Anda di halaman 1dari 382

Prosiding SeminarISBN : 978-602-294-244-3

dan Workshop PEI 2017


ISBN : 978-602-294-244-3

1
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

KATA PENGANTAR

Perkembangan dunia dan globalisasi membawa dampak 3C; complexity, competition dan
change yang harus diantisipasi. Antisipasi bisa dilakukan dengan mempersiapkan dan
memperdayakan SDM, termasuk SDM di Perguruan tinggi dengan menjembatani
kesenjangan antara teori dengan praktek dalam rangka memecahkan persoalan. Melalui
seminar dan workshop “total Ergonomic Approach“ akan terbangun mindset baru dalam
memecahkan berbagai persoalan melalui metode pemecahan masalah yang holistik dengan
pendekatan interdisipliner dari berbagai bidang keilmuan.

Seminar Nasional dan Workshop PEI merupakan pertemuan rutin tahunan yang akan
diselenggarakan di Gedung Pascasarjana Kampus Universitas Udayana, DENPASAR, Bali,
pada tanggal 12 hingga 13 Oktober 2017 ini diharapkan dapat menjadi wadah bertukar
pengalaman dan pengetahuan serta penyebarluasan hasil-hasil penelitian serta cara
memecahkan berbagai permasalahan untuk menuju hari depan yang lebih baik. Peserta
workshop diikuti oleh akademisi berbagai bidang keilmuan, praktisi, birokrat, serta
mahasiswa dalam rangka mempersiapkan SDM yang mampu berpikir holistik dalam
memecahkan berbagai permasalahan.

Walapun dalam penyusunan prosiding telah diusahakan semaksimal mungkin, namun


masukan dan kritik yang membangun masih diperlukan.
Seminar Nasional dan Workshop PEI ini dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai
pihak. Panitia mengucapkan banyak terima kasih kepada para keynote speaker, pemakalah,
peserta, dan semua pihak yang telah memberi andil dalam terlaksananya kegiatan ini.

Ketua Panitia

dr. I Made Krisna Dinata, M.Erg.


NIP. 198404012014041001

2
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

TIM EDITOR

1. dr. I Made Krisna Dinata, M.Erg


2. Prof. Dr.dr.N.Adiputra, M.OH,AIFO
3. Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, PFK,M.Erg.AIFO
4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa,MS,AIF,AIFO
5. Prof. Dr.dr.I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, AIFO
6. dr. Luh Putu Ratna Sundari, S.Ked, M. Biomed
7. Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi, M.Erg
8. Dr. dr. Made Muliarta, M.Kes, AIFO
9. dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Fis.,AIFO
10. dr. I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti, S.Ked., M. Biomed
11. Dr.dr. Susy Purnawati, M.K.K

3
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


2. TIM EDITOR ...................................................................................................................... 3
3. DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 4
4. TANTANGAN DAN PELUANG KERJA SAMA ANTAR DISIPLIN DALAM MENGHADAPI
PERADABAN KREATIF ........................................................................................................ 1
5. BEKERJA SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN MELALUI KERJA TIM ........................................... 18
6. ANALISIS ERGONOMI KONFIGURASI KOKPIT PESAWAT UDARA N-219 ............................. 19
7. ANALISA ERGONOMI KONFIGURASI KURSI PILOT PADA RANCANGAN PESAWAT UDARA N
219 ................................................................................................................................. 33
8. STASIUN KERJA ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BEBAN KARDIO
VASKULER DAN DERAJAT KESEHATAN PARA PERAJIN UKIRAN ......................................... 40
9. REVIEW LITERATUR TENTANG APLIKASI ERGONOMI DI KERAJINAN PERAK UNTUK
MENGANTISIPASI KEBOSANAN KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL ...................... 58
10. ANALISIS ERGONOMI BERDASARKAN PERSPEKTIF FISIOTERAPI PADA WORK
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (WMSD’S) ..................................................................... 64
11. PERBAIKAN FASILITAS KERJA STASIUN KLISE DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA CV
BATIK NADIRA TASIKMALAYA .......................................................................................... 71
12. ANALISIS KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KUSIR BENDI DI KOTA TOMOHON 2017 ... 77
13. EVALUASI BIOMEKANIKA PROTOTIPE ALAT BANTU PINDAH PASIEN ................................ 87
14. IDENTIFIKASI RISIKO WORK MUSCULOSKELETAL DISORDERDI BAGIAN PACKAGING, UNIT
HOSPITAL EQUIPMENT PT.MAK ...................................................................................... 95
15. ANALISIS ERGONOMI TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
PENENUN DI DESA TEUNBAUN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG........................ 103
16. ANALISIS TINGKAT SITUATION AWARENESS PENGENDARA MOTOR BERDASARKAN
TINGKAT USIA DENGAN METODE QUANTITATIVE ANALYSIS OF SITUATIONAL AWARENESS
..................................................................................................................................... 112
17. ANALISIS STRES KERJA DAN UPAYA INTERVENSI PSIKOLOGI KEREKAYASAAN DALAM
MENGATASI STRES KERJA NELAYAN TRADISIONAL TANJUNG PENI CITANGKIL DAN LELE
YANG ROGOL PESISIR PANTAI CILEGON......................................................................... 129
18. ANALISIS PERBEDAAN POLA DOMINASIOTAK ANTARA WISUDAWAN FAKULTAS TEKNIK
(FT) DENGAN FAKULTAS NON TEKNIK (FISIP) UNIVERSITAS PASUNDAN SEBAGAI
PERTIMBANGAN PENENTUAN PEMILIHAN JENIS KARAKTERISTIK PEKERJAAN................ 142
19. ANALISIS PENGARUH KATEGORI USIA, KEPADATAN LALU LINTAS DAN GENRE MUSIK
TERHADAP PERILAKU PENGENDARA MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN
DRIVINGSIMULATOR ..................................................................................................... 158
20. ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE HEART PADA PROSES PRODUKSI BAJA
TULANGAN BETON DI PT X ............................................................................................ 171

4
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

21. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PROSES PREPARATION-SEWING MELALUI PENERAPAN


PREDETERMINED MOTION TIME SYSTEM (PMTS): KAJIAN PADA PABRIK SEPATU DI
TANGERANG. ................................................................................................................ 178
22. PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI BRACKET ENGINE MOUNTING SEBAGAI STANDAR
PERFORMASI PRODUKSI DENGAN METODE PERHITUNGAN WAKTU BAKU .................... 188
23. EVALUASI USER EXPERIENCE PADA PENGGUNAAN APLIKASI AGEN TRAVEL
ONLINEMELALUI SMARTPHONE .................................................................................... 194
24. PENINGKATAN BEBAN KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI
BAGIAN JAHIT DI “S” KONFEKSI GIANYAR ...................................................................... 211
25. PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KECELAKAAN KERJA BERDASARKAN BIAYA
EKSPEKTASI KEGAGALAN DAN PENYEBAB DOMINAN KECELAKAAN ............................. 190
26. PREVENTION STRATEGIES ERGONOMIC RISK FACTOR DAN PENINGKATAN BEBAN KERJA
PADA PENGERAJIN GAMELAN DI SRI ANITA SEDANA, BANJAR BINONG, MENGWI, BADUNG
..................................................................................................................................... 199
27. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PENGRAJIN EMPING DAN KERIPIK DI KOTA
CILEGON BANTEN ......................................................................................................... 209
28. ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR DAN
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FT USU DENGAN
METODE HIRARC ........................................................................................................... 217
29. PENERAPAN IPTEKS PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN MASSAL UNTUK
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI KERJA PANITIA PELAKSANA DI DESA
PELIATAN UBUD GIANYAR BALI ..................................................................................... 230
30. ANALISA MASALAH ERGONOMI LINGKUNGAN KERJA PADA PEKERJA TEMPA GONG DI
DESA TIHINGAN KABUPATEN KLUNGKUNG ................................................................... 240
31. IMPLEMENTASI PENDEKATAN MAKROERGONOMI UNTUK PERBAIKAN SISTEM KERJA
PADA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PT XYZ) ................................................................... 247
32. INTERVENSI ERGONOMI PADA PERUSAHAAN GARMEN MENINGKATAN STATUS
KESEHATAN PENJAHIT................................................................................................... 263
33. KAJIAN ERGONOMI PADA PEKERJA GENTENG DI DESA DARMASABA BALI ..................... 272
34. AUDIO LIMITER PADA OUTPUT MIXER MENCEGAH TERJADINYA PENURUNAN TAJAM
DENGAR PENYIAR DI RADIO”X” ..................................................................................... 278
35. ANALISIS PENGARUH CUACA TERHADAP PERFORMA PENGEMUDI MOBIL MENGGUNAKAN
DRIVING SIMULATOR .................................................................................................... 285
36. PENGARUH PAJANAN ANILIN TERHADAP KESEHATAN PEKERJA ..................................... 302
37. PENGARUH LAMA WAKTU PENGGUNAAN GADGETTERHADAP KEKUATAN GENGGAMAN
TANGAN ....................................................................................................................... 309
38. TINGKAT PENGETAHUAN DAN PRAKTEK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PEGAWAI INSTALASI GIZI DI RUMAH SAKIT TINGKAT II UDAYANA DENPASAR................ 313
39. PENERAPAN WORK IMPROVEMENT IN SMALL ENTERPRISES(WISE) UNTUK PERBAIKAN
KONDISI KERJA dan K3 UKM JAWA TIMUR .................................................................... 319

5
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

40. AKTIVITAS AMAN SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP TERJADINYA PENYAKIT TIDAK
MENULAR PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI ..................................................... 324
41. DESAIN RAK FILM VERTIKAL MENINGKATKAN WAKTU AMBIL FILM RADIOLOGI DAN
MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR ................ 328
42. REDUKSI PAPARAN PANAS GUNA MENINGKATKAN WAKTU KERJA ................................ 336
43. KAJIAN ERGONOMI PADA PERTANIAN STROBERI DI BEDUGUL BALI .............................. 348

6
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

TANTANGAN DAN PELUANG KERJA SAMA ANTAR DISIPLIN DALAM


MENGHADAPI PERADABAN KREATIF

Sudjoko Kuswadji
Praktisi Kesehatan Kerja
Yayasan Sudjoko Kuswadji Bersaudara

Pendahuluan pertama berlangsung selama ribuan tahun,


tahapan kedua selama ratusan tahun dan
Peradaban manusia dapat dibagi menjadi tahapan ketiga selama puluhan tahun. Pada
beberapa tahapan. Pertama dibagi menjadi pengamatan selanjutnya sejak abad ke 21
tiga tahapan. Tahapan dimulai, ternyata peradaban baru muncul di
pertanianan/peternakan, tahapan industri dunia ini, yaitu peradaban kreatif..Lamanya
dan tahapan teknologi informasi. Tahapan lebih cepat dari puluhan tahun.

Gelombang ekonomi pertanian ditandai Gelombang ekonomi informasi ditandai


dengan perekonomian berpusat pada dengan adanya jejaring (networking),
keluarga, sekedar memenuhi kebutuhan klasifikasi produk, pemanfaatan ilmu
hidup, bermodalkan tanah dan tenaga kerja pengetahuan, pasar global, nilai produk tak
keluarga, terbatas pada unit kecil, produk kasat mata, persaingan pengetahuan,
dijual di pasar lokal, diambil apa saja yang pemanfaatan sarana komunikasi. angka
diperoleh, sekedar untuk bertahan hidup, digit bernilai uang, perkembangan stabil.
barang sebagai uang, perebutan tanah dan
air, perkembangan lambat. Gelombang ekonomi kreatif, ditandai
dengan kebutuhan kolaborasi atau kerja
Gelombang ekonomi industri ditandai oleh sama antar disiplin, penciptaan bersama,
produksi yang dilakukan secara massal, kreativitas banyak diperlukan, dipasarkan
memerlukan modal uang, nilai produk kasat lokal dan global, ide bernilai uang,
mata, tanah dan tenaga kerja, pasar persaingan kreativitas, komunikasi semakin
meningkat ke regional, mulai dilakukan cepat, perkembangannya mendadak.
staandarisasi, persaingan modal, kertas
dipakai untuk uang, memerlukan Judul tulisan ini “Tantangan dan Peluang
transportasi, perkembangan lumayan. Kerja Sama Antar Disiplin Dalam
Menghadapi Peradaban Kreatif” terlalu

1
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

luas, sehingga penulis memandang perlu pada karyawan. Agar upaya ini sustainable
dipersempit. Pilihan jatuh ke dalam bidang atau langgeng, dilakukan dalam Sistem
Keselamatan, Kenyamanan, Kesehatan Manajemen Kesehatan Kerja yang
Kerja dan Lingkungan Hidup (HSE). terintegrasi dengan Sistem Manajemen K3.
Bidang ini terkait dalam masalah semua Prosedur tidak boleh dibuat tumpang tindih.
pekerja termasuk pekerja kreatif. Misalnya Emergency Response Safety
Pembahasan dapat meliputi cedera akibat terkait dengan kebakaran, sementara
kecelakaan, penyakit akibat paparan bahan Medical Emergency Response dalam
kimia, pencemaran udara, air dan tanah Kesehatan Kerja terkait dengan penyakit
akibat proses produksi. Kajian ini masih mendadak seperti serangan jantung. Elemen
terlalu luas, sehingga perlu membatasi diri Sistem Manajemen Kesehatan Kerja terdiri
lagi mengenai kaitannya dengan kondisi atas:
dan kesehatan pekerja serta dampak
penyakit yang terjadi pada mereka. 1. Penilaian risiko kesehatan dan
perencanaan, sistem ini diawali
Pengalaman sebagai praktisi kesehatan dengan penilaian risiko. Artinya
kerja, banyak sekali menemukan kelemahan program kerja dlakukan sesuai
kolaborasi dalam berbagai disiplin. dengan prioritas. Bahaya dan risiko
Sebenarnya tujuan semua anggota disiplin yang paling besar yang ditangani
dalam HSE adalah menjaga semua manusia terlebih dulu. Dengan cara ini
pekerja, agar tetap sehat dan produktif. program akan berjalan secara cost
Meskipun demikian Keselamatan Kerja effective.
juga harus menjaga asset perusahaan agar
jangan sampai terbakar, rusak, 2. Higiene industri dan pengendalian
mengeluarkan cemaran dan seterusnya. pejanan di tempat kerja, higiene
industri adalah antisipasi,
pengenalan, pengukuran, analisis
Kesehatan Kerja dan pengendalian bahaya. Bahaya
antara lain adalah bahaya fisik (
Kesehatan Kerja adalah ilmu yang kebisingan, radiasi, getaran dll),
mempelajari hubungan timbal balik antara Bahaya kimia (solvent, logam dll),
pekerjaan dan kesehatan. Lingkungan kerja Bahaya biologi (kuman, keracunan
yang tidak baik dapat mengganggu makanan dll), Ergonomi (duduk,
kesehatan pekerja dan sebaliknya gangguan berdiri, posisi kerja dll), Psikososial
kesehatan pada pekerja dapat menyebabkan (stress akibat kerja dll). Bahaya itu
kinerjanya menjadi buruk. Untuk mencapai diukur agar bisa ditakar besarnya.
tujuannya dalam mencegah agar lingkungan Pengendalian artinya jumlah bahaya
kerja menjadi baik dan mencegah harus menjadi lebih kecil.
timbulnya penyakit pada pekerja, biasa
dilakukan program kerja secara sistematik. 3. Manajemen tanggap darurat medik,
berbeda dengan tanggap gawat
Pada prinsipnya K2 atau Kesehatan kerja darurat safety (kebakaran), tanggap
adalah upaya untuk mencegah kerugian gawat darurat medik menyangkut
perusahaan dalam hal terjadinya penyakit kompetensi tenaga kesehatan, Ini

2
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

mengangkut manusia. Di sini satu job. Termasuk jika pindah dari


diperlukan ketrampilan pertolongan satu job ke job lainnya. Pemeriksaan
pertama baik perorangan maupun termasuk fisik dan mental.
kecelakaan massal;. Mulai dari Selanjutnya kesehatan karyawan
kotak P3K, First Aider, Automatic akan dipantau dari tahun ke tahun.
External Defibrilator sampai Jika terjadi dampak pekerjaan
rujukan ke Rumah Sakit. Prosedur terhadap kesehatan perlu dilakukan
harus terbuat secara tertulis. evaluasi. Tindakan dimulai dari
Dilakukan simulasi dan training pekerjaannya baru terakhir
untuk karyawan. karyawan dilindungi.

4. Manajemen gangguan kesehatan di 6. Penilaian impak kesehatan,


tempat kerja, ada berbagai gangguan penduduk sekitar perusahaan bisa
kesehatan di tempat kerja. Yang mendapat imbas dari proses
paling banyak adalah penyakit produksi. Perusahaan perlu menilai
umum. Perusahaan bukan rumah seberapa jauh impak itu terhadap
sakit. Perusahaan harus memilih kesehatan penduduk. Di Kawasan
core businessnya. Penyakit umum Industri impak satu industri dengan
karyawan harus dirujuk ke lembaga industri lainnya juga perlu dinilai.
yang sesuai. Penyakit yang Apakah karyawan satu industri
diperberat oleh pekerjaan (hipertensi mendapatkan gangguan dari industri
dan panas). Beban kerja perlu tetanggnya.
dikurangi agar penyakit tidak
menjadi parah. Penyakit yang 7. Pelaporan kesehatan dan
dicetuskan pekerjaan (asthma dan manajemen rekam medik,
formalin). Mereka yang rawan pemeriksaan kesehatan perlu
jangan dipekerjakan di tempat yang dilaporkan ke Dinas Tenaga kerja,
bisa mencetuskan terjadinya maksudnya jika ditemukan suatu
penyakit. Penyakit yang dipermudah gangguan terkait penyakit wabah,
oleh pekerjaan (dokter anestesi dan keracunan makanan dll pemerintah
narkoba). Bahan yang segera bisa bertindak agar penyakit
mempermudah terjadinya penyakit itu tidak menyebar. Rekam medik
dikendalikan. Penyakit akibat kerja karyawan harus dirahasiakan, agar
yang disebabkan langsung oleh tidak terjadi salah interpretasi atas
pekerjaam. Umumnya penyakit ini penyakit yang dideritanya. Analisis
sering menimbulkan cacat. data diperlukan sebagai alat
Hubungan karyawan dan manajemen agar kerugian akibat
pekerjaannya perlu ditinjau ulang. karyawan sakit segera bisa
dihentikan.
5. Fitness untuk bekerja dan
surveillans kesehatan (MCU), 8. Kaitan kesehatan masyarakat &
pemeriksaan kesehatan untuk promosi kesehatan yg baik, promosi
Fitness untuk bekerja dilakukan kesehatan sebenarnya tidak terkait
ketika seseorang mulai mengerjakan langsung dengan pekerjaan namun

3
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

upaya ini terkait erat dengan karyawan bugar dan produktif


kerugian perusahaan. Anjuran dalam bekerja. Pengendalian stress
berhenti merokok erat kaitannya juga untuk meningkatkan kinerja
dengan kebakaran dan penyakit karyawan
jantung. Olahraga dianjurkan agara

Agar supaya semua pekerja termasuk ditemukan penyakit yang fatal,


pekerja kreatif dapat melaksanakan bahaya di tempat kerja tidak
tugasnya dengan sebaik-baiknya dan menyebabkan kendala untuk
produktif, perlu dilakukan kegiatan kesehatannya, kondisi tubuhnya
penempatan. Ini sebenarnya bukan seleksi, tidak akan mengganggu
artinya memilih apel busuk lalu pekerjaannya.
membuangnya. Penempatan artinya 2. Temporary fit, artinya ada kendala
menyesuaikan kondisi dan gangguan pada peralatan atau mesin tempat
kesehatan dalam suatu pekerjaan tertentu. dia bekerja. Misalnya tinggi
Dalam bahasa Inggeris disebut sebagai “job badannya terlalu tinggi untuk suatu
matching”. mesin yang kecil dan pendek.
Sebelum disediakan ganjal pada
Dalam job matching ini akan keluar empat mesin itu kondisi itu tetap
kriteria yang biasa ditetapkan sesudai suatu temporary fit.
proses pemeriksaan kesehatan: 3. Temporary unfit, artinya ada kondisi
tubuh atau kesehatannya yang
1. Fit untuk bekerja, fisiknya tak menjadi kendala dalam bekerja.
mengalami gangguan, tidak Misalnya kencing manis yang tak

4
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

terkendali, apalagi untuk mereka 4. Unfit, artinya kondisi kesehatannya


yang bekerja shift. Sebelum kencing tidak memungkinkan dia bekerja
manisnya terkendali dia tetap secara normal. Kelumpuhan semua
temporary unfit. anggota gerak, disertai gangguan
mental.

Penilaian Risiko Kesehatan

Sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan penilaian risiko gangguan


kesehatan di tempat kerja. Dalam keadaan tertentu kita perlu melakukan pengukuran kadar
bahan berbahaya di tempat kerja. Disiplin yang mengerjakan adalah higiene Industri. Di
perusahaan yang melaksanakan bidang ini adalah pejabat keselamatan, bukan kesehatan
atau Dokter Perusahaan.

5
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Ketika hasil pengukuran sudah diperoleh, Pekerja Kreatif


jarang sekali data disebarkan ke semua
pejabat terkait, sehingga hasil pengukuran Kreatifitas adalah fungsi otak. Orang kreatif
tidak mempunyai manfaat apa2. Paling- lebih banyak bekerja dengan otak
paling menjadi bahan laporan untuk kanannya. Dokter Kesehatan Kerja harus
pemeriksaan pengawas tenaga kerja. bekerja sama dengan psikolog, untuk
memeriksa apakah ada dominasi otak kanan
pada seorang calon pekerja.
Data klinik perusahaan juga jarang sekali
diolah, sehingga tidak bisa dikaitkan
Berdasarkan pengalaman pemeriksaan
dengan pajanan di tempat kerja. Lebih lagi
kesehatan jenius dan kreatif, pada masa
hasil MCU jarang sekali dianalisis, dan
silam, maka diketahui, bahwa:
dikaitkan dengan pekerjaan.

 Orang kidal banyak yang kreatif


Berikutnya akan dicoba dilakukan
(Leonardo da Vinci);
pengkajian, pemeriksaan kesehatan
 Dyslexia sukar membaca, sering
prakarya pekerja kreatif dan pemeriksaan
terbalik, huruf cermin, sering kreatif
kesehatan berkalanya. Panduan
(Einstein)
pemeriksaan kesehatan pekerja kreatif
jarang ditemukan, sehingga pemeriksaan  Gangguan kepribadian, pencinta diri
dilakukan dengan asusmsi penelitian orang sendiri (Leonardo da Vinci) dan
yang dianggap jenius dan kreatif. lain-lain;

6
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pekerjaan apa saja bidang ekonomi kreatif  Kolaborasi: kerjasama antar


itu? Ada sejumlah pekerjaan yang terkait disiplin, mengabaikan perbedaan,
dengan kreatifitas. Sebenarnya bidang apa menyatukan persamaan;
saja memerlukan kreativitas. Tidak terbatas  Kreasi bersama: kerja sama
kelompok, team work, organisasi
pada bidang tertentu.
sel;
Ada beberapa ciri ekonomi kreatif, yaitu:

 Kreativitas gagasan; gagasan aseli,  Bersaing kreativitas: ciptakan


berbeda dengan yang biasa, ide gila; barang baru, banyak dalam waktu
 Unit kecil: terlalu sedikit tidak singkat;
terangsang, terlalu banyak kabur,  Komunikasi: harus cepat, tepat,
sekitar 12 orang; akurat, pesanan sesuai dengan
 Pasar lokal dan global: jasa/produk produk/jasa.;
langsung dipakai  Gagasan untuk uang: ide bisa
 Personalisasi: rasa standar menjadi menjadi modal;
rasa individual, campur bumbu  Perubahan mendadak: pekerja harus
sendiri; cepat beradaptasi.
 Nilai baru: dulunya tak bernilai,
sampah, sekarang berharga, lukisan
orang buta warna.

7
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Beberapa Contoh Jasa/Produk Kreatif

Transportasi

Contoh yang paling mencolok belakangan ini adalah jasa dalam bidang transportasi, yang
disebut dengan GOJEK. Ini adalah penggunaan teknologi, real time, pemetaan, jam, foto,
berita lewat ponsel dan komputer
.

Arsitektur

Dalam bidang arsitektur ada satu temuan pada sebuah rumah ibadah mesjid. Arsiteknya
sendiri tidak bisa mengupas kaitannya dengan kesehatan.

Di belakang mimbar ada lubang terbuka Di belakang mimbar ada kolam, ada ikan,
lebar ada air mancur

Uap air akan terhembus angin masuk Air yang masuk tubuh 75% ke otak, ningga
mesjid, sehingga makmum menghirupnya. orang shalat jadi khusuk

8
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Buta warna

Buta warna sering menjadi kendala dalam bekerja. Pada pekerjaan yang memerlukan
ketrampilan membedakan warna merah dan hijau, mereka tidak punya tempat, Mereka
yang sukar membedakan berbagai warna, tidak bakal diterima sebagai desainer. Berapa
banyak mereka yang buta warna itu?

Perlistrikan

Dalam bidang listrik ada yang disebut dengan harmonisasi kode warna kabel listrik:

Harmonisasi tidak ada merah Merah dan hijau tak ada

Lukisan

Sementara ini pelukis buta warna masih melukis sesuai dengan warna yang mereka lihat.
Bisa diduga pada masa mendatang mereka akan melukis sesuai dengan warna aselinya,
karena warna itu bisa digantikan dengan angka. Satu software akan menterjemahkan
penglihatan mereka menjadi angka2.

9
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tiga jenis buta warna Bagaimana warna daun?

Pekerja Kidal

Pekerja Kidal ternyata cukup banyak. Ada sensus kidal di beberapa negara. Beberapa
prosentasenya sangat mencolok. Kaitannya dengan pekerjaan belum banyak dikaji. Tidak
diketahui apakah mereka melihat jam secara terbalik.

Negara Persen Negara Persen


Belanda 13.23 Spanyol 09.63
Amerika 13.10 Turki 09.19
Belgia 13.10 Finlandia 09.10
Kanada 12.80 Polandia 08.60
Inggris 12.24 Yunani 08.29
Irlandia 11.65 Rusia 06.09
Swiss 11.61 India 05.20
Perancis 11.15 Taiwan 05.00
Denmark 11.00 Jepang 04.70
Italia 10.51 Cina 03.50
Swedia 10.42 Mexico 02.50
Norwegia 10.19 Korea 02.00
Jerman 09.83

Jam normal berputar ke kanan hurufnya Jam berputar ke kiri, hurufnya terbalik
biasa (flipped)

10
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Jam yang berputar terbalik dapat digantung di dinding di belakang seseorang yang sedang
dicukur rambutnya. Jika orang itu melihat ke cermin, maka jam akan terlihat seperti biasa
tidak terbalik lagi.

(Pertanyaan kreatif: Bagaimana mahasiswa kedokteran gigi memeriksa gigi agar tidak
terbalik?)

Mengingat banyaknya orang kidal, nampaknya perlu dirancang peralatan untuk orang
kidal, seperti sendok garpu, gunting dll.

Gunting kidal Pengupas kentang kidal

Beban Kerja dan Kapasitas Kerja antara lain adalah sikap kerja, pengangkatan
barang, gerakan berulang, gangguan otot
Dalam rangka pengabdian ilmuwan dalam rangka, denah tempat kerja, keselamatan
bidang perlindungan kesehatan tenaga kerja dan kesehatan kerja,
pada jaman industri kreatif ini akan
disajikan wacana kerja sama penyesuaian Ergonomi Kognitif, terkait dengan proses
antara beban kerja dan kapasitas kerja mental, seperti persepsi, daya ingat, wacana
karyawan di antara profesi ergonomi dan dan tanggapan gerakan yang terkait pada
kesehatan. antara seseorang dan elemen sistem lainnya.
Topik kajiannya antara lain beban mental,
Beban Kerja pengambilan keputusan, kinerja
ketrampilan, interaksi antara manusia
Ergonomi mempunyai peranan membuat komputer, ketepatan manusia, stress kerja
harmoni di antara beberapa pihak manusia dan pelatihan yang terkait dengan sistem
dalam hal kebutuhannya, kemampuan dan manusia.
keterbatasannya. Tujuan utamanya
mencegah terjadinya dampak gangguan Ergonomi Organisasi, terkait dengan
kesehatan dan memelihara kenyamanan optimalisasi sistem sosioteknik, termasuk
dalam bekerja. Ada tiga jenis kegiatan struktur organisasi, kebijakan dan proses.
ergonomi: Topik terkait adalah komunikasi,
manajemen sumber daya manusia, desain
Ergonomi Fisik, berkaitan dengan anatomi pekerjaan, desain jadwal kerja, kerja sama
manusia, anthropometri, karakteristik tim, desain partisipasi, ergonomi
fisiologik dan biomekanik yang terkait komunitas, kerja sama, paradigma kerja
dengan aktivitas fisik. Beberapa kajiannya

11
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

baru, organisasi virtual, kerja jarak jauh, fungsi itu adalah fungsi vegetatif, fungsi
dan manajemen kualitas. lokomotif, fungsi perseptif, fungsi
integratif. Banyak ahli menganggap bahwa
keempat fungsi itu yang diperlukan untuk
Kapasitas Kerja bekerja, Keempat fungsi itu diniali dalam
skala 7: mulai dari yang paling sempurna
Seseorang akan bisa bekerja apabila empat sampai yang paling tidak memenuhi syarat.
fungsi tubuhnya berjalan normal. Keempat

Empat fungsi Skala tujuh

Kapasitas kerja diperiksa dokter Beban kerja dibuat oleh insinyur

Pemeriksaan harus dilakukan paling sedikit variatif, bergantung pada industrinya dan
oleh satu tim, yang terdiri atas dua unsur: jenis pekerjaannya. Ada tujuh jenis
pengukur beban kerja oleh insinyur dan pekerjaan sesuai dengan ISCO 88, sebagai
kapasitas kerja oleh dokter dan petugas berikut;
kesehatan. Penetapan skala tujuh itu sangat

12
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

01 Legislators, senior Direktur, Manajer


officials and
managers
02 Professionals Insinyur, Dokter, Guru, Hakim, Psikolog

03 Technicians and Teknisi, Pilot, Keselamatan, Teknisi gigi, Perawat,


associate Bidan, Tata buku, Pendeta, Pedande, Ustaz
professionals
04 Clerks Kerani, tata usaha, Sekretaris, Teller bank, Operator
telepon

05 Service workers and Penjamah makanan, Tukang cukur, Pemadam api,


shop and market Satpam
sales workers
06 Skilled agricultural Petani, Nelayan
and fishery workers

07 Craft and related Tukang kayu, Tukang pipa, Tukang cat, Tukang las,
trades workers Tukang besi, Tukang listrik, Tukang gelas, Tukang roti,
Tukang jahit, Tukang obras, Tukang Sepatu
08 Plant and machine Operator bor, Operator keramik, Operator pabrik kimia,
operators and Operator produk kimia, Operator mesin cetak, Operator
assemblers mesin jahit, Operator mesin sepatu, Sopir bis, taxi
09 Elementary Tukang sampah, Buruh kasar
occupations

00 Armed forces Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara,


POLRI

Semakin kecil angka kode (kecuali nol) otot yaitu pegal linu, sementara kerja otak
semakin banyak kerja otak, semakin besar berupa penyakit otak, stres akibat kerja,
angkanya semakin kerja otot. Dampak kerja depresi dan lain-lain.

Kapasitas Fungsional Beban Kerja (Ergonomi) Kapasitas Kerja (Kesja)

Fungsi Vegetatif, Jadwal kerja untuk pekerja Pencegahan Karoshi pada


kreatif pekerja kreatif

Lokomotif Desain gunting, jam dinding Pemeriksaan kreativitas


(kidal) untuk orang kidal pekerja kidal

13
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Desain rambu bahaya yang Pemeriksaan buta warna


berwarna merah; Ishihara (merah/hijau)
Fungsi Perseptif (warna)
Harmonisasi warna kabel Pemeriksaan buta warna
listrik HRR (merah/hijau/biru)
Fungsi Integratif (depresi) Menciptakan karya kreatif Pemeriksaan Kepribadian
MMPI (depresi)
Pre-Employment Creativity
Tests

Ishihara (merah, hijau) HRR (merah, hijau, biru)

Tim pemeriksa Kesehatan Prakarya terdiri yang akan menggunakan pekerja baru.
atas satu dokter, dua perawat kesehatan Hasil kedua tim dicocokkan dengan
kerja dan satu insinyur teknik industri. Tim persyaratan yang ditetapkan oleh
medis menetapkan analisis kapasitas fisik, pengusaha. Keputusan pengangkatan, atau
sementara insinyur menetapkan beban pemindahan pekerja ada pada tangan
kerja. Semua beban kerja diperiksa di pengusaha,
tempat kerja bekerja sama dengan mereka

14
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Penilaian bahaya dan risiko ergonomi itu Kreativitas di Tenpat Kerja


dilakukan bersamaan dengan penilaian Kreativitas di tempat kerja menjadi sumber
bahaya dan risiko lainnya, seperti bahaya inovasi yang dapat memperbaiki produk,
fisika (kebisingan, radiasi elektromagnetik mempercepat proses produksi dan
sebagainya. Beberapa usaha banyak
Metode ini sangat menguntungkan dilakukan untuk mengurangi tujuh sampah,
pengusaha. Hasilnya lebih produktif, ada ada yang menyebut sebagai lean production
kepuasan antara pengusaha dan pekerja. atau Novo Ordo Seclorum (NOS). Setiap
Pekerja jarang absen sakit, tak ada lini produksi dalam sistem lean di-branded
kecelakaan kerja, biaya asuransi rendah. “NOS”. NOS merupakan akronim Latin
dari Novus Ordo Seclorum (era baru telah
Setiap pekerja mempunyai peluang atas dimulai). Frasa ini juga menghiasi bagian
dasar kapasitas perorangan untuk belakang mata uang Dollar Amerika
memenuhi pekerjaan tertentu, tanpa Serikat, yang menurut Bill Waddell ini
mempedulikan usia, ras, jender ataupun barangkali juga menjelaskan bagaimana
cacat tubuh. Penempatan akan sesuai semboyan ini mendarah daging dalam
dengan ketrampilan seseorang saja , ingatan semua lembaga.
melainkan termasuk juga kapasitas
fungsionalnya juga. Pemeriksaa kesehatan Pekerja kreatif harus masuk NOS. Mereka
juga menguntungkan pekerja karena segera bekerja dalam tim kecil tidak terlalu besar.
bisa dirujuk sesuai dengan kebutuhan. Jangka waktu kerjanya juga tidak lama.
Mereka terdiri atas berbagai disiplin ilmu.

15
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dokter perusahaan dituntut untuk usia dan cacat tubuh. Dengan demikian hak
menempatkan pekerja kreatif sesuai dengan seseorang untuk bekerja akan terpenuhi.
disiplinnya masing-masing dalam
kelompok NOS ini. Pemeriksaannya sama Dampak pekerjaan kreatif juga diperiksa
saja dengan pekerja lainnya, hanya dengan cara yang sama ketika memeriksa
instrumen pemeriksaannya yang mungkin sebelum kerja. Jika terjadi perubahan segera
berbeda. dilakukan tindakan yang diperlukan.

Kesimpulan
Referensi:
Gelombang peradaban tidak bisa 1. A PRE -WHITE HOUSE
dibendung. Dia akan melibas semua aspek CONFERENCE ON AGING
kehidupan umat manusia. Peralihan antara ACTIVITYU S DEPARTMENT
satu peradaban ke peradaban berikutnya OF EDUCATION Adelphi
sering menimbulkan kekhawatiran. University Center on AgingGarden
Kenyataan yang terjadi adalah pergeseran City, N. Y. 11530Jacit, 1980
minat untuk bekerja.
2. AGING AND THE WORK
Perubahan ke peradaban kreatif sama saja. FORCE: HUMAN RESOURCE
Perubahan itu lebih cepat, terjadi secara STRATEGIES AN
tiba-tiba. Antisipasi perlu dilakukan INFORMATION PAPER
terutama pada sektor tenaga kerja. Industri PREPARED FOR USE BY THE
kreatif apa saja yang bakal terjadi, apa SPECIAL COMMITTEE ON
kebutuhan mereka mengenai tenaga kerja. AGING UNITED STATES
Bagaimana pemeriksaan kesehatan tenaga SENATE AUGUST 1982
kerja kreatif.
3. Alvin Toffler THE THIRD WAVE.
Pemeriksaan calon pekerja kreatif perlu Published simultaneously in the
dilkukan secara lebih cermat. Konsepnya United States and Canada ,
adalah beban kerja harus seimbang dengan Copyright © 1980 by Alvin Toffler.
kapasitas kerja. Pemeriksaan yang perlu ISBN 0-553-24698-4
diperhatikan terutama pemeriksan
kepribadian dan mental. Menurut 4. Alvin Toffler, FUTURE SHOCK A
pengalaman orang jenius dan kreatif sering Bantam Book, published by
mengalami sedikit gangguan jiwa: depresi, arrangement with Random House,
kidal, dyslexia dll. Inc. Bantam edition published
August 1971, Copyright © 1970 by
Methode GULHEMP baik dipergunakan Alvin Toffler.
oleh karena tidak ada diskriminasi, murni
meninjau kapasitas pekerja. Aspek 5. Canada's Changing Age Structure
pemeriksaan kreativitas terakomodasikan Implications for the Future Papers
dalam pemeriksaan mental dan kepribadian. from a Research Symposium held at
Pemeriksaan ini tidak membedakan jender, Simon Fraser University Burnaby,

16
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

British Columbia August 20-23, Penguin Business, Penguin Books


1981 Limited, 2002, ISBN 0140287949,
780140287943
6. Daniel H. Pink , A Whole New
Mind by Copyright ©2005 12. L. F. KOYL, M.D., D.T.M.H, Age
Published by Riverhead Books Changes and Employability.Public
7. Employment and retirement A Health Reports Vol. 71, No. 12,
management labor dilogue December 1956
Proceedings of an Industry
Conferenceon Employment and 13. Leon F. Koyl, Mary Hackney, R. D.
Retirement Holloway, Employing the older
worker: matching the employee to
8. Eula W. Ossofsky, Matching Older the job, Edisi, Penerbit National
Workers to Jobs: The Industrial Council on the Aging, 1974, Asli
Health Counsefing Service. Ageing dari Universitas Michigan,
International Autumn/Winter 1986 Didigitalkan 22 Jul 2008

9. HEARING BEFORE THE 14. Peter C. Plett and Brenda T. Lester


SPECIAL COMMITTEE ON (with additional material provided
AGING UNITED STATES by Katherine L. Yocum)
SENATE NINETY-SIXTH TRAINING FOR OLDER PEOPLE
CONGRESS SECOND SESSION A handbook
WASHINGTON, D.C. APRIL 30,
1980 15. Pnina Alon, The Aging Workforce:
Addressing its Challenges Through
10. JM Harrington, FS Gill. Pocket Development of a Dignified Lives
Consultant Occupational Health, Approach to Equality. A thesis
Blackwell Scientific Publication submitted in conformity with the
Second Edition, 1887. requirements for the degree of SJD
(Doctor of Juridical Science)
11. John Howkins, The Creative Faculty of Law University of
Economy: How People Make Toronto © Copyright by Pnina Alon
Money from Ideas, Penguin Books, 2010.

17
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

BEKERJA SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN MELALUI KERJA TIM

Pt. Gde Ery Suardana


1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Dwijendra, Denpasar
Email: erysuardana@gmail.com

Abstrak
Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap, perilaku
dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu,
bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan
bernegoisasi. Kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa kerja sama tim
merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari
pribadi yang paling populer di tim. Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk
saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan, saling mengerti dan mendukung satu sama
lain merupakan kunci kesuksesan dari kerja sama tim.

Kata kunci: efektif, efisien, kerjasama tim

Pendahuluan dikerjakan. Sebab sangat diperlukan adanya


kerjasama yang baik dalam melaksanakan
Dewasa ini dalam penyelesaian suatu tanggungjawab dalam suatu pekerjaan. Makalah
pekerjaan sering kali dilakukan secara tim, ini akan membahas bagaimana bekerja secara
karena bekerja secara tim dianggap sebagai tim dengan berbagai disiplin ilmu, manfaat dan
solusi terbaik untuk mencapai kesuksesan. Kita fungsi tim kerja dan bagaimana tim kerja
tidak bisa sendiri menyelesaikan masalah atau bekerja dengan efektif dan efisien.
pekerjaan, kodratnya manusia sebagi mahluk
sosial senantiasa membutuhkan orang lain,
walaupun memiliki kecerdasan serta Pembahasan
pengetahuan yang cukup. Manusia akan selalu
Kerja tim atau kerjasama merupakan
membutuhkan lingkungan dimana dia bisa bentuk kerja kelompok dengan keterampilan
berbagi, saling memberi support dan yang saling melengkapi serta berkomitmen
bergotong royong. untuk mencapai target yang sudah disepakati.
Banyak yang meyakini, tim yang solid Dalam sebuah tim yang dibutuhkan
akan lebih mudah menyelesaikan tugas yang adalah kemauan untuk saling bergandeng-
dibebankan, namun dalam membentuk sebuah tangan menyelesaikan pekerjaan, bisa jadi satu
tim yang solid merupakan hal yang terbilang orang tidak ahli dalam pekerjaan A, namun
sulit. Hal ini didasari oleh dalam sebuah tim dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya.
kerja terdapat banyak kepala dengan banyak Dapat diberikan contoh: Dalam pekerjaan
gagasan dan pendapat. Dan untuk Perencanaan Gedung, seorang Arsitek akan
menyatukannya bukanlah yang mudah. membutuhkan beberapa tenaga ahli untuk
Sebuah tim kerja akan menjadi penentu mendukung pekerjaannya, seperti misalnya ahli
mulus tidaknya perjalanan pekerjaan yang konstruktur, ahli mekanikal, ahli elektrikal serta

18
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ahli interior, sehingga desain yang dihasilkan dituntut dapat mengembangkan gaya manajerial
baik dan sempurna. yang partisipatif dengan secara intensif
Dari contoh tersebut, dapatlah melibatkan diri pada pemecahan masalah
disimpulkan bahwasanya seseorang bersama dengan anggota tim kerjanya, mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan akan membangun semangat kerjasama antar anggota
membutuhkan bantuan untuk menyempurnakan tim kerja.
pekerjaaannya.
Efektivitas Kerja Tim
Efektivitas kerja tim didasarkan
Manfaat dan Fungsi Kerja Tim
padadua hasil-hasil produktif dan kepuasan
Fungsi kerja tim atau kerjasama tim pribadi. Hasil produktif berkenaan dengan
dapat merubah sikap, prilaku dan nilai-nilai kualitas dan kuantitas hasil kerja, sedangkan
pribadi serta dapat mendisiplinkan anggota tim. kepuasan berkenan dengan kemampuan tim
Sedangkan manfaat bekerja dalam tim: (1) untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
meningkatkan produktivitas kerja; (2) anggota dan mempertahankan keanggotaan
menngkatkan kualitas kerja; (3) meningkatkan serta komitmen tim. Faktor-faktor yang
mentalitas kerja; (4) sebagai aktualisasi diri; mempengaruhi efektifitas tim adalah: (a)
dan (5) stres atau beban kerja berkurang. organisasional; (b) struktur; (c) startegi; (d)
Sedangkan sebagai tujuan kerja tim adalah (1) lingkungan budaya; dan (e) sistem
efiseinsi: setiap anggota tim menyelesaikan penghargaan. Sedangkan karakteristik tim akan
tugas atau pekerjaan secara cepat, cermat dan mempengaruhi proses internal tim, hasil dan
tepat tanpa pemborosan dan kecerobohan; dan kepuasan. Ciri-ciri tim yang efektif : (1)
(2) efektif: Setiap anggota tim memiliki tujuan memiliki tujuan yang hendak dicapai bersama;
yang jelas, memiliki keterampilan yang (2) memiliki antusiasme tinggi, anggota tim
memadai, memiliki komitmen, saling percaya, tidak takut menyatakan pendapat, menunjukan
memiliki komunikasi yang baik, memiliki keahlian menjadi diri sendiri, sehingga
kemampuan bernegoisasi, dan memiliki kontribusi yang diberikan bisa optimal; (3)
kemampuan yang tepat. peran dan tanggungjawab yang jelas, anggota
tim tahu kontribusi yang diberikan untuk
menunjang tercapainya tujuan yang telah
Pergeseran dari individu ke kerjasama ditentukan sebelumnya; (4) komunikasi yang
tim efektif. Komunikasi dilakukan secara periodik
untuk tujuan monitoring (seberapa jauh tugas
Melihat gejala sosial dan politis, diselesaikan) dan correcting (apakah ada
beberapa organisasi dengan sistem kesalahan yang perlu diperbaiki); (5) resolusi
kepemimpinan hirarkhi (banyak ditemui) konflik. Konflik yang tidak ditangani dengan
tampak mulai berubah menuju sistem yang baik akan seperti kanker menggroti semangat
lebih terbuka dan transparan. Bawahan mulai tim.; (6) shared power, setiap anggota diberi
mudah untuk memberi kritik atau mengkritisi kesempatan untuk menjadi pemimpin, sehingga
atasan, apalagi rekan sekerjanya, akan lebih merasa ikut bertanggungjawab untuk
mudah atau terbuka menyampaikan segala kesuksesan tercapainya tujuan bersama; (7)
sesuatu kritikan, opini ataupun saran. Hal keahlian, tim beranggotakan dari berbagai
seperti ini diterjemahkan menjadi suatu pola keahlian yang saling menunjang, mudah
kerjasama networking. bekerjasama, sehingga pekerjaan lebih mudah
Tuntutan kondisi yang semakin dan cepat diselesaikan; (8) evaluasi, dilakukan
terbuka, dinamis dan pengaruh iklim luar yang secara periodik selama proses berlangsung
semakin mudah diakses, maka peran pemimpin untuk mendeteksi lebih dini penyimpangan
yang terjadi, sehinga dapat diperbaiki segera.
19
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Suatu kelompok dikatakan sebagai tim Manfaat tim kerja yaitu untuk
kerja (teamwork) dan menghasilkan suatu yang pengambilan keputusan, merundingkan, dan
optimal memiliki banyak dimensi, diantaranya : bernegosiasi. Sedangkan fungsi tim kerja yaitu
(a) goal setting: memiliki tujuan yang sama; (b) dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai
komitmen: memiliki komitmen untuk mencapai pribadi, disamping itu dapat mendisplinkan
tujuan yang telah disepakati; (3) effective role: anggota tim. Tujuan tim kerja adalah agar
setiap anggota tim harus memiliki peran-peran anggota tim memiliki visi dan misi yang sama
tersendiri dan bersinergi dalam mencapai dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang
tujuan; dan (4) leadership: akan menjadi efektif efisien dan efektif.
atau tidakbanyak dipenagruhi oleh
kepemimpinan. Efektivitas kinerja tim daat
DaftarPustaka
tercapai apabila kinerjanya dilandasi oleh empat
faktor tersebut dan tiap inividu merupakan https://www.yohanessurya.com/activities.php?p
kunci efektif dalam membangunan serta id=301&id=57/ pendekatan multi-disiplin
mengembangkan suatu usaha kerjasama. [diakses 8 Oktober 2017]
http://ririndwi19.blogspot.com/2011/12/manfaa
Simpulan t-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html [Diakses
10 Oktober 2017]

20
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS ERGONOMI KONFIGURASI KOKPIT PESAWAT


UDARA N-219

Triyono Widi Sasongko1 , Nina Kartika1, Tegar Septyan2,Dimas Bahtera E1


1
Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi BPPT
2
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik UI
e-mail:triyono.widi@bppt.go.id

Abstrak

Analisis ergonomi kokpit pesawat udara N-219 sangat penting untuk dilakukan,
dikarenakan postur tubuh yang kaku disebabkan oleh konfigurasi kokpit yang kurang baik
membuat pilot merasa tidak nyaman, lelah yang akan menyalahi keamanan penerbangan
dan berbahaya bagi pilot. Analisis ergonomi dilakukan dengan desain virtual
menggunakan model pilot dalam lingkungan virtual. Model kokpit N-219 dibuat dengan
CATIA kemudian diimport ke software JACK, sebuah software simulasi dan analisis
ergonomi, kemudian dioptimasi. Model pilot Indonesia persentil. 5 dan persentil 95
dibangun dalam JACK yang digunakan untuk analisis ergonomi pilot, selanjutnya
penilaian kenyaman pilot dari optimalisasi ergonomi dibuat, penilaian ergonomi
dilakukan dengan mengevaluasi bagian utama kokpit seperti kursi, panel utama, rudder
pedals, panel atas, stick dan throttle. Nantinya beberapa masalah yang menyalahi aturan
ergonomi ditemukan dan beberapa saran untuk perbaikan juga diajukan. Hasil yang benar
akan dilakukan uji lapangan dan metoda yang digunakan oleh enginer untuk
memperkirakan kokpit generasi selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis ergonomi terkait
dengan Static Strength Prediction (SSP), Lower Back Analysis (LBA), Ovako Working
Posture Analysis Sytem (OWAS), Rapid Upper Limb Assessment (RULA), dan Eye View
Analysis. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan desain dan posisi panel terkait
dengan jangkauan tangan.

Kata kunci:Ergonomi, Kokpit N-219, Desain Virtual

Pendahuluan beraspal atau beton tetapi juga lapangan


Saat ini PT Dirgantara Indonesia berumput dan memiliki kapasitas angkut
sedang melakukan pengembangan pesawat lebih besar 500 kg dari pesawat kompetitor
udara N-219. Pesawat udara N-219 ini lainnya.
memiliki kelebihan dibandingkan pesawat Dalam rangka mendukung
kompetitornya yaitu memiliki volume kabin pengembangan pesawat N-219 diperlukan
yang lebih besar, multi purpose, dapat lepas analisis optimalisasi ergonomi konfigurasi
landas dan mendarat pada landasan kokpit pesawat udara N-219 terhadap
sepanjang 450 meter, landasan tidak harus rancangan yang sudah ada, untuk
19
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

mendukung keselamatan penerbangan. untuk memperoleh geometri konfigurasi


Konfigurasi kokpit yang nyaman bagi pilot kokpit pesawat udara N-219.
merupakan syarat untuk meningkatkan  Desain Lingkungan Virtual
keamanan dan menjamin pilot dalam Data antropometri yang digunakan
kondisi yang baik. untuk membuat model pilot virtual
Analisis ergonomi dilakukan dengan dalam penelitian ini adalah dengan
softare JACK. Model virtual kokpit menggunakan data antropometri
pesawat udara N-219 yang dibuat CAESAR. Selanjutnya dibuat Layout
menggunakan software CATIA diimport ke Kokpit Pesawat Udara N-219 dalam
software JACK dan dioptimasi. Model Pilot bentuk virtual
Indonesia dibuat dalam persentil 5 dan  Evaluasi Ergonomi
persentil 95 di dalam software JACK untuk Evaluasi ergonomi dilakukan terhadap
membuat optimalisasi ergonomi, kemudian parameter-parameter berikut ini:
nilai kenyamanan dari optimalisasi a) Static Strenght Prediction (SSP)
ergonomi menurut kebutuhan pilot dibuat, b) Low Back Analysis (LBA)
kemudian optimalisasi ergonomi dilakukan c) Ovako Working Posture Analysis
melalui peralatan utama seperti kursi pilot, (OWAS)
panel utama, rudder pedals, stick, throtlle d) Rapid Upper Limb Assesment
dan panel atas. Pada akhirnya beberapa (RULA)
masalah yang tidak sesuai dengan kaidah e) Posture Evaluation Index
ergonomi yang ditemukan akan diajukan f) Eye View Analysis
saran perbaikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah Hasil Dan Pembahasan
untuk memperoleh optimalisasi ergonomi Kokpit N219 dioperasikan oleh dua
konfigurasi kokpit pesawat udara N-219 pilot, pilot duduk disebelah kiri dan
agar pilot merasa nyaman dan aman saat bertanggung jawab terhadap keamanan
mengemudikan pesawat udara N-219 pesawat selama penerbangan, sedangkan
sehingga akan mendukung keselamatan kopilot duduk disebelah kanannya dan
penerbangan. bertugas membantu pilot. Kontrol dan
Sasaran dari penelitian ini adalah display yang berada didalam kokpit dan
diperolehnya rekomendasi dan rancangan bersifat sering dan penting digunakan
desain konfigurasi kokpit pesawat udara N- selama penerbangan harus bisa
219 yang optimal. dioperasikan dari sisi pilot maupun dari sisi
kopilot.
Metode Penelitian Dalam keadan darurat, misal salah
Tahapan-tahapan yang akan satu pilot pingsan, pesawat harus bisa
dilakukan pada penelitian ini sebagai dikendalikan dengan aman sampai ke
berikut: landasan. Kokpit N219 terdiri dari
 Pengumpulan Data dan Identifikasi Instrument Panel/Forward Panel,
Pada tahap pengumpulan data, Glareshield Panel, Center Console,
dilakukan pengumpulkan data di PT DI Overhead Panel, dan Circuit Breaker

20
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Panel. Sedangkan Forward Panel itu sendiri penerbangan seperti powerplant control dan
terdiri dari Pilot Forward Panel, Copilot flight control. Kontrol yang berada di area
Forward Panel dan Center Forward Panel. ini harus dapat dijangkau oleh kedua pilot
Pilot/Copilot Forward panel berada dengan mudah.
tepat didepan pilot/kopilot dan masing Overhead Panel berada tepat diatas
masing berisi satu buah Primary Flight pilot dan kopilot dan hanya berisi dome
Display yang identik. Primary Flight light dan outlet pendingin ruang.
Display berfungsi menampilkan informasi Sedangkan Circuit Breaker Panel berada di
penting yang dibutuhkan saat terbang dan samping kiri dan kanan dinding center
harus sering dipantau selama penerbangan. console. Panel ini tidak pernah
Center Forward Panel berada dioperasikan/dipantau selama pesawat di
diantara Pilot/kopilot Forward Panel. udara
Kontrol dan display yang berada di area
panel ini harus bisa dipantau dan
dioperasikan oleh kedua pilot. Center
Forward Panel terdiri dari Multi Function
Display. Peletakan panel didesain agar pilot
dapat memonitor dan mengakses area panel
tanpa halangan saat mereka sedang
bertugas. Pada sisi kanan dan kiri di bagian
bawah instrument panel terpasang berbagai
macam kontrol.
Pada bagian bawah Forward Panel
berisi kontrol dari berbagai sistem yang
dibutuhkan pesawa seperti: sistem elektrik, Gambar 1. Detail Layout Tiap Panel yang
sistem fuel, dll. Kontrol di area ini Menunjukkan Letak Instrumen, Kontrol,
umumnya hanya dioperasikan sebelum dan Warning
pesawat lepas landas, dan dilakukan oleh
masing-masing pilot yang terdekat dengan Analisis Ergonomi
kontrol tersebut. Metode dalam penelitian ini
Glareshield Panel berada tepat diatas mengikuti 3 fase dari framework IDEAS
Forward Panel dan berfungsi untuk Digital Human Modeling yaitu Identify
menjaga semua display yang berada (Identifikasi), Design (Desain), dan
dibawahnya bebas dari silau yang Evaluate (Evaluasi). Dengan framework ini,
diakibatkan cahaya dari luar kokpit. Kontrol penelitian menjadi lebih terstruktur dan
atau display yang berada di panel ini harus lebih runtut dalam pelaksanaannya. Adapun
bisa dipantau dan dioperasikan oleh kedua metode ataupun instrumen ergonomi yang
pilot. Panel ini terdiri dari Auto Pilot kami akan gunakan dalam penelitian ini
Kontrol Panel. adalah sebagai berikut.
Center console berisi kontrol yang
sering dioperasikan selama operasi

21
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 1. Metode/Instrumen Ergonomi yang adalah data dimensi tubuh, data fasilitas
Digunakan kerja yang digunakan, dan data posisi serta
Definisi gerakan kerja.
Variabel Operasional Instrumen
Variabel Antropometri
Lingkunga Keadaan Observasi Untuk data dimensi tubuh tubuh yang
n Kerja sekeliling Langsung digunakan dalam penelitian ini, mengikuti
pekerja referensi dari The Civilian American and
meliputi European Surface Anthropometry Resource
kondisi ruang (CAESAR) dengan menggunakan 2 jenis
persentil bawah dan atas.
PosturKerj Penilaian Static Strength Caesar/Civilian American And
a dan postur Prediction European Surface Anthropometry
Gerakan kerjameliputi (SSP), Resource, merupakan dokumen yang berisi
Kerja bagian tubuh, Lower Back tentang hasil survey antropometeri terhadap
aktivitas, dan Analysis (LBA), populasi warga sipil di 3 negara yang
nilai beban Ovako Working mewakili negara-negara NATO (North
Posture Atlantic Treaty Organization). Ketiga
Analysis Sytem negara tersebut adalah Amerika Serikat,
(OWAS), Rapid Belanda dan Itali oleh beberapa organisasi
yaitu US Air Force, Syntronic Inc.,
Identify Netherlands Organization for Applied
Tahap identify pada penelitian ini Scientific Research dan D'Appolonia dan
berisi mengenai pendefinisian masalah dan Society of Automotiive Engineers. Data
pengumpulan informasi awal yang relevan hasil statistik antropometeri hasil survey
dengan kajian yang dilakukan. ditujukan sebagai acuan ukuran untuk
beragam penerapan seperti pada bidang
a. Definisi Masalah otomotif, dirgantara, dan pakaian.
Pada pendefinisian masalah ini, Berikut merupakan ringkasan dari
bagian ruang lingkup yang difokuskan data antropometri yang digunakan :
adalah interaksi antara manusia dengan
kokpit pada saat situasi proses menyalakan Tabel 2. Ringkasan Data CAESAR
mesin pesawat dan panel instrumen kokpit Antopometri Responden
pesawat dengan asumsi kondisi Jenis Database CAESAR
menerbangkan pesawat dan hal-hal lain Jumlah responden 1374
yang menyangkut kondisi pesawat saat
Persentil Bawah Tinggi 157.5 cm dan
mengudara dan proses penerbangan
Badan dan Berat Badan 55.3 kg
pesawat.
Persentil Atas Tinggi 190.5 cm dan
Badan dan Berat Badan 98.64 kg
b. Pengumpulan informasi
Pada tahap pengumpulan informasi
ini, data yang dibutuhkan diantaranya Desain
22
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Berdasarkan proses identifikasi yang


telah dilakukan, dibuat desain virtual
environment, virtual human, dan virtual
motion dengan menggunakan software
JACK yang disesuaikan dengan keadaan
lingkungan kerja, antropometri serta
gerakan responden pada saat melakukan
melakukan operasi di kokpit.
Pembuatan virtual environment
dilakukan untuk menciptakan suatu
lingkungan yang mirip dengan keadaan
aktual dalam suatu software Jack. Proses ini
dilakukan dengan membuat desain 3D
stasiun kerja di software Inventor dan
Gambar 2. Manekin Virtual
setelah desain selesai dibuat, kemudian
desain diimpor ke dalam lingkungan
simulasi software Jack. Hasil dari tersebut
akan membentuk lingkungan virtual pada
software Jack yang memiliki dimensi dan
ukuran yang sesuai dengan lingkungan
aktual sehingga virtual environment benar-
benar merupakan representasi dari keadaan
aktual.
Setelah memasukkan desain 3D pada
software Jack, langkah selanjutnya adalah
membuat model manusia virtual pada
Gambar 3. Virtual Environment pada
software Jack. Dalam hal ini, dari data
Kokpit Beserta Posisi Pilot dan Co-Pilot
anthropometri yang dimasukkan kemudian
diklasifikasikan menjadi 2 jenis persentil
Evaluasi
yaitu persentil bawah dan persentil atas.
a. Static Strength Prediction (SSP)
Berikut ini adalah hasil desain virtual
Static Stregth Prediction adalah alat
environment yang telah dibuat
analisis ergonomi yang digunakan untuk
menggunakan software Jack.
mengevaluasi persentase populasi yang
memiliki kemampuan untuk melaksanakan
suatu tugas.Analisis ini dibuat berdasarkan
kualitas postur, tenaga yang dibutuhkan,
dan ukuran antropometri dari populasi.
Di dalam fase perancangan, sebuah
kegiatan kerja (seharusnya) hanya dapat
diterima, jika persentase pekerja yang
mampu melakukannya mencapai 100%.
23
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dalam praktiknya, hal ini mustahil Prediction (SSP), selanjutnya akan


dilakukan karena banyak kerja yang dianalisis nilai Lower Back Analysis (LBA),
menghasilkan nilai di bawah 100%. Ovako Working Posture Analysis Sytem
Rancangan kegiatan kerja yang (OWAS), Rapid Upper Limb Assessment
menghasilkan nilai 0% haruslah (RULA), dan Eye View Analysis.
dieliminasi. Selain itu, kegiatan yang
memiliki nilai di bawah batas tertentu b. Low Back Analysis
sebaiknya juga tidak dilanjutkan ke fase Low Back Analysis (LBA) merupakan
selanjutnya pasca perancangan desain. metode untuk mengevaluasi gaya-gaya
Dengan informasi yang diberikan SSP, yang bekerja di tulang belakang manusia
seorang perancang dapat mendesain sebuah pada kondisi beban dan postur tertentu.
kerja yang mampu dilaksanakan oleh Metode LBA bertujuan untuk:
sebanyak mungkin orang dalam suatu • Menentukan apabila posisi kerja yang
populasi. ada telah sesuai dengan batasan beban
Berikut ini merupakan hasil dari ideal ataupun menyebabkan pekerja
pehitungan nilai SSP sebagai langkah rentan terkena cedera pada tulang
verifikasi sebelum menuju analisis belakang.
berikutnya: • Memberikan informasi terjadinya
peningkatan risiko cidera pada bagian
tulang belakang manusia.
• Memperbaiki tata letak sebuah stasiun
kerja beserta tugas-tugas yang akan
dilakukan di dalamnya sehingga risiko
cidera pada bagian tulang belakang
pekerja dapat dikurangi.
• Memprioritaskan jenis-jenis kerja yang
membutuhkan perhatian lebih untuk
dilakukan perbaikan ergonomi di
Gambar 4. Hasil Perhitungan Persentase dalamnya.
Kapabilitas SSP Metode ini menggunakan sebuah
model biomekanika kompleks dari tulang
Dari hal ini dapat disimpulkan belakang manusia yang menggabungkan
pengujian ini valid, karena nilai persen anatomi terbaru dan data-data fisiologis
kapabilitas untuk hampir semua bagian yang didapatkan dari literatur-literatur
tubuh adalah 100%. Persen kapabilitas yang ilmiah yang ada. Selanjutnya, metode ini
lebih dari 90% ini menandakan bahwa akan mengkalkulasi gaya tekan dan
mayoritas populasi yang data tegangan yang terjadi pada ruas lumbar 4
anthropometrinya diujikan yang memiliki (L4) dan lumbar 5 (L5) dari tulang
kekuatan yang dibutuhkan untuk belakang manusia dan membandingkan
melakukan rangkaian gerakan operasi kerja. gaya tersebut dengan batas nilai beban ideal
Setelah dilakukan analisis Static Strength

24
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang dikeluarkan oleh National Institute for


Occupational Safety and Health (NIOSH).
Berikut ini merupakan hasil dari
perhitungan LBA (Low Back Analysis) baik
untuk pengujian terhadap persentil bawah
maupun persentil atas untuk:
1) Gerakan mengemudi.
2) Gerakan menjangkau.

