bagian terhadap lingkungan kerja dan peralatan
punggung, pinggang dan bokong. kerja dipastikan akan menimbulkan
Berdasarkan Penelitian terhadap gangguan muskuloskeletal (Adiputra,
hubungan sikap duduk dan lama duduk 2001). Oleh karena itu, ergonomi
terhadap keluhan nyeri punggung bawah hendaknya diterapkan diberbagai aspek
pada pengrajin perak di desa Celuk, pekerjaan, baik dalam industri besar,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar menengah maupun kecil (Manuaba, 2000).
menunjukan terdapat hubungan antara sikap Berdasarkan penelitian terhadap
duduk terhadap keluhan nyeri punggung penggunaan kursi ergonomis untuk
mengurangi keluhan nyeri otot rangka
bawah pada pengrajin perak Sukawati juga
(musculoskeletal disorders) pada pekerja
hubungan antara lama duduk terhadap
laundry di wilayah kota Yogyakarta
keluhan nyeri punggung bawah pada didapatkan hasil setelah menggunakan kursi
pengrajin perak Sukawati. Berdasarkan ergonomis, distribusi keluhan pada
hasil penelitian tersebut masih sangat responden mengalami penurunan jumlah
diperlukan perhatian dan perubahan dari yaitu pada bagian pinggang, punggung,
sikap duduk dan lama duduknya bagi tangan kiri dan kaki kiri (Ningsih, 2016).
pengrajin perak dan pemilik usaha perak Berdasarkan penelitaian terhadap
untuk menunjang kesehatan para pengrajin penambahan alas mesin dan pemberian
perak (Padmiswari, 2017). peregangan dinamis dibagian proses
Aplikasi ergonomi dengan pemotongan singkong menurunkan beban
penggunaan kursi ergonomis yang kerja, keluhan muskuloskeletal, dan
mempunyai sandaran serta alas duduk dari meningkatkan produktivitas kerja pada
bahan busa dan pemberian stretching yang industri keripik singkong didapatkan hasil
diharapkan dapat mengurangi sakit pada penambahan alas mesin dan pemberian
bagian pinggang, bokong, dan punggung. peregangan dinamis dapat menurunkan
Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan beban kerja, menurunkan keluhan
seni yang berupaya menserasikan alat, cara muskuloskeletal, dan meningkatkan
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan produktivitas kerja (Anniza, 2017).
dan batasan manusia untuk terwujudnya Sikap kerja duduk pekerja perak
kondisi lingkungan kerja yang efektif, adalah duduk statis diatas kursi plastik
sehat, aman, nyaman dan efisien demi tanpa adanya alas kursi, postur bagian
tercapainya produktivitas yang setinggi – punggung dan kepala cenderung
tingginya (Manuaba, 2000). membungkuk serta posisi siku maupun lutut
Ergonomi berusaha menciptakan menekuk. Hal ini yang memicu timbulnya
keserasian antara pekerjaan dengan alat keluhan pegal yang dirasakan terutama
yang digunakan, sistem yang mendukung pada bagian pinggang, dan bokong.
serta kondisi lingkungan kerja yang Pekerjaan yang melibatkan aktivitas
optimal, sehingga saat bekerja akan terasa fisik dan mental dapat menimbulkan
nyaman serta meminimalisirkan kelelahan keluhan otot (muskuloskeletal). Hal ini
dan kecelakaan akibat kerja (Josephus, dapat disebabkan karena postur kerja yang
2009). kurang fisiologis, pengulangan gerakan
59
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
penurunan target yang telah ditentukan oleh otot yang berlebihan akibat pemberian
perusahaan yang berujung pada tidak beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
maksimalnya pendapatan atau keuntungan yang panjang. Suplai oksigen ke otot
perusahaan (Susihono, 2014). menurun, proses metabolisme karbohidrat
Stretchingteratur disela pekerjaan terhambat dan sebagai akibatnya terjadi
akan mengurangi ketegangan otot, penimbunan asam laktat yang menyebabkan
memperbaiki peredaran darah, mengurangi timbulnya rasa nyeri otot.
kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan,
Daftar Pustaka
mengurangi keluhan muskuloskeletal
sehingga membuat pekerja merasa lebih Adiputra, N., Sutjana, D.P., Suyasning,
baik. Stretching pada otot–otot para pekerja Tirtayasa, K. 2001. Gangguan
akan membuat tubuh siap dalam Muskuloskeletal Karyawan
melakukan kegiatan serta dapat mengurangi Beberapa Perusahaan Kecil di Bali.
dampak cidera yang sangat rentan, Jurnal Ergonomi Indonesia. 2 (1,6)
meningkatkan fleksibilitas atau kelenturan : 6-9
48,01% dan mampu meningkatkan Anniza M. 2017. Penambahan alas mesin
produktivitas sebesar 48,84% (Daryono, dan pemberian peregangan dinamis
2016). dibagian proses pemotongan
singkong menurunkan beban kerja,
keluhan muskuloskeletal, dan
meningkatkan produktivitas kerja
pada industri keripik singkong.
Simpulan
Tesis. Universitas Udayana
Dapat disimpulkan bahwa : (1) Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta :
Kebosanan kerja dan keluhan Rineka Cipta
muskuloskeletal dapat dikurangi salah Bridger, R. 2003. Introduction to
satunya dengan memberikan kursi Ergonomics. New York: Taylor &
ergonomis, stretching, dan istirahat aktif. Francis Inc.
(2) Kebosanan kerja dapat terjadi Daryono, Sutjana I.DP., Muliarta, I.M.
dikarenakan pekerja merasa jenuh dengan 2016. Redesain Rakel dan
pekerjaannya, Pekerjaan yang dilakukan Pemberian Peregangan Aktif
secara berulang-ulang dan terus menerus Menurunkan Beban Kerja dan
dalam waktu yang relatif lama tanpa adanya Keluhan Muskuloskeletal Serta
variasi kerja akan memberikan dampak Meningkatkan Produktivitas Kerja
pada kebosanan yang berujung pada Pekerja Sablon Pada Industri Sablon
timbulnya kesalahan yang disebabkan oleh Surya Bali Di Denpasar. Ergonomi
gerakan fungsi tubuh yang kurang Fisiologi Kerja Universitas
Udayana. Jurnal Ergonomi
dikoordinasi dengan baik atau terjadinya
Indonesia (The Indonesian
penurunan kondisi fisiologis tubuh pekerja
Journal of Ergonomi) Vol.2, No.
akibatnya pekerja cepat mengalami 2:1 Juli – Desember 2016
kelelahan yang berakibat hilangnya Diana Samara, B. B. 2005. Duduk Statis
efisiensi otot karena berkurangnya Sebagai Faktor Risiko Terjadinya
cadangan energi dan meningkatnya sisa Nyeri Punggung Bawah Pada
metabolisme didalam otot. (3) Keluhan Pekerja Perempuan. Universa
muskuloskeletal terjadi karena kontraksi Medicina , 24 (2).
62
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
63
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
dipindah ke rak yg akan dibawa ke unit tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan
selanjutnya, pada unit ini sebagian besar gambar tubuh manusia yang sudah dibagi
pekerja berdiri statis, postur saat berdiri menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu,
sebagian besar operator bungkuk dan punggung bagian atas, siku, punggung,
bekerja ke satu arah terus menerus. Pada bagian bawah, pergelangan tangan,
sisi timur terdapat alat roll dan pemotong pinggang, lutut dan tumit atau kaki
yang sebagian besar alat pemotong bekerja (Kroemer, 2000).
dengan operator yang harus berdiri statis,
tetapi memindahkan pipa dibutuhkan
MetodePenelitian
tenaga manual dari operator yang juga
selalu bergerak hanya ke satu sisi. Tingkat Rancangan Penelitian
risiko tertinggi adalah ketika operator Penelitian ini merupakan penelitian
membersihkan alat laser dan memindahkan eksperimental, dengan menggunakan
potongan pipa secara manual tetapi sudah rancangan sama subjek (treatment by
cukup baik dalam penanganan dengan subject design). Rancangan ini, selang
cukup banyak petunjuk bahaya. Sikap kerja antara periode waktu diperlukan washing
membungkuk dalam keadaan statis dapat out, untuk menghilangkan efek periode
menimbulkan kondisi patologis pada sistem pertama terhadap periode berikutnya.
muskuloskeletal, seperti timbulnya keluhan Hasil pada penelitian ini diolah
low back pain. menggunakan komputer program SPSS.
International Labour Office (ILO)
yang bekerjasama dengan International Instrumen Penelitian
Ergonomics Association (IEA), Keluhan muskuloskeletal pada subjek
merekomendasikan bahwa untuk pekerjaan diukur dengan menggunakan kuesioner
yang berulang-ulang sebaiknya digunakan Nordic Body Map. Pengukuran tersebut
peralatan khusus yang disesuaikan dengan bersifat subjektif. Sebelum dan sesudah
kebutuhan operasi, penggunaannya aman, memulai pekerjaan pada masing-masing
dan harganya murah sehingga bisa periode, seluruh subjek mengisi kuesioner
mempercepat operasi, dan dapat Nordic Body Map.
meningkatkan produktivitas. Berbagai
faktor yang harus diperhatikan pada alat
bantu kerja adalah seperti ukuran, dimensi, Populasi dan Sampel
cara kerja, sikap kerja, agar sesuai dengan Populasi target dalam penelitian ini
kemampuan, kebolehan, dan batasan adalah seluruh karyawan di PT Mega
pekerja (Manuaba, 1992a; Suma’mur, Andalan Kalasan, dan populasi terjangkau
1995; Grandjean, 1998). adalah seluruh pemotong pipa yang ada PT
Penilaian yang digunakan adalah Mega Andalan Kalasan.
dengan kuesioner Nordic Body Map untuk Teknik penentuan sampel
mengetahui ketidaknyamanan pada para menggunakan random sampling sederhana.
pekerja, dan kuesioner ini paling sering Dari jumlah populasi yang ada, dipilih
digunakan karena sudah terstandarisasi dan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
66
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 9 Perlakuan pada Periode I dan Periode II
orang. Umur subjek penelitian adalah (n=9)
berkisar antara 28-45 tahun dengan
pengalaman kerja 1-5 tahun.
Periode Periode Nil
Varia I II ai Keteran
Analisis Uji Normalitas Data bel Rerata± Rerata± P gan
Uji normalitas data menggunakan uji SB SB
Shapiro-Wilk pada tingkat kemaknaan 0,05. Keluh 33,31± 29,33± 0,0 Berbeda
Hasil uji Shapiro-Wilk tersebut disajikan an 1,66 1,80 00 Bermak
pada Tabel 1. Musk na
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data dengan ulo
Uji Shapiro-Wilk (n=9) Skelet
Variabel Nilai Keterangan al
p (Pre)
Keluhan 0,672 Berdistribusi Keluh 33,56± 31,56± 0,0 Berbeda
Muskuloskeletal normal an 0,54 1,81 00 Bermak
Sebelum Kerja Musk na
(Periode I) ulo
Keluhan 0,425 Berdistribusi skelet
Muskuloskeletal normal al
Sebelum Kerja (Post)
(Periode II)
Keluhan 0,547 Berdistribusi Uji beda data antar kelompok mendapatkan
Muskuloskeletal normal hasil nilai p pada keluhan muskuloskeletal
Sesudah Kerja lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak,
(Periode I) yang berarti terdapat perbedaan yang
Keluhan 0,452 Berdistribusi signifikan pada keluhan muskuloskeletal
Muskuloskeletal normal Periode I dibandingkan pada Periode II.
Sesudah Kerja Dalam konsep ergonomi, yang menjadi
(Periode II) prioritas utama adalah menyesuaikan desain
dan sistem kerja mesin dengan kemampuan,
Analisis Keluhan Muskuloskeletal kebolehan, dan keterbatasan manusia
Data keluhan muskuloskeletal pekerja (fitting the job to the man) (Grandjean,
pemotong singkong berdistribusi normal, 2000). Oleh karena itu, setiap interaksi
sehingga untuk menganalisis perbedaan manusia dengan mesin harus dirancang
efek perlakuan digunakan uji t-paired pada sedemikian rupa. Pada penelitian
tingkat kepercayaan α=0,05. sebelumnya Lestari (2012), Irwanti (2012),
Aminah dan Huldani (2012) keluhan
Tabel 2. Hasil Uji Perbedaan Skor Keluhan
subjektif berupa gangguan otot skeletal
Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah
dapat diturunkan secara signifikan (p<0,05)
dengan melakukan perbaikan stasiun kerja
67
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dan sikap kerja yang lebih ergonomis. ditanggulangi dengan melakukan perubahan
Ardana (2012) juga membuktikan sikap kerja yang tidak alamiah menjadi
pengaplikasian prinsip-prinsip ergonomi alamiah. Keluhan subjektif berupa
dalam desain interior pembelajaran dapat gangguan otot skeletal dan kelelahan dapat
memperbaiki sikap kerja sehingga mampu diturunkan secara signifikan pada subjek
menurunkan keluhan otot rangka sebesar dengan melakukan perbaikan pada stasiun
50,98%. Perbedaan besar penurunan kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis
keluhan muskuloskeletal tiap-tiap penelitian (Chung & Choi, 1997, Sutajaya dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti Citrawathi, 2000).
karakteristik subjek, jenis kegiatan yang
diteliti, durasi kegiatan yang diteliti, Simpulan
pengaruh beban tambahan oleh lingkungan, Pekerja pada bagian pipa sudah
serta beban psikologis yang timbul. memiliki hasil job safety yang cukup baik,
Keluhan muskuloskeletal yang dialami namun dari sudut pandang fisioterapi
pekerja sering terjadi pada bagian ergonomi beberapa hal yang perlu di
punggung dan pinggang. Hal ini disebabkan evaluasi seperti dari segi work
oleh sikap kerja membungkuk selama musculoskeletal disorders yang banyak
bekerja. Sikap kerja yang tidak alamiah dikeluhkan pekerja. Fasilitas yang diberikan
atau sikap paksa menyebabkan terjadinya kepada pekerja harus ditambahkan serta
reaksi berupa keluhan pada sistem modifikasi karena sebagian pekerja
muskuloskeletal (Manuaba, 1992). mengeluhkan atau memiliki risiko
kecelakaan yang sama, juga mengalami
gangguan gerak dan fungsi akibat terlalu
lama berdiri dengan postur dan
biomekanika kerja yang kurang tepat, selain
itu pemberian fisioterapi berkala dapat
mengurangi tingkat kelelahan, mengurangi
work musculoskeletal disorders, bahkan
meningkatkan kapasitas pekerja dengan
latihan penguatan, daya tahan, dan latihan
self awareness terhadap postur dan waktu
untuk melakukan peregangan atau olahraga.
Gambar 1. Postur Operator
68
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
69
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
70
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Desain tempat kerja akan sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan alat atau
fasilitas yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan operasi kerja. Salah satu
departemen dalam CV. Batik Nadira adalah departemen Produksi, yang dimana terdapat
6 stasiun kerja yaitu stasiun Klise, Printing, Penguat warna, Pencucian, Pengeringan, dan
Pengepakan. Berdasarkan pengamatan awal, pada stasiun Klise terdapat aktivitas
pekerjaan dengan postur kerja yang tidak normal seperti terlalu lama membungkuk dan
duduk. Jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan gangguan MSDs. Beberapa
faktor risiko kerja yaitu Postural stress, Repetitive exertions, Sustained (static) exertion,
Localized mechanical (contact) stresses, dan Vibration dapat menyebabkan gangguan
MSDs.Untuk itu perlu dilakukan analisis sikap dan posisi (postur) kerja untuk menentukan
faktor dan tingkat resiko kerja di stasiun Klise. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ergonomi, dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb
Assessment (RULA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan MSDs pada stasiun
Klise akibat faktor resiko kerja postural stress, sedangkan tingkat resiko berdasarkan
metode RULA menunjukkan skor 7, yang berarti harus dilakukan perbaikan sekarang
juga untuk meminimalisir cidera pada pekerja.Usulan perbaikan fasilitas adalah 2 pilihan
meja gambar, dimana setelah dilakukan penilaian tingkat resiko dengan metode RULA,
diperoleh skor4 yang artinya tingkat resiko cidera rendah.
72
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
73
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
74
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
75
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
76
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ABSTRAK
78
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
efisiensi dalam bekerja sehingga mampu detail yaitu diperlukan ilmu dan seni
menigkatkan produktivitas kerja. Penerapan sehingga penerapan dapat diterima dan
ergonomi ini bertujuan untuk kesejahteraan memberikan manfaat.
sosial, fisik dan teknis bagi pekerja maupun
instansi terkait. 2.2 Keluhan Sistem Musculoskeletal
Tarwaka (2015), menjelasakan untuk Keluhan pada sistem musculoskeletal
mempermudah pemahaman ergonomi dapat adalah keluhan pada bagian-bagian otot
menggunakan konsep umum dari cara rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai
berpikir rasional yaitu dengan mengadopsi dari keluhan sangat ringan sampai sangat
(5W+1H): sakit. Apabila otot menerima beban statis
a. What is ergonomic? Istilah argonoimi secara berulang dan waktu yang lama, akan
berasal dari bahasa yunani yang terdiri dapat menyebabkan keluhan berupa
dari 2 kata yaitu ‘’Ergon’’ berarti kerja kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
dan ‘’nomos’’ berarti aturan atau hokum Keluhan hingga kerusakan inilah yang
sehingga secara ringkas ergonomi adalah biasanya diistilahkan dengan keluhan
suatu aturan atau norma dalam sistem musculoskeletal disorders (MSDs) atau
kerja. cedera pada sistem musculoskeletal
b.Why is ergonomic? Apabila setiap (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam
aktivitas atau pekerjaan tidak dilakukan Tarwaka, 2015). Secara garis besar keluhan
secara ergonomis akan mengakibatkan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
ketidaknyamanan, biaya tinggi, :
keelakaan dan penyakit akibat kerja 1. Keluhan sementara (reversible), yaitua
meningkat serta efisesnsi dalam kerja keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menurun. menerima beban statis, namun demikian
c. Where is ergonomic applied? Secara keluhan tersebut akan segera hilang
umum penerapan ergonomic dapat apabila pemberian beban dihentikan, dan
dilakukan dimana saja namun akan 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu
dominan diterapkan di dunia industri. keluhan otot yang bersifat menetap.
d.When is ergonomic applied? Ergonomi Walaupun pemeberian beban kerja tela
dapat diterapkan selama 24 jam sehingga dihentikan, namun rasa sakit pada otot
baik dalam bekerja, beristirhat dan masih terus berlanjut.
berinteraksi social sehingga aman dan
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis
nyaman.
industri telah mendapatkan hasil dan
e. Who must applied ergonomic? Setiap
menunjukan bahwa bagian otot yang sering
masyarakat harus menerapkan
dikeluhkan adalah otot rangka yang
ergonomic dalam upaya menciptakan
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
kenyamanan, kesehatan, keselamatan
jari, punggung, pinggang dan otot-otot
dan produktivitas kerja.
bagian bawah dan yang paling banyak
f. How is applied? Dalam penerapan
dirasakan atau dialami pekerja adalah otot
ergonomic secara benar dan tepat kita
bagian pinggang (low back pain = LBP)
harus mempelajari ergonomi secara
(Tarwaka, 2015).
79
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
80
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
81
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
82
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
83
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
(70%) kusir bendi termasuk dalam kategori dengan kelelahan otot. Kelelahan otot
tinggi. Banyaknya responden dengan desebabkan oleh ketidakmampuan proses
keluhan musculoskeletal pada risiko tinggi kontraksi dan metabolism serabut otot
disebabkan karena banyak pekerja kusir untuk terus memberikan hasil kerja yang
memiliki masa kerja > 10 tahun yaitu sama. Berdasarkan teori tersebut maka
berjumlah 32 orang (80%). Masa kerja diperlukan peregangan otot setiap 30 menit
merupakan akumulasi aktivitas pekerjaan menjalakan aktivitas kusir untuk
seorang pekerja dalam jangka waktu menghindari kontraksi otot berlebih. Pada
panjang yang apabila dilakukan secara kategori keluhan musculoskeletal sisanya
terus-menerus selama bertahun-tahun dapat sebanyak 12 orang (30%) berada pada
berdampak buruk bagi tubuh karena kategori keluhan sedang. Gangguan
menyebabkan beban statik yang terus- musculoskeletal mencakup berbbagai
menerus apabila tidak ergonomis sehingga kondisi inflamasi dan degeneratif yang
dapat menyebabkan nyeri (Ayuningtyas, memperngaruhi otot, tendon, ligament,
2012). sendi saraf, perifer, dan pembuluh darah
Pekerjaan yang dilakukan dengan (Nurhayati, 2013).
sikap kerja yang tidak ergonomis pada Pekerja dengan kategori keluhan
durasi waktu kerja yang lama tanpa sedang artinya pekerja kusir tersebut
dilakukan peregangan akan menyebabkan merasakan keluhan musculoskeletal dengan
kotraksi otot yang berlebihan dikarenakan tergolong sedang dan mungkin diperlukan
pemberian beban kerja yang terlalu berat tindakan untuk mengurangi keluhan
pada beberapa bagian tubuh misalnya otot musculoskeletal tersebut di kemudian hari
leher, otot bahu, otot lengan, otot tangan, agar keluhan tidak berlanjut samapai
otot jari, otot punggung, otot pinggang dan mengganggu pekerjaan (Utari, dkk, 2015).
otot-otot bawah (Tarwaka, 2015). Selain Pekerja dengan kategori keluhan tinggi
itu penyebab tingginya keluhan artinya pekerja tersebut tergolong pada
musculoskeletal pada kusir bendi adalah tingkat risiko keluhan musculoskeletal yang
posisi saat mengemudikan bendi yang tinggi dimana sudah mengganggu pekerjaan
kurang baik atau tidak ergonomis, dimana sehingga harus ada perbaikan agar terhindar
beban bertumpu pada tulang belakang yang dari penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2015).
akan menyebabkan spasme pada otot Dengan demikian hasil yang didapatkan
disekitaran punggung serta pinggang yang bahwa keluhan musculoskeletal kusir bendi
dengan spontan memaksa postur kusir ini berada pada tingkat risiko yang harus
menjadi condong kedepan (membungkuk) segara mendapat perhatian karena sudah
maka otot-otot punggung akan tertekan dan terdapat gangguan di beberapa bagian tubuh
tegang sebagai kompensasi tubuh maka pekerja sehingga dapat mengganggu proses
terjadilah nyeri punggung bawah (Sengadji, pekerjaan.
2015).
Menurut Guyton dan Hall (2014) 6. Kesimpulan
kontraksi otot yang kuat dan lama Dari hasil penelitian, dapat simpulkan
mengakibatkan keadaan yang dikenal bahwa Keluhan musculoskeletal yang
84
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dirasakan oleh seluruh responden kusir Dinas Kesehatan dan Sosial. 2016. 10
bendi kota Tomohon, rata-rata berada pada Penyakit Menonjol Kota Tomohon.
resiko tinggi dengan jumlah 28 orang Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
(70%) dan resiko sedang dengan jumlah 12 Tomohon.
orang (30%) yang berarti sudah ada
kenyerian yang dapat mengganggu aktivitas Guyton, Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran
pekerjaan. Edisi Keduabelas. Saunders Elsevier:
Sebaiknya pekerja melakukan Indonesia.
relaksasi setiap 30 menit untuk peregangan
otot-otot akibat gerakan berulang dan Nurhayati H. 2013. Hubungan Antara
monoton, rutin memeriksakan gangguan Postur Kerja Dengan Keluhan
atau keluhan yang dirasakan pada dokter, Musculoskeletal Pada Pekerja Bagian
istirahat yang cukup. Diharapkan pada Press Dryer UD. Abioso, Boyolali.
penelitian selanjutnya untuk mengukur Fakultas Kedokteran Universitas
stasiun kerja dari para kusir sebab stasiun Sebelas Maret. Surakarta.
kerja merupakan salah satu faktor yang [Online](http://docplayer.info/439230
berpengaruh pada postur atau sikap pekerja. 91-Hubungan-antara-postur-kerja-
dengan-keluhan-muskuloskeletal-
DAFTAR PUSTAKA pada-pekerja-bagian-press-dryer-ud-
Ayuningtyas S. 2012. Hubungan Antara abiosoboyolali.htl) (di akses tanggal
Masa Kerja Dengan Risiko 20 Juli 2017)
Terjadinya Nyeri Punggung Bawah
(NPB) Pada Karyawan PT. Krakatau
Steel Di Cilegon Banten. Fakultas Sengadji M.I. 2015. Hubungan Antara
Ilmu Kesehatan Universitas Posisi Mengemudi Terhadap Low
Muhammadiyah: Surakarta. [PDF] Back Pain Pada Sopir Angkot Di
(http://eprints.ums.ac.id/21930/19/Nas Kota Malang. Jurnal Bidang
kah_publikasi_santie.pdf) (Di Unduh Kedokteran dan Kesehatan Vol. 11
Tanggal 27 Juli 2017) No 1. [Online].
(http://ejournal.umm.ac.id/index.ph
Anonim. 2003. Undang-undang No. 13 p/sainmed/article/view/4190)
Tahun 2003 tentang (tanggal di akses 13 Juli 2017)
Ketenagakerjaan. Jakarta
Tarwaka, PGDip.Sc,M.Erg. 2015.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Ergonomi Industri Dasar-dasar
Daerah Kecamatan Tomohon Tengah. Pengetahuan dan Aplikasi di Tempat
Badan Pusat Statistik Kota Tomohon. Kerja Edisi II. Harapan Press. Solo
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Utari, dkk. 2015. Hubungan Sikap Kerja
Nasional, Jakarta. Dengan Dengan Keluhan
Musculoskeletal Pada Penyortir
Tembakau Di Gudang Sortasi
85
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
86
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Pekerjaan seorang perawat memiliki hubungan erat dengan resiko cedera sistem
otot rangka (Musculoskeletal disorders atau MSDs). Saat ini tim peneliti sudah
mengembangkan prototipe alat bantu pindah pasien di Indonesia, namun prototipe ini
belum dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prototipe alat bantu pindah
pasien dari perspektif biomekanika kerja. Pada penelitian ini dilakukan sebuah
eksperimen yang terdiri 12 partisipan perawat. Partisipan melakukan 7 simulasi
pemindahan pasien. Simulasi pemindahan pasien terdiri dari kombinasi cara mengangkat
dan jumlah perawat. Hasil analisis postur yang didapatkan berasal dari 2 metode yaitu
dengan perhitungan gaya, momen dan Skala Borg untuk melihat besarnya usaha yang
diperlukan dalam melakukan aktivitas pemindahan pasien. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pemindahan pasien dengan menggunakan prototipe alat bantu pindah
pasien mengurangi 62% gaya kompresi dan 25% gaya geser yang dikeluarkan oleh
perawat dibandingkan dengan pemindahan pasien secara manual. Hal ini dapat
mengurangi resiko MSDs. Besarnya usaha yang dikeluarkan oleh partisipan saat
melakukan pemindahan pasien dapat berkurang sebesar 67% ketika menggunakan alat
bantu pindah pasien. Partisipan perawat melaporkan besar usaha yang harus dikeluarkan
saat melakukan pemindahan pasien yang dilakukan oleh 2 perawat mengurangi besarnya
usaha yang harus dikeluarkan sebesar 12%. Jumlah perawat tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap nilai gaya kompresi pada perawat utama.
Kata kunci:Alat Bantu Pindah Pasien, Cedera Sistem Otot Rangka, Pemindahan
Pasien,Perawat
Pemulihan yang umumnya dilakukan perawat (Alamgir dkk., 2008; Dutta dkk.,
meliputi istirahat, mengkonsumsi obat 2011).
pereda nyeri dan melakukan fisioterapi. 2.1 Partisipan
Keluhan ini membawa dampak negatif yang Partisipan pada eksperimen ini terdiri
tidak murah. Dampak finansial meliputi dari 12 orang perawat. Jumlah partisipan
biaya pengobatan dan biaya kerugian akibat ditentukan berdasarkan nilai effect size d
ketidakhadiran di tempat kerja (Kamioka (Maxwell dkk., 2003). Kriteria pasien pada
dan Honda, 2013).
eksperimen ini memiliki berat badan 80 kg,
berjenis kelamin laki-laki dan merupakan
Sejumlah penelitian telah dilakukan pasien yang masih dapat menapakkan
di luar negeri yang mengkaji tentang kakinya pada lantai saat aktivitas
efektivitas alat bantu pindah pasien. Hal ini pemindahan pasien. Kriteria partisipan
merupakan salah satu intervensi yang perawat adalah berjenis kelamin
bertujuan untuk membantu perawat dalam perempuan, berumur 22-26 tahun, memiliki
melakukan pemindahan pasien dan pengalaman aktivitas pemindahan pasien
mengurangi resiko MSDs (Alamgir, 2008; minimal 1 tahun, tidak sedang hamil dan
Dutta, 2012). Alat bantu pindah pasien ini tidak memiliki cedera apapun. Setiap
cukup mahal dan didasarkan atas partisipan memiliki urutan pemindahan
antropometri orang barat, bukan pasien yang ditentukan secara acak.
antropometri orang Indonesia.
2.2 Alat
Tim peneliti telah mengembangkan Alat yang digunakan pada penelitian
prototipe alat bantu pindah pasien yang ini meliputi 1 buah alat bantu pindah
dibuat berdasarkan ukuran antropometri pasien, 1 buah tempat tidur pasien, 1 buah
orang Indonesia, namun belum dievaluasi kursi roda dan 2 buah kamera perekam
efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk merekam postur yang simpan di
untuk mengevaluasi alat bantu pindah kedua sisi ruangan eksperimen. Pada
pasien dari perspektif biomekanika kerja. eksperimen ini ruangan disesuaikan semirip
mungkin dengan ruangan rawat inap di
salah satu Rumah Sakit.
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi 2.3 Prosedur
alat bantu pindah pasien dengan Baik partisipan perawat maupun
menggunakan simulasi. Aktivitas yang pasien mengisi formulir persetujuan.
dilakukan pada penelitian ini meliputi Selanjutnya partisipan perawat
pemindahan pasien dari tempat tidur ke mendapatkan pelatihan dan melakukan
kursi roda, kemudian pemindahan pasien ke simulasi pemindahan pasien dari tempat
tempat tidur. Pemindahan pasien dilakukan tidur ke kursi roda, kemudian dari kursi
secara manual dan menggunakan alat bantu roda ke tempat tidur baik secara manual dan
pindah pasien. Kombinasi jumlah perawat menggunakan alat bantu pindah pasien.
yang melakukan aktivitas pemindahan Pada penelitian ini terdapat 4
pasien terdiri dari satu atau dua orang kondisi aktivitas pemindahan: kondisi 1
88
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
No 1 Perawat No 2 Perawat
2 2
1 1
3 3
2 2
89
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Gaya Kompresi
1500
Pemindahan Pasien 1000
(N)
Rata-rata gaya kompresi yang 500
0
didapat pada perbandingan kondisi 1 dan 3
M1
M2
M3
M4
M5
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
dapat dilihat pada Gambar 4, dengan rata-
rata tertinggi mencapai 1800 N pada Postur…
aktivitas pemindahan pasien secara manual Gambar 4. Gaya Kompresi Kondisi 1
oleh 1 perawat pada postur ke 5. Rata-rata dan 3
terendah sebesar 46 N pada aktivitas
pemindahan pasien menggunakan alat bantu
5000
oleh 1 perawat pada postur ke 5.
Gaya Kompresi (N)
4000
Rata-rata gaya kompresi yang 3000
2000
didapat pada kondisi 2 dan 4 dapat dilihat
1000
pada Gambar 5, dengan rata-rata tertinggi 0
mencapai 4025 N pada pemindahan pasien M1M2M3M4M5 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
secara manual oleh 2 perawat pada postur Postur…
ke 1. Rata-rata terendah sebesar 376 N pada
aktivitas pemindahan pasien menggunakan Gambar 5. Gaya Kompresi Kondisi 2
alat bantu pindah pasien oleh 2 orang pada dan 4
postur ke 4.
Rata-rata gaya geser yang didapat
pada perbandingan kondisi 1 dan 3 dapat 500
dilihat pada Gambar 6, dengan rata–rata 400
Gaya Geser
Gambar 7. Gaya Geser Kondisi 2 dan 4 Gaya kompresi yang lebih kecil
disebabkan oleh gaya tekan pada L5/S1
yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
3.3 Skala Borg gaya kompresi pada pemindahan pasien
Berdasarkan hasil pengisian Skala secara manual. Metode pemindahan pasien
Borg oleh partisipan perawat, rata- rata nilai mempengaruhi gaya kompresi (Zhuang
Skala Borg pada pemindahan pasien secara dkk., 1999). Sedangkan gaya geser akan
manual oleh 1 orang perawat adalah 6,3. memiliki nilai lebih besar ketika partisipan
Nilai ini termasuk pada kategori melakukan gerakan menarik dari arah
membutuhkan usaha yang kuat. Rata–rata bawah atau membungkuk sehingga
nilai Skala Borg pemindahan pasien secara menyebabkan kebutuhan flexion yang lebih
manual oleh 2 perawat adalah 5,5, besar (Knapik & Marras, 2010).
sedangkan rata-rata nilai Skala Borg Faktor yang mempengaruhi gaya
pemindahan pasien menggunakan alat bantu kompresi dan gaya geser meliputi berat
pindah pasien oleh 1 perawat adalah 4. yang ditumpu oleh tangan partisipan
Nilai rata–rata untuk pemindahan pasien perawat, berat badan pasien, berat badan
menggunakan alat bantu pindah pasien oleh perawat, berat alat dan derajat segmen
2 orang perawat adalah 3,8 penurunan ≈ tubuh partisipan perawat yang diinput pada
12%. software 3DSSPP. Kelebihan berat badan
pada partisipan perawat memiliki kaitan
dengan peningkatan beban lumbar (Corbiel
3.4 Uji Hipotesis dkk., 2013). Selain itu postur sagital adalah
Pada penelitian ini dilakukan uji one- faktor postural yang paling penting dari
way ANOVA pada masing – masing nilai kompresi dan gaya geser disc L5/S1.
gaya kompresi dan gaya geser. Setidaknya
Nilai kompresi dan gaya geser pada
terdapat satu nilai rata-rata suatu kondisi
pemindahan pasien oleh 2 perawat memiliki
pemindahan pasien yang berbeda dengan
nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan
kondisi lainnya dengan nilai p<0,05.
pemindahan yang dilakukan oleh 1 perawat.
4. Diskusi Hal ini disebabkan beban yang ditumpu
Penelitian ini bertujuan untuk oleh 1 orang terbagi menjadi 2 bagian.
mengevaluasi alat bantu pasien dari Namun untuk postur tertentu seperti postur
perspektif biomekanika. Pemindahan pasien 1 yaitu mengangkat bagian badan pasien
dengan menggunakan prototipe alat bantu terdapat hal yang sebaliknya. Hal ini dapat
92
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
disebabkan karena proporsi bagian badan yang dikeluarkan sampai dengan 67% oleh
pasien cukup besar atau terjadi perawat. Hal ini dapat mengurangi resiko
awkwardposture yang dilakukan oleh keluhan MSDs. Jumlah perawat yang
partisipan perawat. Fitur desain seperti terlibat pada saat pemindahan pasien tidak
berat badan, bentuk dan posisi pegangan terlalu berpengaruh terhadap nilai gaya
dan penyesuaian tinggi dapat kompresi dan gaya geser yang dihasilkan
mempengaruhi ketegangan otot bahu (Kluth oleh perawat utama. Penelitian ini
& Strasser, 2006). menyarankan kajian lebih lanjut tentang
Perawat melaporkan bahwa kondisi efektivitas alat bantu pindah pasien.
pemindahan pasien menggunakan alat bantu
pindah pasien merupakan pekerjaan fisik
Daftar Pustaka
yang lebih ringan. Usaha yang dilakukan
perawat berkurang sebesar 67% ketika Alamgir, H., Li, O. W., Yu, S., Gorman, E.,
melakukan pemindahan pasien Fast, C., & Kidd, C 2008, ‘Evaluation of
menggunakan alat bantu pindah pasien. Hal Ceiling Lifts: Transfer Time, Patient
ini disebabkan karena perawat tidak harus Comfort, and Staff Perceptions’, Journal of
bersusah payah mengangkat tubuh pasien, Injury, Volume 40 (2009), hh. 987 – 992.
namun perawat harus mempersiapkan alat
dan mengontrol kerja alat.