Gambar 7. Hasil LBA untuk Gerakan


Menjangkau Persentil Bawah

Gambar 5.Hasil LBA untuk Gerakan


Mengemudi Persentil Bawah

Gambar 8.Hasil LBA untuk Gerakan


Menjangkau Persentil Atas

Untuk nilai LBA, merupakan nilai


yang menunjukkan tekanan kompresi yang
dialami oleh tubuh dalam kondisi yang
statis. Berdasarkan hasil perhitungan yang
Gambar 6. Hasil LBA untuk Gerakan
dilakukan untuk persentil bawah dan atas
Mengemudi Persentil Atas
baik untuk gerakan mengemudi dan
menjangkau didapatkan jangkauan nilai
sebesar 256 - 574 Newton.
Hal ini masih berada di bawah nilai
batas toleransi yang ditetapkan oleh
National Institute for Occupational Safety
and Health (NIOSH) sebesar 3400 Newton,
yang merupakan batas nilai beban ideal
untuk punggung yang dapat diterima oleh
manusia.
25
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dari hasil perhitungan LBA untuk


persentil bawah dan atas ini menunjukkan
bahwa postur kerja untuk bagian
punggung masih memenuhi batas Tabel 3. Detail Usulan Berdasarkan Skor
normal. OWAS
Skor Keteranga Penjelasan
c. Ovako Working Posture Analysis n
(OWAS) 1 Normal Tindakan
OWAS merupakan metode untuk posture perbaikan tidak
menganalisa dan mengevaluasi postur kerja diperlukan
manusia yang paling awal dan 2 Slightly Tindakan
termudah.Metode ini ditemukan pertama harmful perbaikan
kali oleh Ovako Oy, sebuah perusahaan diperlukan di
manufaktur besi yang terletak di Negara masa datang
Finlandia pada tahun 1977. 3 Distinctly Tindakan
Metode ini menilai empat bagian harmful perbaikan
tubuh yang dirangkum dalam 4 digit kode. diperlukan segera
Angka pertama dalam kode untuk 4 Extremely Tindakan
menjelaskan postur kerja bagian back harmful perbaikan
(tulang punggung), digit kedua adalah diperlukan
bagian upper limb, digit ketiga lower limb secepat mungkin
dan terakhir adalah beban yang digunakan
selama proses kerja berlangsung. Berikut ini merupakan hasil nilai
Penjelasan mengenai kode digit akan OWAS dari postur kerja yang
dijelaskan sebagai berikut. disimulasikan baik untuk persentil bawah
maupun persentil atas baik untuk gerakan
mengemudi dan gerakan menjangkau.

Gambar 9. Model Kode OWAS

Setelah mendapatkan nilai-nilai dari


keempat parameter diatas, dilakukan
perhitungan untuk menghasilkan skor akhir
OWAS. Skor akhir ini memiliki range nilai
dari 1 hingga 4, dengan keterangan dari
masing-masing skor dapat dilihat dari tabel Gambar 10.Hasil perhitungan OWAS
ini. untuk Gerakan Mengemudi Persentil
Bawah

26
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Untuk nilai OWAS yang memberikan


referensi kenyamanan postur operator pada
saat melakukan rangkaian kerja dalam
simulasi ini untuk pengujian terhadap
persentil bawah dan persentil atas baik
untuk gerakan mengemudi dan menjangkau
menunjukkan nilai 1 yang berarti postur
tergolong dalam kondisi aman dan nyaman.

d. Rapid Upper Limb Assesment


Analisis RULA bertujuan untuk
melihat keputusan yang harus diambil
Gambar 11.Hasil perhitungan OWAS berkaitan dengan perlu tidaknya melakukan
untuk Gerakan Mengemudi Persentil Atas perbaikan postur ataupun desain kerja.
Rapid Upper Limb Assessment adalah
sebuah alat analisis ergonomi yang
digunakan untuk mengevaluasi tingkat
resiko cedera dan gangguan
muskuloskeletal pada tubuh bagian atas.
Analisis dibuat berdasarkan kualitas postur,
penggunaan otot, berat beban yang
diterima, durasi kerja, dan frekuensinya.
Metode ini dibuat melalui pengisian
lembar kerja, dimana lembar tersebut akan
Gambar 12.Hasil sperhitungan OWAS memudahkan penggunanya untuk
untuk Gerakan Menjangkau Persentil menghitung sebuah nilai yang
Bawah mengindikasikan derajat kepentingan dari
tingkat intervensi yang diperlukan untuk
mereduksi resiko dan bahaya yang dapat
terjadi. Pada metode RULA, bagian tubuh
yang dianalisis dibagi menjadi dua
grup.Grup A terdiri dari bagian tubuh
tangan dan pergelangan tangan.Grup B
terdiri dari leher, batang tubuh, dan kaki.
Nilai akhir yang dihasilkan RULA adalah
sebagai berikut:

Gambar 13.Hasil perhitungan OWAS


untuk Gerakan Menjangkau Persentil Atas

27
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 4. Nilai Akhir yang Dihasilkan Tabel 5. RULA untuk Gerakan Mengemudi
RULA Persentil Bawah
Level Action levels from RULA Body Group A Body
1 Nilai 1 atau 2. Group B
Ele
Nilai ini mengindikasikan Up Lo Wr Wr Ne Tr To
men
resiko dapat diterima per wer ist ist ck un tal
Nila
Ar Ar Tw k
2 Nilai 3 atau 4. i
m m ist
Nilai ini menyatakan bahwa RU
4 2 1 2 1 4
resiko harus diinvestigasi LA
Group Score 5
lebih lanjut dan perubahan 4 5
mungkin perlu dilakukan
3 Nilai 5 atau 6.
Nilai ini menyatakan bahwa
resiko harus diinvestigasi
lebih lanjut dan diberikan
perbaikan
4 Nilai 7.
Nilai ini menyatakan bahwa
resiko harus segera
diinvestigasi dan diberi
perbaikan segera.
Berikut ini merupakan hasil dari
metode RULA yang diujikan ke persentil
Gambar 15. Hasil RULA untuk Gerakan
bawah dan atas dari postur kerja yang
Mengemudi Persentil Atas
dibedakan menjadi 2 gerakan utama yaitu
Tabel 6. RULA untuk Gerakan Mengemudi
mengemudi dan menjangkau.
Persentil Atas
Body Group A Body
Group
B
Ele
Up Lo W W Ne Tr
me To
per we ris ris ck un
n tal
Ar r t t k
Nil
m Ar T
ai
m wi
RU
st
LA
2 2 1 2 1 4
Group Score 4
Gambar 14. Hasil RULA untuk Gerakan
3 5
Mengemudi Persentil Bawah

28
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 17. Hasil RULA untuk Gerakan


Menjangkau Persentil Atas

Tabel 8. RULA untuk Gerakan


Menjangkau Persentil Atas
Body Group A Body
Group
B
Ele
Up Lo W W Ne Tr
me To
per we ris ris ck un
n tal
Ar r t t k
Nil
m Ar T
Gambar 16. Hasil RULA untuk Gerakan ai
m wi
Menjangkau Persentil Bawah RU
st
LA
3 3 2 2 1 4
Tabel 7. RULA untuk Gerakan
Group Score 5
Menjangkau Persentil Bawah
4 5
Body Group A Body
Group
Apabila membandingkan 2 gerakan
B
Ele yang dianalisis yaitu gerakan mengemudi
Up Lo W W Ne Tr
me To dan menjangkau, dapat terlihat bahwa
per we ris ris ck un
n tal gerakan menjangkau ini adalah postur kritis
Ar r t t k
Nil karena memiliki nilai RULA yang lebih
m Ar T
ai besar dibandingkan gerakan mengemudi.
m wi
RU Hal ini menjadikan gerakan menjangkau
st
LA merupakan fokus utama perbaikan dalam
3 3 3 2 1 4 studi ini.
Group Score 6 Dalam output RULA tubuh bagian
5 5 atas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok A merupakan bagian tangan dan
lengan sedangkan kelompok B yang
merupakan bagian leher dan batang tubuh.
Nilai RULA total ini menunjukkan perlu
adanya investigasi dan perubahan segera.

Detail nilai masing-masing elemen


RULA dapat dianalisis yaitu:
1) Pada kelompok A, nilai evaluasi untuk
lengan bagian atas model sebesar 3, hal
ini berarti lengan atas menyimpang
membentuk sudut 45°-90°, nilai

29
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

evaluasi untuk lengan bawah model Berikut ini merupakan hasil dari Eye
sebesar 3 yang menyatakan bahwa View yang didapatkan dari desain saat ini.
lengan bagian bawah mengalami flexi
sebesar lebih dari 100° dengan posisi
agak menyamping dari titik tengah.
Nilai untuk pergelangan tangan model
sebesar 2 yang menyatakan bahwa
pergelangan tangan berada di sudut
diantara 0-15° dan nilai evaluasi untuk
perputaran pergelangan model adalah
bernilai 3, hal ini menunjukkan bahwa
perputaran yang terjadi berada di ujung Gambar 18. Posisi Kerucut Mata Untuk Persentil Bawah
rentang perputaran.
2) Pada kelompok B, nilai evaluasi
RULA untuk leher adalah 2 yang berarti
bahwa leher menunduk ke bawah sebesar 0-
20° dan nilai evaluasi RULA untuk batang
tubuh adalah 4 yang berarti bahwa batang
tubuh pada postur membungkuk dengan
posisi yang cenderung menyamping. Gambar 19.TampilanJangkauan Mata
Dari hasil berdasarkan nilai RULA, kita Untuk Persentil Bawah
dapat menyimpulkan bahwa gerakan
menjangkau yang dilakukan sekarang
belum ergonomis karena nilai skor yang
didapatkan adalah 6 untuk persentil bawah
dan 5 untuk persentil atas (di luar batas
aman 2) sehingga perlu adanya
pertimbangan untuk merubah desain untuk
lebih ergonomi terutama berkaitan dengan
aspek jangkauan tangan.

e. Eye View Analysis Gambar 20.Tampilan Jangkauan Mata


Analisis ini digunakan untuk Untuk Persentil Bawah
menganalisis pandangan mata dari persentil
orang yang diujicobakan. Dalam analisis Secara umum, untuk hasil jangkauan
ini, dapat dilihat area dari jangkauan mata mata berdasarkan eye view analysis masih
yang bisa dilihat oleh seseorang ketika berada dalam batas toleransi karena untuk
sedang menghadap posisi dan sudut area kerja seperti panel yang berada di
tertentu. Asumsi yang digunakan dalam bawah dan jendela luar masih berada dalam
analisis ini adalah posisi orang menghadap jangkauan mata.
kedepan dengan titik DEP.
KESIMPULAN
30
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

1) Pengembangan pesawat udara N-219 mempertimbangkan aspek gerakan


perlu didukung dengan analisis terhadap menjangkau ini
aspek ergonomis di kokpit, karena 7) Untuk analisis jangkauan mata secara
desain kokpit yang ergonomis akan umum masih berada dalam jangkauan
mempermudah dan memberikan normal baik untuk ke arah depan
kenyamanan pada pilot dalam bekerja maupun pada saat ke arah bawah
dan bisa meningkatkan keselamatan
penerbangan. Rekomendasi
2) Faktor manusia ini perlu mendapat Untuk rekomendasi ke depannya, ada
perhatian serius, karena kecelakaan beberapa hal yang menjadi catatan
penerbangan 35% disebabkan oleh diantaranya:
human error (crew pesawat). 1) Perlu adanya perubahan desain terutama
3) Data kokpit pesawat N-219 telah diinput pada panel bagian bawah yang
ke dalam software JACK dan dilakukan berdasarkan analisis RULA yang
evaluasi awal terkait aspek ergonominya. dilakukan membuat operator harus
4) Berdasarkan perhitungan nilai LBA yang menjangkau cukup jauh sehingga skor
menunjukkan tekanan kompresi yang RULA yang dihasilkan menjadi besar.
dialami oleh tubuh didapatkan jangkauan Beberapa alternative yang bisa
nilai sebesar 256 - 574 Newton. Hal ini dilakukan diantaranya dengan
masih berada di bawah nilai batas memindahkan ke bagian atas ataupun
toleransi yang sebesar 3400 Newton, memendekkan jaraknya dengan posisi
yang merupakan batas nilai beban ideal operator
untuk punggung yang dapat diterima 2) Perlu adanya pemendekan jarak dari
oleh manusia. Dari hasil perhitungan operator ke bagian panel samping
LBA untuk persentil bawah dan atas ini dengan cara mengurangi sekat yang
menunjukkan bahwa postur kerja untuk terdapat di daerah kursi yang sehingga
bagian punggung masih memenuhi batas jangkauan tangan bisa lebih kecil dan
normal. secara skor RULA menjadi lebih baik
5) Nilai OWAS pada gerakan mengemudi Riset ini perlu dilanjutkan pada
dan menjangkau menunjukkan nilai 1 tahun dengan sasaran dan penyempurnaan
yang berarti masih berada dalam metodologi sebagai berikut:
toleransi 1) Sasaran riset adalah untuk lebih
6) Pada analisis RULA yang berfokus pada memperbaiki analisis optimalisasi
2 gerakan yang dianalisis yaitu gerakan ergonomi kokpit pesawat N-219 dengan
mengemudi dan menjangkau, dapat input data gerakan pilot menggunakan
terlihat bahwa gerakan menjangkau ini metode motion capture.
adalah postur kritis karena memiliki nilai 2) Melakukan survei identifikasi ergonomi
RULA yang lebih besar dibandingkan kokpit pesawat N-219 dilakukan dengan
gerakan mengemudi. Hal ini menjadikan panduan form kuesionair yang sudah
dalam perancangan redesain ke disiapkan, dengan responden beberapa
depannya, penyusunan lebih banyak pilot pesawat sekelas N-219 dan calon

31
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pilot N-219, untuk mendapatkan DAFTAR PUSTAKA


gambaran tingkat ergonomis kokpit [1] Civilian American and European
berdasarkan gerakan-gerakan pilot Surface Anthropometry Resource
untuk menerbangkan pesawat N-219 (CAESAR) Final Report, Volume I:
atau pesawat sekelasnya, termasuk Summary, Juni 2012.
ketidaknyamanan pilot dalam [2] International Civil Aviation
mengendalikan pesawat sekelas N-219. Organization ‘Safety Report’ 2014
3) Pengambilan data gerakan pilot Edition.
dilakukan dengan metode motion [3] Puspasari, Maya Arlini et al (2013)
capture. Metodologi yang dilakukan Designing Ergonomic Packaging
pada penelitian ini adalah dengan Line Workstation With Simulation
menggunakan metode eksperimental Methods. International Conference on
yang kemudian dianalisis menggunakan Engineering of Tarumanagara (ICET
software JACK. 2013)
4) Desain eksperimen ini melibatkan pilot [4] Sasongko, Triyono W (2014) Riset
Indonesia yang ada di PT DI maupun Pengembangan Komponen
yang di maskapai penerbangan atau Pendukung Pesawat Udara N219
sekolah pilot. Pilot yang dipilih sebagai Dalam Bidang Analisa
responden dipertimbangkan berdasarkan Flutter.Laporan Akhir Sinas-Ristek.
data persentil 5% dan juga persentil [5] Zhang, Yanjun et al. 2013. A
95% yang telah ada. Framework for Ergonomics Design of
5) Penelitian ini dilakukan di ruangan Transport Category Airplane Cockpit.
Motion Capture yaitu salah satu ISAA.Procedia Engineering.
ruangan di dalam Laboratorium [6] Zhongsheng Wang, ‘Study of
Ergonomi dan Faktor Manusia Evolution Mechanism on Aircraft
Departemen Teknik Industri Universitas sudden Failure’ 2011
Indonesia .

32
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISA ERGONOMI KONFIGURASI KURSI PILOT PADA


RANCANGAN PESAWAT UDARA N 219

Nina Kartika1 , Dr Akhmad Hidayatno ST,MBT2, Armand Omar Moeis ST, M.Sc 2
1
Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi BPPT
2
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik UI
Email:nina.kartika@bppt.go.id

ABSTRAK

Analisis ergonomi konfigurasi kursi pilot perlu dilakukan dikarenakan kenyamanan


pilot mengendarai pesawat udara merupakan salah satu faktor keamanan dalam
penerbangan. Dikarenakan Pesawat Udara N 219 merupakan pesawat udara yang sedang
dalam pengembangan, maka analisis ergonomi untuk kursi pilot sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sudut sandaran kursi pilot yang paling nyaman
dengan mempertimbangkan aspek ergonomi. Metoda yang digunakan adalah dengan
membuat model pilot dan lingkungan virtual pada software Jack 8.2 dan dihitung nilai
Posture Evaluation Index (PEI). Dengan Task Analysis Toolkits software Jack maka
diperoleh nilai Lower Back Analysis (LBA), Ovako Working Posture Analysis System
(OWAS)dan Rapid Upper Limb Assessment(RULA), dari ketiga nilai tersebut akan
diperoleh nilai PEI. Nilai PEI yang terkecil menunjukan konfigurasi yang paling nyaman.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sandaran kursi yang memiliki nilai
ergonomi paling baik adalah 10 derajat ke arah belakang garis vertikal.

Kata Kunci— PEI, LBA, OWAS, RULA

beton tapi juga lapangan rumput. Selain itu,


Pendahuluan
kapasitas angkutnya lebih besar 500 kg
Pesawat N219 merupakan pesawat
(total 2.500 kg) dari pesawat kompetitor
komuter yang dikembangkan dari CASA C-
lainnya [1].
212 Aviocar. Rancangan pesawat ini dibuat
Rumusan masalah pada penelitian ini
dari bahan logam (metal construction) dan
adalah belum adanya penelitian yang
rancangan pesawat ini memiliki volume
menganalisa sudut sandaran kursi pilot
kabin paling besar di kelasnya. Rancangan
yang paling nyaman untuk pilot dan belum
pesawat ini juga dilengkapi dengan pintu
adanya metode simulasi yang digunakan
fleksibel yang memungkinkan N 219
untuk penyelesaian masalah ini. Kelebihan
digunakan sebagai pesawat penumpang
metode ini adalah penghematan dari segi
dan kargo (Multi Purpose). Rancangan
biaya waktu dan meminimalkan resiko
pesawat N 219 ini juga didesain agar dapat
cidera pada pilot. Objek pada penelitian ini
lepas landas dan mendarat pada landasan
juga merupakan pesawat udara N 219 yang
sepanjang 450 meter. Landasan pun tidak
harus merupakan landasan beraspal atau
33
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

merupakan pesawat baru yang sedang 6. Melakukan evaluasi terhadap


dalam proses pembuatan prototipe. performa model pilot dengan
Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan Task Analusis Toolkit
menganalisa konfigurasi kursi pilot agar (TAT) pada software Jack.
pilot memperoleh kenyamanan saat
mengendalikan pesawat udara N 219 Evaluasi menggunakan Task Analysis
dengan metode Posture Evaluation Index. Toolkit (TAT) akan memberi empat nilai
Batasan masalah dari penelitian ini adalah ergonomi yaitu Static Strength Prediction
objek penelitian adalah pilot berjenis (SSP), Low Back Analysis (LBA), Ovako
kelamin laki-laki yang menggunakan data Working Posture Analysis (OWAS) and
sekunder antropometri pilot dan aspek Rapid Upper Limb Assessment (RULA).
ergonomi hanya konfigurasi sandaran dari Keempat nilai ini akan diformulasikan
kursi pilot tidak mencakup desain menjadi nilai tunggal yaitu Posture
menyeluruh dari kursi pilot. Evaluation Index (PEI),yang menunjukan
tingkat optimasi kenyamanan yang
Metode Penelitian dirasakan oleh model pilot virtual yang
Pengumpulan Data bekerja pada lingkungan virtual.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan Nilai PEI dapat dihitung dari
pengumpulan data yang berupa data formulasi sebagai berikut :
sekunder dari pesawat udara N 219[1] dan PEI = I1 + I2 + mr.I3
data athropometri pilot laki-laki[4]. Data Dimana :
sekunder berupa spesifikasi teknis data I1 = LBA/ 3400 N
kokpit pesawat udara N 219. Data tersebut I2 = OWAS/4
akan menjadi inputan untuk simulasi model I3 = RULA/7

pilot dengan lingkungan virtualnya (kokpit) mr = faktor amplifikasi = 1,42


pesawat udara N 219.
Variasi kita lakukan pada sandaran
kursi. Dimana desain kursi memiliki
Pengolahan Data
sandaran normal 5 derajat dibelakang garis
Posture Evaluation Index (PEI) vertikal dan dapat di recline sampai 11
Metoda Posture Evaluation Index derajat[7]. Pada penelitian ini dilakukan
(PEI) terdapat di dalam software Jack 8.2. variasi sudut 0, 5, 10, 15 dan 20 derajat.
[6]
dimana alurnya adalah sebagai berikut : Data antropometri yang digunakan persentil
1. Membuat Lingkungan Virtual 5, persentil 50 dan persentil 95.
2. Membuat model pilot Hasil simulasi ini akan memberikan
3. Mengintegrasikan model pilot dan nilai PEI yang berbeda sesuai dengan
lingkungan virtual sesuai dengan desain model pilot dan lingkungan virtual
kondisi sesungguhnya dengan kondisi nyata. Semakin rendah nilai
4. Menentukan beban kerja pada model PEI berarti semakin tinggi kenyamanan
pilot virtual pekerja ketika bekerja di lingkungannya.
5. Verifikasi dan validasi dari model
pilot dan lingkungan virtual.
34
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Analisis Data Perhitungan dari nilai ergonomi


Setelah dilakukan pengolahan data konfigurasi pertama dari simulasi Jack
maka langkah selanjutnya adalah dapat dilihat pada tabel 1
menganalisa getaran yang terjadi pada saat
terbang jelajah dan mendapatkan Tabel 1. Hasil Analisa Konfigurasi
dampaknya terhadap kenyamanan pilot Pertama
dengan mempertimbangkan aspek
ergonomi kursi pilot tersebut. Dalam
penelitian ini analisis dilakukan dengan
membaca grafik dan membandingkan grafik
dari konfigurasi usulan untuk memperoleh
nilai kenyamanan yang paling tinggi

Pembahasan
Simulasi Software Jack ii. Konfigurasi Kedua
Hasil simulasi dari masing-masing Konfigurasi usulan kedua adalah
konfigurasi akan dijelaskan pada subbab sandaran kursi pada posisi 5 derajat
dibawah ini. Masing-masing konfigurasi kebelakang garis vertikal. Seperti
memiliki nilai PEI yang berbeda. Variasi ditunjukan pada gambar 2
dari nilai PEI diperoleh dari perbedaan
elemen nilai ergonomi yaitu SSP, LBA,
OWAS dan RULA. Konfigurasi yang
memiliki nilai PEI yang terendah berarti
memiliki nilai kenyamanan yang paling
baik. Konfigurasi usulan dan nilai dari
konfigurasi tersebut adalah sebagai berikut : Gambar 2. Konfigurasi Kedua (a)
persentil 95 (b) persentil 50 (c) persentil 5
i. Konfigurasi Pertama
Konfigurasi usulan pertama adalah Perhitungan dari nilai ergonomi
sandaran kursi pada posisi nol derajat konfigurasi kedua dari simulasi Jack dapat
bertumpu pada garis vertikal. Seperti dilihat pada tabel 2.
ditunjukan pada gambar 1
Tabel 2. Hasil Analisa Konfigurasi Kedua

Gambar 1 Konfigurasi pertama (a)


persentil 95
(b) persentil 50 (c) persentil 5

35
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

iii. Konfigurasi Ketiga


Konfigurasi usulan ketiga adalah Perhitungan dari nilai ergonomi
sandaran kursi pada posisi 10 derajat konfigurasi keempat dari simulasi Jack
kebelakang garis vertikal. Seperti dapat dilihat pada tabel 4.
ditunjukan pada gambar 3.
Tabel 4. Hasil Analisa Konfigurasi
Keempat

Gambar 3. Konfigurasi Ketiga (a) persentil


95 (b) persentil 50 (c) persentil 5

Perhitungan dari nilai ergonomi


v. Konfigurasi Kelima
konfigurasi ketiga dari simulasi Jack dapat
Konfigurasi usulan kelima adalah
dilihat pada tabel 3.
sandaran kursi pada posisi 20 derajat
kebelakang garis vertikal. Seperti
Tabel 3. Hasil Analisa Konfigurasi Ketiga
ditunjukan pada gambar 5.

Gambar 5. Konfigurasi kelima (a) persentil


95
(b) persentil 50 (c) persentil 5
iv. Konfigurasi Keempat
Konfigurasi usulan keempat adalah Perhitungan dari nilai ergonomi
sandaran kursi pada posisi 15 derajat konfigurasi kelima dari simulasi Jack dapat
kebelakang garis vertikal. Seperti dilihat pada tabel 5
ditunjukan pada gambar 4.

Gambar 4. Konfigurasi Keempat (a)


persentil 95 (b) persentil 50 (c) persentil 5

36
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 5. Hasil Analisa Konfigurasi 415 N dari batas maksimal 3400 N. Untuk
Keempat persentil 5 nilai LBA yang paling
ergonomis berada pada konfigurasi 15
derajat di belakang garis vertikal, dengan
nilai 342 N dari batas maksimal 3400 N.
Dari ketiga persentil di atas yang rata-rata
memiliki nilai LBA terkecil adalah persentil
5 dan yang tertinggi adalah persentil 95.

Perbandingan Ovako Working Posture


Analysis (OWAS)
Perbandingan Hasil Konfigurasi
Perbandingan nilai selanjutnya adalah
Ovako Working Posture Analysis. Akan
Perbandingan Lower Back Analysis
dibandingkan nilai OWAS dari lima
(LBA)
konfigurasi usulan, dapat dilihat dari grafik
Setelah dilakukan perhitungan dan
2.
analisis pada lima konfigurasi di atas,
langkah selanjutnya adalah
Grafik 2. Perbandingan Nilai Ovako
membandingkan nilai yang diperoleh. Nilai
Working Posture Analysis
pertama yang akan dibandingkan adalah
Lower Back Analysis, dapat dilihat dari
grafik 1.

Grafik 1. Perbandingan Nilai Lower Back


Analysis

Melihat grafik 2., grafik persentil 95


dan persentil 5 berimpitan, yang berarti
persentil tersebut memiliki nilai yang sama.
Sedangkan untuk persentil 50 pada
konfigurasi 10 derajat memiliki perbedaan
Dari perbandingan nilai LBA di atas
dibandingkan persentil lainnya. Nilai
dapat dilihat bahwa nilai ternyaman yaitu
terbaik untuk persentil 5 dan 95 adalah pada
nilai LBA terkecil untuk persentil 95 berada
konfigurasi 0, 5 dan 10 derajat. Sedangkan
dikonfigurasi 10 derajat ke belakang garis
untuk persentil 50 nilai terbaik berada pada
vertikal. Nilai ini adalah 520 N dari batasan
konfigurasi 0 dan 5 derajat.
nilai maksimal 3400 N. Sedangkan untuk
persentil 50 nilai LBA yang paling nyaman
Perbandingan Rapid Upper Limb
berada pada konfigurasi 15 derajat di
Assessment (RULA)
belakang garis vertikal. Nilai ini sebesar
37
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pada perbandingan nilai RULA dari Grafik 4. Perbandingan Nilai Posture


lima konfigurasi usulan dapat dilihat dari Evaluation Index
grafik 3.

Grafik 3. Perbandingan Nilai Rapid Upper


Limb Assessment

Dari grafik di atas, konfigurasi usulan


terbaik untuk persentil 5 dan 95 adalah pada
10 derajat. Nilai PEI untuk persentil 95
adalah 1.012 dan nilai persentil 5 adalah
Pada grafik 3., menunjukan nilai 1.173. Sedangkan untuk persentil 50
RULA terbaik pada persentil 5 dan 95 konfigurasi usulan terbaik pada 15 derajat
terdapat di konfigurasi 10, 15 dan 20 dengan nilai PEI sebesar 1.23.
derajat. Sedangkan untuk persentil 50 nilai
RULA terbaik pada konfigurasi 10 dan 15
Simpulan
derajat. Diantara tiga persentil, nilai terbai Penelitian ini membandingkan hasil
RULA berada pada nilai 3, yang dimiliki sudut sandaran dengan lima variasi sudut.
oleh persentil 50 dan 95. Berdasarkan perhitungan dan perbandingan
nilai ergonomic maka diperoleh sandaran
Perbandingan Posture Evaluation Index normal kursi pilot pesawat udana N 219
Selanjutnya adalah perbandingan nilai yang paling nyaman adalah 10 derajat
total, yaitu Posture Evaluation Index. Nilai dibelakang garis vertikal. Analisa
ini menunjukan nilai akhir dari integrasi ergonomic yang telah dilakukan pada
nilai LBA, OWAS dan RULA. penelitian ini akan lebih lengkap jika
Perbandingan PEI dapat kita lihat pada dilakukan juga penelitian pada kokpit
grafik 4. pesawat udara N 219 sebenarnya.
Ucapan Terima Kasih
Penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada Kepala Lab Ergonomi,
Universitas Indonesia yang telah membantu
penulis dalam menyediakan bantuan, jasa
dan fasilitas terkait dengan penelitian ini.

Daftar Pustaka
[1] Caughey David A. (2011) Introduction

to Aircraft Stability and ControlCourse


38
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Notes for M&AE 5070, Ithaca, New International Conference on


York Engineering of Tarumanagara (ICET
[2] Chuan TK, Markus Hartono, Naresh 2013)
Kumar (2009) Anthropometry of the [7] Sasongko, Triyono W (2014) Riset
Singaporean and Indonesian PengembanganKomponen Pendukung
populations Pesawat Udara N219 Dalam Bidang
[3] European Union (2006). Guide to good Analisa Flutter.Laporan Akhir Sinas-
practice on Whole-Body Vibration. Ristek.
[4] Nureko (2015) Wawancara, 29 Mei [8] Woodall, W.H., & Montgomery, D. C.
2015. (1999). Research Issues and Ideas in
[5] Patel, H. I. (1973). Quality Control Statistical Process Control. Journal of
Methods for Multivariate Binomial and Quality Technology, 31, 376-386.
Poisson Distributions. Technometrics, [9] Zhongsheng Wang, (2011) ‘Study of
15, 103-112. Evolution Mechanism on Aircraft
[6] Puspasari, Maya Arlini et al (2013) sudden Failure’ Advanced in Control
Designing Ergonomic Packaging Line Engineering and Information Science
Workstation With Simulation Methods. by Elsevier Ltd.

39
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

STASIUN KERJA ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN


KUALITAS BEBAN KARDIO VASKULER DAN DERAJAT
KESEHATAN PARA PERAJIN UKIRAN

I Ketut Widana1, Ni Wayan Sumetri2, I Ketut Sutapa3

1
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364, widketut@yahoo.com
2
Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364,
Wayan.Sumetri@gmail.com
3
Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali, Bali, Indonesia, 80364, iketutsutapa@yahoo.com
Abstrak
Studi ini adalah penelitian di bidang ergonomic, khususnya bidang stasiun kerja
ergonomis. Penelitian diawali dengan pengamatan langsung pada proses kerja kerajinan
ukiran di Desa Tangeb dan Desa Kapal, khususnya pada UD. P. Jatayu, Ud. Rinna
Dewata Sari dan UD. Agus. Pengamatan juga dilakukan di sentra-sentra kerajinan ukiran,
seperti Desa Kedewatan Ubud, Abiansemal dan Desa Darmasaba. Jurnal ilmiah yang
memuat aspek keluhan akibat kerja dan upaya peningkatan produktivitas juga menjadi
objek pengamatan, di samping hak ikhwal ranah seni ukir yang sudah dipublikasi pada
media online. Di samping aspek kesehatan kerja, tahapan proses juga menjadi bahan
kajian dalam upaya penyelesaian masalah penelitian. Sesuai dengan RIP (rencana induk
penelitian) Politeknik Negeri Bali, penyelesaian masalah akan dititikberatkan pada aspek
manusia dan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), sehingga akan didapatkan proses
kerja yang ENASEP (efektif, nyaman, aman, sehat, efisien dan produktif) serta secara
teknis mudah dikerjakan, ekonomis, ergonomis, hemat energi, ramah lingkungan dan
sesuai dengan trend jaman. Metode yang akan dipakai pada penelitian ini adalah
eksperimental dengan rancangan sama subjek. Melibatkan 9 orang sampel yang
melakukan aktivitas pada kondisi sebelum dan setelah perlakuan. Data kondisi lingkungan
dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Data beban kardio vaskuler, beban kerja dan
keluhan muskoluskeletal diuji dengan Two Pair Sample t-test, sedangkan data kelelahan
diuji dengan wilcoxon signed rank test pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan stasiun kerja ergonomis mampu menurunkan
beban kardio vaskuler ke titik aman. Indikator kesehatan kerja seperti : beban kerja,
keluhan muskuloskeletal dan kelelahan menunjukkan tanda-tanda lebih baik, yang
ditandai dengan menurunnya beban kerja, menurunnya keluhan muskuloskeletal dan
menurunnya kelelahan. Di samping kesehatan kerja, indikator produktivitas juga
meningkat signifikan.
Keywords: stasiun kerja, lingkungan kerja,kesehatan kerja, produktivitas
*
Email Address: widketut@yahoo.com

40
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dan lelah serta meningkatnya denyut


jantung ketika bekerja memiliki logika
ilmiah yang dapat dijelaskan dengan ilmiah
PENDAHULUAN serta intensitasnya dapat dikurangi bahkan
Perkembangan seni ukir di tanah air dihilangkan dengan memperbaiki faktor
menunjukkan perkembangan yang sangat pencetusnya.
menggembirakan. Tanda-tanda kemajuan di Referensi 1, memberikan penjelasan
bidang seni ukir ditandai dengan semakin yang mendukung pernyataan di atas, bahwa
banyaknya karya seni ukir menghiasi setiap rasa lelah, sakit bahkan peningkatan denyut
pojok jalan di tanah air, termasuk berdiri jantung memiliki korelasi kuat dengan
megahnya Garuda Wisnu Kencana (GWK). lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang
Dibangunnya beberapa galeri dan museum panas dapat menyebabkan heatstress yang
yang secara khusus memajang karya-karya memacu denyut jantung. Dalam kondisi
para pematung juga memiliki peran penting normal jantung kita akan berdenyut 60 kali
dari perkembangan dunia seni ukir. per menit, namun jika kisarannya sudah
Walaupun berbagai karya monumental sampai 125 – 150 denyut/menit, yang
telah dihasilkan para pematung dan banyak termasuk klasifikasi berat, maka dapat
devisa telah dihasilkan, namun ketika menimbulkan berbagai dampak kesehatan2.
seorang pematung tengah melaksanakan Rasa lelah juga tidak baik jika dibiarkan
aktivitas seninya dapat dipastikan dia akan berlangsung dalam waktu lama. Rasa lelah
mengambil sikap kerja yang monoton dari sama dengan sirene atau lampu peringatan
hari ke hari, yaitu membungkuk, kaki yang mengindikasikan ada yang salah
dilipat dan jauh dari kesan artistik. Di dalam tubuh kita. Rasa lelah sesungguhnya
samping kurang enak dilihat dan terkesan sama dengan bayi yang sedang menangis,
udik, penampilan seorang seniman ukir walau tidak bisa ditebak dengan jitu, namun
yang demikian dapat menyebabkan setidaknya kita dapat menduga ada sesuatu
penyakit akibat kerja dan menurunnya yang perlu mendapatkan penanganan,
produktivitas. Kebiasaan kurang baik ini misalnya popoknya basah, lapar, haus atau
bahkan sudah dijalani saat anak-anak sekedar ingin perhatian. Dari aspek
belajar mengukir. produksi, rasa lelah yang kita rasakan akan
menyebabkan perununan produktivitas
Banyak seniman ukir yang dapat
kerja. Referensi 3, memberikan
menceriterakan bahwa setelah menginjak
argumentasinya yang masuk akal, bahwa
usia lanjut kegiatan berkesenian tidak dapat
jika produsen memberikan sedikit saja
lagi dilakukan. Kemampuan untuk duduk
perhatiannya pada aspek manusia yang
berlama-lama di lantai tidak lagi memadai.
menjalankan mesin, maka dapat dipastikan
Posisi mengukir yang kurang alamiah, yaitu
produktivitas akan segera meningkat. Ada
membungkuk dengan kaki dilipat dirasakan
aspek phsikologis yang dapat menjelaskan
sangat menyiksa dan menyisakan rasa sakit
logika tersebut, bahwa ketika lelah semua
dan lelah setelah menyelesaikan beberapa
keinginan untuk berprestasi akan menurun.
tahapan aktivitas. Sesungguhnya rasa sakit

41
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Sejalan dengan referensi 3, referensi 1 Penelitian ini mencoba mengurangi rasa


dan 4 juga membuktikan dalam analisisnya sakit, lelah dan beban kerja berlebih dengan
bahwa manusia bisa sangat produktif jika membuat tubuh para seniman tetap berada
selalu berada dalam kondisi bugar. Kondisi pada sikap alamiahnya dan didukung oleh
bugar ditandai dengan rendahnya tingkat kondisi lingkungan yang nyaman, yaitu
keluhan muskuloskeletal atau mengatur kursi dan meja kerja sesuai
musculoskeletal disorders (MSd) saat dengan ukuran antropometri pekerja seni
beraktivitas. Keluhan musculoskeletal bisa dan mengatur intensitas penerangan,
dikurangi bahkan ditiadakan jika manusia kecepatan angin, kebisingan, temperatur
dalam beraktivitas tetap dapat berada pada dan kelembaban udara ruangan.
posisi alamiah. Referensi 5, menemukan Berdasarkan data-data studi pendahuluan
cara yang jitu untuk mengurangi rasa sakit didapatkan bentuk dan ukuran yang paling
pada otot skeletal (muskulosketal) saat mendekati ukuran antropometri untuk
bekerja, bahwa ukuran tubuh manusia yang pekerja seni ukiran.
memakai alat dipakai untuk merancang
Adapun permasalahan yang diangkat
ukuran meja dan kursi kerja, sehingga
pada penelitian ini adalah bagaimana
posisi tubuh pekerja saat beraktivitas tetap
stasiun kerja ergonomis dapat mengurangi
dalam posisi natural atau alamiah. Hasil
beban kerja, mengurangi keluhan
penelitian ini sejalan dengan hasil analisis
muskuloskeletal dan mengurangi kelelahan
referensi 6 yang melalukan survey pada
para perajin ukir serta bagaimana hubungan
tenaga kerja industri di India Utara, di mana
antara variabel beban kerja, keluhan
menghasilkan kesimpulan bahwa posisi
muskuloskeletal dan kelelahan dengan
benda kerja yang antropometris dapat
produktivitas kerja para perajin, sedangka
menghilangkan sakit akibat kerja.
tujuan penelitian adalah merubah
Dari berbagai masalah di atas, pada paradigma lama yang kaku dan dogmatis,
ranah seni ukir juga mengalami hal yang yaitu “pekerjaan pemahat itu duduk di
sama. Ada phenomena umum yang dapat lantai dengan punggung membungkuk”
disaksikan di masyarakat bahwa ketika menjadi paradigma baru yang dinamis,
mengukir seniman ukir akan mengalami yaitu “pekerjaan pemahat itu
berbagai masalah kesehatan kerja. Belum menyenangkan karena dapat memilih posisi
ada upaya serius dari kalangan kesehatan dan sikap kerja yang nyaman di tempat
yang memberikan sosialiasi dan jalan ke yang sesuai dengan antropometri pekerja”.
luar atas masalah yang ada. Diperlukan Dalam jangka panjang, penelitian ini
uluran tangan akademisi untuk meneliti, memiliki tujuan agar semua pengukir
apakah memungkinkan para seniman ukir bekerja dengan duduk di kursi khusus
dapat beraktivitas dengan nyaman tanpa dengan benda kerja berada di meja yang
keluhan pada otot skeletal, kelelahan yang ada di depannya.
tidak terlampau tinggi dan beban kerja di
Seni ukir atau ukiran merupakan
bawah beban kerja berat, sehingga
gambar hiasan dengan bagian-bagian
produktivitas kerja dapat meningkat.
cekung dan bagian-bagian cembung yang

42
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

menyusun suatu gambar yang indah lukis. Kerajinan seni ukir ini banyak
Pengertian ini berkembang hingga dikenal digemari dan diminati oleh wisatawan asing
sebagai seni ukir yang merupakan seni maupun domestik sehinggga dikelola
membentuk gambar pada kayu, batu, atau sebagai industri kecil atau menengah
bahan-bahan lain .7 tergantung dari jumlah modal dan tenaga
kerja yang digunakan. Produk kerajinan
Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir
seni ukir banyak ragamnya mulai dari
sejak zaman batu muda (neolitik), yakni
cendra mata sampai dengan ukiran untuk
sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman ini
bangunan khas Bali7. Beberapa
nenek moyang bangsa Indonesia telah
permasalahan yang berhubungan dengan
membuat ukiran pada kapak kayu, tempaan
kesehatan kerja adalah beban kerja, keluhan
tanah liat atau bahan lain yang ditemui.
otot skeletal dan kelelahan. Metode yang
Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu
dipakai untuk menentukan besarnya beban
masih sangat sederhana. Saat ini ukiran
kerja, salah satunya dengan cara
kayu dan logam sudah mengalami
menghitung denyut nadi kerja dengan
perkembangan yang pesat dan
metode 10 denyut, sedangkan pengukuran
fungsinyapun sudah bergeser dari hal-hal
denyut nadi istirahat digunakan metode 15
yang berbau magis berubah menjadi alat
detik9.
penghias.8
Referensi 10 memberi penjelasan,
Bali sudah didiami manusia sejak
bahwa bekerja di manapun tidak terlepas
zaman purbakala. Bukti-bukti sejarah masa
dari beban kerja, karena dalam proses
lampau itu antara lain berupa situs-situs
aktivitas kerja diperlukan kerja otot dan
megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran
mental yang secara simultan ditunjukkan
yang dapat disaksikan baik di museum
melalui kelelahan yang ditandai dengan
maupun di alam terbuka. Peninggalan
adanya perubahan frekuensi denyut nadi.
kebudayaan ukiran Bali itu merupakan hasil
Denyut nadi per menit menggambarkan
kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri
kerja jantung dalam memompa darah ke
dari arca-arca batu berbentuk manusia,
luar-masuk organ jantung. Semakin besar
binatang, menhir, dolmen, punden
frekuensi denyut jantung per menit berarti
berundak, kubur batu, lumpang batu dan
semakin tinggi aktivitas tubuh yang
sebagainya yang berukuran kecil sampai
menyebabkan meningkatnya metabolisme
raksasa. Bukti-bukti peradaban pada masa
tubuh. Lebih jauh referensi 11 mengatakan
2500-1000 tahun sebelum Masehi itu tidak
bahwa menurut kaidah-kaidah ergonomi,
hanya mengesankan bagi wisatawan asing
setiap beban yang diterima oleh tubuh harus
maupun domestik, tetapi juga bagi para ahli
seimbang dengan kemampuan fisik dan
yang acapkali datang melakukan penelitian
kognitif serta keterbatasan tubuh yang
ilmiah.7
menerima beban. Kemampuan tubuh
Perkembangan seni di Bali sangat pesat, manusia dalam menerima beban sangat
sehingga menarik wisatawan untuk datang berbeda-beda, tergantung pada tingkat
berkunjung ke Bali. Kesenian yang ada saat keterampilan, kebugaran, asupan nutrisi,
ini antara lain: seni tari, seni ukir dan seni jenis kelamin, usia dan antropometri tubuh.
43
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Berat ringannya suatu aktivitas dapat dilihat keadaan optimal. Untuk mencapai hal
dari kebutuhan oksigen, kapasitas ventilasi tersebut diperlukan asupan oksigen dan zat
paru, perubahan suhu inti tubuh, kebutuhan makanan secara kontinyu. Selain itu
energi dan produksi keringat atau kontraksi dan relaksasi otot harus teratur.
perubahan berat badan. Denyut jantung Bila persediaan energi terbatas dan aliran
merupakan suatu alat estimasi laju oksigen dan zat makanan terganggu maka
metabolisme yang baik, kecuali dalam metabolisme sel akan terganggu sehingga
keadaan emosi dan vasodilatasi (pelebaran mempercepat timbulnya keluhan
pembuluh darah)12,13. Katagori berat muskuloskeletal. Pekerja yang
ringannya beban kerja didasarkan pada menggunakan stasiun kerja dan alat kerja
metabolisme, pernapasan, suhu tubuh dan yang memiliki dimensi yang kurang sesuai
denyut jantung2. Menurut referensi 14, dengan antropometri pekerja akan
energi yang diperlukan tubuh adalah energi menyebabkan gerakan dan sikap kerja yang
kimia yang terkandung di dalam ikatan kurang alamiah, sehingga keluhan
karbon-hidrogen dari makanan. Energi ini muskuloskeletal akan terjadi lebih awal dan
tidak dapat dipergunakan langsung oleh lebih berat. Sistem muskuloskeletal adalah
tubuh dan harus mengambil dari makanan sistem otot yang melekat pada tulang yang
setelah diubah menjadi ikatan posfat terdiri dari otot-otot serat lintang yang sifat
berenergi tinggi pada Adenosine Tri gerakannya dapat diatur (volunter)10.
Phosphate (ATP). Kebutuhan ATP sangat
Permasalahan ketiga yang berhubungan
tergantung pada tingkat beban kerja atau
dengan kesehatan kerja adalah kelelahan.
jenis pekerjaan yang dilakukan. Kebutuhan
Kelelahan terdiri dari kelelahan otot dan
ATP akan meningkat pada beban kerja yang
kelelahan umum. Kelelahan otot berupa
bertambah.
gejala kesakitan yang amat sangat ketika
Permasalahan kedua yang berhubungan otot menderita tegangan berlebihan,
dengan kesehatan kerja adalah keluhan sedangkan kelelahan umum adalah suatu
muskuloskelatal. Pekerja seni dalam tahap yang ditandai dengan rasa
beraktivitas akan mengalami perubahan berkurangnya kesiapan untuk
fisiologis sebagai akibat akumulasi beban mempergunakan energi. Referensi 5 dan 11
eksternal dan internal. Beban internal mengemukakan secara umum gejala
seperti berat badan, beban pikiran dan kelelahan dapat dimulai dari yang sangat
gangguan kesehatan juga secara bersama- ringan sampai perasaan yang sangat
sama menimpa pekerja, yang kesemuanya melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya
dapat menyebabkan stress15.Stress yang terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-
diterima tubuh diantisipasi secara aktif rata beban kerja melebihi 30% - 40% dari
dalam bentuk efisiensi sistem kerja dan tenaga aerobik maksimal.
pasif dalam bentuk reaksi fisiologis yang
Kelelahan biasanya menunjukkan
dikenal sebagai respon adaptif. Menurut
kondisi yang berbeda-beda dari setiap
referensi 16 dan 1, dalam kesimpulan
individu, tetapi semuanya bermuara kepada
penelitiannya, bahwa perubahan fisiologis
kehilangan efisiensi dan penurunan
bertujuan menjaga metabolisme sel dalam
44
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. waktu kerja subjek, Sound level meter, Lux
Referensi 17 dan 3, menyatakan meter, Black globe thermometer, Sling
kelelahan secara umum merupakan suatu thermometer, Anemometer, alat
keadaan yang tercermin dari gejala antropometer merk Super buatan Jepang
perubahan psikologis berupa kelambanan dengan ketelitian 0,1 cm., yang
aktivitas motorik dan respirasi, adanya dipergunakan untuk mengukur antropometri
perasaan sakit, berat pada bola mata, subjek. Kuesioner Kelelahan dan kuesioner
pelemahan motivasi, penurunan aktivitas Nordic Body Map.
yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan Data dikumpulkan dari sampel pada
mental. sentra industri ukiran stasiun di Desa
Salah satu efek yang jelas dari kelelahan Tangeb dan Desa Kapal, yaitu Ud. P.
adalah berkurangnya kewaspadaan18,19,20. Jatayu, Ud. Rinna Dewata Sari, Ud. Agus.
Seseorang tak akan mampu berkonsentrasi Sampel terpilih dikumpulkan di Ud. Agus
terus menerus untuk kegiatan mental. untuk diberikan perlakuan. Objek penelitian
Setelah mengalami ketegangan selama adalah stasiun kerja dan lingkungan kerja
masa tertentu, akan terjadi gangguan pada perajin ukiran Bali. Data kesehatan kerja
persepsi, dan kecepatan reaksinya menjadi dan produktivitasdiambil dengan memakai
lambat. Untuk mengatasi gangguan ini alat stop watch dan kuesioner. Petugas yang
perlu dilakukan penyegaran di luar dilibatkan untuk melakukan pengamatan
tekanan15. Penyegaran terjadi terutama adalah para ergonom (master atau doktor
selama waktu tidur malam atau periode ergonomi) dan dokter yang menguasai
istirahat dan pada waktu istirahat kerja. teknik palpasi (memegang dan menghitung
denyut nadi di pergelangan tangan),
2. METHODOLOGI sedangkan kuesioner yang dipakai adalah
Untuk mengetahui dampak Nordic Body Map. Kondisi lingkungan
perlakuan/intervensi terhadap kondisi akan diamati dengan sound level meter
subjek akan dilakukan penelitian (untuk mengukur tingkat kebisingan),
eksperimental dengan rancangan sama luxmeter (untuk mengukur intensitas
subjek (Treatment by subjects design). cahaya), sling thermometer (mengukur suhu
Berdasarkan rancangan tersebut basah dan suhu kering), black globe
pengukuran dilakukan dua kali yaitu thermometer(mengukur suhu radian) dan
sebelum dan setelah implementasi stasiun anemometer (untuk mengukur kecepatan
kerja dan lingkungan ergonomis. alat-alat angin).
yang digunakan untuk mengambil data
Untuk menghindari adanya kesalahan
terdiri dari : Kamera digital merk Olympus
dalam pengumpulan data, maka
FE-15 buatan Jepang untuk dokumentasi,
berdasarkan identifikasi dan klasifikasi
Tabel psichrometry, untuk menentukan
variabel, dibuat difinisi operasional
kelembaban relatif dengan satuan %., Stop
variabel. Produktivitas kerja adalah
Watch, merk Diamond buatan Inggris
perbandingan antara rerata pekerjaan yang
dengan satuan detik, yang dipergunakan
mampu diselesaikan/hari kerja dengan
untuk mencatat waktu denyut nadi, serta
beban kerja (nadi kerja) dikalikan waktu
45
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kerja. Beban kerja adalah jumlah denyut seniman ukir yang secara sukarela bersedia
jantung per menit setelah aktivitas untuk turut serta dalam penelitian. Task
dikurangi denyut jantung sebelum aktivitas. adalah tugas atau beban tugas yang harus
Teknik yang digunakan adalah teknik diselesaikan oleh seorang subjek, baik
palpasi dengan metode 10 denyut. Cara ketika belum memanfaatkan stasiun kerja
pengukurannya sangat sederhana. Pertama, ergonomis maupun ketika sudah
pegang urat nadi pada pergelangan tangan menggunakan stasiun kerja ergonomis.
sebelah kiri. Ambil jam tangan atau stop Untuk mengurangi bias hasil penelitian
watch. Rasakan denyut nadi pada tangan. akibat perbedaan perlakuan pada sampel,
Jika tidak teraba, geser naik turun posisi jari peralatan yang boleh dipergunakan selama
tangan kanan yang meraba nadi tangan kiri. penelitian juga dijaga atau dikontrol
Ketika sudah bisa dirasakan lirik jam sehingga antara subjek yang satu dengan
tangan anda. Dimulai dari denyut pertama, subjek yang lain akan mendapatkan
tandai posisi jarum panjang pada jam peralatan yang sama ketika beraktivitas.
tangan. Hitung denyut nadi subjek sampai Beban tugas juga akan dibuat setara, baik
hitungan ke 11 kemudian lihat jumlah detik tingkat kesulitannya maupun volume
yang telah berjalan pada jarum panjang jam kerjanya.
tangan. Misalnya 6 detik untuk 10 denyut.
Dengan formula sederhana dapat dihitung
denyut nadi kerja subjek, yaitu 600 dibagi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
waktu. Jadi Denyut Nadi Kerja adalah Karakteristik subjek yang meliputi
600/6 = 100 denyut/detik. Makin tinggi umur, berat badan, tinggi badan,
denyut nadi kerja subjek menandakan
pengalaman kerja, denyut nadi istirahat dan
kesehatannya menurun dan demikian
indeks massa tubuh (IMT) disajikan pada
sebaliknya. Keluhan muskuloskeletal
Tabel 1.
adalah rasa sakit yang dirasakan oleh
pekerja setelah melakukan aktivitas. Tabel.1. Karakteristik Subjek
Kelelahan adalah rasa lelah, ngantuk, N Rerat Simpan Rentanga
kurang konsentrasi dan bosan yang Uraian
o a g Baku n
dirasakan pekerja setelah melakukan
1 Umur (th) 37,72 4,72 30 – 51
aktivitas. Stasiun Kerja Ergonomis adalah
sebuah tempat kerja yang nyaman untuk 2 Berat 60,56 6,22 49 – 71
beraktivitas. Ada 2 aspek yang diperbaiki Badan (kg)
untuk mengurangi sakit akibat kerja.
3 Tinggi 167,6 4,12 150 –
Pertama memberikan kursi dan meja yang Badan 1 171
antropometris. Kedua memperbaiki kondisi (cm)
lingkungan kerja, seperti mengatur
intensitas penerangan, mengatur kecepatan 4 Pengalama 11,31 4,91 10 – 20
n Kerja
angin, membatasi kebisingan, mengatur
(th)
suhu basah, mengatur suhu kering dan
mengatur kelembaban. Subjek adalah 5 DNI 84,31 3,92 77,33 –