Borg, G 1990, ‘Psychophysical Scaling
Perawat juga merasa usaha yang With Applications in Physical Work and
dikeluarkan berkurang sebesar 12% pada The Perception of Exertion’, Journal of
saat pemindahan pasien dilakukan oleh 2 Work Environ Health, Volume 16 (1), hh.
orang perawat. Hal ini disebabkan beban 55 – 58.
pasien maupun alat terbagi menjadi 2 ketika
2 perawat melakukan pemindahan pasien. Corbeil, P., Plamondon, A., Teasdale, N.,
Handrigan, G., Have Ten, J., Manzerolle,
N.,2013, ‘Impacts biomecaniques et
5. Keterbatasan Penelitian
ergonomiques de la manutention chez
Hasil nilai kompresi dan gaya geser
lestravailleurs obeses’, Institut de recherche
yang diperoleh dengan pengolahan 3DSSPP
Robert-Sauve en santeeten securit edu
merupakan asumsi yang diolah berdasarkan
travail (IRSST), Montreal, QC.
sudut segmen tubuh. Dalam memodelkan
postur dari kamera, angka yang dihasilkan Cummins, C 2012, ‘Obstacle and Risk in
bisa tidak akurat. Hal ini dapat disebabkan Patient Handling Safety in a Large
oleh kemampuan eksperimenter saat Rural; Australian Hospital. Health
menerjemahkan data video yang ada. Education and Training Institute, NSW.
6. Simpulan Dutta, T., Holliday, P. J., Gorski, S. M.,
Simpulan pada penelitian ini adalah Baharvandy, M. S., & Fernie G. R 2011, ‘A
bahwa penggunaan alat bantu pindah pasien Biomehanical Assessment of Floor and
dapat menurunkan gaya kompresi mencapai Overhead Lifts Using One or Two
62%, gaya geser sebesar 25% dan usaha Caregivers for Patient Transfer’, Journal of
93
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
94
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ABSTRAK
pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi lebih tinggi jika pekerja bersikap kerja tidak
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan fisiologis (Takahashi, 2002).
pekerjaan. Peralatan dan teknologi Sikap paksa pada saat bekerja dan
merupakan penunjang yang penting dalam berlangsung lama menyebabkan adanya
upaya meningkatkan produktivitas untuk beban pada sistem muskuloskeletal dan
berbagai jenis pekerjaan. efek negatif pada kesehatan. Pendapat lain
PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) dari Pheasant, 2003 mengatakan bahwa
adalah perusahaan swasta nasional di pembebanan statis dan paksa dapat
Indonesia yang bergerak dalam bidang menyebabkan aliran darah terhambat
engineering dan manufacturing. Fokus PT. sehingga suplai oksigen ke bagian otot
Mega Andalan Kalasan adalah pada produk tidak cukup. Keadaan tersebut
khusus perlengkapan rumah sakit. Hasil menyebabkan akumulasi dan timbunan
produksi berupa bed operasi, troley, room asam laktat dan panas tubuh yang pada
accecories, dll (PT.Mega Andalan akhirnya menyebabkan kelelahan pada otot
Kalasan,2017) Pembuatan perlengkapan skeletal yang dirasakan sebagai bentuk
terdiri dari beberapa proses salah satunya nyerian otot pada pekerja. Sikap kerja yang
adalah proses packaging yang banyak dilakukan para pekerja bagian packaging
dilakukan dengan proses manual. Jam kerja cenderung tidak menerapkan aspek
bagian packaging adalah 8 jam selama lima ergonomi dengan sikap kerja tersebut risiko
hari dalam seminggu. Dalam melakukan munculnya keluhan menjadi lebih besar.
pekerjaannya karyawan cenderung Gerakan yang berhubungan dengan
menyesuaikan posisinya dengan barang kerja dan posisi kerja dapat menyumbang
yang akan di packaging. Barang yang akan kerjadian Work-Related Musculoskeletal
di packing berukuran besar sehingga tidak Disorders (WMSD’s) termasuk juga teknik
disediakan fasilitas fasilitas yang mengangkat beban yang salah, sikap dan
mendukung pekerjaan, seperti belum postur kerja yang salah dengan periode
adanya meja saat pengemasan barang, waktu yang lama dan dengan beban yang
sehingga barang yang akan dikemas hanya berlebihan. Secara umum kejadian
diletakkan di atas lantai sebelum di packing WMSD’s ini merupakan adanya kerusakan
dan dilakukan pengiriman pembuluh darah karena gerakan repetitive
Proses kerja yang kurang tepat dapat dan terlihatnya vasokonstriksi pada arteri
menimbulkan dampak negatif sehingga akibat ischemic injury dan edema karena
perlu dilakukan analisis faktor risiko kerusakan anoxic (Sizer et al, 2004).
terhadap kondisi kerja untuk meminimalkan Di Indonesia, dari hasil studi
terjadinya penyakit akibat kerja. Departemen Kesehatan dalam profil
Penyesuaian posisi kerja yang dilakukan masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005
karyawan unit packaging cenderung menunjukan bahwa sekitar 40.5% penyakit
memunculkan kebiasaan membungkuk, yang diderita karyawan berhubungan
jongkok dan berputar. Hal ini merupakan dengan pekerjaannya. Gangguan yang
sikap kerja tidak fisiologis, energi yang dialami pekerja menurut penelitian yang
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas akan dilakukan terhadap 9.482 karyawan di 12
96
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
98
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
antara 40 – 60% di musim panas, yang Hal yang dapat dilakukan menurut
merupakan kelembaban relatif yang rekomendasi OSHA 3125 (2000) untuk
memberi suasana nyaman di ruangan mencegah sumber penyakit adalah melalui
tersebut (Manuaba, 2004). Menurut dua cara, yaitu rekayasa teknik (seperti
Sedarmayanti (1996), bahwa temperatur desain stasiun kerja dan alat kerja) dan
yang terlampau dingin akan mengakibatkan rekayasa manajemen (seperti : kriteria dan
gairah kerja menurun. Sedangkan organisasi kerja). Usaha perbaikan
temperatur yang terlampau panas, dapat peralatan kerja bersifat sederhana, murah
mengakibatkan timbulnya kelelahan tubuh biaya, mudah dilakukan, serta dapat
yang lebih cepat dan dalam bekerja meningkatkan produktivitas kerja (Sutjana,
cenderung membuat banyak kesalahan. 2009). Pada bagian packaging perlu
disediakan stasiun kerja yang mendukung
Penilaian risiko keluhan
pekerjaannya berupa meja kerja yang
muskuloskeletal dengan menggunakan
disesuaikan dengan antropometri para
BRIEF (Baseline Risk Identification of
pekerja, hal ini dilakukan selain untuk
Ergonomic Factors ) menilai risiko
mencegah munculnya sikap tidak alamiah
berdasarkan setiap bagian anggota tubuh,
juga pekerjaan yang dilakukan akan
aspek penilaian meliputi durasi,postur,
menjadi lebih efisien dan efektif. Penelitian
frekuensi,dan beban hasil dari penilaian ini
yang dilakukan Adiatmika (2007)
di intepretasikan kedalam 3 kategori, yaitu
menyatakan bahwa perbaikan kondisi kerja
risiko rendah, risiko sedang, dan risiko
dengan pendekatan ergonomi total dapat
tinggi. Penilaian setiap anggota tubuh
menurunkan keluhan muskuloskeletal
tersebut menjadi lebih spesifik untuk
sebesar 5,24% pada perajin pengecatan
menilai risiko kerja yang ditimbulkan dari
logam di Kediri Tabanan. Penelitian lain
suatu aktivitas. Keluhan muskuloskeletal
yang dilakukan Surata (2011) bahwa
dalam jangka waktu lama pada bagian
redesain alat dan sistem kerja menurunkan
packaging tentu saja akan mempengaruhi
keluhan muskuloskeletal sebesar 56,15%.
kinerja para karyawan, keluhan
Sikap kerja yang dilakukan para karyawan
muskuloskeletal tersebut menyebabkan
saat ini dengan cara berjongkok di lantai
pekerja akan kehilangan jam kerjanya
dengan gerakan bahu/shoulder dalam posisi
karena merasa tidak nyaman saat
deviasi dan neck/leher dalam kondisi
beraktivitas. Keluhan otot kemungkinan
menunudk akan membuat bekerja menjauhi
terjadi apabila kontraksi otot melebihi 20%,
sikap alamiah tubuhnya. Sikap ini dalam
maka peredaran darah ke otot berkurang
waktu panjang memicu munculnya
menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi
akumulasi keluhan muskuloskeletal pada
oleh besarnya tenaga yang diperlukan.
beberapa bagian.
Suplai oksigen ke otot menurun, proses
metabolisme karbohidrat terhambat dan Hal lain yang bisa dilakukan adalah
sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam melalui pendekatan preventif berupa
laktat yang menyebabkan timbulnya rasa pemberian latihan tertentu sebagai upaya
nyeri otot (Kroemer dan Grandjean, 2000). pencegahan dapat dilakukan. Rasa nyeri
dan ngilu pada sistem kerangka dan otot
99
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
manusia dapat dikurangi dengan melakukan stabilitas tulang belakang, karena core
latihan, menerapkan sikap atau posisi tubuh muscle yang aktif akan meningkatkan
yang ergonomis saat bekerja, sehingga tekanan intra abdominal dan hal tersebut
diperoleh rasa nyaman dalam bekerja yang akan membentuk abdominal brace yang
akan berdampak pada terciptanya kualitas akan meningkatkan stabilitas dari tulang
kerja dan produktivitas yang tinggi belakang (Kisner dan Colby, 2007).
(Tarwaka, 2011).Upaya preventif yang Stabilitas tulang belakang yang baik akan
dapat diterapkan untuk mempersiapkan lebih memudahkan seseorang dalam
otot-otot sebelum melakukan aktivitasnya melakukan aktivitas fungsional dan
sehingga dapat meminimalkan risiko mengurangi resiko cidera karena imbalance
terjadinya keluhan muskuloskeletal, cidera muscle.
pada ototdapat melatih kembali tubuh,
meningkatkan kekuatan dan kelenturan,
KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan keseimbangan, postur,
alignment dan mengontrol otot. Pada Kategori risiko keluhan muskoleketal tinggi
akhirnya seseorang menjadi lebih handal terdapat pada bagian back/punggung
dalam mengatur kegiatan sehari-hari secara sebesar 60%, diikuti shoulder sebesar
lebih efisien dan efektif dengan 53,33%, legs 46,67%,neck sebesar 13,33%,
kemungkinan cedera yang lebih kecil. hand and wrist sebesar 13,33%, serta elbow
sebesar 6,67 %. Presentase kategori risiko
Upaya preventif berupa pemberian
medium terdapat pada bagian neck sebesar
latihan bersifat perenggangan dan
60%, diikuti shoulder sebesar 40%, elbow
penguatan seperti aktif stretching
dan legs 33,33%,neck sebesar 13,33%, serta
exercise,core stability exercise,pillates
hand and wrist sebesar 26,67%. Presentase
exercise, neck exercise. Penelitian yang
kategori risiko rendah terdapat pada bagian
dilakukan oleh Akuthota (2008),tentang
hand and wrist dan elbow sebesar 60%,
Prinsip Core Stability Exercises,
diikuti neck sebesar 26,67%, serta pada
menunjukkan bahwa Program latihan
bagian back and legs sebesar 20%. Hal ini
penguatan otot core dapat mencegah LBP
disebabkan karena pekerja melakukan
(Low Back Pain), menurunkan nyeri dan
pekerjaannya dengan gerakan repetitif dan
memperbaiki fungsi gerak pada pasien
monoton, beban kerja yang
LBP. Penelitian lain yang dilakukan
berkepanjangan,di sertai dengan aktivitas
Alkuratu (2015), terdapat perbedaan yang
kerja dalam sikap tubuh yang tidak alamiah
signifikan pada penurunan keluhan low
yaitu berjongkok,deviasi siku dan leher
back pain myogenik pada kelompok kontrol
menunduk ketika melakukan pengemasan
dan kelompok perlakuan yang diberikan
barang ini menyebabkan posisi bagian-
latihan core exercise, kelompok yang
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
diberikan intervensi core exercise
alamiah, semakin jauh posisi bagian tubuh
mengalami penurunan keluhan akibat LBP
dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
myogenik. Prinsip latihan yang di
tinggi pula risiko terjadinya keluhan
rekomendasikan adalah latihan yang
muskuloskeletal. Pada bagian packaging
mengakivasicore muscledan meningkatkan
100
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
perlu disediakan stasiun kerja yang and Techniques. 5th Ed. Philadelphia:
mendukung pekerjaannya berupa meja kerja F. A. Davis Company
yang disesuaikan dengan antropometri para
Kroemer, K.H.E, dan Grandjean, E. 2000.
pekerja, hal ini dilakukan selain untuk
Fitting the Task to The man. A
mencegah munculnya sikap tidak alamiah
Textbook Of Occupational
juga pekerjaan yang dilakukan akan
Ergonomics. 4th edition. New York:
menjadi lebih efisien dan efektif. Hal lain
Taylor & Francis
yang bisa dilakukan adalah melalui
pendekatan preventif berupa pemberian Manuaba, A. 2004. Holistic Ergonomics
latihan tertentu sebagai upaya pencegahan Desigsn as a Strategy to Integrated
dapat dilakukan. Upaya preventif berupa Occupational Health-Safety System
pemberian latihan bersifat perenggangan Management into the Enxeprise
dan penguatan seperti aktif stretching Manegement System. Jurnal
exercise,core stability exercise,pillates Ergonomi Indonesia. 5 (1) 1-4.
exercise, neck exercise.
OSHA 3125. 2000. Ergonomic: the study of
work U.S.Departement of Labor.
Occupational Safety and Health
DAFTAR PUSTAKA
Administration.
Adiatmika, I P G., A. Manuaba., N.
Pheasant, S. 2003. Ergonomics, Work
Adiputra., D.P. Sutjana. 2007.
and Health. London:
Perbaikan Kondisi Kerja dengan
Macmillan Acsdemic Profesional
Pendekatan Ergonomi Total
Ltd
Menurunkan Keluhan
Muskuloskeletal dan Kelelahan Serta Sizer, P. S., Cook, C., Brismée, J.-M.,
Meningkatkan Produktivitas dan Dedrick, L., & Phelps, V. 2004.
Penghasilan Perajin Pengecatan Ergonomic Pain-Part 1: Etiology,
Logam di Kediri- Epidemiology, and Prevention. Pain
Tabanan.Disertasi.Program Studi Practice, 4, 1, 42-53
Doktor Ilmu Kedokteran. Program
Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan
Pascasarjana Universitas Udayana
Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan
Alkuratu, L.C. 2015. Pengaruh Core dari Aspek Ergonomi atau Kaitan
Stablity Exercise Secara Kelompok antara Manusia dengan Lingkungan
dan Individu Terhadap Low Back Kerja. Bandung: Bandar Maju.
Pain Myogenik pada Pembuat Batu
Sumiati. 2007. Analisa Risiko Low Back
Bata di Desa Maron. Skripsi :
Pain (LBP) pada Perawat Unit
Fakultas Imu Kesehatan. Universitas
Darurat dan Ruang Operasi di RS.
Muhammadiyah Surakarta.
Prikasih Jakarta Selatan.
Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Skripsi.Jakarta: FKM UI
Therapeutic Exercise: Foundations
101
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
102
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
akibat kerja (Cris, 2012). Selain hal tersebut punggung, pinggang, dan kaki merupakan
sikap punggung yang membungkuk dalam bagian tubuh yang sering digunakan
bekerja, membungkuk sambil tubuh penenun dalam melakukan pekerjaannya.
memutar ke samping. Posisi duduk yang (NIOSH 2007 dalam Hastini 2012).
kurang baik dan di dukung dengan desain Hasil studi Departemen Kesehatan
mesin tenun yang tidak ergonomis, berisiko dalam profil masalah kesehatan di
menyebabkan permasalahan ergonomi Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa
berupa masalah kelelahan dan beban kerja sekitar 40,5% penyakit yang diderita
yang dialami pekerja. Disamping itu sikap penenun berhubungan dengan
kerja dengan posisi duduk dengan frekuensi pekerjaannya. Menurut Maijunidah (2010)
yang lama pada tumpuan duduk yang pada penenun assembling di PT X Bogor
kurang ergonomis akan menimbulkan tahun 2010 dengan sampel penelitian
masalah kesehatan kerjaseperti berjumlah 70 orang didapatkan hasil
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada sebanyak 65 penenun (92,9%) mengalami
penenun, kontraksi otot akan menjadi statis keluhan MSDs.
the load pattern lebih kuat dibanding Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat
kontraksi dinamis (Laura, 2005; Swinkels, kaya akan hasil tenun tradisional yang
2006; Hurwitz, 2005). MSDs pada awalnya beraneka ragam, setiap daerah memiliki ciri
menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa, khas dalam menghasilkan motif-motif yang
kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, disesuiakan dengan adat istiadat budaya
gangguan tidur, dan rasa terbakar (OSHA, yang mereka miliki. Tenunan ini
2009). MSDs adalah keluhan pada bagian- merupakan hasil karya atau buatan tangan
bagian otot skeletal yang dirasakan oleh wanita-wanita daerah dengan menggunakan
seseorang mulai dari keluhan ringan sistem menenun secara tradisional.
sampai yang sangat fatal. Akibatnya Menenun merupakan suatu ketrampilan
berujung pada ketidakmampuan seseorang yang membutuhkan ketelitian dan
untuk melakukan pergerakan dan kesabaran. Perkembangan teknologi
koordinasi gerakan anggota tubuh atau informasi saat ini, tentunya dapat
ekstrimitas sehingga mengurangi efisiensi digunakan sebagai sarana untuk
kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga memperkenalkan potensi ketrampilan
produtivitas kerja menurun bahkan dapat menenun masyarakat yang berpatokan pada
menyebabkan kecelakaan kerja dan budaya dan adat istiadat leluhur. Dengan
kecacatan penenun (Tarwaka, 2004). teknik menenun secara tradisional dan
Macam-macam keluhan yang berlandaskan adat istiadat tentunya hasil
dirasakan oleh penenun disebabkan faktor motif tenunan NTT mempunyai nilai
resiko MSDs yang memajan tubuhnya. Tiap budaya yang unik dan berbeda dengan
bagian tubuh memiliki resiko masalah motif tenunan dari daerah lain.
ergonomi dan gangguan kesehatan yang Desa Teunbaun Amarasi Barat
dapat melemahkan fungsi tubuh dan Kabupaten Kupang merupakan salah satu
penurunan kinerja penenun. Bagian-bagian lokasi yang memiliki masyarakat yang
tubuh seperti tangan, leher, bahu, melakukan aktifitas menenun secara
104
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
tubuh yang sering digunakan penenun pergelangan tangan, betis dan kaki.
dalam melakukan penenunannya. (NIOSH Penelitian lain yang mendukung adalah
2007 dalam Hastini 20012). penelitian dari Tambun (2012), para
Berdasarkan penelitian yang telah penenun banyak merasakan keluhan di
dilakukan, didapatkan hasil bahwa sebagian bagian pinggang, bahu, bokong, lengan
besar penenun tenun mengalami keluhan atas, dan betis. Keluhan tersebut terjadi
MSDs. Keluhan yang paling banyak karena sikap kerja yang membungkuk dan
dikeluhkan responden adalah bagian pantat, gerakan-gerakan memutar pada daerah
bokong, pinggang, punggung, bahu kiri dan pinggang, leher menunduk, posisi kaki
kanan, leher, pergelangan tangan dan tekuk maksimal, dan gerakan repetitif tanpa
pergelangan kaki. Hal ini karena penenun diselingi istirahat yang cukup.
tenun selalu berada dalam posisi duduk Berdasarkan teori, maka untuk
dengan durasi waktu yang lama dengan mengurangi resiko MSDs pada penenun
menggunakan sandaran atau sesuatu yang dapat dilakukan dengan cara pemberian
dapat menahan punggung atau pinggang peralatan kerja yang sesuai dengan postur
penenun tenun ketika melakukan tubuh kerja, pemberian Back support, dan
penenunannya. Namun, masih ada juga melakukan relaksasi atau peregangan yang
penenun yang tidak menggunakan sandaran cukup pada otot, tulang, dan sendi (OSHA,
sehingga berpotensi pada keluhan MSDs. 2009).
Selain itu, hanya sebagian penenun yang
Hubungan Pengetahuan dengan Keluhan
melakukan peregangan untuk melakukan
Muskuloskeletal Disordes (MSDs) pada
relaksasi terhadap otot-otot tubuh yang
penenun kain di Desa Teunbaun
mengalami ketegangan ketika penenun Pengetahuan dapat mempengaruhi pola
sihingga dapat mencegah atau perilaku manusia, sehingga walaupun
meminimalisir kerusakan pada otot, tulang, secara tidak sadar manusia sudah
dan sendi. menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
Peralatan kerja juga yang digunakan sehari–hari (Jeff 2009). Posisi duduk yang
masih menggunakan yang tradisional tidak ergonomis saat menenun karena
sehingga sangat berpengaruh pada keluhan penenun belum memiliki pengetahuan
MSDs seperti alat yang digunakan atau tentang posisi duduk yang ergonomis dan
dipegang baik dengan menggunakan satu pengetahuan tentang lama kerja dan akibat
tangan ataupun dua tangan. ini sejalan yang ditimbulkan. Pengetahuan merupakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh aspek penting dalam membentuk perilaku,
Kusmayanitha (2011) tentang studi diharapkan dengan pengetahuan yang baik
prevalensi keluhan Muskuloskeletal pada maka perilaku dalam bekerja juga akan
penenun pabrik bata merah di Desa Tulikup baik. Namun pengetahuan yang baik
Gianyar, hasil penelitian menunjuk bahwa tersebut tidak lantas dengan mudah
prevelensi keluhan Muskuloskelatal pada diadopsi untuk berperilaku baik pula, hal ini
penenun pabrik bara merah adalah 100%, disebabkan salah satunya karena faktor
dan bagian yang paling banyak dirasakan lingkungan. Faktor lingkungan yang
yaitu punggung bawah, bahu, betis, dimaksud yaitu lingkungan tempat kerja
106
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
107
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pada tabel 1 menunjukkan hasil analisis darah ke otot akan berkurang dan akibatnya
uji statistik diperoleh nilai p=0,027 suplai oksigen ke otot akan menurun, dan
(p<0.05) menunjukan bahwa ada hubungan akhirnya penimbunan asam laktat yang
antara sikap kerja dengan keluhan MSDs. akan menimbulkan rasa nyeri pada otot
Sikap kerja dengan posisi duduk yang tidak (Manuaba, 2005).
ergonomis, dengan posisi leher yang
cenderung menunduk, dan tubuh yang
Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan
cenderung membungkuk serta posisi kaki
Muskuloskeletal Disordes (MSDs) pada
penenun yang sering ditekuk akan
Penenun kain di Desa Teunbaun
meningkatkan resiko untuk mengalami Lamanya kerja seseorang dalam sehari
keluhan MSDs. Penelitian ini sejalan pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (14-18
dengan penelitian yang dilakukan oleh jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam
Hajrah (2013) tentang faktor yang keluarga, masyarakat, istrahat, dan tidur.
berhubungan dengan gangguan MSDs pada Memperpanjang waktu kerja lebih dari
Cleaning Service di RSUP DR.Wahidin kemampuan lama kerja tersebut biasanya
Sudirohusodo Makassar. Hasil penelitian tidak disertai efesiensi, efektivitas dan
menunjukkan ada hubungan sikap kerja produktivitas kerja yang optimal, bahkan
dengan gangguan MSDs pada cleaning biasanya terlihat penurunan kualitas dan
service di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang
Makassar dan juga penelitian yang berkepanjangan timbul kecenderungan
dilakukan oleh Pratiwi (2009) menunjukkan untuk terjadinya kelelahan, gangguan
ada hubungan sikap kerja duduk dengan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta
keluhan nyeri punggung bawah dengan ketidakpuasan (Suma’mur, 2009).
hasil p=0,029<α=0,05. Seseorang biasanya dapat bekerja
Sikap kerja yang tidak ergonomis dengan baik selama 40-50 jam perminggu,
memiliki resiko yang tinggi untuk bila melebihi ketentuan tersebut,
mengalami MSDs. Jika posisi kerja kemungkinan besar untuk timbulnya
penenun berada pada kondisi statis yang masalah kesehatan kerja bagi pekerja.
lama khususnya daerah lumbal, maka Jumlah 40 jam seminggu ini dapat dibuat 5
posisi dan gerakan yang terjadi selama atau 6 hari kerja tergantung kepada
proses tenun dapat mengakibatkan pada berbagai faktor, namun di lapanagan
kekakuan pinggang yang dikarenakan menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam
gerakan berulang. Selain itu kerja otot kerja seminggu adalah fenomena yang
yang sangat berlebih untuk berlaku dan semakin diterapkan dimana
mempertahankan posisi kerja penenun, pun. Apabila lama kerja melebihi waktu
sehingga otot bisa mengalami spasme. kerja yang telah ditentukan maka akan
Keluhan otot pada umumnya terjadi karena lebih mudah terkena resiko MSDs sebab
kontraksi otot yang berlebihan akibat tingkat keluhan yang dirasakan juga akan
pemberian kerja yang terlalu berat dengan semakin lama (Suma’mur, 2009).
durasi pembebanan yang panjang. Jika Pada tabel 1 menunjukkan hasil uji
kontraksi otot berlebih maka peredaran statistik diperoleh nilai p(0,028)<(0,05)
108
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Kecenderungan ini lebih terlihat pada
antara lama kerja dengan keluhan MSDs. pekerjaan yang dilakukan dengan tangan.
Hal ini disebabkan karena penenun lebih
banyak melakukan pekerjaan dengan lama o
45
kerja >8 jam perhari dimana penenun mulai
bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore
dan dilanjutkan malam hari, karena
penenun beranggapan bahwa dengan
memperpanjang jam kerja dalam sehari
mereka berharap bisa menghasilkan
tenunan lebih banyak. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Eka (2011) tentang hubungan sikap
kerja dan lama kerja dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada pekerja bongkar
Gambar 1. Sikap kerja penenun yang
muat pelabuhan Soekernao Hatta Kota
tidak ergonomis
Makassar, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan lama kerja dengan
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap
keluhan nyeri punggung.
Kerja dan lama Kerja terhadap Keluhan
Menenun merupakan kegiatan
Musculoskeletal Disordes (MSDs) pada
melakukan penenunan yang mengolah
penenun di Desa Teunbaun..
bahan baku benang menjadi kain sarung
PENGE MSDs Ju
maupun selendang berdasarkan tekstur,
TAHUA ml % p
ukuran dan warna. Hasil dari penelitian, R S T
N ah
para penenun melakukan penenunan tenun
Baik 1 8 1 10 16. 0.
ini rata-rata 10 jam/hari dengan waktu kerja
7 1
08:00-15:00 kemudian di lanjutkan kembali
Kurang 1 2 1 50 83. 4
pada malam hari dari jam 19:00-21:00
0 3 7 3 1
malam.
SIKAP
Menenun merupakan pekerjaan yang
KERJA
memerlukan ketrampilan dan keahlian
Normal 1 3 7 11 18.
khusus sehingga membutuhkan waktu yang 0.
≤5 3
lama untuk bisa menyelesaikan atau 0
Tidak 1 2 1 49 81.
menghasilkan tenun kain ataupun 2
Normal 0 8 1 7
selendang. Waktu kerja bagi seseorang 7
>5
penenun menentukan efesiensi dan
produktivitasnya. Penelitian yang dilakukan LAMA
Hastini, 2012 menunjukan bahwa KERJA
pengurangan jam kerja dapat Tidak 7 9 3 19 31. 0.
meningkatkan efesiensi kerja dengan Lama ≤ 7 0
kenaikan produktivitas 3% sampai 10%. 8 2
jam/hari 8
109
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
110
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
111
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ABSTRAK
Kecelakaan yang terjadi di Indonesia cukup tinggi sampai masuk dalam 10 besar
di dunia menurut Dishub Indonesia pada tahun 2014 dan salah satunya terjadi di Kota
Malang. Kecelakaan didominasi oleh tingkat usia 17-21 tahun. Salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan adalah kesalahan pengendara dalam mengambil keputusan. Salah
satu hal yang menunjang kinerja manusia mengambil keputusan adalah situation
awareness (SA). Untuk mengetahui tingkat situation awareness berdasarkan tingkat usia
pengendara maka perlu dilakukan identifikasi berdasarkan tingkat usia yang kemudian
diberi rekomendasi dari permasalahan yang ada. Metode yang digunakan adalah
Quantitative Analysis of Situational Awareness (QUASA) untuk menganalisis situation
awareness responden pengendara motor. Tingkat situation awareness dianalisis
menggunakan signal detection theory. Berdasarkan analisis, aspek yang kurang adalah
traffic errors terkait perilaku pengendara melebihi batas stopline saat lampu merah dan
pelanggaran simbol lalu lintas, speed violations terkait kecepatan berkendara melebihi
batas dan safety violations terkait penggunaan headset saat berkendara.
Kata kunci:Situation Awareness, Pengendara Motor, Tingkat Usia, QUASA, Signal
Detection Theory
112
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
113
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
114
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
115
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Varia Varia
Pernyataan Pernyataan
bel bel
117
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Varia Varia
Pernyataan Pernyataan
bel bel
118
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Percei SA
Actua
3.3.3 Perhitungan Situation Awareness Responden ved Keselur
l SA
(SA) SA uhan
Tingkat SA yang dihitung adalah
Usia 17-25 57,70 68,05 48,25%
actual SA, perceived SA dan SA
Tahun % %
keseluruhan. Contoh cara peritungan
Perempua 59,56 71,78 50,56%
tingkat SA adalah sebagai berikut [1].
n % %
ActualSA= x100% 56,18 65,00 46,36%
Laki-laki
% %
(pers. 2)
Usia 26-35 76,40 80,25 70,15%
= x100% = 71,76% Tahun % %
119
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
= =0,378 (pers 8)
Corre Fals
Responde ct e
Hit Miss
n Reject Alar
ion m
Gambar 2. Angka kecelakaan berdasarkan
usia Seluruh 0,37
0,71 0,28
Responde 0,622 8
6 4
n
3.3.4 Perhitungan Probabilitas Respon Peremp 0,69 0,30 0,39
Probabilitas respon merupakan 0,607
uan 3 8 3
langkah untuk mengidentifikasi
SAmenggunakan signal \detection theory. Laki- 0,73 0,26 0,36
0,631
Probabilitas respon yang dihasilkan ada 4 laki 1 9 9
yaitu Hit, Miss, Correct Rejection dan
Usia 17- 0,66 0,33 0,59
False Alarm [1]. Contoh perhitungan 0,403
25 Tahun 8 2 7
probabilitas respon adalah sebagai berikut.
Peremp 0,65 0,34 0,55
Hit 0,443
uan 2 8 7
=
Laki- 0,68 0,31 0,62
= = 0,716 (pers 5) 0,370 9
laki 2 8
Miss=
Usia 26- 0,74 0,25 0,31
35 Tahun 3 0,684 6
7
= = 0,284 (pers 6) Peremp 0,73 0,36
0,26
uan 3 0,637 3
7
Correct Rejection
Laki- 0,75 0,24 0,27
= 0,730
laki 3 7 0
120
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Seluruh Terima
0,881
3.3.5 Perhitungan Sensitivitas SA Responden H0
Tujuan perhitungan sensitivitas Perempua Terima
adalah untuk mengetahui seberapa baik 0,774
n H0
pemahaman atau kemampuan responden
antara jawaban yang benar (signal) dari Laki-laki Terima
0,950
jawaban yang salah (noise) [6]. H0
121
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Kesimp = -(-Z(FA) − )
Responden d’
ulan
(pers 10)
Terima
Laki-laki 1,298 ,
H0 = -(-(-0,3102)− )= -0,751
Usia 36-45 Terima Rangkuman hasil perhitungan bias
1,322
Tahun H0 SA dapat dilihat pada Tabel 7.
Perempua Terima
1,290
n H0
Tabel 7. Hasil Perhitungan Bias SA
Terima
Laki-laki 1,337 Kesimpula
H0 Responden
n
Usia 46-55 Terima
0,940 Seluruh Terima H0
Tahun H0 -0,751
Responden
Perempua Terima
0,788 Perempua Terima H0
n H0 -0,658
n
Terima
Laki-laki 1,009 Laki-laki -0,811 Terima H0
H0
Usia 17-25 Terima H0
0,151
Tahun
3.3.6 Perhitungan Bias SA Perempua Terima H0
Perhitungan biasSituation Awareness 0,020
n
dilakukan untuk mengetahui kemampuan Terima H0
Laki-laki 0,261
responden dalam menghadapi rangsangan
yang ambigu [6]. Perhitungan bias yang Usia 26-35 Terima H0
-1,043
dilakukan untuk menguji hipotesis. Tahun
Hipotesis akan diterima jika nilai bias () Perempua Terima H0
masuk di daerah penerimaan yaitu diantara -0,838
n
-1,96≤ Z ≤ 1,96 dengan nilai α sebesar 0,05.
Berikut merupakan hipotesis untuk Laki-laki -1,262 Terima H0
perhitungan bias.
H0 : Responden dapat menghadapi Tabel 7. Hasil Perhitungan Bias SA
rangsangan yang ambigu (Lanjutan)
H1 : Responden tidak dapat menghadapi
Kesimpula
rangsangan yang ambigu Responden
n
Contoh perhitungan bias SA adalah
Usia 36-45 Terima H0
sebagai berikut. -1,309
Tahun
122
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
123
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
3.3.8 Analisis Tingkat Situation lain dari arah berlawanan, penggunaan lajur
Awareness kiri untuk berkendara dengan kecepatan
1. Seluruh Responden tinggi dan masih banyak yang mengganti
Tingkat situation awareness yang klakson standar motor menjadi suara yang
dimiliki seluruh responden masuk dalam mengganggu.
kategori cukup dengan nilai sebesar 65%
2. Seluruh Responden Berdasarkan Jenis
dengan nilai sensitivitas sebesar 0,881 yang
Kelamin
artinya responden dapat membedakan
Dilihat secara keseluruhan, responden
antara signal dan noise. Responden sudah
perempuan memiliki tingkat SA yang lebih
baik dengan memiliki tingkat situation
rendah dibandingkan responden laki-laki
awareness sebesar 65%, akan tetapi 35%
dengan nilai sebesar 63,26% dan masuk
sisanya masih buruk. Nilai 35% sisanya
dalam kategori cukup. Responden
merupakan kegagalan responden menjawab
perempuan jika dilihat nilai sensitivitasnya,
benar. Responden masih membuat
dapat membedakan signal dan noise karena
kesalahan meskipun berdasarkan
dalam perhitungan didapatkan nilai
perhitungan sensitivitas disimpulkan dapat
sensitivitas sebesar 0,774. Kegagalan yang
membedakan antara signal dan noise. Hal
terjadi karena responden menolak signal
tersebut berarti responden memiliki
(miss) dengan probabilitas sebesar 0,308
pemahaman yang salah terkait beberapa
dan menerima noise (false alarm) dengan
aspek sehingga memberikan jawaban yang
probabilitas sebesar 0,393. Hal tersebut
salah. Kesalahan tersebut juga dapat
dapat diidentifikasi dari nilai bias
diidentifikasi dari nilai bias sebesar -0,751
responden sebesar -0,658. Nilai -0,658
yang artinya responden akan cenderung
berarti responden dapat mengatasi
menjawab tidak atau menolak pernyataan
penyataan yang tidak dipahami dengan
yang tidak dipahami jawabannya.
cenderung menolak atau menjawab tidak.