46
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Periode I 90,67 implementasi ergonomi (penelitian periode


(dpm) II). Denyut nadi istirahat pada periode I dan
6 DNI 78,02 4,53 69,33 – periode II masih berada pada kisaran 69,33
Periode II 85,33 dpm s.d. 90,67 dpm, yang menunjukkan
(dpm) kondisi fisik subjek dalam keadaan sehat,
karena beban kerjanya termasuk kategori
7 IMT 21,67 3,37 18,34 –
sangat ringan sampai ringan.
(kg/m2) 24,89
Sebelum pelaksanaan penelitian
semua populasi mendapatkan pemeriksaan
Keterangan : DNI = denyut nadi istirahat; kesehatan dari Dokter. Dari 45 orang
dpm = denyut/menit. populasi, 9 orang di antaranya kemudian
Sebagian besar subjek penelitian terpilih menjadi sampel. Dari hasil
berpendidikan setingkat SMU (50%), Pemeriksaan yang meliputi pengukuran
sedangkan yang berpendidikan SD dan tekanan darah, kadar gula sewaktu dan
Perguruan Tinggi masing-masing 37,5% denyut nadi telah didapatkan status
dan 12,5%. Subjek berjumlah 9 orang kesehatan sampel, yaitu sehat. Hasil uji
semuanya berjenis kelamin laki-laki dan normalitas terhadap data kondisi
merupakan karyawan UD. Jatayu; CV. lingkungan, baik untuk kondisi lingkungan
Rinna dan UD. Agus. Rentangan umur kerja pada periode I maupun pada periode
subjek adalah 30 s.d. 51 tahun, rerata 37,72 II menunjukkan bahwa data berdistribusi
± 4,72. Berat badan subjek berkisar antara normal yaitu data intensitas cahaya,
49 s.d. 71 kg dengan rerata 60,56 ± 6,22 kg. sedangkan data suhu kering, suhu basah,
Tinggi badan subjek berada pada rentangan kelembaban, suhu bola, kecepatan angin,
150 s.d. 171 cm dengan rerata 167,61 ± kebisingan dan WBGT index tidak
4,12 cm. Pengalaman kerja subjek sebagai berdistribusi normal. Jika salah satu data
petani berkisar antara 10 s.d. 20 tahun tidak normal maka pengujian memakai alat
dengan rerata 11,31 ± 4,91 th. Pengalaman uji non-parametrik. Dengan demikian data
kerja berkaitan dengan kemampuan diuji dengan uji Mann-Whitney. Hasil
adaptasi dan tingkat kesegaran jasmani analisis data kondisi lingkungan di
perajin. workshop para perajin dapat dilihat pada
Denyut nadi istirahat juga dapat Tabel.2. Keterangan : DNI = denyut nadi
menunjukkan derajat kesegaran jasmani istirahat; dpm = denyut/menit.
seseorang, semakin rendah denyut nadi
Sebagian besar subjek penelitian
istirahat seseorang maka semakin baik pula
berpendidikan setingkat SMU (50%),
kesegaran jasmaninya. Pada penelitian ini
sedangkan yang berpendidikan SD dan
denyut nadi istirahat subjek berkisar antara
Perguruan Tinggi masing-masing 37,5%
77,33 s.d. 90,67 denyut per menit (dpm)
dan 12,5%. Subjek berjumlah 9 orang
dengan rerata 84,31 ± 2,92 dpm sebelum
semuanya berjenis kelamin laki-laki dan
implementasi ergonomi (penelitian periode
merupakan karyawan UD. Jatayu; CV.
I) dan antara 69,33 s.d. 85,33 dpm dengan
Rinna dan UD. Agus. Rentangan umur
rerata 78,02 ± 4,53 dpm setelah
subjek adalah 30 s.d. 51 tahun, rerata 37,72
47
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

± 4,72. Berat badan subjek berkisar antara II menunjukkan bahwa data berdistribusi
49 s.d. 71 kg dengan rerata 60,56 ± 6,22 kg. normal yaitu data intensitas cahaya,
Tinggi badan subjek berada pada rentangan sedangkan data suhu kering, suhu basah,
150 s.d. 171 cm dengan rerata 167,61 ± kelembaban, suhu bola, kecepatan angin,
4,12 cm. Pengalaman kerja subjek sebagai kebisingan dan WBGT index tidak
petani berkisar antara 10 s.d. 20 tahun berdistribusi normal. Jika salah satu data
dengan rerata 11,31 ± 4,91 th. Pengalaman tidak normal maka pengujian memakai alat
kerja berkaitan dengan kemampuan uji non-parametrik. Dengan demikian data
adaptasi dan tingkat kesegaran jasmani diuji dengan uji Mann-Whitney. Hasil
perajin. analisis data kondisi lingkungan di
workshop para perajin dapat dilihat pada
Denyut nadi istirahat juga dapat
Tabel.2.
menunjukkan derajat kesegaran jasmani
seseorang, semakin rendah denyut nadi Tabel .2. Kondisi Lingkungan
istirahat seseorang maka semakin baik pula
Variabel Periode I Periode II Nilai Nilai
kesegaran jasmaninya. Pada penelitian ini Yang
denyut nadi istirahat subjek berkisar antara Diukur
77,33 s.d. 90,67 denyut per menit (dpm)
Rerat SB Rerat SB Z p
dengan rerata 84,31 ± 2,92 dpm sebelum a a
implementasi ergonomi (penelitian periode
Suhu 27,64 0,8 27,61 1,14 - 0,068
I) dan antara 69,33 s.d. 85,33 dpm dengan
kering 2 1,721
rerata 78,02 ± 4,53 dpm setelah
implementasi ergonomi (penelitian periode (oC)
II). Denyut nadi istirahat pada periode I dan Suhu 24,11 1,1 23,97 1,21 - 0,221
periode II masih berada pada kisaran 69,33 basah 4 1,227
dpm s.d. 90,67 dpm, yang menunjukkan (oC)
kondisi fisik subjek dalam keadaan sehat,
karena beban kerjanya termasuk kategori Kelembab 76,18 4,6 76,22 4,67 - 0,461
an 1 0,739
sangat ringan sampai ringan.
relatif
Sebelum pelaksanaan penelitian semua (%)
populasi mendapatkan pemeriksaan
WBGT 25,17 1,1 25,12 1,10 - 0,171
kesehatan dari Dokter. Dari 45 orang
index 1 1,366
populasi, 9 orang di antaranya kemudian
terpilih menjadi sampel. Dari hasil (oC)
Pemeriksaan yang meliputi pengukuran Kecepatan 11,15 3,0 11,07 2,82 - 0,487
tekanan darah, kadar gula sewaktu dan 2 1,112
angin
denyut nadi telah didapatkan status (m/dt)
kesehatan sampel, yaitu sehat. Hasil uji
Intensitas 190,0 4,7 193,0 6,89 - 0,965
normalitas terhadap data kondisi
0 1 0 0,043
lingkungan, baik untuk kondisi lingkungan cahaya
kerja pada periode I maupun pada periode (lux)

48
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Temperat 29,77 0,8 29,31 0,96 - bermakna


0,164 dengan rerata kebisingan, WBGT
ur 2 1,396 dan intensitas cahaya periode II.
bola (oC)
Untuk mengetahui kesesuaian antara
Kebisinga 74,33 6,5 74,61 6,91 - alat-alat
0,754 yang digunakan oleh perajin
n 7 3 0,313 dilakukan pengukuran antropometri.
(dBA) Ukuran yang didapatkan harus sesuai
dengan ukuran tubuhnya dan nyaman
digunakan oleh perajin 21,22,23. Data
Kondisi lingkungan yang terdiri atas
antropometri sangat penting dimiliki oleh
suhu kering, suhu basah, kelembaban
para perancang alat untuk mendapatkan
relatif, kecepatan angin, intensitas cahaya,
ukuran yang paling sesuai. Makin banyak
suhu bola dan kebisingan juga sangat
sampel yang dilibatkan makin baik, bahkan
mempengaruhi kondisi subjek. Data
di negera maju sudah tersedia data
intensitas cahaya, kecepatan angin dan
antropometri yang mewakili populasi
kebisingan adalah hasil pengukuran di lima
negara tersebut . Data didapatkan dengan
titik dan pada waktu yang berbeda.
cara : (1) semua subjek diukur; (2) data
Hasil analisis data menunjukkan bahwa antropometri semua subjek diambil rerata
kondisi lingkungan dilihat dari suhu kering, dan simpang bakunya (3) nilai rerata
suhu basah, suhu bola, kelembaban relatif, subjek kemudian dicari nilai persentilnya
kecepatan angin, intensitas cahaya dan dengan SPSS. Data antropometri perajin
kebisingan periode I dan pada periode II ukiran di Desa Tangeb dan Desa Kapal
adalah tidak ada perbedaan. Dikatakan dapat dilihat pada Tabel.3.
demikian karena semua nilai p > 0,05 atau
Tabel.3. Antropometri Seniman Ukir
dapat dikatakan bahwa : (a) rerata suhu
No. Antropometri Persentil Persentil Persen
kering pada penelitian periode I tidak til
(cm) 5 50
berbeda bermakna dengan rerata suhu 95

kering pada saat pengamatan periode II; (b) 1 Tinggi badan 150,00 167,00 171,00

rerata suhu basah pada pengamatan periode 2 Tinggi mata 142,00 157,00 158,00

I tidak berbeda bermakna dengan rerata 3 Tinggi bahu 124,00 140,00 142,00

suhu basah periode II; (c) rerata suhu bola 4 Tinggi siku 99,00 104,00 120,00

pada pengamatan periode I tidak berbeda 5 Tinggi kepalan tangan 90,00 200,00 215,00
bermakna dengan rerata suhu bola periode 6 Tinggi tubuh posisi 77,00 86,00 88,00
II; (d) rerata kelembaban relatif pada duduk

pengamatan periode I tidak berbeda 7 Tinggi mata posisi duduk 69,00 72,50 88,00

bermakna dengan rerata kelembaban relatif 8 Tinggi bahu posisi duduk 51,00 56,00 59,00

saat pengamatan periode II; (e) rerata 9 Tinggi siku posisi duduk 59,00 68,00 72,00

kecepatan angin pada pengamatan periode I 10 Tebal atau lebar paha 10,00 11,00 14,00

tidak berbeda bermakna dengan rerata 11 Panjang paha (depan) 50,00 56,00 60,00

kecepatan angin periode II, dan (f) rerata 12 Panjang paha (belakang) 40,00 47,00 49,00

kebisingan,WBGT dan intensitas cahaya 13 Tinggi lutut dalam posisi 41,50 51,00 55,00

pada pengamatan periode I tidak berbeda


49
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3
Duduk
Dari Tabel 4 telah terjadi penurunan
14 Tinggi paha dalam posisi 42,00 43,50 55,00
beban kardiovaskular dari 51,03 ± 5,82%
Duduk
menjadi 29,35 ± 7,88% dari periode I ke
15 Lebar bahu 40,00 44,00 49,00
periode II. Rentangan %CVL periode I
16 Lebar pinggul 29,00 34,00 41,00
menunjukkan beban kardiovaskuler sampel
17 Lebar dada 25,00 28,00 32,00 berada pada daerah yang merugikan
18 Lebar perut 21,00 25,00 32,00 kesehatan karena itu harus diturunkan.
19 Panjang siku 42,00 46,50 48,00 Rentangan %CVL pada periode II juga
20 Lebar kepala 15,00 16,00 16,00 tidak semuanya berada pada daerah aman
21 Panjang tangan 16,00 17,75 19,00 karena masih ada %CVL yang berada di
22 Lebar telapak tangan 8,00 9,00 9,50 atas batas aman, walau secara rata-rata
23 Lebar rentangan tangan 156,00 171,00 181,00 sudah baik, yaitu di bawah 30%. Beban
24 Tinggi jangkauan berdiri 188,00 210,50 217,00 kardiovaskular atau %CVL pada periode I
25 Tebal jangkauan duduk 160,00 172,50 211,00 dan Periode II dapat dilihat pada Gambar 1.
26 Jarak jangkauan tangan 71,00 81,00 85,00

Dari data antropometri kemudian meja 60


51,03
Beban Kardiovaskular (%)

dan kursi kerja di desain. Ukuran tinggi 50

meja memakai acuan tinggi siku persentil 5, 40


29,35
sehingga tinggi meja ditentukan 71,7 cm. 30
Panjang meja memakai acuan lebar bahu 20
persentil 95, yaitu 49 cm, sehingga panjang 10
meja dibuat 100 cm. Lebar meja ditentukan
0
memakai jarak jangkauan tangan persentil
Periode I Periode II
95, sehingga dibuat 69 cm.
Untuk mengetahui beban Gambar.1. Beban Kardio
kardiovaskular (%CVL) perlu dihitung Vaskuler
umur, lamanya bekerja dan beban kerja Beban kerja adalah jumlah denyut
maksimum dari sampel. Hasil pengukuran jantung per menit setelah aktivitas
beban kardiovaskular pada Tabel.4. dikurangi denyut jantung sebelum aktivitas.
Pada pengukuran denyut nadi adalah
sebagai berikut.
Tabel.4. Beban Kardiovasculer
Tabel.5. Denyut Nadi
No. Uraian Rerata Simpang Rentangan

(%) Baku (%)


No. Uraian Nilai Df Nilai
1 %CVL Periode 51,03 5,82 35 – 71 Z p
I

2 %CVL Periode 29,35 7,88 9 – 50


1 Denyut nadi 0,889 16 0,055
II istirahat (DNI)

50
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Periode I nadi
kerja
2 Denyut nadi 0,919 16 0,162
(DN
istirahat (DNI)
K)
Periode II
(dp
3 Denyut nadi 0,967 16 0,783 m)
kerja (DNK)
Periode I 140
132,56 107,81

Beban kerja (dpm)


120
4 Denyut nadi 0,960 16 0,662 100
81,31
Kerja (DNK) 80
78,13
60
Periode II
40
20
Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai Z
0
beban kerja pada periode I dan II, baik Periode I Periode II
denyut nadi istirahat (DNI) maupun denyut Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas

nadi kerja (DNK) memiliki nilai p>0,05, Gambar.2. Beban Kerja


sehingga dapat dikatakan bahwa keempat
data tersebut berdistribusi normal. Karena
data berdistribusi normal maka pengujian Data keluhan muskuloskeletal
beda mean menggunakan uji t-paired. Hasil didapatkan dari kuesioner Nordic body map
pengujian pada Tabel .6. dengan memakai skala Likert 4 tingkat.
Tabel.6. Hasil Analisis Uji Beda Denyut Pemakaian skala 4 didasarkan pada
Nadi pertimbangan tingkat pendidikan sampel
yang relatif rendah. Kuesioner telah diuji
N Vari Periode Periode Nil Nil reabilitasnya dengan nilai alpha Cronbach
o. abel I II ai ai 0,475. Nilai r hitung tersebut berada di atas
Rer S Rer S t p nilai r tabel. Nilai r tabel untuk subjek 30
ata B ata B orang adalah 0,2407, pada taraf
kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi
1 Den 81, 3, 78, 4, 1,8 0,0 5%. Jika alpha hitung > r tabel dan bernilai
yut 31 40 13 92 37 86 positif maka instrumen tersebut reliabel.
nadi
istira Sebelum melakukan pengujian dengan
hat memakai alat uji statistik, angka-angka
(DN yang tercatat dalam penelitian diuji dengan
I) uji normalitas. Berdasarkan uji normalitas
(dp dengan Shapiro-Wilk didapatkan hasil
m) seperti pada Tabel.7.

2 Den 132 2, 107 5, 13, 0,0


yut ,56 80 ,81 92 237 001

51
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

nilai Z keluhan muskuloskeletal pada


periode II adalah 0,940 dengan nilai p =
0,351. Keempat data berdistribusi normal
karena nilai p>0,05.
Data keluhan muskuloskeletal sebelum
Tabel.7. Uji Normalitas Data Keluhan
aktivitas perlu diketahui untuk memberi
Muskuloskeletal
keyakinan bahwa penurunan keluhan
No Uraian Nilai D Nilai muskuloskeletal pada periode II semata-
. f mata disebabkan oleh aktivitas yang
Z p
dilaksanakan dan bukan oleh sisa keluhan
1 Keluhan 0,89 1 0,06 pada periode I. Jika data komparabel (p >
Muskuloskeleta 2 6 1 0,05) maka dapat dikatakan bahwa
l pada Periode I terjadinya perubahan keluhan
sebelum muskuloskeletal pada periode II disebabkan
aktivitas hanya oleh treatment effect. Karena data
berdistribusi normal, selanjutnya diuji
2 Keluhan 0,91 1 0,12
dengan uji parametrik berupa uji t-paired.
Muskuloskeleta 1 6 2
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel .8.
l pada Periode
II sebelum
aktivitas Tabel.8. Uji Beda Keluhan
Muskuloskeletal
3 Keluhan 0,93 1 0,33
Variabe Periode I Periode II Nilai Nilai
Muskuloskeleta 9 6 4 l
l pada Periode I Re- SB Re-rata SB t p
setelah aktivitas rata

Skor 32,56 0,96 32,00 0,97 1,649 0,12


4 Keluhan 0,94 1 0,35 Keluhan 0
Muskul
Muskuloskeleta 0 6 1 oskeleta
l pada Periode l
Sebelum
II setelah Aktivita
s
aktivitas
Skor 55,63 4,29 47,69 3,36 26,87 0,00
Keluhan 4 01
Muskul
oskeleta
Dari Tabel 7 nilai Z keluhan l Setelah
Aktivita
muskuloskeletal pada periode I sebelum s
aktivitas adalah 0,892 dengan nilai p =
0,061, demikian pula pada nilai Z periode
II sebelum aktivitas adalah 0,911 dengan Dari Tabel 8 rerata keluhan
nilai p = 0,122. Setelah aktivitas nilai Z muskuloskeletal setelah aktivitas pada
keluhan muskuloskeletal pada periode I periode I adalah 55,63 ± 4,29 dan rerata
adalah 0,939 dengan nilai p = 0,334 dan keluhan muskuloskeletal pada periode II
52
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

setelah aktivitas adalah 47,69 ± 3,36 dengan


nilai t = 26,874 dan nilai p = 0,0001. Itu
berarti terdapat perbedaan rata-rata keluhan
muskuloskeletal antara periode I dan
periode II.
No. Uraian Nilai Df Nilai
Skor Keluhan Muskuloskeletal

60 Z p
55,63 47,69
50
1 Kelelahan 0,887 16 0,050
40
32,56 32,00 pada Periode I
30 sebelum
20 aktivitas
10
2 Kelelahan 0,697 16 0,0001
0
Periode I Periode II pada Periode
Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas II sebelum
aktivitas

3 Kelelahan 0,746 16 0,001


Gambar.3. Keluhan Muskuloskeletal pada Periode I
setelah
aktivitas
Kelelahan perajin diuji dengan
4 Kelelahan 0,798 16 0,003
pengisian kuesioner 30 items of rating scale
pada Periode
sebelum dan setelah aktivitas. Hasil
II setelah
pengujian normalitas data untuk kelelahan
aktivitas
dapat dilihat pada Tabel.10. Rasa lelah
sesungguhnya bukan hal yang buruk.
Dengan munculnya rasa lelah merupakan
Kelelahan sebelum aktivitas, baik pada
warning bagi pekerja untuk segera
periode I maupun periode II juga dihitung
beristirahat 25,26,27.
untuk memperkuat hasil analisis bahwa
Nilai Z dari data kelelahan pada terjadinya penurunan kelelahan pada
periode I sebelum aktivitas adalah 0,887 periode II setelah aktivitas semata-mata
dengan nilai p = 0,050, demikian pula pada disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang
periode II sebelum aktivitas adalah 0,697 diberikan.
dengan nilai p=0,000. Nilai Z data
Karena data tidak berdistribusi normal
kelelahan periode I setelah aktivitas adalah
maka pengujian dilakukan dengan uji
0,746 dengan nilai p = 0,001 dan pada
Wilcoxon Signed Ranks Test. Berdasarkan
periode II adalah 0,798 dengan nilai
pengujian didapatkan hasil analisis seperti
p=0,003. Dengan demikian dapat dikatakan
Tabel.10.
bahwa data tersebut tidak berdistribusi
normal.

53
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel.10. Uji Beda Data Kelelahan Gambar.4. Data Kelelahan Perajin Ukiran
Variabel Periode I Periode II Nilai Nilai

Rerata SB Rerata SB Z P
4. KESIMPULAN
Kelelahan 32,23 0,94 32,21 2,02 -0,320 0,749
Sebelum Berdasarkan pembahasan sebelumnya
Aktivitas
dapat disimpulkan beberapa intisari
Kelelahan 61,73 0,53 53,67 0,56 -3,900 0,0001 penelitian untuk menjawab permasalahan
Setelah
Aktivitas yang ada, sebagai berikut.
Dengan memanfaatkan teknologi tepat
guna, yaitu stasiun kerja ergonomis
Tabel.9. Hasil Uji Normalitas Data didapatkan data bahwa beban kardio
Kelelahan vaskuler menurun ke titik aman, yaitu
Dari Tabel 10 didapat rerata kelelahan menurun dari 51,03 ± 5,82% menjadi 29,35
sebelum aktivitas pada periode I sebesar ± 7,88% dari periode I ke periode
32,23 ± 0,94 dan rerata kelelahan sebelum II.Besarnya beban kerja adalah tergantung
aktivitas pada periode II adalah 32,21 ± pada besar kecilnya denyut jantung dalam
2,02 dengan nilai Z -0,320 dan nilai p > satuan denyut per menit (dpm). Denyut nadi
0,05. Nilai ini mengindikasikan bahwa data kerja pada periode I adalah 132,56 ± 2,80
tidak berbeda bermakna antara periode I dpm dan denyut nadi kerja pada periode II
dan periode II. Itu berarti kondisi awal adalah 107,81 ± 5,92 dpm, atau menurun
subjek dilihat dari kelelahannya dalam 18,67%. Denyut nadi pada periode I masih
kondisi sama. Setelah beraktivitas, rerata berada pada kategori beban kerja berat,
kelelahan pada periode I adalah 61,73 ± sedangkan pada periode II termasuk beban
0,53 dan rerata kelelahan pada periode II kerja sedang.
adalah 53,67 ± 0,56 dengan nilai Z -3,900 Keluhan muskuloskeletal adalah rasa
dan nilai p = 0,000. Dengan demikian dapat sakit yang dirasakan pada beberapa bagian
dikatakan kelelahan setelah aktivitas tubuh. Rerata skor keluhan muskuloskeletal
berbeda bermakna (p < 0,05) antara periode sebelum aktivitas pada periode I dan
I dan periode II. periode II masing-masing 32,56 ± 0,96 dan
Kelelahan pada perajin di Desa Tangeb 32,00 ± 0,97, sedangkan rerata keluhan
dan Kapal sebelum dan sesudah aktivitas, muskuloskeletal setelah aktivitas pada
baik pada periode I dan periode II dapat periode I dan II masing-masing 55,63 ±
dilihat pada Gambar.4. 4,29 dan 47,69 ± 3,36. Besarnya penurunan
keluhan muskuloskeletal pada periode II
setelah aktivitas adalah sebesar 14,27%.
Besarnya keluhan Muskuloskeletal pada
periode I disebabkan oleh pembebanan
pada otot terutama pada pergelangan
PENILAIAN 30 ITEM KELELAHAN
tangan, pinggang, punggung dan pantat
karena perajin harus duduk membungkuk di
70
Rerata skor kelelahan

61,73 53,67
60
50
54
40
32,23 32,21
30
20
10
0
Periode I Periode II
Sebelum Aktivitas Setelah Aktivitas
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

lantai, sehingga mempengaruhi sistem saraf kecelakaan akibat kerja atau kesalahan
pusat dan menimbulkan kelelahan otot. dalam menentukan ukuran pahat29.
Selama bekerja tidak ada istirahat dan
Kelembaban udara hendaknya dapat
minum, hal ini juga menambah beban otot
dipertahankan pada kisaran 70% sampai
yang terlalu lama yang menimbulkan
dengan 76% untuk memungkinkan keringat
kelelahan otot sehingga sering terjadi
dapat ke luar dari pori-pori kulit30.
istirahat curian untuk menghilangkan
Kebisingan hendaknya dihindarkan untuk
kelelahan tersebut.
pekerja ukir karena dapat memperngaruhi
Setelah beraktivitas, rerata kelelahan konsentrasi dan mempercepat kelelahan
pada periode I adalah 61,73 ± 0,53 dan psikis. Temperatur udara akan lebih baik
rerata kelelahan pada periode II adalah jika dapat dipertahankan pada kisaran 26o
53,67 ± 0,56, atau menurun sebesar 13,06% Celsius sampai 28o Celsius untuk
dengan nilai Z -3,900 dan nilai p = 0,000. kenyamanan kerja yang lebih baik dan
Dengan demikian dapat dikatakan kelelahan kepuasan pekerja dapat dipertahankan31.
setelah aktivitas berbeda bermakna (p <
0,05) antara periode I dan periode II.
UCAPAN TERIMA KASIH
Secara bertahap harus mulai dipikirkan Penulis mengucapkan terima kasih
agar stasiun kerja di-move on. Pemanfaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia,
teknologi tepat guna adalah salah satu khususnya Politeknik Negeri Bali yang
solusi yang ditawarkan28. Diadakan sudah membiayai penelitian ini. Penulis
perubahan paradigma dari stasiun kerja juga mengucapkan terima kasih kepada
konvensional yang bekerja di lantai tanpa Kepala P3M PNB yang telah membantu
memperhatikan kesehatan diubah. Perajin memfasilitasi penulisan, pelaksanaan dan
dianjurkan agar mulai memakai meja dan pelaporan penelitian.
kursi untuk meningkatkan produktivitas,
mengurangi beban kerja, menurunkan
keluhan muskuloskeletal dan kelelahan.
Kecepatan angin hendaknya dibuat
DAFTAR PUSTAKA
tidak terlalu kencang dan tidak terlalu
stagnan. Dengan hembusan ± 4 m/menit, [1] Epstein, Y. dan Moran, D.S. 2006.
angin alami akan mampu mempertahankan Thermal Comport and the Heat Stress
kondisi fisik pekerja tetap bugar sepanjang Indices. Industrial Health Journal.
hari. Vol. 44 (1): pp. 388-98.
Penerangan buatan atau memakai lampu [10] Carrivick, P.J.W., Andy H. Lee and
harus mampu membuat pekerja dapat Kelvin K.W. Yau. 2002.
bekerja dengan teliti. Dengan intensitas Effectiveness of a Participatory
cahaya 300 lux atau lebih sudah dapat Workplace Risk Assessment Team in
menghindarkan pekerja seni dari Reducing the Risk and Severity of
Musculoskeletal Injury: Journal of

55
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Occupational Health. Vol. 44. No. 4. Program Pascasarjana Universitas


July. 2002.: Japan Society for Udayana.
Occupational Health.
[19] Adiputra, N. 2003. Kapasitas Kerja
[11] Chaff’m, D.B. 1974.Human strength
Fisik Orang Bali. Majalah
capability and low back pain, Journal
KedokteranUdayana(Udayana
of Occupational medicine, 9, 248-
Medical Journal), Vol. 34, No.120.
254.
April : p.108-110.
[12] Bakta, IM. 2000. Uji Klinik. Journal
Internal Medicine. Vol. 1 (2): pp. 99- [2] Christensen, E.H. 1991. Physiology
107. of Work. In : Parmeggiani, L. Editor.
Encyclopaedia of Occupational
[13] Purnawati, S. 2002. Keluhan rd
Health and Safety, 3 (revised) Ed.
Muskuloskeletal Karyawan pada CV.
Genewa : ILO. p. 1698-1700.
DS di Desa Mas. Jurnal Ergonomi
Indonesia (The Indonesian Journal of [20] Chan, A.D.C. and Fishbein, J.
Ergonomics), Vol.3, No.1 Juni. 41-48 2009,A Global Engineer for the
Global Community. The Journal of
[14] McCann, M. 2010.Hazards in cottage
Policy Engagemen, 1 (2) 4-9.
industries in developing countries,
[21] Helander, G.M. 1995. A Guide to
American Journal of Industrial
the Ergonomics of Manufacturing.
medicine, 30 , 125-129.
London : Taylor & Francis.
[15] Eastman, K. 1983. Ergonomics
Design for People of Work. New [22] Manuaba, A. 1992a. Penerapan
York : Van Nostrand Renhold. p. Ergonomi untuk Meningkatkan
133-137 Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas (Makalah). Bandung :
[16] Mitchell, KS. 2013,Optimising
Seminar Kesehatan dan Keselamatan
Business Performance through
Kerja (K3) IPTN.
Innovative Workplace Strategies,
Journal of Facilities Management, [23] Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work
258-276. and Health. London : Macmillan
[17] Grandjean, E. 2000. Fitting the Task Academic Profesional Ltd.
To The Man. A Textbook of [3] Bubb, H. 2013. A Consideration of
Occupational of Ergonomics. 4 th Ed. the Nature of Work and the
London : Taylor & Francis. Consequences for the Human
[18] Adiatmika, I P. G. 2007. ”Perbaikan Oriented Design of Production and
Kondisi Kerja dengan Pendekatan Products Journal of Applied
Ergonomi Total Menurunkan Ergonomics. Vol. 37 (4): pp. 401-7.
Keluhan Muskuloskeletal dan
[4] Erensal, Y. C. dan Albayrak, E. 2007.
Kelelahan serta Meningkatkan
The Impact of Micro dan
Produktivitas dan Penghasilan Perajin
Macroergonomics Considerations on
Pengecatan Logam di Kediri
Appropriate Technology Transfer
Tabanan” (Disertasi). Denpasar :
56
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Decisions in Developing Countries : [8] Anonim, 2008b. Seni Ukir Bali. (cited
The Case of Turkey. Journal of 2015 March 29). Available at :
Human Factors and Ergonomics in http://www. Geocities.com.
Manufacturing. Vol. 17 (1): pp. 1-19.
[9] Adiputra, N., Sutjana, D.P.,
[5] Hignett, S. Wilson, J.R. dan Morris, Suyasning, HIS., dan Tirtayasa, K.
W. 2005. Finding Ergonomic 2001. Gangguan Muskuloskeletal
Solutions – Participatory Approaches. Karyawan Beberapa Perusahaan Kecil
Occupational Medicine Journal. di Bali. Jurnal Ergonomi Indonesia
Vol.55 : pp. 200-7. (The Indonesian Journal of
Ergonomics), Vol: 3, No. 2.
[6] Chandna, P. Deswal, S. dan Chandra,
Desember p. 22-26.
A. 2010. An anthropometric survey of
Industrial Workers of the Northern
Region of India. International
Received: 31 August 2017, Accepted:
Journal of Industrial and Systems
(…………………..)
Engineering. Vol. 6 (1): pp. 110-28.
[7] Anonim. 2008a. Tentang Seni Ukir
Indonesia. (cited 2015 April 2).
Available at :
http://www.artbloggue.blogster.com.

57
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

REVIEW LITERATUR TENTANG APLIKASI ERGONOMI DI


KERAJINAN PERAK UNTUK MENGANTISIPASI KEBOSANAN
KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL

Nathasya Ferdyastari1, Susy Purnawati2, I Putu Gede Adiatmika2


1
Mahasiswa Program Studi S2 Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana,
Universitas Udayana, Denpasar
2
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar
2
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar
Email : Chanathasya@gmail.com

Abstrak
Kerajinan perak di Bali telah berkembang mengikuti perkembangan industri
pariwisata. Pekerja di industri perak berhadapan dengan kondisi kerja yang tidak
ergonomis yang dapat menimbulkan kebosanan dan keluhan muskuloskeletal sehingga
dapat menurunkan penampilan kerja. Beberapa Pekerjaan dibagian perak bekerja dengan
posisi duduk dengan menggunakan kursi plastik tanpa adanya alas duduk dengan posisi
pekerja membungkuk, siku dan lutut menekuk hal ini yang menyebabkan pekerja dibagian
perak sering mengeluh sakit dibagian punggung, pinggang dan bokong. Penelitian ini
menggunakan metode kajian pustaka. Hasil dari studi literatur didapatkan kebosanan
merupakan awal dari kelelahan kerja, peralatan yang kurang mendukung dapat
mempengaruhi kebosanan kerja, keserasian antara stasiun kerja dengan para pekerja
yang memakainya akan sangat menentukan keergonomisan sikap kerja dari para pekerja.
Kebosanan juga dapat terjadi pada tenaga kerja yang bekerja secara monoton, berulang-
ulang, serta pelaksanaan atau kegiatan yang tidak menarik Stretching teratur disela
pekerjaan akan mengurangi ketegangan otot, memperbaiki peredaran darah, mengurangi
kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan dan mengurangi keluhan muskuloskeletal.

Kata kunci : Aplikasi ergonomi, kebosanan kerja, keluhan muskuloskeletal

Pendahuluan sangat beragam, dengan makna tidak hanya


simbolis, akan tetapi juga makna estetis,
Pariwisata sangat berpengaruh
dan sosial budaya. Pekerja perak di Bali
terhadap perkembangan kerajinan perak
kebanyakan membuat atau memproduksi
Bali, hal ini bisa dilihat dari aspek bentuk,
perhiasan seperti cincin, kalung, gelang,
jenis, fungsi, maupun maknanya bagi
dan hiasan rumah yang terbuat dari perak.
masyarakat. Pekerja perak terus melakukan
Beberapa pekerjaan dibagian perak
berbagai upaya dalam mengembangkan
melakukan pekerjaan dengan posisi duduk
desain-desain baru yang kreatif dan
dalam jangka waktu yang lama. Kursi yang
inovatif, dalam memenuhi kebutuhan pasar
digunakan berbahan plastik tanpa adanya
pariwisata yang sangat kompetitif.
alas duduk sehingga pekerja kurang
Kerajinan perak Bali
nyaman dikarenakan permukaan kursi yang
memperlihatkan bentuk dan jenisnya yang
keras dengan lantai yang berbahan keramik
58
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dan tergolong licin sehingga posisi kursi Perkembangan industri yang cukup
plastik sering bergeser yang menyebabkan pesat, namun tidak diiringi perhatian
pekerja sering mengeluh sakit di bagian terhadap lingkungan kerja dan peralatan
punggung, pinggang dan bokong. kerja dipastikan akan menimbulkan
Berdasarkan Penelitian terhadap gangguan muskuloskeletal (Adiputra,
hubungan sikap duduk dan lama duduk 2001). Oleh karena itu, ergonomi
terhadap keluhan nyeri punggung bawah hendaknya diterapkan diberbagai aspek
pada pengrajin perak di desa Celuk, pekerjaan, baik dalam industri besar,
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar menengah maupun kecil (Manuaba, 2000).
menunjukan terdapat hubungan antara sikap Berdasarkan penelitian terhadap
duduk terhadap keluhan nyeri punggung penggunaan kursi ergonomis untuk
mengurangi keluhan nyeri otot rangka
bawah pada pengrajin perak Sukawati juga
(musculoskeletal disorders) pada pekerja
hubungan antara lama duduk terhadap
laundry di wilayah kota Yogyakarta
keluhan nyeri punggung bawah pada didapatkan hasil setelah menggunakan kursi
pengrajin perak Sukawati. Berdasarkan ergonomis, distribusi keluhan pada
hasil penelitian tersebut masih sangat responden mengalami penurunan jumlah
diperlukan perhatian dan perubahan dari yaitu pada bagian pinggang, punggung,
sikap duduk dan lama duduknya bagi tangan kiri dan kaki kiri (Ningsih, 2016).
pengrajin perak dan pemilik usaha perak Berdasarkan penelitaian terhadap
untuk menunjang kesehatan para pengrajin penambahan alas mesin dan pemberian
perak (Padmiswari, 2017). peregangan dinamis dibagian proses
Aplikasi ergonomi dengan pemotongan singkong menurunkan beban
penggunaan kursi ergonomis yang kerja, keluhan muskuloskeletal, dan
mempunyai sandaran serta alas duduk dari meningkatkan produktivitas kerja pada
bahan busa dan pemberian stretching yang industri keripik singkong didapatkan hasil
diharapkan dapat mengurangi sakit pada penambahan alas mesin dan pemberian
bagian pinggang, bokong, dan punggung. peregangan dinamis dapat menurunkan
Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan beban kerja, menurunkan keluhan
seni yang berupaya menserasikan alat, cara muskuloskeletal, dan meningkatkan
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan produktivitas kerja (Anniza, 2017).
dan batasan manusia untuk terwujudnya Sikap kerja duduk pekerja perak
kondisi lingkungan kerja yang efektif, adalah duduk statis diatas kursi plastik
sehat, aman, nyaman dan efisien demi tanpa adanya alas kursi, postur bagian
tercapainya produktivitas yang setinggi – punggung dan kepala cenderung
tingginya (Manuaba, 2000). membungkuk serta posisi siku maupun lutut
Ergonomi berusaha menciptakan menekuk. Hal ini yang memicu timbulnya
keserasian antara pekerjaan dengan alat keluhan pegal yang dirasakan terutama
yang digunakan, sistem yang mendukung pada bagian pinggang, dan bokong.
serta kondisi lingkungan kerja yang Pekerjaan yang melibatkan aktivitas
optimal, sehingga saat bekerja akan terasa fisik dan mental dapat menimbulkan
nyaman serta meminimalisirkan kelelahan keluhan otot (muskuloskeletal). Hal ini
dan kecelakaan akibat kerja (Josephus, dapat disebabkan karena postur kerja yang
2009). kurang fisiologis, pengulangan gerakan
59
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

(repetitive motion), postur kerja statis Keserasian antara stasiun kerja


(static posture), sifat pekerjaan yang dengan para pekerja yang memakainya
monoton, waktu bekerja yang cukup lama, akan sangat menentukan keergonomisan
dan sarana prasarana kerja yang tidak sesuai sikap kerja dari para pekerja yang
dengan antropometri pekerja (Sutajaya, bersangkutan. Apabila stasiun kerja tidak
2006). sesuai dengan antropometri tubuh para
Penggunaan kursi ergonomis pada pekerja pemakainya maka sikap kerja yang
pekerja dengan lebar dudukan 40cm, terjadi adalah sikap kerja tidak alamiah atau
kedalaman 40cm, tinggi sandaran 48cm, sebaliknya.
lebar sandaran 34cm, tinggi tempat duduk Dalam membuat kursi hendaknya
dari lantai 45cm. Menurut (Grandjean, memakai sandaran pinggang atau
2000; Nurmianto, 1996) kursi yang punggung. Untuk memperoleh sikap kerja
ergonomis dengan lebar dudukan 40-45cm, yang ergonomis maka tinggi tempat duduk
kedalaman kursi 38-42cm, tinggi sandaran dan sandaran pinggang sebaiknya
48-50cm, lebar sandaran 32-36cm, tinggi disesuaikan dengan ukuran rerata
kursi 45cm. Perlunya adanya penambahan antropometri tinggi poplitea pemakai,
stretching agar dapat mengurangi sedangkan sandaran pinggangnya
kebosanan dan keluhan muskuloskeletal disesuaikan dengan rerata pinggang
pada pekerja. pemakai (20-30cm) (Grandjean, 2000).
Kajian pustaka ini menguraikan Kondisi lingkungan yang tidak
beberapa hal sebagai jawaban atas mendukung seperti peralatan kerja juga
pertanyaan penelitian sebagai berikut : (1) dapat mempengaruhi kebosanan kerja
Bagaimanakah mekanisme kursi ergonomis diantaranya turunnya motivasi kerja,
terhadap kebosanan kerja dan keluhan kelelahan dini dan ingin menghindar dari
muskuloskeletal?, (2) Bagaimanakah aktivitas utama (Pulat, 1992).
mekanisme pemberian stretching terhadap Kebosanan adalah ungkapan tidak
kebosanan kerja dan keluhan enak dari perasaan tidak menyenangkan,
muskuloskeletal? perasaan lelah yang menguras seluruh
minat dan tenaga (Anogara, 2006). Seorang
Kajian Pustaka tenaga kerja yang merasa bosan atau jenuh
dengan pekerjaannya mungkin akan
Mekanisme kursi ergonomis menurunkan
mengalami suatu ketegangan, rasa lemah,
kebosanan kerja dan keluhan
cepat marah, sulit berkomentar, maupun
muskuloskeletal
sulit bekerja secara efektif (Anoraga, 2006).
Kursi Ergonomi adalah kursi yang Posisi kerja dapat diperbaiki dengan
didesain untuk mendukung posisi duduk mempertimbangkan penggunaan fasilitas
yang benar sehingga meminimalisasi cidera kerja berupa meja dan kursi yang
yang terjadi pada tubuh akibat duduk yang ergonomis. Permukaan kerja (work surface)
terlalu lama. Menurut (Grandjean, 2000; perlu dirancang sedemikian rupa sehingga
Nurmianto, 1996) kursi yang ergonomis pekerja tidak mengalami permasalahan
dengan lebar dudukan 40-45cm, kedalaman dalam menangani pekerjaan. Area kerja
kursi 38-42cm, tinggi sandaran 48-50cm, utama harus ditempatkan tepat didepan
lebar sandaran 32-36cm, tinggi kursi 45cm. pekerja untuk menghindari perputaran
punggung saat beraktivitas (Bridger, 2003).
60
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Postur kerja duduk memberi memanjangkan struktur jaringan lunak yang


keuntungan dibanding postur kerja berdiri memendek secara patologis maupun non
karena dapat menurunkan beban statis patologis sehingga dapat meningkat lingkup
khususnya pada kaki, memungkinkan gerak sendi (Kisner, 2007).
peredaran darah yang lebih lancar dan Stretching mencegah dan
tingkat kelelahan yang lebih rendah (Pulat, mengurangi kekakuan serta mengulur
1996). struktur jaringan lunak yang berkaitan
Tidak semua postur kerja duduk dengan spasme sehingga dapat
aman untuk dilakukan. Duduk statis dalam meningkatkan lingkup gerak sendi.
jangka lebih dari 1,5 jam beresiko terjadi Pemberian stretching dapat
nyeri punggung bawah (low back pain) mengurangi spasme karena proprioceptor
pada pekerja. Resiko meningkat pada otot atau muscle spindle yang teraktivasi
pekerja wanita dan postur tubuh kurus saat stretching terjadi. Muscle spindle
(Diana Samara, 2005). Kondisi fasilitas bertugas untuk mengatur sinyal keotak
kerja yang tidak ergonomis dapat tentang perubahan panjang otot dan
menimbulkan kebosanan kerja pada perubahan tonus yang mendadak dan
karyawan dikarenakan posisi duduk statis berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot
lebih cepat menimbulkan kelelahan. yang mendadak dan berlebihan, maka
Apabila otot menerima beban statis muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke
secara berulang-ulang dan dalam jangka otak untuk membuat otot tersebut
waktu lama dapat menyebabkan keluhan berkontraksi sebagai bentuk pertahanan dan
hingga kerusakan muskuloskeletal. Keluhan mencegah cidera. Oleh karena itu, saat
muskuloskeletal bisa terjadi akibat sikap melakukan stretching dilakukan penahanan
kerja yang kurang fisiologis, sikap kerja beberapa saat dengan tujuan untuk
statis, kerja berlebih, dan kerja repetitif. memberikan adaptasi pada muscle spindle
Berdasarkan penelitian terhadap terhadap perubahan panjang otot yang kita
lmplementasi Desain Fasilitas Kerja berikan, sehingga sinyal dari otak untuk
Ergonomis untuk Menurunkan Resiko pada mengkontraksikan otot menjadi berkurang.
Postur Kerja Duduk Statis, didapatkan hasil Dengan kontraksi otot yang minimal pada
Implementasi fasilitas kerja ergonomis saat stretching, akan memudahkan muscle
berupa meja dan kursi pada aktivitas kerja fibers untuk memanjang dan spasme otot
duduk statis dapat menurunkan resiko
dapat berkurang (Daryono, 2016.)
gangguan muskuloskeletal pada pekerja.
Pekerjaan yang dilakukan secara
Untuk pengembangan usaha dengan skala
produksi lebih besar disarankan untuk berulang-ulang dan terus menerus dalam
merancang alat mekanik sederhana waktu yang relatif lama tanpa adanya
(Purnama, 2015). variasi kerja akan memberikan dampak
pada kebosanan yang berujung pada
Mekanisme pemberian stretching timbulnya kesalahan yang disebabkan oleh
menurunkan kebosanan kerja dan keluhan gerakan fungsi tubuh yang kurang
muskuloskeletal dikoordinasi dengan baik atau terjadinya
penurunan kondisi fisiologis tubuh pekerja.
Stretching atau peregangan
Kondisi kebosanan ini bila dibiarkan tanpa
merupakan istilah umum yang digunakan
adanya perbaikan kerja akan menimbulkan
untuk menggambarkan suatu maneuver
penurunan produktivitas kerja karyawan,
terapeutik yang bertujuan untuk
61
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

penurunan target yang telah ditentukan oleh otot yang berlebihan akibat pemberian
perusahaan yang berujung pada tidak beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
maksimalnya pendapatan atau keuntungan yang panjang. Suplai oksigen ke otot
perusahaan (Susihono, 2014). menurun, proses metabolisme karbohidrat
Stretchingteratur disela pekerjaan terhambat dan sebagai akibatnya terjadi
akan mengurangi ketegangan otot, penimbunan asam laktat yang menyebabkan
memperbaiki peredaran darah, mengurangi timbulnya rasa nyeri otot.
kecemasan, perasaan tertekan, kelelahan,
Daftar Pustaka
mengurangi keluhan muskuloskeletal
sehingga membuat pekerja merasa lebih Adiputra, N., Sutjana, D.P., Suyasning,
baik. Stretching pada otot–otot para pekerja Tirtayasa, K. 2001. Gangguan
akan membuat tubuh siap dalam Muskuloskeletal Karyawan
melakukan kegiatan serta dapat mengurangi Beberapa Perusahaan Kecil di Bali.
dampak cidera yang sangat rentan, Jurnal Ergonomi Indonesia. 2 (1,6)
meningkatkan fleksibilitas atau kelenturan : 6-9
48,01% dan mampu meningkatkan Anniza M. 2017. Penambahan alas mesin
produktivitas sebesar 48,84% (Daryono, dan pemberian peregangan dinamis
2016). dibagian proses pemotongan
singkong menurunkan beban kerja,
keluhan muskuloskeletal, dan
meningkatkan produktivitas kerja
pada industri keripik singkong.
Simpulan
Tesis. Universitas Udayana
Dapat disimpulkan bahwa : (1) Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta :
Kebosanan kerja dan keluhan Rineka Cipta
muskuloskeletal dapat dikurangi salah Bridger, R. 2003. Introduction to
satunya dengan memberikan kursi Ergonomics. New York: Taylor &
ergonomis, stretching, dan istirahat aktif. Francis Inc.
(2) Kebosanan kerja dapat terjadi Daryono, Sutjana I.DP., Muliarta, I.M.
dikarenakan pekerja merasa jenuh dengan 2016. Redesain Rakel dan
pekerjaannya, Pekerjaan yang dilakukan Pemberian Peregangan Aktif
secara berulang-ulang dan terus menerus Menurunkan Beban Kerja dan
dalam waktu yang relatif lama tanpa adanya Keluhan Muskuloskeletal Serta
variasi kerja akan memberikan dampak Meningkatkan Produktivitas Kerja
pada kebosanan yang berujung pada Pekerja Sablon Pada Industri Sablon
timbulnya kesalahan yang disebabkan oleh Surya Bali Di Denpasar. Ergonomi
gerakan fungsi tubuh yang kurang Fisiologi Kerja Universitas
Udayana. Jurnal Ergonomi
dikoordinasi dengan baik atau terjadinya
Indonesia (The Indonesian
penurunan kondisi fisiologis tubuh pekerja
Journal of Ergonomi) Vol.2, No.
akibatnya pekerja cepat mengalami 2:1 Juli – Desember 2016
kelelahan yang berakibat hilangnya Diana Samara, B. B. 2005. Duduk Statis
efisiensi otot karena berkurangnya Sebagai Faktor Risiko Terjadinya
cadangan energi dan meningkatnya sisa Nyeri Punggung Bawah Pada
metabolisme didalam otot. (3) Keluhan Pekerja Perempuan. Universa
muskuloskeletal terjadi karena kontraksi Medicina , 24 (2).
62
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Grandjean, E. and Kroemer. 2000. Fitting Pulat, B. M. 1996. Fundamentals of


the Task to the Human. A textbook Industrial Ergonomics. Illinois:
of Occupational Ergonomics. 5th Waveland Press Inc.
Edition. Philadelphie: Taylor & Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of
Francis Industrial Ergonomics, Prentice-
Guyton AC., 2006, Fisiologi Kedokteran, Hall, Englewood Cliffs, New Jersy.
text book of medical physiology Purnama. I.L.I, Dewi l., Yuniartha. D.R.
edisi 9, Jakarta: Penerbit Buku 2015. lmplementasi Desain Fasilitas
Kedokteran EGC. Kerja Ergonomis untuk
Josephus, J. 2009. Pengaruh Intervensi Menurunkan Resiko pada Postur
Ergonomi pada Proses Penangkapan Kerja Duduk Statis. Jurnal
Ikan dengan Pukat Cincin Terhadap Rekayasa Sistem Industri. Vol.4 (1)
Kinerja dengan Indikator: Beban Rahayu, R.P.P. 2013. Efektivtas Musik
Kerja, Keluhan Muskuloskeletal dan Pengiring Kerja dalam Mengurangi
Kesejahteraan Nelayan di Amurang Kebosanan dan Kelelahan Kerja:
Kabupaten Minahasa Selatan Universitas Pendidikan Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara. Rusni. N.W. 2016. Aplikasi Ergonomi
(Disertasi). Denpasar: Program dengan Workplace Stretching
Pascasarjana, Universitas Udayana. Exercise dan Pemberian The Manis
Kisner, C. and Allen C.L. 2007.Therapeutic Memperbaiki Respon Fisiologis dan
Exercise Foundation and Meningkatkan Produktivitas
Techniques. Philadelphia: FA. Penjahit di PT. Fussion Hawai.
Davis. Tesis. Universitas Udayana.
Manuaba, A. 2000. Ergonomi Susihono, W. 2014. Analisis Kelelahan
Meningkatkan Kinerja Tenaga Kerja Kerja, Kebosanan Kerja, Kepuasan
dan Perusahaan. Dalam: Kerja Sebagai Dasar Rekomendasi
Hermansyah. Editor. Prosiding Perbaikan Fisiologis Pekerja.
Simposium dan Pameran Ergonomi Seminar Nasional IENACO
Indonesia 2000. Bandung: ITB Susihono, W. 2014. Assessment Kebosanan
Press. Hal. 11 – 19. Kerja Karyawan Sebagai Dasar
Ningsih D.S, dkk. 2016. Penggunaan Kursi Evaluasi Kinerja Aspek Task,
Ergonomis untuk Mengurangi Organisasi dan Lingkungan
Keluhan Nyeri Otot Rangka Perusahaan; Studi Kasus di
(Musculoskeletal Disorders) pada Kawasan Industri Tangerang-
Pekerja Laundry di Wilayah Kota Banten. Simposium Nasional RAPI
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan XIII - 2014 FT UMS.
Lingkungan. Vol 8 (1) Sutajaya, I.M. 2006. Pembelajaran Melalui
Nurmianto, E. 2008. Ergonomi Konsep Pendekatan Sistemik Holistik
Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Interdisipliner dan Partisipatori
Teknik Industri - ITS. (SHIP) Mengurangi Kelelahan
Padmiswari, N.K.S, Adiartha, I.P. 2017. Keluhan Muskuloskeletal dan
Hubungan Sikap Duduk dan Lama Kebosanan serta Meningkatkan
Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Luaran Proses Belajar 76
Punggung Bawah pada Pengrajin Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja.
Perak di Desa Celuk Kecamatan Disertasi. Universitas Udayana.
Sukawati Kabupaten Gianyar., E-
Jurnal Medika. Vol 6 (2)

63
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS ERGONOMI BERDASARKAN PERSPEKTIF FISIOTERAPI PADA


WORK MUSCULOSKELETAL DISORDERS (WMSD’S)

Meiza Anniza1 dan Ferian Nugraha2


1
Program Studi S1 dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan,Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2
Program Studi S1 dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan,Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
Email:meizaannisa@yahoo.com

Abstrak

Setiap pekerjaan memiliki risiko dalam terjadinya work musculoskeletal disorders


yang mengakibatkan keadaan disabilitas atau keterbatasan gerak dan fungsi yang
diakibatkan suatu pekerjaan atau hasil dari sebuah mekanisme bekerja. WMSD’s timbul
ketika seseorang menerima beban baik statis maupun dinamis dalam waktu yang lama
atau berulang melebihi kapasitas daya tahan pekerja. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis ergonomi berdasarkan perspektif fisioterapi pada work musculoskeletal
disorders (WMSD’s). Penelitian dilakukan dengan rancangan sama subjek (treatment by
subjects design) dengan jumlah sampel 9 pekerja. Keluhan muskuloskeletal di ukur dengan
kuesioner nordic body map. Data dianalisis dengan uji t – paired dengan taraf signifikan
p<0,05. Hasil analisis menunjukkan penurunan keluhan muskuloskeletal dari rerata skor
33,56 menjadi 31,56.Disimpulkan bahwa analisis ergonomi berdasarkan perspektif
fisioterapi pada work musculoskeletal disorders (WMSD’s) menurunkan keluhan
muskuloskeletal. Disarankan dalam upaya menurunkan keluhan musculoskeletal pekerja
mendapatkan penangan fisioterapi secara berkala.

Kata Kunci : Work musculoskeletal disorders, Ergonomi, Fisioterapi

(16%), kardiovaskuler (8%), gangguan


saraf (5%), gangguan pernafasan (3%), dan
Pendahuluan
gangguan THT (1,5%) (Sumiati, 2007).
Berdasarkan hasil studi Departemen
Kesehatan dalam profil masalah kesehatan Perangkat dan peralatan non
di Indonesia tahun 2005 menunjukan bahwa ergonomi yang digunakan manusia
sekitar 40,5% penyakit yang diderita memunculkan problematika tersendiri.
karyawan berhubungan dengan Bernardino Ramazzini, seorang dokter
pekerjaannya. Gangguan yang dialami berkebangsaan Italia, membahas hubungan
pekerja menurut penelitian yang dilakukan antara cidera repetitive fisik dengan
terhadap 9.482 karyawan di 12 pekerjaan yang dituangkan dalam
kabupaten/kota di Indonesia umumnya publikasinya yang berjudul “De Morbis
berupa penyakit Musculoskeletal Disorders Artificum Diatriba” atau Disease of
64
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Workers dan dalam bahasa Indonesia dinamis (Sutalaksana dalam Sanjaya,


diterjemahkan : penyakit para pekerja pada 2003).
tahun 1713. Menurutnya pekerjaan bisa Occupational biomecanic berkaitan
menyebabkan problematiks atau penyakit dengan interaksi fisik antara pekerja dengan
tersendiri. Sehingga dalam pelaksanaan mesin, material, dan peralatan, dengan
upaya menstabilkan atau memperbaiki tujuan meminimalisir keluhan atau
gangguan gerak dan fungsi diperlukan kelelahan pada sistem kerangka otot untuk
peran fisioterapi. meningkatkan produktivitas kerja.
Fisioterapi memiliki proses asesmen Biomekanik merupakan kolaborasi bagian-
tersendiri menggunakan International bagian tubuh untuk menghasilkan gerakan
Classification of Functioning, Disability, seperti tulang, otot, jaringan penghubung
and Health (ICF). Dalam proses asesmen (connective tissue) seperti cartilage, tendon,
suatu kasus, fisioterapi berfikir mulai dari dan ligament (Chaffin, 2006).
body structure and function atau lebih Pada occupational biomecanic
dikenal dengan anatomi jaringan tertentu fisoterapis berperan dalam mengurangi
beserta fungsi spesifiknya, kemudian kelelahan yang diakibatkan oleh gerakan
berlanjut ke functional limitation yaitu yang membuang energi karena biomekanika
gerakan atau fungsi yang terganggu yang yang tidak tepat, sehingga terjadi
akan mengakibatkan activity limitation pembebanan pada otot secara statis atau
(keterbatasan gerak). Selain itu, fisioterapi berulang sehingga pada jaringan terjadi
dituntut memahami keadaan sosial atau okulsi atau penyumbatan aliran darah
participation restriction, kemudian faktor- karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi
faktor yang mempengaruhi suatu kasus pada popliteal, kemudian bekerja pada
berdasarkan faktor internal dan eksternal. awkward posture juga menyebabkan aliran
Ketika mendapatkan sebuah diagnosa darah bekerja berlawanan dengan arah
terhadap kasus tersebut maka fisioterapis gravitasi (Nurmianto, 2004).
sudah mengetahui keterbatasan hingga National Institute for Occupational
kondisi sosialnya.
Health (NIOSH) melakukan analisis
Menurut Grandjean (2000) pekerjaan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh
yang memerlukan tekanan, tinggi landasan terhadap biomekanik, seperti berat dari
kerjanya adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi benda yang dipindahkan, hal ini ditentuka
siku berdiri. Untuk memperbaiki oleh pembebanan langsung, posisi
pemasalahan yang terjadi maka perlu pembebanan yang ditinjau dari jarak
dilakukan perbaikan fasilitas kerja yang horizontal beban yang dipindahkan dari
disesuaikan dengan ukuran antropometri lantai, jarak vertical beban yang
pekerja, dalam hal ini berupa penambahan dipindahkan, sudut pemindahan beban,
alas kerja dengan tinggi siku berdiri para jarak perpindahan, frekuensi perpindahan,
pekerja. Antropometri adalah ukuran - serta durasi atau periode waktu.
ukuran tubuh manusia secara alamiah baik Berdasarkan pengamatan pada unit
dalam melakukan aktivitas statis maupun pipa logam terdapat dua alat laser yang
terlah terpotong dan terpola dari mesin
65
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dipindah ke rak yg akan dibawa ke unit tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan
selanjutnya, pada unit ini sebagian besar gambar tubuh manusia yang sudah dibagi
pekerja berdiri statis, postur saat berdiri menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu,
sebagian besar operator bungkuk dan punggung bagian atas, siku, punggung,
bekerja ke satu arah terus menerus. Pada bagian bawah, pergelangan tangan,
sisi timur terdapat alat roll dan pemotong pinggang, lutut dan tumit atau kaki
yang sebagian besar alat pemotong bekerja (Kroemer, 2000).
dengan operator yang harus berdiri statis,
tetapi memindahkan pipa dibutuhkan
MetodePenelitian
tenaga manual dari operator yang juga
selalu bergerak hanya ke satu sisi. Tingkat Rancangan Penelitian
risiko tertinggi adalah ketika operator Penelitian ini merupakan penelitian
membersihkan alat laser dan memindahkan eksperimental, dengan menggunakan
potongan pipa secara manual tetapi sudah rancangan sama subjek (treatment by
cukup baik dalam penanganan dengan subject design). Rancangan ini, selang
cukup banyak petunjuk bahaya. Sikap kerja antara periode waktu diperlukan washing
membungkuk dalam keadaan statis dapat out, untuk menghilangkan efek periode
menimbulkan kondisi patologis pada sistem pertama terhadap periode berikutnya.
muskuloskeletal, seperti timbulnya keluhan Hasil pada penelitian ini diolah
low back pain. menggunakan komputer program SPSS.
International Labour Office (ILO)
yang bekerjasama dengan International Instrumen Penelitian
Ergonomics Association (IEA), Keluhan muskuloskeletal pada subjek
merekomendasikan bahwa untuk pekerjaan diukur dengan menggunakan kuesioner
yang berulang-ulang sebaiknya digunakan Nordic Body Map. Pengukuran tersebut
peralatan khusus yang disesuaikan dengan bersifat subjektif. Sebelum dan sesudah
kebutuhan operasi, penggunaannya aman, memulai pekerjaan pada masing-masing
dan harganya murah sehingga bisa periode, seluruh subjek mengisi kuesioner
mempercepat operasi, dan dapat Nordic Body Map.
meningkatkan produktivitas. Berbagai
faktor yang harus diperhatikan pada alat
bantu kerja adalah seperti ukuran, dimensi, Populasi dan Sampel
cara kerja, sikap kerja, agar sesuai dengan Populasi target dalam penelitian ini
kemampuan, kebolehan, dan batasan adalah seluruh karyawan di PT Mega
pekerja (Manuaba, 1992a; Suma’mur, Andalan Kalasan, dan populasi terjangkau
1995; Grandjean, 1998). adalah seluruh pemotong pipa yang ada PT
Penilaian yang digunakan adalah Mega Andalan Kalasan.
dengan kuesioner Nordic Body Map untuk Teknik penentuan sampel
mengetahui ketidaknyamanan pada para menggunakan random sampling sederhana.
pekerja, dan kuesioner ini paling sering Dari jumlah populasi yang ada, dipilih
digunakan karena sudah terstandarisasi dan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.

66
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 9 Perlakuan pada Periode I dan Periode II
orang. Umur subjek penelitian adalah (n=9)
berkisar antara 28-45 tahun dengan
pengalaman kerja 1-5 tahun.
Periode Periode Nil
Varia I II ai Keteran
Analisis Uji Normalitas Data bel Rerata± Rerata± P gan
Uji normalitas data menggunakan uji SB SB
Shapiro-Wilk pada tingkat kemaknaan 0,05. Keluh 33,31± 29,33± 0,0 Berbeda
Hasil uji Shapiro-Wilk tersebut disajikan an 1,66 1,80 00 Bermak
pada Tabel 1. Musk na
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data dengan ulo
Uji Shapiro-Wilk (n=9) Skelet
Variabel Nilai Keterangan al
p (Pre)
Keluhan 0,672 Berdistribusi Keluh 33,56± 31,56± 0,0 Berbeda
Muskuloskeletal normal an 0,54 1,81 00 Bermak
Sebelum Kerja Musk na
(Periode I) ulo
Keluhan 0,425 Berdistribusi skelet
Muskuloskeletal normal al
Sebelum Kerja (Post)
(Periode II)
Keluhan 0,547 Berdistribusi Uji beda data antar kelompok mendapatkan
Muskuloskeletal normal hasil nilai p pada keluhan muskuloskeletal
Sesudah Kerja lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak,
(Periode I) yang berarti terdapat perbedaan yang
Keluhan 0,452 Berdistribusi signifikan pada keluhan muskuloskeletal
Muskuloskeletal normal Periode I dibandingkan pada Periode II.
Sesudah Kerja Dalam konsep ergonomi, yang menjadi
(Periode II) prioritas utama adalah menyesuaikan desain
dan sistem kerja mesin dengan kemampuan,
Analisis Keluhan Muskuloskeletal kebolehan, dan keterbatasan manusia
Data keluhan muskuloskeletal pekerja (fitting the job to the man) (Grandjean,
pemotong singkong berdistribusi normal, 2000). Oleh karena itu, setiap interaksi
sehingga untuk menganalisis perbedaan manusia dengan mesin harus dirancang
efek perlakuan digunakan uji t-paired pada sedemikian rupa. Pada penelitian
tingkat kepercayaan α=0,05. sebelumnya Lestari (2012), Irwanti (2012),
Aminah dan Huldani (2012) keluhan
Tabel 2. Hasil Uji Perbedaan Skor Keluhan
subjektif berupa gangguan otot skeletal
Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah
dapat diturunkan secara signifikan (p<0,05)
dengan melakukan perbaikan stasiun kerja
67
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dan sikap kerja yang lebih ergonomis. ditanggulangi dengan melakukan perubahan
Ardana (2012) juga membuktikan sikap kerja yang tidak alamiah menjadi
pengaplikasian prinsip-prinsip ergonomi alamiah. Keluhan subjektif berupa
dalam desain interior pembelajaran dapat gangguan otot skeletal dan kelelahan dapat
memperbaiki sikap kerja sehingga mampu diturunkan secara signifikan pada subjek
menurunkan keluhan otot rangka sebesar dengan melakukan perbaikan pada stasiun
50,98%. Perbedaan besar penurunan kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis
keluhan muskuloskeletal tiap-tiap penelitian (Chung & Choi, 1997, Sutajaya dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti Citrawathi, 2000).
karakteristik subjek, jenis kegiatan yang
diteliti, durasi kegiatan yang diteliti, Simpulan
pengaruh beban tambahan oleh lingkungan, Pekerja pada bagian pipa sudah
serta beban psikologis yang timbul. memiliki hasil job safety yang cukup baik,
Keluhan muskuloskeletal yang dialami namun dari sudut pandang fisioterapi
pekerja sering terjadi pada bagian ergonomi beberapa hal yang perlu di
punggung dan pinggang. Hal ini disebabkan evaluasi seperti dari segi work
oleh sikap kerja membungkuk selama musculoskeletal disorders yang banyak
bekerja. Sikap kerja yang tidak alamiah dikeluhkan pekerja. Fasilitas yang diberikan
atau sikap paksa menyebabkan terjadinya kepada pekerja harus ditambahkan serta
reaksi berupa keluhan pada sistem modifikasi karena sebagian pekerja
muskuloskeletal (Manuaba, 1992). mengeluhkan atau memiliki risiko
kecelakaan yang sama, juga mengalami
gangguan gerak dan fungsi akibat terlalu
lama berdiri dengan postur dan
biomekanika kerja yang kurang tepat, selain
itu pemberian fisioterapi berkala dapat
mengurangi tingkat kelelahan, mengurangi
work musculoskeletal disorders, bahkan
meningkatkan kapasitas pekerja dengan
latihan penguatan, daya tahan, dan latihan
self awareness terhadap postur dan waktu
untuk melakukan peregangan atau olahraga.
Gambar 1. Postur Operator

Sejalan dengan apa yang dinyatakan DaftarPustaka


Ruccer & Sunnel (2002) terhadap para Aminah dan Huldani. 2012. Tinggi Kursi
dokter gigi, mereka menyatakan bahwa Kerja Terhadap Keluhan Back Pain
posisi praktek yang salah dalam bekerja pada Penjahit Pakaian di Pasar
terlebih lagi dalam menggunakan peralatan Bauntung Martapura. Prosiding
akan menyebabkan gangguan Seminar Nasional Ergonomi.
muskuloskeletal. Keadaan ini dapat Bandung: Program Studi Teknik

68
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Industri-Universitas Widyatama Kroemer, K.H.E, and Grandjean, E. 2000.


p.A11 Fitting The Task To The Human; A
Chaffin, D. 2006. Muscle Energy Textbook Of Occupational
Techniques Advance Soft Tissue Ergonomics. 5 th Edition. U.K:
Techniques. London : 3rd edition. Taylor & Francis.
Chung M.K., Choi K.I. 1997. Ergonomic Lestari, A.S. 2012. Kondisi Kerja
analysis of musculoskeletal Memandikan Bayi yang Ergonomis
discomforts among conventional Menurunkan Beban Kerja dan
VDT operators. Journal of Mengurangi Keluhan
Computers and industrial Muskuloskeletal di Ruang Nifas.
engineering. Vol 33 : 521-524. Prosiding Seminar Nasional
Available from Ergonomi. Bandung: Program Studi
http://www.postech.ac.kr Teknik Industri-Universitas
/ie/huma/html/journal/Inter-J.htm. Widyatama p.A7-10.
Acessed August 28, 2017. Manuaba, A. 1992a. Pengaruh Ergonomi
Grandjean, E. 1998. Fitting the Task to the Terhadap Produktivitas. Bunga
Man. A Text Book of Occupational Rampai Ergonomi Vol. 1. Program
Ergonomics, 4th Edition, Taylor & Studi Ergonomi – Fisiologi Kerja.
Francis Ltd, London. Denpasar: Universitas Udayana.
Grandjean, E. Kroemer 2000. Fitting the Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep
Task To The Man. A Textbook of Dasar, dan Aplikasinya.
Occupational Of Ergonomics. 4 Th Ruccer, L., Sunnel, S.2002. Ergonomic
Ed. London : Taylor & Francis. Risk Factors Associated with
International Labour Office (ILO) dan Clinical Dentistry. Journal of the
International Ergonomics California Dental Association.
Association(IEA). 2000. Petunjuk Vol.30, No.2. available from
Praktis Ergonomik, Petunjuk yang http://www.cda.org/member/pubs/jo
Mudah Diterapkan dalam urnal/jour0202/2002CDA Journal -
Meningkatkan Keselamatan dan Feature Article.htm. Accessed
Kondisi Kerja.Diterjemahkan oleh August 28, 2017.
Tim Penerjemah DK3N. Jakarta. Suma’mur, PK. 1995. Higene Perusahaan
Irwanti. Dewi, N.K. 2012. Peregangan Otot dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
di Sela Pembelajaran Mengurangi Toko Gunung Agung.
Kebosanan, Kelelahan, dan Keluhan Sumiati. 2007. Analisis Resiko LBP pada
Muskuloskeletal Peserta Didik Perawat Unit Darurat dan Ruang
Kelas X, SMK Pariwisata Operasi di RS Prikasih. Fakultas
Triatmajaya. Prosiding Seminar Kesehatan Masyarakat Universitas
Nasional Ergonomi. Bandung: Indonesia. Jakarta.
Program Studi Teknik Industri- Sanjaya, Krishna Tri., Slamet Wahyudi.,
Universitas Widyatama p.A-69. Rudy Soenoko. 2003. Perbaikan
Fasilitas Kerja Membatik dengan

69
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pendekatan Ergonomi untuk menggunakan Mikroskop di


Mengurangi Musculoskeletal Laboratorium Biologi STKIP
Disoreders. Fakultas teknik Singaraja”. Dalam Wignyo
Universitas Brawijaya. Soebroto, S. & Wiratno, SE. Eds.
Sutajaya, I.M. & Citrawathi, D.M. 2000. Proceedings Seminar nasional
“Perbaikan Kondisi Kerja Ergonomi. PT. Guna Widya.
Mengurangi Beban Kerja dan Surabaya. 239 –242.
Gangguan pada Sistem
Muskuloskeletal Mahasiswa dalam

70
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PERBAIKAN FASILITAS KERJA STASIUN KLISE DENGAN


PENDEKATAN ERGONOMI PADA CV BATIK NADIRA
TASIKMALAYA

Euis Nina Saparina Yuliani1 dan Tri Furna Adhi2


1,2
Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercubuana
Email: nina.yuliani@mercubuana.ac.id; ensy08@yahoo.com; trifurnaadhi@gmail.com

Abstrak
Desain tempat kerja akan sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan alat atau
fasilitas yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan operasi kerja. Salah satu
departemen dalam CV. Batik Nadira adalah departemen Produksi, yang dimana terdapat
6 stasiun kerja yaitu stasiun Klise, Printing, Penguat warna, Pencucian, Pengeringan, dan
Pengepakan. Berdasarkan pengamatan awal, pada stasiun Klise terdapat aktivitas
pekerjaan dengan postur kerja yang tidak normal seperti terlalu lama membungkuk dan
duduk. Jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan gangguan MSDs. Beberapa
faktor risiko kerja yaitu Postural stress, Repetitive exertions, Sustained (static) exertion,
Localized mechanical (contact) stresses, dan Vibration dapat menyebabkan gangguan
MSDs.Untuk itu perlu dilakukan analisis sikap dan posisi (postur) kerja untuk menentukan
faktor dan tingkat resiko kerja di stasiun Klise. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ergonomi, dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb
Assessment (RULA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan MSDs pada stasiun
Klise akibat faktor resiko kerja postural stress, sedangkan tingkat resiko berdasarkan
metode RULA menunjukkan skor 7, yang berarti harus dilakukan perbaikan sekarang
juga untuk meminimalisir cidera pada pekerja.Usulan perbaikan fasilitas adalah 2 pilihan
meja gambar, dimana setelah dilakukan penilaian tingkat resiko dengan metode RULA,
diperoleh skor4 yang artinya tingkat resiko cidera rendah.

Kata kunci: Ergonomi, Faktor Resiko Kerja, RULA

Pendahuluan menetapkan batik sebagai warisan


Batik merupakan budaya asli kebudayaan asli Indonesia. Semenjak
Indonesia, warisan nenek moyang. Batik diakui oleh UNESCO produksi batik sendiri
tidak hanya sekedar kain tradisional dengan meningkat hingga 500% hingga mampu
beragam corak. Didalam batik juga menjadi tulang punggung Usaha Mikro
mengandung sejarah dan nilai-nilai tradisi Kecil dan Menengah (UMKM) (Yulyanti.
dari bangsa Indonesia yang sangat berharga. 2015).
Kain batik merupakan salah satu kekayaan Memasuki Masyarakat Ekonomi
budaya Indonesia yang tak ternilai Asean (MEA), salah satu industri kreatif
harganya. Sejak 2 Oktober 2009 UNESCO yang memiliki peluang perluasan pasar
71
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

adalah batik, terutama pada saat ini batik


menjadi busana khas dari negara Indonesia.
CV. Batik Nadira merupakan perusahaan
home industry yang berada di wilaya sentra
industri batik Tasikmalaya, produk yang
dibuat merupakan pesanandari pihak
konsumen, seperti baju batik sekolah untuk
sekolahan yang ada di Tasikmalaya dan
sekitarmya.
Pada CV. Batik Nadira ini masih
banyak dijumpai berbagai kondisi yang
tidak ergonomis. Berdasarkan pengamatan
awal, pada stasiun Klise terdapat aktivitas
pekerjaan dengan postur kerja yang tidak
normal seperti terlalu lama membungkuk
dan duduk. Jika dibiarkan terus menerus
maka akan menyebabkan gangguan MSDs.
Untuk itu perlu dilakukan analisis sikap dan
Gambar 1. Flowchart tahapan penelitian
posisi (postur) kerja untuk menentukan
faktor dan tingkat resiko kerja di stasiun
Langkah-langkah pengolahan data terdiri
Klise. Pendekatan yang digunakan dalam
dari:
penelitian ini adalah Ergonomi, dengan
Menggunakan data RULA worksheet untuk
menggunakan metode Rapid Upper Limb
mengukur postur kerja dengan cara:
Assessment (RULA).
a. Membagi pengamatan tubuh operator
kedalam 2 grup, yaitu A yang terdiri atas
Metode Penelitian
leher (neck), kaki (leg), lengan atas
Tahapan penelitian yang dilakukan di
(upper arm), lengan bawah (lower arm),
CV. Batik Nadira Tasikmalaya, Jawa Barat
pergelangan tangan (wrist), punggung
adalah:
(trunk), serta mengukur beban
(load/force), dan skor aktivitas.
b. Menilai setiap postur kerja operator
menggunakan RULA ke dalam skor A
dan B.
c. Menentukan skor RULA dari hasil
kombinasi perhitungan skor A dan skor
B.
d. Menentukan action level dari
postur kerja operator.

72
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Hasil Dan Pembahasan


Berdasarkan hasil pengamatan
langsung ini dilakukan analisis hasil dari
pengolahan data:

1. Identifikasi faktor resiko pada Bagian


Klise
Beberapa faktor resiko yang ditemukan
terkait dengan pekerjaan klise
Gambar 2. Penilaian postur tubuh bagian
yakniRepetitive exertions, danLocalized
klise dengan RULA
mechanical (contact) stresses.
a. Repetitive exertions
Berdasarkan hasil pengamatan langsung
Faktor resiko ini terkait dengan
Dan gambar pekerja, maka dilakukan
pekerjaan yang dilakukan dengan
analisa dan pengolahan data terhadap
gerakan secara berulang terutama pada
tingkat resiko kerja menggunakan
bagian Klise. Pada jenis pekerjaan ini
metode RULA, dimana hasilnya adalah:
pekerja akan secara berulang melakukan
gerakan mengangkat dan mendorong
papan klise, sehingga bagian tubuh
tersebut akan cepat terasa pegal bila
melakukan proses tersebut.
b. Localized mechanical (contact)
stresses
Posisi ini terkait dengan salah satu
organ tubuh yang mengalami kontak
tekan setempat dalam waktu yang
Gambar 3. peritungan RULA
cukup lama, sehingga menyebabkan
salah satu permukaan bagian tubuh
Berdasarkan gambar diatas, dapatdiketahui
menebal (kapalan). Pada proses klise ini
bahwastasiun Klisememiliki skor akhir
terjadi pada telapak tangan kanan dan
RULA adalah 7 yang berarti bahwa tingkat
telapak tangan kiri.
risiko sangat tinggi, sehingga harus
dilakukan perbaikan sekarang untuk
2. Penentuan tingkat resiko Pada Bagian
meminimalisir cidera pada pekerja.
Klise dengan metode RULA
Postur pekerja pada bagian klise sering
Solusi Perbaikan
dalam posisi membungkuk dalam waktu
Berdasarkanhasil analisis diatas, maka
yang cukup lama saat menggambar pola
solusi perbaikan yang akan diberikan untuk
batik, karena posisi meja kerja yang terlalu
meminimalisir paparan tingkat risiko untuk
rendah. Postur kerja tersebut yang
pekerja bagian klise CV. Batik Nadira,
membuat terjadinya keluhan-keluhan pada
adalah dengan perbaikan fasilitas kerja.
pekerja saat selesai bekerja.

73
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Untuk merancang fasilitas meja ini, data Tingkat Keberhasilan Desain


yang digunakan berdasarkan data Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
antropometri dengan mengasumsikan desain ini maka dilakukan simulasi dengan
beberapa dimensi rancangan yang baru. desain yang diusulkan yakni meja klise dan
postur pekerja. Penilaian keberhasilan
Perancangan meja dilihat dari hasil metode RULA untuk
Perancangan yang akan diusulkan untuk mengetahui tingkat resiko yang terjadi
meja pekerja adalah meja yang dapat diatur pada pekerja apabila pekerja menggunakan
ketinggian poplitealnya, dan sudut desain usulan tersebut. Berikut gambar
kemiringan dapat diadjustsehingga pekerja simulasi usulan perbaikan fasilitas kerja
dapat mengatur sesuai dengan posisi yang yang digunakan:
paling nyaman untuk mereka.

Gambar 5. Simulasi perbaikan fasilitas


kerja postur berdiri dan duduk

Gambar 4. Usulan meja kerja Klise

74
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 6. Skor akhir perbaikan RULA

Setelah melakukan simulasi dengan gambar


pekerja postur berdiri dan duduk, diketahui
hasil tinggat resiko cidera pekerja klise
dapat berkurang. Hasil metode RULA
menunjukan skor pada simulasi pekerja
klise adalah 4. Berdasarkan skor tersebut,
maka postur tubuh bagian Klise berada
pada level 3, yaitu (resiko rendah, Indonesia’, Jurnal Ilmiah Teknik
perubahan dibutuhkan). Industri, no. 3:150-156.
Kesimpulan Habibi, E dan Soury, S, 2015, ‘The effect
Berdasarkan hasil analisis dan of three ergonomics interventions on
pengolahan data, penelitian yang telah body posture and musculoskeletal
dilakukan mendapatkan kesimpulan sebagai disorders among stuff of Isfahan
berikut : Province Gas Company’, Journal of
1. Proses kerja klise memiliki faktor risiko Education and Health Promotion, vol.
yakni Repetitive exertions, danLocalized 4.
mechanical (contact) stresses. Hignett, S, dan McAtamney, L, 2000,
2. Hasil pengukur tingkat risiko ergonomi ‘Rapid entire body assessment
dengan menggunakan metode RULA (REBA)’, Applied Ergonomics, no.
terdapat skor 7 pada bagian Klise, dan 31:201-205.
setelah melakukan simulasi tingkat Iftikar, Z, S, Anggawisastra, R,
resiko cidera pada bagian klise dengan Tjakraatmadja, J, H, 2006, Teknik
menggunakan usulanperbaikan fasilitas Perancangan Sistem Kerja, Penerbit
baru maka diperoleh skor 4 yang artinya ITB, Bandung.
tingkat resiko cidera rendah. Iridiastadi, H, dan Yassierli, 2014,
3. Rekomendasi perbaikan yang diberikan Ergonomi Suatu Pengantar, PT.
untuk mengurangi/menyelesaikan Remaja Rosdakarya, Bandung.
permasalahan pekerja pada bagian Klise Kholil, M, Yuliani, E, N, S, 2015, ‘Analisa
di CV. Batik Nadira adalah memberikan Postur Kerja Operator Mesin Honing
usulan design meja kerja untuk bagian Model ANR-275 Menggunakan Metode
klise. Rapid Entire Body Assessment
(REBA)’, Prosiding Seminar Nasional
Daftar Pustaka Ergonomi.
Bridger. R, S, 2009, Introduction to Mc, Atamney L dan Corlett N, 1993,
Ergonomics 3rd Ed., CRC Press, USA. ‘RULA: A Survey Method for the
Dzikrillah, N, Yuliani, E, N, S, 2015, Investigation of Work-Related Upper
‘Analisis Postur Kerja menggunakan Limb Disorders’, Appiled Ergonomics,
Metode Rapid Upper Limb Assessment 24(2), 91-99.
(RULA) Studi kasus PT. TJ. Forge

75
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Mc, Cormic, E, J, 1993, Human Factor in Perancangan Sistem Kerja, ITB.


Engineering, Mc, Graw Hill Book Bandung.
Company, New York, AS. Wignjosoebroto, S, 2000, Ergonomi, Studi
Nishanth, R, Muthukumar, M, V, Gerak dan Waktu – Teknik Analisis
Arivanantham, A, 2015, ‘Ergonomic untuk Peningkatan Produktivitas
Workplace Evaluation for Assessing Kerja. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Occupational Risks in Multistage Wignjosoebroto, Sritomo dkk, 2010,
Pump Assembly’, International Kajian ergonomi dalam perancangan
Journal of Computer Applications, vol alat bantu Proses penyetelan dan
113. pengelasan produk tangki travo,
Sutalaksana, Anggawisastra, R, Surabaya : ITS
Tjakraatmadjad, H, J, 2006, Teknik
Yuliani, E, N, S, Wahyudin, Iridiastadi, H. Menuju Pesaingan
2015, ‘Usulan Perbaikan Metode Internasional.http://yuyunyulyanti.n
Kerja Di Line Produksi Potong Pipa et/2015/11/optimalisasi-batik-
Mesin Saw Blade Manual’, Prosiding sebagai-usaha.html, Diakasespada
Seminar Nasional Ergonomi. tanggal 13 November 2016.
Yulyanti, Y. 2015. Optimasi Batik Sebagai
Usaha Kreatif dari Budaya Lokal

76
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA KUSIR BENDI


DI KOTA TOMOHON 2017

Richard Andreas Palilingan1 Abraham Handy Wongkar2


1
staf pengajar, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
2
Mahasiswa, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Email:richardpalilingan@gmail.com

ABSTRAK

Kota Tomohon merupakan salah satu kota berkembang di Sulawesi Utara.


Didalamnya banyak terdapat jenis-jenis alat transportasi, baik transportasi tradisional
maupun transportasi. Modern. Sarana transportasi tradisional di Tomohon salah satunya
adalah bendi. Bendi merupakan salah satu alat transportasi yang masih aktif beroprasi di
kota Tomohon. Kecenderungan risiko dalam pekerjaan lebih besar dari kemampuan dan
kapasitas seorang pekerja, terjadi pada kusir bendi yang bekerja dengan waktu tertentu
dengan postur kerja yang monoton dan berulang yang tidak disesuaikan dengan keadaan
serta fisik pekerja tersebut. Aktivitas kusir ini berlangsung selama jam kerja 4-8 jam
tergantung kuda yang dimiliki dan sebagian besar kusir berada pada masa kerja >10
tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat keluhan pada kusir
bendi. penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan pada 40
subjek. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan , wawancara, dan
kuesioner Nordic Body Map untuk mengetahui keluhan musculoskeletal.Dari hasil
observasi dan wawancara diperoleh beberapa masalah adalah badan yang membungkuk,
nyeri pada bagian leher, nyeri punggung, nyeri pinggang bawah, nyeri pada otot tangan,
kram. Hal itu dikarenakan pekerja kusir tidak memperhatikan waktu istirahat untuk
melakukan peregangan pada otot-otot yang telalu lama berkontraksi. Apabila hal ini
dibiarkan saja maka akan mengganggu produktivitas dan keselamatan pekerja dan
penumpang.

Kata kunci : Kusir Bendi, Keluhan Musculoskeletal, Nordic Body Map


1. Pendahuluan Kota Tomohon merupakan salah satu
Proses kerja dipengaruhi oleh beberapa kota berkembang di Sulawesi Utara.
faktor diantaranya adalah sikap kerja, Didalamnya banyak terdapat jenis-jenis
stasiun kerja,oraganisasi kerja dan alat transportasi, baik transportasi
lingkungan kerja. Ergonomi merupakan tradisional maupun transportasi modern
ilmu yang mengatur dan mengendalikan seperti angkot, ojek motor, bus, dan lain-
akan segala kegiatan, prosedur, dan proses lain. Sarana trsanportasi tradisional di
yang terjadi dalam suatu pekerjaan yang di Tomohon antara lain roda sapi dan bendi.
dalamnya ada interaksi antara pekerja dan Roda sapi untuk sekarang dimanfaatkan
lingkungan kerja. masyarakat yang berprofesi sebagai petani
77
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

di perkebunannya sebagai alat transportasi kusir bendi tidak memperhatikan waktu


untuk mengangkut hasil panen istirahat dan desain stasiun kerja.
menjangkau jalan utama, sedangkan bendi Posisi kerja kusir yang dapat
sampai sekarang digunakan sebagai alat menyebabkan terjadinya keluhan
transportasi dalam kota. Bendi juga masih musculoskeletal adalah posisi
popular dikarenakan sering dijadikan objek membungkuk saat duduk dikarenakan
wisata bagi para turis-turis lokal dan tidak memiliki sandaran dengan keadaan
mancanegara yang berkunjung. kereta yang miring, tempat duduk yang
Kusir bendi merupakan salah satu terbuat dari kayu dengan bantalan tipis
tenaga kerja yang mempunyai peranan yang menyebabkan ketidaknyamanan serta
penting untuk menunjang perkembangan pergerakan lengan menjauhi posisi tubuh
dan pembangunan suatu daerah baik dari karena harus selalu memegang tali yang
alat transportasi maupun aspek pariwisata. terikat pada kuda sebagai alat kontrol.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Aktivitas kusir ini berlangsung selama jam
Kota Tomohon di Kecamatan Tomohon kerja 4-8 jam dan sebagian besar kusir
Tengah status pekerjaan sebagai berada pada masa kerja >10 tahun.
Wiraswasta merupakan salah satu Berdasaran hal tersebut akan sangat
pekerjaan dominan dengan total 962 berisiko terjadinya gangguan
kepala keluarga (BPS Tomohon, 2015). musculoskeletal apabila tidak dilakukan
Berdasarkan Data Kesehatan bulan suatu pencegahan dan perbaikan postur
Desember 2016 di Kecamatan Tomohon kerja. Beberapa aktivitas itu menjadikan
Tengah tercatat bahwa penyakit pada hal tersebut lebih berdampak dikarenakan
sistem otot dan jaringan pengikat setiap hari pekerja ini harus melakukan hal
berjumlah 53 kejadian yang tercatat yang sama apabila ingin memenuhi
(Dinkes Tomohon, 2016). Hal tersebut kebutuhan keluarga dari hari senin sampai
menunjukan adanya pengaruh status minggu. Aktivitas ini jika dilakukan
pekerjaan terhadap gangguan berkelanjutan maka akan menimbulkan
musculoskeletal. dampak buruk bagi pekerja Kusir bendi
Kecenderungan risiko dalam pekerjaan khusunya pada bagian leher, bahu,
lebih besar dari kemampuan dan kapasitas punggung, pinggang, pinggul, pantan dan
seorang pekerja, terjadi pada kusir bendi tangan kusir.
yang bekerja dengan waktu tertentu
dengan postur kerja yang monoton dan 2.Tinjauan Pustaka
berulang yang tidak disesuaikan dengan 2.1 Pengertian Ergonomi
keadaan serta fisik pekerja tersebut. Ergonomi merupakan suatu ilmu yang
Berdasarkan observasi awal, peneliti mempelajari akan sikap atau cara kerja,
menemukan beberapa keluhan otot yang postur tubuh saat bekerja, dan hubunganya
dirasakan antara lain nyeri punggung, antara pekerja dengan pekerjaannya
nyeri pundak, nyeri pinggang bawah, nyeri tersebut. Ergonomi sendiri terfokus pada
pada otot tangan, kram, bahkan perubahan pekerja itu sendiri dan interaksinya dengan
bentuk tubuh. Hal itu dikarenakan pekerja apa yang dikerjakan dengan memperhatikan

78
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

efisiensi dalam bekerja sehingga mampu detail yaitu diperlukan ilmu dan seni
menigkatkan produktivitas kerja. Penerapan sehingga penerapan dapat diterima dan
ergonomi ini bertujuan untuk kesejahteraan memberikan manfaat.
sosial, fisik dan teknis bagi pekerja maupun
instansi terkait. 2.2 Keluhan Sistem Musculoskeletal
Tarwaka (2015), menjelasakan untuk Keluhan pada sistem musculoskeletal
mempermudah pemahaman ergonomi dapat adalah keluhan pada bagian-bagian otot
menggunakan konsep umum dari cara rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai
berpikir rasional yaitu dengan mengadopsi dari keluhan sangat ringan sampai sangat
(5W+1H): sakit. Apabila otot menerima beban statis
a. What is ergonomic? Istilah argonoimi secara berulang dan waktu yang lama, akan
berasal dari bahasa yunani yang terdiri dapat menyebabkan keluhan berupa
dari 2 kata yaitu ‘’Ergon’’ berarti kerja kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
dan ‘’nomos’’ berarti aturan atau hokum Keluhan hingga kerusakan inilah yang
sehingga secara ringkas ergonomi adalah biasanya diistilahkan dengan keluhan
suatu aturan atau norma dalam sistem musculoskeletal disorders (MSDs) atau
kerja. cedera pada sistem musculoskeletal
b.Why is ergonomic? Apabila setiap (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam
aktivitas atau pekerjaan tidak dilakukan Tarwaka, 2015). Secara garis besar keluhan
secara ergonomis akan mengakibatkan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
ketidaknyamanan, biaya tinggi, :
keelakaan dan penyakit akibat kerja 1. Keluhan sementara (reversible), yaitua
meningkat serta efisesnsi dalam kerja keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menurun. menerima beban statis, namun demikian
c. Where is ergonomic applied? Secara keluhan tersebut akan segera hilang
umum penerapan ergonomic dapat apabila pemberian beban dihentikan, dan
dilakukan dimana saja namun akan 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu
dominan diterapkan di dunia industri. keluhan otot yang bersifat menetap.
d.When is ergonomic applied? Ergonomi Walaupun pemeberian beban kerja tela
dapat diterapkan selama 24 jam sehingga dihentikan, namun rasa sakit pada otot
baik dalam bekerja, beristirhat dan masih terus berlanjut.
berinteraksi social sehingga aman dan
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis
nyaman.
industri telah mendapatkan hasil dan
e. Who must applied ergonomic? Setiap
menunjukan bahwa bagian otot yang sering
masyarakat harus menerapkan
dikeluhkan adalah otot rangka yang
ergonomic dalam upaya menciptakan
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
kenyamanan, kesehatan, keselamatan
jari, punggung, pinggang dan otot-otot
dan produktivitas kerja.
bagian bawah dan yang paling banyak
f. How is applied? Dalam penerapan
dirasakan atau dialami pekerja adalah otot
ergonomic secara benar dan tepat kita
bagian pinggang (low back pain = LBP)
harus mempelajari ergonomi secara
(Tarwaka, 2015).
79
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Keluhan sistem musculoskeletal Body Map maka akan dapat diketahui


umunya terjadi akibat kontraksi otot yang bagian bagian otot mana saja yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja mengalami gangguan kenyerian atau
yang terlalu berat dengan frekuensi atau keluhan dari tingkat rendah(tidakada
durasi pembebanan yang panjang. keluhan/cedera) sampaidengan keluhan
Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tingkat tinggi (keluhan sangat
tidak terjadi apabila krontraksi otot hanya sakit).Apabila digunakan skoring dengan
berkisar antara 15-20% kekuatan otot skala likert,maka setiapskor atau nilai
maksimum. Namun apabila kontraksi otot haruslah mempunyai definisi operasional
melebihi 20%, maka peredaran darah ke yang jelas dan mudah dipahami oleh
otot berkurang, suplai oksigen berkurang, responden seperti di bawahini:
proses metabolisme karbohidrat terhambat 1.Skor0:tidakadakeluhan/kenyerianatautida
sehingga terjadi penimbunan asam laktat kadarasasakitsama sekaliyang dirasakan
yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri oleh pekerja(tidak sakit).
(Tarwaka, 2015). 2.Skor1:dirasakansedikitadanyakeluhanatau
kenyerianpadaotot (agak sakit).
2.3 Metode Nordic Body Map (NBM) 3. Skor 2: responden merasakan adanya
Metode Nordic Body Map merupakan keluhan/kenyerian atau sakit padaotot
metode penilaian keluhan system (sakit).
musculoskeletal yang menilai tingkat 4. Skor3: responden merasakan keluhan
keparahan(severity) atas terjadinya sangat sakit atau sanga tnyeri pada otot
gangguan atau cedera pada otot-otot (sangatsakit).(Tarwaka, 2015)
skeletal. Dalam aplikasinya,metode Nordic Selanjutnya setelah selesai
Body Map menggunakan lembar kerja melakukan wawancara dan pengisian
berupa peta tubuh (bodymap) merupakan kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah
cara yang sangat sederhana, mudah menghitung total skor individu dari seluruh
dipahami, murah dan memerlukan waktu otot(28 bagianotot) yang diobservasi. Pada
yang sangat singkat (±5menit) perindividu. desain 4 skala likertini, maka
Observer dapat langsung mewawancarai akandiperolehskor individu terendah adalah
atau menanyakan kepad aresponden, skor 0 dan skortertinggi 84.
padaotot-otot bagian mana saja yang Langkahterakhir dari
mengalami gangguan kenyerian atau sakit, aplikasimetodeNordic Body Mapini,
atau dengan menunjuk langsung pada setiap tentuny aadalah melakukan upaya perbaikan
otot sesuai yang tercantum dalam lembar pada pekerjaan maupun postur/sikap kerja,
kerja kuesioner NordicBody Map. jikadiperoleh hasil yang menunjukkan
Nordic Body Map meliputi 28 tingkat keparahan pada otot yang tinggi.
bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi Tindakan perbaikan yang harus dilakukan
tubuh kanan dan kiriyang dimulai dari tentunya sangat tergantung dari risiko otot
anggota tubuh bagian atasyaituototleher skeletal mana saja yang mengalami adanya
sampai dengan bagian paling bawahyaitu gangguan atau ketidak nyamanan. Hal ini
ototpada kaki. Melalui kuesionerNordic dapat dilakukan dengan berbagai cara,

80
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

diantaranya adalah dengan melihat 4.Hasil Penelitian


persentase pada setiap bagian otot dan 4.1 Karakteristik Responden
dengan menggunakan kategori tingkat Karakteristik responden dalam penelitian
risiko otot. ini meliputi umur, masa kerja, dan lama
kerja
Tabel 1. Penilaian Skor Nordic Body Map Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Total Kategori Tindakan Umur
Resiko Skor Resiko Perbaikan Umur n %
Individu 17 – 25 3 7.5
0 0-20 Rendah Belum Tahun
diperlukan 26 – 35 3 7.5
tindakan Tahun
perbaikan 36 – 45 5 12.5
1 21-41 Sedang Mungkin Tahun
diperlukan 46 – 55 6 15
tindakan di Tahun
kemudian 56 – 65 16 40
hari Tahun
2 42-62 Tinggi Diperlukan > 65 Tahun 7 17.5
Tindakan Total 40 100
Segera Berdasarkan pembagian kategori umur
3 63-84 Sangat Diperlukan menurut Depkes RI tahun 2009 pada tabel 1
Tinggi tindakan menunjukkan bahwa responden umur 56 –
menyeluruh 65 tahun lebih banyak dibandingkan dengan
sesegera kategori umur lainnya yang berjumlah 16
mungkin orang (40%). Kategori umur 17 - 25 tahun
Sumber: Tarwaka, 2015 berjumlah 3 orang (7.5%),responden
dengan umur 26 – 35 tahun dengan jumlah
3. Metode Penelitian 3 orang (7.5%), kategori umur 36 – 45
Metode penelitian yang digunakan dalam tahun 5 orang (12.5%), untuk responden
penelitian ini adalah cross-sectional dengan kategori umur 46 – 55 berjumlah 6
dengan menggunakan kuesioner Nordic orang (15%) dan kategori umur mas manula
Body Map. Kuesioner dibagikan pada 40 >65 tahun dengan jumlah 7 orang (17.5%).
pekerja kusir bendi di Kota Tomohon. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan pada 09 Masa Kerja
agustus 2017. Peneliti melakukan
Masa Kerja n %
observasi dan wawancara terhadap
< 6 Tahun 3 7.5
pekerja, serta membagikan kuesioner, dan
6 – 10 Tahun 5 12.5
melakukan perhitungan terhadap hasil
> 10 Tahun 32 80
kuesioner tersebut.
Total 40 100

81
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Berdasarkan pembagian kategori masa kerja


menurut M. Tulus (1992), menunjukkan
bahwa responden yang bekerja dengan
masa kerja > 10 tahun lebih banyak
dibandingkan dengan masa kerja < 6 tahun
dan kategori6 – 10 tahun. Dapat dilihat
kategori masa kerja < 6 tahun sebanyak 3
orang (7.5%), 6 – 10 tahun sebanyak 5
orang (12.5%) dan kategori > 10 tahun
sebanyak 32 orang (80%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Lama Kerja
Lama Kerja n %
≤ 8 Jam 39 97.5
> 8 Jam 1 2.5
Total 40 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai lama kerja ≤ 8jam lebih
banyak dibandingkan dengan kategori lama
kerja >8 jam. Dapat dilihat dengan kategori Pada tabel 4 menjelaskan jumlah keluhan
lama kerja ≤ 8tahun sebanyak 39 orang musculoskeletal berdasarkan pembagian
(97.5%) dan kategori lama kerja >8jam otot dengan menggunakan kuesioner NBM.
sebanyak 1 orang (2.5%). Keluhan beberapa otot yang terbanyak
dengan kategori keluhan sangat sakit antara
lain pada otot punggung sebanyak 34 orang
4.2 Keluhan Muskuloskeletal
(85%), pada otot pinggang sebanyak 30
Hasil pendataan gangguan otot
orang (70%) dan pada otot leher bagian atas
Musculoskeletal yang didata pada pekerja
11 orang (27,5%) sedangkan kategori
kusir bendi dengan kuesioner Nordic Body
keluhan sakit antara lain: otot leher bawah
Map disajikan pada tabel berikut ini :
29 orang (72,5%), bahu kiri sebanyak 28
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
orang (70%), bahu kanan 27 orang (67,5%),
Pembagian Keluhan
bokong sebanyak 29 orang (72,5%), sakit
Musculoskeletal
pada pantat sebanyak 32 orang (80%), sakit
pada pergelangan tangan kiri 27 orang
(67,5%), sakit pada pergelangan tangan
kanan 23 orang (57,5%), sakit pada bagian
lutut kiri 25 orang (62,5%) dan sakit pada
bagian lutut kanan 26 orang (65%).

82
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Masa kerja para pekerja kusir bendi


bervariasi, Berdasarkan pembagian kategori
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan masa kerja menurut M. Tulus (1992),
kategori Keluhan Musculoskeletal menunjukkan bahwa responden yang
Kategori n % bekerja dengan masa kerja > 10 tahun lebih
Resiko banyak dibandingkan dengan masa kerja <
Sedang 12 30 6 tahun dan kategori6 – 10 tahun. Dapat
Tinggi 28 70 dilihat kategori masa kerja < 6 tahun
Total 40 100 sebanyak 3 orang (7.5%), 6 – 10 tahun
sebanyak 5 orang (12.5%) dan kategori >
Pada tabel 5, dapat dilihat presentase 10 tahun sebanyak 32 orang (80%).
Keluhan musculoskeletal Dalam sehari bekerja para pekerja
kategoritinggisebanyak 28 orang (70%), kusir sudah mulai bekerja pada jam 06.00
keluhan musculoskeletal kategorisedang WITA dengan variasi lama kerja setiap
sebanyak 12 orang (30%) dan untuk kusir bendi tersebut. Dalam observasi
keluhan musculoskeletal rendah dan sangat ditemukan bahwa lama kerja kusir bendi
tinggi tidak di temukan. dipengaruhi dengan jumlah kuda yang
dimiliki. Ditemukan bahwa kusir dengan 1
kuda lama kerjanya berkisar 1-4 jam per
5. Pembahasan
hari, kusir dengan 2 kuda berkisar 6-8 jam
5.1 Karakteristik responden
Berdasarkan data primer yang peneliti per hari.
dapatkan pada 40 responden kusir bendi Namun ada juga yang lebih dari 8 jam
berdasarkan kelompok perkumpulan bendi per hari tergantung cara mereka merawat
yang ada di kota Tomohon, peneliti dan menggunakan kudanya. Hasil
mendapatkan hasil bahwa pekerja kusir penelitian ini menunjukan kategori lama
dengan kategori umur tertinggi adalah kerja tertinggi yaitu 5-8 jam sebanyak 29
kategori umur 56-65 tahun yaitu berjumlah orang yang artinya menggunakan 2 kuda.
16 orang (40%) dan yang terendah berada Dan kategori lama kerja ≤ 4 jam sebanyak
pada kategori umur 17-25 tahun dan 26-35 10 orang dan kategori lama kerja ≥ 9 jam
tahun masing-masing dengan jumlah 3 hanya 1 orang. Responden yang
orang (7.5%). mempunyai lama kerja ≤ 8jam lebih banyak
Berdaskan Undang-Undang Tenaga dibandingkan dengan kategori lama kerja
Kerja No. 13 Tahun 2003 yang >8 jam. Dapat dilihat dengan kategori lama
dikelompokan sebagai tenaga kerja yaitu kerja ≤ 8tahun sebanyak 39 orang (97.5%)
mereka yang berusia antara 15 tahun dan kategori lama kerja >8jam sebanyak 1
sampai dengan 64 tahun. Hal itu orang (2.5%).
menunjukan bahwa yang menjadi
responden pada penelititan ini yang 5.2 Keluhan Musculoskeletal Kusir
mendominasi adalah umur yang sudah Bendi
termasuk dalam kelompok tenaga kerja Berdasarkan penilaian keluhan, peneliti
yang produktif. mendapatkan hasil sebanyak 28 orang

83
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

(70%) kusir bendi termasuk dalam kategori dengan kelelahan otot. Kelelahan otot
tinggi. Banyaknya responden dengan desebabkan oleh ketidakmampuan proses
keluhan musculoskeletal pada risiko tinggi kontraksi dan metabolism serabut otot
disebabkan karena banyak pekerja kusir untuk terus memberikan hasil kerja yang
memiliki masa kerja > 10 tahun yaitu sama. Berdasarkan teori tersebut maka
berjumlah 32 orang (80%). Masa kerja diperlukan peregangan otot setiap 30 menit
merupakan akumulasi aktivitas pekerjaan menjalakan aktivitas kusir untuk
seorang pekerja dalam jangka waktu menghindari kontraksi otot berlebih. Pada
panjang yang apabila dilakukan secara kategori keluhan musculoskeletal sisanya
terus-menerus selama bertahun-tahun dapat sebanyak 12 orang (30%) berada pada
berdampak buruk bagi tubuh karena kategori keluhan sedang. Gangguan
menyebabkan beban statik yang terus- musculoskeletal mencakup berbbagai
menerus apabila tidak ergonomis sehingga kondisi inflamasi dan degeneratif yang
dapat menyebabkan nyeri (Ayuningtyas, memperngaruhi otot, tendon, ligament,
2012). sendi saraf, perifer, dan pembuluh darah
Pekerjaan yang dilakukan dengan (Nurhayati, 2013).
sikap kerja yang tidak ergonomis pada Pekerja dengan kategori keluhan
durasi waktu kerja yang lama tanpa sedang artinya pekerja kusir tersebut
dilakukan peregangan akan menyebabkan merasakan keluhan musculoskeletal dengan
kotraksi otot yang berlebihan dikarenakan tergolong sedang dan mungkin diperlukan
pemberian beban kerja yang terlalu berat tindakan untuk mengurangi keluhan
pada beberapa bagian tubuh misalnya otot musculoskeletal tersebut di kemudian hari
leher, otot bahu, otot lengan, otot tangan, agar keluhan tidak berlanjut samapai
otot jari, otot punggung, otot pinggang dan mengganggu pekerjaan (Utari, dkk, 2015).
otot-otot bawah (Tarwaka, 2015). Selain Pekerja dengan kategori keluhan tinggi
itu penyebab tingginya keluhan artinya pekerja tersebut tergolong pada
musculoskeletal pada kusir bendi adalah tingkat risiko keluhan musculoskeletal yang
posisi saat mengemudikan bendi yang tinggi dimana sudah mengganggu pekerjaan
kurang baik atau tidak ergonomis, dimana sehingga harus ada perbaikan agar terhindar
beban bertumpu pada tulang belakang yang dari penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2015).
akan menyebabkan spasme pada otot Dengan demikian hasil yang didapatkan
disekitaran punggung serta pinggang yang bahwa keluhan musculoskeletal kusir bendi
dengan spontan memaksa postur kusir ini berada pada tingkat risiko yang harus
menjadi condong kedepan (membungkuk) segara mendapat perhatian karena sudah
maka otot-otot punggung akan tertekan dan terdapat gangguan di beberapa bagian tubuh
tegang sebagai kompensasi tubuh maka pekerja sehingga dapat mengganggu proses
terjadilah nyeri punggung bawah (Sengadji, pekerjaan.
2015).
Menurut Guyton dan Hall (2014) 6. Kesimpulan
kontraksi otot yang kuat dan lama Dari hasil penelitian, dapat simpulkan
mengakibatkan keadaan yang dikenal bahwa Keluhan musculoskeletal yang

84
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dirasakan oleh seluruh responden kusir Dinas Kesehatan dan Sosial. 2016. 10
bendi kota Tomohon, rata-rata berada pada Penyakit Menonjol Kota Tomohon.
resiko tinggi dengan jumlah 28 orang Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
(70%) dan resiko sedang dengan jumlah 12 Tomohon.
orang (30%) yang berarti sudah ada
kenyerian yang dapat mengganggu aktivitas Guyton, Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran
pekerjaan. Edisi Keduabelas. Saunders Elsevier:
Sebaiknya pekerja melakukan Indonesia.
relaksasi setiap 30 menit untuk peregangan
otot-otot akibat gerakan berulang dan Nurhayati H. 2013. Hubungan Antara
monoton, rutin memeriksakan gangguan Postur Kerja Dengan Keluhan
atau keluhan yang dirasakan pada dokter, Musculoskeletal Pada Pekerja Bagian
istirahat yang cukup. Diharapkan pada Press Dryer UD. Abioso, Boyolali.
penelitian selanjutnya untuk mengukur Fakultas Kedokteran Universitas
stasiun kerja dari para kusir sebab stasiun Sebelas Maret. Surakarta.
kerja merupakan salah satu faktor yang [Online](http://docplayer.info/439230
berpengaruh pada postur atau sikap pekerja. 91-Hubungan-antara-postur-kerja-
dengan-keluhan-muskuloskeletal-
DAFTAR PUSTAKA pada-pekerja-bagian-press-dryer-ud-
Ayuningtyas S. 2012. Hubungan Antara abiosoboyolali.htl) (di akses tanggal
Masa Kerja Dengan Risiko 20 Juli 2017)
Terjadinya Nyeri Punggung Bawah
(NPB) Pada Karyawan PT. Krakatau
Steel Di Cilegon Banten. Fakultas Sengadji M.I. 2015. Hubungan Antara
Ilmu Kesehatan Universitas Posisi Mengemudi Terhadap Low
Muhammadiyah: Surakarta. [PDF] Back Pain Pada Sopir Angkot Di
(http://eprints.ums.ac.id/21930/19/Nas Kota Malang. Jurnal Bidang
kah_publikasi_santie.pdf) (Di Unduh Kedokteran dan Kesehatan Vol. 11
Tanggal 27 Juli 2017) No 1. [Online].
(http://ejournal.umm.ac.id/index.ph
Anonim. 2003. Undang-undang No. 13 p/sainmed/article/view/4190)
Tahun 2003 tentang (tanggal di akses 13 Juli 2017)
Ketenagakerjaan. Jakarta
Tarwaka, PGDip.Sc,M.Erg. 2015.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Ergonomi Industri Dasar-dasar
Daerah Kecamatan Tomohon Tengah. Pengetahuan dan Aplikasi di Tempat
Badan Pusat Statistik Kota Tomohon. Kerja Edisi II. Harapan Press. Solo

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Utari, dkk. 2015. Hubungan Sikap Kerja
Nasional, Jakarta. Dengan Dengan Keluhan
Musculoskeletal Pada Penyortir
Tembakau Di Gudang Sortasi
85
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tembakau KEbun Klumpang SUTK (https://media.neliti.com) (diakses


PTPN. Fakultas Kesehatan tanggal 12 Juli 2017)
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.[Online]

86
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

EVALUASI BIOMEKANIKA PROTOTIPE ALAT BANTU PINDAH


PASIEN

Hardianto Iridiastadidan Fatin Saffanah Didin


Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi, Bandung
Email:hiridias@vt.edu

Abstrak

Pekerjaan seorang perawat memiliki hubungan erat dengan resiko cedera sistem
otot rangka (Musculoskeletal disorders atau MSDs). Saat ini tim peneliti sudah
mengembangkan prototipe alat bantu pindah pasien di Indonesia, namun prototipe ini
belum dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi prototipe alat bantu pindah
pasien dari perspektif biomekanika kerja. Pada penelitian ini dilakukan sebuah
eksperimen yang terdiri 12 partisipan perawat. Partisipan melakukan 7 simulasi
pemindahan pasien. Simulasi pemindahan pasien terdiri dari kombinasi cara mengangkat
dan jumlah perawat. Hasil analisis postur yang didapatkan berasal dari 2 metode yaitu
dengan perhitungan gaya, momen dan Skala Borg untuk melihat besarnya usaha yang
diperlukan dalam melakukan aktivitas pemindahan pasien. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pemindahan pasien dengan menggunakan prototipe alat bantu pindah
pasien mengurangi 62% gaya kompresi dan 25% gaya geser yang dikeluarkan oleh
perawat dibandingkan dengan pemindahan pasien secara manual. Hal ini dapat
mengurangi resiko MSDs. Besarnya usaha yang dikeluarkan oleh partisipan saat
melakukan pemindahan pasien dapat berkurang sebesar 67% ketika menggunakan alat
bantu pindah pasien. Partisipan perawat melaporkan besar usaha yang harus dikeluarkan
saat melakukan pemindahan pasien yang dilakukan oleh 2 perawat mengurangi besarnya
usaha yang harus dikeluarkan sebesar 12%. Jumlah perawat tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap nilai gaya kompresi pada perawat utama.

Kata kunci:Alat Bantu Pindah Pasien, Cedera Sistem Otot Rangka, Pemindahan
Pasien,Perawat

atau MSDs. Keluhan MSDs dapat berupa


1. Pendahuluan
rasa nyeri pada serangkaian tendon, otot
Salah satu tugas perawat adalah
dan saraf bagian tubuh. Keluhan ini dapat
membantu pasien dalam berpindah tempat.
terjadi di bagian tubuh yang sama, serta
Aktivitas yang dilakukan perawat dalam
memiliki dampak buruk dan membutuhkan
membantu pasien meliputi mengangkat dan
waktu pemulihan yang lama (Nelson dkk.,
memindahkan pasien secara manual.
2006; Waters, 2007; Warming dkk., 2009;
Aktivitas ini apabila dilakukan secara
Cummins, 2012).
manual dan berulang dapat menyebabkan
resiko keluhan musculoskeletal disorders
87
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pemulihan yang umumnya dilakukan perawat (Alamgir dkk., 2008; Dutta dkk.,
meliputi istirahat, mengkonsumsi obat 2011).
pereda nyeri dan melakukan fisioterapi. 2.1 Partisipan
Keluhan ini membawa dampak negatif yang Partisipan pada eksperimen ini terdiri
tidak murah. Dampak finansial meliputi dari 12 orang perawat. Jumlah partisipan
biaya pengobatan dan biaya kerugian akibat ditentukan berdasarkan nilai effect size d
ketidakhadiran di tempat kerja (Kamioka (Maxwell dkk., 2003). Kriteria pasien pada
dan Honda, 2013).
eksperimen ini memiliki berat badan 80 kg,
berjenis kelamin laki-laki dan merupakan
Sejumlah penelitian telah dilakukan pasien yang masih dapat menapakkan
di luar negeri yang mengkaji tentang kakinya pada lantai saat aktivitas
efektivitas alat bantu pindah pasien. Hal ini pemindahan pasien. Kriteria partisipan
merupakan salah satu intervensi yang perawat adalah berjenis kelamin
bertujuan untuk membantu perawat dalam perempuan, berumur 22-26 tahun, memiliki
melakukan pemindahan pasien dan pengalaman aktivitas pemindahan pasien
mengurangi resiko MSDs (Alamgir, 2008; minimal 1 tahun, tidak sedang hamil dan
Dutta, 2012). Alat bantu pindah pasien ini tidak memiliki cedera apapun. Setiap
cukup mahal dan didasarkan atas partisipan memiliki urutan pemindahan
antropometri orang barat, bukan pasien yang ditentukan secara acak.
antropometri orang Indonesia.
2.2 Alat
Tim peneliti telah mengembangkan Alat yang digunakan pada penelitian
prototipe alat bantu pindah pasien yang ini meliputi 1 buah alat bantu pindah
dibuat berdasarkan ukuran antropometri pasien, 1 buah tempat tidur pasien, 1 buah
orang Indonesia, namun belum dievaluasi kursi roda dan 2 buah kamera perekam
efektivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk merekam postur yang simpan di
untuk mengevaluasi alat bantu pindah kedua sisi ruangan eksperimen. Pada
pasien dari perspektif biomekanika kerja. eksperimen ini ruangan disesuaikan semirip
mungkin dengan ruangan rawat inap di
salah satu Rumah Sakit.
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi 2.3 Prosedur
alat bantu pindah pasien dengan Baik partisipan perawat maupun
menggunakan simulasi. Aktivitas yang pasien mengisi formulir persetujuan.
dilakukan pada penelitian ini meliputi Selanjutnya partisipan perawat
pemindahan pasien dari tempat tidur ke mendapatkan pelatihan dan melakukan
kursi roda, kemudian pemindahan pasien ke simulasi pemindahan pasien dari tempat
tempat tidur. Pemindahan pasien dilakukan tidur ke kursi roda, kemudian dari kursi
secara manual dan menggunakan alat bantu roda ke tempat tidur baik secara manual dan
pindah pasien. Kombinasi jumlah perawat menggunakan alat bantu pindah pasien.
yang melakukan aktivitas pemindahan Pada penelitian ini terdapat 4
pasien terdiri dari satu atau dua orang kondisi aktivitas pemindahan: kondisi 1
88
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pemindahan pasien secara manual


dilakukan oleh 1 orang perawat, kondisi 2
pemindahan pasien dilakuan secara manual 4 4
oleh 2 orang perawat 1 orang perawat
utama dan 1 orang perawat pembantu,
kondisi 3 pemindahan pasien dilakukan
menggunakan alat bantu pindah pasien oleh 5 5
1 perawat dan kondisi 4 pemindahan pasien
dilakukan menggunakan alat bantu pindah
pasien oleh 2 perawat 1 orang perawat Gambar 1. Aktivitas Kunci Pemindahan
utama dan 1 orang perawat pembantu. Pasien Secara Manual
Aktivitas pemindahan pasien secara manual
terdiri dari 5 aktivitas kunci, sedangkan Setiap partisipan melakukan seluruh
aktivitas pemindahan pasien menggunakan kondisi aktivitas pemindahan (within
alat bantu pindah pasien terdiri dari 7 subject design). Pemindahan pasien yang
aktivitas kunci. Pada Gambar 1 dilakukan oleh 2 perawat terdiri dari
diperlihatkan aktivitas kunci yang perawat utama dan perawat pembantu.
dilakukan saat pemindahan pasien secara Perawat utama dan perawat pembantu
manual. saling bergantian melakukan pemindahan
pasien sesuai dengan urutan masing-
No 1 Perawat No 2 Perawat masing. Gambar 2 menunjukkan aktivitas
kunci yang dilakukan saat pemindahan
pasien menggunakan alat bantu pindah
pasien.
1 1

No 1 Perawat No 2 Perawat

2 2
1 1

3 3
2 2

89
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

perawat terkait pekerjaan fisik didapatkan


dengan menyebar kuesioner Skala Borg
3 3 CR-10 dengan rentang skor 0,5 sampai 10
(Borg, 1990).
2.5 Analisis Statistik
Nilai gaya kompresi dan gaya geser
pada masing-masing postur disetiap kondisi
4 4 diuji menggunakan uji kenormalan data, uji
t berpasangan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan dari 2
nilai gaya untuk postur yang sejenis dan uji
ANOVA. Uji ANOVA dengan 2 faktor,
5 5 yaitu cara mengangkat dan jumlah perawat
dengan menggunakan p<0,05 untuk tingkat
signifikansi. Perbandingan beberapa
kondisi yang dilakukan meliputi
perbandingan kondisi 1 dan 3. Kondisi 2
6 6 dibandingkan dengan kondisi 3. Kondisi 1
dibandingkan dengan kondisi 4. Kemudian
kondisi 2 dibandingkan dengan kondisi 4.
3. Hasil
Jumlah postur keseluruhan pada
7 7 penelitian ini adalah 576 postur yang
kemudian dimodelkan menggunakan
3DSSPP. Data Skala Borg diberikan oleh
Gambar 2. Aktivitas Kunci Pemindahan setiap partisipan perawat setelah melakukan
Pasien Menggunakan Alat Bantu Pindah setiap eksperimen.
Pasien 3.1 Gaya Kompresi dan Gaya Geser
2.4 Analisis Data Pada pemodelan postur yang
Data berupa nilai kompresi dan gaya diperoleh dari software 3DSSPP
geser pada L5/S1 berdasarkan pemodelan menghasilkan gaya kompresi dan gaya
dari rekaman postur didapatkan dari geser untuk setiap postur. Nilai didapatkan
software 3-Dimension Static Strength berdasarkan input data antropometri
Prediction Program atau 3DSSPP perawat, sudut segmen tubuh perawat dan
(University of Michigan, Ann Arbor, MI, beban yang diterima pada setiap postur.
USA). Data yang diinput kedalam software Gambar 3 merupakan contoh pemodelan
3DSSPP adalah data antropometri, besar postur partisipan perawat menggunakan
sudut segmen tubuh partisipan perawat dan software 3DSSPP.
perhitungan beban mekanika disetiap
postur. Data persepsi kerja partisipan
90
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pasien secara manual oleh 2 orang perawat


pada postur ke 1. Rata-rata terendah sebesar
15 N pada aktivitas pemindahan pasien
menggunakan alat bantu pindah pasien oleh
2 orang perawat pada postur ke 5.