Berdasarkan data hasil kuesioner, Ketika dihadapkan pada pernyataan yang
traffic errors yang rendah disebabkan tidak dipahami kemudian responden
karena responden masih kurang kesadaran menjawab tidak, hal tersebut yang
untuk mematuhi simbol yang ada di lalu menyebabkan terjadinya kegagalan
lintas, kurang mengerti tata cara responden dalam menjawab benar karena
mendahului dan kebanyakan tidak paham bisa jadi pernyataan yang tidak dipahami
dengan marka jalan. Pemahaman speed tersebut jawaban seharusnya adalah ya.
violations yang masih kurang adalah
Berdasarkan data hasil kuesioner,
pemahaman terkait kecepatan berkendara di
traffic errors buruk karena responden
lalu lintas kota. Pemahaman safety
kurang paham simbol yang ada pada lalu.
violations yang kurang diantaranya karena
Pada speed violations, responden masih
mayoritas responden yang memakai helm
kurang paham terkait batas kecepatan
hanya untuk berkendara jarak jauh, banyak
maksimum berkendara di lalu lintas dalam
yang mendengarkan musik menggunakan
kota. Pada safety violations, responden
headset saat berkendara, kurang
kurang paham terkait item peralatan
memberikan ruang cukup untuk kendaraan
124
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
keamanan untuk digunakan saat berkendara masih buruk. Nilai yang masih buruk
dan masih banyak responden yang berhenti tersebut sebesar 51,75% yang artinya
mendadak tanpa memberi isyarat terlebih responden lebih banyak melakukan
dahulu. kesalahan dalam menjawab. Hal tersebut
3. Responden berdasarkan Jenis dapat disebabkan karena responden pada
Kelamin setiap Tingkat Usia usia 17-25 tahun memiliki sensitivitas yang
Responden perempuan memiliki paling rendah dibandingkan responden lain
tingkat situation awareness yang lebih dengan nilai sebesar 0,189. Nilai 0,189
tinggi dari responden laki-laki. Responden tersebut berarti responden dapat
perempuan memiliki tingkat situation membedakan signal dan noise tapi tidak
awareness yang paling bagus pada pada sebaik responden lain sehingga tingkat
usia 36-45 tahun dengan nilai sebesar situation awarenessnya rendah. Responden
74,33%. Responden dapat dengan baik memiliki probabilitas kegagalan menjawab
membedakan antara signal dan noise benar untuk pernyataan positif sebesar
dengan nilai sensitivitas sebesar 1,290. 0,332 dan untuk pernyataan negatif sebesar
Responden memiliki pemahaman yang baik 0,597. Probabilitas false alarm yang
pada aspek control errors dan stunts. dimiliki responden perempuan sebesar
Responden memiliki probabilitas menjawab 0,597 usia 17-25 tahun lebih besar
benar untuk pernyataan positif (hit) sebesar dibandingkan probabilitas correct rejection
0,733 dan untuk pernyataan negatif (correct dengan nilai sebesar 0,403. Hal tersebut
rejection) sebesar0,748. Kegagalan yang berarti responden lebih banyak yang gagal
terjadi pada responden perempuan usia 36- menolak noise atau menjawab pernyataan
45 tahun lebih rendah dibandingkan negatif dengan jawaban ya.
responden lain dengan nilai 25,67%.
Berdasarkan data hasil kuesioner,
Berdasarkan data hasil kuesioner, pada traffic errors responden masih kurang
pemahaman traffic violations responden memahami berperilaku yang benar di jalan
yang kurang diantaranya adalah dan lampu lalu lintas. Pada control errors,
pemahaman terkait simbol. Speed violations responden masih memiliki pemahaman
responden yang kurang diantaranya adalah yang buruk berkaitan dengan kecepatan
pemahaman terkait kecepatan maksimum yang mengakibatkan kendaraan kehilangan
saat berkendara di lalu lintas kota. Safety kendali. Pada speed violations, responden
violations yang kurang dipahami adalah memiliki pemahaman yang buruk berkaitan
penggunaan sepatu tertutup dan masih dengan kecepatan maksimal saat
banyak yang bonceng tiga. berkendara di lalu lintas kota dan di daerah
perumahan, emosi yang masih tinggi untuk
4. Responden Berdasarkan Tingkat Usia
mengalahkan kecepatan pengendara lain.
Tingkat usia 17-25 tahun memiliki
Pada safety violations, responden masih
tingkat SA yang paling rendah
memiliki pemahaman yang buruk terkait
dibandingkan tiga tingkat usia lainnya dan
bahaya dari penggunaan headset untuk
masuk dalam kategori rendah dengan nilai
mendengarkan musik saat berkendara.
sebesar 48,25% yang berarti sisa nilainya
125
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
128
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Email: antonius.manurung@mercubuana.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis stres
kerjanelayan tradisional Tanjung Peni Citangkil dan Leleyan Grogol, Pesisir Pantai
Cilegon. Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan dikembangkan upaya intervensi psikologi
kerekayasaan sebagai cara mengatasi stres kerja nelayan tradisional. Populasi dalam
penelitianberjumlah sekitar 4000 nelayan; berdasarkan teknik purposive sampling
diperoleh 102 responden, nelayan Tanjung Peni Citangkil (58) danLeleyan (44).Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, alat deteksi stres (dikenal
dengan alat HRV-Heart Rate Variability). Skala stres kerja diadaptasi dan dimodifikasi
penulis dari konsep dan alat ukur Igor (1997). Teknik wawancara menggunakan pedoman
wawancara stres kerja. Sedangkan alat deteksi stres kerja HRV mengukur frekuensi
domain HRV yang digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi stres mental individu.
Hasil penelitian menunjukkan stres kerja nelayan relatif cukup tinggi dengan nilai mean
53, 385. Data deskriptif tersebut didukung hasil tes HRV dalam stress resistance (coping
stress), dan stress index (psikis), dan fatigue index. Hasil data wawancara menunjukkan
bahwa hal yang menyebabkan stres kerja pada nelayan tradisional di pesisir Pantai
Cilegon Banten adalah lingkungan kerja yang kurang kondusif, mencakup suhu udara,
pencahayaan, goncangan, dan kebisingan, cara kerja yang kurang ergonomis, dan
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang relatif buruk.
135
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
fatigue index (kelelahan). Berikut diuraikan nelayan tradisional di pesisir pantai Cilegon
hasil HRV pada nelayan tradisional di Banten. Tingkat stres yang tinggi pada
pesisir pantai Cilegon. kelompok nelayan tradisional Leleyan
Tabel 1. Heart Rate Variability(HRV) Nelayan Grogol lebih tinggi dibandingkan dengan
Leleyan Grogol kelompok Tanjung Peni Citangkil. Data ini
didukung dengan hasil tes Heart Rate
Sangat Buruk Normal Bagus Sangat Variability(HRV) pada nelayan tradisional
Buruk Bagus di wilayah Leleyan Grogol menunjukkan
Stress
Resistance
stress resistance (coping stress), dan stress
19 % 21 % 60 % 0% 0%
(Coping index (psikis), dan fatigue index lebih buruk
Stres)
Stress
dibandingkan dengan nelayan di Tanjung
Index(Psikis 14 % 24 % 50 % 12 % 0% Peni Citangkil. Hal ini bisa dipahami
)
karena para nelayan di Leleyan Gorogol
Fatigue
Index 16 % 45 % 34 % 2% 3% kebanyakan tidak berdomisili di sekitar
(Kelelahan)
pesisir, Selain itu, aktivitas utama nelayan
Pada tabel 1 di atas, berdasarkan bukan hanya nelayan. Berbeda dengan
hasil tes HRV dapat dilihat bahwa nelayan nelayan Tanjung Peni Citangkil yang
tradisional di Leleyan Grogol menunjukkan kebanyakan berdomisili di pesisir dan
coping stress yang kurang baik, dimana sekitarnya serta pekerjaan sebagai nelayan
skala buruk dan sangat buruk cukup besar, lebih sebagai aktivitas utama. Situasi ini
yaitu 40 %; indeks stres psikis pada level menyebabkan coping stres, indeks stres
buruk dan sangat buruk 38 %; dan indeks psikis dan kelelahan nelayan di Leleyan
kelelahan berada pada level cukup Grogol menjadi lebih tinggi.
memprihatinkan dengan jumlah 61% pada
level buruk dan sangat buruk. Kondisi nelayan yang kelelahan saat
menggunkan alat-alat tradisional maka Pantai Cilegon Banten, salah satu upaya
semua masih dikerjakan dengan untuk mengatasi stres kerja pada nelayan
menggunakan tenaga manusia.Hasil adalah dengan melakukan intervensi
penelitian ini membuktikan bahwa tingkat psikologi kerekayasaan. Stres dalam
stres kerja yang dialami oleh nelayan pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan
tradisional di pesisir pantai Cilegon Banten dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak
membuat nelayan kesulitan mencari nafkah yang negatif. Manajemen stres lebih dari
yang berdampak pada kesejahteraan pada sekedar mengatasinya, yakni belajar
nelayan tradisional yang belum tercapai menanggulanginya secara adaptif dan
dengan baik. Peneliti menemukan bahwa efektif.
program yang dijalankan oleh pemerintah
3. Pengembangan Intervensi Psikologi
setempat di wilayah Cilegon Banten dalam
Kerekayasaan sebagai Upaya
mensejahterakan nelayan belum berjalan
Mengatasi Stres Kerja Nelayan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
manajemen, komunikasi dan pelatihan K3 Berdasarkan analisis data dan
belum terealisasi dengan baik. Banyak pembahasan di atas perlu dikembangkan
nelayan belum mendapat pengetahuan dan model pengembangan intervensi psikologi
keterampilan mengenai K3 yang baik dan kerekayasaan sebagai upaya mengatasi
benar. Meskipun tim kerja seperti Pos UKK kompleksitas masalah stres kerja yang
maupun puskesmas sudah tersedia, dialami oleh nelayan di Citangkil dan
informasi tidak tersampaikan dengan baik Grogol Cilegon.
kepada nelayan tradisional di pesisir Pantai Adapun pengembangan intervensi
Cilegon. psikologi kerekayasaan yang dapat
Pelayanan kesehatan yang tersedia di diaplikasikan bagi para nelayan diuraikan
perkampungan nelayan wilayah Tanjung berikut ini :
Peni Citangkil maupun Leleyan Grogol a. Strategi Penanganan Individual
dirasakan belum berjalan dengan baik. Strategi yang dikembangkan secara
Pelayanan yang lambat dan tenaga media pribadi atau individual. Strategi
yang tidak siap siaga merupakan hal yang individual ini bisa dilakukan dengan
paling banyak dikeluhkan nelayan. beberapa cara, antara lain:
Meskipun nelayan tradisional di pesisir 1) Melakukan perubahan reaksi
pantai Cilegon Banten sudah mengetahui perilaku atau perubahan reaksi
adanya asuransi kesehatan, nelayan berpikir kognitif. Artinya, jika seorang
tidak dapat bekerja dengan tenang karena nelayan merasa dirinya ada
banyak kebutuhan yang harus dipenuhi kenaikan ketegangan, nelayan
seperti mesin, peralatan, dan perawatan tersebut seharusnya istirahat terlebih
kapal yang mahal. Hal ini membuat nelayan dahulu. Cara time out atau istirahat
di pesisir pantai Cilegon memiliki tingkat ini bisa macam-macam, seperti
stres yang tinggi. istirahat sejenak sambil melihat
Dari hasil penelitian mengenai stres keindahan laut sekitar, istirahat
kerja pada nelayan tradisional di pesisir dengan berbaring atau duduk
137
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
138
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
141
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ABSTRAK
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perbedaan pola dominasi otak antara
wisudawan Fakultas Teknik (FT) dan non Teknik (FISIP) Universitas Pasundan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dari populasi
mahasiswa tersebut. Pada dasarnya Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) memiliki perbedaan pada materi kuliah. Materi yang sehari-hari dipelajari
mahasiswa akan membentuk pola pikir terhadap mahasiswa itu sendiri. Dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data di dapatkan bahwa wisudawan fakultas teknik memiliki
dominasi otak bagian kiri belakang pada saat anak-anak/remaja dan dominasi otak kiri
belakang pada saat dewasa (saat ini). Hal tersebut menunjukkan kecocokan antara hasil
test HBTS dengan pola pembelajaran di fakultas teknik. Fakultas teknik memiliki pola
pembelajaran yang mendidik mahasiswanya untuk melakukan perkembangan teknologi,
menghasilkan dan menerapkan produk-produk penelitian yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat dan menjadikan mahasiswanya menguasai dasar-dasar ilmiah
serta pengetahuan dan metodelogi. Hasil dari pengolahan data didapatkan bahwa
wisudawan FISIP memiliki dominasi otak kanan belakang pada saat anak-anak/remaja
dan pada saat dewasa (saat ini) dominasi otak kanan depan dan kiri belakang memiliki
hasil yang sama sebanyak 26,7%. Mahasiswa fisip di didik untuk menjadi sarjana,
ilmuwan, dan tenaga ahli di bidang administrasi, baik niaga maupun bisnis yang mampu
menciptakan wirausaha ataupun pekerja/karyawan yang berlatar belakang pendekatan
sosial –emotional yang baik. Sementara para wisudawan Fakultas Teknik mempunyai
kecenderungan dominasi otak kiri dengan pertimbangan logic thinking matematis,
perhitungan-kalkulatif dan pengambilan keputusan yang berdasarkan perhitungan logika.
Kata Kunci : Cognitive Ergonomic, Human Brain Thinking Syle (HBTS), MSDM
(Human Reseources Management), Statistycal Theory.
145
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
optimal yang meminimalkan stress dan kajian atas rancangan display maupun
kelelahan. kontrol yang cocok dengan
Human Information Processing dan karakteristik penggunanya. Contoh
ergonomikoginitif, yaitu bidang aplikasinya antara lain: penentuan jenis
ergonomi yang mempelajari bagaimana display(misalnya analog versus
manusia memproses informasi dari digital), display untuk mesin-mesin
lingkungannya, dimulai dari tahap industri, display dan kotrol pada kabin
mengindra adanya stimulus pesawat, maupu ATC (Air
danmempersepsikannya, sampai TrafficControler), dan lain-lain.
dengan mengambil keputusan dan Lingkungan kerja, yaitu bidang yang
melakukan tindakan yang diperlukan. mencobamemahami respons manusia
Bidang ini mempelajari proses terhadap lingkunganfisik kerja,
persepsi, mmengingat, pemberian termasuk kebisingan, temperatur,
perhatian, serta pengambilan pencahayaan, getaran, dan lain
keputusan. Bidang ini sangat sebagainya. Informasi yang diperole
bermanfaat, sebagai contoh, dalam dari bidang kajian ini dapat
memahami bagaimana seorang dimanfaatkn dalam menentukan,
operator mengartikan data yang contohnya, penempatan lampu
diberikakn oleh suatu display, dalam penerangan, lama waktu istirahat,
menentukan moda yang terbaik (lisan, dampak rotasi kerja, serta efek
tulisan, atau berupa gambar), dalam penggunaan alat pelindung diri.
menyampaikan informasi kritis kepada Ergonomi makro, berangkat dari
pengguna, atau dalam menentukan konsep sosio-teknologi, bidang ini
besarnya beban mental seorang merupakan suatu pendekata sistem
operator. dalam mengkaji kesesuaian antara
Human –computer interaction (HCI), individu, organisasi, teknologi, serta
yaitubidang ergonomi yang mengkaji proses interaksi yang terjadi.
dan merancang interaksi antara Tujuannya adalah tercapainya tujuan
pengguna dan sistem komputer, dengan organisasi secara efektif dan
salah satu tujuannya antara lain berkelanjutan melalui evaluasi
Meminimalkan kesalahan, organisasi kerja. Dengan demikian,
meningkatkan kinerja sistem operasi, perbaikan tidak difokuskan pada
serta meningkatkan kepuasan operator dan pekerjanya, namun lebih
pengguna. Dalam penerapannya, pada pada perancangan sistem secara
bidang ini dikaji rancangan perangkat keseluruhan sebagai upaya yang efisien
keras maupun lunak seperyi apa yang dalam mencapai tujuan organisasi.
disesuaikan dengan karakteristik Manfaat bidang ini antara lain berupa
(psikologis dan mental) dari para perbaikan sistem kerja yang bersifat
penggunanya. bottom-up, peningkatan quality of work
Display dan controls, yaitu bidang life,serta meminimasi biaya yang
ergonomiyang memiliki fokus berupa
146
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dalam prose situ dan sekali terjadi ingatan dan pembentukan konsep, bahasa,
kesalahan selama periode belajar, untuk perkembangan kognitif, penalaran,
mengoreksinya. pemecahan masalah dan kreativitas,
pembuatan keputusanintelegensi manusia,
Pada saat ini terdapat beberapa
dan intelegensi buatan, hubungan antara
pendekatan yang berbeda untuk
emosi atau suasana hati (mood) dengan
menjelaskan perkembangan kognitif.
proses kognitif manusia.
1.Teori Perkembangan Kognitif Neurosains
2.5 Human Information Processing (HIP)
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi
memungkinkan mengaitkan antara aktivitas Untuk menjaga agar interaksi
otak dan perilaku.Biologis menjadi dasar tersebut berjalan dengan baik maka
dari pendekatan ini untuk menjelaskan manusia harus selalu menangkap sinyal
perkembangan kognitif. informasi yang ada sebaik mungkin.
Ketidakmampuan manusia dalam
2. Teori Konstruksi Pemikiran Sosial
menangkap sinyal informasi yang ada dapat
Selain biologi, kontekssosial juga mengganggu proses interaksi yang ada dan
merupakan salah satu sudut pandang dari dapat membawa pada dampak negatif.
perkembangan kognitif. Perspektif ini Sebagai contoh adalah seorang pekerja
menyatakan bahwa lingkungan sosial dan yang bekerja di stasiun kerja dengan tingkat
budaya akan memberikan pengaruh terbesar kebisingan yang cukup tinggi. Karena
terhadap pembentukan kognisi dan tingkat kebisingan yang tinggi tersebut
pemikiran anak. Teori ini memiliki maka pekerja tidak dapat dengan jelas
implikasi langsung pada dunia pendidikan. menerima bunyi-bunyi lainnya seperti
Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak alarm kebakaran. Dari contoh tersebut
belajar secara aktif lebih baik daripada terlihat bahwa ketidakmampuan pekerja
secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya dalam menerima informasi yang
Lev Vygotsky, Albert Bandura, disampaikan melalui bunyi alarm tersebut
MichaelTomasello. membawa dampak negatif kepada pekerja
yang terkait.
1. Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya Salah satu pendekatan yang dapat
bahwa anak memiliki teori maupun skema digunakan untuk memahami interaksi
mengenai dunianya yang menjadi dasar manusia-mesin adalah dengan cara
kognisinya.Tokoh dari ToM ini diantaranya memodelkan bagaimana otak manusia
adalah Andrew N. Meltzoff . memproses informasi. Setidaknya ada 3
tahapan besar dalam memproses informasi,
Psikologi kognitif memiliki kawasan
yaitu:
studi yang sangat luas, mulai dari proses
kognitif paling sederhana sampai dengan 1. Memahami informasi apa yang diberikan
yang paling kompleks. Kawasan studi oleh lingkungan.
kognitif meliputi: persepsi, pencatatan 2. Memproses informasi tersebut pada
sensori, pengenalan pola, dan perhatin, tingkatan yang lebih tinggi, serta
148
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
berkapasitas besar yang mencatat waktu dua detik kecuali bila diulang
informasi dari indra secara akurat (phonological loop), menyimpan
(terutama iconic memory dan echoic informasi spasial dan visual yang
memory). Informasi yang tersimpan pada berkaitan dengan dimensi ruang atau
sensory store dapat dengan mudah hilang. kedalaman (visuaspatial sketch pad),
Selanjutnya, informasi akan diteruskan mengintegrasikan informasi-informasi
menuju STM. Penyimpanan jangka pendek yang berasal dari atensi dan
ini berisi sejumlah kecil inforamsi yang perencanaan pengontrolan perilaku
digunakan secara aktif (working memory). (cetral executive), dan menyediakan
tempat penyimpanan sementara
Informasi verbal disandikan secara
informasi dari phonological loop,
akustik (sesuai bunyinya). Terakhir
visuaspatial sketch pad, dan cetral
informasi akan masuk ke LTM yang
executive yang dapat dikumpulkan dan
berkapasitas besar, berisi memori beberapa
dikombinasikan (episodic buffer).
detik terakhri sampai puluhan tahun silam.
c) Long-Term Memory, Long-term
a) Short-Term Memory, memori pada memory meliputi hal-hal mengenai
STM bersifat rapuh, dapat terlupa kemampuan mengingat seseorang
sebelum digunakan (tapi tidak serapuh dalam jangka panjang. Long term
memori di sensory store) dan akan memory biasanya terikat dengan
menghilang dalam 30 detik (kecuali proses pembelajaran yang dialami
jika diulang-ulang). Short term seseorang pengetahuan seseorang
memory meliputi hal-hal mengenai akan tersimpan dalam long term
seseorang dalam jangka pendek. Short memory. Pengetahuan umum
term memory dapat digambarkan seseorang tersimpan dalam long term
sebagai tempat penyimpanan memory.
sementara sejumlah informasi yang d) Memory Improvement, ada sejumlah
ada. Selain bersifat sementara, metode yang dapat digunakan untuk
kapasitas yang terdapat dalam short meningkatkan keampuan memori,
term memory ini juga terbatas. antara lain dengan memanfaatkan:
Kapasitas yang terbatas inilah yang
kemudian dapat menyebabkan - Visual imagery, dilakukan dengan
seseorang melakukan kesalahan. memanfaatkan mnemonics, yaitu
b) Working Memory, yaitu sistem yang strategi mengingat. Kemampuanmemori
terdiri atas empat komponen yang ditingkatkan dengan cara ,merujuk
menyimpan sementara dan kepada representasi mental dari objek
memanipulasi informasi ketika atau tindakan yang secara fisik
seseorang melakukan tugas kognitif. sesungguhnya tidak ada.
Keempat komponen terdapat pada
- Method Of Loci, merupakan metode
working memory adalah menyimpan
yangdilakukan dengan cara mengaitkan
suara dalam jumlah terbatas dan jejak
item yang akan dipelajari dengan lokasi
ingatan akan rusak dalam ukuran
fisik.
150
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
- Organization, metode yang 4 area, yaitu otak kanan bagian depan, otak
memafaatkanpemberian aturan dan pola kanan bagian belakang, otak kiri bagian
pada siatu objek yang tengah kita depan dan otak kiri bagian belakang seperti
pelajari. pada Gambar 2.5. Selain itu juga HBTS
- Exsternal memory aids, penggunaan didasari teori Hans Eysenck tentang
alat bantuyang bersifat eksternal untuk hubungan tingkat naluri kesadaran dengan
meningkatkan kemampuan alat sifat ekstrovert dan introvert.
mengingat.
Pembagian otak secara anatomi dan
- Practice, semakin banyak latihan
kemampuannya:
semakin banyakyang dapat diingat.
- Multimodal approach, memfokuskan - Otak kiri bagian depan (LAB) : Naruli
perhatianterhadap detail, memberi kompetitif.
penekanan yang lebih terhadap aspek - Otak kiri bagian belakang (LPB) :
semantik (makna) dan aspek emosional. Naluri memelihara dan menjaga.
-Metamemory, pengetahuan dan - Otak kanan bagian depan (RAB) :
kesadaaran tentang memoti yang Naruli perubahan.
dimiliki oleh diri sendiri. - Otak kanan bagian belakang (RPB)
: Naluri memberikan cinta atau kasih
Berikut merupakan gambar yang
sayang.
menunjukkan hubungan antara long
Menurut Eysenck, kepribadian adalah
term memory dan short term memory
jumlah total pola tindakan aktual atau
potensial organisme yang ditentukan oleh
hereditas dan lingkungan. Kepribadian itu
sendiri terbentuk dan berkembang melalui
adanya interaksi fungsional empat faktor
yaitu faktor kognitif(intelegensi), faktor
konatif (karakter), faktor afektif
(temperamen),dan faktor somatik
(konstitusi). Corak yang khas pada
Gambar 2.3 Hubungan Antara Long Term
pendapat Eysenck ini adalah kata “faktor
Memory Dan Short Term Memory
somatik”. Perhatian terhadap faktor
konstitusional ini muncul dari pengalaman
praktis, dimana dalam tugasnya, Eysenck
2.6 Human Brain ThinkingStyle’s (HBTS)
sering menggunakan tubuh sebagai variabel
Pelopor Human Brain Thinking Style’s kepribadian yang relevan. Eysenck juga
(HBTS) adalah Dr. Hung Bae Park dari meneliti tentang kecerdasan, meskipun ia
Korea Selatan, beliau merupakan Pakar tidak memasukkannya ke dalam dimensi
Kedokteran dan Kejiwaan. HBTS didasari kepribadian. Eysenck berpendapat bahwa
dari teori Carl Gustav Jung tentang teori kecerdasan berpengaruh penting dalam
kejiwaan mengenai kepribadian membagi kepribadian. Ia mencatat bahwa individu
otak secara anatomi dan fisiologis ke dalam dengan IQ 120 mempunyai kepribadian
151
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
yang lebih kompleks dibanding individu berupa angka. Mean adalah "Jumlah nilai-
dengan IQ 80. Eysenck berpendapat bahwa nilai dibagi dengan jumlah individu"
80 persen kecerdasan dipengaruhi oleh (Sutrisno Hadi; 1998).
faktor keturunan dan 20 persen dibentuk
Mean (rata-rata) merupakan suatu
dibentuk dari lingkungan.
ukuran pemusatan data. Mean suatu data
2.7 S t a t i s t i k a - Ukuruan Pemusatan juga merupakan statistik karena mampu
Data : Mean, Median dan Modus menggambarkan bahwa data tersebut
berada pada kisaran mean data tersebut.
Mean, Median, Modus sama-sama
Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran
merupakan ukuran pemusatan data yang
pemusatan untuk jenis data nominal dan
termasuk kedalam analisis statistika
ordinal.
deskriptif. Namun, ketiganya memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing- Median menentukan letak tengah
masing dalam menerangkan suatu ukuran data setelah data disusun menurut urutan
pemusatan data. Untuk tahu kegunaannya nilainya. Bisa juga nilai tengah dari data-
masing-masing dan kapan kita data yang terurut. Simbol untuk median
mempergunakannya, perlu diketahui adalah Me. Dengan median Me, maka 50%
terlebih dahulu pengertian analisis statistika dari banyak data nilainya paling tinggi
deskriptif dan ukuran pemusatan data. sama dengan Me, dan 50% dari banyak data
Analisis Statistika deskriptif merupakan nilainya paling rendah sama dengan Me.
metode yang berkaitan dengan penyajian Dalam mencari median, dibedakan untuk
data sehingga memberikan informasi yang banyak data ganjil dan banyak data genap.
berguna. Upaya penyajian ini dimaksudkan Untuk banyak data ganjil, setelah data
untuk mengungkapkan informasi penting disusun menurut nilainya, maka median
yang terdapat dalam data ke dalam berntuk adalah data yang terletak tepat di tengah.
yang lebih ringkas dan sederhana yang pada Modus adalah nilai yang sering muncul.
akhirnya mengarah pada keperluan adanya Jika kita tertarik pada data frekuensi,
penjelasan dan penafsiran (Aunudin, 1989). jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data,
maka kita menggunakan modus. Modus
Deskripsi data yang dilakukan
sangat baik bila digunakan untuk data yang
meliputi ukuran pemusatan dan penyebaran
memiliki sekala kategorik yaitu nominal
data. Ukuran pemusatan data meliputi nilai
atau ordinal. Dalam Statistik, modus
rata-rata (median), modus, median dan
digunakan untuk menyatakan fenomena
quartil. Sedangkan ukuran penyebaran data
yang paling banyak terjadi.
meliputi ragam (variance) dan simpangan
baku (standard deviation).
152
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
156
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
157
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Erlinda Muslim1, Boy Nurtjahyo Moch2, Maria Helena Lado3, Rolando4, Desica
Nur Adimia5
1,2
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 3,4,5Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Kampus Baru-Depok Email: tiui@ie.ui.ac.id
Abstrak
Mengendarai mobil merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan fluktuasi beban
mental. Ada banyak faktor, baik internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi
beban kerja mental sehingga berpengaruh pada perilaku pengendara mobil. Dalam
rangka mengetahui pengaruh tersebut, maka penelitian ini ingin mengetahui
signifikansi dari faktor kategori usia, kepadatan lalu lintas, dan genre musik terhadap
perilaku pengendara dengan metode MANOVA, dilihat dari performa pengendara
(tingkat pelanggaran, kecepatan dan frekuensi pengereman) dengan menggunakan
Driving Simulator dan aspek subjektif, yaitu Driver Behaviour Questionnaire (DBQ).
Selain itu, penelitian ini juga mencari genre musik (pop, jazz dan rock) yang
memberikan perbedaan paling signifikan terhadap perilaku pengendara dengan
menggunakan Post Hoc Test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga faktor
utama berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengendara. Genre musik jazz
menghasilkan jumlah pelanggaran, kecepatan dan frekuensi pengereman paling rendah,
sehingga dapat dikatakan bahwa genre musik jazz merupakan genre musik yang
memberikan perbedaan paling signifikan dibandingkan dengan pop dan rock.
Kata kunci: Perilaku Pengendara, Driving Simulator, MANOVA, Post Hoc Test
158
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
2000). Kondisi lalu lintas yang ramai (speed), tingkat pelanggaran (violations)
memberikan tantangan yang lebih besar dan frekuensi pengereman (brake-
daripada lalu lintas yang lengang. response), serta pengukuran subyektif
Peningkatan kepadatan lalu lintas juga pengendara dengan menggunakan
membuat kegiatan mengendarai mobil kuesioner.
menjadi lebih kompleks. Kepadatan lalu
Metode Penelitian
lintas yang meningkat akan
mempengaruhi kondisi psikologis dan Penelitian ini menggunakan
menuntut proses adaptasi yang timbul DrivingSimulator yang terdiri dari City Car
dari dalam diri individu baik secara Driving Software dan Logitech Driving
emosional maupun perilaku. Wheel G27, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 1. CityCar Driving Software
Menurut Hoedemaeker (2002),
merupakan simulasipermainan mengendarai
beban pengendara saat mengendarai
mobil dengan tampilan 3D secara nyata dan
mobil dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
mirip dengan aslinya. Logitech Driving
visual workload, motorworkload, dan
Wheel G27 ini merupakan steering wheel
mental workload. Beban mental(Mental
yang terdiri dari setir, pedal danperseneling
workload) melibatkan banyak proses,
dan didesain sebagai alat yang digunakan
termasuk proses neurofisiologis, persepsi
untuk melakukan simulasi mengendarai
dan kognitif (Baldwin & Coyne, 2003),
mobil.
atau dapat juga disebut sebagai
kemampuan dalam memproses suatu
informasi saat melakukan suatu kegiatan.
Beban kerja mental mempengaruhi
pengendara mobil dalam berperilaku di
jalan raya. Usia dan pengalaman
pengendara menjadi faktor penting yang
dapat mempengaruhi beban kerja mental
(a) (b)
sehingga berpengaruh pada perilaku
pengendara mobil.
160
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
163
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
164
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
170
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Produk baja tulangan beton berfungsi untuk menopang dalam sebuah konstruksi
bangunan baik rumah ataupun gedung. Permasalahan yang terjadi yaitu produk yang
dihasilkan terdapat adanya ketidaksesuaian atau memiliki cacat yang paling dominan
yaitu jenis cacat gepeng sehingga tidak dapat memenuhi target spesifikasi kebutuhan
pasar dan membuat perusahaan mengalami kerugian dikarenakan konsumen tidak mau
memakai produk tersebut. Metode HEART merupakan metode yang dapat diaplikasikan di
industri dengan pendekatan human reliability. Berdasarkan hasil identifikasi penyebab
utama jenis cacat gepeng adalah pada elemen kegiatan proses Cooling Bed yaitu
mengecek hasil batang, dimensi, visual dan berat dengan nilai HEP tertinggi sebesar
0.49499. Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan Human error yang terjadi yaitu
operator tidak teliti dalam mengecek atau melewatkan salah satu pengecekan yang
disebabkan oleh adanya faktor keraguan pada standar performansi yang diharuskan
dengan hasil pengecekan operator. Usulan perbaikan dengan cara melakukan pengecekan
atau kalibrasi secara berkala terhadap alat yang akan digunakan, peningkatan
pengawasan oleh leader terhadap operator, memperjelas informasi dan memperbanyak
display standar operasional prosedur, melakukan pelatihan secara berkala, menempatkan
operator yang berpengalaman dan terlatih, penilaian prestasi terhadap operator,
pemberian sanksi terhadap operator yang tidak disiplin, serta merotasi tugas untuk
operator tersebut.
kebundarannya lebih dari batas maksimal terdiri dari: data proses produksi yang
toleransi, atau terjadi penyimpangan berisikan segala aktivitas produksi, data
kebundaran yang disebabkan karena standar operasional prosedur yang berisikan
mendapat perlakuan yang tidak sesuai saat langkah-langkah melakukan suatu aktivitas
proses pengerolan. Perlakuan yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
sesuai dapat ditimbulkan karena adanya data hasil wawancara dengan pihak terkait.
kesalahan dari operator dalam melakukan Data sekunder terdiri dari data profil
aktivitasnya, dimana operator bekerja tidak perusahaan yang berisikan informasi
sesuai dengan prosedur atau bisa terjadi mengenai perusahaan dan data jumlah
kesalahan dalam mengatur mesin. operator yang berisikan berapa banyak
Menurut Sanders dan Mc Cormick operator yang bekerja pada bagian produksi
(1993), human error sebagai tindakan atau serta data deskripsi pekerjaan yang
perilaku manusia yang kurang sesuai atau berisikan penjelasan mengenai pekerjaan
tidak diinginkan sehingga menyebabkan yang dilakukan.
penurunan efektivitas, keselamatan kerja, Pengolahan data dilakukan dengan
serta performansi sistem. Bell dan Holroyd menghitung nilai Assessment Effect (AE),
(2009) mengatakan bahwa metode Human nilai AE diperoleh dari setiap EPC
Error Assesment and ReductionTechnique (ErrorProducingCondition) yang
(HEART) dirancang sebagai metode diidentifikasi berdasarkan tabel EPCs. Nilai
kuantifikasi resiko human error yang cepat, HEP (HumanErrorProbability), dengan
sederhana dan mudah dipahami oleh nilai AE memiliki keterkaitan, dimana nilai
engineers dan human factors specialists. AE akan mempengaruhi besarnya nilai
Keunggulan yang dimiliki metode HEART HEP. Nilai HEP merupakan probabilitas
diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya humanerror pada periode waktu
kesalahan manusia yang mungkin terjadi tertentu. Besarnya nilai HEP menunjukan
dan menentukan bagaimana kesalahan besarnya peluang terjadinya kesalahan yang
manusia dapat terjadi serta memberikan dilakukan operator dalam pekerjaannya.
usulan peningkatan keandalan atau kinerja Tahap analisa data yang dilakukan
manusia dengan mengurangi kesalahan menggunakan metode HEART. Identifikasi
manusia yang mungkin terjadi. Tujuan humanerror dilakukan dengan melihat nilai
penelitian ini adalah mengidentifikasi akar HEP yang didapatkan pada proses produksi
permasalahan penyebab penurunan kualitas baja tulangan beton. Tahapan ini terdiri dari
jenis cacat gepeng pada produk Baja lima analisa: analisa kesatu dimulai dengan
Tulangan Beton pada divisi rolling mills di melakukan analisa pekerjaan, dimana
PT. X dengan metode HEART dan pekerjaan yang terdapat pada bagian
memberikan usulan perbaikan berdasarkan produksi dibagi ke dalam sub-pekerjaan
permasalahan yang ada. sehingga dapat pekerjaan yang lebih
sederhana. Analisa kedua merupakan
Metode Penelitian analisa GeneralTaskType (GTT), analisa ini
Tahapan penelitian ini dimulai menggunakan tabel berisikan aktivitas-
dengan melakukan pengumpulan data aktivitas dengan nilai ketidakandalan yang
primer dan data sekunder. Data primer
172
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
173
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Bertugas 2
E
(0.02)
EPC
Proporsi
27(1.4)
0.1
29(1.3)
0.2
31(1.2)
0.1
33(1.15)
0.2 0.02316
APOE 1.04 1.06 1.02 1.03
mengatur
Operator serta Analisa hasil rekapitulasi perhitungan HEP
Pengatur Baja menyusun terbagi dalam dua kategori, yaitu
9 Tulangan 1 baja berdasarkan proses yang terdapat pada
Beton - proses tulangan subbagian dan elemen kegiatan pekerjaan
coolingbed beton yang pada subbagian. Hasil pengukuran nilai
akan di HEP berdasarkan subbagian terdapat pada
potong 12 tabel 4.
174
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
penempatan operator yang berpengalaman Stanton, N.A., Hedge, A., & Brookhuis, K.
dan terlatih, memperbanyak display standar 2005. Handbook of Human Factors
operasional prosedur, pengecekan atau and Ergonomics Methods. CRC
kalibrasi secara berkala, peningkatan Press.
pengawasan terhadap operator, penilaian Sanders, M. S. & McCormick, E. J. 1993.
prestasi terhadap operator, penggunaan Human Factors in Engineering and
APD serta perbaikan kondisi lingkungan. Design. New York: McGraw-Hill
Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, J & Holroyd, J. 2009. Review of
Human Reliability Assessment
Methods. UK: Health and Safety
Executive Books.
Lind, Marchal, & Wathen. 2007. Teknik-
teknik Statistika dalam Bisnis dan
Ekonomi Menggunakan Kelompok
Data Global. Jakarta: Salemba
Empat.
177
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Deasy Endah Karlina1, Euis Nina Yuliani Saparina2 dan Hardianto Iridiastadi3
1,2
Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta
3
Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung
Email : deasy.endah@yahoo.com, nina.yuliani@mercubuana.ac.id dan hiridias@vt.edu
Abstrak
Penurunan kinerja industri padat karya seperti sepatu dan garment, dapat
memaksa perusahaan tersebut memangkas jumlah tenaga kerja yang akhirnya dapat
menimbulkan dampak sosial besar. Predetermined motion time system (PMTS)
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan tingkat tenaga kerja di
industri yang berorientasi pada tenaga kerja dengan menghitung jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu. Dengan menurunkan waktu proses
pembuatan produk melalui peminimalan non value added motion and value added
necessary motion dapat meningkatkan produktivitas produksi. Selain itu predetermined
motion time system (PMTS) juga mempermudah dan mempercepat proses analisa gerakan
kerja manual melalui bantuan software, sehingga pengoptimalisai kinerja karyawan dapat
dikontrol, dan dilakukan pemerataan beban kerja di kalangan karyawan. Penggunaan
software yang dipilih dalam penelitian ini adalah satra timeline 2, dengan pembuatan
konsep logika pada software dan sudah dilakukan penerapan Predetermined Motion Time
System (PMTS), maka didapatkan hasil bahwa Predetermined Motion Time System
(PMTS) dapat meningkatkan produktivitas sebesar 13% dengan perbandingan
produktivitas semula 6,46 menjadi 7,30 dengan penggunaan jumlah pekerja sebanyak 3
orang, lebih sedikit dibandingkan dengan aktual
.
Kata kunci: Shoe Manufacture, Productivity, Line balancing, Predetermined Motion Time
System (PMTS), satra timeline 2.
karena kekhasan karaketristik industri ini, Pengukuran Waktu kerja (Time Study)
baik dari industri yang padat karya, pada dasarnya merupakan suatu usaha
produksinya berdasarkan atas order yang untuk menentukan lamanya waktu kerja
diterima dan sebagian bahan bakunya harus yang diperlukan oleh seorang operator
diimpor, sampai mesin produksi yang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
digunakan merupakan mesin dengan middle (Niebel, 1988).
technology. Peningkatan produktivitas dapat
Indonesia perlu mempertahankan dan ditempuh antara lain melalui penerapan
meningkatkan peringkat sebagai negara predetermined motion time system (PMTS).
pengekspor alas kaki terbesar dunia. Untuk Predetermined motion time system (PMTS)
itu, perlu memperhatikan kualitas produk merupakan suatu kumpulan data waktu dan
alas kaki yang akan di eskpor melalui prosedur sistematik dengan menganalisa
peningkatan kualitas dan menjaga mutu dan membagi-bagi setiap operasi kerja
produk serta meningkatkan produktivitas (manual) yang dilaksanakan oleh operator
dan menekan biaya produksi. ke dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-
Alur proses produksi pembuatan alas gerakan anggota tubuh ataupun elemen-
kaki yang paling banyak menggunakan elemen gerak manual lainnya dan kemudian
tenaga kerja adalah pada area cut to box menetapkan nilai waktu masing-masing
(Cutting, Preparation, Sewing, Assy) karena berdasarkan waktu yang ada.
pada alur proses tersebut di unggulkan hasil Predetermined motion time system
dari seni kerajinan tangan/keterampilan (PMTS) sering digunakan untuk
para pekerja. menetapkan tingkat tenaga kerja di industri
Oleh karena itu, industri perlu yang berorientasi pada tenaga kerja dengan
menerapkan teknologi yang lebih efektif menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan
dan efisien seperti penerapan beragam untuk melakukan tugas tertentu.
teknik, metode dan pendekatan industri Predetermined Motion Time System
manufaktur alas kaki, salah satunya (PMTS) membantu perancangan desain
adalah dengan menggunakan metode kompleksitas operasi yang mendukung
studi gerakan. Studi gerakan (motion optimasi desain operasi dan mengurangi
study) adalah studi tentang gerakan-gerakan resiko kegagalan perancangan (Alkan et al,
yang dilakukan oleh pekerja dalam 2016). Beban kerja yang dapat mengganggu
menyelesaikan pekerjaannya. Studi waktu kondisi kerja pekerja, dapat diminimalisir
dan gerakan merupakan studi sistematis dengan pembuatan dan analisa yang
mengenai sistem kerja dengan tujuan; menggunakan pemetaan tangan kiri dan
mengembangkan system dan metode yang kanan (PMTS) terkait proses rakit motor
lebih baik, Standardisasi sistem dan yang dilakukan (Laurig et al, 1985).
metode, menentukan waktu standar, Perencanaan produksi dengan model
membantu melatih pekerja menerapkan simulasi dapat diintegrasikan melalui
metode kerja ynag lebih baik (Barnes, pendekatan analisis PMTS. Korelasi yang
1980). tinggi antara output model simulasi dan
waktu data aktual dari jobsite dan
179
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
180
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
181
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
1
2
Proce s s
process dan stockfit menggunakan banyak 9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area)
St Eyestay L/M to Upper #2 (out area)
St Tip to Upper
71.9
68.12
47.22
72.09
71.98
46.22
72.21
71.98
46.1
72.99
72.1
47.21
71.98
72.12
46.98
71.62
72.32
46.87
71.98
72.09
46.98
72.01
71.62
46.55
71.99
72.12
47.02
72.2
72.7
46.64
10 46.98 46.5 45.22 46.26 46.73 46.66 47.01 47.92 46.88 46.92
mesin dan memerlukan waktu lebih lama
St Tip to Upper
St Tip to Upper 46.32 46.98 46.43 46.44 46.88 46.59 46.98 47.91 46.29 46.43
11 St Tongue Edge 20.21 18.55 20.21 19.21 19.01 18.67 18.98 19.42 19.21 18.76
St Foxing to Upper 60.98 60.89 60.21 60.11 59.23 59.41 60.01 59.21 60 59.31
sepatu, maka area kerja yang akan dipilih Tabel 1. Hasil Pengukuran Langsung
adalah area cut to box (cutting-preparation- Menggunakan Stopwatch
sewing-assembling). Area Preparation-
No Process Machine Type M/P Neede d-M/C Nee ded
Sewing merupakan area kerja yang paling 1 St Tongue Lace Loop to Tongue F1 1
2 St Tongue to Tongue Lining F1 1
banyak mengalami kendala sehingga 3 St Edge Collar Lining F1 1
4 St Collar Lining to Upper P1 3
mengganggu proses produksi keseluruhan 5 St Counter to Upper P1 1
6 St Edge Upper P1 1
yang untuk mencapai target yang sudah di 7 St Collar to Quarter L/M P1 2
8 St Eyestay L/M to Upper #1 (in area) P1 2.5
rencanakan. Dengan demikian, maka 9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area) P1 3.5
10 St Tip to Upper P2 3
pemilihan area kerja untuk penelitian ini 11
12
St Tongue Edge
St Foxing to Upper
P2
P2
1
3
akan dilakukan di area Preparation-Sewing
dengan model pilihan MDR2Mn/Wmn. Tabel 2 Kebutuhan ManPower/MC per
Proses
Sec/pairs
CT Timeline -
(Yamazumi-
Timeline)
GAP % Remark
CO/Pair
183
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
184
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
185
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
186
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
187
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Kata Kunci : Kapasitas Produksi, Handling time, Machining time, Waktu Baku.
produk yang sudah diproduksi adalah
produk Bracket Engine Mounting.
Pendahuluan
Secara garis besar proses machining
Perusahaan manufaktur ini merupakan
Bracket Engine Mounting ini melalui
perusahaan yang bergerak dalam produksi
beberapa tahap, mulai dari proses
otomotif di Indonesia khususnya untuk
pembuatan material (casting), painting
komersial car, yaitu memproduksi untuk
material sampai dengan proses permesinan
OEM (Original Equipment Manufacturing)
(machining). Proses machining ini
part berbagai macam merk (Mitsubishi,
dilakukan berdasarkan persyaratan
Hino, Isuzu, Toyota, Nissan, dll).Salah satu
pelanggan yang telah ditetapkan dalam fase
pengembangan. Namun dalam penelitian ini
188
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
hanya berfokus pada proses machining saja. produksi. Kapasitas produksi dapat
Proses machining Bracket Engine dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
Mounting ini dilakukan di line MP-H dan adalah bahan baku, sistem kerja, jumlah
mesin yang digunakan adalah Doosan mesin, jumlah pekerja, dan alur proses
VC430.Dilihat dari rantai proses tersebut kerja. Perhitungan kapasitas produksi
masalah yang muncul adalah penentuan berdasarkan pada perhitungan waktu baku
kapasitas produksi yang masih berdasarkan (Anwar, 2012), dapat dihitung dengan
pada nilai aktual jumlah proses yang rumus :
didapat tanpa adanya perhitungan dengan = (1)
acuan yang jelas dan juga terperinci.
Dimana,
Penelitian ini penting dikarenakan dalam
= Kapasitas Produksi
penentuan kapasitas produksi nantinya
ℎ = Jumlah jam kerja
dapat ditentukan dengan metode yang baku
= Waktu baku
dan sudah distandarkan, sehingga standar
kapasitas yang ditetapkan lebih realistis.
Hasil Dan Pembahasan
Berikut ini adalah gambaran proses
Metode Penelitian
untuk produk Bracket Engine Mounting.
Adapun kerangkan metode penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut ini :
Mulai
Perumusan Masalah :
1. Menghitung waktu baku
2. Menghitung kapasitas sebagai standar
performasi produksi
Pengumpulan Data :
- Pengukuran waktu
- Pengambila n data penelitian sebanyak 30
Pengolahan Data :
- Pengujian Keseraga man Data
- Pengujian Kecukupan Da ta
- Perhitungan waktu s iklus
- Perhitungan waktu normal dengan
me masukan pe nyesuaia n
- Perhitungan waktu baku
- Perhitungan kapa sitas per shift
Sumber : PT. Braja Mukti Cakra
- Perhitungan kapa sitas per jam
Gambar 2. Proses Machining Bracket
Engine Mounting
Analisa hasil :
- Kapasitas produksi dengan demand cutomer
permesinan Bracket Engine ini dalam satu keseragaman data, uji kecukupan data.
mesin menggunakan 2 Jig Fixture sehingga Berdasarkan hasil pengolahan, data
keluaran barang jadi dalam satu siklus handling time dinyatakan seragam dan
proses adalah 2 unit. cukup.
Setelah itu dilakukan perhitungan
Pengukuran Waktu waktu siklus, waktu normal serta waktu
Dari data hasil pengamatan lapangan baku dengan memasukan beberapa faktor
diketahui bahwa diantaranya adalah faktor penyesuaian dan
Machining time : 04 menit 56 detik faktor kelonggaran.
Handling time : 05 menit 5 detik
Jika dilihat kondisi diatas adalah
Machining time < Handling time. Oleh Menghitung Waktu Siklus
karena kondisi handling time lebih besar Waktu siklus rata-rata untuk proses
dibandingkan dengan machining time, maka handling time Bracket Engine Mounting
data yang digunakan untuk observasi adalah yaitu 302,3 detik.
data handling time saja, mengingat adanya
fitur dari APC (Automatic Pallet Change) Menghitung Waktu Normal
pada mesin proses. Dalam proses operasi Dalam perhitungan waktu normal ini
permesinan dengan menggunakan fitur ini harus memasukan nilai atau angka
dapat mengurangi atau menghilangkan penyesuaian yang telah ditetapkan. Dalam
handling time, hal ini dikarenakan pada saat hal ini penilaian faktor penyesuaian ini
proses permesinan dilakukan pada meja didasarkan pada tingkat kesulitan proses
mesin 1, maka di saat yang bersamaan pula produksi Bracket Engine Mounting.
persiapan untuk proses permesinan pada Sehingga dapat dilihat pada tabel 1
meja mesin 2 dapat dipersiapkan, sehingga mengenai faktor penyesuaian berdasarkan
pada saat proses permesinan pada meja 1 tingkat kesulitan.
telah selesai, meja mesin 2 langsung
berotasi dan memulai proses permesinan Tabel 1. Faktor Penyesuaian Bedasarkan
tanpa harus menunggu dipersiapkan lagi. Tingkat Kesulitan
Namun yang perlu diperhatikan dalam Keadaan Lambing Penyesuaian
penggunaan fitur ini adalah Machining time Kondisi anggota
> Handling time. badan terpakai: E 8
Untuk menentukan waktu baku pada Badan
proses Handling, maka dilakukan Pedal Kaki
pengambilan data dengan pengamatan Tanpa pedal, atau
waktu siklus dilakukan sebanyak 30 kali satu pedal dengan F 0
agar memperoleh data yang akurat dengan sumbu dibawah
menggunakan stopwatch.Setelah Handling kaki
time diperoleh maka langkah selanjutnya Penggunaan
adalah menguji data tersebut. Dalam hal ini tangan H 0
proses pengujian data tersebut meliputi uji Kedua tangan
190
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
192
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Syukron, Amin dan Kholil, Muhammad,
Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2014, Pengantar Teknik Industri, Graha
Rinawati, Dyah Ika, Diana Puspitasari dan Ilmu. Yogyakarta.
Fatrin Muljadi. 2012, Penentuan Waktu Wibowo, Cahyo, 2014, Perencanaan
Standar Dan Jumlah Tenaga Kerja kapasitas Produksi Pada PT SIK Di Krian-
Optimal Pada Produksi Batik CAP Sidoarjo. Universitas Surabaya, Diambil
(Studi Kasus: IKM Batik Saud Effendy, dari:
Laweyan). Universitas Diponegoro, https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/
Diambil dari: article/viewFile/791/767, 25 Mei 2016.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/ Wignjosoebroto, S, 2000, Ergonomi, Studi
article/view/4536/4136, 25 Mei 2016. Gerak dan Waktu, Guna Widya,
Sutalaksana,dkk,2006, Teknik Surabaya.
PerancanganSistem Kerja. ITB.
Bandung.
193
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
1
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 2,3,4Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Kampus Baru-Depok Email: tiui@ie.ui.ac.id
Abstrak
Globalisasi telah mendekatkan masyarakat dengan dunia teknologi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan beralihnya masyarakat kepada penggunaan aplikasi untuk
kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan travel seperti reservasi tiket pesawat dan
kamar hotel. Keadaan ini membuat agen travel online berlomba meningkatkan kualitas
aplikasinya. User experience (UX) merupakan salah satu faktor utama yang menjadi
prioritas pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi user
experience dari dua aplikasi agen travel online teratas yaitu Traveloka dan Tiket.com
untuk mengetahui faktor apa saja yang harus diperbaiki kedepannya. Terdapat delapan
dimensi UX yang akan dievaluasi yaitu, efektivitas, efisiensi, ease of use, usability,
understandability, learnability, satisfaction, dan attractiveness yang terbagi ke dalam
dua pendekatan, task-oriented dan apps-oriented. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah performance measurement, kuesioner, think aloud dan eye
tracking. Meskipun tidak ditemukan secara signifikan pada beberapa dimensi,
didapatkan bahwa Tiket.com memiliki ketertinggalan dari segi efisiensi, efektivitas,
sistem, dan desain tampilannya sehingga berpengaruh kepada usability secara
keseluruhan, understandability, satisfaction, dan attractiveness. Traveloka memiliki
ketertinggalan dari segi learnability.
peringkat teratas dengan tujuan untuk pemrosesan informasi yang tinggi dengan
mendapatkan evaluasi user experience teknik penyampaian yang tepat.
dari aplikasi OTA saat ini untuk
mengetahui faktor apa saja yang harus
diperbaiki kedepannya. Kemudian, User Experience
melalui penelitian ini dapat dihasilkan
User Experience atau biasa
rekomendasi berdasarkan hasil
disingkatsebagai UX merupakan
evaluasi kepada OTA.
pengalaman secara keseluruhan dari
pengguna saat menggunakan produk,
sistem, atau layanan tertentu. Berdasarkan
Tinjauan Pustaka
ISO 9241-210, UX dikatakan sebagai
Ergonomi Kognitif sebuah persepsi dan respon dari pengguna
sesuai dari penggunaan produk, sistem, atau
Kata ergonomi sendiri berasal dari
layanan [7]
bahasa Yunani ”Ergon” yang berarti kerja
dan “Nomos” yang berarti hukum. Menurut Pengertian yang luas dari User
International Ergonomics Association Experience mengundang banyak teori yang
(IEA,2000), ergonomi didefinisikan sebagai berbeda terkait dimensi variabelnya.
ilmu yang berhubungan dengan interaksi Seluruh dimensi UX juga harus kuantitatif
atau relasi antara manusia dengan unsur- atau data pengukuran yang awalnya
unsur lain dalam suatu sistem dan profesi kualitatif harus bisa dikonversi ke angka
yang mengaplikasikan teori, prinsip, data (Thomas Tullis dan William Albert, 2013).
dan metode untuk merancang suatu sistem Tullis menyatakan bahwa dimensi UX
yang optimal. Menurut José J. Cañas, Boris menggambarkan tentang interaksi antara
B. Velichkovsky dan Boris M. pengguna dan produk, sistem, atau layanan
Velichkovsky tahun 2013, ergonomi
Berdasarkan seberapa baik pengguna
memiliki lima spesialisasi bidang yang
menyelesaikan task (efektivitas), seberapa
meliputi ergonomi fisik, kognitif, sosial
banyak usaha yang dibutuhkan pengguna
atau organisasi, lingkungan, dan
untuk menyelesaikan tugas (efisiensi),
neuroergonomics [5].
understandability, dan learnability [8].
Ergonomi kognitif berawal dari kata Hal yang sama juga dituturkan oleh
kognisi yang berasal dari bahasa Latin Werner Wetzlinger pada penelitiannya
cognoscere yang artinya mengetahui. tahun 2013.
Ergonomikognitif fokus pada kesesuaian
Namun, Werner pada penelitian yang
antara kemampuan dan batasan kognitif
dilakukannya menambahkan ease of use
manusia terhadap mesin, pekerjaan,
dan usability [9]. Berbeda dengan
lingkungan, dll (Budnick & Michael, 2011)
Hassenzahl dan Tractinsky pada tahun
[6]. Ergonomi kognitif menjadi semakin
2006, mereka memaparkan bahwa
dibutuhkan karena perkembangan teknologi
UX terdiri dari tiga kelompok metrik yaitu
sekarang mengandung kebutuhan
holistic yang berupa kemudahan
196
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
penggunaan atau usability, kepuasan langsung dan video, scan path –gaze
dalam mengerjakan tugas (ease of use), plot dengan saccade dan fiksasi
subjective yang berupa penilaian objektif sebagai parameternya,
efektivitas, efisiensi dan tingkat error, Hotspot/HeatMap untuk
serta positive yang berupa pandangan merangkum posisi pandangan mata,dan
terhadap produk secara keseluruhan area of interest untuk membandingkan
(satisfaction) dan kemenarikan dari produk dataeye tracking pada area-area tertentu
(attractiveness) [10]. [12].
Oleh karena itu, dimensi UX dirangkum Pada masa lalu, telepon seluler
secara garis besar terdiri dari efektivitas, kebanyakan berkaitan dengan melakukan
efisiensi, ease of use, usability, panggilan telepon. Saat ini, smartphone
understandability, learnability, satisfaction, adalah tren komunikasi terpadu yang
dan attractiveness. mengintegrasikan layanan
telekomunikasi dan internet ke perangkat
tunggal karena telah menggabungkan
Smartphone portabilitas telepon selular dengan
komputasi dan kekuatan jaringan PC.
menyediakan layanan reservasi online
Bahkan, saat ini smartphone telah
(onlinereservation) yang dibutuhkan
dilengkapi dengan teknologi touchscreen
seseorang dalammelakukan perjalanan.
dengan berbagai pengembangan multi-
Online Travel Agentjuga memberikan
touch [11].
kemudahan dari segi reservasi kamar
dengan fasilitas online reservation form Online Travel Agent (OTA)
dilengkapi room availability yang
Menurut Monaghan (2006), agen travel
mudah dipahami dan langsung diproses
adalah badan usaha yang
melalui situs
menyelenggarakan usaha perjalanan
tersebut ke hotel atau maskapai yang dituju. yang bertindak sebagai perantara dalam
menjual atau mengurus jasa untuk
Eye tracking Metode pelacak pergerakan
melakukan perjalanan. Secara umum,
mata atau eyetracking dewasa ini menjadi
travel agent terbagi menjadi dua jenis,
metode yang tidak asing dalam penelitian
yaitu offlinetravel agent dan online
kognitif. Durasi fiksasisebagai ukuran
travel agent. Online Travel Agent adalah
kesulitan pengolahan informasi dan
salah satu jenis dari agen travel yang
interpretasi tampilan, dan pola
melakukan seluruh kegiatannyamelalui
fiksasi(saccade) antar display sebagai
online. Jenis agen travel ini
ukuran efisiensi susunan
elemendisplay. Teori ini kemudian Single Ease Question
dipakai hingga saat iniuntuk mengevaluasi
SEQ atau Single Ease Question adalah
attractiveness tampilan produk, sistem
kuesioner dengan tujuh skala untuk menilai
ataulayanan. Dimensi eye tracking dan
apakah sebuah produk, sistem atau layanan
visualisasidata terdiri dari observasi
susah digunakan untuk melakukan suatu
197
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
(Sumber: uxpajournal.org)
Attrakdiff
Attrakdiff adalah kuesioner yang
mengukur baik hedonic-stimulation dan
hedonic-identity maupun kualitas
pragmatisproduk, sistem, atau layanan.
Biasanya, Attrakdiff digunakan untuk
melihat kepuasan atau satisfaction dari
produk dengan meninjau pandangan
mereka terhadap produk tersebut.
198
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
199
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
satu dari pengujian non parametrik. aplikasi Traveloka dan Tiket.com. Adapun
Pengujian ini digunakan untuk serangkaian task yang dievaluasi adalah
membandingkan dua kelompok data yang
1. Log in
tidak terdistribusi normal yang saling
2. Pemilihan jadwal keberangkatan
berhubungan.
3. Pemilihan maskapai
Metode Penelitian 4. Pengisian informasi penumpang
5. Pemilihan jadwal penginapan
Penelitian ini dilakukan dengan
6. Pemilihan kamar hotel
menggunakan pendekatan task-oriented
7. Pengisian informasi tamu
dan apps-oriented menggunakan
performance measurement, kuesioner,
Langkah-langkah yang dilakukan
think aloud dan eye tracking.
peneliti untuk mengambil data eye tracker,
Performance measurement
performancemeasurement dan kuisioner
dilakukanuntuk mendapatkan data terkait
adalah sebagaiberikut:
efektivitas, efisiensi, learnability, dan
understandability dari pemakaian aplikasi
Traveloka dan Tiket.com. Untuk
1 Pengambilan data eye tracker dengan
mengetahui masalah yang dialami
stimulus tampilan pemesanan pesawat
responden, penelitian ini melibatkan hasil
dan hotel serta review pemesanan.
concurrent think aloud. Pengambilan data
2 Responden diberikan penjelasan awal
kuesioner dilakukan terkait dengan ease-
terkait penelitian dan peralatan yang
of-use,usability, dan user experience.
akan digunakan. Serta diperlihatkan
Responden daftar tugas.
3 Responden diminta untuk mengisi
Pada penelitian ini, jumlah
kuisioner demografis.
responden yang dilibatkan berjumlah 16
4 Performance measurement untuk task 1
orang yang memenuhi kriteria berikut:
pada aplikasi pertama dimulai.
1) Pria/Wanita 5 Responden mengisi kuesioner SEQ.
2) Berada pada rentang usia 20-30 tahun 6 Setelah seluruh task dan kuesioner
3) Pengguna internet aktif selesai dikerjakan, responden mengisi
4) Pengguna website Traveloka dan kuesioner SUS dan Attrakdiff.
Tiket.com yang belum pernah 7 Responden mengulang pengerjaan task
menggunakan kedua aplikasinya pada aplikasi pertama.
5) Memiliki mata normal atau mata miopi 8 Proses yang sama dilakukan kepada
aplikasi kedua.
Pengumpulan Data
Pengolahan Data Task Oriented
Pada penelitian untuk mengukur
performa dari setiap responden digunakan Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut
skenario task yang diambil dari kegiatan pengolahan data untuk dimensi efektivitas,
pemesanan pesawat dan hotel melalui efisiensi, dan ease of use. Untuk
200
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tiket.c Travel
Task om oka
Tabel 1 Rata-rata Efektivitas Tiap
Task Login 114% 136%
Travel Tiket.c Pemilihan jadwal
Task oka om P value keberangkatan 103% 106%
Login 1,1 1,3 0,05 Pemilihan Maskapai 88% 91%
Jadwal Pengisian Informasi
Keberangkatan 1,1 1,0 0,32 Penumpang 46% 51%
Pemilihan Pemilihan Jadwal
Maskapai 1,2 1,3 0,41 Penginapan 155% 189%
Informasi Pemilihan Hotel dan
Penumpang 1,4 1,5 0,76 Tipe Kamar 11% 29%
Pemilihan Pengisian Informasi
Jadwal Inap 1,0 1,0 1,00 Tamu 221% 249%
Hotel dan
Kamar 2,2 2,5 0,25
Ease of Use
Informasi Tamu 1,1 1,2 0,16
Untuk melihat seberapa puas responden
menggunakan aplikasi Traveloka dan
Tiket.com Saatmelakukan serangkaian
Efisiensi
kegiatan pemesanan tiket pesawat dan
hotel, penelitian ni menggunakan
201
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Filter lokasi
susah
digunakan,
tidak
penggunaannya. Learnability
dievaluasi berdasarkan peningkatan Usability
efisiensi dari percobaan pertama dan
Pada penelitian ini, pandangan
kedua (Tullis dan Albert, 2013) [8]. Tabel
global dari pengguna mengenai usability
5 menunjukkan hasil selisih efisiensi
dari aplikasi Traveloka dan Tiket.com
percobaan pertama dan kedua tiap
dinilai menggunakankuesioner System
responden dengan confidence interval
Usability Scale atau disingkat sebagai
90%.
SUS [9]. Tabel 7 menunjukkan rata-rata
Tabel 5 Rata-rata Learnability Tiap hasil kuesioner SUS tiap responden
Responden dengan confidence interval 90%.
Travel Tiket.c
Rata-rata oka om P value
Tabel 7 Rata-rata Hasil Usability Tiap
Selisih
Responden
Efisiensi 7% 9% 0,26
Rata-rata Traveloka Tiket.com P value
203
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
205
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
umur,status ekonomi sosial, dan lain- Budnick, p., & Michael, R. (2011, June
lain. 11). What is cognitive ergonomics?
Diambil kembali dari Ergoweb:
http://www.ergoweb.com/news/deta
Referensi
il.cfm?id=352
Budi, Winarno. (2008). Globalisasi peluang
ISO 9241-210. (2010). Ergonomics of
atau ancaman bagi indonesia. Jakarta:
human-system interaction. Diambil
Erlangga.
kembali dari:
Tabachnick, David. (2004). http://www.iso.org/iso/catalogue_de
Globalization, Technology, and tail.htm?csnumber=52075
Philosophy. New York: Paper Back.
Tullis, T,. Albert, B. (2013).
Kompas. (2015). Tahun 2016, Penggunaan Measuring The User Experience Second
Aplikasi "Online Travel Agent" akan Edition. New York: Elsevier.
210
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Yuhana Damantalm1, Nathasya Ferdyastari1 , Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
2
Dosen Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
Email : yuhanadamantalm@gmail.com, chanathasya@gmail.com
Abstrak
Bali merupakan daerah pariwisata sehingga banyak para wisatawan yang datang
berkunjung. Salah satu oleh-oleh yang biasanya di cari oleh para wisatawan adalah baju,
oleh karena itu industri dibidang konfeksi semakin berkembang karena permintaannya pun
semakin meningkat. Salah satu konfeksi yang ada adalah konfeksi “S” di Gianyar, dari
beberapa proses di konfeksi sehingga menghasilkan baju, pekerja pada proses jahit
merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan akurasi yang tinggi.
Ketidaksesuaian mesin dan operatornya mengakibatkan terjadinya cedera muskuloskeletal
akibat sikap tubuh yang dipaksakan (tidak alamiah) pada saat bekerja sehingga
menyebabkan keluhan pada leher, bahu dan punggung. Banyaknya baju yang diproduksi
dan waktu kerja yang panjang tanpa adanya waktu istirahat yang ergonomis membuat
pekerja mengejar target pencapaian sehingga beban kerja makin meningkat. Penelitian ini
menggunakan rancangan one group pre test post test design dengan jumlah sampel enam
orang. Untuk keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner NBM diuji dengan uji
Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas data dan didapatkan data berdistribusi normal
(p>0,05) sehingga data dapat diuji menggunakan uji t-paired sedangkan beban kerja
menggunakan heart rate dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas data, dari hasil
uji di peroleh data tidak berdistribusi normal (p<0,05) sehingga digunakan uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan keluhan muskuloskeletal diperoleh pre test
44,67±3,61 dan post test 52,17±6,08, denyut nadi istirahat yaitu rerata 72,17±3,37 dpm
dan denyut nadi kerja 78,67±5,47 dpm. Dari hasil uji statistik, terjadi peningkatan
berbeda bermakna (p<0,05).Simpulan penelitian didapatkan peningkatan keluhan
muskuloskeletal dan beban kerja pada pekerja bagian jahit di “S” konfeksi Gianyar.
Kata kunci : Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Pekerja bagian jahit
wisatawan pulang tanpa membawa buah dilakukan overdeck pada pinggiran baju
tangan dari Bali. Salah satu oleh-oleh dari untuk menutupi hasil potongan baju dari
Bali yang banyak di minati oleh wisatawan sisa kain. 9) Pasang label, setelah baju
adalah baju Bali, karena banyaknya selesai maka baju akan dipasang agar
permintaan konsumen terhadap hasil konsumen mengetahui produksi baju yang
konfeksi, industri yang berkembang digunakan. 10) Cheking baju jadi, baju
dibidang usaha konfeksi semakin meluas. yang telah dipasang label akan dicek
Salah satu industri konfeksi yang kembali agar tidak ada yang tidak
memproduksi oleh-oleh di Bali adalah “S” terpasang, selain itu baju juga akan akan
konfeksi yang bekerjasama dengan pusat dicek dari kelebihan benang sisa jahitan.
oleh-oleh terkenal di Bali untuk 11) Setrika baju, baju yang telah selesai
memproduksikan hasil konfeksinya dijemur terlebih dahulu dan masuk pada
bernama baju “J”. “S” Konfeksimemiliki proses setrika baju agar baju rapi dan
pegawai berjumlah 50 orang dan masing mudah dimasukkan ke dalam kemasan. 12)
masing mengerjakan produksi baju aplikasi Pasang tag harga, proses pemasangan tag
bordir batik. harga adalah proses terakhir dari pembuatan
Produk konfeksi sebagai hasil baju aplikasi border batik yang kemudian
kerajinan, diproses dalam suatu industri akan didistributorkan ketempat kerjasama
yang memiliki unit kerja tertentu dengan “S” Konfeksi.
tugas yang berbeda-beda pada setiap Pada umumnya, pekerjaan di industri
bagiannya. Proses pembuatan pakaian jadi konfeksi memiliki karakteristik kerja
“S” Konfeksi terbagi dalam 12 proses dengan posisi kerja duduk dan berdiri,
diantaranya: 1) Cheking kain, sebelum ketelitian kerja yang cukup tinggi, tingkat
diolah menjadi baju kain dichek digudang, pengulangan kerja yang melibatkan satu
dimana kain yang berkualitas baik jenis otot secara berulang. Selain itu, terjadi
digunakan untuk keproses selanjutnya. 2) juga interaksi dengan benda tajam seperti
Menggelar kain, kain yang telah dicheking jarum, gunting, dan pisau potong,
digelar diatas meja pemotongan. 3) Patrun, banyaknya debu serat bahkan aroma khas
kemudian kain dipola menggunakan bahan kain, kebisingan, getaran dari mesin jahit (
pola yang sudah ada. 4) Gunting kain, Rusni, 2016).
setelah bahan dipola maka kain digunting Sikap kerja penjahit biasanya adalah
berdasarkan pola yang ada sesuai ukuran duduk statis, postur bagian punggung dan
(S, M, L, XL) 5) Bordir aplikasi, kain yang kepala cenderung sedikit membungkuk
yang telah digunting akan diborder serta posisi siku maupun lutut menekuk.
menggunakan mesin border. 6) Selain itu, pada saat bekerja dengan mesin
Pengguntingan aplikasi, setelah diborder jahit terjadi pengulangan gerakan pada
aplikasi, kain digunting 7) Cheking border tangan dan kaki. Oleh karena itu tampak
aplikasi, pada bagian cheking pekerja akan jelas sikap kerja penjahit dibatasi oleh mata
memeriksa hasil dari border aplikasi yang sebagai kontrol penglihatan pekerjaan,
telah dibuat untuk selanjutnya akan dibuat tangan untuk mengarahkan bahan yang
menjadi baju pada proses jahit. 8) Jahit dan dijahit dan kaki sebagai kontrol kecepatan
overdeck, jahit merupakan penjahitan dalam dari pekerja yang dilakukan. Hal inilah
model baju, tetapi sebelum dijahit akan yang memicu timbulnya keluhan pegal dan
184
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
nyeri yang dirasakan terutama pada bagian kerja, lux meter untuk pencahayaan, sound
leher, punggung, pinggang dan kaki. level untuk kebisingan, thermometer untuk
Adanya beban statis yang berulang suhu.
dalam waktu yang lama terhadap otot dapat
menimbulkan keluhan berupa kerusakan Hasil dan Pembahasan
pada sendi, ligament dan tendon yang Karakteristik Subjek
dikenal dengan istilah musculoskeletal
disorder (MSDs) atau cidera pada sistem Data karakteristik subjek yang
muskuloskeletal. MSDs dapat menjadi disajikan dalam Tabel 1.
pemicu respon mal adaptif pada pekerja
seperti malas dalam melakukan
Tabel 1. Karakteristik subjek
pekerjaannya, terlambat atau tidak masuk
Nilai
kerja, berdampak pada hasil kerja yang
Parameter
tidak optimal serta mempengaruhi n Rerata SB
No (Tahun)
penghasilan pekerja. Faktor resiko seperti
beban kerja yang tinggi atau berat, umur 6 37,50 5,32
1
pekerjaan berulang, sikap kerja yang salah,
serta stres dapat menimbulkan keluhan Lama Kerja 6 8,0 0,89
2
muskuloskeletal.
Ketidaksesuaian mesin dan Berdasarkan Tabel diatas
operatornya akan mengakibatkan terjadinya menunjukkan umur subjek adalah
cedera otot dan rangka akibat sikap tubuh 37,5±5,32 tahun, pekerja berjenis kelamin
yang dipaksakan atau tidak alamiah pada perempuan dengan rentang umur 30 – 43
saat bekerja. Keluhan muskuloskeletal tahun. Rentang usia ini termasuk golongan
terutama pada leher dan bahu banyak terjadi usia kerja, dengan batasan umur angkatan
dikalangan wanita pekerja terutama kerja yang berlaku di Indonesia yaitu 15
operator mesin jahit, dikarenakan tahun sampai dengan 64 tahun.
pekerjaannya bersifat monoton atau Kekuatan otot manusia pada otot
berulang dalam posisi duduk dengan lengan, punggung dan kaki baik laki – laki
punggung bagian atas membungkuk dan maupun perempuan mencapai puncaknya
kepala menunduk serta membutuhkan di usia 20 – 29 tahun. Pada saat mencapai
konsentrasi dan akurasi yang tinggi (Rusni, 60 tahun, rerata kekuatan otot akan
2016). menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan
otot mulai menurun maka risiko terjadinya
Metode penelitian keluhan muskuloskeletal akan meningkat
Penelitian ini menggunakan (Rusni, 2016). Umur mempunyai
rancangan one group pre test post test hubungan yang sangat kuat dengan
design dengan jumlah sampel enam orang. keluhan otot, terutama untuk otot leher dan
Data dianalisis pada hari jumat, 17 Februari bahu.