Gambar 3. Contoh Pemodelan Postur 2000

Gaya Kompresi
1500
Pemindahan Pasien 1000

(N)
Rata-rata gaya kompresi yang 500
0
didapat pada perbandingan kondisi 1 dan 3

M1
M2
M3
M4
M5
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
dapat dilihat pada Gambar 4, dengan rata-
rata tertinggi mencapai 1800 N pada Postur…
aktivitas pemindahan pasien secara manual Gambar 4. Gaya Kompresi Kondisi 1
oleh 1 perawat pada postur ke 5. Rata-rata dan 3
terendah sebesar 46 N pada aktivitas
pemindahan pasien menggunakan alat bantu
5000
oleh 1 perawat pada postur ke 5.
Gaya Kompresi (N)

4000
Rata-rata gaya kompresi yang 3000
2000
didapat pada kondisi 2 dan 4 dapat dilihat
1000
pada Gambar 5, dengan rata-rata tertinggi 0
mencapai 4025 N pada pemindahan pasien M1M2M3M4M5 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
secara manual oleh 2 perawat pada postur Postur…
ke 1. Rata-rata terendah sebesar 376 N pada
aktivitas pemindahan pasien menggunakan Gambar 5. Gaya Kompresi Kondisi 2
alat bantu pindah pasien oleh 2 orang pada dan 4
postur ke 4.
Rata-rata gaya geser yang didapat
pada perbandingan kondisi 1 dan 3 dapat 500
dilihat pada Gambar 6, dengan rata–rata 400
Gaya Geser

tertinggi mencapai 387 N pada aktivitas 300


pemindahan pasien menggunakan alat bantu 200
100
pindah pasien oleh 1 orang perawat pada
0
postur ke 3. Rata-rata terendah sebesar 19 N M1M2M3M4M5 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
pada aktivitas pemindahan pasien Postur…
menggunakan alat bantu pindah pasien oleh
1 orang perawat pada postur ke 5. Gambar 6. Gaya Geser Kondisi 1 dan 3
Nilai rata-rata gaya geser yang
didapat pada kondisi 2 dan 4 dapat dilihat
pada Gambar 7, dengan rata-rata tertinggi
mencapai 556 N pada pada pemindahan
91
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

600 pindah pasien mengurangi 62% gaya


kompresi dan 25% gaya geser yang
Gaya Geser 400
dikeluarkan oleh perawat dibandingkan
200 dengan pemindahan pasien secara manual.
0 Namun masih ditemukannya postur yang
M1M2M3M4M5 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 memiliki gaya kompresi yang cukup tinggi
Postur ketika partisipan perawat menarik alat
M = Manual P = Alat Bantu Pindah…
bantu pindah pasien.

Gambar 7. Gaya Geser Kondisi 2 dan 4 Gaya kompresi yang lebih kecil
disebabkan oleh gaya tekan pada L5/S1
yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
3.3 Skala Borg gaya kompresi pada pemindahan pasien
Berdasarkan hasil pengisian Skala secara manual. Metode pemindahan pasien
Borg oleh partisipan perawat, rata- rata nilai mempengaruhi gaya kompresi (Zhuang
Skala Borg pada pemindahan pasien secara dkk., 1999). Sedangkan gaya geser akan
manual oleh 1 orang perawat adalah 6,3. memiliki nilai lebih besar ketika partisipan
Nilai ini termasuk pada kategori melakukan gerakan menarik dari arah
membutuhkan usaha yang kuat. Rata–rata bawah atau membungkuk sehingga
nilai Skala Borg pemindahan pasien secara menyebabkan kebutuhan flexion yang lebih
manual oleh 2 perawat adalah 5,5, besar (Knapik & Marras, 2010).
sedangkan rata-rata nilai Skala Borg Faktor yang mempengaruhi gaya
pemindahan pasien menggunakan alat bantu kompresi dan gaya geser meliputi berat
pindah pasien oleh 1 perawat adalah 4. yang ditumpu oleh tangan partisipan
Nilai rata–rata untuk pemindahan pasien perawat, berat badan pasien, berat badan
menggunakan alat bantu pindah pasien oleh perawat, berat alat dan derajat segmen
2 orang perawat adalah 3,8 penurunan ≈ tubuh partisipan perawat yang diinput pada
12%. software 3DSSPP. Kelebihan berat badan
pada partisipan perawat memiliki kaitan
dengan peningkatan beban lumbar (Corbiel
3.4 Uji Hipotesis dkk., 2013). Selain itu postur sagital adalah
Pada penelitian ini dilakukan uji one- faktor postural yang paling penting dari
way ANOVA pada masing – masing nilai kompresi dan gaya geser disc L5/S1.
gaya kompresi dan gaya geser. Setidaknya
Nilai kompresi dan gaya geser pada
terdapat satu nilai rata-rata suatu kondisi
pemindahan pasien oleh 2 perawat memiliki
pemindahan pasien yang berbeda dengan
nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan
kondisi lainnya dengan nilai p<0,05.
pemindahan yang dilakukan oleh 1 perawat.
4. Diskusi Hal ini disebabkan beban yang ditumpu
Penelitian ini bertujuan untuk oleh 1 orang terbagi menjadi 2 bagian.
mengevaluasi alat bantu pasien dari Namun untuk postur tertentu seperti postur
perspektif biomekanika. Pemindahan pasien 1 yaitu mengangkat bagian badan pasien
dengan menggunakan prototipe alat bantu terdapat hal yang sebaliknya. Hal ini dapat
92
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

disebabkan karena proporsi bagian badan yang dikeluarkan sampai dengan 67% oleh
pasien cukup besar atau terjadi perawat. Hal ini dapat mengurangi resiko
awkwardposture yang dilakukan oleh keluhan MSDs. Jumlah perawat yang
partisipan perawat. Fitur desain seperti terlibat pada saat pemindahan pasien tidak
berat badan, bentuk dan posisi pegangan terlalu berpengaruh terhadap nilai gaya
dan penyesuaian tinggi dapat kompresi dan gaya geser yang dihasilkan
mempengaruhi ketegangan otot bahu (Kluth oleh perawat utama. Penelitian ini
& Strasser, 2006). menyarankan kajian lebih lanjut tentang
Perawat melaporkan bahwa kondisi efektivitas alat bantu pindah pasien.
pemindahan pasien menggunakan alat bantu
pindah pasien merupakan pekerjaan fisik
Daftar Pustaka
yang lebih ringan. Usaha yang dilakukan
perawat berkurang sebesar 67% ketika Alamgir, H., Li, O. W., Yu, S., Gorman, E.,
melakukan pemindahan pasien Fast, C., & Kidd, C 2008, ‘Evaluation of
menggunakan alat bantu pindah pasien. Hal Ceiling Lifts: Transfer Time, Patient
ini disebabkan karena perawat tidak harus Comfort, and Staff Perceptions’, Journal of
bersusah payah mengangkat tubuh pasien, Injury, Volume 40 (2009), hh. 987 – 992.
namun perawat harus mempersiapkan alat
dan mengontrol kerja alat.
Borg, G 1990, ‘Psychophysical Scaling
Perawat juga merasa usaha yang With Applications in Physical Work and
dikeluarkan berkurang sebesar 12% pada The Perception of Exertion’, Journal of
saat pemindahan pasien dilakukan oleh 2 Work Environ Health, Volume 16 (1), hh.
orang perawat. Hal ini disebabkan beban 55 – 58.
pasien maupun alat terbagi menjadi 2 ketika
2 perawat melakukan pemindahan pasien. Corbeil, P., Plamondon, A., Teasdale, N.,
Handrigan, G., Have Ten, J., Manzerolle,
N.,2013, ‘Impacts biomecaniques et
5. Keterbatasan Penelitian
ergonomiques de la manutention chez
Hasil nilai kompresi dan gaya geser
lestravailleurs obeses’, Institut de recherche
yang diperoleh dengan pengolahan 3DSSPP
Robert-Sauve en santeeten securit edu
merupakan asumsi yang diolah berdasarkan
travail (IRSST), Montreal, QC.
sudut segmen tubuh. Dalam memodelkan
postur dari kamera, angka yang dihasilkan Cummins, C 2012, ‘Obstacle and Risk in
bisa tidak akurat. Hal ini dapat disebabkan Patient Handling Safety in a Large
oleh kemampuan eksperimenter saat Rural; Australian Hospital. Health
menerjemahkan data video yang ada. Education and Training Institute, NSW.
6. Simpulan Dutta, T., Holliday, P. J., Gorski, S. M.,
Simpulan pada penelitian ini adalah Baharvandy, M. S., & Fernie G. R 2011, ‘A
bahwa penggunaan alat bantu pindah pasien Biomehanical Assessment of Floor and
dapat menurunkan gaya kompresi mencapai Overhead Lifts Using One or Two
62%, gaya geser sebesar 25% dan usaha Caregivers for Patient Transfer’, Journal of
93
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Applied Ergonomics, Volume 43 , hh. 521 – Nelson A, Matz M, Chen F, Loyd J,


531. Fagala G 2006, ‘Development and
Evaluation of multifaceted Ergonomics
Dutta, T., Holliday, P. J., Gorski, S. M., Program to Prevent Injuries Associated
Baharvandy, M. S., & Fernie G. R 2011, with Patient Handling Tasks’,
‘The Effects of Caregiver Experience on International Journal of Noursing Studies.
Low Back Loads During Floor and 43, 717 – 733.
Overhead Lift Manuvering Activities’,
Journal of International Journal of Warming S, Precht DH, Suadicani P,
Industrial Ergonomics, Volume 41 , hh. Ebbehoj NE 2009, ‘Musculoskeletal
653 – 660. Complaints Among Nurses Related to
Patient HandlingTasks and Psychosocia;
Kamioka H, Honda T 2012, ‘Low Back Factors – Based on Logbook
Pain in Female Caregivers in Nursing Registration’, Journal of Applied
Homes’, Low Back Pain, Dr. Ali Asghar Ergonomics, 40, 569 – 576.
Norasteh (Ed.), ISBN.978-953-51-0599-2,
Waters, T. R 2007, ‘Patient Handling Tasks
InTech.
With High Risk for Musculoskeletal
Kluth, K., Strasser, H 2006, ‘Ergonomics in Disorders in Critical Care’, Critical Care
the rescue servicedErgonomicevaluation of Nursing Clinics of North America, Volume
ambulance cots’, Int. J. Ind. Ergon. 36, 247- 19 (2), hh, 131–143
256.
Zhuang, Z., Stobbe, T. J., Hsiao, H.,
Knapik, G. G., & Marras, W. S 2009,
Collins, J. W., & Hobbs, G. R 1999,
’Spine Loading at Different Lumbar Levels
‘Biomechanical Evaluation of Assistive
During Pushing and Pulling’,Journal of
Devices for Transfering Residents’, Journal
Ergonomics, Volume 52 (1), hh. 60 – 70.
of Applied Ergonomics, Volume 30 (19),
hh, 285 – 294.
Maxwell, S. E., & Delaney, H. D 2004,
‘Designing Experiments And Analyzing
Data’, 2nd Ed. London: Lawrence Erlbaum
Associates Publishers

94
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

IDENTIFIKASI RISIKO WORK MUSCULOSKELETAL


DISORDERDI BAGIAN PACKAGING, UNIT HOSPITAL
EQUIPMENT PT.MAK

Ika Fitri Wulan Dhari1 ;Anggi Wahyu Sudianingrum,2


1.Staff Pengajar Prodi Fisioterapi Universitas’Aisyiyah Yogyakarta
2. Mahasiswa Prodi Fisioterapi Universitas’Aisyiyah Yogyakarta
ikafitriwulandari@yahoo.co.id
anggiws@gmail.com

ABSTRAK

Peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya


meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.Fokus pt. Mega andalan
kalasan adalah pada produk khusus perlengkapan rumah sakit.Pembuatan perlengkapan
terdiri dari beberapa proses salah satunya adalah proses packagingyang banyak
dilakukan dengan proses manual. Barang yang akan di packing berukuran besar sehingga
tidak disediakan fasilitas yang mendukung, seperti belum adanya meja saat pengemasan
barang, sehingga barang yang akan dikemas hanya diletakkan di atas lantai. Penyesuaian
posisi kerja yang dilakukan karyawan unit packaging cenderung memunculkan kebiasaan
membungkuk, jongkok dan berputar. Perlu adanya identifikasi risiko musculoskeletal dari
aktivitas tersebut agar dapat ditindaklanjuti pada upaya pencegahan untuk dapat
mengurangi risiko penyakit akibat kerja yang muncul. Metodepenelitian ini adalah
observasionaldengan sampel sebanyak 15 orang. Risiko kerja di nilai dengan baseline risk
identification of ergonomic factorskemudian hasilnya dianalisis menggunakan analisis
deskriptif. Hasil di ketahui bahwa kategori risiko tinggi terdapat pada bagian
back/punggung sebesar 60%, diikuti shoulder sebesar 53,33%, legs 46,67%,neck sebesar
13,33%, hand and wrist sebesar 13,33%, serta elbow sebesar 6,67 %. Kesimpulan sikap
tubuh yang tidak alamiah yaitu berjongkok,deviasi siku dan leher menunduk ketika
melakukan pengemasan menyebabkan risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Pada
bagian packaging perlu disediakan stasiun kerja yang mendukung pekerjaannya berupa
meja kerja yang disesuaikan dengan antropometri para pekerja, hal ini yang bisa
dilakukan adalah melalui ppaya preventif berupa pemberian latihan bersifat
perenggangan dan penguatan seperti aktif stretching exercise, core stability
exercise,pillates exercise, neck exercise.

KATA KUNCI : IDENTIFIKASI RISIKO, WORK MUSCULOSKELETAL DISORDER,PACKAGING

PENDAHULUAN dari industri kecil,menengah hingga industri


Seiring perkembangan zaman, dunia besar. Hal ini juga di ikuti dengan
industri terus mengalami kemajuan baik perkembangan teknologi yang begitu
95
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi lebih tinggi jika pekerja bersikap kerja tidak
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan fisiologis (Takahashi, 2002).
pekerjaan. Peralatan dan teknologi Sikap paksa pada saat bekerja dan
merupakan penunjang yang penting dalam berlangsung lama menyebabkan adanya
upaya meningkatkan produktivitas untuk beban pada sistem muskuloskeletal dan
berbagai jenis pekerjaan. efek negatif pada kesehatan. Pendapat lain
PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) dari Pheasant, 2003 mengatakan bahwa
adalah perusahaan swasta nasional di pembebanan statis dan paksa dapat
Indonesia yang bergerak dalam bidang menyebabkan aliran darah terhambat
engineering dan manufacturing. Fokus PT. sehingga suplai oksigen ke bagian otot
Mega Andalan Kalasan adalah pada produk tidak cukup. Keadaan tersebut
khusus perlengkapan rumah sakit. Hasil menyebabkan akumulasi dan timbunan
produksi berupa bed operasi, troley, room asam laktat dan panas tubuh yang pada
accecories, dll (PT.Mega Andalan akhirnya menyebabkan kelelahan pada otot
Kalasan,2017) Pembuatan perlengkapan skeletal yang dirasakan sebagai bentuk
terdiri dari beberapa proses salah satunya nyerian otot pada pekerja. Sikap kerja yang
adalah proses packaging yang banyak dilakukan para pekerja bagian packaging
dilakukan dengan proses manual. Jam kerja cenderung tidak menerapkan aspek
bagian packaging adalah 8 jam selama lima ergonomi dengan sikap kerja tersebut risiko
hari dalam seminggu. Dalam melakukan munculnya keluhan menjadi lebih besar.
pekerjaannya karyawan cenderung Gerakan yang berhubungan dengan
menyesuaikan posisinya dengan barang kerja dan posisi kerja dapat menyumbang
yang akan di packaging. Barang yang akan kerjadian Work-Related Musculoskeletal
di packing berukuran besar sehingga tidak Disorders (WMSD’s) termasuk juga teknik
disediakan fasilitas fasilitas yang mengangkat beban yang salah, sikap dan
mendukung pekerjaan, seperti belum postur kerja yang salah dengan periode
adanya meja saat pengemasan barang, waktu yang lama dan dengan beban yang
sehingga barang yang akan dikemas hanya berlebihan. Secara umum kejadian
diletakkan di atas lantai sebelum di packing WMSD’s ini merupakan adanya kerusakan
dan dilakukan pengiriman pembuluh darah karena gerakan repetitive
Proses kerja yang kurang tepat dapat dan terlihatnya vasokonstriksi pada arteri
menimbulkan dampak negatif sehingga akibat ischemic injury dan edema karena
perlu dilakukan analisis faktor risiko kerusakan anoxic (Sizer et al, 2004).
terhadap kondisi kerja untuk meminimalkan Di Indonesia, dari hasil studi
terjadinya penyakit akibat kerja. Departemen Kesehatan dalam profil
Penyesuaian posisi kerja yang dilakukan masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005
karyawan unit packaging cenderung menunjukan bahwa sekitar 40.5% penyakit
memunculkan kebiasaan membungkuk, yang diderita karyawan berhubungan
jongkok dan berputar. Hal ini merupakan dengan pekerjaannya. Gangguan yang
sikap kerja tidak fisiologis, energi yang dialami pekerja menurut penelitian yang
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas akan dilakukan terhadap 9.482 karyawan di 12

96
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kabupaten/kota di Indonesia umumnya Hasil identifikasi risiko keluhan


berupa penyakit Musculoskeletal Disorders muskuloskeletal tersebut dapat dijadikan
(16%), kardiovaskuler (8%), gangguan acuan sebagai upaya pencegahan yang
saraf (5%), gangguan pernafasan (3%), dan dapat diterapkan untuk mengurangi keluhan
gangguan THT (1.5%) (Sumiati, 2007). yang muncul dari aktivitas kerja tersebut,
Gangguan kesehatan bersifat kumulatif sehingga penyakit akibat kerja WMSDs
yang makin lama akan bertambah berat dapat menurun lingkungan kerja bagian
sehingga akan mengganggu kesehatan dan packaging serta dapat meningkatkan
berakhir pada menurunnya produktivitas produktivitas kerja karyawan.
kerja
Perlu adanya identifikasi risiko METODE
musculoskeletal dari aktivitas tersebut agar
Penelitian ini merupakan penelitian
dapat ditindaklanjuti pada upaya
observasional untuk mengetahui risiko
pencegahan untuk dapat mengurangi risiko
kerja pada pekerja bagian packagingunit
penyakit akibat kerja yang muncul.
hospital equipment PT Mega Andalan
Identifikasi risiko muskuloskeletal pada
Kalasan. Sampel pada penelitian ini
pekerja dapat dilakukan dengan berbagai
sebanyak 20 orang. Risiko kerja di nilai
cara, antara lain dengan menggunakan
dari hasil Baseline Risk Identification of
ergonomic tools assesment berupa Baseline
Ergonomic Factors yang di berikan
Risk Identification of Ergonomic
terhadap 20 orang pekerja. Data dianalisis
Factors(BRIEF). Metode pengukuran ini
dengan analisis deskriptif dengan
mengnalisis risiko pada setiap anggota
menggunakan rumus sebagai berikut:
tubuh meliputi hand and
wrist,elbow,shoulder,neck,back dan legs
P = (F/N) X 100%
yang masing-masing dinilai dari sikap
posture,berat beban yang diangkat, durasi
waktu serta frekuensi aktivitas kemudian Keterangan:
hasil yang diperoleh dinilian dengan
P : Persentase
kategori risiko rendah,sedang maupun
tinggi. Hasil study pendahuluan F : Frekuensi dari setiap jawaban yang
menggunakan Baseline Risk Identification telah menjadi pilihan responden
of Ergonomic Factors menunjukkan dari
N : Jumlah responden
total 5 orang pekerja bagian packaging
menunjukkan adanya risiko tinggi pada
bagian back/punggung dan tungkai
Hasil analisis 15 orang responden dengan
bawah/legs serta risiko medium pada
menggunakan Baseline Risk Identification
bagian shoulder/bahu. Dari hasil study
of Ergonomic Factors di tampilkan dalam
pendahuluan tersebut maka bagian tubuh
grafik 1 di bawah ini
yang berisiko besar mengalami gangguan
musculoskeletal adalah pada bagian
punggung, tungkai bawah dan bahu.
Grafik 1. Hasil Baseline Risk
97
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Identification of Ergonomic Factors tubuh, maka semakin tinggi pula risiko


terjadinya keluhan muskuloskeletal. Hal ini
70 sesuai dengan pendapat Kroemer dan
Hand and
60 Grandjean, 2000 bahwa sikap kerja tidak
Wrist
50 alamiah ini umumnya karena tuntutan
Elbow
40 tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak
30 Shoulder sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
20 pekerja.
10 Neck
Selain sikap kerja yang tidak
0
alamiah, faktor lingkungan juga memiliki
Back
peranan penting dalam memicu munculnya
keluhan muskuloskeletal. Pengukuran
lingkungan kerja bagian packaging di
Pada Grafik 1 diatas di ketahui tampilkan dalam tabel 1 dibawah ini
bahwa kategori risiko tinggi terdapat pada
bagian back/punggung sebesar 60%, diikuti
shoulder sebesar 53,33%, legs 46,67%,neck Tabel 1. Penilaian Lingkungan
sebesar 13,33%, hand and wrist sebesar Kerja
13,33%, serta elbow sebesar 6,67 %.
Penilaian Hasil
Presentase kategori risiko medium terdapat
Kebisingan 67 dB
pada bagian neck sebesar 60%, diikuti
Pencahayaan 150 Lux
shoulder sebesar 40%, elbow dan legs
Suhu Basah 22,5
33,33%,neck sebesar 13,33%, serta hand
Suhu Kering 27,5
and wrist sebesar 26,67%. Presentase
Kelembaban Relatif 63,8
kategori risiko rendah terdapat pada bagian
hand and wrist dan elbow sebesar 60%,
diikuti neck sebesar 26,67%, serta pada Pada tabel 1 diatas lingkungan kerja
bagian back and legs sebesar 20%. Dari dalam kondisi yang nyaman untk
hasil tersebut diketahui bahwa risiko melakukan pekerjaan, kondisi lingkungan
tertinggi ada pada bagian back/punggung yang nyaman sangat diperlukan
hal ini disebabkan karena pekerja manusia untuk mengoptimalkan
melakukan pekerjaannya serta dengan produktivitas kerjanya. Pada packaging
gerakan repetitif dan monoton, beban kerja yang bekerja didalam ruangan mikrolimat
yang berkepanjangan,di sertai dengan ruangan menjadi penunjang agar dapat
aktivitas kerja dalam sikap tubuh yang tidak melakukan aktivitasnya dengan nyaman.
alamiah yaitu berjongkok ketika melakukan Temperatur yang baik untuk pekerja
pengemasan barang tanpa adanya stasiun berkisar antara (18,3-21,3)oC sedangkan
kerja yang mendukung hal ini untuk pekerja berat biasanya digunakan
menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh suhu yang lebih rendah yaitu (12,8-15,6)o
bergerak menjauhi posisi alamiah, semakin C. Sedangkan kelembaban relatif di satu
jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi ruangan tidak boleh kurang dari 30% atau

98
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

antara 40 – 60% di musim panas, yang Hal yang dapat dilakukan menurut
merupakan kelembaban relatif yang rekomendasi OSHA 3125 (2000) untuk
memberi suasana nyaman di ruangan mencegah sumber penyakit adalah melalui
tersebut (Manuaba, 2004). Menurut dua cara, yaitu rekayasa teknik (seperti
Sedarmayanti (1996), bahwa temperatur desain stasiun kerja dan alat kerja) dan
yang terlampau dingin akan mengakibatkan rekayasa manajemen (seperti : kriteria dan
gairah kerja menurun. Sedangkan organisasi kerja). Usaha perbaikan
temperatur yang terlampau panas, dapat peralatan kerja bersifat sederhana, murah
mengakibatkan timbulnya kelelahan tubuh biaya, mudah dilakukan, serta dapat
yang lebih cepat dan dalam bekerja meningkatkan produktivitas kerja (Sutjana,
cenderung membuat banyak kesalahan. 2009). Pada bagian packaging perlu
disediakan stasiun kerja yang mendukung
Penilaian risiko keluhan
pekerjaannya berupa meja kerja yang
muskuloskeletal dengan menggunakan
disesuaikan dengan antropometri para
BRIEF (Baseline Risk Identification of
pekerja, hal ini dilakukan selain untuk
Ergonomic Factors ) menilai risiko
mencegah munculnya sikap tidak alamiah
berdasarkan setiap bagian anggota tubuh,
juga pekerjaan yang dilakukan akan
aspek penilaian meliputi durasi,postur,
menjadi lebih efisien dan efektif. Penelitian
frekuensi,dan beban hasil dari penilaian ini
yang dilakukan Adiatmika (2007)
di intepretasikan kedalam 3 kategori, yaitu
menyatakan bahwa perbaikan kondisi kerja
risiko rendah, risiko sedang, dan risiko
dengan pendekatan ergonomi total dapat
tinggi. Penilaian setiap anggota tubuh
menurunkan keluhan muskuloskeletal
tersebut menjadi lebih spesifik untuk
sebesar 5,24% pada perajin pengecatan
menilai risiko kerja yang ditimbulkan dari
logam di Kediri Tabanan. Penelitian lain
suatu aktivitas. Keluhan muskuloskeletal
yang dilakukan Surata (2011) bahwa
dalam jangka waktu lama pada bagian
redesain alat dan sistem kerja menurunkan
packaging tentu saja akan mempengaruhi
keluhan muskuloskeletal sebesar 56,15%.
kinerja para karyawan, keluhan
Sikap kerja yang dilakukan para karyawan
muskuloskeletal tersebut menyebabkan
saat ini dengan cara berjongkok di lantai
pekerja akan kehilangan jam kerjanya
dengan gerakan bahu/shoulder dalam posisi
karena merasa tidak nyaman saat
deviasi dan neck/leher dalam kondisi
beraktivitas. Keluhan otot kemungkinan
menunudk akan membuat bekerja menjauhi
terjadi apabila kontraksi otot melebihi 20%,
sikap alamiah tubuhnya. Sikap ini dalam
maka peredaran darah ke otot berkurang
waktu panjang memicu munculnya
menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi
akumulasi keluhan muskuloskeletal pada
oleh besarnya tenaga yang diperlukan.
beberapa bagian.
Suplai oksigen ke otot menurun, proses
metabolisme karbohidrat terhambat dan Hal lain yang bisa dilakukan adalah
sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam melalui pendekatan preventif berupa
laktat yang menyebabkan timbulnya rasa pemberian latihan tertentu sebagai upaya
nyeri otot (Kroemer dan Grandjean, 2000). pencegahan dapat dilakukan. Rasa nyeri
dan ngilu pada sistem kerangka dan otot
99
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

manusia dapat dikurangi dengan melakukan stabilitas tulang belakang, karena core
latihan, menerapkan sikap atau posisi tubuh muscle yang aktif akan meningkatkan
yang ergonomis saat bekerja, sehingga tekanan intra abdominal dan hal tersebut
diperoleh rasa nyaman dalam bekerja yang akan membentuk abdominal brace yang
akan berdampak pada terciptanya kualitas akan meningkatkan stabilitas dari tulang
kerja dan produktivitas yang tinggi belakang (Kisner dan Colby, 2007).
(Tarwaka, 2011).Upaya preventif yang Stabilitas tulang belakang yang baik akan
dapat diterapkan untuk mempersiapkan lebih memudahkan seseorang dalam
otot-otot sebelum melakukan aktivitasnya melakukan aktivitas fungsional dan
sehingga dapat meminimalkan risiko mengurangi resiko cidera karena imbalance
terjadinya keluhan muskuloskeletal, cidera muscle.
pada ototdapat melatih kembali tubuh,
meningkatkan kekuatan dan kelenturan,
KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan keseimbangan, postur,
alignment dan mengontrol otot. Pada Kategori risiko keluhan muskoleketal tinggi
akhirnya seseorang menjadi lebih handal terdapat pada bagian back/punggung
dalam mengatur kegiatan sehari-hari secara sebesar 60%, diikuti shoulder sebesar
lebih efisien dan efektif dengan 53,33%, legs 46,67%,neck sebesar 13,33%,
kemungkinan cedera yang lebih kecil. hand and wrist sebesar 13,33%, serta elbow
sebesar 6,67 %. Presentase kategori risiko
Upaya preventif berupa pemberian
medium terdapat pada bagian neck sebesar
latihan bersifat perenggangan dan
60%, diikuti shoulder sebesar 40%, elbow
penguatan seperti aktif stretching
dan legs 33,33%,neck sebesar 13,33%, serta
exercise,core stability exercise,pillates
hand and wrist sebesar 26,67%. Presentase
exercise, neck exercise. Penelitian yang
kategori risiko rendah terdapat pada bagian
dilakukan oleh Akuthota (2008),tentang
hand and wrist dan elbow sebesar 60%,
Prinsip Core Stability Exercises,
diikuti neck sebesar 26,67%, serta pada
menunjukkan bahwa Program latihan
bagian back and legs sebesar 20%. Hal ini
penguatan otot core dapat mencegah LBP
disebabkan karena pekerja melakukan
(Low Back Pain), menurunkan nyeri dan
pekerjaannya dengan gerakan repetitif dan
memperbaiki fungsi gerak pada pasien
monoton, beban kerja yang
LBP. Penelitian lain yang dilakukan
berkepanjangan,di sertai dengan aktivitas
Alkuratu (2015), terdapat perbedaan yang
kerja dalam sikap tubuh yang tidak alamiah
signifikan pada penurunan keluhan low
yaitu berjongkok,deviasi siku dan leher
back pain myogenik pada kelompok kontrol
menunduk ketika melakukan pengemasan
dan kelompok perlakuan yang diberikan
barang ini menyebabkan posisi bagian-
latihan core exercise, kelompok yang
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
diberikan intervensi core exercise
alamiah, semakin jauh posisi bagian tubuh
mengalami penurunan keluhan akibat LBP
dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
myogenik. Prinsip latihan yang di
tinggi pula risiko terjadinya keluhan
rekomendasikan adalah latihan yang
muskuloskeletal. Pada bagian packaging
mengakivasicore muscledan meningkatkan
100
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

perlu disediakan stasiun kerja yang and Techniques. 5th Ed. Philadelphia:
mendukung pekerjaannya berupa meja kerja F. A. Davis Company
yang disesuaikan dengan antropometri para
Kroemer, K.H.E, dan Grandjean, E. 2000.
pekerja, hal ini dilakukan selain untuk
Fitting the Task to The man. A
mencegah munculnya sikap tidak alamiah
Textbook Of Occupational
juga pekerjaan yang dilakukan akan
Ergonomics. 4th edition. New York:
menjadi lebih efisien dan efektif. Hal lain
Taylor & Francis
yang bisa dilakukan adalah melalui
pendekatan preventif berupa pemberian Manuaba, A. 2004. Holistic Ergonomics
latihan tertentu sebagai upaya pencegahan Desigsn as a Strategy to Integrated
dapat dilakukan. Upaya preventif berupa Occupational Health-Safety System
pemberian latihan bersifat perenggangan Management into the Enxeprise
dan penguatan seperti aktif stretching Manegement System. Jurnal
exercise,core stability exercise,pillates Ergonomi Indonesia. 5 (1) 1-4.
exercise, neck exercise.
OSHA 3125. 2000. Ergonomic: the study of
work U.S.Departement of Labor.
Occupational Safety and Health
DAFTAR PUSTAKA
Administration.
Adiatmika, I P G., A. Manuaba., N.
Pheasant, S. 2003. Ergonomics, Work
Adiputra., D.P. Sutjana. 2007.
and Health. London:
Perbaikan Kondisi Kerja dengan
Macmillan Acsdemic Profesional
Pendekatan Ergonomi Total
Ltd
Menurunkan Keluhan
Muskuloskeletal dan Kelelahan Serta Sizer, P. S., Cook, C., Brismée, J.-M.,
Meningkatkan Produktivitas dan Dedrick, L., & Phelps, V. 2004.
Penghasilan Perajin Pengecatan Ergonomic Pain-Part 1: Etiology,
Logam di Kediri- Epidemiology, and Prevention. Pain
Tabanan.Disertasi.Program Studi Practice, 4, 1, 42-53
Doktor Ilmu Kedokteran. Program
Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan
Pascasarjana Universitas Udayana
Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan
Alkuratu, L.C. 2015. Pengaruh Core dari Aspek Ergonomi atau Kaitan
Stablity Exercise Secara Kelompok antara Manusia dengan Lingkungan
dan Individu Terhadap Low Back Kerja. Bandung: Bandar Maju.
Pain Myogenik pada Pembuat Batu
Sumiati. 2007. Analisa Risiko Low Back
Bata di Desa Maron. Skripsi :
Pain (LBP) pada Perawat Unit
Fakultas Imu Kesehatan. Universitas
Darurat dan Ruang Operasi di RS.
Muhammadiyah Surakarta.
Prikasih Jakarta Selatan.
Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Skripsi.Jakarta: FKM UI
Therapeutic Exercise: Foundations

101
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Surata, I W. 2011 “Redesain Alat Takahashi, S. (2002). Physical Activity,


Pengering Dan Sistem Kerja Energy Expenditure and Work
Meningkatkan Kinerja Petani Dan Intensity of Care-Works on Shift
Mutu Rumput Laut Di Desa Ped Nusa Work in a Special Nursing Home for
Penida” (disertasi). Denpasar: the Elderly. Japan. Journal of
Program Pascasarjana Universitas Occupational Health.
Udayana
Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri : Dasar-
Sutjana, I.D.P. 2009. Intervensi Ergonomi dasar pengetahuan ergonomi dan
Dalam Pembangunan Pura di Desa aplikasi di tempat kerja. Cetakan
Pekraman Nyitdah. Dalam: Prosiding kedua. Surakarta : Harapan Press
Seminar Nasional Ergonomi IX Solo.
Semarang, 17-18 November.

102
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP KELUHAN


MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PENENUN DI DESA
TEUNBAUN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG

Luh Putu Ruliati


Prodi IKM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang NTT
Email:ruliatiluhputu@yahoo.com

Abstrak

Menenun di desa Teunbaun Amarasi Barat Kabupaten Kupang merupakan jenis


pekerjaan yang dilakukan dalam keadaan duduk. Hal ini dapat menimbulkan masalah
ergonomi pada penenun. Jenis alat dan sarana kerja yang kurang nyaman sering
menimbulkan masalah ergonomi pada pekerja, jika pekerjaan ini dilakukan dengan sikap
kerja yang tidak ergonomis dalam waktu lama memberikan dampak negatif pada
kesehatan yang memicu timbulnya keluhan muskuloskeletal disorders. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap kerja dan lama kerja terhadap
keluhan muskuloskeletal disorders pada penenun. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
154 penenun dengan jumlah sampel 60 penenun wanita yang diambil dengan tehnik
simple random sampling dan uji analisis dengan menggunakan Chi-square Test. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan keluhan muskuloskeletal
dimana p=0,141, ada hubungan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal dengan
p=0.027, dan ada hubungan lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal dengan p=0.028.

Keywords:Penenun, pengetahuan, sikap kerja, lama kerja, keluhan muskuloskeletal.

Kenyamanan merupakan salah satu


faktor yang menentukan produktifitas kerja.
Pendahuluan
Oleh karena itu untuk dapat menciptakan
Menenun di desa Teunbaun Amarasi
kenyamanan dalam bekerja fasilitas yang
Barat Kabupaten Kupang merupakan jenis
mendukung penenunan tersebut haruslah
pekerjaan yang dilakukan dalam keadaan
memperhatikan kesesuaian penggunaan dan
duduk. Hal ini dapat menimbulkan masalah
kenyamanan penenun. Dengan kata lain
ergonomi pada penenun. Menurut
memenuhi prinsip fitting the task to the
Grandjean (1987) bekerja pada posisi
man dalam ilmu ergonomi.
duduk mengurangi pembebanan pada kaki,
Jenis alat dan sarana kerja yang
pemakaian energi, dan keperluan untuk
kurang nyaman sering menimbulkan
sirkulasi darah. Namun kerja dengan sikap
masalah ergonomi pada pekerja, jika
duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot
pekerjaan ini dilakukan dalam waktu lama
perut melembek dan tulang belakang
melengkung sehingga cepat lelah. memberikan dampak negatif pada
kesehatan yang memicu timbulnya penyakit
103
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

akibat kerja (Cris, 2012). Selain hal tersebut punggung, pinggang, dan kaki merupakan
sikap punggung yang membungkuk dalam bagian tubuh yang sering digunakan
bekerja, membungkuk sambil tubuh penenun dalam melakukan pekerjaannya.
memutar ke samping. Posisi duduk yang (NIOSH 2007 dalam Hastini 2012).
kurang baik dan di dukung dengan desain Hasil studi Departemen Kesehatan
mesin tenun yang tidak ergonomis, berisiko dalam profil masalah kesehatan di
menyebabkan permasalahan ergonomi Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa
berupa masalah kelelahan dan beban kerja sekitar 40,5% penyakit yang diderita
yang dialami pekerja. Disamping itu sikap penenun berhubungan dengan
kerja dengan posisi duduk dengan frekuensi pekerjaannya. Menurut Maijunidah (2010)
yang lama pada tumpuan duduk yang pada penenun assembling di PT X Bogor
kurang ergonomis akan menimbulkan tahun 2010 dengan sampel penelitian
masalah kesehatan kerjaseperti berjumlah 70 orang didapatkan hasil
Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada sebanyak 65 penenun (92,9%) mengalami
penenun, kontraksi otot akan menjadi statis keluhan MSDs.
the load pattern lebih kuat dibanding Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat
kontraksi dinamis (Laura, 2005; Swinkels, kaya akan hasil tenun tradisional yang
2006; Hurwitz, 2005). MSDs pada awalnya beraneka ragam, setiap daerah memiliki ciri
menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa, khas dalam menghasilkan motif-motif yang
kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, disesuiakan dengan adat istiadat budaya
gangguan tidur, dan rasa terbakar (OSHA, yang mereka miliki. Tenunan ini
2009). MSDs adalah keluhan pada bagian- merupakan hasil karya atau buatan tangan
bagian otot skeletal yang dirasakan oleh wanita-wanita daerah dengan menggunakan
seseorang mulai dari keluhan ringan sistem menenun secara tradisional.
sampai yang sangat fatal. Akibatnya Menenun merupakan suatu ketrampilan
berujung pada ketidakmampuan seseorang yang membutuhkan ketelitian dan
untuk melakukan pergerakan dan kesabaran. Perkembangan teknologi
koordinasi gerakan anggota tubuh atau informasi saat ini, tentunya dapat
ekstrimitas sehingga mengurangi efisiensi digunakan sebagai sarana untuk
kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga memperkenalkan potensi ketrampilan
produtivitas kerja menurun bahkan dapat menenun masyarakat yang berpatokan pada
menyebabkan kecelakaan kerja dan budaya dan adat istiadat leluhur. Dengan
kecacatan penenun (Tarwaka, 2004). teknik menenun secara tradisional dan
Macam-macam keluhan yang berlandaskan adat istiadat tentunya hasil
dirasakan oleh penenun disebabkan faktor motif tenunan NTT mempunyai nilai
resiko MSDs yang memajan tubuhnya. Tiap budaya yang unik dan berbeda dengan
bagian tubuh memiliki resiko masalah motif tenunan dari daerah lain.
ergonomi dan gangguan kesehatan yang Desa Teunbaun Amarasi Barat
dapat melemahkan fungsi tubuh dan Kabupaten Kupang merupakan salah satu
penurunan kinerja penenun. Bagian-bagian lokasi yang memiliki masyarakat yang
tubuh seperti tangan, leher, bahu, melakukan aktifitas menenun secara

104
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tradisional berupa kain sarung dan Metode Penelitian


selendang yang dikerjakan dalam rumah Penelitian ini merupakan penelitian
tangga yang dijadikan sebagai usaha untuk survei analitik kuantitatif dengan rancangan
meningkatkan pendapatan secara ekonomi penelitian cross setional study. Penelitian
bagi setiap keluarga yang ada di desa ini dilakukan di Desa Teunbaun Kabupaten
tersebut. Kupang Nusa Tenggara Timur. Populasi
Seperti daerah lainnya, Kabupaten dalam penelitian ini adalah semua penenun
Kupang memiliki sejumlah aset serta tradisional yang berada wilayah Desa
potensi budaya yang terkenal adalah tenun Teunbaun Kecamatan Amarasi Barat
ikat dengan segenap ragam motif dan Kabupaten Kupang dengan jumlah 154
ulirnya. Ciri khas tenun Kupang adalah orang yang semuanya adalah wanita.
tenun yang dibuat secara tradisional yang Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60
dikerjakan oleh sebagian besar perempuan orang ( Saryono, 2011 ). Teknik
yang merupakan ibu rumah pengambilan sampel yaitu dengan simple
tangga yang memiliki keterampilan random sampling. Alat dan bahan yang
menenun yang diwariskan oleh nenek digunakan pada penelitian ini mencakup
moyang dan diturunkan kepada kuesioner pengetahuan dan lama kerja,
keturunannya. NBM, Check-List Metode Reba. Analisis
Penelitian awal yang dilakukan di data menggunakan uji statistik Chi-square
Desa Teunbaun tersebut, ditemukan dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)
penenun yang masih memiliki pengetahuan (Notoatmojo, 2012).
dan pemahaman rendah tentang ergonomi,
Pembahasan
ditambah lagi sikap kerja dan lama kerja
yang dilakukan oleh setiap penenun masih Keluhan Musculoskeletal Disorders
belum sesuai dengan ketentuan kesehatan (MSDs) pada penenun di Desa Teunbaun
dan keselamatan kerja yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis bivariat
Kebanyakan penenun mengeluhkan sakit di menunjukkan bahwa hubungan
leher bagian atas dan bawah, pinggang, Pengetahuan, Sikap Kerja, dan Lama Kerja
punggung, paha dan pergelangan tangan, dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders
ini akan berdampak pada gangguan adalah pengetahuan (p<0,05 dengan
kesehatan sehingga menurunnya P=0,141), Sikap Kerja (p>0,05
produktivitas kerja dari penenun tersebut, dengan p=0,027), Lama Kerja (p>0,05
serta kemungkin akan berpotensi pada dengan P=0,028).
MSDs atau gangguan pada sistem otot dan Macam-macam keluhan yang
jaringan pengikat. Tujuan dari penelitian ini dirasakan oleh penenun disebabkan faktor
adalah mengetahui hubungan pengetahuan, resiko MSDs yang memajan tubuhnya. Tiap
sikap kerja dan lama kerja terhadap keluhan bagian tubuh memiliki resiko ergonomi dan
Muskuloskeletal Disorders pada penenun di gangguan kesehatan yang dapat
desa Teunbaun Amarasi Barat Kabupaten melemahkan fungsi tubuh dan penurunan
Kupang kinerja penenun. Bagian-bagian tubuh
seperti tangan, leher, bahu, punggung,
pinggang, dan kaki merupakan bagian
105
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tubuh yang sering digunakan penenun pergelangan tangan, betis dan kaki.
dalam melakukan penenunannya. (NIOSH Penelitian lain yang mendukung adalah
2007 dalam Hastini 20012). penelitian dari Tambun (2012), para
Berdasarkan penelitian yang telah penenun banyak merasakan keluhan di
dilakukan, didapatkan hasil bahwa sebagian bagian pinggang, bahu, bokong, lengan
besar penenun tenun mengalami keluhan atas, dan betis. Keluhan tersebut terjadi
MSDs. Keluhan yang paling banyak karena sikap kerja yang membungkuk dan
dikeluhkan responden adalah bagian pantat, gerakan-gerakan memutar pada daerah
bokong, pinggang, punggung, bahu kiri dan pinggang, leher menunduk, posisi kaki
kanan, leher, pergelangan tangan dan tekuk maksimal, dan gerakan repetitif tanpa
pergelangan kaki. Hal ini karena penenun diselingi istirahat yang cukup.
tenun selalu berada dalam posisi duduk Berdasarkan teori, maka untuk
dengan durasi waktu yang lama dengan mengurangi resiko MSDs pada penenun
menggunakan sandaran atau sesuatu yang dapat dilakukan dengan cara pemberian
dapat menahan punggung atau pinggang peralatan kerja yang sesuai dengan postur
penenun tenun ketika melakukan tubuh kerja, pemberian Back support, dan
penenunannya. Namun, masih ada juga melakukan relaksasi atau peregangan yang
penenun yang tidak menggunakan sandaran cukup pada otot, tulang, dan sendi (OSHA,
sehingga berpotensi pada keluhan MSDs. 2009).
Selain itu, hanya sebagian penenun yang
Hubungan Pengetahuan dengan Keluhan
melakukan peregangan untuk melakukan
Muskuloskeletal Disordes (MSDs) pada
relaksasi terhadap otot-otot tubuh yang
penenun kain di Desa Teunbaun
mengalami ketegangan ketika penenun Pengetahuan dapat mempengaruhi pola
sihingga dapat mencegah atau perilaku manusia, sehingga walaupun
meminimalisir kerusakan pada otot, tulang, secara tidak sadar manusia sudah
dan sendi. menerapkan pengetahuan dalam kehidupan
Peralatan kerja juga yang digunakan sehari–hari (Jeff 2009). Posisi duduk yang
masih menggunakan yang tradisional tidak ergonomis saat menenun karena
sehingga sangat berpengaruh pada keluhan penenun belum memiliki pengetahuan
MSDs seperti alat yang digunakan atau tentang posisi duduk yang ergonomis dan
dipegang baik dengan menggunakan satu pengetahuan tentang lama kerja dan akibat
tangan ataupun dua tangan. ini sejalan yang ditimbulkan. Pengetahuan merupakan
dengan penelitian yang dilakukan oleh aspek penting dalam membentuk perilaku,
Kusmayanitha (2011) tentang studi diharapkan dengan pengetahuan yang baik
prevalensi keluhan Muskuloskeletal pada maka perilaku dalam bekerja juga akan
penenun pabrik bata merah di Desa Tulikup baik. Namun pengetahuan yang baik
Gianyar, hasil penelitian menunjuk bahwa tersebut tidak lantas dengan mudah
prevelensi keluhan Muskuloskelatal pada diadopsi untuk berperilaku baik pula, hal ini
penenun pabrik bara merah adalah 100%, disebabkan salah satunya karena faktor
dan bagian yang paling banyak dirasakan lingkungan. Faktor lingkungan yang
yaitu punggung bawah, bahu, betis, dimaksud yaitu lingkungan tempat kerja
106
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

memberi dampak kurang baik bagi Bulukumba. Hasil penelitian ini


penenun, hal ini bisa disebabkan akibat menunjukkan tidak ada hubungan antara
seseorang tidak mampu mempertahankan pengetahuan dengan keluhan nyeri
sesuatu yang baik seperti pengetahuan punggung bawah pada pekeja tenun
seseorang yang baik diikuti dengan tingkat tradisional Desa Bira Kabupaten
pendidikan yang baik pula. Hal ini Bulukumba.
berbanding terbalik pada penenun bahwa
Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan
penenun melakukan pekejaan dengan
Muskuloskeletal Disordes (MSDs) pada
perilaku kerja yang tidak ergonomis, seperti
penenun kain di Desa Teunbaun.
duduk dengan posisi punggung dan leher Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu
membungkuk karena pengetahuan tentang gambaran tentang posisi badan, kepala dan
ergonomi masih kurang. anggota tubuh seperti tangan dan kaki baik
Pada tabel 1 menunjukkan hasil uji dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh
statistik dengan chi-square menunjukkan tersebut maupun letak pusat gravitasinya.
nilai P(0,141)>(0,05) sehingga dapat Faktor-faktor yang paling berpengaruh
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan meliputi sudut persendian inklinasi vertikal
antara pengetahuan dengan keluhan MSDs badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat
pada penenun tenun kain di Desa penambahan atau pengurangan bentuk
Teunbaun. Pengetahuan tidak berhubungan kurva tulang belakang. Faktor-faktor
dengan keluhan MSDs dikarenakan antara tersebut akan menentukan efisiensi atau
penenun yang memiliki pengetahuan baik tidaknya sikap tubuh dalam bekerja
dan kurang sama-sama berisiko untuk (Ahmad dan Budiman, 2014).
mengalami keluhan MSDs. Perilaku dalam Pada gambar 1 terlihat bahwa sikap
sikap kerja penenun menunjukkan sikap duduk pekerja yang tidak ergonomis
kerja yang tidak ergonomis seperti duduk menyebabkan sirkulasi darah pada bagian
menenun dengan waktu yang lama dan tubuh bawah sangat lemah, yang
posisi leher yang menunduk. Penenun memungkinkan terjadi varises,
menganggap mereka sudah terbiasa bekerja pembengkakan kaki, kelelahan, dan resiko
dengan posisi tersebut sehingga meskipun penggumpalan darah di kaki. Duduk yang
memiliki pengetahuan yang baik, belum lama menyebabkan terjadinya ketegangan
menjamin penenun terhindari dari keluhan otot dibagian pinggul, dengan demikian
MSDs. Alat yang digunakan oleh penenun posisi duduk yang tidak ergonomis sangat
di Desa Teunbaun merupakan alat yang merugikan setiap pekerja seperti
masih tradisional belum didesain sesuai terganggunya kesehatan, waktu untuk
ukuran tubuh penenun untuk mengurangi bekerja tidak maksimal dan daya tahan
faktor resiko dari keluhan MSDs. tubuh yang lemah. Salah satu penyakit
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang paling sering diderita karena sering
yang di lakukan oleh Hastini (2012) tentang melakukan pekerjaan dengan posisi duduk
faktor yang berhubungan dengan keluhan yang tidak ergonomis yaitu nyeri punggung
nyeri punggung bawah pada penenun tenun bawah.
tradisional gendong desa Bira Kabupaten

107
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pada tabel 1 menunjukkan hasil analisis darah ke otot akan berkurang dan akibatnya
uji statistik diperoleh nilai p=0,027 suplai oksigen ke otot akan menurun, dan
(p<0.05) menunjukan bahwa ada hubungan akhirnya penimbunan asam laktat yang
antara sikap kerja dengan keluhan MSDs. akan menimbulkan rasa nyeri pada otot
Sikap kerja dengan posisi duduk yang tidak (Manuaba, 2005).
ergonomis, dengan posisi leher yang
cenderung menunduk, dan tubuh yang
Hubungan Lama Kerja dengan Keluhan
cenderung membungkuk serta posisi kaki
Muskuloskeletal Disordes (MSDs) pada
penenun yang sering ditekuk akan
Penenun kain di Desa Teunbaun
meningkatkan resiko untuk mengalami Lamanya kerja seseorang dalam sehari
keluhan MSDs. Penelitian ini sejalan pada umumnya 6-8 jam. Sisanya (14-18
dengan penelitian yang dilakukan oleh jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam
Hajrah (2013) tentang faktor yang keluarga, masyarakat, istrahat, dan tidur.
berhubungan dengan gangguan MSDs pada Memperpanjang waktu kerja lebih dari
Cleaning Service di RSUP DR.Wahidin kemampuan lama kerja tersebut biasanya
Sudirohusodo Makassar. Hasil penelitian tidak disertai efesiensi, efektivitas dan
menunjukkan ada hubungan sikap kerja produktivitas kerja yang optimal, bahkan
dengan gangguan MSDs pada cleaning biasanya terlihat penurunan kualitas dan
service di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang
Makassar dan juga penelitian yang berkepanjangan timbul kecenderungan
dilakukan oleh Pratiwi (2009) menunjukkan untuk terjadinya kelelahan, gangguan
ada hubungan sikap kerja duduk dengan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta
keluhan nyeri punggung bawah dengan ketidakpuasan (Suma’mur, 2009).
hasil p=0,029<α=0,05. Seseorang biasanya dapat bekerja
Sikap kerja yang tidak ergonomis dengan baik selama 40-50 jam perminggu,
memiliki resiko yang tinggi untuk bila melebihi ketentuan tersebut,
mengalami MSDs. Jika posisi kerja kemungkinan besar untuk timbulnya
penenun berada pada kondisi statis yang masalah kesehatan kerja bagi pekerja.
lama khususnya daerah lumbal, maka Jumlah 40 jam seminggu ini dapat dibuat 5
posisi dan gerakan yang terjadi selama atau 6 hari kerja tergantung kepada
proses tenun dapat mengakibatkan pada berbagai faktor, namun di lapanagan
kekakuan pinggang yang dikarenakan menunjukkan bekerja 5 hari dan 40 jam
gerakan berulang. Selain itu kerja otot kerja seminggu adalah fenomena yang
yang sangat berlebih untuk berlaku dan semakin diterapkan dimana
mempertahankan posisi kerja penenun, pun. Apabila lama kerja melebihi waktu
sehingga otot bisa mengalami spasme. kerja yang telah ditentukan maka akan
Keluhan otot pada umumnya terjadi karena lebih mudah terkena resiko MSDs sebab
kontraksi otot yang berlebihan akibat tingkat keluhan yang dirasakan juga akan
pemberian kerja yang terlalu berat dengan semakin lama (Suma’mur, 2009).
durasi pembebanan yang panjang. Jika Pada tabel 1 menunjukkan hasil uji
kontraksi otot berlebih maka peredaran statistik diperoleh nilai p(0,028)<(0,05)
108
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Kecenderungan ini lebih terlihat pada
antara lama kerja dengan keluhan MSDs. pekerjaan yang dilakukan dengan tangan.
Hal ini disebabkan karena penenun lebih
banyak melakukan pekerjaan dengan lama o
45
kerja >8 jam perhari dimana penenun mulai
bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore
dan dilanjutkan malam hari, karena
penenun beranggapan bahwa dengan
memperpanjang jam kerja dalam sehari
mereka berharap bisa menghasilkan
tenunan lebih banyak. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Eka (2011) tentang hubungan sikap
kerja dan lama kerja dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada pekerja bongkar
Gambar 1. Sikap kerja penenun yang
muat pelabuhan Soekernao Hatta Kota
tidak ergonomis
Makassar, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan lama kerja dengan
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap
keluhan nyeri punggung.
Kerja dan lama Kerja terhadap Keluhan
Menenun merupakan kegiatan
Musculoskeletal Disordes (MSDs) pada
melakukan penenunan yang mengolah
penenun di Desa Teunbaun..
bahan baku benang menjadi kain sarung
PENGE MSDs Ju
maupun selendang berdasarkan tekstur,
TAHUA ml % p
ukuran dan warna. Hasil dari penelitian, R S T
N ah
para penenun melakukan penenunan tenun
Baik 1 8 1 10 16. 0.
ini rata-rata 10 jam/hari dengan waktu kerja
7 1
08:00-15:00 kemudian di lanjutkan kembali
Kurang 1 2 1 50 83. 4
pada malam hari dari jam 19:00-21:00
0 3 7 3 1
malam.
SIKAP
Menenun merupakan pekerjaan yang
KERJA
memerlukan ketrampilan dan keahlian
Normal 1 3 7 11 18.
khusus sehingga membutuhkan waktu yang 0.
≤5 3
lama untuk bisa menyelesaikan atau 0
Tidak 1 2 1 49 81.
menghasilkan tenun kain ataupun 2
Normal 0 8 1 7
selendang. Waktu kerja bagi seseorang 7
>5
penenun menentukan efesiensi dan
produktivitasnya. Penelitian yang dilakukan LAMA
Hastini, 2012 menunjukan bahwa KERJA
pengurangan jam kerja dapat Tidak 7 9 3 19 31. 0.
meningkatkan efesiensi kerja dengan Lama ≤ 7 0
kenaikan produktivitas 3% sampai 10%. 8 2
jam/hari 8
109
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Lama > 4 2 1 41 68. Hastini, 2012. Faktor Yang Berhubungan


8 2 5 3 Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
jam/hari Pada Penenun Tenun Tradisional Gendong
Desa Bira Kab Upaten Bulukumba:
Makassar.Universitas Hassanudin.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Hastini, 2012.Faktor yang Berhubungan
kesimpulan sebagai berikut: dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Tidak ada hubungan pengetahuan Pada Pekerja Tenun Tradisional Gendong
dengan keluhan Musculoskeletal Disorders Desa Bira Kabupaten Bulukamba:
(MSDs) pada penenun tenun kain di Desa Makassar. Univ Hasanuddin.
Teunbaun. Hurwitz, E.L. 2005. Effects of Recreational
Ada hubungan sikap kerja dengan Physical Activity and Back Exercises on
keluhan MSDs pada penenun di Desa Low Back Pain and Psychological Distress:
Teunbaun. Findings From the UCLA Low Back Pain
Ada hubungan lama kerja dengan Study.American Journal of Public Health,
keluhan MSDs pada penenun di Desa 95(10):1817-1824.
Daftar Pustaka Kusmayanitha, R. 2011. Studi prevelensi
Ahmad. A., Budiman. F. 2014. Hubungan keluhan musculoskeetal pada penenun
Posisi Duduk dengan Nyeri Punggung pabrik bata merah di desa tulikup gianjar.
Bawah pada Penjahit Vermak Levis di Gianjar: Universitas Udayana.
Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan LaborUnited State.
Jakarta Utara Tahun 2014. Jurnal Fakultas :www.osha.gov/SLTC/etools/hospital/ergo.
Ilmu Kesehatan. Jakarta : Universitas Esa html
Unggul. Manuaba, I.B.A. 2005.Total Ergonomi di
Bani, P. 2012. Hubungan Tingkat Semua Sistem Kerja Mutlak Perlu Demi
Pengetahuan Tentang Back Pack Safety Tercapainya Sistem Kerja yang Manusiawi
Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Pada dan Mutu Produk yang Mampu Bersaing.
Siswa Kelas 5 di Kelurahan Tegal Panjang Keynote Address: Kongres IV Ikatan
Garut. (Laporan skripsi tidak Sarjana Teknik Industri. Palembang: 24-25
dipublikasikan) Depok: Ilmu Keperawatan. Juni.
Cris, P. 2012. Masa Kerja, Sikap Kerja dan Notoatmojo, S. 2012 Metodologi Penelitian
Kejadian Sindrom Karpal pada Pembatik. Kesehatan. Jakarta:PT RINEKA CIPTA.
Jurnal Ke-mas, 7(2): 170-176 OSHA. 2009. Guidelines for Nursing
Grandjean. Etienne. 1987. Fitting the task Home Ergonomic for the Prevention
to the man. Zurich : Taylor & Francis Musculoskeletal Disorders. United State:
Hajrah, 2013. Fakto yang berhubungan Departemen of
dengan gangguan Musculoskeletal pada Pratiwi H. Mayrika. 2009. Beberapa
Cleaning Service di RSUP DR.Wahidin Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Sudiro Sodo Makassar. Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada
Penjual Jamu Gendong. Jurnal .

110
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan


dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
Jakarta.
Swinkels, M. 2006. Fear-Avoidance
Beliefs, Disabil-ity, and Participation in
Workers and Non-workers With Acute Low
Back Pain. ClinicalJournal of Pain, 22(1):
45-54
Tambun, S. 2012. Analisis Risiko Ergonomi
Dan Keluhan Musculoskeletal Pada
Penenun Tenun Ulos di Kelurahan
Martimbang Dan Kelurahan Kebun Sayur
Kota Pematang Siantar. (Laporan skripsi
tidak dipublikasikan). Depok: Universitas
Indonesia.
Tarwaka, 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas,
Surakarta: UNIBA Press.

111
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS TINGKAT SITUATION AWARENESS PENGENDARA


MOTOR BERDASARKAN TINGKAT USIA DENGAN METODE
QUANTITATIVE ANALYSIS OF SITUATIONAL AWARENESS

Sugiono1, Remba Yanuar Efranto2, Ajibah Permata Sari3


Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: sugiono_ub@ub.ac.id

ABSTRAK
Kecelakaan yang terjadi di Indonesia cukup tinggi sampai masuk dalam 10 besar
di dunia menurut Dishub Indonesia pada tahun 2014 dan salah satunya terjadi di Kota
Malang. Kecelakaan didominasi oleh tingkat usia 17-21 tahun. Salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan adalah kesalahan pengendara dalam mengambil keputusan. Salah
satu hal yang menunjang kinerja manusia mengambil keputusan adalah situation
awareness (SA). Untuk mengetahui tingkat situation awareness berdasarkan tingkat usia
pengendara maka perlu dilakukan identifikasi berdasarkan tingkat usia yang kemudian
diberi rekomendasi dari permasalahan yang ada. Metode yang digunakan adalah
Quantitative Analysis of Situational Awareness (QUASA) untuk menganalisis situation
awareness responden pengendara motor. Tingkat situation awareness dianalisis
menggunakan signal detection theory. Berdasarkan analisis, aspek yang kurang adalah
traffic errors terkait perilaku pengendara melebihi batas stopline saat lampu merah dan
pelanggaran simbol lalu lintas, speed violations terkait kecepatan berkendara melebihi
batas dan safety violations terkait penggunaan headset saat berkendara.
Kata kunci:Situation Awareness, Pengendara Motor, Tingkat Usia, QUASA, Signal
Detection Theory

keputusan yang tepat dalam setiap situasi


dan kondisi untuk dapat terhindar dari
1. Pendahuluan
kecelakaan. Kesalahan pengambilan
Situation Awareness merupakan
keputusan di jalan raya merupakan tipe
bagian dari proses kognitif manusia dan
pure human error yang dilakukan
satu hal yang menunjang kinerja manusia
pengendara. Faktor manusia merupakan
dalam mengambil keputusan di dalam
faktor yang paling berpengaruh besar dalam
setiap kondisi dan situasi yang dinamis
menyumbang kecelakaan lalu lintas (Vogel
(McGuinness dan barry, 2004). Hal tersebut
dan Bester, 2008).
salah satunya berhubungan dengan kondisi
pengendara di jalan raya yang dihadapkan Kecelakaan lalu lintas di Indonesia
pada situasi dinamis ketika berkendara tergolong tinggi sampai masuk dalam 10
berpengaruh terhadap pengambilan besar menurut Dinas Perhubungan

112
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Indonesia pada tahun 2014. Kecelakaan terjadinya kecelakaan untuk pihak


yang terjadi di Indoesia salah satunya berwenang yaitu pihak kepolisian lalu
terjadi di Kota Malang.Jumlah kecelakaan lintas. untuk dapat membuat atau
yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 317 meningkatkan kegiatan yang dapat
meningkat dari jumlah kecelakaan pada menambah pengetahuan mengenai
tahun 2014 sebesar 199. Kecelakaan yang peraturan lalu lintas dan tata cara
terjadi di Kota Malang didominasi usia 17- berkendara yang baik dan benar di jalan
21 tahun seperti yang tergambar dari raya untuk para pengendara.
Gambar 1 terkait angka kecelakaan
berdasarkan usia yang terlibat kecelakaan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif. Dan
deskriptif. Penelitian kuantitatif merupakan
metode untuk menganalisis data yang
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2009). Penelitian
Gambar 1. Angka kecelakaan berdasarkan deskriptif dengan mengungkapkan
usia permasalahan yang ada di lalu lintas,
mengolah data, menganalisis, meneliti dan
Berdasarkan kondisi tersebut, pada
menginterpretasikan data, serta membuat
penelitian ini akan dilakukan suatu analisis
kesimpulan dan saran yang kemudian
untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
dilakukan penyusunan pembahasan secara
pemahaman mengenai lalu lintas dari para
sistematis (Sugiyono, 2009). Tahap
pengendara di Kota Malang dilihat dari
Pendahuluan
tingkat situation awareness yang dimiliki
dengan menggunakan metode QUASA a. Studi Lapangan/Observasi
(Quantitative Analysis of Situational Melakukan observasi terhadap
Awareness). QUASA merupakan metode pelanggaran-pelanggaran yang
yang menggabungkan teknik true/false sering dilakukan pengendara
probes dan self–ratings confidence yang motor, melakukan pengumpulan
akan menghasilkan dua output SA yaitu data terkait jumlah kecelakaan
actual SA dan perceived SA. di Kota Malang.

Dengan menggunakan metode b. Studi Pustaka


QUASA, akan dapat diketahui seberapa Hasil dari observasi perlu
tinggi tingkat SA yang dimiliki para didukung oleh studi pustaka
pengendara. berdasarkan kelompok umur dengan mengumpulkan teori
atau tingkat usia. Dengan metode tersebut, yang dapat mendukung
diharapkan dapat memberikan informasi penelitian sesuai dengan topik
mengenai tingkat situational awareness yang dipilih. Sumber pustaka
pengendara dengan usia yang mendominasi diperoleh dari buku, penelitian,

113
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

jurnal, dan internet. Teori-teori (pengendara motor)


pendukung yang digunakan berdasarkan hasil kuesioner.
sebagi pemecah masalah antara b. Data Sekunder
lain metode QUASA dan Signal 1) Data jumlah kecelakaan di
Detection Theory. Kota Malang
2) Data kecelakaan berdasarkan
c. Identifikasi Masalah
kategori usia yang terlibat
Identifikasi masalah dilakukan
kecelakaan
dengan tujuan untuk mencari
2. Pengolahan Data
penyebab timbulnya masalah
a. Perhitungan Tingkat
kemudian mencari
situation awareness (SA)
permasalahan yang terjadi.
Perhitungan tingkat actual SA,
Masalah yang diidentifikasi
perceived SA dan keseluruhan
adalah angka kecelakaan di
SA responden dari setiap
Kota Malang yang meningkat
tingkat usia.
pada tahun 2015 dibandingkan
b. Perhitungan Probabilitas
pada tahun 2014 dan mayoritas
Respon
yang menyebabkan terjadinya
Perhitungan probabilitas respon
kecelakaan adalah faktor
yang muncul yaitu hit , miss,
manusia atau pengendara.
false alarm dan correct rejection
d. Perumusan Masalah untuk dapat mengidentifikasi
Perumusan masalah merupakan lebih detail situation awareness
rincian dari permasalahan yang responden dalam menjawab
dikaji dan nantinya akan pernyataan yang diberikan
menunjukkan tujuan dari dengan tepat.
penelitin ini. c. Perhitungan Sensitivitas SA
Tahap ini dilakukan untuk
e. Penentuan Tujuan
mengetahui seberapa baik
Penentuan tujuan dimaksudkan
pemahaman atau kemampuan
agar peneliti lebih fokus dengan
responden dalam mengenali
masalah yang diteliti, sehingga
signal atau non signal.
penelitian dapat dilakukan
d. Perhitungan Bias SA
secara sistematis dan tidak
Tahap ini dilakukan untuk
menyimpang.
mengetahui kemampuan
1. Pengumpulan Data responden dalam menghadapi
Data yang dikumpulkan adalah data rangsangan yang ambigu.
primer dan data sekunder. e. Uji t
Tahap ini dilakukan untuk
a. Data Primer yang
mengetahui ada atau tidaknya
dikumpulkan adalah data
perbedaan rata-rata tingkat SA
tingkat pengetahuan respnden

114
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pada setiap kelompok tingkat n merupakan jumlah sampel, skor z


usia. yang digunakan adalah skor z dengan
3. Analisis dan Pembahasan tingkat kepercayaan sebesar 90% yang
Selanjutnya dilakukan analisa dan dapat diartikan 90% dari interval tersebut
pembahasan dari hasil pengolahan data memuat parameter populasi yang
yang telah dilakukan. Dari hasil analisis sebenarnya. Proporsi populasi ditentukan
dapat ditentukan rekomendasi untuk Taman sebesar 0,5 karena menurut Lemeshow
Rekreasi Jawa Timur Park 1 dalam (2001), ketika peneliti tidak tahu mengenai
mengembangkan kualitas jasa pelayanan tingkat proporsi dalam populasi,
pariwisata. penggunaan p sebesar 0,5 dalam rumus
untuk ukuran sampel akan selalu
4. Kesimpulan dan Saran
memberikan pengamatan yang memadai
Tahap ini merupakan penutup dan
terlepas dari nilai sebenarnya dari proporsi
keseluruhan langkah penelitian.
sebenarnya. Sampling error (d) merupakan
Kesimpulan berisi hasil-hasil analisa dan
error dalam pengambilan sampel yang
manfaat yang didapat setelah melakukan
diperkirakan sebesar 10%.
penelitian. Saran sebagai tindak lanjut dari
penelitian diharapkan dapat memberi 3.2 Penyebaran Kuesioner Tertutup
manfaat untuk Jawa Timur Park 1 dalam Metode sampling yang digunakan
mengembangkan jasa pelayanan dari waktu adalah metode sampel non probabilitas
ke waktu. yaitu dengan menggunakan purposive
sampling. Purposive sampling adalah suatu
teknik untuk menentukan sampel penelitian
3. Hasil dan Pembahasan dengan beberapa pertimbangan tertentu
Berikut ini merupakan hasil dan yang bertujuan agar data yang diperoleh
pembahasan dari penelitian yang telah dapat lebih representatif [3].
dilakukan.

3.3 Pengolahan Data


3.1 Penentuan Besar Sampel Berikut merupakan penjelasan terkait
Dalam pengambilan sampel, populasi pengolahan data yang dilakukan.
yang digunakan adalah pengendara motor
di Kota Malang yang tidak diketahui
jumlahnya. Cara untuk menghitung ukuran 3.3.1 Identifikasi Responden
sampel untuk jumlah populasi yang tidak Responden dalam penelitian ini
diketahui adalah sebagai berikut (Arikunto adalah pengendara motor yang
dan Suharsimi, 2010). dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis
kelamin.
Tabel 1 menunjukkan jumlah
n=
∙ ( )
=
, ∙ , ( , )
= 110 (pers. 1) responden berdasarkan tiap usia dari total
,
responden dalam penelitian sebanyak 160.

115
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 1. Responden Berdasarkan Usia (MRBQ) untuk mengetahui perilaku


Usia Jumlah pengendara motor (Elliott, 2006). Tiap
responden variabel tersebut dikembangkan menjadi
pernyataan-pernyataan yang digunakan
17-25 40
untuk kuesioner. Tabel 3 merupakan
Tahun
kumpulan pernyataan yang digunakan
26-35 40
dalam kuesioner.
Tahun
36-45 40 Tabel 3. Pernyataan Tiap Variabel dalam
Tahun Kuesioner
46-55 40
Varia
Tahun Pernyataan
bel

Tabel 2 menunjukkan responden Memperhatikan pejalan kaki yang


berdasarkan jenis kelamin pada tiap usia menyeberang saat berputar atau
TE1
dari keseluruhan responden yang berjumlah mengubah arah haluan ke sisi
160. jalan.

Keluar ke jalan utama dengan


Tabel 2. Responden Berdasarkan Jenis
memperhatikan lingkungan
Kelamin TE2
sekitar, memastikan keadaan
Usia Perempuan Laki- aman sebelum jalan
laki
Mengantri untuk belok, dalam
17-25 18 22
keadaan kendaraan anda menjaga
Tahun
TE3 jarak agar tidak mengenai
26-35 20 20 kendaraan di depan atau didekat
Tahun anda
36-45 12 28
Tahun Mendahulukan kendaraan dari
46-55 12 28 arah lain agar tidak
Tahun TE4 mengakibatkan hambatan dan
gangguan pada lalu lintas ketika
terdapat rambu segitiga terbalik
3.3.2 Identifikasi Kuesioner
Kuesioner yang digunakan berdasar Menyalip kendaraan lain yang
TE5
pada 5 variabel yang dinilai dalam akan belok
mengidentifikasi situation awareness Berkendara menjaga jarak dengan
pengendara motor (roda dua) diantaranya kendaraan lain di depan sehingga
adalah traffic errors(TE), control TE6
tidak akan sulit untuk berhenti
errors(CE), safety violationts(SfV), speed dalam keadaan darurat.
violationts(SpV), dan stunts(S). Variabel-
variabel tersebut ditetapkan berdasar pada TE7 Melalui jalan yang terdapat rambu
Motorcycle Rider Behaviour Questionnaire
116
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Varia Varia
Pernyataan Pernyataan
bel bel

dilarang masuk Belok tanpa memberikan isyarat


TE18
lampu sein terlebih dahulu
TE8 Berkendara melawan arus
Menurunkan penumpang di tepi
Berkendara naik trotoar saat
TE9 TE19 jalan yang terdapat rambu
keadaan lalu lintas padat
dilarang stop
Menggunakan handphone saat
Putar balik pada jalan yang
TE10 mengendarai kendaraan roda 2 di
TE20 terpasang rambu dilarang putar
jalan
balik
Berhenti di tepi jalan yang
TE11 Tetap jalan pada saat lampu lalu
terdapat garis marka kuning TE21
lintas sudah berganti merah
Mendahului kendaraan lain dari
Bersiap berhenti ketika lampu lalu
lajur kiripada saat keadaan lajur TE22
TE12 lintas berwarna kuning
kanan tidak terlalu ramai atau
padat Melintasi marka membujur garis
TE23
tanda utuh
Menyadari kendaraan di depan
telah melambat sehingga anda TE24 Berkendara zig zag di jalan raya
TE13
mengerem untuk menghindari
Melaju dengan kecepatan tinggi di
tabrakan CE1
jalan yang licin
Menyalip pada jalan dengan
Membawa barang bawaan yang
marka garis putih penuh saat
TE14 CE2 besar sehinnga menutupi
situasi pada arah berlawanan sepi
pandangan
dan aman
Membawa barang bawaan yang
Menyalip pada jalan dengan CE3
berlebihan (kelebihan beban)
marka garis putih putus-putus saat
TE15
situasi pada arah berlawanan sepi Tidak mengurangi kecepatan saat
CE4
dan aman akan belok
Berhenti sementara tanpa Mengurangi kecepatan saat
meninggalkan kendaraan di tepi CE5 melewati jalan berlubang untuk
TE16
jalan yang terdapat rambu menghindar
dilarang parkir
Berkendara dengan mengurangi
SpV1
Melewati batas stopline ketika kecepatan pada tikungan
TE17 berhenti pada saat lampu lalu
Melebihi kecepatan 40 km/jam
lintas berwarna merah SpV2
saat berkendara di dalam kota

117
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Varia Varia
Pernyataan Pernyataan
bel bel

SpV3 Berkendara dengan kecepatan Membonceng lebih dari 1 orang


SfV6
tinggi di jalan perumahan saat berkendara (bonceng 3)

Hanya satu spion yang terpasang


SfV7
di motor

Mendengarkan musik dengan


Tabel 3. Pernyataan Tiap Variabel dalam SfV8
headset saat berkendara
Kuesioner
Tidak berhenti pada perlintasan
(Lanjutan)
antara kereta api dan jalan ketika
Varia SfV9 sinyal sudah berbunyi, palang
Pernyataan
bel pintu kereta api sudah mulai
ditutup dan/atau isyarat lain
Berpacu dengan cepat dari lampu
lalu lintas dengan niat untuk Mengganti klakson standar
SpV4
mengalahkan pengendara lain kendaraan menjadi klakson
SfV10
yang ada di dekat anda dengan bunyi yang mengganggu
(tidak standar)
Menambah kecepatan ketika ada
SpV5 pejalan kaki yang hendak Menggunakan lajur kiri ketika
menyebrang SfV11 ingin melaju dengan kecepatan
tinggi
Terlibat balapan yang tidak resmi
SpV6
dengan pengendara lain Memberikan ruang gerak yang
SfV12 cukup untuk kendaraan dari arah
Berkendara setelah
berlawanan
mengkonsumsi obat yang dapat
SfV1
berdampak mengurangi Berhenti mendadak tanpa
kewaspadaan saat berkendara memberikan isyarat terlebih
SfV13
dahulu seperti memberikan isyarat
Berkendara tanpa menggunakan
dengan lampu sein
SfV2 helm untuk jarak yang dirasa tidak
jauh Mencoba untuk melakukan atau
benar-benar melakukan wheelie
Menggunakan jaket saat S1
SfV3 (mengangkat roda depan motor)
berkendara
di jalan
Menggunakan sarung tangan saat
SfV4 Sengaja melakukan wheelspin
berkendara
(memutar roda belakang motor
S2
Menggunakan sepatu yang saat kendaraan sedang berhenti
SfV5
tertutup pada saat berkendara sementara di lalu lintas)

118
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Percei SA
Actua
3.3.3 Perhitungan Situation Awareness Responden ved Keselur
l SA
(SA) SA uhan
Tingkat SA yang dihitung adalah
Usia 17-25 57,70 68,05 48,25%
actual SA, perceived SA dan SA
Tahun % %
keseluruhan. Contoh cara peritungan
Perempua 59,56 71,78 50,56%
tingkat SA adalah sebagai berikut [1].
n % %

ActualSA= x100% 56,18 65,00 46,36%
Laki-laki
% %
(pers. 2)
Usia 26-35 76,40 80,25 70,15%
= x100% = 71,76% Tahun % %

Perceived SA= Perempua 73,20 76,90 66,60%


n % %

x 100%
(pers. 3) 79,60 83,60
Laki-laki 73,70%
% %
= x100% = 76,23%
Usia 36-45 79,00 80,50 74,40%
SA = Tahun % %
∑( )

x Perempua 80,17 80,83 74,33%
100% n % %
78,50 80,36
= x100% = 65% Laki-laki 74,43%
% %
(pers.4)
Usia 46-55 73,95 76,10
Rangkuman hasil perhitungan SA 67,20%
Tahun % %
dapat dilihat pada Tabel 4.
Perempua 74,33 75,17
Tabel 4. Hasil Perhitungan SA 65,67%
n % %
Percei SA
Actua 73,79 76,50
Responden ved Keselur Laki-laki 67,86%
l SA % %
SA uhan

Seluruh 71,76 76,23


65,00%
Responden % % Setelah dilakukan perhitungan SA,
kalibrasi SA dilakukan untuk mengetahui
Perempua 70,81 75,84
63,26% seberapa dekat titik temu antara actual SA
n % % dan perceived SA dengan garis kalibrasi.
Laki-laki 72,37 76,47 Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
66,10% responden perempuan dan tingkat usia 36-
% %
45 tahun yang paling mendekati garis

119
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kalibrasi yang artinya memiliki tingkat SA = = 0,622 (pers 7)


yang paling baik dibandingkan responden
False Alarm
lainnya.
=

= =0,378 (pers 8)

Rangkuman hasil perhitungan


probabilitas respon dapat dilihat pada Tabel
5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Probabilitas


Respon

Corre Fals
Responde ct e
Hit Miss
n Reject Alar
ion m
Gambar 2. Angka kecelakaan berdasarkan
usia Seluruh 0,37
0,71 0,28
Responde 0,622 8
6 4
n
3.3.4 Perhitungan Probabilitas Respon Peremp 0,69 0,30 0,39
Probabilitas respon merupakan 0,607
uan 3 8 3
langkah untuk mengidentifikasi
SAmenggunakan signal \detection theory. Laki- 0,73 0,26 0,36
0,631
Probabilitas respon yang dihasilkan ada 4 laki 1 9 9
yaitu Hit, Miss, Correct Rejection dan
Usia 17- 0,66 0,33 0,59
False Alarm [1]. Contoh perhitungan 0,403
25 Tahun 8 2 7
probabilitas respon adalah sebagai berikut.
Peremp 0,65 0,34 0,55
Hit 0,443
uan 2 8 7
=
Laki- 0,68 0,31 0,62
= = 0,716 (pers 5) 0,370 9
laki 2 8
Miss=
Usia 26- 0,74 0,25 0,31
35 Tahun 3 0,684 6
7
= = 0,284 (pers 6) Peremp 0,73 0,36
0,26
uan 3 0,637 3
7
Correct Rejection
Laki- 0,75 0,24 0,27
= 0,730
laki 3 7 0

120
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Corre Fals Contoh perhitungan sensitivitas SA adalah


Responde ct e sebagai berikut.
Hit Miss
n Reject Alar
d’ = Z(Hit) – Z(FA) (pers
ion m
9)
Usia 36- 0,75 0,25 0,25 = Z(0,716) – Z(0,378)= 0,881
45 Tahun 0 0,741 9
0 Nilai sensitivitas sebesar 0,881 masuk
Peremp 0,73 0,27 0,25 dalam daerah penerimaan sehingga H0
uan 0 0,748 2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
0
responden dapat membedakan antara signal
Laki- 0,75 0,24 0,26 dan noise. Seluruh hasil perhitungan
laki 7 0,739 1
3 sensitivitas SA. Rangkuman hasil
Usia 46- 0,70 0,34 perhitungan sensitivitas SA dapat dilihat
0,29
55 Tahun 2 0,659 1 pada Tabel 6.
8
Peremp 0,64 0,35 0,33
uan 4 0,662 8
6 Tabel 6. Hasil Perhitungan Sensitivitas SA
Laki- 0,72 0,27 0,34 Kesimp
laki 6 0,658 2 Responden d’
4 ulan

Seluruh Terima
0,881
3.3.5 Perhitungan Sensitivitas SA Responden H0
Tujuan perhitungan sensitivitas Perempua Terima
adalah untuk mengetahui seberapa baik 0,774
n H0
pemahaman atau kemampuan responden
antara jawaban yang benar (signal) dari Laki-laki Terima
0,950
jawaban yang salah (noise) [6]. H0

Perhitungan sensitivitas yang Usia 17-25 Terima


dilakukan untuk menguji hipotesis Tahun 0,189 H0
Hipotesis akan diterima jika nilai
Perempua Terima
sensitivitas (d’) masuk di daerah 0,247
n H0
penerimaan yaitu diantara -1,96 ≤ Z ≤ 1,96
dengan nilai α sebesar 0,05. Berikut Terima
merupakan hipotesis dari perhitungan Laki-laki 0,141 H0
sensitivitas.
Usia 26-35 Terima
1,131
H0: Responden dapat membedakan antara Tahun H0
signal dan noise
Perempua Terima
0,974
H1: Responden tidak dapat membedakan n H0
antara signal dan noise

121
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kesimp  = -(-Z(FA) − )
Responden d’
ulan
(pers 10)
Terima
Laki-laki 1,298 ,
H0 = -(-(-0,3102)− )= -0,751
Usia 36-45 Terima Rangkuman hasil perhitungan bias
1,322
Tahun H0 SA dapat dilihat pada Tabel 7.
Perempua Terima
1,290
n H0
Tabel 7. Hasil Perhitungan Bias SA
Terima
Laki-laki 1,337 Kesimpula
H0 Responden 
n
Usia 46-55 Terima
0,940 Seluruh Terima H0
Tahun H0 -0,751
Responden
Perempua Terima
0,788 Perempua Terima H0
n H0 -0,658
n
Terima
Laki-laki 1,009 Laki-laki -0,811 Terima H0
H0
Usia 17-25 Terima H0
0,151
Tahun
3.3.6 Perhitungan Bias SA Perempua Terima H0
Perhitungan biasSituation Awareness 0,020
n
dilakukan untuk mengetahui kemampuan Terima H0
Laki-laki 0,261
responden dalam menghadapi rangsangan
yang ambigu [6]. Perhitungan bias yang Usia 26-35 Terima H0
-1,043
dilakukan untuk menguji hipotesis. Tahun
Hipotesis akan diterima jika nilai bias () Perempua Terima H0
masuk di daerah penerimaan yaitu diantara -0,838
n
-1,96≤ Z ≤ 1,96 dengan nilai α sebesar 0,05.
Berikut merupakan hipotesis untuk Laki-laki -1,262 Terima H0
perhitungan bias.
H0 : Responden dapat menghadapi Tabel 7. Hasil Perhitungan Bias SA
rangsangan yang ambigu (Lanjutan)
H1 : Responden tidak dapat menghadapi
Kesimpula
rangsangan yang ambigu Responden 
n
Contoh perhitungan bias SA adalah
Usia 36-45 Terima H0
sebagai berikut. -1,309
Tahun

122
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kesimpula Tabel 8. Hasil Uji t


Responden 
n
Uji t Nilai Kesimpula
N
Perempua Terima H0 Signifikans n
-1,312 o
n i
17-25
Laki-laki -1.308 Terima H0
Tahun
Usia 46-55 Terima H0 1 dengan 0,000 Terima H0
-0,880
Tahun 26-35
Tahun
Perempua Terima H0
-0,812 17-25
n
Tahun
Laki-laki -0,912 Terima H0 2 dengan 0,000 Terima H0
36-45
Tahun
3.3.7 Uji t 17-25
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada Tahun
3 dengan 0,00 Terima H0
atau tidaknya perbedaan rata-rata tingkat
situation awareness tiap tingkat usia 46-55
responden. Berikut merupakan salah satu Tahun
contoh hipotesis yang akan diuji yaitu 26-35
antara usia 17-25 tahun dengan 26-35 Tahun
tahun. 4 dengan 0,069 Tolak H0
36-45
H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata
Tahun
tingkat situation awareness antara usia 17-
26-35
25 Tahun dengan 26-35 Tahun
Tahun
H1 : Terdapat perbedaan rata-rata tingkat 5 dengan 0,754 Tolak H0
situation awareness antara usia 17-25 46-55
Tahun dengan 26-35 Tahun Tahun
36-45
Hipotesis tersebut diuji dengan
Tahun
software SPSS dan menghasilkan nilai Terima H0
6 dengan 0,02
signifikansi 0,00 yang dapat ditarik
46-55
kesimpulan bahwa antara usia 17-25 tahun
Tahun
tidak terdapat perbedaan rata-rata dengan
Responde
usia 26-35 tahun.
n
Rangkuman hasil uji t untuk tiap perempua Terima H0
7 0,8
tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 8. n dengan
responden
laki-laki

123
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

3.3.8 Analisis Tingkat Situation lain dari arah berlawanan, penggunaan lajur
Awareness kiri untuk berkendara dengan kecepatan
1. Seluruh Responden tinggi dan masih banyak yang mengganti
Tingkat situation awareness yang klakson standar motor menjadi suara yang
dimiliki seluruh responden masuk dalam mengganggu.
kategori cukup dengan nilai sebesar 65%
2. Seluruh Responden Berdasarkan Jenis
dengan nilai sensitivitas sebesar 0,881 yang
Kelamin
artinya responden dapat membedakan
Dilihat secara keseluruhan, responden
antara signal dan noise. Responden sudah
perempuan memiliki tingkat SA yang lebih
baik dengan memiliki tingkat situation
rendah dibandingkan responden laki-laki
awareness sebesar 65%, akan tetapi 35%
dengan nilai sebesar 63,26% dan masuk
sisanya masih buruk. Nilai 35% sisanya
dalam kategori cukup. Responden
merupakan kegagalan responden menjawab
perempuan jika dilihat nilai sensitivitasnya,
benar. Responden masih membuat
dapat membedakan signal dan noise karena
kesalahan meskipun berdasarkan
dalam perhitungan didapatkan nilai
perhitungan sensitivitas disimpulkan dapat
sensitivitas sebesar 0,774. Kegagalan yang
membedakan antara signal dan noise. Hal
terjadi karena responden menolak signal
tersebut berarti responden memiliki
(miss) dengan probabilitas sebesar 0,308
pemahaman yang salah terkait beberapa
dan menerima noise (false alarm) dengan
aspek sehingga memberikan jawaban yang
probabilitas sebesar 0,393. Hal tersebut
salah. Kesalahan tersebut juga dapat
dapat diidentifikasi dari nilai bias
diidentifikasi dari nilai bias sebesar -0,751
responden sebesar -0,658. Nilai -0,658
yang artinya responden akan cenderung
berarti responden dapat mengatasi
menjawab tidak atau menolak pernyataan
penyataan yang tidak dipahami dengan
yang tidak dipahami jawabannya.
cenderung menolak atau menjawab tidak.
Berdasarkan data hasil kuesioner, Ketika dihadapkan pada pernyataan yang
traffic errors yang rendah disebabkan tidak dipahami kemudian responden
karena responden masih kurang kesadaran menjawab tidak, hal tersebut yang
untuk mematuhi simbol yang ada di lalu menyebabkan terjadinya kegagalan
lintas, kurang mengerti tata cara responden dalam menjawab benar karena
mendahului dan kebanyakan tidak paham bisa jadi pernyataan yang tidak dipahami
dengan marka jalan. Pemahaman speed tersebut jawaban seharusnya adalah ya.
violations yang masih kurang adalah
Berdasarkan data hasil kuesioner,
pemahaman terkait kecepatan berkendara di
traffic errors buruk karena responden
lalu lintas kota. Pemahaman safety
kurang paham simbol yang ada pada lalu.
violations yang kurang diantaranya karena
Pada speed violations, responden masih
mayoritas responden yang memakai helm
kurang paham terkait batas kecepatan
hanya untuk berkendara jarak jauh, banyak
maksimum berkendara di lalu lintas dalam
yang mendengarkan musik menggunakan
kota. Pada safety violations, responden
headset saat berkendara, kurang
kurang paham terkait item peralatan
memberikan ruang cukup untuk kendaraan
124
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

keamanan untuk digunakan saat berkendara masih buruk. Nilai yang masih buruk
dan masih banyak responden yang berhenti tersebut sebesar 51,75% yang artinya
mendadak tanpa memberi isyarat terlebih responden lebih banyak melakukan
dahulu. kesalahan dalam menjawab. Hal tersebut
3. Responden berdasarkan Jenis dapat disebabkan karena responden pada
Kelamin setiap Tingkat Usia usia 17-25 tahun memiliki sensitivitas yang
Responden perempuan memiliki paling rendah dibandingkan responden lain
tingkat situation awareness yang lebih dengan nilai sebesar 0,189. Nilai 0,189
tinggi dari responden laki-laki. Responden tersebut berarti responden dapat
perempuan memiliki tingkat situation membedakan signal dan noise tapi tidak
awareness yang paling bagus pada pada sebaik responden lain sehingga tingkat
usia 36-45 tahun dengan nilai sebesar situation awarenessnya rendah. Responden
74,33%. Responden dapat dengan baik memiliki probabilitas kegagalan menjawab
membedakan antara signal dan noise benar untuk pernyataan positif sebesar
dengan nilai sensitivitas sebesar 1,290. 0,332 dan untuk pernyataan negatif sebesar
Responden memiliki pemahaman yang baik 0,597. Probabilitas false alarm yang
pada aspek control errors dan stunts. dimiliki responden perempuan sebesar
Responden memiliki probabilitas menjawab 0,597 usia 17-25 tahun lebih besar
benar untuk pernyataan positif (hit) sebesar dibandingkan probabilitas correct rejection
0,733 dan untuk pernyataan negatif (correct dengan nilai sebesar 0,403. Hal tersebut
rejection) sebesar0,748. Kegagalan yang berarti responden lebih banyak yang gagal
terjadi pada responden perempuan usia 36- menolak noise atau menjawab pernyataan
45 tahun lebih rendah dibandingkan negatif dengan jawaban ya.
responden lain dengan nilai 25,67%.
Berdasarkan data hasil kuesioner,
Berdasarkan data hasil kuesioner, pada traffic errors responden masih kurang
pemahaman traffic violations responden memahami berperilaku yang benar di jalan
yang kurang diantaranya adalah dan lampu lalu lintas. Pada control errors,
pemahaman terkait simbol. Speed violations responden masih memiliki pemahaman
responden yang kurang diantaranya adalah yang buruk berkaitan dengan kecepatan
pemahaman terkait kecepatan maksimum yang mengakibatkan kendaraan kehilangan
saat berkendara di lalu lintas kota. Safety kendali. Pada speed violations, responden
violations yang kurang dipahami adalah memiliki pemahaman yang buruk berkaitan
penggunaan sepatu tertutup dan masih dengan kecepatan maksimal saat
banyak yang bonceng tiga. berkendara di lalu lintas kota dan di daerah
perumahan, emosi yang masih tinggi untuk
4. Responden Berdasarkan Tingkat Usia
mengalahkan kecepatan pengendara lain.
Tingkat usia 17-25 tahun memiliki
Pada safety violations, responden masih
tingkat SA yang paling rendah
memiliki pemahaman yang buruk terkait
dibandingkan tiga tingkat usia lainnya dan
bahaya dari penggunaan headset untuk
masuk dalam kategori rendah dengan nilai
mendengarkan musik saat berkendara.
sebesar 48,25% yang berarti sisa nilainya

125
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

3.3.9 Rekomendasi pengendara mengenai traffic errors


Rekomendasi ditujukan untuk terkait pelanggaran rambu lalu lintas
meningkatkan beberapa aspek yang masih masih kurang dengan persentase salah
rendah atau buruk. Responden memiliki sebesar 73,75% dan safety violations
kesadaran dan pemahaman yang buruk berkaitan dengan peralatan keamanan
terkait traffic errors yang berhubungan salah satunya terkait perilaku tidak
dengan perilaku pengendara yang berhenti menggunakan helm masih tinggi
melebihi batas stopline saat lampu merah kesalahannya untuk seluruh tingkat
dan pelanggaran simbol lalu lintas, speed usia dengan persentase salah sebesar
violations terkait kecepatan berkendara 89,37%. Rekomendasi yang diberikan
yang melebihi batas maksimaldan safety adalah pihak kepolisian perlu
violations terkait penggunaan peralatan meningkatkan upaya pendidikan
keamanan berkendara dan perilaku masyarakat lalu lintas (Dikmas
penggunaan headset untuk mendengarkan Lantas) dengan memperbanyak
musik saat berkendara. Permasalahan kegiatan penerangan keliling.
lainnya yaitu kesadaran dari para 3. Pada safety violations, hal yang
pengendara juga masih minim sehingga banyak dilanggar oleh para responden
butuh ditingkatkan agar pengendara yang adalah perilaku pengendara yang
melanggar peraturan dapat banyak mendengarkan musik dengan
berkurang.Rekomendasi yang diberikan headset saat berkendara dengan
dalam penelitian ini diantaranya adalah persentase responden menjawab salah
sebagai berikut. sebesar 67,50%. Rekomendasi yang
diberikan adalah pemberian banner
1. Pada traffic errors, salah satu hal
peringatan. Gambar 3 merupakan
yang sangat rendah nilainya adalah
banner larangan penggunaan headset.
perilaku pengendara yang berhenti
melebihi batas stopline saat lampu
lalu lintas berwarna merah.
Rekomendasi yang diberikan untuk
mengurangi pelanggaran tersebut
adalah dengan memberikan marka
ruang henti khusus motor pada
pemberhentian lampu lalu lintas.
Ruang henti khusus (RHK) dibuat Gambar 3. Larangan penggunaan
dengan warna dasar merah dan diberi headset
tanda atau gambar sepeda motor.
Marka tersebut merupakan salah satu 4. Pada speed violations, mayoritas
fasilitas bagi pengendara roda dua responden masih salah dalam
untuk berhenti di persimpangan menjawab pernyataan terkait
selama lampu lalu lintas berwarna kecepatan yang digunakasn saat
merah. berkendara dengan persentase salah
2. Pemahaman dan kesadaran sebesar 93,8%. Rekomendasi yang
126
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

diberikan adalam pemberian banner situation awareness yang paling


berisi peringatan maksimal kecepatan bagus jika dibandingkan dengan
saat di jalan raya kota. Gambar 4 kelompok responden lainnya dengan
merupakan banner informasi nilai sebesar 74,33%. Tingkat usia
maksimal kecepatan. 17-25 tahun berada paling jauh dari
garis kalibrasi karena tingkat
keyakinan yang tinggi tidak
diimbangi dengan tingkat
pengetahuan yang dimiliki.
Gambar 4.Banner maksimal 2. Rekomendasi perbaikan yang
kecepatan diberikan diantaranya adalah memberi
marka ruang henti khusus (RHK)
4. Kesimpulan motor pada pemberhentian lampu lalu
Berdasarkan hasil penelitian lintas, meningkatkan sosialisasi
mengenai analisis tingkat situation dengan penerangan keliling untuk
awareness dengan metode Quantitative dilakukan para pihak kepolisan,
Analysis of Situational Awareness, terdapat memasang banner berisi larangan
beberapa kesimpulan yang dapat diambil, penggunaan headset saat berkendara
antara lain: dan pemberian banner berisi himauan
terkaiat kecepatan saat berkendara di
1. Tingkat situation awareness yang
lalu lintas kota. Rekomendasi tersebut
dimiliki seluruh responden adalah
bertujuan untuk membantu tugas
65% yang masuk dalam kategori
kepolisan dalam meningkatkan
cukup. Tingkat usia 17-25 tahun
kesadaran dan pemahaman untuk para
memiliki tingkat situation awareness
pengendara untuk dapat
paling rendah dibandingkan tiga
meminimalisir resiko kecelakaan.
tingkat usia lainnya sebesar 48,25%
sehingga masuk dalam kategori
DAFTAR PUSTAKA
rendah. Sementara tingkat usia 36-45
tahun memiliki tingkat situation Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
awareness paling tinggi sebesar 74,4 Penelitian Suatu Pendekatan
% sehingga masuk dalam kategori Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
cukup. Tingkat usia 26-35 tahun dan
Elliott, Mark A., Baughan, Christoper J.,
usia 46-55 tahun memiliki tingkat SA
dan
yang masuk dalam kategori cukup
dengan sebesar 70,15 % dan 67,2 %. Sexton, Barry F. (2006). “Errors and
Laki-laki pada tingkat usia 36-45 violations in relation to
tahun memiliki tingkat situation motorcyclists’ crash risk”. Jurnal
awareness yang paling bagus diantara Elsevier volume XXXIX: 491-499.
kelompok responden lain dengan nilai
Harvey, Lewis O. (2014). Detection
sebesar 74,33%. Laki-laki pada
Theory: Sensory and Decicion
tingkat usia 36-45 memiliki tingkat
127
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Process. Boulder: University of


Colorado.
McGuinness, Barry. (2004). Quantitative
Analysis of Situational Awareness
(QUASA): Applying Signal
Detection Theory to True/False
Probes and Self-
Ratings.JurnalCommand and
Control Research and Technology
Symposium. U.K, 15-17 Juni 2004.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Vogel, L dan Bester, C.J. (2008). “A
Relationship Between Accident
Types And Causes”. Jurnal
SATC.VolXI: 233-241.

128
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS STRES KERJA DAN UPAYA INTERVENSI PSIKOLOGI


KEREKAYASAAN DALAM MENGATASI STRES KERJA NELAYAN
TRADISIONAL TANJUNG PENI CITANGKIL DAN LELE YANG
ROGOL PESISIR PANTAI CILEGON

Antonius D. Robinson Manurung1, Yosephin Sri SutantiS2dan Dudi Adam H.3


1
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana, Jakarta
2
Departemen K3, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
3
Tim Kesehatan Kerja Kota Cilegon

Email: antonius.manurung@mercubuana.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis stres
kerjanelayan tradisional Tanjung Peni Citangkil dan Leleyan Grogol, Pesisir Pantai
Cilegon. Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan dikembangkan upaya intervensi psikologi
kerekayasaan sebagai cara mengatasi stres kerja nelayan tradisional. Populasi dalam
penelitianberjumlah sekitar 4000 nelayan; berdasarkan teknik purposive sampling
diperoleh 102 responden, nelayan Tanjung Peni Citangkil (58) danLeleyan (44).Teknik
pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, alat deteksi stres (dikenal
dengan alat HRV-Heart Rate Variability). Skala stres kerja diadaptasi dan dimodifikasi
penulis dari konsep dan alat ukur Igor (1997). Teknik wawancara menggunakan pedoman
wawancara stres kerja. Sedangkan alat deteksi stres kerja HRV mengukur frekuensi
domain HRV yang digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi stres mental individu.
Hasil penelitian menunjukkan stres kerja nelayan relatif cukup tinggi dengan nilai mean
53, 385. Data deskriptif tersebut didukung hasil tes HRV dalam stress resistance (coping
stress), dan stress index (psikis), dan fatigue index. Hasil data wawancara menunjukkan
bahwa hal yang menyebabkan stres kerja pada nelayan tradisional di pesisir Pantai
Cilegon Banten adalah lingkungan kerja yang kurang kondusif, mencakup suhu udara,
pencahayaan, goncangan, dan kebisingan, cara kerja yang kurang ergonomis, dan
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang relatif buruk.

Kata kunci: stres kerja, nelayan, heart ratevariability, intervensi


psikologikerekayasaan

I. Pendahuluan Indonesia bertempat tinggal di daerah


pesisir dan pedesaan. Data statistik
Indonesia sebagai negara maritim
menunjukkan bahwa terdapat 8 ribu desa
dengan salah satu ciri pekerja yang banyak
pesisir yang tersebar pada 300
bekerja sebagai nelayan memiliki porsi
kabupaten/kota pesisir, dan 234 juta jiwa
tersendiri, karena hampir 60% penduduk
129
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

penduduk Indonesia, 67 juta bekerja pada maksimalnya pemasaran hasil tangkapan,


bidang informal, dan 30% diantaranya (5) program pemerintah yang belum
nelayan (Pusat Data dan Informasi memihak nelayan. Kondisi – kondisi inilah
Kesehatan RI, 2015). yang pada akhirnya memicu munculnya
stress kerja nelayan yang pada akhirnya
Pada sumberdaya tenaga kerja yang
berpengaruh pada kinerja mereka di
berbasis pada mata pencaharian sebagai
lapangan.
nelayan, perubahan iklim memicu
munculnya stres kerja akibat gagal panen Masalah pokok nelayan yang
atau harga yang turun atau sumber daya berdampak pada stres kerja merupakan
lahan yang tidak memadai. Stres kerja tantangan tersendiri untuk dicarikan jalan
diduga juga terjadi pada nelayan yang pemecahannya. Itulah yang menjadi dasar
diakibatkan oleh rusaknya sumber mata dan alasan kuat mengapa penelitian ini
pencaharian mereka akibat perubahan dilakukan sehingga pada akhirnya para
ekologis. Kondisi ini kemudian nelayan dapat terbantu untuk mengatasi
menyebabkan munculnya respon dan upaya stres kerja dengan mengembangkan
untuk beradaptasi dalam menghadapi krisis intervensi psikologi kerekayasaan.
(Makara, 2012).
Stres kerja adalah respon individu
II. Kajian Pustaka
terhadap stressor yang ada pada pekerjaan
yang dapat menyebabkan seseorang tidak 1. Stres Kerja
berfungsi optimal, reaksi yang dapat terjadi Pemahaman mengenai stres kerja perlu
yaitu dapat berupa reaksi fisik, psikologis diawali dengan mengetahui stres kronis.
atau tingkah laku (Munandar, 2001). Stres kronis merupakan salah satu bentuk
Gangguan emosi atau yang biasa stres yang terjadi dalam jangka waktu yang
disebut dengan stres merupakan suatu lama dan sulit dikendalikan dimana ada
reaksi seseorang terhadap tekanan yang situasi yang mengganggu yang sangat sulit
berlebihan atau tuntutan di tempat kerja untuk diatasi dan lama kelamaaan dapat
yang bersifat merugikan. Stres kerja juga di menimbulkan kerusakan bagi tubuh,
jelaskan sebagai proses psikologis yang pikiran, dan kehidupan individu yang
terjadi sebagai konsekuensi dari perilaku merasakannya (Olvin & Hesson, 2010).
atau kejadian pada lingkungan kerja yang Menurut NIOSH (2000), beberapa penyakit
menimbulkan akibat-akibat khusus secara yang berkaitan dengan stres kronis, antara
psikologis, fisiologis, dan perilaku individu. lain: diabetes, hernia, tuberculosis, asma,
darah tinggi, penyakit jantung, rematik,
Dari fenomena yang terjadi di epilepsi, glukoma, paralysis, gangguan
lapangan, peneliti menangkap beberapa ginjal, gangguan perbafasan, stroke,
pokok masalah nelayan yang menimbulkan anemia, gangguan hati atau pankreas,
kondisi stres yaitu : (1) kondisi alam yang gangguan kelenjar tiroid, insomnia,
tidak menentu, (2) tingkat pendidikan gastritis, colitis, sakit punggung, dan alergi.
nelayan yang rendah, (3)pola kehidupan
nelayan yang konsumtif, (4) kurang
130
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

McEwen (dalam Oxington, 2008) Munandar (2001) mengemukakan stres


menjelaskan stres sebagai sebuah peristiwa kerja adalah respon individu terhadap
yang mengancam individu sehingga stressoryang ada pada pekerjaan yang dapat
menghasilkan respon secara fisiologi dan menyebabkanseseorang tidak berfungsi
perilaku. Pada hakikatnya stres adalah gap optimal, reaksi yang dapatterjadi yatu dapat
antara individual’s coping skills dan berupa reaksi fisik, psikologis atautingkah
demand dari lingkungan di mana individu laku.
berada (Redfern, Rees, dan Rowlands, Cox,Griffiths, dan Rial-Gonzlez
2008). (2000) telah mengidentifikasi efek stres,
Selye (dalam Santrock, 2003) membagi yang mungkin muncul, meliputi dampak
proses stres dalam tubuh melalui tiga fase subyektif (subjective effect), dampak
(general adaptation syndrome, yaitu : (1) perilaku (behavioral effect), dampak
fase I (alarm reaction), (2) fase II kognitif (cognitive effect, dampak fisiologis
(resistance reaction), (3) fase III (Physiological effect),dampak kesehatan
(exhaustion reaction). (health effect), dan dampak organisasi
(organizational effect).
Proses seseorang mengalami stres
- apapun penyebabnya - diungkap Lazarus Reaksi yang dapat timbul pada kondisi
dan Folkman; Folkman (dalam Caverley, stres kerja dapat dibedakan menjadi tiga
2005), melalui 3 (tiga) tahap, yaitu : (1) kelompok reaksi, yaitu perilaku, psikologik
ketika seseorang menghadapi stressor, dan fisiologis. Ketiga reaksi ini dapat saling
dalam tahap paling awal dikenal sebagai berhubungan dan kadangkala dapat muncul
primary prevention - ia akan melakukan bersamaan.
penaksiran awal atas situasi yang
dihadapinya guna mengetahui implikasi
stressor tersebut apakah positif, negatif atau Heart Rate Variability (HRV)
netral bagi dirinya; (2) ketika seseorang Salah satu alat yang digunakan untuk
menganggap bahwa situasi yang diagnosis stres adalah HRV. HRV
dihadapinya penuh tekanan, maka ia akan merupakan variasi dari beat-to-beat denyut
melakukan penilaian kembali terhadap jantung yang memberikan gambaran gejala
kemampuannya untuk mengatasi tekanan fisiologis dari denyut jantung (heart rate)
itu - dikenal sebagai secondary appraisal; dengan variasinya dalam interval waktu
dan (3) ketika seseorang yang telah (Novani & Prihatmanto, 2016). Lebih jauh
mengalami tahap satu dan dua di atas dan Vovani dan Prihatmanto (2016)
tidak mampu mengatasi tekanan yang ada, mengemukakan bahwa analisis HRV
maka berbagai ketegangan akan muncul, memberikan suatu informasi tentang
seperti ketegangan psikologis, perilaku dan modulasi otonom jantung dan menjadi alat
fisik; ketegangan-ketegangan ini yang berguna untuk memahami sistem saraf
merupakan pertanda jika orang tersebut otonom yang mengatur proses-proses
mengalami stres. tertentu di dalam tubuh dengan dua
komponen utama yaitu sistem saraf
simpatetik dan parasimpatetik. Sementara
131
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Billman, Huikiri, Sacha, dan Trimmel tanggung jawab, pengakuan, dan


(2015) mengemukakan analisis HRV kesempatan untuk pencapaian, peningkatan,
mencakup analisis spektral atau frekuensi dan pertumbuhan) atau dengan
domain yang menggambarkan dua meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat
komponen utama dari sistem saraf otonom seperti variasi skill, identitas tugas,
yang diartikan sebagai irama fisiologis signifikansi tugas, otonomi, dan timbal
berbeda. Hasil pengukuran power spektrum balik mungkin membawa pada pernyataan
frekuensi domain HRV digunakan untuk motivasional atau pengalaman berani,
mengklasifikasikan kondisi stres mental, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil,
sebagai pengukuran efisien untuk (c) mengurangi konflik dan mengklarifikasi
klasifikasi stres. peran organisasional. Sementara strategi
dukungan sosial dibutuhkan terutama dari
2. Intervensi Psikologi Kerekayasaan
orang terdekat, seperti keluarga, teman
Dalam penelitian ini, penulis sekerja, pemimpin atau orang lain untuk
menggunakan pendekatan intervensi mengurangi stres kerja.
psikologi kerekayasaan dalam upaya
Intervensi psikologi kerekayasaan
mengatasi stres kerja sebagai bentuk
adalah kemampuan penggunaan sumber
pemahaman dan pengembangan dari
daya (manusia) secara efektif untuk dapat
manajemen stres kerja.
mengatasi gangguan atau kekacauan mental
Munandar (2001) mengelompokkan dan emosional yang muncul akibat stres.
model intervensi menjadi strategi Stres dalam pekerjaan dapat dicegah dan
penanganan individual, organisasional dan dihadapi tanpa memperoleh dampak yang
dukungan sosial. Sementara ituteknik- negatif.
teknik yang dapat digunakan dalam
Pendekatan intervensi mangajarkan
psikologi kerekayasaan, yaitu :(1)
individu pekerja mengenai sifat dan sumber
kerekayasaan organisasi, (2) kerekayasaan
stres, efek stres terhadap kesehatan dan
individu (kepribadian), (3) teknik
keterampilan pribadi dengan cara (a)
penenangan pikiran, (4) teknik penenangan
mengubah faktor-faktor di lingkungan agar
melalui aktivitas fisik.
tidak merupakan pembangkit stres, (b)
Strategi Penanganan Individualbisa mengubah faktor-faktor dalam individu
dilakukan dengan beberapa cara, antara sehingga ambang stress dan toleransi
lain: (a) melakukan perubahan reaksi terhadap stres meningkat sehingga dapat
perilaku atau perubahan reaksi kognitif, (b) mempertahankkan kesehatan.
melakukan relaksasi dan meditasi, (c)
Lebih jauh Munandar (2001)
melakukan diet dan fitness. Strategi
menyebutkan teknik-teknik yang dapat
penanganan organisasional dapat dilakukan
digunakan dalam intervensi, yaitu : (a)
dengan cara: (a) menciptakaniklim
kerekayasaan organisasi dengan cara
organisasional yang mendukung, (b)
mengubah lingkungan kerja agar tidak
memperkaya desain tugas dengan
cepat dirasakan sebagai lingkungan yang
memperkaya kerja, baik dengan
penuh stres (b) kerekayasaan individu
meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti
132
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