2017 jam 07.30 s/d 13.00 WITA. Alat ukur
yang digunakan adalah NBM untuk keluhan Untuk lama kerja adalah 8,0±0,89
muskuloskeletal, heart rate untuk beban tahun dengan rentang lama kerja 7 – 9
185
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
tahun, menunjukkan bahwa pengalaman kelembaban 88%, dan hasil rata – rata
pekerja jahit telah terampil dan mampu pencahayaan dari 5 titik adalah 315 lux.
untuk beradaptasi dengan pekerjaannya. Hasil tersebut dibawah normal, dimana
Pengalaman kerja mempunyai hubungan menurut Dinata (2013), intensitas
yang sangat erat dalam aktivitas subjek penerangan yang kurang memadai dapat
untuk menyelesaikan pekerjaannya. menyebabkan gangguan visibilitas atau
Pengalaman kerja dalam pekerjaan sektor eyestain. Sebaliknya intensitas yang
formal pada umumnya dianggap dapat berlebihan dapat juga menyebabkan glare,
meningkatkan kemampuan kerja reflection, excessive shadow, visibility dan
seseorang. Seseorang akan memiliki eyestrain. Tabel 2 menunjukkanuntuk
kesempatan meningkatkan pendapatan dan pekerja jahit adalah 1000 lux yang
produktivitas dengan pengalaman yang merupakan pekerjaan halus. Standar
jauh lebih lama (Suarbawa, 2016). pencahayaan lingkungan kerja untuk
Untuk sistem pengupahan didapatkan perindustrian menurut Keputusan Menteri
dari hasil observasi pekerja yaitu Rp 4.000 Kesehatan Nomor : 405/
per jam. Jika ada pekerja yang sakit maka Menkes/SK/XI/2002 sebagai berikut :
pemilik konfeksi membantu dalam hal
pembiayaan, tetapi untuk jaminan Jenis Tingkat Keterangan
kesehatan pekerja belum diberikan. Sistem kegia pencah
pengupahan transport dan tunjangan makan tan ayaan
diberikan dalam bentuk gaji yang minima
didapatkan tiap harinya. Hasil dari l (Lux)
pendapatan perbulan jika didapatkan hasil Peke 100 Ruangan
rata – rata gaji pokok kurang dari Rp rjaan penyimpanan dan
1.000.000 perbulan diluar lembur, transport kasar ruang peralatan atau
dan makan yang dibawah UMK (Upah dan instalasi yang
Minimum Kabupaten) kabupaten Gianyar tidak memerlukan
sendiri yaitu Rp 2.050.000 perbulan. terus pekerjaan yang
mene kontinu
Karakteristik lingkungan rus
Peke 200 Pekerjaan dengan
Lingkungan kerja yang dapat
rjaan mesin dan perakitan
memberikan beban tambahan pada pekerja
kasar kasar
jahit adalah Lingkungan kerja fisik, seperti
dan
mikroklimat (suhu, udara, kelembaban
terus
udara, kecepatan rambat udara, suhu
mene
radiasi), intensitas penerangan, intesitas
rus
kebisingan, vibrasi mekanis dan tekanan
Peke 300 Ruang administrasi,
udara.
rjaan ruang kontrol,
Lingkungan kerja fisik bagian jahit di
rutin pekerjaan mesin dan
“S” Konfeksi didapatkan kebisingan 87 dB
perakitan atau
yang dapat di tolerir dari nilai normal
penyusun
adalah 85 dB, suhu lingkungan 260C,
186
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
187
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
188
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
189
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan industri manufaktur yang memproduksi
semen. Berpotensi adanya bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen perlu
meakukan evaluasi program-program K3. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan
menentukan prioritas penanganan kecelakaan kerja pada aktivitas rutin dan tidak rutin.
Penyebab dominan kecelakaan kerja pada sebagai sampling adala pada area mill dan
packer, data diungkap dengan pendekatan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) dan FTA (Fault Tree Analysis) selanjutnya dihitung biaya ekspektasi akibat
kegagalan dengan FMEA Cost Based. Rancangan pada penelitian ini berupa cross
sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai RPN tertinggi pada aktivitas tidak
rutin area mill sebesar 36, aktivitas tidak rutin area packer sebesar 36, aktivitas rutin area
mill sebesar 20.59 dan aktivitas rutin area packer sebesar 35.88. Terdapat 4 failure yang
tergolong high risk berdasarkan probability impact matrix yaitu terjatuh dari ketinggian,
tersengat listrik, terjepit dan postur kerja tidak ergonomis dengan penyebab dominan
kecelakaan kerja adalah faktor manusia dan pengelolaan manajemen. Risiko yang
tergolong high risk tersebut dapat diketahui biaya ekspektasi kegagalan area mill dan
packer selama setahun sebesar Rp486.618.750. Rekomendasi yang dapat dihasilkan
berupa pemberian reward dan punishment dalam penerapan K3, mengimplementasikan
safety promotion, penambahan fasilitas kerja berupa kursi untuk operator mesin roto
packer dan pengaturan jam kerja operator mesin.
Kata kunci : Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Kecelakaan Kerja
yang berbeda-beda. Berdasarkan observasi kerja yang paling kritis agar dapat menjadi
awal, area yang memiliki risiko tertinggi prioritas penanganan kecelakaan kerja.
kecelakaan kerja adalah area Mill dan Untuk menentukan daerah prioritas risiko
Packer. Kedua area tersebut memiliki risiko yang tergolong high risk, medium risk dan
kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan juga low risk maka dilakukan pemetaan
fatality pada saat pekerjaan rutin maupun probability impact matrix, selanjutnya
tidak rutin. Pekerjaan rutin merupakan dilakukan perhitungan FMEA cost based
aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh untuk mengetahui total biaya ekspektasi
operator seperti pengecekan area, cleaning akibat adanya risiko-risiko kecelakaan kerja
area, cleaning mesin, memasukkan bag yang tergolong high risk, agar nantinya
cement secara manual dan lainnya, perusahaan dapat menggunakan biaya
sedangkan pekerjaan tidak rutin merupakan kerugian seefisien mungkin. Pendekatan
aktivitas yang dilakukan secara berkala atau dengan menggunakan metode FMEA masih
aktivitas yang dilakukan ketika terdapat alat belum cukup untuk menggambarkan
atau mesin yang rusak sehingga perlu penyebab timbulnya suatu risiko, maka dari
dilakukan perbaikan seperti aktivitas itu untuk mengetahui penyebab dominan
maintenance atau perbaikan berupa timbulnya dari suatu gangguan tersebut
mengganti oli, mengganti bucket, dilakukan analisis dengan menggunakan
mengganti baut roller press dan lainnya. metode FTA (Fault Tree Analysis).
Kekurangan dari penerapan sistem
1.2 Tujuan Penelitian
manajemen K3 sampai saat ini adalah
a. Mengetahui nilai RPN (Risk Priority
kontrol manajemen yang masih
Number) tertinggi pada aktivitas tidak
membutuhkan evaluasi meskipun Divisi
rutin di area Mill dan area Packer.
SHE sudah berjalan, dimana program-
b. Mengetahui nilai RPN (Risk Priority
program K3 kurang terkoordinasi diseluruh
Number) tertinggi pada aktivitas rutin di
bagian perusahaan. Perusahaan masih
area Mill dan area Packer.
mengutamakan produksi sedangkan
c. Mengetahui risiko kecelakaan kerja yang
program K3 belum maksimal untuk
tergolong high risk pada aktivitas tidak
dilaksanakan, sehingga berakibat pada
rutin di area Mill dan Packer.
laporan investigasi yaitu minimnya laporan
d. Mengetahui risiko kecelakaan kerja yang
identifikasi dan penilaian risiko setiap
tergolong high risk pada aktivitas rutin di
aktivitas rutin maupun tidak rutin.
area Mill dan Packer.
Perusahaan juga belum memiliki analisis
e. Mengetahui total biaya ekspektasi risiko
untuk menentukan prioritas penanganan
berdasarkan risiko yang tergolong high
kecelakaan kerja serta analisis untuk
risk dan faktor penyebab dominan dari
mengetahui total biaya ekspektasi akibat
risiko kecelakaan kerja yang tergolong
adanya risiko kecelakaan kerja.
high risk.
Berdasarkan hal tersebut maka dari itu perlu
f. Menentukan usulan perbaikan untuk
dilakukan penentuan prioritas penanganan
meminimalisir risiko keselamatan dan
kecelakaan kerja di PT. XYZ dengan
kesehatan kerja.
menggunakan metode FMEA (Failure
Mode and Effect Analysis) sebagai upaya
untuk mendapatkan kondisi kecelakaan
191
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
192
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
193
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
pelanggaran yang dilakukan pekerja karena pengetahuan dan sikap yang baik serta
tidak menggunakan APD, sehingga pekerja memiliki daya tarik terhadap pekerja.
yang tidak menggunakan APD saat bekerja Pekerja harus mengikuti setiap kegiatan
sebanyak 3 kali dalam sebulan akan training yang diadakan perusahaan, namun
diberikan punishment berupa pengurangan proses pelaksanaan program K3 dibutuhkan
gaji yang akan ditentukan oleh perusahaan, kesadaran pribadi dari seluruh anggota
sedangkan reward dapat diberikan kepada perusahaan, maka dari itu diperlukan
pekerja yang berprestasi dalam bidang K3, komitmen yang nyata mengenai K3
seperti pekerja yang tidak pernah terdaftar sehingga bukan untuk memenuhi formalitas
dalam lembar pelanggaran penggunaan saja, maka sebaiknya pengadaan training
APD selama 3 bulan akan mendapatkan perlu melibatkan Manager secara
bonus berupa uang yang ditentukan oleh langsung.Apabila pekerja berhalangan hadir
perusahaan. maka sebaiknya perlu meminta surat izin
Menurut penelitian Hongadi (2013) langsung kepada Manager dengan
mengenai Analisis Penerapan Program memberikan alasan yang jelas. Safety
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Promotion juga dapat dilakukan dengan
pada PT. Rhodia Manyar Gresik, memperbanyak display baik berupa poster,
pelaksanaan kebijakan reward dan spanduk atau baliho sebagai tanda
punishment yang selama ini telah peringatan bahaya dan penggunaan alat
diterapkan oleh PT. Rhodia Manyar Gresik pelindung diri di seluruh area agar pekerja
dapat menumbuhkan kesadaran karyawan mengetahui area mana saja yang memiliki
untuk melaksanakan aturan yang ada, risiko bahaya dan mengerti APD yang
sehingga alat pelindung diri (APD) sudah harus digunakan sebelum melakukan
menjadi bagian wajib dari pekerjaan aktivitas pekerjaan. Adapun safety
karyawan. promotion dengan kampanye K3 berupa
a. Implementasi safety promotion mengadakan perlombaan yang dilakukan
Mengimplementasikan safetypromotion oleh seluruh karyawan setiap satu tahun
dengan mengadakan pelatihan(training) sekali. Lomba ini terkait penerapan K3
mengenai Keselamatan dan Kesehatan seperti lomba memakai APD seperti body
Kerja yang dilakukan rutin setiap 3 bulan harness secara benar dan lain-lain. Menurut
sekali kepada para pekerja. Pelatihan penelitian Primadana (2013) mengenai
tersebut berupa pentingnya penggunaan Analisis Efektivitas Implementasi Safety
APD, pentingnya menggunakan LOTO Promotion pada Pekerja di PT. Lautan
(Lock Out Tag Out), cara penggunaan Alat Otsuka Chemical Tahun 2012, program
Pemadam Kebakaran (APAR & Hydrant), safety promotion memiliki indikator
ergonomi dan lain-lain. Pelatihan tersebut keberhasilan sebagai bentuk penilaian
sebaiknya diperbanyak menggunakan efektivitas implementasi program K3.
media video sebagai materi training dengan Implementasi safety promotion sudah
memperhatikan kejelasan dan kelogisan isi dianggap berhasil meningkatkan
pesan agar dapat dimengerti dan diterima pemahaman dan kesadaran pekerja terhadap
oleh pekerja. Perusahaan juga perlu keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
memilih komunikator atau pemateri yang PT. Lautan Otsuka Chemical, hal ini
memiliki keterampilan komunikasi, terlihat dari kebiasaan pekerja untuk selalu
195
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
196
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
maintenancegear box motor hoist saat Hongadi, Elvira. 2013. Analisis Penerapan
aktivitas naik ke atas tiang penyangga Program Kesehatan dan Keselamatan
loading material dengan failure terjatuh Kerja (K3) pada PT. Rhodia Manyar
dari ketinggian dan pada maintenance Gresik. Jurnal Manajemen. Vol 1 No 3
penyambungan kabel saat aktivitas : 1-7.
memotong ujung kabel dan menyatukan Kustiyaningsih, Febri. 2011. Penentuan
kedua ujung kabel dengan failure Prioritas Penanganan Kecelakaan Kerja
tersengat arus listrik. di PT GE LIGHTING INDONESIA
d. Pada aktivitas rutin area mill tidak dengan Metode Failure Mode and
terdapat risiko yang tergolong high risk. Effect Analysis (FMEA). (Skripsi).
e. Risiko yang tergolong high risk pada Surakarta: Jurusan Teknik Industri
aktivitas rutin di area Packer adalah saat Universitas Sebelas Maret.
aktivitas cleaning mesin roto dengan Nanda, Leonard. 2014. Analisis Risiko
failure terjepit, aktivitas memasukkan Kualitas Produk dalam Proses Produksi
kantong semen secara manual ke dalam Miniatur Bis dengan Metode Failure
filling tube dengan failure postur kerja Mode and Effect Analysis pada Usaha
tidak ergonomis dan aktivitas mengisi Kecil Menengah Niki Kayoe. Jurnal
semen ke truck bulk dengan failure Teknik Industri. Vol 3 No 2 : 71-82.
terjatuh dari ketinggian. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
f. Hasil total biaya ekspektasi kegagalan Penelitian Kesehatan. Edisi kedua.
PT. XYZ selama setahun berdasarkan Jakarta. Rineka Cipta.
risiko yang tergolong high risk adalah Panggalih, P. E. 2016. Usulan Perbaikan
sebesar Rp486.618.750. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
g. Faktor penyebab dominan kecelakaan Akibat Unsafe Behaviour untuk
kerja untuk risiko tergolong high risk Meningkatkan Kualitas Kerja di PT.
adalah faktor pekerja dan faktor Cilegon Fabricators. (Skripsi).
manajemen, rekomendasi perbaikan Cilegon: Jurusan Teknik Industri
untuk meminimalisir risiko keselamatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
dan kesehatan kerja di PT. XYZ adalah Primadana, T. S. 2013. Analisis Efektivitas
pemberian reward dan punishment Implementasi Safety Promotionpada
dalam penerapan K3, implementasi Pekerja di PT. Lautan Otsuka
safety promotion, penambahan fasilitas Chemical Tahun 2012. Jurnal
kerja berupa kursi untuk operator mesin Kesehatan Masyarakat.
roto packer dan pengaturan jam kerja Ramli, Soehatman. 2010. Sistem
operator mesin roto packer Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Edisi kedua.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta. PT. Dian Rakyat.
Andriani, D. P. 2016. Penjadwalan Waktu Rhee, S. and Spencer, C. 2009. Life Cost
Istirahat Optimal untuk Mengurangi Based FMEA Manual, A Step by Step
Risiko Muskuloskeletal Disorders Guide to Carrying Out a Cost Based
Berdasarkan OCRA Index. Jurnal Failure Modes and Effect
Teknik Industri. Vol 15 No 2 : 157-167. Analysis.(serial online), [Cited: 26
197
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
198
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performansi
kerja dalam suatu system. Kondisi kerja yang baik harus memperhatikan kenyamanan
kerja pekerja yang menggunakanya. Pada industri pengerajin gamelan bali, pekerja
menerima paparan suhu tinggi, debu yang bertebaran selama proses pembuatan gamelan
di bagian perapen. Selain itu posisi kerja yang monoton selama delapan jam,
menyebabkan beban kerja dari pekerja di bagian perapen termasuk kategori sedang. Dari
6 sampel pekerja didapatkan hasil denyut nadi istirahat dimana nilai p = 0.918 (p > 0.05)
dan denyut nadi setelah bekerja p = 0.985 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
denyut nadi istirahat dan denyut nadi setelah bekerja berditribusi normal. dengan paired
sample t-test didapatkan sama-sama bernilai p=0.000 (p<0.05) yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna dari denyut nadi istirahat dan denyut nadi setelah
istirahat. Selain itu dibagian perapen masih belum memenuhi standar ergonomi, sehingga
di perlukan beberapa perbaikan dan preventif strategis guna memperbaiki kondisi kerja di
bagian perapen industri pembuatan gamelan bali.
Kata Kunci : Beban Kerja, Ergonomi, Kondisi Kerja, Pengerajin Gamelan Bali, Preventif
Strategi
200
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
201
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Beban Kerja
Perhitungan beban kerja dilakukan
dengan menggunakan penggukuran denyut
nadi sebelum bekerja (denyut nadi istirahat)
dan denyut nadi setelah istirahat.
Gambar 4. Proses Penghalusan Bagian
Gamelan
Tabel 1. Data Denyut Nadi Pengerajin
Para pengerajin terkadang tidak Gamelan
menggunakan baju saat bekerja, hal ini di
karenakan panasnya lingkungan kerja yang Pengerajin Denyut Nadi Denyut Nadi
mengakibatkan banyaknya keluar keringat Istirahat Setelah Kerja
pada badan pekerja. Selain kadang-kadang Rerata SD Rerata SD
tidak menggunakan baju, penggunaan
masker tidak selalu di gunakan, alasanya Tukang di 66,67 1,751
adalah terlalu ribet saat bekerja Perapean 114 2,898
menggunakan masker. Tata letak peralatan
dan tanda bahan meledak yang tidak berisi,
Pada table 1. di dapatkan bahwa
menyebabkan standar keselamatan dari
subyek penelitian mempunyai rerata
pengerajin yang sangat membahayakan.
denyut nadi istirahat 66,67 dan denyut nadi
Lingkungan yang panas dan sikap kerja
setelah istirahat 114.
yang tidak alamiah akan menyebabkan
munculnya berbagai keluhan pada pekerja
sehingga mempengaruhi produktifikas kerja
(Manuaba, 2000)
Tabel 2. Uji Normalitas Denyut Nadi
Istirahat dan Denyut Setelah Kerja
202
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
203
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
akan mengambil air minum. Tetapi para terhadap kesehatan, keamanan dan
pengerajin agak malas untuk mengambil air ketidaknyaman (ergonomic risk factor).
dengan cara ketika haus baru mengambil air
1) Faktor Fisik
di dapur, sehingga banyak para pekerja
a. Kebisingan
membawa botol air yang besar untuk
Kebisingan merupakan suatu
menempatkan air sehingga mereka tidak
bunyi yang tidak dikehendaki dan
perlu bolak-balik ke dapur. Untuk makan
tidak inginkan yang bersifat
siang para pengerajin membawa sendiri dari
menggangu kenyamanan dan
rumah dan terkadang pemilik juga
kesehatan telinga. Pengukuran
memberikan snack untuk para pekerja,
kebisingan yang kami lakukan
untuk makan siang pekerja membawa bekal
adalah pada proses perapenan
masing-masing dari rumah.
(melebur perunggu), nguwad
Pengerajin mendapatkan gaji satu (pembentukan gamelan), dan proses
kali dalam satu bulan, namun dari hasil penghalusan dengan gerinda. Hal ini
wawancara yang kami lakukan pekerja dilakukan Karena proses tersebut
tidak berkenan menyebutkan nominal angka berada pada satu tempat.
absolut yang diberikan oleh pemilik usaha Pada proses pemahatan diperoleh
namun pekerja mengungkapkan bahwa intensitas kebisingan adalah 75-80
hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan dB yang dimana dari hasil tersebut
cukup untuk biaya hidup keluarga dan masih berada dibawah ambang batas
sekolah anak-anak mereka. Berdasarkan normal yang telah ditentukan. Nilai
uraian diatas dapat disimpulkan organisasi ambang batas kebisingan adalah
yang ada di perusahan tersebut cukup baik nilai intensitas suara tertinggi yang
dan tidak menimbulkan faktor-faktor resiko masih dapat diterima tenaga kerja
ergonomi yang bisa berdampak pada tanpa mengakibatkan gangguan
ketidak nyamanan para pekerja yang daya dengar yang tetap untuk kurun
disebabkan oleh tidak seimbangnya antara waktu kerja 8 jam sehari ditetapkan
kapasitas kerja dan tuntutan tugas yang 85dB (Pulat,1992).
diberikan oleh pemilik usaha.
b. Suhu
Environment
Hasil pengukuran suhu yang
Berdasarkan kajian ergonomi,
diperoleh adalah 40-430C. Dimana
environment antara lain terdiri dari fisik,
suhu ini terlalu tinggi untuk stasiun
biologi, kimiawi, psikologi dan sosial
kerja. Sehingga pemilik kerajinan
budaya. Bekerja di industri kecil dengan
gamelan mengakalinya dengan
peralatan yang semi moderen dan dengan
meletakkan kipas angin di dekat
lingkungan yang tidak sesuai dengan SOP
perapenan (gambar 6) bertujuan
(standar oprational procudure) yang ada di
untuk mengurangi rasa panas yang
industri besar yang telah diakui oleh
ada akibat radiasi panas dari
pemerintah tentunya ada banyak faktor
perapenan. Dampak dari suhu panas
yang menimbulkan resiko-resiko ergonomi
tersebut adalah menyebabkan
kepada para pekerja. Baik yang berdampak
204
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
205
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Debu adalah partikel-partikel zat ruangan. Selain itu exhaust fan juga
padat yang disebabkan oleh bisa mengatur volume udara yang
kekuatan-kekuatan alami atau akan disirkulasikan pada ruang.
mekanis, seperti pengolahan, Supaya tetap sehat ruang butuh
penghancuran, pelembutan, sirkulasi udara agar selalu ada
pengepakan yang cepat, peledakan pergantian udara dalam ruangan
dan lain-lain dari bahan-bahan dengan udara segar dari luar luar
organik maupun anorganik, ruangan. Berikut gambar exhaust
misalnya batu, kayu, bijih logam, fan yang disarankan.
arang batu, butir-butir zat padat dan
sebagainya (Suma’mur, 1998).
Preventif Strategis
a. Untuk mengurangi asap dari oven
pembakaran, di sarankan oven
menggunakan corong asap yang
asapnya di buang melalui atas atap.
hal ini bertujuan untuk mengurangi Gambar Exhaust Fan yang
polusi udara di sekitar tempat Disarankan
perapen dan membuat bunga api dan
debu tidak berterbangan kemana-
mana di sekitar pekerja.
206
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
208
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada sektor informal di Indonesia belum
banyak diteliti, padahal sebagian besar pekerja di Indonesia adalah pekerja di sektor
informal yang banyak terpajan bahaya potensial selama bekerja. Penelitian pada sektor
informal ini mengambil populasi pengrajin emping dan keripik di Kota Cilegon, karena
kota ini merupakan kota percontohan untuk K3 Sektor Informal Indonesia. Adapun tujuan
penelitian ini adalah mendapatkan data prevalensi pajanan bahaya potensial pada
pengrajin emping dan keripik di Kota Cilegon. Subyek penelitian adalah pengrajin
emping dan keripik di Kota Cilegon. Metode yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan kuesioner serta pengukuran terhadap lingkungan kerja. Pengumpulan
data pajanan fisik menggunakan soundlevel meter, luxmeter dan alat pengukur suhu serta
pajanan ergonomik menggunakan Nordic bodymap discomfort, sedangkan pajanan
psikologis menggunakan kuesiner stress kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh pengrajin mengalami masalah musculoskeletal berupa nyeri mulai dari skala agak
nyeri sampai nyeri sekali. Pengukuran pajanan fisik sudah di luar dalam batas normal
tetapi relatif menimbulkan gangguan hanya pada sebagian pengrajin, sehingga
membutuhkan penelitian lanjutan (suhu berkisar 26-31 derajat Celcius, penerangan 100-
200 lux, kebisingan rata-rata 61 dB). Demikian juga adanya stress yang berhubungan
dengan pekerjaan didapatkan pada sebagian pengrajin saja.
209
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
210
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
211
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
212
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
213
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Lengan atas
6 kanan 35 55,6 11 17,5 17 27,0 0 0
Lengan bawah
12 kiri 54 85,7 6 9,5 3 4,8 0 0
Lengan
13 bawahkanan 38 60,3 12 19,0 12 19,0 1 1,6
Pergelangan
14 tangan kiri 51 81,0 6 9,5 5 7,9 1 1,6
214
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pergelangan
15 tangan kanan 29 46,0 18 28,6 15 23,8 1 1,6
Pergel.kaki
25 kanan 53 84,1 7 11,1 2 3,2 1 1,6
216
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja
dimana bertujuan untuk melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan demi kesejahteraan hidup.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses
Manufatur dan Laboratorium Sistem Produksi Departemen Teknik Industri FT USU. Hasil
penilaian risiko dasar (basic risk) adalah nilai risiko dasar dengan asumsi kegiatan
tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan terparah terhadap operator. Dari hasil
penilaian basic risk, didapatkan risiko dengan ketegori very high sebanyak 3 risiko (14%),
kategori substantial sebanyak 1 risiko (5%), ketegori priority 1 sebanyak 16 risiko (76%)
dan kategori priority 3 sebanayak 1 risiko (5%). Penilaian existing risk adalah nilai risiko
yang didapatkan setelah memperhatikan pengendalian yang telah ada diberikan terhadap
kegiatan. Pada existing risk, akan terjadi pengurangan nilai risiko dari hasil basic risk
yang dinilai sebelumnya. Dari hasil penilaian existing risk, didapatkan risiko dengan
kategori very high sebanyak 3 risiko (14%), kategori substantial sebanyak 4 risiko (20%),
kategori priority 1 sebanyak 11 risiko (52%) dan kategori priority 3 sebanyak 3 risiko
(14%).Dari hasil penilaian tersebut diberikan rekomendasi perbaikan berupa engineering
control, administrative control dan personal protective equipment (alat pelindung diri).
kerja maka diperlukan suatu manajemen [12].Metode ini terdiri dari serangkaian
risiko kegiatannya meliputi identifikasi implementasi K3 dimulai dengan
bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian perencanaan yang baik meliputi identifikasi
risiko, pengendalian risiko serta bahaya, memperkirakan risiko, dan
pemantauan dan evaluasi [4]. menentukan langkah-langkah pengendalian
Risiko kecelakaan kerja tentunya berdasarkan data yang dikumpulkan
selalu terdapat di tempat kerja.Besar [13].Metode HIRARC adalah metode yang
kecilnya risiko yang terjadi tergantung dari digunakan dalam rangka menurunkan
jenis industry, teknologi serta upaya tingkat risiko bahaya kerja didalamnya
pengendalian risiko yang dilakukan [14].Laboratorium adalah tempat staf
[5].Kecelakaan yang terjadi dalam pengajar, mahasiswa dan pekerja lab
hubungan kerja disebut kecelakaan melakukan pekerjaan [15].
berhubung dengan hubungan kerja yang Departemen Teknik Industri
artinya kecelakaan tersebut terjadi akibat Fakultas Teknik Universitas Sumatera
pekerjaanya baik yang terjadi di tempat Utara memiliki 8 laboratorium antara lain
kerja maupun hendak pergi/pulang dari Laboratorium Studio Audio Visual dan
tempat kerja [6].Kecelakaan kerja adalah Menggambar Teknik, Laboratorium Proses
kejadian yang tidak terduga dan tidak Manufaktur, Laboratorium Inti Core,
diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut Laboratorium Komputasi, Laboratorium
tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja,
lagi dalam bentuk perencanaan Laboratorium Pengukuran dan Statistik,
[7].Kecelakaan kerja bisa berakibat pada Laboratorium Sistem Produksi dan
kematian dan secara luas bisa menyebabkan Laboratorium Tata Letak Fasilitas dan
kerugian baik menyangkut personil maupun Pemindahan Bahan. Berdasarkan data yang
materil yang diakibatkan oleh kecelakaan diperoleh, setiap laboratorium memiliki
tersebut [8]. potensi bahaya yang dapat menimbulkan
Kecelakaan teragi atas dua yaitu kecelakaan kerja baik bahaya physical,
keelakaan langsung dan kecelakaan tidak kimia, biologis, mekanis maupun
langsung.Kecelakaan langsung merupakan ergonomis.
kecelakaan yang akibatnya langsung
tampak atau terasa sedangkan kecelakaan Metode Penelitian
tidak langsung adalah kecelakaan yang Penelitian dilakukan di
akibatnya baru tampak atau terasa setelah Laboratorium Proses Manufaktur dan
ada selang waktu dari saat kejadiannya Laboratorium Sistem Produksi Departemen
[9].Bahaya adalah sesuatu yang dapat
Teknik Industri FT USU. Jenis penelitian
menyebabkan cedera pada manusia atau
kerusakan pada manusia atau kerusakan adalah penelitian terapan yaitu menganalisis
pada alat atau lingkungan [10].Tujuan dan memberikan penilaian tentang risiko
upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dengan menggunakan
kecelakaan yang ditimbulkan karena adanya metode HIRARC.
suatu bahaya di lingkungan kerja.Oleh
karena itu pengembangan sistem
Identifikasi Risiko
manajemen K3 harus berbasis pengendalian
Langkah awal dalam pengolahan
risiko sesuai dengan sifat dan kondisi
data adalah identifikasi sumber bahaya
bahaya yang ada [11].
dalam setiap uraian pekerjaan. Identifikasi
Metode HIRARC merupakan
bahaya dilakukan terhadap bahaya-bahaya
gabungan dari hazard identification, risk
yang berasal mesin-mesin, peralatan
assessment dan risk control dimana
praktikum, kondisi lingkungan kerja dan
merupakan sebuah metode dalam mencegah
bahan-bahan yang digunakan dalam proses
atau meminimalisasi kecelakaan kerja
praktikum yang dapat menimbulkan
218
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
bahaya. Data yang diperoleh berasal dari Laboratorium Sistem Poduksi ditunjukkan
hasil pengamatan langsung dan wawancara pada Tabel 1.
dengan pihak laboratorium.Data yang
diperoleh berdasarkan identifikasi risiko di
Laboratorium Proses Manufaktur dan
Tabel 2. Identifikasi Bahaya pada Laboratorium Proses Manufaktur dan Sistem Produksi
Area Modul Pengendalian
No Uraian Praktikum Potensi Bahaya
Kerja Praktikum yang Ada
Penambahan Responsi tentang modul praktikum
- -
Nilai Produk dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Sarung
Tangan terkena
tangan,
mesin bubut
masker
Lab Proses
1 Tangan terjepit
Manufaktur Proses
pengunci mesin -
Permesinan
Membubut benda kerja bubut
Tergelincir/terjatuh
-
karena lantai licin
Sarung
Tangan terkena
tangan,
percikan scrap
masker
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Memotong kelapa menggunakan Tangan terpotong
-
parang pisau
Proses Tangan terkena
Lab Proses Mengukur hasil potongan kelapa
1 Produksi mesin kukuran -
Manufaktur
Minyak Kelapa sehingga dihasilkan parutan kelapa kelapa
Santan yang dihasilkan dipanaskan Tangan terkena
-
menggunakan kompor hingga minyak panas
dihasilkan minyak kelapa Kompor meledak -
Responsi tentang modul praktikum
Brainstorming - -
dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
Survey Pasar - -
Laboratorium dengan asisten
2 Sistem Responsi tentang modul praktikum
- -
Produksi Perancangan dengan asisten
Produk Nigel Pasir dan bentonit diaduk Tangan terkena
Sarung tangan
Cross menggunakan mixer sehingga mesin pengaduk
dihasilkan pasir yang bersifat padat Kebisingan -
219
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 3. Identifikasi Bahaya pada Laboratorium Proses Manufaktur dan Sistem Produksi
(Lanjutan)
Area Modul Pengendalian
No Uraian Praktikum Potensi Bahaya
Kerja Praktikum yang Ada
Bagian tubuh Sarung tangan,
terkena panas masker,
peleburan kacamata, safety
Aluminium dileburkan terlebih aluminium shoes
dahulu sehingga dihasilkan Tungku meledak -
aluminium cair
Kebakaran -
Asap yang dihasilkan proses peleburan
aluminium
Bagian tubuh
Sarung tangan,
terkena
masker
Aluminium cair dituangkan ke dalam aluminium panas
mal kayu yang telah disediakan Kaki terkena
jatuhan penuang -
Laboratorium aluminium
Sistem Tangan terkena
2 Produksi -
mesin grinda
Aluminium yang telah kering Mata terkena
digrinda untuk menghasilkan bentuk percikan bunga -
yang diinginkan api hasil grinda
Kebisingan -
Responsi tentang modul praktikum
Studi Kelayakan - -
dengan asisten
Perancangan
Responsi tentang modul praktikum
Sistem - -
dengan asisten
Perusahaan
Perancangan Responsi tentang modul praktikum
- -
Produk dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
Forecasting - -
dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Tangan terkena
Line Balancing -
Menyolder radio dengan timah solder
dengan menggunakan solder Tangan terkena
-
timah cair
Production
Responsi tentang modul praktikum
Planning and - -
dengan asisten
Control
Quality and
Responsi tentang modul praktikum
Process - -
dengan asisten
Control
Responsi tentang modul praktikum
Kanban System - -
dengan asisten
220
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Bagian tubuh
Aluminium terkena panas
dileburkan 15 2 6 180 Priority 1 5 2 3 30 Priority 3
peleburan
terlebih dahulu aluminium
sehingga Tungku meledak 50 2 6 600 Very High 50 2 6 600 Very High
Laboratorium dihasilkan
Sistem aluminium cair Kebakaran 50 2 6 600 Very High 50 2 6 600 Very High
Produksi Asap yang
dihasilkan proses
15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
peleburan
aluminium
Aluminium cair Bagian tubuh
dituangkan ke terkena aluminium 25 2 6 300 Priority 1 15 2 3 90 Substantial
dalam mal kayu panas
yang telah Kaki terkena
disediakan jatuhan penuang 15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
aluminium
Aluminium Tangan terkena
25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
yang telah mesin grinda
kering digrinda Mata terkena
untuk percikan bunga api 25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
menghasilkan hasil grinda
bentuk yang
diinginkan
Kebisingan 15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
Dari hasil penilaian risiko pada basic level terdapat 10 kegiatan pada
laboratorium Sistem Produksi untuk kategori priority 1, 1 kegiatan pada
222
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
223
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
224
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa terhadap prosedur kegiatan dan pengawasan
pentingnya pembuatan SOP pada terhadap penggunaan APD.Rekomendasi
penggunaan mesin dan peralatan praktikum, pengendalian pada Laboratorium Sistem
memberikan safety briefing sebelum Produksi ditunjukkan pada Tabel 6.
praktikum dilaksanakan, pengawasan
225
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
226
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
228
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
229
PENERAPAN IPTEKS PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN
MASSAL UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI
KERJA PANITIA PELAKSANA DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR
BALI
Abstrak
Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan pengelolaan
upacara ngaben massal berorientasi ergonomi untuk meningkatkan pengetahuan dan efisiensi
kerja panitia pelaksana. Penelitian ini menggunakan pendekatan partisipatori berbasis
ergonomi. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben berorientasi ergonomi yang dilakukan
dalam penelitian ini, diawali dengan identifikasi masalah, kemudian dibuat prioritas masalah
dan selanjutnya dibuat rencana tindak (action plan). Rencana tindak ini digunakan sebagai
intervensi terhadap panitia pelaksana yang merupakan salah satu penerapan IPTEKS di
sektor informal. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi
dilakukan untuk mengenalkan prinsip-prinsip ergonomi yang dipadukan dengan kearifan
lokal setempat yang dapat diimplementasikan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana
upacara ngaben serta proses pelaksanaan upacara tersebut. Penelitian ini melibatkan 22
orang panitia pelaksana sebagai subjek. Pengetahuan panitia pelaksanan upacara ngaben
massal didata dengan tes pengetahuan kognitif yang berkaitan dengan sarana dan prasarana
upacara dan efisiensi kerja didata dengan teknik time and motion study, dengan panduan
rubrik penilaian. Hasilya dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%. Hasil yang
diperoleh adalah terjadi peningkatan pengetahuan panitia pengelola upacara ngaben massal
sebesar 21,44% yang diiringi dengan efisensi kerja dari 17 hari menjadi 11 hari atau lebih
efisien 35,29%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana upacara ngaben massal. Peningkatan
efisiensi kerja akan berdampak langsung terhadap biaya yang dikeluarkan yang tentunya
akan semakin ringan.
Kata Kunci: Ergonomi, Ngaben Massal, dan Pengelolaan
230
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
231
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
232
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 1. Hasil Analisis Data Pengetahuan Panitia Pelaksana Upacara Ngaben Massal (n =
22)
Variabel Periode I Periode II Nilai t Nilai p % Pening-
katan
Rerata SB Rerata SB
234
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
236
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
237
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
238
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
239
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
123
Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Institut Ilmu Kesehatan Medika
Persada Bali
Email:mayta.negara@gmail.com
Abstrak
Bali kerap diidentikkan dengan budaya dan kesenian yang memang sangat kental.
Desa Tihingan merupakan salah satu desa yang menjadi tujuan wisata dengan
masyarakatnya yang terkenal sebagai pembuat instrumen gong/gamelan. Pengrajin
gong/Gamelan di desa Tihingan merupakan suatu industri kecil yang dalam proses
produksinya menggunakan tenaga manusia. Stasiun kerja pengrajin gong dikenal dengan
sebutan perapen. Dalam melakukan aktivitasnya pengrajin gong berdekatan dengan suhu
lingkungan yang panas. Penelitian dilaksanakan di artshop “Tari Balinese Tradisional
Music” yang terletak di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Dilaksanakan pada Bulan
September 2016. Sampel berjumlah 5 orang pekerja. Pengukuran yang dilakukan meliputi
beban kerja, suhu lingkungan, IMT, keluhan muskuloskeletal, dan sikap kerja.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rerata beban pekerja penempa gong tergolong beban kerja
berat dengan denyut nadi kerja 126kali/menit. Hasil pengukuran suhu perapen
menunjukkan 38.70C. Rerata IMT pekerja 17,64 kg/m2. Rerata skor keluhan
muskuloskeletal pekerja 92. Skor Rapid Entire Body Assesment (REBA)7.
241
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kita dapat menentukan batas kemampuan Pekerja tempa bekerja dengan waktu
manusia untuk beradaptasi dengan kerja ±7 jam dan terjadi gerakan berulang-
temperatur lingkungan pada kondisi yang ulang saat proses penempaan. Analisis
ekstrim dengan menentukan rentang Rapid Entire Body Assesment (REBA)
toleransi terhadap temperatur lingkungan. menunjukkan, pekerja tempa pada posisi ini
Berdasarkan latar belakang tersebut ada pada action level 3, dengan skor REBA
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 7, skor ini tergolong dalam risk level high
pendahuluan untuk mengetahui lebih jauh dan tindak lanjut yang dilakukan adalah
kondisi fisik ataupun lingkungan dan segera lakukan tindakan perbaikan.
dampak dari pekerjaan yang ditekuninya
sebagai pekerja tempa pada pengrajin
gong/gamelan di Desa Tihingan Kabupaten
Klungkung.
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan adalah
observasi, pengukuran, wawancara.
Wawancara dilakukan pada pekerja tempa
dan pemilik art-shop. Dilakukan observasi
dan pengukuran pada pengrajin
gong/gamelan di Desa Tihingan, Kabupaten
Gambar 1
Klungkung, pada hari Jum’at 04 September
Sikap Kerja Pekerja Tempa
2016 Pukul 08.00 – 11.00 WITA.
Pengukuran yang dilakukan adalah
b. Pemanfaatan tenaga otot
pengukuran beban kerja dengan
Penempaan bahan baku menjadi
menghitung nadi kerja, pengukuran suhu
bentuk instrumen gong yang siap pakai
lingkungan menggunakan termometer,
membutuhkan keuatan otot yang besar
pengukuran Berat badan dan Tinggi Badan
untuk menjadikan lempengan bahan
untuk menghitung IMT, pengukuran
baku menjadi instrument gong yang
keluhan muskuloskeletal menggunakan
sesuai. Rata-rata proses menempa
kuesioner Nordic Body Map, dan sikap
dilakukan sebanyak 20 kali setiap perode
kerja menggunakan Rapid Entire Body
tempa. Situasi kerja seperti ini
Assesment (REBA). Pengukuran dilakukan
mengharuskan pekerja tempa
pada 5 orang pekerja tempa gong.
menggunakan kekuatan otot yang
maksimal ditambah dengan suhu
Hasil dan Pembahasan lingkungan kerja pada proses penempaan
a. Sikap Kerja sangat tinggi. Tidak jarang pekerja
Sikap kerja yang dominan dilakukan tempa terlihat berkeringat dan mengeluh
oleh pekerja tempa adalah sikap kerja pegal pada lengan, pinggang dan kaki
berdiri. Bekerja dengan posisi berdiri terus akibat pekerjaan yang dilakukanya.
menerus akan terjadi penumpukan darah Keluhan muskuloskeletal didata
dan berbagai cairan tubuh pada kaki. menggunakan kuesioner Nordic Body
(Tarwaka, 2015) Map didapatkan skor 92.
242
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
243
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
g. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi yang
diperlukan pekerja untuk kebutuhan
kalori sesuai dengan beban kerjanya.
Disamping itu dalam bekerja, pekerja
memerlukan gizi untuk meningkatkan
Gambar 3 daya kerja dan kesehatan tenaga kerja
Kondisi Stasiun Kerja/Perapen yang setinggi-tingginya. Kebutuhan
kalori seseorang ditentukan oleh jenis
e. Alat Kerja kelamin, umur, berat badan dan jenis
Alat yang digunakan oleh pekerja kegiatan (Suma’mur, 2014; Roedjito,
tempa adalah suatu alat yang menyerupai 1998 ; dan Almatsier, 2001).
palu dengan ukuran lebih besar dan Dari hasil observasi dan wawancara
pegangan yang lebih panjang. Alat ini 3 dari 5 orang pekerja memiliki IMT
digunakan untuk menempa bahan baku dibawah normal dengan rata-rata 17,64
menjadi salah satu instrument gong. Dari kg/m2, ini disebabkan karena pekerja
hasil observasi ukuran pegangan alat tidak memiliki kebiasaan sarapan
tersebut sudah cukup ergonomis, tidak sebelum bekerja, beberapa pekerja
terlalu panjang ataupun terlalu pendek mengatakan tidak terbiasa makan terlalu
sehingga gerakan menempa lebih mudah pagi, karena pekerjaan dimulai pukul
dilakukan, namun berat alat tempa 07.00 WITA. Penurunan berat badan
kurang lebih 4 Kg. bisa terjadi karena pekerja tempa bekerja
pada suhu yang ekstrim panas dengan
produksi keringat berlebih dan
f. Tingkat Kesulitan Pekerjaan menggunakan tenaga otot secara terus-
Jika dilihat dari tingkat kesulitan menerus.
pekerjaan, menempa tergolong cukup Pemilik juga sudah menyediakan air
sulit bagi pemula, namun pekerja tempa putih, minuman botol dan kopi untuk
senior mengatakan mereka sudah para pekerja tempa, pemilik menyadari
terbiasa, dan menganggap pekerjaan ini bahwa pekerja tempa membutuhkan
tidak sulit. Pada saat proses menempa asupan cairan yang cukup dalam satu
dilakukan oleh 3-4 orang, proses harinya, karena pekerja bekerja
menempa harus berirama dan kekuatan menggunakan tenaga otot pada suhu
untuk menempa harus disesuaikan agar yang ekstrim panas.
suara instrument gong yang diciptakan
sesuai dengan yang diinginkan. Jika
tidak ada kerjasama yang baik antara
penjepit dan pekerja tempa maka
244
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut :
a. Pemberlakuan istirahat pendek dapat
dilakukan untuk mengurangi beban
kerja pekerja tempa.
b. Perbaikan sikap kerja pekerja tempa
perlu dilakukan agar tidak muncul
keluhan muskuloskeletal yang berat
c. Area kerja perapen perlu diberikan
sekat agar suhu lingkungan tidak
langsung terpapar ke pekerja.
Daftar Pustaka
245
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
246
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Maya Arlini Puspitasari1 Boy Nurtjahyo Moch2 Yohana Sari Santoso3 Ghassani
Shabrina4 Hanny Banowati Arimbi5
1,2
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok
3,4,5
Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok
Email: tiui@ie.ui.ac.id
Abstrak
247
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
248
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
249
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
250
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
yang kerja sesuai dengan beban 1. Metode praktis (on the job training)
kerja. 2. Teknik-teknik presentasi informasi
dan metode-metode simulasi (off the
jobtraining)
251
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
252
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
redesign dan operation. Output dari fase dijumlahkan untuk memberikan penilaian
redesign akanmenjadi input pada fase keseluruhan untuk setiap alternatif.
operation. Pada fase redesign, input awal
Select an Alternative: The Decision
berupa sumberdaya yang diperlukan untuk
Table of Future Conditions
mengimplementasikan alternatif yaitu orang
yang terlibat dalam pelaksanaan alternatif
Pada tahap ini dibuat decision table
(manager, karyawan, trainer / HRD), untuk menentukan alternatif apa yang akan
keuangan, dan informasi.Proses pertama dipilih dari 3 alternatif yang memiliki overall
merupakan tahap mendesain kembali rating tertinggi. Pemilihan alternatif ini
alternatif yang akan digunakan sekaligus dilakukan berdasarkan kondisi keuangan
dengan aktifitas yang dapat dilakukan pada perusahaan (rendah, sedang, tinggi).
alternatif tersebut. Kemudian pada setiap tingkatan kondisi
keuangan, alternatif yang ada diberi
Pada fase operation, output dari fase peringkat. Peringkat 1 merupakan alternatif
redesign menjadi input pada fase ini. yang menjadi pilihan pada setiap tingkatan
Prosespada fase ini adalah penerapan keuangan.
alternatif oleh karyawan. Hasil dari
penerapan alternatif ini merupakan output
Pembahasan
akhir dari setiap alternatif.
Evaluate Alternative: The Criteria Pada bab ini akan dibahas dan dipaparkan
mengenai hasil dan pembahasan dari
Scorecard and Cost / Benefit Analysis pengolahan data penelitian ini.
Pada tahap ini, setiap alternatif
dievaluasi menurut beberapa kriteria yaiu Strategic Manpower Planning
biaya proyek, risiko keputusan, efektivitas,
dan manfaat. Setiap kriteria memiliki key Dalam pembuatan Stategic Manpower
metric pada tabel 3.1 yang memiliki bobot Planning digunakan analisis beban kerja
yang sama yang akan diberikan rating yang (workload analysis) dengan menggunakan
memiliki skala dari 0 sampai -10 dan 0 metode Full Time Equivalent. Metode Full
sampai 10. Kriteria biaya proyek dan risiko Time Equivalent ini memiliki beberapa tahapan
yaitu:
keputusan memiliki karakteristik negatif
maka skala rating yang dipakai adalah dari
0 sampai -10 sedangkan efektivitas dan Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM
manfaat memiliki karakteristik positif maka Kategori SDM yang akan dihitung beban
skala rating yang dipakai adalah dari 0
kerjanya adalah pada tingkat staff dari masing-
sampai 10. Alternatif yang digunakan
masing unit kerja / divisi. Terdapat 5 divisi
adalah keempat alternatif awal dan
utama yaitu divisi sales, Supply Chain,
hybridalternative yang menggabungkan 2 Marketing, Finance / Accounting, dan Human
alternatifawal menjadi 1 alternatif baru. Resource. Berikut adalah unit kerja dan
Setiap nilai dalam kriteria kemudian kategori SDM pada PT XYZ
253
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Alternative C
Membuat Strategic
1 3 4
Manpower Planning
Alternative E
Membuat Strategic
Manpower Planning
3 2 2
dan Redesign Job
Content
Alternative F
Membuat Strategic
Manpower Planning
dan Merencanakan
2 1 3
Manpower
Training &
Development
Alternative J
Membuat desain
Lingkunga
n kantor
secaraergonomis
dan Merencanakan 4 4 1
Manpower
Training &
Development
254
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Admin Sales
Sales
Supply Purchasing
HR Development
Human
Staff
Resource
HR Development
Department
Staff
Penentuan Allowance (sakit / ijin), izin khusus, dan hari libur nasional
yang telah ditetapkan menurut kebijakan kantor.
Allowance / kelonggaran merupakan waktu Waktu kerja pada PT XYZ sendiri dibagi
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan lain menjadi 2 yaitu 5 hari dalam seminggu (Senin –
yang tidak berubungan dengan pekerjaan Jumat) pukul 08.30 – 17.30 dan 6 hari (Senin –
kantor. Allowance merupakan total dari waktu Sabtu) pukul 08.30 – 16.30 dalam seminggu
cuti, urusan pribadi di kantor, ketidakhadiran tergantung dengan jenis pekerjaan.
255
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
112 93
Cuti
jam/tahun jam/tahun
Urusan Pribadi 75 75
di Kantor jam/tahun jam/tahun
Ketidakhadiran 96 80
(Sakit/Ijin) jam/tahun jam/tahun
96 96
Izin Khusus
jam/tahun jam/tahun
499 471
Total
jam/tahun jam/tahun
256
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
499 471
Allowance
jam/tahun jam/tahun
257
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
HR Development
2.03 2 1.015 2
Staff
Jumlah 10 11
258
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Iya Tidak
17%
83%
27% Gambar 3. Diagram Presentase
Pemilihan Jenis Pelatihan
Gambar 1. Diagram
Presentase Keikutsertaan
e) Metode On the Job Training apa
dalam Program Pelatihan
yang cocok untuk dilaksanakan
pada tingkat staff?
2. Apakah perlu dilakukan program
pelatihan dan pengembangan
karyawan untuk tingkat staff?
Job Instruction Training
Apprenticeship
33%
Coaching
17%
67%
259
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Simpulan
Melalui hasil penelitian,diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
260
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
261
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
262
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Industri garmen merupakan salah satu industri yang menyerap dan memanfaatkan
sumber daya manusia yang cukup besar dalam menjaga keberlangsungan proses produksi.
Alokasi jumlah pekerja terbanyak pada industri garmen adalah pada bagian jahit.
Penjahit yang bekerja dalam sikap kerja duduk statis dengan bagian punggung dan kepala
yang membungkuk serta siku dan lutut yang menekuk dalam jangka waktu lama, disertai
adanya gerakan simultan yang berulang pada tangan dan kaki, memicu timbulnya
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal. Intervensi terhadap sikap kerja serta organisasi
kerja bertujuan untuk memperbaiki kesehatan kerja penjahit yang dilakukan dengan
memberikan workplace stretching exercise(WSE) dan perbaikan stasiun kerja. Intervensi
dilakukan pada dua perusahaan dengan mengambil masing-masing tiga partisipan secara
acak pada perusahaan tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner 30 item kelelahan dan kuesionernordic body map, serta foto perubahan sikap
kerja yang dianalisis menggunakan RULA sebelum dan setelah intervensi dilakukan. Dari
hasil intervensi yang dilakukan, diperoleh adanya penurunan kelelahan maupun keluhan
muskuloskeletal yang dialami oleh penjahit masing-masing sebesar 30,53% dan 28,74%.
Selain itu penilaian risiko sikap kerja penjahit dengan metode RULA juga memperlihatkan
adanya penurunan risiko dari 7 menjadi 3.
Abstract
Garment industry is one of the industries that largely absorb and utilize human
resources in maintaining its production sustainability. Sewing division is the department
with the largest number of workers among the divisions in this industry. Tailors who work
in static sitting posture with back and head bending forward while elbows and knees bent
for long period of time, and also accompanied by repetitive simultaneous movement of the
hands and feet, leads to fatigue and musculoskeletal complaints. Intervention on work
attitudes and work management with the aim to improve the health of tailors were done by
providing workplace stretching exercise and by improving the workstation. Intervention
programs were conducted at two garment companies and each company was represented
by three participants. The data were collected using general fatigue questionnaires and
Nordic body map questionnaires, as well as work attitude photos of the participants. The
score of the questionnaires were measured before and after the intervention, while the
changes in the work attitude were analyzed by RULA method. The result of the intervention
showed decrease in fatigue and musculoskeletal complaints by 30.53% and 28.74%,
respectively. In addition, the risk assessment of work attitude of tailors showed a decrease
of risk from 7 to 3.
Key word: Garment industry, Tailors, workplace stretching exercise(WSE)
263
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pendahuluan
Pekerja industri garmen, khususnya Analisis Situasi
bagian jahit, bekerja dalam sikap kerja Kedua mitra dalam pengabdian ini
duduk statis dengan bagian punggung dan merupakanperusahaan eksportir garmen
kepala yang membungkuk serta siku dan berskala menengah serta perusahaan
lutut yang menekuk dalam jangka waktu garmen berskala kecil. Secara umum
lama, disertai adanya gerakan simultan karakteristik kerja dalam perusahaan
yang berulang pada tangan dan kaki. garmen berskala kecil maupun menengah
hampir sama dengan penyerapan alokasi
Kondisi ini memicu timbulnya keluhan
tenaga kerja terbanyak berada pada bagian
muskuloskeletal terutama pada bagian
jahit. Kondisi inimenjadi pertimbangan
leher, punggung, pinggang, dan kaki untuk memprioritaskan usaha perbaikan
pekerja (Polajnar dkk., 2010; Chandra dan kesehatan kerja pada bagian jahit.
Nidhi, 2014). Bahkan dilaporkan bahwa Uraian beberapa permasalahan
terjadinya gangguan muskuloskeletal pada penjahit yang didapatkan pada mitra adalah
pekerja yang bekerja di industri garmen sebagai berikut:
lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis 1. Pemanfaatan tenaga otot
industri lainnya. Selain itu prevalensi nyeri Pekerjaan menjahit merupakan
persisten yang dialami oleh penjahit pada pekerjaan yang dilakukan secara
industri ini ternyata lebih tinggi bila konvensional oleh tenaga kerja
dibandingkan dengan karyawan rumah sakit dengan bantuan mesin. Walaupun
maupun pekerja kantoran (Herbert dkk., bukan merupakan kategori pekerjaan
2001). dengan beban kerja berat serta tidak
Paparan hazard dari lingkungan kerja memerlukan tenaga otot yang besar,
pada industri garmen yang terjadi terus namun pekerjaan menjahit
menerus dan dalam jangka waktu lama menggunakan beberapa jenis otot
berpotensi menimbulkan berbagai yang bergerak dan berkontraksi
gangguan kesehatan maupun kecelakaan secara berulang dan monoton. Hal ini
kerja yang dapat terjadi pada pekerja. dapat menimbulkan terjadinya
Menurut Sutajaya (2006) pekerjaan yang keluhan muskuloskeletal maupun
melibatkan aktivitas fisik dan mental dapat kelelahan yang dialami oleh pekerja.
menimbulkan keluhan otot 2. Sikap tubuh
(muskuloskeletal). Selain itu, keluhan Pekerja khususnya penjahit
muskuloskeletal, kelelahan dan kecelakaan yang bekerja di perusahaan PT.
akibat kerja juga dapat terjadi karena postur Fusion Hawaii maupun Pendawa
kerja yang kurang fisiologis (kurang Tailor bekerja dalam posisi duduk
ergonomis), pengulangan gerakan statis dengan posisi kepala dan
(repetitive motion), postur kerja statis punggung yang menunduk serta
(static posture), sifat pekerjaan yang melakukan gerakan monoton dengan
monoton, waktu bekerja yang cukup lama, menggunakan satu jenis otot secara
dan sarana prasarana kerja yang tidak berulang. Hal ini merupakan sikap
sesuai dengan antropometri pekerja kerja yang kurang alamiah akibat
(Sutajaya, 2006; Sutjana, 2003).
desain stasiun kerja yang kurang
ergonomis. Dari pengukuran risiko
sikap kerja dengan menggunakan
264
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
metode RULA (Rapid Upper Limb Sikap kerja yang kurang alamiah
Assessment) diperoleh hasil skor akibat desain stasiun kerja yang
RULA 7, dimana hal ini kurang ergonomis.
menunjukkan bahwa sikap kerja Hal ini pada akhirnya akan
penjahit memerlukan investigasi lebih memengaruhi kinerja pekerja dan
lanjut dan harus dilakukan perubahan. dapat menurunkan produktivitas
3. Hasil kuesioner keluhan kerja.
muskuloskeletal dan kelelahan
Hasil penelitian yang dilakukan Solusi dan Target Luaran
oleh Rusni (2016) dengan Permasalahan tingginya tingkat
menggunakan kuesionernordic body keluhan muskuloskeletal serta kelelahan
map untuk mengetahui tingkat yang dialami oleh penjahit akibat kondisi
keluhan muskuloskeletal yang kerja yang kurang ergonomis memerlukan
dialami pekerja diperoleh rerata upaya pencegahan dan perbaikan.
keluhan muskuloskeletal sebelum Pendekatan ergonomi dengan melakukan
workplace stretching exercise dan
bekerja sebesar 32,84±6,64 dan
perbaikan stasiun kerja merupakan solusi
setelah bekerja meningkat menjadi
yang ditawarkan dalam penyelesaian
47,40±1,35. Rerata kelelahan sebelum
masalah yang dihadapi oleh pekerja di
mulai bekerja yang dialami penjahit mitra.
adalah 35,24±1,36 dan setelah bekerja Menurut Bridger (2003) tindakan
meningkat menjadi 49,96±2,76. pencegahan yang dilakukan dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka exercise dan postur kerja yang baik
dapat dirumuskan permasalahan mitra merupakan strategi utama untuk mengatasi
diantaranya: keluhan MSDs serta kelelahan akibat
bekerja. Melalui latihan peregangan serta
Keluhan muskuloskeletal yang
penerapan sikap atau posisi tubuh yang
dialami pekerja khususnya di bagian
ergonomis pada saat bekerja dapat
jahit akibat sikap dan posisi kerja
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
yang kurang ergonomis.
sistem kerangka dan otot manusia sehingga
Kelelahan yang dialami oleh pekerja diperoleh rasa nyaman dalam bekerja yang
di industri garmen khususnya di dapat berdampak pada terciptanya kualitas
bagian jahit. Kelelahan ini dapat kerja dan produktivitas yang tinggi
terjadi akibat situasi kerja yang (Tarwaka, 2011).
kurang ergonomis, pekerjaan yang Peregangan (stretching) adalah suatu
monoton, kurangnya asupan nutrisi, bentuk latihan fisik (exercise) pada
jam kerja yang terlalu lama, kondisi sekelompok otot atau tendon untuk
lingkungan kerja yang kurang meningkatkan elastisitas, melenturkan otot
nyaman serta karena adanya paparan dan memperoleh kenyamanan pada otot
dari getaran maupun kebisingan yang (Weerapong dkk., 2005). Magnusson
dihasilkan dari mesin jahit yang danRenstrom(2006) dalam Choi dan
Woletz(2009) berpendapat bahwa
dipergunakan.
pereganganadalah gerakan latihan untuk
memperbaiki gerakan tulang sendi serta
digunakan sebagai terapi untuk mengurangi
265
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
atau meringankan kram dengan hasil berupa menggunakan kursi kerja yang telah
peningkatan fleksibilitas, peningkatan diredesain dengan metode RULA.
kontrol otot dan rentang gerak sendi. d. Pemberian workplacestretching
Perbaikan stasiun kerja dilakukan exercise kepada para pekerja di
berdasarkan hasil pengukuran antropometri bagian jahit berturut-turut selama 1
pekerja. Dari stasiun kerja penjahit yang minggu.
kemungkinan dapat dilakukan perbaikan Pemberianworkplacestretching
adalah kursi kerja, dimana akan dilakukan
exercise akan dipandu oleh instruktur
redesain kursi kerja untuk meningkatkan
yang telah terlatih dan dilakukan 2
kenyamanan dengan menerapkan prinsip
jam sebelum selesai bekerja yaitu
ergonomi.
Penilaian terhadap keberhasilan dari pukul 15.00 WITA. Pelaksanaan
perbaikan yang dilakukan dapat diukur stretching memerlukan waktu selama
dengan menggunakan kuesioner keluhan 10 menit untuk setiap kali
muskuloskletal dan kuesioner kelelahan dan pelaksanaan.
penilaian risiko sikap kerja dengan RULA. e. Kemudian kembali dilakukan
pengukuran kelelahan dan keluhan
Metode Pelaksanaan muskuloskeletal yang dialami.
Berdasarkan uraian masalah dan
solusi yang ditawarkan maka metode Hasil dan Pembahasan
pelaksanaan program yang dibuat Hasil dan analisis subjek yang
diantaranya: diberikan intervensi dan dilakukan
a. Pengukuran sikap kerja dengan pengukuran serta pengamatan pada
metode RULA terhadap pekerja pengabdian ini adalah sebagai berikut:
dibagian jahit.
b. Pengisian kuesioner 30 item Karakteristik Subjek dalam Pengabdian
kelelahan dan kuesioner nordic body Jumlah total subjek yang terlibat
map oleh para pekerja setelah selesai dan dilakukan pengukuran dalam
bekerja. pengabdian ini adalah 6 orang yang terdiri
c. Penggantian kursi kerja dengan dari 3 orang laki-laki dan 3 orang
menggunakan kursi kerja baru yang perempuan. Berikut merupakan gambaran
telah diredesain ulang berdasarkan subjek yang dilibatkan yang dilihat dari
hasil pengukuran antropometri segi umur, masa kerja dan IMT (Indeks
pekerja. Kemudian dilakukan Masa Tubuh) disajikan dalam Tabel 1
penilaian sikap kerja dengan
Tabel 1. Data Karakteristik Subjek Penjahit di PT. Fussion Hawaii dan Pendawa Tailor.
No Jenis Kelamin Umur (tahun) IMT(kg/m2) Lama Kerja (tahun)
1 Laki-laki 32 23,01 11
2 Perempuan 31 22,22 9
3 Perempuan 34 25,20 8
4 Laki-laki 30 21,60 8
5 Perempuan 38 25,44 8
6 Laki-laki 37 24,84 11
266
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
267
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tabel 3. Perbedaan rerata nilai kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pekerja sebelum
dan sesudah intervensi
Periode I Periode II
Indikator n Nilai p
Rerata SB Rerata SB
Keluhan MSD 6 48,33 1,21 34,44 1,68 0,027
Kelelahan 6 50,78 0,91 35,22 1,78 0,027
268
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dapat berasal dari cara dan alat kerja yang harus dilakukan perubahan. Setelah
digunakan, organisasi kerja, maupun dilakukan perbaikan stasiun kerja, yaitu
lingkungan kerja termasuk stasiun kerja dengan memperbaiki kursi kerja yang
yang kurang ergonomis.Intervensi berusaha didesain dengan memperhatikan
ergonomi yang diberikan melalui antropometri pekerja dengan berdasarkan
pengabdian ini ternyata mampu prinsip ergonomi, maka ternyata diperoleh
menurunkan skor kelelahan maupun penilaian sikap kerja dengan metode RULA
keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh dengan skor 3, yang artinya bahwa sikap
pekerja garmen, sehingga dengan kerja tersebut masih memerlukan
peningkatan kondisi kesehatan diharapkan investigasi lebih lanjut dan mungkin masih
pekerja mampu bekerja lebih optimal dan memerlukan perubahan. Hal ini
pada akhirnya produktivitas kerjanya akan menunjukkan bahwa dari perbaikan stasiun
meningkat. kerja berupa perbaikan kursi kerja yang
mempertimbangkan antropometri pekerja
Sikap Kerja dan Stasiun Kerja Lebih diperoleh adanya penurunan risiko sakit
Ergonomis akibat kerja karena sikap kerja yang tidak
Stasiun kerja penjahit dalam hal ini ergonomis.
berupa meja jahit dan tempat duduk (kursi) Redesain dari kursi kerja penjahit
yang digunakan selama bekerja. Meja jahit dengan mempertimbangkan prinsip
adalah komponen yang telah menjadi satu ergonomi menghasilkan desain kursi kerja
dengan mesin jahit yang dipergunakan. yang baru. Tabel 4menunjukkan adanya
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap beberapa perbedaan antara kursi lama
risiko sikap kerja penjahit dengan denga kursi baru yang telah di desain
menggunakan metode RULA diperoleh ulang.Perubahan yang dilakukan memiliki
hasil pengukuran awal dengan skor 7 yang fungsi dan tujuan masing-masing,
bermakna bahwa sikap kerja tersebut penjabarannya dapat dilihat dalam Tabel
memerlukan investigasi lebih lanjut dan 4berikut:
270
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
271
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ABSTRAK
272
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
273
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
bekerja setiap hari dari pukul 08.00 – 17.00 melakukan istirahat aktif.
WITA. Waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00
WITA. Pekerja libur apabila ada hari raya
keagamaan. Sistem pemberian gaji yaitu
sistem harian sebesar RP. 80.000. Untuk air
minum telah disiapkan oleh pemilik industri
namun untuk makan siang pekerja
membawa sendiri dari rumah.
Di tempat kerja terdapat radio tape
yang digunakan untuk mendengarkan
musik selama bekerja untuk menghilangkan Gambar 2. Radio tape pada tempat kerja
kejenuhan. Jenis musik yang didengarkan
yaitu dangdut dan lagu pop Bali. Jenis
musik yang didengarkan dapat memberikan c. Environment
semangat kepada pekerja sehingga pekerja Kondisi lingkungan di industry
merasa senang ketika bekerja. Jam kerja pembuatan genteng bisa dikatakan kurang
berlebihan, jam kerja lembur di luar batas nyaman, karena tempatnya yang sempit dan
kemampuan, akan dapat mempercepat pencahayaan setelah diukur didapatkan
munculnya kelelahan, menurunkan hasil 30 lux. Standar pencahayaan yang
ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. disarankan pada tempat adalah 200 lux
Oleh karena setiap fungsi tubuh tergantung jenis pekerjaannya. (Manuaba,
memerlukan keseimbangan yang ritmis 2004). Apabila musim hujan, seringkali
antara asupan energi dan penggantian tempat pembuatan genteng tersebut bocor
energi (istirahat kerja). Diperlukan istirahat sehingga menyebabkan tempat kerja
pendek dengan sedikit kudapan atau minum menjadi tergenang. Tingkat kebisingan di
(15 menit setelah 2 jam bekerja) untuk industri tempat pembuatan genteng yaitu 50
mempertahankan performan dan efisiensi dB ini bersumber dari suara radio yang
kerja. dihidupkan pekerja. Hal ini sudah
Perbaikan organisasi kerja dapat memenuhi standar yang ada untuk
dilakukan yaitu dengan mengatur waktu lingkungan industri kecil yaitu 70dB.
dan jumlah genteng yang akan dijemur. Pekerja menjemur genteng dengan
Awalnya pekerja sekali mengambil genteng bantuan sinar matahari jadi pekerja
sebanyak 11-12 diganti menjadi 5 buah disarankan menggunakan pakaian yang
setiap kali mengambil jarak 2 meter menutupi tubuh untuk menghindari dampak
sehingga diharapkan pekerja dapat negatif yang ditimbulkan oleh matahari.
275
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
b. Saran
Berdasarkan pada simpulan
di atas maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut :
276
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
277
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
278
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
merupakan kekuatan utama media radio memberikan efek adanya penurunan tajam
untuk menyiarkan berita dan hiburan untuk dengar yang tidak disadari oleh penyiar.
kepentingan masyarakat. Salah satu tolak Penurunan daya dengar yang terjadi
ukur siaran radio tersebut berhasil, apabila tergantung dari berapa lama seorang
disukai oleh masyarakat pendengarnya. terpapar dan besaran intensitas yang
(Prayuda, 2004). diterima. Permasalahannya intensitas suara
Dalam dunia penyiaran profesi yang yang tinggi ini dikehendaki karena berupa
dikenal mempunyai kekuatan besar untuk lagu-lagu yang diputar oleh penyiar.
menghidupkan siaran adalah penyiar. Berdasarkan observasi penurunan tajam
Seiring dengan perkembangan penyiaran dengar seorang penyiar disadari terjadinya
media elektronik maka profesi penyiar setelah bekerja selama 3 sampai 5 tahun
semakin dituntut untuk professional. kemudian. Untuk mengatasi hal tersebut
Penyiar adalah motor penggerak yang diperlukan pemasangan audio limiter pada
bertugas untuk memandu acara dan output mixer siaran.
menyampaikan informasi di radio. Penyiar Audio Limiter dapat dikatakan
di dalam siaran dibantu oleh peralatan sebagai Compressor yang rationya full,
berupa microphone sebagai alat sehingga semua audio yang melebihi
transfortasi suara penyiar ke Mixer dan Treshold akan dipotong. Fungsi dari limiter
headphone merupakan salah satu alat adalah membatasi volume audio. Threshold
kontrol audio dari Mixer. Headphone disetting sesuai dengan standard audio yang
merupakan alat yang dipergunakan untuk diijinkan. Sehinga saat akan menaikkan
mendengarkan suara yang keluar dari volume audio ini, bila nanti ada bagian
mixer, alat modern ini yang berkaitan yang melebihi Treshold maka akan
dengan telinga secara tak sadar dalam terpotong/terkompress secara otomatis,
jangka waktu yang lama mampu sehingga tidak akan terjadi Clip pada audio.
mengakibatkan terjadinya penurunan
pendengaran.
Radio”X” beroperasi (on air) mulai Kajian Pustaka
pukul 06.00-12.00 WITA. Dalam satu hari Analisis sistem kerja pada suatu
seorang penyiar pada Radio”X” bekerja radio penyiaran dapat dilihat pada Gambar
selama 2 - 3 jam tergantung program yang 1 yang terdiri dari input, proses transfortasi
dibawakan. Dalam menjalankan proses dan output.
kerja berupa siaran, penyiar membutuhkan
konsentrasi yang tinggi dan terus menerus
tanpa istirahat tetapi terkadang penyiar
melakukan istirahat curian, ini terlihat dari
penyiar melepaskan headphone dari telinga
(Adnyani,2004). Penggunaan headphone
Gambar 1. Sistem Kerja Radio Penyiaran
dengan intensitas suara melebihi dari 90-95
Sumber: Adnyani (2004)
dB, akan berdampak pada penurunan tajam
dengar penyiar jika terpapar setiap hari
Input ini berupa sumber suara dari
selama tiga jam.
software fungsinya untuk mengatur semua
Intensitas suara yang tinggi dapat
279
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
data (lagu, script, insert, jingle) untuk manual dan kontrol yang memerlukan
diolah menjadi sebuah informasi. Komputer anggota tubuh sebagai sumber tenaga.
selain tempat pengoperasian software, ada Penyiar di dalam siarannya dibantu
komputer yang terkoneksi dengan internet. oleh peralatan berupa microphone yang
Microphone penyiar dan Telephone Hybrid berfungsi sebagai alat transfortasi suara
adalah sebuah alat yang mengkonversi penyiar ke Mixer dan headphone
sambungan telepon biasa ke mixer siaran. merupakan salah satu alat untuk memonitor
Peralatan pada proses transfortasi berupa audio dari Mixer. Headphone alat yang
Mixer, keluaran dari Mixer dapat dibagi berkaitan langsung dengan telinga,
menjadi dua yaitu yang pertama menuju ke sehingga secara tak sadar dalam kurun
kontrol yang berupa headphone dan waktu tertentu mampu melakukan
monitor kontrol, yang ke-dua menuju penurunan tajam dengar penyiar radio.
pemancar radio. Headphone berfungsi Headphone dengan keluaran audio yang
untuk memonitor suara berupa lagu yang tinggi intensitas suaranya, jika terpapar
diputar atau yang sedang mengudara. secara terus menerus akan merusak
Dalam memainkan perannya pendengaran. Berkurangnya pendengaran
sebagai komponen kerja dalam satu atau adalah penurunan fungsi pendengaran pada
lebih aktivitas operasional, penyiar salah satu ataupun kedua telinga.
umumnya bertanggung jawab untuk tiga Penurunan tajam pendengaran biasanya
fungsi dasar berikut (Sedarmayanti, 2009): terjadi secara normal pada usia 20 tahun.
1. Menerima data atau informasi mengenai Pengaruh intensitas suara (dB) yang
apa yang harus dikerjakan ataupun perlu tinggi terhadap organ pendengaran (organ
segera diambil tindakan. Informasi corti) mengakibatkan terjadinya penurunan
dalam hal ini diterima melalui organ ketajaman pendengaran bahkan dapat
visual ataupun pendengaran (audio). menimbulkan keluhan, tekanan darah
2. Mengolah informasi, membentuk meningkat, mual, muntah, kencing –
persepsi dan membuat keputusan kencing, konsentrasi menurun dan perasaan
berdasarkan informasi yang diterima terganggu (Barrett, 2011).
baik yang dilihat dan atau yang diterima Hasil studi pendahuluan di Radio
melalui indera yang dimiliki dan yang ”X” menunjukan bahwa intensitas suara
tersimpan dalam memorinya. (dB) yang keluar melalui headphone
3. Melakukan tindakan sesuai dengan rentangannya sebesar 80.3 – 167.72 dB(A).
keputusan yang diambil dengan Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga
melakukan berbagai macam aktivitas Kerja No Kep. 51/MEN/1999 tentang NAB
fisik ataupun mental. Faktor Fisik Di Tempat Kerja, NAB
Aktivitas mental dalam hal ini akan kebisingan yang diperkenankan di
dapat bervariasi dari aktivitas sederhana Indonesia adalah 85 dB (A) (Suma’mur,
seperti menerima/mengumpulkan informasi 1996:62).
sebagai input kerja sampai dengan aktivitas Dari observasi dan wawancara
berpikir kreatif dan memecahkan masalah. terlihat adanya penurunan tingkat tajam
Selanjutnya dengan aktivitas fisik disini dengar penyiar akibatpaparan intensitas
akan terkait dengan tindakan yang harus yang melebihi nilai ambang batas yang
dilakukan dalam bentuk gerakan-gerakan dianjurkan, hal ini terlihat dari cara
280
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
berbicara antara penyiar satu dengan yang 1. Signal Input(untuk mengatur volume
lainnya agak keras dalam jarak yang relatif sinyal yang masuk).
dekat, adanya keluhan seperti, suara agak 2. Treshold (sebagai ambang batas)
serak, kelopak mata berat, perasaan ingin 3. Release(waktu yang dibutuhkan limiter
berbaring, kondisi fisik terasa lesu, dan untuk merelease bila sudah tidak
keluhan telinga mendengung, sehingga melebihi treshold).
mempengaruhi produktivitas dan kinerja
penyiar (Adnyani, 2004).