(kepribadian), berupaya untuk IV. Hasil dan Pembahasan


menimbulkan perubahan kepribadian agar
1. Hasil Penelitian
stresdapat dicegah dan ambang stres dapat
ditingkatkan,(c) teknik penenangan pikiran, a. Hasil Analisa Deskriptif
dengan mengurangi kegiatan pikiran Berdasarkan nilai rata-rata yang
sehingga pikiran menjadi tenang dan stres diperoleh pada pada kelompok nelayan
berkurang, dan (d) teknik penenangan tradisional Tanjung Peni dan Leleyan
melalui aktivitas fisik, dengan menurunkan diperoleh nilai rata-rata, yaitu 53,385. Nilai
reaktivitas terhadap stres dan menimbulkan Maksimum adalah 75. Adapun kategori
rasa sehat, tenang, dan ringan. nilai yang ditentukan adalah sebagai
berikut: nilai 15 – 30 (stres rendah); nilai 31
– 45 (stres sedang); dan 46 – 60 (stres
III. Metode Penelitian cukup tinggi), dan 61 – 75 (stres tinggi).
Populasi di dalam penelitian ini adalah Berdasarkan kategori nilai yang ditetapkan
seluruh nelayan di Pos UKK nelayan yang penulis di atas, nilai mean nelayan di kedua
dibina Dinas Kesehatan Kota Cilegon lokasi tersebut tergolong cukup tinggi.
berjumlah 4000 nelayan.
b. Hasil Analisis Data Wawancara
Teknik pengambilan sampel pada Hasil analisis data wawancara
penelitian ini menggunakan teknik mengungkapkan hal-hal yang terkait
purposive sampling dengan kriteria : (1) dengan persepsi nelayan mengenai
Pos UKK nelayan yang relatif kurang intervensi psikologi kerekayasaan yang ada
mendapat perhatian, yaitu : (a) Pos UKK dengan mengetahui dan memahami hal-hal
nelayan Tanjung Peni Citangkil dan (b) Pos berikut :
UKK nelayan Leleyan, Grogol Cilegon; (2)
Pekerjaan utama sebagai nelayan. Adapun
jumlah sampel (subyek) penelitian 1). Lingkungan Kerja
berdasarkan kriteria tersebut adalah 102
a) Suhu Udara
nelayan (responden/subyek). Dalam
penelitian ini analisa data yang digunakan Secara umum para nelayan mengatakan
ada 3 (tiga), yaitu: (1) analisa data bahwa suhu udara saat mereka sedang
deskriptif (kuantitatif),(2) analisa data bekerja di siang hari terasa sangat panas
wawancara (kualitatif), dan (3) analisa data dan pada malam hari terasa sangat dingin
heart rate variability(HRV). berikut sampai menggigil. Suhu udara terasa sangat
merupakan hasil penelitian pada nelayan dingin ketika pukul 03.00 dini hari, hal
tradisional di pesisir Pantai Cilegon Banten. tersebut disebabkan ketika musim angin
Hasil analisis data digunakan sebagai dasar timur atau angin selatan datang. Bahkan
pengembangan intervensi psikologi terkadang karena angin yang tidak menentu
kerekayasaan sebagai upaya mengatasi stres membuat suhu udara menjadi buruk
kerja nelayan. sehingga menyebabkan badai. Kondisi suhu
udara yang ekstrim panas di siang hari
berefek pada peningkatan
133
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

metabolisme,sehingga bisa menimbulkan dengan kondisi kapal sedemikian dapat


stres dan lelelahan kerja, Sementara suhu di menimbulkan tuli saraf.
malam hari yang ekstrim dingin berefek
2). Cara Kerja
pada munculnya hendaya yang pada
akhirnya berakibat pada stres kerja dan Nelayan hanya memakai Alat
dapat menurunkan produktivitas. Pelindung Diri (APD) seperti topi, baju
berlengan panjang, dan sepatu karet. Selain
b) Goncangan APD tersebut, seharusnya para nelayan
Goncangan yang dirasakan nelayan ketika melaut perlu bahkan harus
tidak menentu tergantung pada angin dan menggunakan kacamata hitam dan sarung
cuaca saat berlayar. Terkadanggetaran tangan karet. Kacamata hitam sangar baik
menyebabkan gelombang besar yang dapat dipakai nelayan untuk melindungi mata dari
mengakibatkan perahu nelayan terguling. sinar ultraviolet, debu, dan angin.
Kondisi ini tentunya berdampak pada stres Sementara, sarung tangan karet berguna
kerja nelayan, dimana nelayan dihadapkan untuk melindungi tangan dari iritasi air laut
pada situasi yang mencemaskan. yang terus-menerus dan iritasi akibat
menarik tambang.
c) Limbah Industri
Alasan nelayan tidak menggunakan
Lokasi nelayan mencari ikan
kaca mata hitam dan sarung tangan karet
kebanyakan dekat dengan kawasan industri.
disebabkan merasa tidak nyaman karena
Menurut nelayan, sebelum kawasan industri
tidak terbiasa. Nelayan beranggapan bahwa
di bangun para nelayan dengan mudah
alat tersebut dirasa merepotkan dan
mendapatkan ikan di area penangkapan,
membahayakan saat sedang bekerja. Bagi
namun saat ini nelayan harus berlayar
nelayan kacamata hitam tidak diperlukan
sampai ke tengah laut untuk mendapatkan
karena sudah dapat melihat dengan jelas
hasil tangkapan. Di lain pihak, perahu yang
sedangkan sarung tangan karet
nelayan gunakan sesungguhnya kurang
dipersepsikan licin dan membuat sulit saat
kondusif untuk menangkap ikan di tengah
harus menangkap ikan. Nelayan lebih
laut.
memilih menggunakan sarung tangan biasa
d) Kebisingan saat bekerja. Persepsi nelayan di atas
Kebisingan yang dirasakan para cenderung keliru dan bila hal ini tidak cepat
nelayan dari suara mesin kapalnya secara - cepat disadari, tentunya dapat berakibat
umum menimbulkan suara yang munculnya berbagai penyakit akibat kerja,
mengganggu dan berisik, beberapa faktor antara lain pterigium (selaput putih pada
yang menyebabkan kebisingan,antara lain : mata), katarak, dermatitis (kontak iritan),
jenis mesin kapal, mesin kapal yang dsbnya.
kurang/tidak layak pakai, pemeliharaaan 3) Manajemen Kesehatan dan
mesin yang kurang, usia mesin kapal yang
kebanyakan sudah tua. Kebisingan yang Keselamatan Kerja (K3)
terus-menerus yang dialami oleh nelayan Pos UKK nelayan Citangkil dan
Leleyan masih kurang berfungsi efektif.
134
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Sesungguhnya Pos UKK nelayan dapat Manajemen K3 belum dipahami oleh


menjalankan fungsi mengembangkan para nelayan. Sebagai contoh, tidak adanya
manajemen K3 bagi nelayan dan keluarga. tanda-tanda bahaya apapun yang dipasang
Puskesmas perlu mendampingi Pos UKK oleh tim kesehatan kerja maupun
nelayan secara lebih optimal untuk puskesmas untuk mengatasi terjadinya
mengatasi berbagai permasalahan K3, kebakaran. Pelatihan kebakaran belum
khususnya terkait dengan kecelakaan kerja pernah diberikan kepada Nelayan.Tanda-
yang dialami nelayan. tanda peringatan bahaya tidak ada di lokasi
kerja, sehingga nelayan memasang sendiri
Berdasarkan hasil wawancara dan
tanda-tanda peringatan bahaya berdasarkan
observasi, pemahaman tentang manajemen
pengalaman sebagai nelayan, seperti
K3 bagi para nelayan dirasakan masih
menggunakan karang atau batu sebagai
sangat kurang. Hal ini bisa dipahami karena
tanda dan menggandalkan angin dan cuaca
pelatihan manajemen K3 relatif sangat
sebagai tanda atau peringatan bahaya.
minim diadakan. Padahal pelatihan
Pertolongan pertama pada kecelakaan
manajemen K3 sangat penting untuk
cenderung dilakukann berdasarkan
membantu berbagai permasalahan
pengalaman empiris sebagai nelayan.
kesehatan dan keselamatan kerja nelayan.
Oleh karenanya, pelatihan manajemen K3 Ternyata, dukungan fasilitas untuk
kepada para nelayan pada umumnya dan menunjang K3 belum tersedia sehingga
Tim K3 Pos UKK pada khususnya perlu nelayan kesulitan dalam mengatasi berbagai
diberikan oleh Tim Kesehatan Kerja Kota masalah terkait K3. Nelayan berharap ada
Cilegon bekerjasama dengan Puskesmas fasilitas yang menunjang K3, apalagi
Citangkil dan Grogol Cilegon dalam seperti obat-obatan saat berada di tengah
membantu nelayan menghindari diri dari laut. Nelayan juga merasa tidak ada
kecelakaan kerja. pertemuan evaluasi pelaksaan K3 oleh tim
kesehatan kerja maupun puskesmas,
Pelatihan manajemen K3 belum
sehingga nelayan tidak banyak yang tahu
menjadi program rutin dan informasi
mengenai kegiatan kampanye yang
pelatihan yang diberikan tidak merata
berkaitan dengan K3 yang melibatkan
sehingga nelayan masih banyak yang tidak
nelayan setempat. Hal ini disebabkan oleh
tahu mengenai pelatihan K3 yang diberikan
informasi yang tidak merata di lingkungan
oleh tim kesehatan kerja. Ternyata,
nelayan sehingga banyak program tidak
paranelayan yang telah mengikuti pelatihan
berjalan dengan baik.
K3 selama ini tidak banyak membantu
nelayan dalam menghindari diri dari c. Hasil Analisa DataHeart Rate
kecelakaan kerja karena belum menjadi Variability (HRV)
sikap kerja dan esensi K3 belum dipahami
HRV memberikan gambaran mengenai
sepenuhnya. Selain itu, kebanyakan nelayan stres kerja pada nelayan tradisional di
tidak memiliki kesadaran diri untuk pesisir Cilegon Banten. Hasil HRV berikut
mengubah ataupun menerapkan hal-hal menjelaskan mengenai stress resistance
dalam pelatihan manajemen K3. (coping stress), stress index (psikis), dan

135
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

fatigue index (kelelahan). Berikut diuraikan nelayan tradisional di pesisir pantai Cilegon
hasil HRV pada nelayan tradisional di Banten. Tingkat stres yang tinggi pada
pesisir pantai Cilegon. kelompok nelayan tradisional Leleyan
Tabel 1. Heart Rate Variability(HRV) Nelayan Grogol lebih tinggi dibandingkan dengan
Leleyan Grogol kelompok Tanjung Peni Citangkil. Data ini
didukung dengan hasil tes Heart Rate
Sangat Buruk Normal Bagus Sangat Variability(HRV) pada nelayan tradisional
Buruk Bagus di wilayah Leleyan Grogol menunjukkan
Stress
Resistance
stress resistance (coping stress), dan stress
19 % 21 % 60 % 0% 0%
(Coping index (psikis), dan fatigue index lebih buruk
Stres)
Stress
dibandingkan dengan nelayan di Tanjung
Index(Psikis 14 % 24 % 50 % 12 % 0% Peni Citangkil. Hal ini bisa dipahami
)
karena para nelayan di Leleyan Gorogol
Fatigue
Index 16 % 45 % 34 % 2% 3% kebanyakan tidak berdomisili di sekitar
(Kelelahan)
pesisir, Selain itu, aktivitas utama nelayan
Pada tabel 1 di atas, berdasarkan bukan hanya nelayan. Berbeda dengan
hasil tes HRV dapat dilihat bahwa nelayan nelayan Tanjung Peni Citangkil yang
tradisional di Leleyan Grogol menunjukkan kebanyakan berdomisili di pesisir dan
coping stress yang kurang baik, dimana sekitarnya serta pekerjaan sebagai nelayan
skala buruk dan sangat buruk cukup besar, lebih sebagai aktivitas utama. Situasi ini
yaitu 40 %; indeks stres psikis pada level menyebabkan coping stres, indeks stres
buruk dan sangat buruk 38 %; dan indeks psikis dan kelelahan nelayan di Leleyan
kelelahan berada pada level cukup Grogol menjadi lebih tinggi.
memprihatinkan dengan jumlah 61% pada
level buruk dan sangat buruk. Kondisi nelayan yang kelelahan saat

Tabel 2. Heart Rate Variability (HRV) Nelayan Sangat


Buruk Normal Bagus Sangat
Buruk Bagus
Tanjung Peni Citangkil
Berdasarkan tabel 2, hasil tes HRV Stress
Resistance
pada nelayan tradisional di wilayah (Coping
8% 7% 67 % 13 % 5%

Tanjung Peni, Citangkil menunjukkan Stress)


Stress
stress resistance (coping stress) , dan stress Index 6% 10 % 58 % 21 % 5%
index (psikis), dan fatigue index relatif (Psikis)
Fatigue
kurang baik. Ada 15 % nelayan berada pada Index 5% 20 % 58 % 10 % 7%
level coping stress buruk dan sangat buruk; (Kelelahan)
indeks stres (psikis) berjumlah 16 % pada bekerja sangat memengaruhi kinerja
level buruk dan sangat buruk; dan indeks nelayan saat melaut, karena untuk melaut
kelelahan sebesar 25 % dalam level buruk dibutuhkan stamina yang kuat dan fisik
dan cukup buruk. yang sehat agar dapat memperoleh hasil
yang maksimal. Sejalan dengan hal
2. Pembahasan
tersebut, nelayan masih menggunakan alat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisional untuk menangkap ikan, dengan
terdapattingkat stres yang tinggi pada
136
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

menggunkan alat-alat tradisional maka Pantai Cilegon Banten, salah satu upaya
semua masih dikerjakan dengan untuk mengatasi stres kerja pada nelayan
menggunakan tenaga manusia.Hasil adalah dengan melakukan intervensi
penelitian ini membuktikan bahwa tingkat psikologi kerekayasaan. Stres dalam
stres kerja yang dialami oleh nelayan pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan
tradisional di pesisir pantai Cilegon Banten dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak
membuat nelayan kesulitan mencari nafkah yang negatif. Manajemen stres lebih dari
yang berdampak pada kesejahteraan pada sekedar mengatasinya, yakni belajar
nelayan tradisional yang belum tercapai menanggulanginya secara adaptif dan
dengan baik. Peneliti menemukan bahwa efektif.
program yang dijalankan oleh pemerintah
3. Pengembangan Intervensi Psikologi
setempat di wilayah Cilegon Banten dalam
Kerekayasaan sebagai Upaya
mensejahterakan nelayan belum berjalan
Mengatasi Stres Kerja Nelayan
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
manajemen, komunikasi dan pelatihan K3 Berdasarkan analisis data dan
belum terealisasi dengan baik. Banyak pembahasan di atas perlu dikembangkan
nelayan belum mendapat pengetahuan dan model pengembangan intervensi psikologi
keterampilan mengenai K3 yang baik dan kerekayasaan sebagai upaya mengatasi
benar. Meskipun tim kerja seperti Pos UKK kompleksitas masalah stres kerja yang
maupun puskesmas sudah tersedia, dialami oleh nelayan di Citangkil dan
informasi tidak tersampaikan dengan baik Grogol Cilegon.
kepada nelayan tradisional di pesisir Pantai Adapun pengembangan intervensi
Cilegon. psikologi kerekayasaan yang dapat
Pelayanan kesehatan yang tersedia di diaplikasikan bagi para nelayan diuraikan
perkampungan nelayan wilayah Tanjung berikut ini :
Peni Citangkil maupun Leleyan Grogol a. Strategi Penanganan Individual
dirasakan belum berjalan dengan baik. Strategi yang dikembangkan secara
Pelayanan yang lambat dan tenaga media pribadi atau individual. Strategi
yang tidak siap siaga merupakan hal yang individual ini bisa dilakukan dengan
paling banyak dikeluhkan nelayan. beberapa cara, antara lain:
Meskipun nelayan tradisional di pesisir 1) Melakukan perubahan reaksi
pantai Cilegon Banten sudah mengetahui perilaku atau perubahan reaksi
adanya asuransi kesehatan, nelayan berpikir kognitif. Artinya, jika seorang
tidak dapat bekerja dengan tenang karena nelayan merasa dirinya ada
banyak kebutuhan yang harus dipenuhi kenaikan ketegangan, nelayan
seperti mesin, peralatan, dan perawatan tersebut seharusnya istirahat terlebih
kapal yang mahal. Hal ini membuat nelayan dahulu. Cara time out atau istirahat
di pesisir pantai Cilegon memiliki tingkat ini bisa macam-macam, seperti
stres yang tinggi. istirahat sejenak sambil melihat
Dari hasil penelitian mengenai stres keindahan laut sekitar, istirahat
kerja pada nelayan tradisional di pesisir dengan berbaring atau duduk
137
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sebentar, membasuh muka air dingin stres melalui organisasi dapat


atau berwudhu bagi yang beragama dilakukan dengan:
Islam, dan sebagainya. 1) Menciptakan iklim organisasi yang
2) Melakukan relaksasi dan meditasi mendukung. Dalam hal ini peran
Kegiatan relaksasi dan meditasi ini Tim Kesehatan Kerja Kota
bisa dilakukan di rumah atau hari- Cilegon, Puskesmas Kecamatan,
hari saat sedang tidak melaut. dan Pos UKK untuk membantu
Dengan melakukan relaksasi, memantau kesehatan nelayan
nelayan dapat membangkitkan sangatlah penting, sehingga
perasaan rileks dan nyaman. Dengan nelayan juga ikut menjaga
demikian nelayan yang melakukan kesehatannya agar stres kerja
relaksasi diharapkan dapat nelayan dapat berkurang/teratasi.
mentransfer kemampuan dalam Struktur dan prose struktural dapat
membangkitkan perasaan rileks ke menciptakan iklim yang lebih
dalam pekerjaannya di mana mendukung bagi pekerja,
nelayan mengalami situasi stres. memberikan individu pekerja lebih
Beberapa cara meditasi yang biasa banyak kontrol terhadap pekerjaan,
dilakukan adalah dengan menutup dan mungkin mencegah atau
atau memejamkan mata, mengurangi stres kerja yang
menghilangkan pikiran yang muncul.
mengganggu,kemudian perlahan 2) Memperkaya desain tugas-tugas
lahan mengucapkan doa. dengan memperkaya kerja, baik
3) Melakukan diet dan fitness. dengan meningkatkan faktor isi
Beberapa cara yang bisa ditempuh pekerjaaan (seperti tanggung
adalah mengurangi masukan atau jawab, pengakuan, dan kesempatan
konsumsi makanan berlemak, untuk pencapaian, peningkatan,
memperbanyak konsumsi makanan dan pertumbuhan) atau dengan
yang bervitamin seperti buah- meningkatkan karakteristik tugas/
buahan dan sayur-sayuran, dan pekerjaan seperti variasi skill,
banyak melakukan olahraga, seperti identitas tugas, signifikansi tugas,
lari secara rutin, tenis, bulutangkis, otonomi, dan timbal balik mungkin
dan sebagainya. Hal ini dapat membawa pada pernyataan
membantu nelayan dalam motivasional atau pengalaman
meningkatkan daya tahan tubuh agar berani, tanggung jawab,
fit dan tidak mudah kelelahan. pengetahuan hasil-hasil.
b. Strategi Penanganan Organisasional Pengetahuan baru untuk nelayan
Strategi ini didesain oleh manajemen tradisional dalam meningkatkan
untuk menghilangkan atau mengontrol hasil tangkapan sangatlah
penekan tingkat organisasional untuk diperlukan. Tugas nelayan, selain
mencegah atau mengurangi stres kerja menangkap ikan juga bisa juga
untuk pekerja individual. Manajemen meningkatkan nilai hasil

138
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tangkapan dengan cara mengolah jauh Munandar mengemukakan,


hasil tangkapan sehingga dibutuhkan komunikasi yang baik
memberikan nilai tambah. Nelayan pada semua pihak, sehingga
juga bisa mengembangkan peran dukungan sosial dapat diperoleh.
dan fungsi pemasaran hasil dalam Nelayan dapat mengajak berbicara
bentuk koperasi atas paguyuban orang lain tentang masalah yang
nelayan sehingga nilai jual hasil dihadapi, atau setidaknya ada tempat
tangkapan memberikan mengadu atas keluh kesahnya.
keuntungan bagi para nelayan.
3) Mengurangi konflik dan upaya
mengklarifikasi berbagai peran V. Kesimpulan dan Saran
organisasional. Konflik peran dan 1. Kesimpulan
hal terkait ketidakjelasan Berdasarkan analisis data dan
diidentifikasi lebih awal sebagai pembahasan mengenai analisis stres kerja
sebuah penekan individual utama. dan intervensi psikologi kerekayasaan pada
Terutama konflik mengenai nelayan Tanjung Peni Citangkil dan
wilayah atau area nelayan dalam Leleyan Grogol di pesisir Pantai Cilegon
menangkap ikan. Kerap kali Banten, diperoleh kesimpulan berikut :
konflik terjadi karena wilayah a. Terdapat stres kerja yang cukup tinggi
menangkap ikan antara nelayan pada nelayan tradisional di Pesisir Pantai
satu dengan yang lain berdekatan Cilegon Banten. Hal ini dapat dibuktikan
sehingga menimbulkan konflik. Ini dengan adanya t hitung> t tabel, maka
mengacu pada manajemen untuk dapat disimpulkan bahwa terdapat
mengurangi konflik dan pengaruh stres kerja pada nelayan
mengklarifikasi berbagai peran tradisional di pesisir pantai Cilegon
organisasional sehingga faktor Banten.
penyebab stres dapat dikurangi, b. Stres kerja pada kelompok nelayan
bahkan dihilangkan. Salah satu Leleyan Grogol lebih tinggi
upaya untuk terhindar dari konflik dibandingkan dengan stres kerja pada
antar nelayan adalah dengan kelompok nelayan Tanjung Peni
membuat kesepakatan mengenai Citangkil. Hal ini dapat dibuktikan
wilayah menangkap ikan dan dengan adanya t hitung kelompok
memberikan sanksi bagi yang nelayan Leleyan Grogol lebih tinggi,
melanggar. dibandingkan dengan t hitung pada
kelompok nelayan Tanjung Peni
c. Strategi Dukungan Sosial Citangkil. Selain itu, hasil tes HRV
dalam stress resistance (coping stress),
Dibutuhkan dukungan sosial terutama dan stress index (psikis), dan fatigue
orang terdekat, seperti keluarga, index nelayan Leleyan Grogol lebih
teman sesama nelayan, pemimpin buruk dibanding Nelayan Tanjung Peni
atau orang lain untuk mengurangi Citangkil.
stres kerja (Munandar, 2001). Lebih
139
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

c. Hasil data wawancara menunjukkan tradisional di pesisir Pantai Cilegon


bahwa hal yang menyebabkan stres kerja Banten.
pada nelayan tradisional di pesisir Pantai d. Pos UKK perlu lebih meningkatkan
Cilegon Banten adalah : a) lingkungan fungsi dan perannya untuk membantu
kerja yang tidak mendukung, terdiri dari para nelayan memahami bahwa stres
suhu udara, goncangan, limbah industri, kerja dibutuhkan untuk meningkatkan
dan kebisingan dari mesin kapal; b) cara kualitas dan produktivitas kerja.
kerja yang tidak ergonomis, dan c) e. Program manajemen stres dan intervensi
manajemen K3 yang buruk. psikologi kerekayasaan perlu lebih
d. Diperlukan pengembangan intervensi dikembangkan oleh berbagai komponen,
psikologi kerekayasaan untuk membantu baik pemerintah, swasta, LSM, dan
mengatasi stres kerja yang dihadapi pemerhati nelayan.
nelayan dengan menerapkan strategi
penanganan individual, strategi
DAFTAR PUSTAKA
penanganan organisasional, dan strategi
dukungan sosial. Upaya ini sekaligus Billman, G.E., Huikiri, H.V., Sacha, J. &
diharapkan dapat memberikan dukungan Trimmel, K. (2015).An introduction to
positif bagi peningkatan kualitas kerja heart rate variability: methodological
dan produktivitas nelayan. considerations and clinical
applications.Frontiers in Physiology,
V.6: 55 (2015.Published online 2015
2. Saran
Feb 25. doi: 10.3389/fphys.2015.00055.
Berdasarkan hasil penelitian,
Caverley, N. (2005). Civil service resilience
pembahasan,dan kesimpulan yang
and coping, International Journal of
diperoleh, maka saran yang dapat diberikan
Public Sector Management, Vol. 18 No.
sebagai berikut :
5, 2005, pp. 401-413.
a. Penelitian mendatang perlu lebih
Cox, T., Griffiths, A., dan Rial-Gonzlez E.
menekankan pada penelitian terapan
(2000). Research on work-related
untuk mengembangkan model adaptif
stress.European Agency for Safety and
intervensi psikologi kerekayasaan untuk
Health at Work.
mengatasi stres nelayan.
b. Penelitian selanjutnya hendaknya lebih Makara (2012). Sosial humaniora, vol 16,
memperhatikan jadwal melaut para No 1, Juli 2012.
nelayan sehingga pengumpulan data Munandar (2001).Psikologi industri dan
penelitian dapat berjalan lebih optimal. organisasi.Jakarta: UI Press
c. Perhatian pemerintah, khususnya Tim
Kesehatan Kerja dan Puskesmas NIOSH. (2000). Stress at work.
Kecamatan perlu lebih optimal dalam Columbia : NIOSH.
membantu sarana dan prasarana yang Novani, N.P. & Prihatmanto, A.S. (2016).
masih belum tersedia pada nelayan Heart Rate Variability Frekuensi
Domain Untuk Deteksi Stres Mental dan
140
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Influenza Menggunakan SVM Classifier. 6, pp. 287-294,https://


Tesis. Bandung: ITB. url= doi.org/10.1108/00197850810900039
{https://doi.org/10.5281/zenodo.59500} Santrock, J. W. (2003).Adolescence :
Olpin, M.& Hesson, M. (2012).Stress perkembangan remaja.Ed. 6. Jakarta :
Management for Life: AResearch-Based Erlangga.
Experiential Approach. Wardsworth,-
Cengage Learning *****

Oxington, K.V. (2008).Psychology of


Stress.New York:Nova Science
Publishers
Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI
(2015)
Redfern,.D.C. Rees, C.J. & Rowlands, K.E.
(2008) "Occupational stress: consensus
or divergence? A challenge for training
and development specialists", Industrial
and Commercial Training,Vol.40 Issue:

141
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS PERBEDAAN POLA DOMINASIOTAK ANTARA


WISUDAWAN FAKULTAS TEKNIK (FT) DENGAN FAKULTAS
NON TEKNIK (FISIP) UNIVERSITAS PASUNDAN SEBAGAI
PERTIMBANGAN PENENTUAN PEMILIHAN JENIS
KARAKTERISTIK PEKERJAAN

Ir. R Erwin M Pribadi., MT. 1), Vebina Sheila Pasha 2)


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung
Email1): erwinmpribadi@gmail.com
2) : vebinasheilapasha@rocketmail.com

ABSTRAK

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis perbedaan pola dominasi otak antara
wisudawan Fakultas Teknik (FT) dan non Teknik (FISIP) Universitas Pasundan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dari populasi
mahasiswa tersebut. Pada dasarnya Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) memiliki perbedaan pada materi kuliah. Materi yang sehari-hari dipelajari
mahasiswa akan membentuk pola pikir terhadap mahasiswa itu sendiri. Dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data di dapatkan bahwa wisudawan fakultas teknik memiliki
dominasi otak bagian kiri belakang pada saat anak-anak/remaja dan dominasi otak kiri
belakang pada saat dewasa (saat ini). Hal tersebut menunjukkan kecocokan antara hasil
test HBTS dengan pola pembelajaran di fakultas teknik. Fakultas teknik memiliki pola
pembelajaran yang mendidik mahasiswanya untuk melakukan perkembangan teknologi,
menghasilkan dan menerapkan produk-produk penelitian yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat dan menjadikan mahasiswanya menguasai dasar-dasar ilmiah
serta pengetahuan dan metodelogi. Hasil dari pengolahan data didapatkan bahwa
wisudawan FISIP memiliki dominasi otak kanan belakang pada saat anak-anak/remaja
dan pada saat dewasa (saat ini) dominasi otak kanan depan dan kiri belakang memiliki
hasil yang sama sebanyak 26,7%. Mahasiswa fisip di didik untuk menjadi sarjana,
ilmuwan, dan tenaga ahli di bidang administrasi, baik niaga maupun bisnis yang mampu
menciptakan wirausaha ataupun pekerja/karyawan yang berlatar belakang pendekatan
sosial –emotional yang baik. Sementara para wisudawan Fakultas Teknik mempunyai
kecenderungan dominasi otak kiri dengan pertimbangan logic thinking matematis,
perhitungan-kalkulatif dan pengambilan keputusan yang berdasarkan perhitungan logika.

Kata Kunci : Cognitive Ergonomic, Human Brain Thinking Syle (HBTS), MSDM
(Human Reseources Management), Statistycal Theory.

1) Dosen Jurusan Teknik Indusstri – FT Unpas Bandung


2) Asisten Dosen Jurusan Teknik Indusstri – FT Unpas Bandung
142
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dalam hal-hal yang berhubungan dengan


logika, rasio, kemampuan menulis dan
1. PENDAHULUAN
membaca, serta merupakan pusat
1.1 Latar Belakang
matematika. Beberapa pakar menyebutkan
Manusia merupakan makhluk yang
bahwa otak kiri merupakan pusat
diciptakan paling sempurna oleh ALLAH
IntelligenceQuotient (IQ). Sementara itu
SWT diantara ciptaanNYA yang lain,
otak kanan berfungsi dalam perkembangan
dimana manusia memiliki hati untuk
Emotional Quotient (EQ). Selain dari faktor
merasakan, naluri dan akal untuk berfikir
pelajaran yang didapatkan di kampus,
sehingga manusia memiliki posisi yang
terdapat juga beberapa cara untuk
paling tinggi diantara makhluk yang
mengetahui bagian otak yang sering
lainnya. Dengan kesempurnaan itu manusia
digunakan atau dominan digunakan, yaitu
dalam berfikir diberi kualitas kecerdasan
dengan dilihat dari perlakuan sehari-hari
yaitu seperti kecerdasan IQ, EQ, SQ yang
atau kebiasaannya, atau dengan melakukan
merupakan kecerdasan untuk berfikir,
beberapa test yang sudah ada dengan
emosi serta spiritual. Tingkat kecerdasan
kecanggihan teknologi pada zaman
seseorang dapat diukur dengan seberapa
sekarang ini. Misalnya dengan melakukan
tinggi tingkatan IQnya dengan beberapa
test yang dikenal dengan Human
macam cara, namun tingkat kecerdasan
BrainThinking Style’s (HBTS), di dalam
seseorang dikatakan bagus jika ketiga
test assessmentini, seseorang akan
elemen tersebut saling bekerja sama secara
dihadapkan kepada beberapa pernyataan
seimbang dan optimal yang terutama diasah
atau pertanyaan yang berkaitan dengan
adalah kecerdasan spiritual atau SQ sebagai
stimulasi dominasi penggunaan otak kanan
modal pembentuk IQ dan EQ, serta adanya
dan atau otak kiri. Hal ini sangat berkaitan
pengelolaan atau usaha untuk terus
dengan salah satu fungsi dari ergonomi.
mengasah ketajaman kualitas kecerdasan
Seperti kita pahami bahwa ergonomi
manusia yang lebih tinggi.
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
Salah satu metode kinerja otak kesehatan, keselamatan dan kenyamanan
manusia adalah dengan merasakan sensor manusiaditempat kerja, di rumah, dan
dari fasilitas kerja atau metode kerja yang ditempat-tempat beraktivitas lainnya.
dia rasakan dengan mengandalkan beberapa Beberapa spesialisasi bidang ergonomi
indera yang ada pada diri manusia. Lalu meliputi: ergonomi fisik, ergonomi
otak manusia tersebut akan berpikir secara kognitif, ergonomi sosial, ergonomi
cepat, dan kemudian akan memeberikan organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor
respon dengan aktivitas kerja tubuh baik lain yang terkait dengan analisa kesesuaian
merasakan pencahayaan, bau-bauan, antara faktor manusia dengan perangkat
kebisingan, temperatur, ataupun getaran kerja serta lingkungan di sekitarnya. Terkait
mekanis. Selain itu, otak manusia terdiri dengan hal tersebut, maka sesuatu yang
dari beberapa bagian yang mempunyai berkaitan dengan proses mental manusia,
fungsi masing-masing. Otak kiri berfungsi termasuk di dalamnya mengenai persepsi,
143
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ingatan,dan reaksi, sebagai akibat dari 1.2 Pembatasan dan Asumsi


interaksi manusia terhadap pemakaian
Agar penelitian lebih terarah dan
elemen sistem salah satu definisi dari fungsi
tujuan penelitian dapat tercapai maka
ergonomik, dipelajari di dalam ilmu
diperlukan suatu ruang lingkup yang tidak
ergonomi kognitif.kanan ini pula terletak
menyimpang dari tahapan-tahapan
kemampuan intuitif, kemampuan
pembahasan pada penelitian yang
merasakan, memadukan, dan ekspresi
dilakukan.
tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis
dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Berikut ini adalah batasan-batasan
masalah dari penelitian ini:
Dalam penelitian ini akan dilakukan
analisis perbedaan pola dominasi otak 1. Penelitian HBTS digunakan hanya
antara wisudawan Fakultas Teknik (FT) dan pada 60 (enam puluh) responden,
non Teknik (FISIP) Universitas Pasundan. sebagai sampel penelitian hasil dari
Penelitian ini dilakukan untuk melihat 30 responden yang berasal dari
apakah terdapat perbedaan dari populasi calon wisudawan FT dan 30
mahasiswa tersebut. Pada dasarnya Fakultas responden dari wisudawan non FT,
Teknik dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu dengan usia 20 tahun – 22 tahun.
Politik (FISIP) memiliki perbedaan pada 2. Penelitian dilakukan untuk
materi kuliah. Materi yang sehari-hari mengetahui dan menganalisa pola
dipelajari mahasiswa akan membentuk pola faktor kognisi calon wisudawan,
pikir terhadap mahasiswa itu sendiri. melalui metode HBTs dengan objek
Mahasiswa teknik memiliki karakter yang penelitian para calon wisudawan
cenderung lebih memahami urutan proses Universitas Pasundan periode
kerja dengan struktur baku. Adanya tugas wisuda gel.1 tahun 2017.
kuliah dan Selain dari faktor pelajaran yang 3. Pembahasan hanya terkait dengan
didapatkan di kampus, terdapat juga metode HBTs.
beberapa cara untuk mengetahui bagian
otak yang sering digunakan atau dominan 2. LANDASAN TEORI
digunakan, yaitu dengan dilihat dari 2.1 Pengertian Ergonomi
perlakuan sehari-hari atau kebiasaannya,
Istilah ergonomi mulai dicetuskan
atau dengan melakukan beberapa test yang
pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
sudah ada dengan kecanggihan teknologi
berkenan dengannya telah bermunculan
pada zaman sekarang ini. Misalnya dengan
puluhan tahun sebelumnya. Beberapa
melakukan test yang dikenal dengan
kejadian penting diilustrasikan sebagai
Human Brain Thinking Style’s (HBTS), di
contoh Thackrah adalah seorang dokter
dalam test assessment ini, seseorang akan
dari inggris yang meneruskan pekerjaan
dihadapkan kepada beberapa pernyataan
seorang Italia bernama Ramazzini, dalam
atau pertanyaan yang berkaitan dengan
serangkaian kegiatan yang berhubungan
stimulasi dominasi penggunaan otak kanan
dengan lingkungan kerjayang tidak
dan atau otak kiri. Hal ini sangat berkaitan
nyaman yang dirasakan oleh para operator
dengan salah satu fungsi dari ergonomi.
144
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ditempat kerjanya. Frederick W Taylor Cikal bakal ergonomi adalah pemanfaatan


adalah insinyur Amerika yang menerapkan dari sejumlah ilmu dasar yang mempelajari
metode ilmiah untuk menentukan cara manusia, seperti anatomi, fisiologi,
yang terbaik dalam melakukan suatu kedokteran, ortopedi, psikologi serta
pekerjaan. sosiologi. Ergonomi kemudian tubuh dan
berubah dengan pesat. Selain itu, ergonomi
Ergonomi juga digunakan oleh
dalam konteks perancangan banyak
berbagai macam ahli/profesional pada
memanfaatkan ilmu-ilmu rekayasa. Berikut
bidangnya misalnya: ahli anatomi,
ini adalah sebagian dari berbagai sub-
arsitektur, perancangan produk industri,
disiplin ergonomi. (Hardianto & Yaserli,
fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan,
2004).
psikologi, dan teknik industri. Selain itu
ergonomi juga dapat diterapkan untuk Antropometri, yaitu bidang yang
bidang fisiologi, psikologi, perancangan, mengkaji dimensi fisik tubuh manusia,
analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan termasuk usia, tinggi berdiri, bobot,
produk bagi wiraswastawan, manajer, panjang jangkauan lengan, tinggi
pemerintahan, militer, dosen dan duduk, dan lain sebagainya, data
mahasiswa. Penerapan ergonomi pada antropometri banyak dimanfaatkan
umumnya merupakan aktivitas rancang dalam perancangan produk, peralatan,
bangun (desain) ataupun rancangulang (re- serta tempat kerja.
desain). Hal ini dapat meliputi perangkat Biomekanika kerja, yaitu suatu bidang
keras seperti misalnya perkakas keija yang memfokuskan pada proses
(tools), bangku kerja (benches), platform, mekanika (gaya,momen, kecepatan,
kursi, pegangan alat kerja (workholders), percepatan, serta tekananan) yang
sistem pengendali (controls), alat peraga terjadi pada tubuh manusia, terkait
(displays), jalan/ lorong (acces ways), pintu dengan aktivitas fisik yang dilakukan
(doors), jendela (ruindows), dan Iain-lain. pekerja. Contoh penerapan bimekanika
Masih dalam kaitan dengan hal tersebut adalah dalam memahami bagaimana
diatas adalah bahasan mengenai rancang risiko cedera pada tulang belakang atau
bangun lingkungan kerja dalam memahami bagaimana proses
(workingenvironment), karena jika sistem terpeleset/ terjatuh dapat teradi.
perangkat kerasberubah maka akan berubah Fisiologi kerja, yaitu bidang ergonomi
pula lingkungan kerjanya. Ergonomi dapat yang mengkaji respons fungsi-fungsi
berperan pula sebagai desain pekerjaan tubuh (misalnya sistem
pada suatu organisasi, misalnya: penentuan kardiovaskular), yang terjadi saat
jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal bekerja. Aplikasinya dapat berupa
pergantian waktu kerja (shift kerja), penentuan besar beban kerja (energi
meningkatkan variasi pekerjaan, dan Iain- yang dikeluarkan) bila dibandingkan
lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai dengan kemampuan metabolik pekerja
desain perangkat lunak karena (misalnya kapasitas aerobik maksimal),
serta penentuan jadwal kerja-istirahat
2.2 Bidang-bidang Kajian Ergonomi

145
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

optimal yang meminimalkan stress dan kajian atas rancangan display maupun
kelelahan. kontrol yang cocok dengan
Human Information Processing dan karakteristik penggunanya. Contoh
ergonomikoginitif, yaitu bidang aplikasinya antara lain: penentuan jenis
ergonomi yang mempelajari bagaimana display(misalnya analog versus
manusia memproses informasi dari digital), display untuk mesin-mesin
lingkungannya, dimulai dari tahap industri, display dan kotrol pada kabin
mengindra adanya stimulus pesawat, maupu ATC (Air
danmempersepsikannya, sampai TrafficControler), dan lain-lain.
dengan mengambil keputusan dan Lingkungan kerja, yaitu bidang yang
melakukan tindakan yang diperlukan. mencobamemahami respons manusia
Bidang ini mempelajari proses terhadap lingkunganfisik kerja,
persepsi, mmengingat, pemberian termasuk kebisingan, temperatur,
perhatian, serta pengambilan pencahayaan, getaran, dan lain
keputusan. Bidang ini sangat sebagainya. Informasi yang diperole
bermanfaat, sebagai contoh, dalam dari bidang kajian ini dapat
memahami bagaimana seorang dimanfaatkn dalam menentukan,
operator mengartikan data yang contohnya, penempatan lampu
diberikakn oleh suatu display, dalam penerangan, lama waktu istirahat,
menentukan moda yang terbaik (lisan, dampak rotasi kerja, serta efek
tulisan, atau berupa gambar), dalam penggunaan alat pelindung diri.
menyampaikan informasi kritis kepada Ergonomi makro, berangkat dari
pengguna, atau dalam menentukan konsep sosio-teknologi, bidang ini
besarnya beban mental seorang merupakan suatu pendekata sistem
operator. dalam mengkaji kesesuaian antara
Human –computer interaction (HCI), individu, organisasi, teknologi, serta
yaitubidang ergonomi yang mengkaji proses interaksi yang terjadi.
dan merancang interaksi antara Tujuannya adalah tercapainya tujuan
pengguna dan sistem komputer, dengan organisasi secara efektif dan
salah satu tujuannya antara lain berkelanjutan melalui evaluasi
Meminimalkan kesalahan, organisasi kerja. Dengan demikian,
meningkatkan kinerja sistem operasi, perbaikan tidak difokuskan pada
serta meningkatkan kepuasan operator dan pekerjanya, namun lebih
pengguna. Dalam penerapannya, pada pada perancangan sistem secara
bidang ini dikaji rancangan perangkat keseluruhan sebagai upaya yang efisien
keras maupun lunak seperyi apa yang dalam mencapai tujuan organisasi.
disesuaikan dengan karakteristik Manfaat bidang ini antara lain berupa
(psikologis dan mental) dari para perbaikan sistem kerja yang bersifat
penggunanya. bottom-up, peningkatan quality of work
Display dan controls, yaitu bidang life,serta meminimasi biaya yang
ergonomiyang memiliki fokus berupa

146
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

terkait dengan implementasi teknologi dari proses belajar yang merupakan


baru. perpaduan antara faktor bawaan dan
lingkungan (sama halnya dengan fisik
2.3 Ergonomi Kognitif manusia juga perpaduan antara bawaan /
gen dan lingkungan, Istilah kognisi dalam
Ergonomi kognitif atau teknik kognitif
Bahasa Latin disebut cognoscere, artinya
adalah cabang muncul ergonomi yang
"untuk mengetahui", "untukmengkonsep"
menempatkan penekanan khusus pada
atau "untuk mengenali").
analisis proses-proses kognitif - misalnya,
diagnosis, pengambilan keputusan dan Evaluasi ergonomi merupakan studi
perencanaan - yang diperlukan operator tentang penerapan ergonomi dalam suatu
dalam industri modern. Ergonomi kognitif sistem kerja yang bertujuan untuk
adalah cabang dari ergonomi yang mengetahui kelebihan dan kekurangan
membahas tentang kerja mental penerapan ergonomi, sehingga didapatkan
manusia.manusia tidak hanya merupakan suatu rancangan keergonomian yang
reseptor pasif terhadap stimulus, pikiran terbaik: (Wignjosoebroto, 2008).
manusia secara aktif memproses informasi
yang diterima dan mengubahnya menjadi
2.4 Psikologi Kognitif
bentuk dan kategori-kategori tertentu.
Pengalaman, pembayangan, pemecahan Psikologi Kognitif merupakan salah
masalah, mengingat dan berpikir, semuanya satu cabang dari psikologi umum yang
merupakan istilah yang menjelaskan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala
tahapan-tahapan dari kognitif. Proses kehidupan mental atau psikis yang
kognitif dapat dianggap analog dengan berkaitan dengan cara manusia berfikir,
komputer, masukan informasi diproses seperti dalam memperoleh pengetahuan,
dengan berbagai cara (diseleksi, mengolah kesan yang masuk melalui
dibandingkan, dikombinasikan dengan penginderaan, menghadapi masalah atau
informasi lain yang telah ada dalam problem untuk mencari suatu penyelesaian,
ingatan, diubah bentuknya, disusun serta menggali dari ingatan pengetahuan
kembali, dsb), kemudian respon yang dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam
keluar tergantung sifat-sifat proses dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.
diri individu tersebut. Secara khusus Cabang ilmu psikologi ini khusus
ergonomi kognitif mempelajari nilai-nilai mempelajari gejala-gejala mental yang
kognitif dari pemakai benda produk. bersifat kognitif dan terkait dengan proses
belajar mengajar di sekolah, yang memiliki
Kognitif (kata sifat) atau kognisi (kata
hubungan erat dengan psikologi belajar,
benda) adalah proses-proses mental atau
psikologi pendidikan dan psikologi
aktivitas pikiran dalam mencari, menerima,
pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman
menemukan / mengetahui, mempersepsi,
tentang proses belajar tidak hanya
memahami, mempelajari, menalar,
menerangkan mengapa siswa berhasil
mengingat dan berpikir tentang suatu
dalam proses balajar, tetapi juga membantu
informasi. Kemampuan kognitif diperoleh
untuk mencegah terjadinya penyimpangan
147
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dalam prose situ dan sekali terjadi ingatan dan pembentukan konsep, bahasa,
kesalahan selama periode belajar, untuk perkembangan kognitif, penalaran,
mengoreksinya. pemecahan masalah dan kreativitas,
pembuatan keputusanintelegensi manusia,
Pada saat ini terdapat beberapa
dan intelegensi buatan, hubungan antara
pendekatan yang berbeda untuk
emosi atau suasana hati (mood) dengan
menjelaskan perkembangan kognitif.
proses kognitif manusia.
1.Teori Perkembangan Kognitif Neurosains
2.5 Human Information Processing (HIP)
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi
memungkinkan mengaitkan antara aktivitas Untuk menjaga agar interaksi
otak dan perilaku.Biologis menjadi dasar tersebut berjalan dengan baik maka
dari pendekatan ini untuk menjelaskan manusia harus selalu menangkap sinyal
perkembangan kognitif. informasi yang ada sebaik mungkin.
Ketidakmampuan manusia dalam
2. Teori Konstruksi Pemikiran Sosial
menangkap sinyal informasi yang ada dapat
Selain biologi, kontekssosial juga mengganggu proses interaksi yang ada dan
merupakan salah satu sudut pandang dari dapat membawa pada dampak negatif.
perkembangan kognitif. Perspektif ini Sebagai contoh adalah seorang pekerja
menyatakan bahwa lingkungan sosial dan yang bekerja di stasiun kerja dengan tingkat
budaya akan memberikan pengaruh terbesar kebisingan yang cukup tinggi. Karena
terhadap pembentukan kognisi dan tingkat kebisingan yang tinggi tersebut
pemikiran anak. Teori ini memiliki maka pekerja tidak dapat dengan jelas
implikasi langsung pada dunia pendidikan. menerima bunyi-bunyi lainnya seperti
Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak alarm kebakaran. Dari contoh tersebut
belajar secara aktif lebih baik daripada terlihat bahwa ketidakmampuan pekerja
secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya dalam menerima informasi yang
Lev Vygotsky, Albert Bandura, disampaikan melalui bunyi alarm tersebut
MichaelTomasello. membawa dampak negatif kepada pekerja
yang terkait.
1. Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya Salah satu pendekatan yang dapat
bahwa anak memiliki teori maupun skema digunakan untuk memahami interaksi
mengenai dunianya yang menjadi dasar manusia-mesin adalah dengan cara
kognisinya.Tokoh dari ToM ini diantaranya memodelkan bagaimana otak manusia
adalah Andrew N. Meltzoff . memproses informasi. Setidaknya ada 3
tahapan besar dalam memproses informasi,
Psikologi kognitif memiliki kawasan
yaitu:
studi yang sangat luas, mulai dari proses
kognitif paling sederhana sampai dengan 1. Memahami informasi apa yang diberikan
yang paling kompleks. Kawasan studi oleh lingkungan.
kognitif meliputi: persepsi, pencatatan 2. Memproses informasi tersebut pada
sensori, pengenalan pola, dan perhatin, tingkatan yang lebih tinggi, serta

148
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

3. Memberikan respons atas informasi banyak dimanfaatkan saat proses persepsi


tersebut. berlangsung. LTM berinteraksi dengan WM
bila diperlukan saat proses pengambilan
keputusan berlangsung. Secara teoritik,
inforamsi pada WM dapat hilang dan tidak
digunakan lebih lanjut atau disimpan pada
LTM (melalui suatu mekanisme tertentu)
untuk digunakan di masa mendatang.

Gambar 2.1 Sistem Informasi Manusia Penelitian yang dilakukan oleh


beberapa ahli psikologi menunjukkan
Secara konseptual, gambar di atas
bahwa working memory (WM) dan long-
menggambarkan rangkaian tahapan proses
term memory (LTM) pada dasarnya sama.
yang berjalan secara serial, diawali oleh
Namun, peneliti lain meyakini bahwa kedua
proses sensasi atas stimulus fisik yang
sistem ini berbeda, bisa jadi tidak memiliki
datang dari lingkungan. Stimulus fisik ini
penjelasan teoritis yang sama. (Atkinson
mengembangkan aktivitas saraf, yang bisa
dan Shiffin, 1968). Penelitian klasik
maupun tidak bisa diproses lebih lanjut.
mengenai working memory (WM)
Proses selanjutnya bersifat kognitif, proses
dijelaskan melaluimodel memori yang
ini mencakup persepsi dan pengambilan
diajukan oleh Atkinson dan Shiffiin. Pada
keputusan yang dibantu oleh proses
model ini, woking memory (WM) disebut
penyimpanan informasi (workingmemory
short-term memory (STM). Model ini
dan long-term memory). Proses
mendominasi penelitian mengenai memori
persepsimemahami apa yang merupakan
selama bertahun-tahun. Namun, sekarang
gabungan antara proses top-down, dimana
pengaruhnya mulai berkurang karena
stimulus dirasakan oleh indra kita, serta
mampu membedakan antara short-term
proses bottom-up di mana stimulus ingatan
memory (STM) dan long- term memory
jangka panjang (pengetahuan dan
(LTM) secara tegas.
pengalaman) membantu memberi arti atas
stimulus yang diperoleh.
Otak manusia memiliki karakteristik
yang sangat mengagumkan, yaitu dapat
menerima informasi dalam jumlah yang
sangat besar. Banyak hal dalam hidup kita
diterima dan direkam oleh otak. Pada model
HIP, informasi disimpan pada dua wilayah
yang berbeda yaitu working memory (WM) Gambar 2.2 Model Memori (Atkinson &
dan long-term memory (LTM). Working Shiffin)
memory (WM) digunakan dalam membantu
Berdasarkan model tersebut, syimuli
proses pengambilan keputusan, sedangkan
dari lingkungan, awalnya, akan masuk ke
long-termmemory (LTM) digunakan
sensory store, yaitu sistem penyimpanan
sebagai tempatpenyimpanan informasi yang
149
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

berkapasitas besar yang mencatat waktu dua detik kecuali bila diulang
informasi dari indra secara akurat (phonological loop), menyimpan
(terutama iconic memory dan echoic informasi spasial dan visual yang
memory). Informasi yang tersimpan pada berkaitan dengan dimensi ruang atau
sensory store dapat dengan mudah hilang. kedalaman (visuaspatial sketch pad),
Selanjutnya, informasi akan diteruskan mengintegrasikan informasi-informasi
menuju STM. Penyimpanan jangka pendek yang berasal dari atensi dan
ini berisi sejumlah kecil inforamsi yang perencanaan pengontrolan perilaku
digunakan secara aktif (working memory). (cetral executive), dan menyediakan
tempat penyimpanan sementara
Informasi verbal disandikan secara
informasi dari phonological loop,
akustik (sesuai bunyinya). Terakhir
visuaspatial sketch pad, dan cetral
informasi akan masuk ke LTM yang
executive yang dapat dikumpulkan dan
berkapasitas besar, berisi memori beberapa
dikombinasikan (episodic buffer).
detik terakhri sampai puluhan tahun silam.
c) Long-Term Memory, Long-term
a) Short-Term Memory, memori pada memory meliputi hal-hal mengenai
STM bersifat rapuh, dapat terlupa kemampuan mengingat seseorang
sebelum digunakan (tapi tidak serapuh dalam jangka panjang. Long term
memori di sensory store) dan akan memory biasanya terikat dengan
menghilang dalam 30 detik (kecuali proses pembelajaran yang dialami
jika diulang-ulang). Short term seseorang pengetahuan seseorang
memory meliputi hal-hal mengenai akan tersimpan dalam long term
seseorang dalam jangka pendek. Short memory. Pengetahuan umum
term memory dapat digambarkan seseorang tersimpan dalam long term
sebagai tempat penyimpanan memory.
sementara sejumlah informasi yang d) Memory Improvement, ada sejumlah
ada. Selain bersifat sementara, metode yang dapat digunakan untuk
kapasitas yang terdapat dalam short meningkatkan keampuan memori,
term memory ini juga terbatas. antara lain dengan memanfaatkan:
Kapasitas yang terbatas inilah yang
kemudian dapat menyebabkan - Visual imagery, dilakukan dengan
seseorang melakukan kesalahan. memanfaatkan mnemonics, yaitu
b) Working Memory, yaitu sistem yang strategi mengingat. Kemampuanmemori
terdiri atas empat komponen yang ditingkatkan dengan cara ,merujuk
menyimpan sementara dan kepada representasi mental dari objek
memanipulasi informasi ketika atau tindakan yang secara fisik
seseorang melakukan tugas kognitif. sesungguhnya tidak ada.
Keempat komponen terdapat pada
- Method Of Loci, merupakan metode
working memory adalah menyimpan
yangdilakukan dengan cara mengaitkan
suara dalam jumlah terbatas dan jejak
item yang akan dipelajari dengan lokasi
ingatan akan rusak dalam ukuran
fisik.
150
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

- Organization, metode yang 4 area, yaitu otak kanan bagian depan, otak
memafaatkanpemberian aturan dan pola kanan bagian belakang, otak kiri bagian
pada siatu objek yang tengah kita depan dan otak kiri bagian belakang seperti
pelajari. pada Gambar 2.5. Selain itu juga HBTS
- Exsternal memory aids, penggunaan didasari teori Hans Eysenck tentang
alat bantuyang bersifat eksternal untuk hubungan tingkat naluri kesadaran dengan
meningkatkan kemampuan alat sifat ekstrovert dan introvert.
mengingat.
Pembagian otak secara anatomi dan
- Practice, semakin banyak latihan
kemampuannya:
semakin banyakyang dapat diingat.
- Multimodal approach, memfokuskan - Otak kiri bagian depan (LAB) : Naruli
perhatianterhadap detail, memberi kompetitif.
penekanan yang lebih terhadap aspek - Otak kiri bagian belakang (LPB) :
semantik (makna) dan aspek emosional. Naluri memelihara dan menjaga.
-Metamemory, pengetahuan dan - Otak kanan bagian depan (RAB) :
kesadaaran tentang memoti yang Naruli perubahan.
dimiliki oleh diri sendiri. - Otak kanan bagian belakang (RPB)
: Naluri memberikan cinta atau kasih
Berikut merupakan gambar yang
sayang.
menunjukkan hubungan antara long
Menurut Eysenck, kepribadian adalah
term memory dan short term memory
jumlah total pola tindakan aktual atau
potensial organisme yang ditentukan oleh
hereditas dan lingkungan. Kepribadian itu
sendiri terbentuk dan berkembang melalui
adanya interaksi fungsional empat faktor
yaitu faktor kognitif(intelegensi), faktor
konatif (karakter), faktor afektif
(temperamen),dan faktor somatik
(konstitusi). Corak yang khas pada
Gambar 2.3 Hubungan Antara Long Term
pendapat Eysenck ini adalah kata “faktor
Memory Dan Short Term Memory
somatik”. Perhatian terhadap faktor
konstitusional ini muncul dari pengalaman
praktis, dimana dalam tugasnya, Eysenck
2.6 Human Brain ThinkingStyle’s (HBTS)
sering menggunakan tubuh sebagai variabel
Pelopor Human Brain Thinking Style’s kepribadian yang relevan. Eysenck juga
(HBTS) adalah Dr. Hung Bae Park dari meneliti tentang kecerdasan, meskipun ia
Korea Selatan, beliau merupakan Pakar tidak memasukkannya ke dalam dimensi
Kedokteran dan Kejiwaan. HBTS didasari kepribadian. Eysenck berpendapat bahwa
dari teori Carl Gustav Jung tentang teori kecerdasan berpengaruh penting dalam
kejiwaan mengenai kepribadian membagi kepribadian. Ia mencatat bahwa individu
otak secara anatomi dan fisiologis ke dalam dengan IQ 120 mempunyai kepribadian

151
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang lebih kompleks dibanding individu berupa angka. Mean adalah "Jumlah nilai-
dengan IQ 80. Eysenck berpendapat bahwa nilai dibagi dengan jumlah individu"
80 persen kecerdasan dipengaruhi oleh (Sutrisno Hadi; 1998).
faktor keturunan dan 20 persen dibentuk
Mean (rata-rata) merupakan suatu
dibentuk dari lingkungan.
ukuran pemusatan data. Mean suatu data
2.7 S t a t i s t i k a - Ukuruan Pemusatan juga merupakan statistik karena mampu
Data : Mean, Median dan Modus menggambarkan bahwa data tersebut
berada pada kisaran mean data tersebut.
Mean, Median, Modus sama-sama
Mean tidak dapat digunakan sebagai ukuran
merupakan ukuran pemusatan data yang
pemusatan untuk jenis data nominal dan
termasuk kedalam analisis statistika
ordinal.
deskriptif. Namun, ketiganya memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing- Median menentukan letak tengah
masing dalam menerangkan suatu ukuran data setelah data disusun menurut urutan
pemusatan data. Untuk tahu kegunaannya nilainya. Bisa juga nilai tengah dari data-
masing-masing dan kapan kita data yang terurut. Simbol untuk median
mempergunakannya, perlu diketahui adalah Me. Dengan median Me, maka 50%
terlebih dahulu pengertian analisis statistika dari banyak data nilainya paling tinggi
deskriptif dan ukuran pemusatan data. sama dengan Me, dan 50% dari banyak data
Analisis Statistika deskriptif merupakan nilainya paling rendah sama dengan Me.
metode yang berkaitan dengan penyajian Dalam mencari median, dibedakan untuk
data sehingga memberikan informasi yang banyak data ganjil dan banyak data genap.
berguna. Upaya penyajian ini dimaksudkan Untuk banyak data ganjil, setelah data
untuk mengungkapkan informasi penting disusun menurut nilainya, maka median
yang terdapat dalam data ke dalam berntuk adalah data yang terletak tepat di tengah.
yang lebih ringkas dan sederhana yang pada Modus adalah nilai yang sering muncul.
akhirnya mengarah pada keperluan adanya Jika kita tertarik pada data frekuensi,
penjelasan dan penafsiran (Aunudin, 1989). jumlah dari suatu nilai dari kumpulan data,
maka kita menggunakan modus. Modus
Deskripsi data yang dilakukan
sangat baik bila digunakan untuk data yang
meliputi ukuran pemusatan dan penyebaran
memiliki sekala kategorik yaitu nominal
data. Ukuran pemusatan data meliputi nilai
atau ordinal. Dalam Statistik, modus
rata-rata (median), modus, median dan
digunakan untuk menyatakan fenomena
quartil. Sedangkan ukuran penyebaran data
yang paling banyak terjadi.
meliputi ragam (variance) dan simpangan
baku (standard deviation).