Audio Limiter
Audio limiter dapat dibedakan
menjadi dua yaitu audio limiter dan audio Gambar 2. Limiter (Mo Volans,2009)
compressor. audio limiter digunakan untuk
membatasi sinyal audio sedangkan audio Pembahasan
Compressor adalah sebuah alat yang Intensitas suara tinggi yang keluar
termasuk dalam kategori “gain based” dari headphone dapat memberikan efek
Dalam hal ini yang dipergunakan audio yang merugikan bagi penyiar radio,
limiter pada keluaran output mixer yang terutama akan mempengaruhi indera
berfungsi untuk membatasi suara yang pendengaran. Seorang penyiar memiliki
keluar dari mixer sebelum didistribusikan risiko mengalami penurunan daya
ke headphone penyiar. Audio limiter ini pendengaran yang terjadi secara perlahan-
disetting sesuai dengan nilai ambang batas lahan dalam waktu lama dan tanpa mereka
(NAB) intensitas suara yang diijinkan untuk sadari. Besarnya penurunan daya
penyiaran yang dilakukan selama tiga jam pendengaran ini tergantung dari lamanya
siaran yaitu diantara 90-95dB. seorang penyiar terpapar, frekuensi
mendengarkan, dan tingkat intensitas suara
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Suara yang diterima, oleh karena itu faktor-faktor
Waktu pemaparan/hari Batas Suara dB yang menimbulkan gangguan pendengaran
(jam) harus dikurangi.
16 80
8 85 Penurunan Tajam Dengar Manusia
4 90 Telinga merupakan alat penerima
2 95 gelombang suara atau gelombang udara
1 100 kemudian gelombang mekanik ini diubah
½ 105 menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke
¼ 110 korteks pendengar melalui saraf
1/8 115 pendengaran.
Sumber : Soedjono, 1991 Pengaruh intensitas suara yang
tinggi (bising) pada umumnya berkaitan
Pada umumnya setiap limiter dengan kesehatan pendengaran atau
memiliki bagian-bagian sendiri seperti gangguan pada pendengaran. Hal tersebut
(Gambar 2): dapat menimbulkan kerusakan beberapa
bagian pada sistem pendengaran. Apabila
281
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
intensitas suara terlalu kuat di atas nilai Adapun pengaruh- pengaruh negatif
ambang batas, akibatnya bukan hanya kebisingan adalah sebagai berikut
merusak pendengaran melainkan (Soedjono, 1991):
mengganggu efisiensi kerja, daya a. Gangguan
konsentrasi akan berkurang. Sistem saraf Pada umumnya kebisingan bernada
autonom akan terkejut oleh bising, sehingga tinggi sangat mengganggu kesehatan
mempercepat denyut jantung, mengecilkan pendengaran.
saluran darah di kulit, akan menaikkan b. Komunikasi Terganggu
tekanan darah. Pemaparan kebisingan yang Resiko yang terjadi pada komunikasi/
terus menerus pada frekwensi tertentu akan pembicaraan yaitu pembicaraan harus
menyebabkan gangguan pendengaran dijalankan dengan berteriak.
sementara yang mungkin akan hilang pada c. Efek pada Pekerjaan
beberapa hari, tetapi adakalanya akan Kebisingan yang mengganggu perhatian
menyebabkan ketulian permanen yang terus menerus dapat membuat
(Soedjono, 1991). kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan
Pengurangan kebisingan dapat akibat terganggunya konsentrasi. Bagi
dilakukan dengan jalan penggunaan orang-orang yang sangat peka terhadap
isolasi/isolator antara sumber dan penerima. kebisingan terutama pada nada tinggi
Cara lain dapat dengan pemakaian peredam, dapat menyebabkan masalah psikologis.
atau dengan pengurangan /pembatasan Menurut Suma’mur (1996)
sumber bising (Soedjono, 1991). pengaruh utama dari kebisingan pada
Pengurangan atau pembatasan sumber kesehatan adalah kerusakan indera
bising dimaksud untuk menurunkan pendengaran, yang menyebabkan ketulian
intensitas sumber bising di bawah nilai progresif, sehingga terjadinya gangguan
ambang batas. komunikasi dan menyebabkan
Batas suara yang diijinkan untuk terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
seorang penyiar yang terpapar selama dua- terjadi kesalahan.
empat jam yaitu 90 -95 dB. Jika lebih lama
dari itu, akan terjadi kelelahan koklea Desain Sistem Kerja Radio Penyiaran
(rumah siput), yang berperan penting dalam dengan Audio Limiter
proses pendengaran. Menurut Suma’mur
(1996) batas dengar tertinggi untuk sebuah Pada dasarnya suatu unit
Stasiun Radio 85 dB. Berdasarkan Nilai audioprocessor limiter tidak berbeda
Ambang Batas di atas, penyiar Radio”X” dengan compressor. Bahkan limiter lebih
sudah melewati nilai ambang batas sederhana dari compressor, dalam hal
intensitas suara yang diijinkan yaitu fungsinya hanya mencegah level audio
melebihi 95 dB. Hal tersebut dapat agar tidak melebihi threshold yang
menyebabkan adanya gangguan-gangguan ditentukan (Rusmawan, 2014). Pada
tajam dengar penyiar yang dapat dilihat dari umumnya ada lima parameter yang ada
cara berbicara antara satu dengan yang dalam audiolimiter yang dapat di adjust
lainnya agak keras agar lebih dapat yaitu threshold, ratio, attack time, release
didengar oleh lawan bicaranya. time, dan output/gain (Parlisraya. 2011).
282
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
283
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
284
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
1
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 2Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok 3,4,5Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, Kampus Baru-Depok Email:tiui@ie.ui.ac.id
Abstrak
Data dari Badan Kesehatan Dunia menunjukan bahwa kecelakaan lalu lintas
merupakan pembunuh terbesar ketiga setelah jantung koroner dan TBC di Indonesia.
Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Cuaca, sebagai salah satu faktor lingkungan, seringkali memengaruhi suhu,
intensitas cahaya, jarak pandang, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan
kemampuan kognitif manusia dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini membahas
pengaruh keadaan cuaca terhadap kemampuan kognitif dan perilaku manusia dalam
aktivitas berkendara. Dalam rangka mengetahui pengaruh cuaca terhadap resiko
kecelakaan lalu lintas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui signifikansi dari faktor
utama lalu lintas yang direpresentasikan sebagai cuaca, kepadatan jalan, dan jenis
kelamin pengemudi terhadap perilaku dan performa pengemudi yang direpresentasikan
sebagai kecepatan rata-rata, kesalahan mengemudi, dan respon pengereman dengan
menggunakan driving simulator. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masing-masing
faktor utama lalu lintas berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan performa
pengendara, dan interaksi faktor berpengaruh terhadap kecepatan rata-rata dan
kesalahan mengemudi..
Latar Belakang
Jumlah peningkatan kendaraan Sepeda Motor Indonesia (AISI)
bermotor telah berlangsung sejak tahun menunjukkan jumlah populasi kendaraan
1986. Hasil penelitian yang dilakukan oleh bermotor yang meliputi mobil pribadi,
WardAuto (2011), sampai pada tahun 2010 pickup, truk, bus, serta sepeda motor di
jumlah kendaraan bermotor dunia telah Indonesia hingga 2010 lalu mencapai
mencapai 1,015 miliar unit. Data dari 50.824.128 unit. Dari total keseluruhan
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor jumlah kendaran bermotor yang terdapat di
Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Indonesia, sekitar 60-6persen adalah sepeda
285
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
motor atau dengan kata lain jumlah yang dapat diterapkan pada studi performa
kendaraan roda empat atau lebih hanya pengemudi dengan cara melakukan uji
mencapai sekitar 23-24 juta unit, sedangkan pengukuran performa pengemudi
sisanya adalah sepeda motor. menggunakan driving simulator (de Winter,
Leuween, & Happee, 2010).Metode ini
Indonesia sebagai salah satu negara
dilakukan dengan cara mengukur performa
dengan kepadatan penduduk terbesar di
pengemudi mobil melalui pengukuran
Asia Tenggara juga menempati urutan
dengan parameter kecepatan rata-rata,
pertama negara dengan jumlah kendaraan
tingkat kesalahan, dan respon pengereman
bermotor terbesar di Asia Tenggara. Salah
(Chakrabartya & Guptab, 2013). Metode ini
satu dampak dari meningkatnya jumlah
digunakan untuk membandingkan performa
kendaraan bermotor adalah grafik tingkat
pengemudi pada saat keadaan cuaca cerah
kecelakaan lalu lintas yang terus
dan hujan, dan mencari signifikansi faktor
meningkatsetiap tahunnya. Berdasarkan
cuaca terhadap masing-masing parameter
jenis kendaraan bermotor yang terlibat
performa pengemudi.
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2008-
2009, persentase terbanyak dipegang oleh Metode Penelitian
sepeda motor (67-68%) yang telah menelan
Penelitian ini menggunakan
korban jiwa hingga 18 ribu nyawa
DrivingSimulator yang terdiri dari
(Kemenkes RI, 2011).
perangkat lunak City Car Driving dan alat
Dalam dua tahun terakhir ini, setir Logitech G27, sepertiyang dapat
kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh dilihat pada Gambar 1. Kedua alat ini
Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2004) digunakan sebagai alat peraga untuk
dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, melakukan uji performa pengemudi mobil.
di bawah penyakit jantung koroner dan
Tuberculosis (TBC). Data WHO pada tahun
2011 menyebutkan, sebanyak 67 persen
korban kecelakaan lalu lintas berada pada
usia produktif, yakni 22-50 tahun.Secara
umum kecelakaan lalu lintas yang terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
faktor manusia, kendaraan, jalan dan
lingkungan (Direktorat Polda Lalu Lintas
Gambar 1. Driving Simulator
Metro Jaya, 2011). Dari berbagai faktor
yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas (a) City Car Driving Software, (b)
tersebut, faktor yang mempengaruhi Logitech Driving Wheel G2
performa pengemudi mobil penumpang
pada negara tropis adalah keadaan cuaca,
yang merupakan salah satu dari faktor
lingkungan (Chakrabartya dan Guptab,
2013).
Secara garis besar, metode-
metode pengukuran kelelahan, khususnya
285
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
MB F
Pengaturan mobil pada perangkat
lunak menggunakan mobil penumpang
transmisi manual dan posisi kemudi berada RA F
pada sisi kanan mobil. Pemilihan ini
dilakukan sesuai dengan mayoritas
penggunaan mobil penumpang yang MT F
dikemudikan di Indonesia.
Responden penelitian terdiri dari 10
orang, yang terdiri dari 5 pria dan 5 wanita
yang semuanya adalah mahasiswa TI UI Pemilihan kriteria responden didasarkan
yang merepresentasikan keadaan pada kepemilikan SIM A dan kemampuan
pengemudi mobil di jalanan sebenarnya. mengendarai mobil manual dalam
Data pribadi responden dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari.
Tabel 1.
Terdapat tiga faktor yang akan diuji
dalam penelitian ini sebagai variabel
Tabel 1. Data Responden
independen, yaitu kategori cuaca (cerah dan
Jenis Kelamin hujan), kepadatan jalan (padat 70% dan
lancar 30%), dan jenis kelamin pengemudi
Nama
(laki-laki dan perempuan). Dari ketiga
AK M variabel independen ini, digunakan empat
kombinasi yang akan diujikan dalam dua
jenis kelamin pengemudi yang masing-
DGN M masing terdiri dari 5 responden.
OS F
286
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Cuaca
Kata cuaca, secara etimologis,
Kajian Pustaka
berasal dari bahasa Jerman weder, yang
Ergonomi berarti keadaan atmosfir pada saat tertentu
di suatu wilayah yang relatif sempit, dengan
Kata Ergonomi berasal dari
standar keadaan tertentu, apakah sedang
bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti
panas atau dingin, kering atau basah, tenang
kerja dan nomos yang berarti hukum.
atau bergemuruh badai, ataupun cerah dan
Ergonomi sering disebut juga dengan
berawan. Sementara menurut Kamus Besar
Human Factor karena berkaitan dengan
Bahasa Indonesia (KBBI), cuaca adalah
manusia dan interaksinya. Secara umum,
keadaan udara yang dijelaskan dalam
ergonomi didefinisikan sebagai cabang
bentuk temperatur, cahaya matahari,
ilmu yang statis untuk memanfatkan
kelembapan, kecepatan angin, dan
informasi-informasi mengenal sifat,
sebagainya.
kemampuan, dan keterbatasan manusia
dalam merancang suatu sistem kerja Cuaca sendiri biasa diklasifikasikan
sehingga orang dapat hidup dan bekerja menjadi beberapa keadaan umum yang
pada sistem itu dengan baik , yaitu sering terjadi, seperti cerah, hujan, badai,
mencapai tujuan yang diinginkan melalui bersalju, dan beberapa keadaan lainnya.
pekerjaan itu, dengan efektif sehat, Cuaca juga dipengaruhi oleh iklim di
nyaman, dan efisien.Ergonomi lahir daerah tersebut. Indonesia sendiri berada di
sekitar perang dunia ke II, tepatnya pada 6o lintang utara sampai 11o lintang selatan.
tahun 1949. Letak ini menunjukkan bahwa Indonesia
terletak di dekat garis khatulistiwa dan
287
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
beriklim tropis. Selain dari faktor letak, berkendara, maka perilaku berkendara
iklim di Indonesia dipengaruhi oleh angin merupakan reaksi, kecenderungan, atau
muson barat dan timur. Dari bulan berbagai kegiatan yang dilakukan
November hingga Mei, angin bertiup dari seseorang ketika sedang berkendara.
arah utara dan barat laut membawa banyak Dalam hubungannya dengan faktor
uap air dan hujan di kawasan Indonesia. manusia, perilaku berkendara dapat
Dari Bulan Juni hingga Oktober angin mencerminkan kemampuan dan gaya
bertiup dari selatan dan tenggara dan (style) seseorang dalam berkendara (Lei,
bersifat kering, sehingga menimbulkan efek 2009). Sementara dalam definisi secara
musim panas di Indonesia. Dari keadaan hukum perilaku berkendara juga dapat
ini, dapat disimpulkan bahwa pada menjadi tolak ukur karena tingkat
umumnya musim di Indonesia terdiri dari kesadaran hokum masyarakat pemakai
musim hujan dan musim panas, dengan jalan dapat diukur dari kemampuan dan
cuaca yang bervariasi dari keadaan cerah daya serap tiap individu dan bagaimana
dan hujan (BMG, 2013). penerapannya di jalan raya (Naning,
1982).
Cuaca juga menjadi pengaruh
dalam aktivitas manusia sehari-hari. Cuaca Perilaku berkendara seseorang
mempengaruhi suhu, intensitas cahaya, dapat dikatakan baik jika memenuhi
jarak pandang, dan faktor-faktor lain yang beberapa persyaratan. Menurut Bintarto
menyebabkan perubahan kemampuan Agung, Presiden Direktur Indonesia
kognitif manusia dalam aktivitas sehari- Defensive Driving Center (IDDC),
hari. Dalam penelitian ini, akan dibahas pengemudi yang baik harus memenuhi 4
pengaruh keadaan cuaca terhadap syarat sebagai berikut:
kemampuan kognitif dan perilaku manusia
1. Alertness
dalam aktivitas berkendara.
(Kewaspadaan)Kewaspadaan
merupakan bagaimana
pengemudi mampu
Perilaku dan Performa Pengendara
mengemudikan mobil dan dapat
Berdasarkan KBBI, perilaku adalah keluar dari kondisi bahaya yang
anggapan atau reaksi individu terhadap dihadapi. Situasi seperti
rangsangan atau lingkungan. Sementara tergelincir, atau menghindari
menurut Natawidjaja (1978), definisi jalan berbatu terjal memerlukan
perilaku adalah pernyataan kegiatan teknik atau gerakan mengemudi
yang dapat diamati oleh orang lain dan yang khusus yangbukan
merupakan hasil perpaduan dari merupakan bagian yang
pemahaman pengaruh-pengaruh luar dan dipersyaratkan untuk
pengaruh dalam. Selain itu, Kartono mendapatkan surat izin
(1984) menjelaskan bahwa perilaku mengemudi (SIM).
tidak hanya terkait moralitas saja, namun
juga membahas macam-macam fungsi se
2. Awareness (Kesadaran)
perti melihat, mendengar, mengingat,
Kesadaran merupakan salah satu
berpikir, pengenalan kembali, dan
aspek yang harus dimiliki
penampilan emosi. Jika dikaitkan dengan
288
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
291
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
292
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
293
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
294
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
296
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kontak dengan kendaraan lain atau objek penumpang, dengan terjadinya turunnya
tertentu yang ada di depannya. kecepatan rata-rata, naiknya tingkat
kejadian kesalahan mengemudi, dan
Pada faktor independen jenis
naiknya tingkat kejadian respon
kelamin, rata-rata data respon pengereman
pengereman pada saat keadaan hujan
untuk pengemudi pria lebih tinggi
dibandingkan dengan pada saat cerah.
dibandingkan dengan rata-rata data respon
pengereman untuk pengemudi wanita Faktor lingkungan lain yang
karena pada pengemudi pria kecepatan berpengaruh selain cuaca adalah
mengemudi bersifat lebih fluktuatif. Karena kepadatan jalanan. Hasil yang didapatkan
pengemudi pria lebih sering meningkatkan dari penelitian ini adalah faktor
kecepatan pada saat mengemudi, sesuai kepadatan jalanan juga bersifat
dengan kondisi jalanan pengemudi harus signifikan terhadap perilaku dan
melakukan pengereman dan pengereman performa pengemudi mobil penumpang,
akan dilakukan lebih sering dibanding dengan terjadinya turunnya kecepatan
dengan pengemudi wanita (Massie dan rata-rata, naiknya tingkat kejadian
Campbell, 1993). kesalahan mengemudi, dan naiknya
tingkat kejadian respon pengereman pada
Untuk hubungan variabel
saat keadaan kepadatan jalanan yang
independen sesuai dengan pengolahan data
padat (tinggi) dibandingkan dengan
sebelumnya, tidak ada interaksi independen
keadaan kepadatan jalanan yang sepi
variabel yang signifikan sehingga
(rendah).
pengolahan data yang dianalisis hanya
variabel independen yang tidak Selain kepadatan jalanan, faktor
berinteraksi. yang dikaitkan dengan cuaca dalam
keadaan jalanan adalah jenis kelamin
pengemudi mobil penumpang. Hasil
Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini
adalah adanya perbedaan perilaku dan
Penelitian ini dilakukan dengan
performa pengemudi pada pengemudi
tujuan untuk mengetahui signifikansi faktor
pria dan pengemudi wanita. Pengemudi
cuaca terhadap perilaku pengemudi mobil
pria mempunyai kecepatan rata-rata,
penumpang. Faktor cuaca direpresentasikan
tingkat kejadian kesalahan mengemudi,
sebagai faktor lingkungan di jalanan, dan
dan tingkat kejadian respon pengereman
juga terdapat faktorkepadatan jalanan dan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
faktor jenis kelamin pengemudi. Perilaku
pengemudi wanita. Faktor jenis kelamin
pengemudi mobil penumpang
pengemudi berinteraksi dengan cuaca
direpresentasikan sebagai performa dan
dalam pengaruhnya terhadap tingkat
perilaku pengemudi yang terdiri dari
kesalahan pengemudi, dimana kombinasi
kecepatan rata-rata, kesalahan mengemudi,
yang paling beresiko menyebabkan
dan respon pengereman.
kecelakaan lalu lintas adalah mengemudi
Hasil yang didapatkan dari dalam keadaan hujan pada pengemudi
penelitian ini adalah faktor cuaca pria. Faktor jenis kelamin juga
berpengaruh signifikan terhadap perilaku mempunyai interaksi dengan faktor
dan performa pengemudi mobil kepadatan jalanan, dimana kombinasi
299
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
300
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Effects of Simulated Fog and Lee, B., Lee, Y., Kim, H., Lee, S., Kim,
Motion on Simulator Sickness J. (2014). Driver’s Distraction
in a Driving Simulator and The and Understandability (EOU)
Duration of After-Effects. Change due to the Level of
Applied Ergonomics 45, 406 - Abstractness and Modality of
412. GPS Navigation Information
during Driving.
Haditia, I. P. (2012). Analisis Pengaruh
ProceduaComputer Science 39.
Suhu Tinggi Lingkungan dan
115–122.
Beban Kerja Terhadap
Konsentrasi Pekerja. Depok, Li, X., Yan, X., Wong, S.C. (2014).
Indonesia: Teknik Industri, Effects of fog, driver
Fakultas Teknik, Universitas experience and gender on
Indonesia. driving behaviour on S-curved
road segments. Accidents
Institute For Road Safety Research.
Analysis andPrevention 77,
(2012). TheInfluence of
91–104.
Weather on Road Safety.
Amsterdam, Netherlands : Meuleners, L., Fraser, M. (2014). A
SWOV. validation study of driving
errors using a driving
Jung, S., Jang, K., Yoon, Y., Kang, S.
simulator. Transportation
(2014). Contributing factors to
ResearchPart F 29. 14–21.
vehicle to vehicle crash
frequency and severity under Montgomery, D.C. (2009). Design and
rainfall. Journal of Analysisof Experiment 7th
SafetyResearch 50, 1 - 10. Edition. New York,U.S.: John
Wiley and Sons, INC.
Konstantopoulos, P., Chapman, P.,
Crundall, D. (2009). Driver’s Setiawan, E. (2014). Kamus Besar
visual attention as a function of BahasaIndonesia. Diakses
driving experience and April- Juni 2015,dari Kamus
visibility. Using a driving Besar Bahasa Indonesia
simulator to explore driver’s website: http:// kbbi.web.id/
eye movement in a day, night,
WHO. (2015). World Health
and rain driving.
Organization. Diakses 5
AccidentAnalysis and
Februari, 2015, dari World
Prevention 42, 827-834
Health Organization website:
http:// apps.who.int/
301
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Susy Purnawati
Dept.of Physiology School of Medicine Udayana University
Jalan P.B.Sudirman Denpasar Bali
Abstract
Anilin masih sangat dibutuhkan dalam industri saat ini. Penggunaannya yang luas
berisiko terhadap kesehatan pekerja bila tidak diantisipasi secara dini. Pekerja-pekerja
pada industri isosianat, bahan pewarna, bahan kimia, cat, vernis dan vulkanisir
mempunyai risiko terpajan anilin. Methemoglobinemia akut merupakan efek akibat
intoksikasi bahan ini yang menunjukkan beberapa gejala akibat hipoksia jaringan. Kadar
p-aminofenol urin juga merupakan parameter monitoring biologi terhadap pajanan.
Penilaian pajanan di lingkungan kerja dengan pengukuran kadar uap anilin dalam ruang
kerja, biasanya lebih disukai dengan sampel perorangan dan dipilih metode analisis
kromatografi gas.
Kata kunci: anilin, methemiglobinemia, p-aminofeno
302
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
lewat inhalasi, ingesti serta kontak lewat pencernaan. Absorpsi uap secara lambat
kulit1. NIOH (National Institute of melalui kulit juga mungkin terjadi karena
Occupational Health) Poison Information hampir semua amina aromatik bersifat
Centre India melaporkan bahwa larut dalam lemak. Anilin cair mudah
terjadinya akut methemoglobinemia diabsorpsi melalui kulit utuh, seringkali
tersering akibat intoksikasi turunan anilin dari pakaian, sarung tangan dan sepatu
selain nitrit (akibat pajanan di tempat yang tercemar. Absorpsi akan meningkat
kerja)2. sesuai dengan peningkatan konsentrasi
Dengan melihat kecenderungan bahan. Pada studi binatang, kadar puncak
kebutuhan bahan ini dalam dunia industri aniline dalam plasma 0.5, 1.0, 2.0 jam
semakin meningkat, tentunya diperlukan setelah ingesti 10, 30 dan 100 mg/kg
perhatian yang serius terhadap dampak 14[C]-aniline hidroklorida3,4,19,21,22.
anilin terhadap kesehatan pekerja serta
2 Distribusi
teknik-teknik pengendaliannya.
Distribusi bahan 14[C]-anilin
pada binatang coba setelah ingesti,
Kajian Pustaka tertinggi pada ginjal, hati, paru, jantung,
Pekerjaan yang melibatkan paparan lien dan otak, meskipun juga sebagian
terhadap anilin ada hamper di seluruh jaringan tubuh
binatang coba yang diperiksa3,4,19,21,22.
Sejalan dengan penggunaan anilin
3 Biotransformasi
yang banyak dipakai pada industri-
industri yaitu sebagai akselerator dan Sekitar 15-60% anilin yang
antioksidan pada industri karet, bahan diabsorpsi dioksidasi menjadi p-
pewarna, karet dan paling banyak aminofenol, yang kemudian diskskresi
digunakan dalam produksi p,p’- dalam urin sebagai konjugat glukuronida
methylenebisphenyldiisocyanate (MDI), dan sulfat. Metabolit perantara, fenil
bahan-bahan farmasi, reagan dalam hidroksilamin, tampaknya bertanggung
laboratorium, bahan intermediet jawab atas beberapa efek toksik anilin
pembuatan herbisida dan pestisida yaitu methemoglobinemia (yang
lainnya terutama fungisida, bahan kimia merupakan efek yang paling sering
dalam fotografi, resin, vernis, parfum, dihubungkan dengan pajanan anilin
semir sepatu, cat, tinta, sebagai pelarut maupun turunan bahan ini) 3,4,19,21,22.
dan dipakai pada industri vulkanisir,
4 Ekskresi
maka para pekerja di industri urethane,
Anilin tidak ditemukan dalam
industri karet, laboratorium kimia,
udara ekspirasi. Kurang dari 1% dari
pembuat zat warna dan tukang vulkanisir
dosis yang diabsorpsi, diekskresi tanpa
mempunyai risiko terbesar terpapar oleh
diubah dalam urin. Pada para pekerja
bahan ini 3,4,5.
yang terpapar, kadar p-aminofenol urin
Toksikokinetik anilin tampaknya terkait langsung dengan kadar
methemoglobin darah3,4,19,21,22.
1 Absorpsi
Anilin terutama diabsorpsi
Penilaian paparan
melalui paru-paru dan saluran
303
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
70%) dan tingkat letal diperkirakan pada dapat terjadi anemia hemolitik (ACGIH,
85-90 g / 100 g hemoglobin, sedangklan 1991).
dosis letal pada ingesti antara 15-30 g
Pembahasan
anilin dan kematian terjadi bila menelan
Paparan beberapa jam terhadap
sedikitnya 1 g anilin. Kadar puncak
uap anilin sekitar 25-200 mg / m3
tertinggi methemoglobin dapat dilihat
menyebabkan gejala-gejala ringan.
setelah 1-2 jam setelah ingesti. Inklusi
Paparan terhadap kadar di atas 400-600
eritrosit (jisim Heinz) timbul pada
mg / m3 selama satu jam menyebabkan
keracunan serius, tetapi hemolisis jarang
methemoglobinemia yang serius.
terjadi. Pada level methemoglobinemia
Absorpsi kulit terhadap cairan ini dan
lebih dari 50%, adanya hipoksia jaringan
kemungkinan absorpsi uapnya tidak
dapat berakibat asidosis metabolik
boleh diabaikan.
sehingga memperburuk gambaran klinis
Pengamatan NIOH Poison Centre
(ACGIH, 1991). Terjadi cirrhosis dan
India terhadap kasus-kasus
atrofi pada hati dilaporkan pada satu
methemoglobinemia akut selama 6 tahun
kasus yang fatal akibat keracunan akut
(periode tahun 1993-1999) terdapat 30
bahan ini 11. Penderita dengan riwayat
kasus dari 16 kecelakaan termasuk yang
gangguan kesehatan lainnya seperti
melibatkan lebih dari satu orang (pabrik
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
“fertilizer”, pewarna, kimia dan plastik),
Disease), anemia dan penyakit arteri
rata-rata umur 18-30 tahun. Dari 30 kasus
koroner lebih sensitive untuk timbulnya
di atas, 25 kasus (83,3%) akibat
gejala walaupun pada kadar
terpajanan di tempat kerja dan bahan
methemoglobinemia yang lebih rendah.
kimia yang paling kuat diduga sebagai
Anilin cair menyebabkan iritasi ringan
penyebabnya adalah sesuai dengan
pada mata.
“aromatic nitro-amino-compounds”
ACGIH, 1991.
2 Keracunan kronik Efek karsinogenik akibat anilin
tidak ada konsistensi data dan masih
Diduga ada kerusakan hati, ginjal
diperlukan penelitian lebih lanjut 6,7,8,9,18,
dan efek-efek serebral dari paparan
(ACGIH, 1991) 20,23. Insidens tumor
berulang terhadap anilin. Peningkatan
kandung kemih dilaporkan terjadi di
methemoglobin dan penurunan
Inggris pada pekerja yang terpajan bahan
hemoglobin dan factor-faktor pembekuan
kimia pewarna yang mengandung aniline
darah dilaporkan dari studi-studi pada
dan aromatic amin lainnya. Belum ada
pekerja yang terpapar anilin sebesar 1.3 -
bukti yang adekuat efek pajanan tunggal
2.75 mg/m3 (0.19 - 0.39 mg/kg/hari)
anilin menyebabkan tumor kandung
selama 3-5 tahun jika dibandingkan
kemih.
dengan pekerja yang tidak terpapar. Efek
Singkirkan sebab-sebab lain
hematologis dalam pajanan jangka
sianosis seperti hipoksia akibat penyakit
panjang perlu penelitian lebih lanjut
kardiopulmonar. Dalam menilai
karena methemoglobin dapat
signifikansi kadar p-aminofenol dalam
menginduksi dan diduga mengakibatkan
kemih, pastikan bahwa hal ini tidak
denaturasi hemoglobin dan akhirnya
disebabkan overdosis nitrit, asetanilida,
305
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Penggunaan gadget sudah tidak lagi mengenal usia, mulai dari orang dewasa
sampai anak-anak. Anak-anak usia remaja biasanya lebih banyak menggunakan gadget
untuk bermain, di mana bisa memakan waktu sampai berjam-jam. Padahal penggunaan
gadget yang berlebihan dapat berdampak pada aktivitas anak pada usia remaja dan
gangguan kesehatan. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi adalah
melemahnya kekuatan genggaman tangan akibat penggunaan gadget yang berlebihan.
Jika kekuatan genggaman semakin lemah, maka dapat mengganggu penggunaan kerja
tangan untuk memegang alat tulis atau alat lain yang diperlukan untuk mendukung
aktivitas utamanya sebagai seorang pelajar, yaitu belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama penggunaan gadget terhadap kekuatan genggaman tangan
siswa. Percobaan dilakukan dengan metode Randomized Complete Block Design (RCBD),
di mana lama waktu penggunaan gadget sebagai faktor dan responden menjadi faktor
yang diblok. Responden adalah 30 orang siswi SMP Kristen Petra 5 dan SMPK St.
Carolus Surabaya. Jenis gadget yang digunakan adalah iPad 2dengan lama penggunaan
gadget selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lama waktu penggunaan gadget mempengaruhi kekuatan genggaman tangan. Semakin
lama waktu responden menggunakan gadget, maka kekuatan tangan responden semakin
melemah.
309
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
311
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
312
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
http://bone.co.id/2011/02/17/dequervains-
stenosing-tenosynovitis
Kadek Rendra Prastia1), Ni Nengah Ariati, SST.,M.Erg2), Ida Ayu Eka Padmiari,
SKM,.M.Kes3) , Ni Made Dewantari, SKM.M.For4),
1)
AlumniJurusan Gizi Poltekkes Denpasar
2)
Mahasiswa Prodi S-3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana
3,4)
Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar
Abstrak
Dalam setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja. Salah satu cara untuk mengurangi bahaya yang ada pada setiap bagian
pekerjaan adalah dengan memberikan perlindungan kepada pekerja berupa Alat
Pelindung Diri (APD). Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Tingkat II Udayana, diketahui bahwa pemakaian APD tenaga kerja pramusaji dan
tukang masak di bagian gizi masih belum lengkap atau belum sesuai dengan ketentuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan praktek
penggunaan APD pada pegawai Instalasi Gizi di Rumah Sakit Tingkat II Udayana
Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilaksanakan pada
bulan Juni 2016 melibatkan 25 orang sampel yang terdiri dari ahli gizi, juru masak dan
pramusaji. Pengukuran terhadap pengetahuan dilakukan dengan memberikan kuesioner
dan praktek penggunaan APD diukur dengan menggunakan form check list. Hasil
penelitian menunjukan tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan APD adalah
sebagian besar sampel (88%) dengan tingkat pengetahuan penggunaan APD Baik, dan
sisanya 12% dengan tingkat pengetahuan cukup. Pengamatan selama 7 hari berturut turut
didapatkan sebagian besar sampel (80%) tidak lengkap menggunakan APD dan sisanya
20% menggunakan APD dengan lengkap. Disarankan supaya dilaksanakan pelatihan
ataupun penyuluhan kepada para pegawai akan pentingnya penggunaan APD serta,
diharapkan ada pemantauan terhadap penggunaan APD dalam meningkatkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
313
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
314
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
315
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Tidak
Lengkap Jumlah
No Penggunaan APD Lengkap
n % n % n %
1 Ahli Gizi 2 100 0 0 2 100
2 Juru Masak 3 50 3 50 6 100
3 Pramusaji 0 0 17 100 17 100
Tabel 3
Sebaran keterkaitan tingkat pengetahuan penggunaan APD
dengan praktek penggunaan APD
316
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Penggunaan APD
Jumlah
No Tingkat Pengetahuan Lengkap Tidak Lengkap
n % n % n %
1 Baik 5 23 17 77 22 100
2 Cukup 0 0 3 100 3 100
3 Kurang 0 0 0 0 0 0
Dampak yang dapat ditimbulkan Perilaku yang didasari pengetahuan yang
ketika tidak menggunakan APD dengan baik lebih langgeng dari perilaku yang
lengkap akan meningkatkan resiko tidak didasari pengetahuan.
terjadinya bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja. Hal ini terjadi karena
penggunaan APD merupakakn upaya
terakhir dalam rangkaian pemberian Simpulan
perlindungan tenaga kerja terhadap 1. Dari 25 sampel yang diamati, terdapat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 22 sampel (88%) dengan tingkat
apabila upaya rekayasa dan cara kerja pengetahuan baik dan 3 sampel (12%)
yang aman maksimum dilakukan. dengan tingkat pengetahuan cukup.
Dampak yang dapat ditimbulkan 2. Hasil pengamatan terhadap praktek
bila tidak menggunakan APD seperti penggunaan APD tujuh hari berturut-
apabila tidak menggunakan penutup turut didapatkan Ahli Gizi lengkap
kepala maka rambut dapat jatuh ke dalam
setiap hari menggunakan APD, 50%
makanan yang akan menimbulkan
juru masak tidak lengkap
kontaminasi pada makanan tersebut,
menggunakan APD, dan 100%
meggunakan sepatu yang tidak sesuai
atau licin saat digunakan maka dapat pramusaji tidak lengkap
menimbulkan bahaya tergelincir saat menggunakan APD.
bekerja. 3. Pegawai dengan tingkat pengetahuan
Dalam penelitian ini yang baik tentang penggunaan APD
menunjukkan kecenderungan semakin tidak seluruhnya menggunakan APD
tinggi tingkat pengetahuan, maka dengan lengkap setiap hari.
semakin baik tingkat kepatuhannya,
terlihat dari semua Ahli Gizi selalu
Daftar Pustaka
menggunakan APD saat bekerja dalam
BPS. 2014, Tenaga kerja. (online). (cited.
pengamatan selama tujuh hari berturut-
2016Maret 15). Available at.
turut. Hal ini sesuai dengan teori yang https://antaranews.com/berita/43268
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) 5/bps-jumlah-penduduk-bekerja-
yang mengatakan pengetahuan atau capai-1182-juta(15/11/2015)
kognitif merupakan domain yang sangat Harwanti N. 2009. Pemakaian Alat
penting dalam membentuk tindakan Pelindung Diri Dalam Memberikan
seseorang (overt behavior). Hal ini juga Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di
didukung oleh Niven (2002) bahwa Instalasi Rawat Inap I Rsup Dr.
kepatuhan merupakan unsur perilaku Sardjito Yogyakarta; skripsi,
kesehatan. Perilaku kesehatan adalah Universitas Sebelas Maret Surakarta
suatu aktivitas yang dilakukan oleh 2009.
individu yang meyakini dirinya sehat Notoatmodjo S. 2010, Ilmu Prilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
untuk tujuan mencegah penyakit.
317
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
318
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
Abstrak
negara maju, K3 bahkan sudah menjadi kepada UKM, sebagian besar UKM
salah satu persyaratan atau kebutuhan masih mengalami beberapa kesulitan
dunia usaha yang telah diatur dalam suatu dalam meningkatkan produktivitas
regulasi pemerintah dan bersifat wajib mereka yang pada akhirnya
dan mengikat. Di Indonesia sendiri mempengaruhi kemampuan mereka
peraturan pemerintah telah ditetapkan untuk membayar pinjaman mereka.
untuk penerapan K3 dalam dunia usaha. Terkait dengan hal tersebut maka
Namun sayangnya penerapannya lebih diperlukan suatu upaya untuk membantu
banyak diaplikasikan dan difokuskan UKM dalam memperbaiki kondisi
untuk perusahaan menengah keatas, kerjanya dalam rangka meningkatkan
sementara untuk UKM masih belum produktifitasnya. Penerapan K3
diaplikasikan dengan baik. dipercaya dapat meningkatkan keamanan
Terkait dengan kondisi kerja UKM, dan kenyamanan di lingkungan kerja,
terdapat beberapa hal yang menjadi yang pada akhirnya dapat membantu
perhatian beberapa pihak: UKM dalam memperbaiki kondisi
1. Kondisi kerja of UKM di Indonesia, kerjanya, meningkatkan produktifitas
khususnya di Jawa Timur, masih jauh untuk mendorong bisnis dan kinerja
dari pekerjaan yang layak yang ideal. keuangannya.
Ada banyak kegiatan yang dilakukan Perbaikan kondisi kerja UKM telah
tanpa mempertimbangkan aspek banyak dilakukan oleh berbagai pihak.
keselamatan dan kesehatan. Sebagai Namun upayakan perbaikan yang
contoh, adalah sangat umum untuk melibatkan institusi keuangan belum
menemukan pekerja melakukan banyak dilakukan. Untuk itu atas inisiasi
pekerjaan mereka dalam kondisi kerja ILO bekerja sama pihak perguruan tinggi
yang berbahaya. Juga, pekerja dan lembaga keuangan dilakukan suatu
biasanya bekerja dalam kondisi kerja penelitian terkait upaya perbaikan kondisi
yang tidak nyaman, seperti, ruang kerja UKM. Kegiatan penelitian ini
kerja yang buruk, tidak ergonomis terdiri dari beberapa tahapan. Salah
bekerja alat/peralatan dan satunya adalah kegiatan pelatihan UKM.
pencahayaan yang tidak cukup untuk Paper ini khusus untuk memaparkan
periode waktu yang panjang (Gambar kegiatan ini. Tujuan umum dari kegiatan
1). Hal ini dapat meningkatkan ini adalah untuk mempromosikan prinsip
kecelakaan kerja atau masalah K3, untuk meningkatkan kesadaran
kesehatan yang akan berdampak tentang isu-isu K3, dan untuk mendidik
negatif terhadap produktivitas UKM UKM tentang prinsip prinsip dasar K3
dan kesehatan pekerja. Pendidikan yang memungkinkan mereka untuk
yang rendah, rendahnya kesadaran memperbaiki praktek kerja mereka saat
keselamatan kerja, tidak tersedianya ini.
dana yang cukup, dan manajemen Manfaat diperoleh dari kegiatan ini
keselamatan yang buruk adalah diharapkan pertama, dapat meningkatkan
beberapa faktor yang berkontribusi kesadaran UKM khususnya klien institusi
terhadap kondisi kerja yang tidak perbankan akan pentingnya K3 bagi
aman dan tidak efektif ini. usaha mereka. Kedua, untuk
2. UKM di Jawa Timur masih memiliki meningkatkan kondisi kerja klien yang
masalah keuangan. memungkinkan mereka untuk
Ketidaktersediaanya dana meningkatkan produktivitas mereka
mempengaruhi kurangnya perhatian proses/efisiensi hanya dengan
UKM pada masalah K3.Terlepas dari meningkatkan beberapa produksi mereka
kenyataan bahwa dukungan keuangan atau kondisi kerja. Manfaat tambahan
dan non-keuangan telah diberikan
320
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
321
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
322
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
323
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
Abstrak
Penuaan penduduk menjadi salah satu isu yang dihadapi oleh banyak Negara di
dunia saat ini, tak terkecuali Indonesia. Besarnya jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia pada masa mendatang dapat membawa dampak positif maupun negatif.
Kehadiran lanjut usia dapat berdampak positif apabila lanjut usia berada dalam keadaan
sehat, aktif, dan produktif. Secara fisiologis tubuh Lansia secara progresif mengalami
kemunduran, sehingga memerlukan perhatian pada waktu melakukan aktivitas. Penyakit
tidak menular atau non-communicable diseases (NCDs) dilaporkan sering terjadi pada
lanjut usia. Penyakit-penyakit tersebut semakin sering terjadi seiring dengan
meningkatnya usia seperti hipertensi. Dengan intervensi ergonomic Lansia dengan
penyediaan fasilitas yang sesuai dengan antropometri Lansia, memberi kemandirian dan
keamanan disaat Lansia beraktivitas sesuai dengan hasil peningkatan self care dengan
skor 9,14dan keamanan meningkat 98,4%,diperoleh hasil signifikan P<0,005.
324
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
Secara fisiologi dan anatomi dengan berbanding langsung dengan umur sampai
bertambahnya usia setiap individu akan batas tertentu, dan mencapaipuncaknya
disertai dengan penurunan fisik secara pada usia 25 tahun. Secara fisiologis umur
progresif (Manuaba, 2014), bahwa makin 25-60 tahun terdapat penurunan kekuatan
lanjut usia seseorang maka kemungkinan otot sebanyak 25% dan kemampuan
terjadinya penurunan anatomik dan sensoris motoris menurun 60%. Akan
fungsional pada organ-organ tubuh makin tetapi bila kapasitas seseorang ada batasnya
besar. Pada orang tua banyak ditemukan sesuai dengan umur (Sutjana, 2008) bukan
limitasi pada dirinya, oleh karenanya berarti bahwa nilainya tidak bisa
seorang ergonom harus memperhitungkan ditingkatkan akan tetapi yang penting
rancangannya untuk kelompok lanjut usia, mengetahui kapan kesempatan terbaik
sebagai upaya preventif terhadap terjadinya untuk melakukannya sehingga diperoleh
penyakit tidak menular misalnya karena jatuh hasil yang paling maksimal yang disebut
akibat beraktivitas dapat di cegah walaupun dengan faktor kebolehan. Pada upaya
usianya bertambah.
pemberian latihan dan pemberian gizi yang
lebih baik, tidak hanya akan meningkatkan
Metode Penelitian / Kajian Pustaka kapasitas tetapi juga dapat mempertahankan
Metode yang digunakan adalah kapasitas puncak sampai 20 tahun (Sutjana,
penelitian eksperimental, yang dilakukan 2008; Reenan et al., 2009).
pada subjek lanjut usia yang berdomisili di
Pantijompo Provinsi Bali. Pembahasan
1. Kondisi Lansia 1. Umur
Banyak lanjut usia di Indonesia Rerata umur subjek dalam penelitian
mengalami kondisi kesehatan yang kurang ini adalah 79,8 ± 6,4 tahun, hal ini
baik. Sebagai gambaran, Sensus Penduduk menunjukkan subjek berada dalam usia
2010 memperlihatkan berbagai kesulitan yang sudah lanjut. Pernyataan usia lanjut
yang dialami oleh penduduk lanjut usia di pada penelitian ini ditujukan bagi orang
Indonesia: 17,57% lanjut usia mengalami yang telah mencapai usia 60 tahun atau
gangguan kesehatan; 12,77% lanjut usia lebih. usia dengan kemungkinan terjadinya
mengalami gangguan pendengaran; 12,51% penurunan anatomik atas organ-organ
lanjut usia tidak dapat berjalan; 9,39% fisiologis sehingga terjadi kemunduran
lanjut usia tidak bisa mengingat, kemampuan, kapasitas dan kapabilitas.
berkonsentrasi, atau berkomunikasi; dan Dinyatakan bahwa pada umumnya
7,27% lanjut usia tidak dapat mengurus diri seseorang pada usia di atas 60 tahun,
sendiri (BPS: 2010). kapasitas fisiknya akan menurun 25% yang
ditandai dengan penurunan kekuatan otot,
2. Aspek Fisiologik akibat Menua. sedang kemampuan motorisnya turun
Kemampuan fisik optimal seseorang sebesar 60%, sehingga kapasitas fisik
dicapai pada saat usianya 25-30 tahun, dam seseorang akan berbanding lurus dengan
menurut Manuaba (2003a) bahwa kapasitas umur (Adiputra: 2003: 108-110).
fisiologi seseorang akan menurun 1% per
tahunnya setelah kondisi puncaknya 2. Self care
terlampaui. Kapasitas fisik seseorang
325
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
326
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3
327
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak
328
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
keluhan muskuloskeletal pengambil foto. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada RS
tipe A hingga pelayanan kesehatan pratama.
330
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
331
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
lama, posisi film bertumpuk secara foto sebelum dan sesudah perbaikan desain
horisontal, pengambilan hasil dilakukan rak foto. Rerata waktu ambil sebelum
dengan cara berdiri, postur membungkuk, perbaikan yaitu 9.93 menit menjadi 3.42
mengangkat sejumlah film dilakukan menit setelah perbaikan.
penghitungan waktu ambil denan stop Perbaikan desain rak foto dan sistem
watch dan hasilnya dibandingkan dengan pengambilan foto melalui tanggal
pengambilan foto setalah perbaikan desain didapatkan penurunan waktu ambil foto
rak dan sistem pengambilan. Hasil sebesar 34.4 % diperoleh dari hasil setelah
penurunan waktu dan data pengambilan perbaikan didapatkan melalui perhitungan
foto tersaji pada tabel1 dibawah ini:
Waktu Akhir
Tabel 3. Kecepatan waktu ambil foto Rumus ∶ × 100%
Waktu Awal
Waktu Mean(mn
3,42
Ambil t) SD T P Hasil ∶ × 100% = 34,4%
9,93
Sebelum
9.93 Keluhan Muskulo Skeletal
Perbaikan 0.74 1.3 0.0
Sesudah 9 1 Hasil perhitungan keluhan muskulo
3.42
Perbaikan 0.23 skeletal didapatkan dengan kuesioner
Nordic Body Map. Hasil tersebut tersaji
Berdasarkan tabel kecepatan waktu ambil pada tabel 4 penurunan keluhan
foto, didapatkan perbedaan waktu ambil muskuloskeletal
Dari tabel 4 penurunan keluhan jika tidak diberikan solusi dengan baik dan
muskuloskeletal didapatkan penurunan pengambil foto terus menerus mendapatkan
keluhan muskuloskeletal secara signifikan keluhan tersebut, maka akan berakibat
(P <0,005). Sistem rak horisontal memiliki buruk dari sisi kesehatan pekerja.
skor 66,17, sedangkan rak vertikal adalah Cavalitsakulchai dan Shahnavas (1991)
56,20. Skor keluhan muskuloskeletal rata- mengatakan bahwa gangguan pada sistem
rata proses mencari film dengan desain rak muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher,
vertikal berkurang 33,9%. Penrunan bahu dan paha diakibatkan oleh sikap kerja
keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh yang salah seperti sikap kerja duduk atau
pengambil foto terjadi pada bahu dan berdiri. Sejalan dengan apa yang dinyatakan
pinggang, dan sakit di leher, lengan atas kiri Ruccer & Sunnel (2002) terhadap para
dan kanan, serta sakit di punggung. dokter gigi, mereka menyatakan bahwa
Perbaikan desain ini adalah usaha posisi praktek yang salah dalam bekerja
menangani keluhan-keluhan yang ada yang terlebih lagi dalam menggunakan perlatan
332
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Permennaker. 1999. Nilai Ambang Batas Soebroto, S. & Wiratno, SE. Eds.
Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. Proceedings Seminar nasional Ergonomi.
PT.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Guna Widya. Surabaya. 239 –242.
Health. London : Macmillan Academic
Professional Ltd. WHS (Workplace Health and Safety), 1993.
Noise Management at Work, Code of
Ruccer, L., Sunnel, S. 2002. Ergonomic Practice for Healthy and safeworkplaces.
Risk Factors Associated with Clinical Queensland Government, Australia
Dentistry. Journal of the CaliforniaDental
Association. Vol.30, No.2.
335
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Abstrak.
Keseimbangan panas terdiri dari heat loss dan heat production. Jika heat loss
lebih kecil dibandingkan dengan heat production, maka seseorang akan mengalami heat
stress karena panas yang diterima tubuh lebih besar dibandingkan banyaknya panas yang
dikeluarkan. Ketidakseimbangan panas pada stasiun pengeringan di PT. X merupakan
salah satu akibat dari faktor lingkungan kerja fisik termal yang bersuhu tinggi yakni
berkisar 33oC-38oC. Ketidaknyamanan yang terjadi kepada para operator akibat paparan
panas ini, pada akhirnya dapat menurunkan kinerja operator yang dapat dilihat dari
menurunnya kinerja operator, seperti jam istirahat yang seharusnya hanya sebanyak 12,5%
dari 8 jam kerja, namun pekerja melakukan idle hingga 33%. Pekerja juga tidak
mengenakan seragam kerja karena merasakan panas. Tujuan dari penelitian yang dilakukan
adalah menganalisis paparan panas yang terjadi di lantai produksi PT. X di bagian
pengeringan dalam upaya mereduksi paparan panas yang terjadi. Metode yang digunakan
untuk mengetahui besarnya ketidakseimbangan panas yang terjadi adalah Metode Indeks
Suhu Bola Basah (ISBB) dan Heat Stress Index (HSI). Sedangkan untuk mengetahui
performansi pekerja digunakan Metode Work Sampling. Hasil analisis mengenai heat
stress didapatkan bahwa indeks paparan panas yang terjadi adalah sebesar 94,86% dengan
WBGT 29,21 oC yang melebihi nilai ambang batas WBGT yakni 25,70oC. Alternatif
perbaikan dilakukan melalui pemasangan turbin ventilator yang akan menurunkan indeks
paparan panas pada stasiun pengeringan dari 94,86% menjadi 66,5%
Kata Kunci: Keseimbangan Panas, Heat Stress, Wet Bulb Globe Temperature.
(pelepasan panas) dan heat production
1. Pendahuluan (produksi panas). Panas lingkungan yang
Faktor temperatur pada suatu lingkungan semakin tinggi menyebabkan pengaruh
kerja merupakan salah satu faktor fisik yang yang semakin besar terhadap suhu tubuh,
dapat berpotensi menimbulkan gangguan sebaliknya jika suhu lingkungan semakin
kesehatan bagi pekerja, bila berada dalam rendah maka semakin banyak panas tubuh
temperatur ekstrim selama durasi waktu yang hilang [1]. Selama pertukaran antara
tertentu. Kondisi temperatur lingkungan tubuh manusia yang didapat dari
kerja ekstrim adalah kondisi panas atau metabolism dengan tekanan panas yang
dingin yang ada di luar batas kemampuan dirasakan dari lingkungan seimbang, tidak
manusia untuk dapat beradaptasi. terjadi masalah, namun jika heat loss lebih
Keseimbangan panas mencakup heat loss
336
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kecil dibandingkan dengan heat production, menetralkan suhu tubuh. Panas juga akan
maka akan terjadi heat stress karena panas berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang.
yang diterima tubuh lebih besar Efek yang terjadi terhadap adanya paparan
dibandingkan banyaknya panas yang panas yang berlebihan adalah meningkatnya
dikeluarkan. tekanan darah, keringat yang berlebihan,
Batasan kritis untuk panas menjadi dehidrasi, heat cramps, dan heat stroke [3].
penting, sebab kemampuan manusia untuk Kondisi yang sudah dijelaskan tersebut
dapat beradaptasi dengan temperatur telah mengakibatkan performansi pekerja
lingkungan sekitarnya sangat bervariasi dan yang tidak optimal. Hal ini disebabkan oleh
dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Heat kebutuhan pekerja untuk menetralkan
loss dan heat production melibatkan empat kembali suhu tubuhnya karena tidak
faktor yakni temperatur udara, kelembaban mampu berada dan bekerja dalam stasiun
relatif, kecepatan angin, dan temperatur pengeringan dalam waktu yang lama.
radiasi rata-rata serta dua faktor yang Secara rata-rata, pekerja menghabiskan
bersifat personal yakni panas metabolisme waktu sekitar 5-10 menit saat meninggalkan
karena aktivitas dan pakaian yang stasiun kerja, dan hal tersebut terjadi 8-10
digunakan. kali dalam satu hari. Kondisi tersebut
Lingkungan kerja yang panas akan terjadi secara berulang-ulang setiap hari
memberikan dampak output yang pada pekerja. Aktivitas ini merupakan
dihasilkan berkurang [2]. Kondisi ini juga kegiatan yang bersifat non produktif bagi
akan mengakibatkan pekerja mengalami perusahaan. Maka penelitan pendahuluan
heat stress dan mempengaruhi kehadiran ini mendapatkan bahwa persentase pekerja
pekerja. Masalah inilah yang terjadi pada bekerja secara produktif dalam satu shift
salah satu pabrik swasta di daerah propinsi yaitu 75% - 80% sedangkan pekerja
Sumatera Utara yang bergerak di bidang melakukan kegiatan non produktif adalah
manufaktur dalam pembuatan crumb 20 % - 25 %. Hal ini menunjukkan bahwa
rubber. Lantai produksi PT. X berupa waktu non produktif pekerja yang relatif
ruangan tertutup dan memiliki atap yang besar dibandingkan dengan waktu produktif
terbuat dari campuran logam alumunium, pekerja.
sehingga kondisi lantai produksi yang Pada penelitian pendahuluan, didapatkan
cukup panas tidak dapat dihindarkan karena bahwa rata-rata suhu yang diperoleh pada
adanya paparan panas matahari. Salah satu stasiun pengeringan adalah 35,5°C,
stasiun kerja yang memiliki kondisi panas sedangkan menurut SNI 16-7063-2004,
berlebihan adalah stasiun pengeringan. nilai ambang batas panas yang dianjurkan
Pada stasiun ini, terdapat mesin dryer yang dalam lingkungan kerja adalah 25,9 °C.
memiliki temperatur sebesar 140°C. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka
Kondisi tersebut mengakibatkan heat loss perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap
yang dialami pekerja sangat sedikit, karena kondisi stasiun pengeringan PT. X untuk
temperatur lingkungan tempat bekerja juga mencari alternatif solusi pemecahan
memiliki temperatur yang tinggi. Hal ini masalah yang terjadi tersebut. Alternatif
dapat dilihat dari kondisi pekerja yang solusi pemecahan masalah dilakukan
memiliki keringat berlebihan, tidak dengan menggunakan metoda perhitungan
menggunakan seragam pekerja, dan sering Indeks Suhu Bola Basah (Wet Bulb Globe
meninggalkan stasiun kerja untuk Temperature) dan Heat Stress Index.
337
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat udara (RH), kecepatan angin (V), Suhu
bahwa pengukuran dilakukan sekali tiap bola basah, dan suhu bola kering yang
sejam. Pengukuran dilakukan berurutan dikalkulasi dan digambarkan dalam
dimulai dari titik 1 hingga 5 pada setiap grafik.
jamnya. Pada tiap titik, dilakukan 6
pengukuran sekaligus, yakni Analisis-analisis yang dilakukan pada
pengukuran temperatur udara, pendekatan ergonomi antara lain:
kelembaban udara, kecepatan angin, a. Analisis Heat Stress Index (HSI)
temperatur basah, temperatur kering, Rumus yang digunakan dalam
dan temperatur bola. menghitung Heat Stress Index (HSI)
7. Menggambar peta paparan kebisingan :
menggunakan software Surfer 11.0
Ereq
8. Mengamati work/idle pekerja selama 8 Heat Stress Index 100%
E max
jam kerja dengan menggunakan metode
(1)
work sampling.
9. Pengumpulan data dilakukan selama 2 b. Analisis Indeks Suhu Bola Basah
hari kerja secara berturut-turut. (ISBB).
10. Analisis dengan pendekatan ergonomi Rumus yang digunakan untuk
Data digunakan antara lain kondisi menghitung ISBB adalah:
temperatur ruangan (T), kelembaban
338
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
ISBB = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Ta 11. Usulan perbaikan untuk memperbaiki
(2) kondisi saat ini
2.3. Instalasi Peralatan Pengukuran tinggi tembok 7 m. Sedangkan tinggi dari lantai
Pengukuran pada penelitian ini menggunakan ke puncak atap adalah 10 meter. Dengan
standar ASHRAE 55-2004 [5]. Kondisi fisik demikian maka volume ruangan adalah 630 m3.
bangunan stasiun dryer saat ini memiliki Titik-titik pengukuran ditunjukkan pada
ukuran panjang 15 m dan lebar 6 m dengan Gambar 2.
15 m
U
B T
Mesin dryer
S
1
2
6m
Mesin dryer
3
Mesin dryer
4 5
(0,0)
339
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
o
C dan temperatur terendah yaitu 32,6 oC.
3. Hasil dan Pembahasan Kecepatan udara rata-rata dalam ruangan yaitu
3.1. Kondisi lingkungan kerja dan persepsi 0,39 m/s dengan kelembaban udara rata-rata
paparan panas operator sebesar 59,9%. Berdasarkan hasil pengamatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh selama 2 hari, diketahui bahwa pengaruh panas
bahwa temperatur udara rata-rata dalam dari mesin dryer memiliki peranan yang besar
ruangan adalah 35,8 oC dimana standar nasional dalam meningkatkan paparan panas. Pemetaan
yang direkomendasikan adalah antara 18 oC - 30 kondisi panas pada stasiun kerja pengeringan
o
C.. Temperatur tertinggi berada pada nilai 38,2 dapat dilihat pada Gambar 3.
340
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa skala nilai yang diberikan operator, maka
temperatur tinggi terdapat pada titik 3, 4, diketahui bahwa secara rata-rata sensasi
dan 5. Sedangkan pada titik 1 dan 2 termal yang dirasakan operator berada
memiliki temperatur yang lebih rendah. dalam rentang panas. Hal tersebut
Oleh karena itu, dibutuhkan ventilasi agar membuktikan bahwa dari segi operator,
memudahkan temperatur ruangan dapat kondisi lingkungan kerja perlu diperbaiki
tersebar secara merata dan menurunkan agar operator dapat merasa nyaman pada
temperatur tinggi yang terdapat pada kondisi stasiun kerja pengeringan.
stasiun pengeringan.
Paparan panas yang dirasakan operator 3.2. Pendekatan Ergonomi
diketahui melalui penyebaran kuesioner 3.2.1. Analisis Heat Stress Index (HSI)
kondisi termal. Kuesioner ini digunakan Analisis HSI yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi psikologi berdasarkan gradien ketinggian
pribadi pekerja terkait dengan kenyamanan pengukuran. Berikut adalah hasil
termal yang dirasakan operator. Jawaban perhitungan HSI melalui proses pengolahan
yang diberikan oleh kuesioner ini data yang dapat dilihat pada Tabel 3.
dijabarkan dalam bentuk skala. Berdasarkan
Berdasarkan data pada Tabel 5.21 dapat stasiun kerja tersebut termasuk dalam
diketahui bahwa semakin tinggi gradien kategori “tekanan panas yang sangat
titik pengukuran maka semakin tinggi nilai mengganggu dan berbahaya bagi
HSI yang diperoleh. Dari data diatas dapat kesehatan”, dimana dalam kategori ini,
diliat bahwa heat stress index secara rata- kondisi panas yang dirasakan sudah akan
rata adalah 94,86%. Berdasarkan standar mengganggu kesehatan dan kenyamanan
Ken Parsons [8], hal ini menunjukkan operator.
bahwa indeks heat stress yang terjadi di
341
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Jika turbin ventilator yang digunakan saat ini adalah L-45 dengan kapasitas hisap 42,39
m3 dan waktu sirkulasi 10 menit, maka jumlah turbin yang direkomendasikan adalah:
Kapasitas Sedot x Waktu Sirkulasi
Volume Ruangan
Jumlah Turbin Ventilator =
Kapasitas Sedot x Wa ktu Sirkulasi
765 m 3
Jumlah Turbin Ventilator =
42,39 m 3 / menit 10menit
Jumlah Turbin Ventilator = 1,80 ≈ 2 buah
Perancangan turbin ventilator pada lantai harus dikeluarkan oleh perusahaan. Harga
produksi tentu memerlukan biaya yang turbin ventilator tipe L-45 dengan diameter
343
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
18” dan bahan Stainless Steel merek 3.4. Perbandingan kondisi sebelum dan
Cyclone memiliki harga Rp. 650.000. setelah perbaikan
Karena dibutuhkan 2 buah turbin, maka PT Dengan adanya pemasangan dua unit turbin
Socfin Indonesia Tanah Besih harus ventilator, maka akan terjadi penurunan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. panas dengan parameter yang ditunjukkan
1.300.000,- . pada Tabel 5.
345
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
[6] Badan Standarisasi Indonesia. 2004. and Occupational Health and Safety
SNI 16-7063-2004: Nilai Ambang Professionals. Abu Dhabi: Health
Batas Iklim Kerja (Panas), Authority.
Kebisingan, Getaran Tangan- [8] Parsons, Ken. 2004. Human Thermal
Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Environments: The Effect of Hot,
Ungu di Tempat Kerja. Indonesia. Moderate, and Cold Environment on
[7] Health Authority Abu Dhabi. 2009. Human Health, Comfort and
Work in Heat: Procedures and Performance. Second Edition.
Training Manual for Supervisors London: Taylor and Francis.
347
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
I Made Krisna Dinata, I Made Muliarta, Luh Made Indah Sri H.A.
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: krisnadinata@unud.ac.id
Abstrak
Tanah di Bali merupakan tanah yang sangat subur dan produktif karenanya
memang cocok untuk mengembangkan pertanian. Komoditi pangan yang layak
dikembangkan di Bali khususnya di daerah Bedugul adalah komoditi stroberi dan sayuran.
Pendekatan ergonomi diperlukan untuk tujuan tersebut sehingga dapat tercipta suasana
sehat, aman, nyaman, serta meningkatkan produktivitas petani. Diperlukan suatu kajian
ergonomi sehinga dapat dilakukan suatu intervensi ergonomi yang tepat pada pertanian
stroberi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.
Waktu pelaksanaan dilakukan tanggal 7 Juni 2017 pukul 09.00 – 10.00 wita. Hasil
penelitian didapatkan masih adanya sikap kerja yang tidak ergonomis sehingga berpotensi
menyebabkan nyeri pada muskuloskeletal, peralatan kerja masih ada yang belum
ergonomis sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, masih ada pekerja
yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang disediakan, waktu kerja lebih dari 8 jam
dan tidak tersedia waktu libur. Dalam mengatasi segala masalah yang ada, perlu
dilakukan suatu pendekatan Ergonomi Total yang terdiri dari pendekatan SHIP (Sistemik,
Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori) serta TTG (Teknologi Tepat Guna) sehingga
tidak ada lagi masalah di kemudian hari. Di dalam melaksanakan pendekatan Ergonomi
Total, kita dapat menggunakan beberapa pertimbangan terkait masalah yang terdapat di
tempat kerja pertanian stroberi antara lain memperbaiki sikap kerja yang tidak ergonomis
dengan memperbaiki stasiun kerja ataupun dengan memberi istirahat pendek kepada
pekerja, menyesuaikan peralatan kerja dengan antropometri pekerja, memberi wawasan
pentingnya alat pelindung diri terhadap pekerja dan menyediakan alat pelindung diri yang
ergonomis, mengatur jam kerja agar tidak lebih dari 8 jam sehari dan tersedia waktu
libur.
.
Kata kunci: Kajian Ergonomi, Pertanian Stroberi, Bali
348
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
dipasarkan secara utuh, namun diolah segan terjun ke dunia pertanian, diharapkan
menjadi pangan lain sehingga memiliki Bali mampu memenuhi kebutuhan bahan
nilai jual yang lebih tinggi. Disinggung pangan penduduknya ke depannya
mengenai komoditi pangan yang layak (Rin,2011).
dikembangkan di Bali, kalau di Bali Salah satu pendekatan yang mungkin
tergantung potensi daerah masing-masing dapat dijadikan acuan dasar dalam
seperti halnya di daerah Bedugul, komoditi menyusun konsep pembangunan sektor
yang layak dikembangkan adalah komoditi pertanian di Bali adalah sistem pertanian
stroberi dan sayuran, begitu pula daerah intensif yang tidak lagi menempatkan lahan
lainnya di Bali yang memiliki potensi sebagai titik tolak pengembangan sektor ini.
pangan lainnya. Pemerintah sudah sangat Dengan mengadopsi dan mengaplikasikan
maksimal dan perlu ada sinergisitas beragam peralatan teknologi canggih yang
tentunya dengan pihak terkait seperti bersifat minim pemakaian sumber daya
stakeholder , perguruan tinggi khususnya manusia dan juga efisien dalam pemakaian
dalam hal penerapan teknologi pertanian sumber daya alam (air), pengembangan
dan masyarakat atau petani (Dwi, 2017). sektor pertanian yang nantinya diharapkan
Dari segi teknologi, teknologi budi dapat menyokong terpenuhinya kebutuhan
daya diarahkan pada upaya pengembangan pangan masyarakat Bali dapat
teknologi berbasis sumber daya lokal. Ini dikembangkan sesuai kondisi demografi,
penting karena kecenderungan pertanian ke potensi dan juga kebutuhan (Rin,2011).
depan menekankan sumber daya lokal Pendekatan ergonomi diperlukan
berbasis organik dan partisipatori petani. untuk tujuan tersebut sehingga dapat
Artinya, petani menjadi kunci tercipta suasana sehat, aman, nyaman, serta
pengembangan teknologi. Namun untuk meningkatkan produktivitas petani. Hal
menambah wawasan petani, menurut Gede inilah yang menjadi latar belakang
Suyatna, diperlukan pendidikan penyadaran dilakukannya kunjungan lapangan pada
kritis dengan sistem pendampingan bekerja pertanian stroberi di Bedugul. Dengan
bersama petani dan bukan bekerja untuk kunjungan lapangan ini, diharapkan sektor
petani yang dibantu lembaga pendidikan pertanian dapat dikaji dan dicarikan
(Anonim, 2017). solusinya secara ergonomi.
Semua pihak mulai dari pemerintah,
LSM, tokoh masyarakat, krama Bali Metode Penelitian
sendiri, hingga kaum intelektual (dosen dan Metode yang digunakan dalam
mahasiswa) khususnya yang dari Fakultas kunjungan lapangan ini adalah observasi
Pertanian harus menjalin kerja sama yang dan wawancara. Observasi dilakukan
baik dimana mensosialisasikan sektor terhadap proses kerja serta kondisi
pertanian sangat penting bagi kehidupan lingkungan tempat kerja pertanian stroberi
dan layak untuk dikembangkan, mampu di Bedugul. Wawancara dengan para
memberikan subsidi terhadap berbagai obat pekerja pertanian stroberi di Bedugul.
pertanian, serta mampu memberikan Peralatan dokumentasi yang
perlindungan harga terhadap hasil panen digunakan adalah kamera digital merek
dari petani, jangan sampai harganya Sony model DSC-W510 untuk merekam
anjlok/murah. Dengan mampu mengubah gambar dan alat tulis menulis untuk
minat dari krama Bali untuk tidak segan- mencatat data yang diperlukan. Waktu
349
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kunjungan adalah tanggal 7 Juni 2017 sedemikian rupa sehingga menekan strain
pukul 09.00 – 10.00 wita otot dan efek negatif terhadap kesehatan
yang mungkin timbul seperti keluhan
Hasil Dan Pembahasan muskuloskeletal dan Repetitive Strain
Kokpit Dari wawancara terhadap Injury (RSI) ( Manuaba, 1990).
salah satu pekerja diperoleh data bahwa di Saat memanen buah stroberi, para
pertanian tersebut terdapat empat orang pekerja terlihat membungkuk untuk
pekerja dengan umur berkisar antara 25 memetik buah yang sudah matang sekaligus
hingga 30 tahun dan semuanya berjenis merawat tanaman dengan memetik daun
kelamin laki-laki. Para pekerja sudah yang telah layu. Sikap kerja membungkuk
bekerja selama 3 tahun. ini dilakukan sambil berjalan menyusuri
1. Task tiap tanaman stroberi di sepanjang kebun.
Dari wawancara didapatkan ada Kadang di dalam kegiatan memanen dan
beberapa tugas yang harus dikerjakan para merawat tanaman stroberi ini pekerja
pekerja pertanian stroberi antara lain melakukannya dalam sikap jongkok sambil
pembibitan dan penanaman pohon, berjalan jongkok menyusuri tiap tanaman
perawatan dan pemeliharaan, serta stroberi di sepanjang kebun (gambar 1).
memanen stroberi yang sudah matang. Sikap kerja yang tidak alamiah ini dan
Pembibitan pohon stroberi dilakukan untuk dilakukan secara statis dapat menyebabkan
ditanam maupun dijual. Selain pohon keluhan muskuloskeletal. Hal ini sesuai
stroberi, para pekerja juga melakukan dengan hasil wawancara terhadap empat
pembibitan pohon sayur-sayuran seperti pekerja, dimana para pekerja mengalami
brokoli, tomat, serta kol. Pemanenan keluhan nyeri pada pinggang dan betis
stroberi dilakukan setiap hari bersamaan setelah bekerja sekitar 30 menit. Keluhan
dengan perawatan pohon stroberi. nyeri ini bahkan bertahan hingga malam
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan hari saat mereka beristirahat.
penyiraman setiap sore hari, pemupukan,
dan penyemprotan pestisida tiap minggu.
Pada dasarnya sikap tubuh manusia
dalam keadaan istirahat terdiri dari: berdiri,
duduk, dan berbaring (Phesant, 1991).
Pekerjaan menbentuk salah satu atau
kombinasi dari sikap-sikap tersebut. Sikap
kerja yang baik sangat memungkinkan bisa
melaksanakan pekerjaan tangan dengan
efektif dan usaha otot yang efisien. Secara
Gambar 1. Pekerja sedang memanen dan
umum sikap kerja bervariasi lebih baik
merawat pohon stroberi.
daripada sikap kerja tetap. Sikap kerja
statis, rileks lebih baik daripada sikap kerja Saat melakukan pembibitan, pekerja
statis dan tegang (Dul & Weerdmeester, tampak melakukan kegiatannya dengan
1993). sikap kerja berdiri. Bibit sayur danstroberi
Dalam melakukan sikap kerja diletakkan di suatu tempat yang terbuat dari
diusahakan posisi kepala, tubuh dan tungkai bambu sedemikian rupa sehingga sikap
terhadap pekerjaan dan ruang kerja
350
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
kerja pekerja sudah tampak ergonomis dan penyakit akibat kerja. Secara fisiologis
(Gambar 2). jika kerja lebih dari 8 jam sehari akan
sangat melelahkan dan menurunkan fungsi
organ indera (Grandjean, 2000). Para
pekerja tidak mengeluhkan waktu kerja ini
karena bagi mereka pekerjaan yang
dilakukan tidak terlalu menyita tenaga.
Sistem pembayaran upah
menggunakan sistem bulanan. Untuk
tempat tinggal, pekerja disediakan tempat
tinggal di samping kebun. Pekerja juga
disediakan alat pelindung diri berupa sepatu
Gambar 2. Pekerja sedang melakukan bot namun dari pengamatan tidak semua
kegiatan pembibitan pekerja menggunakannya.
351
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
352
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3