Mean adalah nilai rata-rata dari 3. KERANGKA PEMECAHAN


beberapa buah data. Nilai mean dapat MASALAH
ditentukan dengan membagi jumlah data Secara garis besar diagram alir
dengan banyaknya data. Mean adalah (flowchart) dibawah ini menunjukan
sebuah rata-rata dari data yang diperoleh langkah-langkah dari penelitian pada

152
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

test Human Brain Thinking Gambar 3.2 Model Perumusan Masalah


Style(HBTS).
4. HASILPENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan adalah data
yang merupakan hasil jawaban
responden yang telah melakukan test
Human Brain Thinking Style’s (HBTS)
di Laboratorium Human Brain
Thinking Style’s (HBTS) Fakultas
Teknik Universitas Pasundan.
Pengumpulan data berupa hasil atau
result dari HBTS. Test HBTS terdiri dari
2 bagian, bagian pertama adalah bagian
yang akan menggambarkan karakteristik
pada masa kanak-kanak dan remaja,
sedangkan pada bagian ke dua
menggambarkan karakteristik otak
dominan pada masa dewasa. Setelah
diketahui hasil test tersebut maka
selanjutnya adalah melakukan
pengolahan data.
4.1.1 Laporan hasil (Result) test HBTS
Berikut ini adalah contoh data hasil
test HBTS terhadap salah satu responden
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan dari Fakultas Teknik (FT) dan responden
Masalah dari Fakultas Non teknik (FISIP). Hasil
ini berdasarkan jawaban-jawaban yang
diberikan responden pada saat
melakukan test HBTS kemudian
software tersebut akan menampilkan
hasil akhir berupa nilai-nilai yang
menunjukan seberapa besar bagian-
bagian otak pada diri yang bersangkutan
digunakan oleh pemiliknya sehingga
menggambarkan adanya suatu karakter
yang ditimbulkan dari dominasi otak
tersebut.
153
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Responden Dari Calon Wisudawan otak kanan belakang. Berdasarkan


Fakultas Teknik referensi psikologi, Manusia yang
menggunakan otak kiri belakang memiliki
kelebihan yaitu: tekun, akurat, konsisten,
praktis, realitis, stabil, terencana,
terorganisir, teliti, tanggung jawab, dan
dapat dipercaya secara emosional
mengarah pada simpati dan hubungan
dengan orang-orang.
Responden Dari Calon Wisudawan
Fakultas
FISIP

Nama/NRP : Reky Asprilia/


122050022
Nama/NRP : Billy Salim Sudiro
/123060025

Gambar 4.2 Hasil HBTS salah satu Calon


Wisudawan Fakultas Ilmu Sosial dan
Gambar 4.1 Hasil HBTS salah satu Politik
Calon Wisudawan Fakultas Teknik
Gambar di atas menjelaskan bahwa : Gambar di atas menjelaskan bahwa :
Berdasarkan Hasil dari test HBTS calon
Berdasarkan hasil test calon wisudawan tersebut, terlihat bahwa calon
wisudawan tersebut didapatkan bahwa
mahasiswa tersebut mengalami perubahan
terdapat perbedaan dominasi otak pada
pada pola dominan otak. Pada saat remaja
saat anak-anak/remaja dan pada saat
dewasa (saat ini), dominasi otak saat anak- calon wisudawan tersebut lebih dominan
anak/remaja berada pada otak kanan otak kiri dan pada saat dewasa (saat ini)
belakang dan pada saat dewasa (saat ini) calon wisudawan lebih dominan otak
berada pada otak kiri bagian belakang. kanan. Berdasarkan pemahaman psikologis,
Nilai-nilai tersebut didapatkan dari hasil bahwa orang yang terlahir dengan dominasi
jawaban-jawaban yang di isi pada saat otak pada area ini menyukai hal yang
pengisian kuisioner tersebut. Karena nilai berhubungan dengan mekanik, sesuatu
pada otak kanan belakang lebih besar maka dengan tujuan yang jelas dan tidak
wisudawan tersebut lebih dominan pada
membuang waktu serta pintar
154
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

berargumentasi sehingga tipe ini


diuntungkan pada sistem yang
membutuhkan hasil kuantitatif dalam
kemampuan berbahasa. Akan tetapi, tipe ini
memiliki rasa kompetitif yang kuat ketika
ada kecenderungan mengarah pada hal yang
menguntungkan diri sendiri sehingga bisa sebesar 46,7%. Terlihat bahwa dominasi
dianggap egois oleh orang lain. Dan otak otak untuk calon wisudawan FT cukup
kanan bagian depan adalah kemampuan dominan pada posisi otak kiri belakang
spasial dan bisa berubah jika diperlukan pada saat anak-anak/remaja dan dewasa
perubahan. (saat ini).
Orang yang terlahir dengan dominasi otak Kelompok calon wisudawan Fakultas Ilmu
area ini unggul dalam mengembangkan Sosial dan Politik
prinsip yang tidak tampak dalam hubungan
Tabel 4.12 Analisis statistik dominasi otak
timbal balik atau kemampuan kreatif untuk
wisudawan FISIP
mengkombinasikan hal yang sudah ada lalu
menghasilkan yang baru. Selain itu, tipe ini Hasil mode analysis dari dominasi otak
bisa melihat secara simultan, intuitif dan wisudawan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
mendalam, unggul dalam hal kreatif dan menunjukkan bahwa otak kanan belakang
seni serta memiliki rasa ingin tahu yang lebih mendominasi para wisudawan pada
tinggi. profil anak-anak/remaja dengan persentase
sebesar 56,67% dan pada profil dewasa
4.2 Analisis Statistik (Mode Analisis) (saat ini) dominasi otak berada pada otak
Kelompok calon wisudawan Fakultas kanan depan dan otak kiri belakang dengan
Teknik persentase sebesar 26,7%.
Tabel 4.11 Analisis Statistik Dominasi Otak
5. Kesimpulan dan Saran
Wisudawan FT
6. 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
pengolahan data, serta analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini di dapat
kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses kognitif merupakan proses


manusia, ketika memperoleh
Setelah dilakukan pengolahan data
pengetahuan tentang apa yang ada di
menggunakan Mode Statistic dapat dilihat
sekitarnya, dengan aktivitas yang
bahwa pada saat anak-anak/remaja dan
dilakukan manusia seperti berpikir,
dewasa dominasi otak kiri belakang untuk
menalar dan memecahkan masalah.
calon wisudawan FT lebih dominan dengan
Sistem HumanBrain Thinking Style’s
persentase score pada saat anak-anak/
(HBTS) ini merupakansalah satu
remaja sebesar 40% dan pada saat dewasa
proses kognitif yang dilakukan oleh
155
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

responden yang melakukan test HBTS 3. Berdasarkan pengolahan dan analisis


tersebut. Salah satu metode kinerja data dapat disimpulkan bahwa
otak manusia adalah dengan terdapat pengaruh yang kuat antara
merasakan sensor dari fasilitas kerja pola dominasi otak dengan proses
atau metode kerja yang dia rasakan pembelajaran di lingkungan kampus.
dengan mengandalkan beberapa indera Hal tersebut dapat dilihat dari analisis
yang ada pada diri manusia. Lalu otak statistik yang menunjukkan bahwa
manusia tersebut akan berpikir secara adanya perubahan dominasi otak pada
cepat, dan kemudian akan memberikan saat anak-anak/remaja dan dewasa
respon dengan aktivitas kerja tubuh (saat ini). Pada kelompok calon
baik merasakan pencahayaan, bau- wisudawan Fakultas Teknik
bauan, kebisingan, temperatur, berdasarkan mode analisis terbukti
ataupun getaran mekanis. Dilihat dari bahwa calon wisudawan dominan
hasil test calon wisudawan dapat pada otak kiri dan pada wisudawan
disimpulkan bahwa adanya perbedaan non teknik (fisip) berada pada
pola dominasi otak antara calon dominasi otak kanan. Pengaruh
wisudawan Fakultas Teknik dengan tersebut juga dapat dilihat pada grafik
Faukltas Ilmu Sosial dan Politik. hal perbandingan “perasan terhadap
tersebut selain dipengaruhi oleh faktor rutinitas” dan “perbandingan terhadap
lingkungan juga dapat dipengaruhi study”.
melalui proses pembelajaran yang Pada grafik tersebut terdapat nilai
didapatkan calon wisudawan selama positif dan negatif yang menunjukkan
kuliah. apakah calon wisudawan
2. Kognisi mengacu pada proses mental. tersebut menyukai aktivitas yang
Proses ini meliputi perhatian, dilakukannya saat ini atau tidak. Hasil
mengingat, produksi dan pemahaman perbandingan tersebut didapatkan
bahasa, pemecahan masalah, dan berdasarkan pertanyan dan pernyataan
membuat keputusan. Kognisi, atau yang terdapat pada saat test HBTS.
proses kognitif, bisa alami atau buatan, Jika menunjukkan hasil positif dapat
sadar atau tidak sadar. Dalam dunia diartikan bahwa calon wisudawan
industri ada beberapa faktor pokok tersebut merasa nyaman atau cocok
yang dapat membantu suatu industri dengan kondisi rutinitas dan study
menjadi lebih baik dan lebih maju yang telah dijalaninya dan jika
salah satunya adalah tenaga kerja. Test menunjukkan hasil yang negatif dapat
HBTS akan memberikan infomasi diartikan bahwa calon wisudawan
mengenai pola dominasi otak pada saat tersebut merasa tidak nyaman dengan
anak-anak/remaja dan dewasa (saat keadaan rutinitas dan study yang
ini). Hasil tersebut dapat digunakan dijalaninya. Pada grafik calon
oleh para calon wisudawan dalam wisudawan Fakultas Teknik dan
menentukkan pilihan profesi/pekerjaan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik dapat
dilihat bahwa sebagian besar calon

156
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

wisudawan memiliki nilai yang positif 5. Glass.A.L and Holyoak.K.J. (1986).


dan dapat disimpulkan bahawa Cognition. Second Edition. Mc
sebagian besar calon wisudawan Graw-Hill International, Aucland.
tersebut “merasa nyaman atau cocok 6. Iridiastadi, Hardianto, dan
dengan rutinitas dan studyyang Yassierlie (2004). Ergonomi Suatu
dijalaninya”. Pengantar.
7. Kartilago. (2014). Psikologi Industri
8. Manuaba, A. (2000). Ergonomi
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Keselamatan Kerja.
1. Aunudin. (1989). Analisis Data: 9. Mason, R.D & Douglas A. Lind.
Institut Pertanian Bogor. Bogor 1999. Teknik Statistik Untuk Bisnis
2. Bandung: Teknik Industri Bandung dan Ekonomi, Jilid 2. Jakarta:
3. Buku Panduan Mahasiswa Baru Penerbit Erlangga
Universitas Pasundan Fakultas 10. Pola PIkir Otak Manusia Analisis
Teknik, 2013. Hasil Evaluasi Kelompok Dewasa.
4. Buku Panduan Mahasiswa Baru (2017). Human Brain Institute.
Universitas Pasundan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik, 2014.

157
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS PENGARUH KATEGORI USIA, KEPADATAN LALU


LINTAS DAN GENRE MUSIK TERHADAP PERILAKU
PENGENDARA MOBIL DENGAN MENGGUNAKAN
DRIVINGSIMULATOR

Erlinda Muslim1, Boy Nurtjahyo Moch2, Maria Helena Lado3, Rolando4, Desica
Nur Adimia5
1,2
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 3,4,5Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Kampus Baru-Depok Email: tiui@ie.ui.ac.id

Abstrak
Mengendarai mobil merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan fluktuasi beban
mental. Ada banyak faktor, baik internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi
beban kerja mental sehingga berpengaruh pada perilaku pengendara mobil. Dalam
rangka mengetahui pengaruh tersebut, maka penelitian ini ingin mengetahui
signifikansi dari faktor kategori usia, kepadatan lalu lintas, dan genre musik terhadap
perilaku pengendara dengan metode MANOVA, dilihat dari performa pengendara
(tingkat pelanggaran, kecepatan dan frekuensi pengereman) dengan menggunakan
Driving Simulator dan aspek subjektif, yaitu Driver Behaviour Questionnaire (DBQ).
Selain itu, penelitian ini juga mencari genre musik (pop, jazz dan rock) yang
memberikan perbedaan paling signifikan terhadap perilaku pengendara dengan
menggunakan Post Hoc Test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga faktor
utama berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengendara. Genre musik jazz
menghasilkan jumlah pelanggaran, kecepatan dan frekuensi pengereman paling rendah,
sehingga dapat dikatakan bahwa genre musik jazz merupakan genre musik yang
memberikan perbedaan paling signifikan dibandingkan dengan pop dan rock.
Kata kunci: Perilaku Pengendara, Driving Simulator, MANOVA, Post Hoc Test

Latar Belakang (Kementerian Perindustrian, 2015).


Menurut penelitian yang telah dilakukan
Adanya pertumbuhan ekonomi di
Kementerian Perindustrian, angka ini
Indonesia turut mendorong peningkatan
diperkirakan akan terus meningkat
daya beli masyarakat pada industri
hingga diprediksi pada tahun 2017
otomotif, terutama mobil sebagai
mencapai angka 2 juta unit.
kendaraan pribadi. Pada tahun 2013,
penjualan mobil penumpang di Indonesia Salah satu fitur pendukung yang
meningkat 10% dari tahun sebelumnya, paling sering digunakan saat mengemudi
atau mencapai 1,23 juta unit mobil adalah audio player. Hampir 86%

158
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengemudi mobil pribadi menggunakan mengemudi melebihi batas kecepatan,


audio player untuk mendengarkan musik merupakan pelanggaran yang disebabkan
ketika berada dalam kondisi mengemudi oleh perilaku pengendara sehingga dapat
yang monoton. Musik menjadi stimulus berakibat fatal bagi pengemudi dan
auditori yang akan mempengaruhi beban pengguna jalan lainnya. Menurut Dinas
kognitif pengendara mobil. Menurut Perhubungan Jakarta tahun 2014, jumlah
Brodsky (2002), musik dengan tempo pelanggaran lalu lintas kendaraan roda
yang tinggi akan meningkatkan empat per tahun mencapai 263.692
kecepatan dan tingkat pelanggaran lalu pelanggaran, dengan persentase
lintas. pelanggaran mobil penumpang sebesar
77%.
Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Institut Teknologi Faktor yang berkontribusi besar
Nasional (Itenas) Bandung tahun 2014, terhadap terjadinya pelanggaran lalu
mengemudi mobil sambil mendengarkan lintas adalah faktor umur sebagai tolak
musik dapat meningkatkan kewaspadaan ukur perilaku saat mengendarai mobil.
seseorang dibandingkan saat tidak Fajri Ahmad (2008) mengatakan bahwa
mendengarkan musik. Peneliti dari usia berpengaruh terhadap terjadinya
University ofGroningen Belanda, pelanggaran lalu lintas. Menurut data
berpendapat bahwamendengarkan musik Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya
genre apapun saat mengemudi mobil tahun 2014, jumlah pelanggaran lalu
tidak memberikan efek negatif pada lintas pada usia produktif (17-35 tahun)
kemampuan mengemudi. Sementara itu, mencapai 70%, sisanya terjadi pada usia
menurut penelitian yang telah dilakukan dewasa (diatas 35 tahun).
oleh Warren Brodsky, Ben-
Faktor usia memiliki hubungan
GurionUniversity of Negev, Department
langsung dalam mempengaruhi perilaku
of Arts, Israel remaja yang
pengendarai mobil. Menurut Kahnehman
mendengarkan musik favorit saat
(1973) dalam Seunhee Hong (2011),
mengemudi berisiko tinggi mengalami
pengendara usia dewasa kurang mampu
kecelakaan karenadapat mengganggu
membagi perhatian dan kurang responsif
kemampuan motorik yang dibutuhkan
terhadap bahaya. Pengendara usia
pengemudi. Musik dapat mendistraksi
dewasa juga lebih cenderung berkendara
atau mengganggu konsentrasi
dengan kecepatan rendah. Di sisi lain,
pengemudi remaja sehingga cenderung
pengendara usia produktif lebih agresif
melanggar peraturan lalu lintas.
dan reaktif terhadap bahaya, namun
Ada dua hal utama yang berkaitan kurang fokus dan perhatiannya lebih
dengan terjadinya pelanggaran lalu lintas mudah terbagi (Neuman et al., 2003).
(Nagayama, 1989), yaitu perilaku
Mengendarai mobil merupakan
pengendara dan situasi lalu lintas.
suatu kegiatan kompleks yang
Pelanggaran lalu lintas, seperti
melibatkan fluktuasi beban mental
membelok tanpa memberikan tanda dan
(Balwin & Coyne, 2003 ; Verwey,
159
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

2000). Kondisi lalu lintas yang ramai (speed), tingkat pelanggaran (violations)
memberikan tantangan yang lebih besar dan frekuensi pengereman (brake-
daripada lalu lintas yang lengang. response), serta pengukuran subyektif
Peningkatan kepadatan lalu lintas juga pengendara dengan menggunakan
membuat kegiatan mengendarai mobil kuesioner.
menjadi lebih kompleks. Kepadatan lalu
Metode Penelitian
lintas yang meningkat akan
mempengaruhi kondisi psikologis dan Penelitian ini menggunakan
menuntut proses adaptasi yang timbul DrivingSimulator yang terdiri dari City Car
dari dalam diri individu baik secara Driving Software dan Logitech Driving
emosional maupun perilaku. Wheel G27, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 1. CityCar Driving Software
Menurut Hoedemaeker (2002),
merupakan simulasipermainan mengendarai
beban pengendara saat mengendarai
mobil dengan tampilan 3D secara nyata dan
mobil dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
mirip dengan aslinya. Logitech Driving
visual workload, motorworkload, dan
Wheel G27 ini merupakan steering wheel
mental workload. Beban mental(Mental
yang terdiri dari setir, pedal danperseneling
workload) melibatkan banyak proses,
dan didesain sebagai alat yang digunakan
termasuk proses neurofisiologis, persepsi
untuk melakukan simulasi mengendarai
dan kognitif (Baldwin & Coyne, 2003),
mobil.
atau dapat juga disebut sebagai
kemampuan dalam memproses suatu
informasi saat melakukan suatu kegiatan.
Beban kerja mental mempengaruhi
pengendara mobil dalam berperilaku di
jalan raya. Usia dan pengalaman
pengendara menjadi faktor penting yang
dapat mempengaruhi beban kerja mental
(a) (b)
sehingga berpengaruh pada perilaku
pengendara mobil.

Oleh karena itu, perlu dilakukan Gambar 1. Driving Simulator.


penelitian untuk melihat pengaruh genre
1) City Car Driving Software, (b)
musik terhadap perilaku pengendara pria
Logitech Driving Wheel G27
untuk kategori mobil penumpang
pribadi. Selain itu juga untuk
mengetahui genre musik yang Pengaturan pada City Car Driving
memberikan pengaruh paling signifikan Software dibatasi pada rute jalan Modern
terhadap pengaruh perilaku pengendara District, kondisi cuaca Clear, dan waktu
pada kategori usia produktif dan dewasa. Daytim. Pengaturan rute jalan Modern
Pengukuran performa pengendara District dipilih karena rute jalan tersebut
menggunakan parameter kecepatan merupakan jalan raya yang biasa

160
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

digunakan di kota besar dan bukan jalan


tol sehingga sesuai untuk menilai
perilaku pengendara mobil.
Pengaturan mobil pada City Car
DrivingSoftware berjenis kopling atau Tabel 1. Data Responden
manual (bukan matic) dan posisi kemudi
No. Kode Responden Usia Pekerjaan
berada pada sisi kananmobil. Pemilihan
pengaturan mobil ini dilakukan karena
1 DPP01 21 tahun Mahasiswa
mobil manual membutuhkan beban
mental dan konsentrasi yang lebih besar 2 IPP02 21 tahun Mahasiswa
dibandingkan dengan mobil matic
sehingga akan lebih sesuai dalam 3 NPP03 22 tahun Mahasiswa
mengukur perilaku pengendara. Posisi
kemudi berada disisi kanan mobil karena 4 RPP04 23 tahun Mahasiswa
disesuai dengan kondisi mobil yang
biasa digunakan di Indonesia. 5 GPP05 23 tahun Mahasiswa

Responden penelitian terdiri dari 10 6 FPD01 37 tahun Pekerja


pria, dimana 5 orang responden
merupakan mahasiswa Teknik Industri 7 APD02 35 tahun Pekerja
Universitas Indonesia dan 5 orang
responden lainnya merupakan pekerja. 8 UPD03 50 tahun Pekerja
Data pribadi responden dapat dilihat
pada Tabel 1. 9 MPD04 50 tahun Pekerja

Pemilihan kriteria responden 10 OPD05 49 tahun Pekerja


didasarkan pada kepemilikan Surat Ijin
Mengemudi (SIM) A dan kemampuan
mengendarai mobil manual dalam Terdapat tiga faktor yang akan diuji
kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam penelitian ini sebagai variabel
responden juga tidak mengetahui setiap independen, yaitu kategori usia, genre
lagu yang didengarkan dalam proses musik, dan kepadatan lalu lintas. Kategori
pengambilan data. Lagu-lagu yang usia dibagi menjadi 2 level, yaitu pria
digunakan dalam proses pengambilan produktif yang berusia 17-35 tahun dan
data terdiri dari tiga genre, yaitu Pop, pria dewasa yang berusia 35-60 tahun.
Rock, dan Jazz. Agar lagu yang Genre musik dibagi menjadi 3 level, yaitu
digunakandalam proses pengambilan Pop, Rock, dan Jazz. Kepadatan lalu lintas
data homogen, maka genre lagu dibagi menjadi 2level, yaitu kepadatan
disesuaikan dengan BPM (Beat Per lalu lintas lengang (30%) dan kepadatan
Minutes). Genre musik Jazz (70-100 lalu lintas ramai (70%).
BPM), Pop (100-130 BPM), dan Rock
(130-160 BPM).
161
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dengan menggunakan Design transisi untuk responden istirahat,


ofExperiment, maka setiap responden mengumpulkan kuesioner, mencatat
melakukanenam kombinasi keadaan hasil serta menyiapkan kondisi untuk
sebagai berikut: kombinasi selanjutnya. Alur
pengambilan data secara ringkas dapat
1. Berkendara mendengarkan musik
Pop pada lalu lintas lengang (A).
2. Berkendara mendengarkan musik
Jazz pada lalu lintas lengang (B).
3. Berkendara mendengarkan musik
Rock pada lalu lintas lengang (C).
4. Berkendara mendengarkan musik
Pop pada lalu lintas ramai (D).
5. Berkendara mendengarkan musik
Jazz pada lalu lintas ramai (E).
6. Berkendara mendengarkan musik
Rock pada lalu lintas ramai (F).

Pengambilan data per kombinasi


dilakukan dengan total waktu 240
menit atau 4 jam. Responden masuk
ke dalam ruangan Ergosems dan
menempati tempat yang telah Uji kecukupan data ini dibuat dengan
disediakan. Responden melakukan menggunakan Minitab 16. Uji kecukupan
adaptasi terhadap drivingsimulator data ini masing-masing dapat dilihat pada
selama 20 menit. Lalu, untuk 5 Gambar 2, 3 dan 4.
menitpertama merupakan waktu
istirahat bagiresponden dengan Tabel 1. Alur Pengambilan Data
lingkungan tanpa kontrol, dimana
responden bebas untuk melakukan Aktivitas per Kombinasi
aktivitas apapun dan boleh beranjak
dari tempat duduk. Selanjutnya,
responden melakukan simulasi 10 20 menit
berkendara dengan menggunakan
30 menit 5 menit
driving simulator selama 30 menit,
sambilmendengarkan musik sesuai menit
dengan kombinasi yang telah diacak
(random) terlebih dahulu. Setelah itu,
responden melakukan pengisian Transisi Adaptasi Simulasi Pengisian
Driver Behaviour Questionnaire
BerkendaraKuesioner
(DBQ) selama5 menit. Akhirnya, 10
menit digunakan sebagai waktu
162
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 2 .Uji Normalitas Data


Performa
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa
Terdapat tiga variabel dependen
data melewati uji normalitas. Dimana p-
yang akan diukur dalam pengambilan
value dari residual data violations, speed,
data ini, yaitu violations (tingkat
dan brake-response memiliki nilai yang
pelanggaran), speed (kecepatan), dan
lebih besar dariα(0.05) dan data telah
brake-response (frekuensi pengereman).
tersebar secara merata (tidak ada outliers).
Ketiga variabel tersebut akan diukur
real time saat responden melakukan
simulasi berkendara mobil dan
ditunjukkan langsung dari City Car
Driving Software.
Selain perangkat-perangkat
pengukuran yang telah dijelaskan
sebelumnya, perilaku pengendara
responden juga akan diukur dengan
menggunakan pendekatan subjektif
dengan menggunakan Driver Behaviour
Questionnaire (DBQ). Untuk
mengetahui korelasi atau hubungan
antara pendekatan subjektif dengan
performa digunakan korelasi Pearson
Gambar 3. Uji Independen Data
ProductMoment.
Performa
Hasil
Uji Kecukupan Data Dari Gambar 3, dapat dilihat bahwa
plot residual terhadap urutan
Setelah melihat data responden,
pengambilan data masing-masing
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
menunjukkan bahwa data dalam plot
menguji kecukupan data-data. Dimana
tersebar secara acak. Sesuai dasar
langkah-langkah uji ini yaitu uji normal,
statistik bahwa jika data tersebar secara
uji independen, dan uji homogenitas.
acak, maka data bersifat independen. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada
kolerasi antar residual dari data yang
dikumpulkan.

163
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

frekuensi pengereman (brake-response)


sebagai variabel dependen.
Dari data yang telah diolah, maka
akan didapatkan hasil terhadap uji
homogenitas matriks varian atau covarian
dari variabel dependen. Uji homogenitas
matriks varian atau covarian dapat dilihat
dari hasil uji Box seperti pada Tabel 3.
Terlihat bahwa nilai uji Box adalah 101,694
dan nilai F test sebesar 1,048 dengan
tingkat signifikansi 0,374. Hal ini berarti
hasil uji Box signifikan, dapat dilihat dari
besar tingkat signifikansi yang lebih besar
dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa
matriks varian atau covarian dari variabel
dependen sama (homogen).

Gambar 4. Uji Homogenitas Data


Performa
Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa
plot residual terhadap data yang
dikumpulkan dari hasil pengukuran telah
tersebar secara acak (tidak memiliki pola
tertentu). Sesuai dasar teori bahwa jika data
tersebar secara acak, maka data bersifat
homogen. Hal ini menunjukkan bahwa data
yang dikumpulkan semuanya melewati uji
homogenitas.

Tabel 3. Box's Test of Equality of Covariance


Uji MANOVA
Setelah melewati uji kecukupan data
maka data selanjutnya dengan MANOVA
pada SPSS 17. Uji MANOVA ini
digunakan untuk mengetahui signifikansi
pengaruh kategori usia, genre musik dan
kepadatan lalu lintas sebagai variabel
independen terhadap perilaku pengendara
yang dilihat dari tingkat pelanggaran
(violation), kecepatan (speed), dan Tabel 4. Multivariate Test

164
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 4 menunjukkan uji


multivariat yang digunakan untuk
menguji apakah setiap faktor
mempengaruhi variabel independen.
Pada penelitian ini, digunakan Wilk
Lambda sebagai uji signifikansi
multivariat karena terdapat lebih dari dua
variabel dependen.

Hasil uji multivariat


menunjukkan bahwa kategori usia, genre
musik, dan kepadatan lalu lintas
memiliki nilai signifikansi dibawah α
(0.05). Hal ini berarti menunjukkan Tabel 5. Multivariate Comparisson
adanya hubungan yang signifikan antara
Korelasi Pearson
kategori usia, genre musik, dan
kepadatan lalu lintas terhadap variabel Untuk mengetahui korelasi data
independen yaitu violations, speed, dan antara data performa dengan DBQ
brake-response. Namun, untuk interaksi (Driver Behaviour Questionnaire) yang
antara ketiga variabel dependen mengindikasikan perilaku pengendara,
menunjukkan hubungan yang tidak maka dilakukan uji Pearson Product
signifikan. Moment. Hasil uji korelasi dapat dilihat
pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8.
Post-Hoc Test
Tabel 6. Correlation DBQ
Untuk mengetahui perbedaan rata- denganViolations
rata dari variabel independen yang memiliki
hubungan signifikan dengan ketiga variabel Violation DBQ
dependen, yaitu genre musik, maka
dilakukan Post Hoc Test dengan Pearson
menggunakan uji Tukey HSD. Dari hasil Violation Correlation 1 .308
yang ditunjukkan pada Tabel 5, dapat Sig. (2-tailed) .017
dilihat dari nilai signifikansi bahwa terdapat N 60 60
perbedaan antara ketiga genre musik pada
variabel violations, speed dan brake- Pearson
response. DBQ Correlation .308 1
Sig. (2-tailed) .017
N 60 60

Tabel 7. Correlations DBQ denganSpeed


165
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Violation DBQ response), juga didukung oleh penelitian


Pearson sebelumnya (Hong, S., et al, 2013).
Speed Correlation 1 .266* Penelitian tersebut mengatakan bahwa
Sig. (2-tailed) .040 pengendara usia dewasa lebih sulit
N 60 60 membagi perhatian mereka saat
berkendara bila dibandingkan dengan
Pearson pengendara usia produktif. Sehingga
DBQ Correlation .266* 1 respon mereka kurang reaktif terhadap
Sig. (2-tailed) .040 bahaya, dan menghasilkan perbedaan
N 60 60 yang signifikan pada frekuensi
pengereman antar kategori usia.
Pengendara usia produktif
Tabel 8. Correlations DBQ cenderung lebih agresif sehingga mereka
denganBreak- Response akan berkendara dengan kecepatan tinggi
dan lebih sering melanggar peraturan
Violation DBQ lalu lintas. Yeoh Sok Foon (2009)
mengatakan bahwa pengendara usia
Break-Response Pearson dewasa telah mengalami penurunan
Correlation 1 .348** fungsi fisiologis pada tubuhnya sehingga
Sig. (2-tailed) .006 mereka akan cenderung berhati-hati dan
N 60 60 berkendara dengan kecepatan rendah.

Hasil pengolahan faktor utama


Pearson kepadatan lalu lintas pada penelitian ini
DBQ Correlation .348** 1 juga sesuai dengan penelitian
Sig. (2-tailed) .006 sebelumnya (Lazarus dan Cohen, 1977).
N 60 60 Lalu lintas yang ramai merupakan salah
satu stressor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologis
Pembahasan
sehingga dapat menurunkan
Dari hasil pengolahan data, dapat performa pengendara. Lazarus
dilihat bahwa ketiga faktor (kategori menyatakan bahwa kondisi lingkungan
usia, kepadatan lalu lintas dan genre secara kognitif yang dalam hal ini yaitu
musik) berpengaruh signifikan secara berupa situasi kemacetan, dengan
statistik terhadap variabel dependen kesesakan dan keramaian yang sangat
(jumlah pelanggaran, kecepatan dan padat serta polusi udara ataupun suara
frekuensi pengereman). yang berupa kebisingan dinilai sebagai
sebuah ancaman yang kemudian
Temuan tentang pengaruh
mempengaruhi perilaku individu yang
kategori usia terhadap perilaku
berada di tengah kemacetan tersebut,
pengendara yang diukur dengan
terjadi pula perubahan mood atau
performa (violations, speed, dan brak
166
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

suasana hati yang melibatkan aspek dan mengakibatkan 75-95% terjadinya


emosional dan menyebabkan timbulnya pelanggaran lalu lintas. Musik Rock
perilaku- perilaku tertentu yang dapat dengan tempo 130-160 BPM
melanggar lalu lintas. dikategorikan sebagai genre musik yang
energik dan agresif dengan intensitas
Dari hasil pengolahan data
musik kuat sehingga dapat mendistraksi
dengan MANOVA juga mengatakan
dan memberikan pengaruh negatif bagi
bahwa genre musik memberikan
kewaspadaan pengendara terhadap posisi
pengaruh yang signifikan terhadap
jalan, respon terhadap bahaya, dan
perilaku pengendara yang dilihat pada
kontrol kecepatan.Selain itu, dapat
jumlah pelanggaran (violations),
dilihat pula bahwa terdapat perbedaan
kecepatan (speed), dan frekuensi
nilai mean yang cukup besar pada
pengereman (brake-response). Untuk
perbedaan nilai mean pada kategori usia
melihat perbedaan pada genre musik
produktif dan usia dewasa. Hal ini
tersebut, maka dilakukan post hoc test.
menunjukkan bahwa musik rock
Gambar 5, Gambar 6, dan gambar 7
memberikan pengaruh yang sangat besar
menunjukkan Profile Plots dari hasil
terhadap pengendara usia produktif.
pengolahan post hoc test.
Menurut Dr. Simon Moore,
Psikolog dari London University, musik
yang ideal saat mengemudi adalah musik
yang memiliki tempo serupa dengan
detak jantung, yaitu sekitar 60 hingga 80
ketuk per menit. Musik dengan ketukan
cepat akan meningkatkan konsentrasi
pada musik yang didengar sehingga
dapat mendistraksi pengendara. Pada
Gambar 5 .Uji Normalitas Data Performa penelitian ini, musik jazz memiliki
tempo 80 – 100 BPM sehingga akan
Dari Gambar 5.1 diatas, dapat
menenangkan dan membuat pengendara
dilihat bahwa baik pengendara kategori
berkendara dengan kecepatan yang
usia produktif dan usia dewasa memiliki
stabil. Sedangkan, musik rock dengan
jumlah pelanggaran paling sedikit saat
tempo 130-160 BPM akan meningkatkan
mendengarkan musik Jazz dan memiliki
adrenalin dan cenderung membuat
jumlah pelanggaran paling banyak saat
pengendara mempercepat laju
mendengarkan musik Rock.
kendaraan.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Young dan
Salmon (2012), yang mengatakan bahwa
mendengarkan musik merupakan
secondary task yang dilakukan oleh
pengendara sehingga dapat mendistraksi
167
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Hal ini dapat terjadi karena


pengendara usia dewasa lebih rentan dan
kurang reaktif terhadap bahaya. Menurut
Gerald Matthews (1999), pengendara
usia dewasa memiliki
tingkat perceived control terhadap stres
yang kurang baik bila dibandingkan
pengendara usia produktif sehingga
mereka akan lebih mudah terpengaruh atau
stress jika dihadapkan pada suatu kondisi
yang ekstrim Seperti halnya musik rock
Gambar 6 .Estimated Marginal Means dengan tempo 130-160 BPM, yang dapat
of Speed lebih mendistraksi pengendara usia
dewasa sehingga mereka kurang dapat
menyesuaikan dan menurunkan tingkat
Gambar 6 menunjukkan bahwa
fokus terhadap kondisi jalan raya.Selain itu,
musik rock memberikan nilai mean yang
dapat dilihat pula dari hasil pengolahan
lebih besar dibandingkan dengan genre
data dengan uji korelasi Pearson yang
musik jazz dan pop.
menunjukkan adanya korelasi antara data
performa dengan DBQ (Driver
Behaviour Questionnaire) yang
mengindikasikan perilaku pengendara. Hal
ini dapat dilihat pada tingkat signifikansi
violations, speed, dan brake- response
yang berada dibawah 0.05, yaitu masing-
masing 0.017, 0.040, dan 0.006. Dengan
nilai koefisien r violations, speed, dan
brake- response yang positif, yaitu 0.308,
0.266, dan 0.348. Hal ini
mengindikasikan bahwa data performa
Gambar 7 .Estimated Marginal Means of
yang diperoleh (violations, speed, dan
Break-Response
brake-response) memiliki korelasi serta
Gambar 7 menunjukkan bahwa dapat mempresentasikan perilaku
pengendara usia produktif dan usia dewasa pengendara dari Driver Behaviour
memiliki frekuensi pengereman (brake- Questionnaire (DBQ).
response) paling sedikit saat mendengarkan
Kesimpulan
musik jazz. Namun, pengendara usia
dewasa memiliki lebih sering melakukan Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
pengereman saat mendengarkan musik rock
dengan menggunakan metode MANOVA
jika dibandingkan dengan pengendara usia
adalah ketiga faktor utama independen,
produktif.
168
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yaitu kategori perbedaan antara Jazz dan international Journal Section A


Pop, begitu juga antara Jazz dan 12.
Rock.Profile plots dari post hoc test
Brodsky, W. (2002). The effects of music
menunjukkan bahwa pada saat
tempo on simulated driving
mendengarkan musik rock, pengendara
performance and vehicular
baik usia produktif dan dewasa memiliki
Brodsky, W., & Slor, Z.
jumlah pelanggaran lebih banyak
(2013).Background music as a
dibandingkan saat mendengarkan musik
riskfactor for distraction among
jazz dan pop. Selain itu, dapat dilihat pula
young-novice drivers. Accident
bahwa terdapat perbedaan nilai mean yang
Analysis andPrevention 59,
cukup besar pada kategori usia produktif
382-393.
dan usia dewasa sehingga menunjukkan
Drivers. Accident Analysis and
bahwa musik rock memberikan pengaruh
Prevention 59 (2013), 382-
yang sangat besar terhadap kecepatan
393.Environmental stress.
pengendara usia produktif. Pengendara
DalamWohlwill, J., Altman, I.
usia produktif dan usia dewasa
(Eds), Human behaviour and
memilikifrekuensi pengereman (brake-
environment (pp 90-127). New
response) paling sedikit saat
York: Plenum.
mendengarkan musik jazz. Namun,
Foon, Y. S. (2009). Driving practices of
pengendara usia dewasa lebih sering
oldermalaysian drivers: the
melakukan pengereman saat
influence of knowledge. Attitude
mendengarkan musik rock jika
and confidence.
dibandingkan dengan pengendara usia
produktif. Setelah menggunakan uji Hamid, F. (2008). Analisis tingkat
korelasi Pearson, terlihat bahwa terdapat pengetahuan pekerja mengenai
korelasi data performa (violations, speed, cara mengemudi yang aman
dan brake-response) yang mengindikasikan (safety driving) pada pt.x tahun
perilaku pengendara pada Driver Behaviour 2008. Depok, Indonesia:
Questionnaire (DBQ). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas
Daftar Pustaka Indonesia.
Anggraini, D. (2013). Studi tentang Hoedemaeker, et al. (2002). Driver
perilaku pengendara kendaraan distraction and inattention.
bermotor di kota samarinda. Dalam Hamid, F. Analisis
eJournal Sosiatri- Sosiologi Tingkat Pengetahuan Pekerja
Arya, A.W., et al. Mengenai Cara Mengemudi
(2014). Analisis yang Aman (Safety Driving)
pengaruh Advances in Pada PT.X Tahun 2008. Depok,
Transportation Studies an Indonesia: Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Fakultas
169
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kesehatan Masyarakat, Lieb, R., & Wiseman, F. (2001). Public


Universitas Indonesia. attitudestoward automobile
safety issues.Transportation
Hong, S., et al. (2011). Study on
Journal, 26- 32.
drivingperformance of aged
drivers at the intersections Matthews, G., et al. (1999). Age and
compared with young drivers. genderdifferences in stress
Engineering Psychology response during simulated
andCognitive Ergonomics driving. Proceedings of
Proceedings, 173 – 183. theHuman Factors and
Ergonomics Society 43rd
Isen, A.M., Daubman, K.A., & Nowicki,
Annual Meeting.
G.P. (1987). Positive affect
facilitatescreative problem Nagayama, Y. (1989). International
solving. Journal ofPersonality Comparison of Traffic
and Social Psychology No. 6, Behaviour and Perception of
1122- 1131. Traffic. Dalam Hamid, F.
Analisis
Kahneman, D., Ben-lshai, R., & Lotan, M.
(1973). Relation of a test of Neuman, T.R.. (2003). A guide for
attention toroad accidents. addresingaggressive-driving
Dalam Hong, S., et al.Study on Collisions. Report500, for the
Driving Performance of Aged Transportation Research Board
Drivers at the Intersections National Cooperative Highway
Compared with Young Drivers. Research Program. Washington,
Engineering Psychology and DC.
Cognitive Ergonomics
Tingkat Pengetahuan Pekerja
Proceedings (2011), 173 –183.
Mengenai Cara Mengemudi
Kwick, R. (1974). Measurement of yang Aman (Safety Driving)
maslows need hierarchy. Pada PT.X Tahun 2008. Depok,
Journal ofOrganizational Indonesia: Keselamatan dan
Behaviour and Human Kesehatan Kerja, Fakultas
Performance 16, 334-349. Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Lazarus, R.S., & Cohen, J.
(1977). Young, K. L., & Salmon, P. (2002).
Examiningthe relationship
Lesiuk, T. (2005). The effect of music
between driver distraction and
listeningon work performance.
driving errors: a discussion of
Society forEducation, Music
theory, studies, and methods.
and Psychology Research vol
Dalam Brodsky, W., & Slor,Z.
33(2), 173-191.
Background Music as a Risk

170
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Factor for Distraction among Young-novice


ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE HEART PADA PROSES
PRODUKSI BAJA TULANGAN BETON DI PT X

Winaldi Muharrom1 dan Dian Kemala Putri 2


1
Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta
2
Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta
Email:dian@staff.gunadarma.ac.id
wmuharrom@gmail.com

Abstrak

Produk baja tulangan beton berfungsi untuk menopang dalam sebuah konstruksi
bangunan baik rumah ataupun gedung. Permasalahan yang terjadi yaitu produk yang
dihasilkan terdapat adanya ketidaksesuaian atau memiliki cacat yang paling dominan
yaitu jenis cacat gepeng sehingga tidak dapat memenuhi target spesifikasi kebutuhan
pasar dan membuat perusahaan mengalami kerugian dikarenakan konsumen tidak mau
memakai produk tersebut. Metode HEART merupakan metode yang dapat diaplikasikan di
industri dengan pendekatan human reliability. Berdasarkan hasil identifikasi penyebab
utama jenis cacat gepeng adalah pada elemen kegiatan proses Cooling Bed yaitu
mengecek hasil batang, dimensi, visual dan berat dengan nilai HEP tertinggi sebesar
0.49499. Hasil pengamatan dan analisis menunjukkan Human error yang terjadi yaitu
operator tidak teliti dalam mengecek atau melewatkan salah satu pengecekan yang
disebabkan oleh adanya faktor keraguan pada standar performansi yang diharuskan
dengan hasil pengecekan operator. Usulan perbaikan dengan cara melakukan pengecekan
atau kalibrasi secara berkala terhadap alat yang akan digunakan, peningkatan
pengawasan oleh leader terhadap operator, memperjelas informasi dan memperbanyak
display standar operasional prosedur, melakukan pelatihan secara berkala, menempatkan
operator yang berpengalaman dan terlatih, penilaian prestasi terhadap operator,
pemberian sanksi terhadap operator yang tidak disiplin, serta merotasi tugas untuk
operator tersebut.

Kata kunci:Baja Tulangan Beton, HEART, HEP, Human error

yang dihasilkannya. Cacat jenis gepeng


Pendahuluan
merupakan salah satu jenis cacat paling
PT. X adalah salah satu perusahaan
dominan yang terdapat dalam hasil
pengolahan baja nasional yang
produksi baja tulangan beton.
memproduksi baja tulangan beton atau yang
lebih dikenal masyarakat dengan istilah Jenis cacat ini jika dilihat baik secara
Besi Beton. Permasalahan yang terjadi visual maupun dalam pengukuran terlihat
yaitu terdapat cacat gepeng pada produk memiliki keadaan dimana diameter
171
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kebundarannya lebih dari batas maksimal terdiri dari: data proses produksi yang
toleransi, atau terjadi penyimpangan berisikan segala aktivitas produksi, data
kebundaran yang disebabkan karena standar operasional prosedur yang berisikan
mendapat perlakuan yang tidak sesuai saat langkah-langkah melakukan suatu aktivitas
proses pengerolan. Perlakuan yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
sesuai dapat ditimbulkan karena adanya data hasil wawancara dengan pihak terkait.
kesalahan dari operator dalam melakukan Data sekunder terdiri dari data profil
aktivitasnya, dimana operator bekerja tidak perusahaan yang berisikan informasi
sesuai dengan prosedur atau bisa terjadi mengenai perusahaan dan data jumlah
kesalahan dalam mengatur mesin. operator yang berisikan berapa banyak
Menurut Sanders dan Mc Cormick operator yang bekerja pada bagian produksi
(1993), human error sebagai tindakan atau serta data deskripsi pekerjaan yang
perilaku manusia yang kurang sesuai atau berisikan penjelasan mengenai pekerjaan
tidak diinginkan sehingga menyebabkan yang dilakukan.
penurunan efektivitas, keselamatan kerja, Pengolahan data dilakukan dengan
serta performansi sistem. Bell dan Holroyd menghitung nilai Assessment Effect (AE),
(2009) mengatakan bahwa metode Human nilai AE diperoleh dari setiap EPC
Error Assesment and ReductionTechnique (ErrorProducingCondition) yang
(HEART) dirancang sebagai metode diidentifikasi berdasarkan tabel EPCs. Nilai
kuantifikasi resiko human error yang cepat, HEP (HumanErrorProbability), dengan
sederhana dan mudah dipahami oleh nilai AE memiliki keterkaitan, dimana nilai
engineers dan human factors specialists. AE akan mempengaruhi besarnya nilai
Keunggulan yang dimiliki metode HEART HEP. Nilai HEP merupakan probabilitas
diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya humanerror pada periode waktu
kesalahan manusia yang mungkin terjadi tertentu. Besarnya nilai HEP menunjukan
dan menentukan bagaimana kesalahan besarnya peluang terjadinya kesalahan yang
manusia dapat terjadi serta memberikan dilakukan operator dalam pekerjaannya.
usulan peningkatan keandalan atau kinerja Tahap analisa data yang dilakukan
manusia dengan mengurangi kesalahan menggunakan metode HEART. Identifikasi
manusia yang mungkin terjadi. Tujuan humanerror dilakukan dengan melihat nilai
penelitian ini adalah mengidentifikasi akar HEP yang didapatkan pada proses produksi
permasalahan penyebab penurunan kualitas baja tulangan beton. Tahapan ini terdiri dari
jenis cacat gepeng pada produk Baja lima analisa: analisa kesatu dimulai dengan
Tulangan Beton pada divisi rolling mills di melakukan analisa pekerjaan, dimana
PT. X dengan metode HEART dan pekerjaan yang terdapat pada bagian
memberikan usulan perbaikan berdasarkan produksi dibagi ke dalam sub-pekerjaan
permasalahan yang ada. sehingga dapat pekerjaan yang lebih
sederhana. Analisa kedua merupakan
Metode Penelitian analisa GeneralTaskType (GTT), analisa ini
Tahapan penelitian ini dimulai menggunakan tabel berisikan aktivitas-
dengan melakukan pengumpulan data aktivitas dengan nilai ketidakandalan yang
primer dan data sekunder. Data primer
172
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

berbeda pada setiap aktivitasnya. Analisa Jumla


ketiga adalah analisa EPC, menggunakan N h Deskripsi
Operator
tabel berisikan faktor-faktor yang o Opera Pekerjaan
berkontribusi terhadap error dengan nilai tor
EPC yang berbeda pada setiap faktornya. Bertugas
Operator
Selanjutnya analisa ke empat, perhitungan mengontrol
ReheatingFur
Assessment Effect (AE), perhitungan ini selama
1 nance – proses 3
digunakan untuk menentukan seberapa proses
pemanasan
besar nilai keandalan operator tersebut pemanasan
billet
dengan menggunakan rumus AE serta ulang billet
hasilnya digunakan untuk perhitungan HEP. Bertugas
Analisa kelima merupakan analisa mempersiap
perhitungan HEP, perhitungan ini kan,
digunakan untuk menentukan kemungkinan Operator fasa mengontrol
operator melakukan kesalahan dengan roughing– selama
2 2
melihat nilai HEP yang didapat proses proses fasa
menggunakan rumus perhitungan. pengerolan roughing
Keluaran yang dihasilkan dari dan
penelitian ini berupa hasil identifikasi akar mengecek
permasalahan penyebab penurunan kualitas hasil proses
jenis cacat gepeng produk Baja Tulangan Bertugas
Beton dengan metode HEART. Keluaran menyeting,
lainnya berupa usulan perbaikan Operator mengoperas
berdasarkan permasalahan yang ada. Tabel cropshear – ikan mesin
Generic Task Type (GTT) dan 3 1
proses cropshear
ErrorProducingConditions (EPC) seperti pengerolan dan
dijelaskan dalam Stanton (2005). mengontrol
Pembahasan proses
Identifikasi akar permasalahan Bertugas
penyebab penurunan kualitas jenis cacat mempersiap
gepeng baja tulangan beton dilakukan pada kan,
bagian pengolahan bahan baku dimana Operator fasa mengontrol
terbagi menjadi 3 subbagian yaitu, intermediate – selama
4 2
subbagian reheatingfurnance, subbagian proses proses fasa
pengerolan dan subbagian coolingbed. pengerolan intermediat
Tabel 1 merupakan deskripsi pekerjaan e dan
operator bagian pengolahan bahan baku. mengecek
hasil proses
Tabel 1 Deskripsi Pekerjaan Operator Operator fasa Bertugas
Bagian Pengolahan Bahan Baku 5 finishing – 1 mempersiap
proses kan,

173
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengerolan mengontrol meter


selama
proses fasa
finishing
dan Hierarchical Task Analysis
mengecek (HTA)dilakukan terhadap 3 subbagian yaitu
hasil proses subbagian ReheatingFurnance, subbagian
Bertugas Pengerolan dan subbagian CoolingBed.
menyeting
Operator
tekanan dan
Tempcore –
6 1 aliran air
proses
serta
pengerolan
mengontrol
proses
Bertugas
menyeting,
mengoperas
Operator
ikan mesin
flyingshear –
7 1 flyingshear,
proses Hasil identifikasi pekerjaan yang
mengontrol
pengerolan sudah di analisis menggunakan HTA yang
dan
mengecek diklasifikasikan berdasarkan Tabel GTT
hasil proses dan Tabel EPC. Tabel 3 merupakan
Bertugas perhitungan nilai HEP operator kegiatan
Operator mengecek proses CoolingBed.
Pengecekan hasil akhir
hasilakhir proses Tabel 3.Perhitungan Nilai HEP Operator
8 proses 1 pengerolan Kegiatan Proses CoolingBed
pengerolan – berupa Kegiatan : Proses CoolingBed

proses visual, Task Generic


Perhitungan HEP
Step Task Type
coolingbed dimensi dan
EPC 11(5) 17(3) 23(1.6) 31(1.2) 34(1.1)
berat 1
G
(0.0004)
Proporsi
APOE
0.2
1.8
0.2
1.4
0.3
1.18
0.1
1.02
0.2
1.02
0.49499

Bertugas 2
E
(0.02)
EPC
Proporsi
27(1.4)
0.1
29(1.3)
0.2
31(1.2)
0.1
33(1.15)
0.2 0.02316
APOE 1.04 1.06 1.02 1.03

mengatur
Operator serta Analisa hasil rekapitulasi perhitungan HEP
Pengatur Baja menyusun terbagi dalam dua kategori, yaitu
9 Tulangan 1 baja berdasarkan proses yang terdapat pada
Beton - proses tulangan subbagian dan elemen kegiatan pekerjaan
coolingbed beton yang pada subbagian. Hasil pengukuran nilai
akan di HEP berdasarkan subbagian terdapat pada
potong 12 tabel 4.
174
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Intermediet dan proses Fase Finishing


disebabkan karena berada dalam satu area
kerja dan terdapat kesamaan dari operator
Tabel 4.Rekapitulasi HEP Berdasarkan yang bertugas, jenis pekerjaan, jenis
Proses pada Subbagian dengan Metode peralatan, elemen kegiatan, karakteristik
HEART pekerjaan berdasarkan GTT, faktor EPC
Subbagian Proses HEP pada keadaan pekerjaan serta proporsi dari
Reheating EPC.
ReheatingFurnance 0.1113
Furnance Pengukuran nilai HEP juga
Proses Fasa dilakukan berdasarkan elemen-elemen
0.54861
Roughing kegiatan pekerjaan yang terdapat pada
Proses Pemotongan subbagian. Hasil pengukuran nilai HEP
Kepala pada 0.05633 berdasarkan elemen pekerjaan pada
CropShear subbagian terdapat pada tabel 5 rekapitulasi
Proses Fasa HEP berdasarkan elemen kegiatan pada
Pengerolan 0.54861 subbagian dengan metode HEART.
Intermediet
Proses Fasa
0.54861
Finishing
Proses Tempcore 0.18727 Tabel 5. Rekapitulasi HEP Berdasarkan
Proses Pemotongan Elemen Kegiatan pada Subbagian dengan
0.05633 Metode HEART
pada FlyingShear
Cooling No
Proses CoolingBed 0.51815 No Sub Bagian HEP
Bed Task
1 0.00045
Reheating
1 2 0.00370
Furnance
Nilai HEP terbesar terdapat pada 3 0.10715
subbagian Pengerolan yaitu pada proses 1 0.19588
Fasa Roughing, proses Fasa Intermediet dan 2 0.31315
Proses Fase
proses Fasa Finishing yang sama-sama 2 3 0.00497
Roughing
memiliki nilai HEP terbesar yaitu 0.54861. 4 0.03317
Menurut Lind, Marchal & Wathen (2007), 5 0.00144
jika nilai probabilitas semakin mendekati Proses 1 0.02739
angka 1 maka semakin yakin bahwa Pemotongan
3
peristiwa itu akan terjadi. Nilai HEP yang Kepala pada 2 0.02894
menunjukan 0.54861, berarti bahwa pada CropShear
proses tersebut memiliki kemungkinan 1 0.19588
humanerror terbesar diantara kegiatan 2 0.31315
Proses Fase
lainnya dalam menyebabkan terjadinya 4 3 0.00497
Intermediet
cacat jenis gepeng pada baja tulangan 4 0.03317
beton. Nilai HEP yang sama besar antara 5 0.00144
proses Fase Roughing, proses Fase 5 Proses Fase 1 0.19588
175
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Finishing 2 0.31315 suatu pekerjaan akan mengurangi


3 0.00497 humanerror yang terjadi.
4 0.03317 Usulan perbaikan yang disarankan
5 0.00144 dalam perbaikan sistem berkaitan dengan
1 0.17744 humanerror operator proses coolingbed
2 0.00353 pada subbagian CoolingBed elemen
6 Proses Tempcore kegiatan task no 1, operator proses Fasa
3 0.00461
4 0.00169 Roughing, proses Fasa Intermediet dan
Proses 1 0.02739 proses Fasa Finishing pada subbagian
7 Pemotongan pada Pengerolan elemen kegiatan task no 2
2 0.02894 Perbaikannya dengan cara
FlyingShear
1 0.49499 melakukan pelatihan secara berkala untuk
8 Proses CoolingBed operator yang bersangkutan, menempatkan
2 0.02316
operator berpengalaman dan terlatih dalam
kegiatan tersebut, memperjelas informasi
dan memperbanyak display standar
Berdasarkan tabel 5 nilai HEP
operasional prosedur pada kegiatan
terbesar pada proses CoolingBed terdapat
tersebut. Pengecekan atau kalibrasi secara
pada elemen kegiatan task no 1, yaitu
berkala terhadap alat yang digunakan
mengecek hasil batang, dimensi, visual dan
sangat perlu dilakukan, peningkatan
berat dengan nilai HEP sebesar 0.49499.
pengawasan oleh leader terhadap operator,
Kemungkinan humanerror yang terjadi
pemberian sanksi terhadap operator yang
yaitu tidak teliti dalam mengecek atau
tidak disiplin, penilaian prestasi terhadap
melewatkan salah satu pengecekan yang
operator dan mewajibkan operator
disebabkan beberapa faktor yang
menggunakan alat pelindung diri berupa
berdasarkan hasil observasi dan wawancara
masker, sarung tangan, helmsafety, sepatu
dengan pihak terkait bahwa masih
safety, wearpack, airplug serta perbaikan
terdapatnya operator yang kurang
berpengalaman. kondisi lingkungan operator dalam
melakukan kegiatan pekerjaan seperti
Nilai HEP terkecil terdapat pada
membersihkan kotoran dan menambah
proses reheating furnance yaitu elemen
ventilasi untuk mengurangi tingginya suhu
kegiatan task no 1, yaitu memasukan billet
sekitar area.
ke RF dengan nilai HEP sebesar 0.00045.
Kemungkinan humanerror yang terjadi
yaitu salah mutu dan salah panjang billet,
dimana berdampak pada baja tulangan SIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi
beton yang dihasilkan tidak sesuai rencana
elemen kegiatan task no 1 proses
dan berpengaruh terhadap kualitas hasil
CoolingBed yang menjadi penyebab utama
akhir.
jenis cacat gepeng terjadi. Usulan perbaikan
Menurut Sanders dan Mc Cormick
yang disarankan adalah dengan cara
(1993), pemilihan pekerja dengan
melakukan pelatihan secara berkala,
kemampuan yang sesuai dalam melakukan
176
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

penempatan operator yang berpengalaman Stanton, N.A., Hedge, A., & Brookhuis, K.
dan terlatih, memperbanyak display standar 2005. Handbook of Human Factors
operasional prosedur, pengecekan atau and Ergonomics Methods. CRC
kalibrasi secara berkala, peningkatan Press.
pengawasan terhadap operator, penilaian Sanders, M. S. & McCormick, E. J. 1993.
prestasi terhadap operator, penggunaan Human Factors in Engineering and
APD serta perbaikan kondisi lingkungan. Design. New York: McGraw-Hill
Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, J & Holroyd, J. 2009. Review of
Human Reliability Assessment
Methods. UK: Health and Safety
Executive Books.
Lind, Marchal, & Wathen. 2007. Teknik-
teknik Statistika dalam Bisnis dan
Ekonomi Menggunakan Kelompok
Data Global. Jakarta: Salemba
Empat.

177
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PROSES PREPARATION-


SEWING MELALUI PENERAPAN PREDETERMINED MOTION
TIME SYSTEM (PMTS): KAJIAN PADA PABRIK SEPATU DI
TANGERANG.

Deasy Endah Karlina1, Euis Nina Yuliani Saparina2 dan Hardianto Iridiastadi3
1,2
Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta
3
Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung
Email : deasy.endah@yahoo.com, nina.yuliani@mercubuana.ac.id dan hiridias@vt.edu

Abstrak

Penurunan kinerja industri padat karya seperti sepatu dan garment, dapat
memaksa perusahaan tersebut memangkas jumlah tenaga kerja yang akhirnya dapat
menimbulkan dampak sosial besar. Predetermined motion time system (PMTS)
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan tingkat tenaga kerja di
industri yang berorientasi pada tenaga kerja dengan menghitung jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tertentu. Dengan menurunkan waktu proses
pembuatan produk melalui peminimalan non value added motion and value added
necessary motion dapat meningkatkan produktivitas produksi. Selain itu predetermined
motion time system (PMTS) juga mempermudah dan mempercepat proses analisa gerakan
kerja manual melalui bantuan software, sehingga pengoptimalisai kinerja karyawan dapat
dikontrol, dan dilakukan pemerataan beban kerja di kalangan karyawan. Penggunaan
software yang dipilih dalam penelitian ini adalah satra timeline 2, dengan pembuatan
konsep logika pada software dan sudah dilakukan penerapan Predetermined Motion Time
System (PMTS), maka didapatkan hasil bahwa Predetermined Motion Time System
(PMTS) dapat meningkatkan produktivitas sebesar 13% dengan perbandingan
produktivitas semula 6,46 menjadi 7,30 dengan penggunaan jumlah pekerja sebanyak 3
orang, lebih sedikit dibandingkan dengan aktual
.
Kata kunci: Shoe Manufacture, Productivity, Line balancing, Predetermined Motion Time
System (PMTS), satra timeline 2.

Penurunan kinerja industri padat karya


Pendahuluan seperti sepatu dan garment, dapat
Dewasa ini pemerintah terus memaksa perusahaan tersebut
mendorong industri alas kaki Indonesia memangkas jumlah tenaga kerja yang
semakin konsisten untuk meningkatkan akhirnya dapat menimbulkan dampak
efisiensi dan teknologi industri sepatu sosial besar. Sektor industri, terutama
agar bisa terus bersaing sebagai salah industri alas kaki (footwear manufacture) di
satu pemain besar industri sepatu global. Indonesia, menjadi menarik untuk dibahas
178
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

karena kekhasan karaketristik industri ini, Pengukuran Waktu kerja (Time Study)
baik dari industri yang padat karya, pada dasarnya merupakan suatu usaha
produksinya berdasarkan atas order yang untuk menentukan lamanya waktu kerja
diterima dan sebagian bahan bakunya harus yang diperlukan oleh seorang operator
diimpor, sampai mesin produksi yang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
digunakan merupakan mesin dengan middle (Niebel, 1988).
technology. Peningkatan produktivitas dapat
Indonesia perlu mempertahankan dan ditempuh antara lain melalui penerapan
meningkatkan peringkat sebagai negara predetermined motion time system (PMTS).
pengekspor alas kaki terbesar dunia. Untuk Predetermined motion time system (PMTS)
itu, perlu memperhatikan kualitas produk merupakan suatu kumpulan data waktu dan
alas kaki yang akan di eskpor melalui prosedur sistematik dengan menganalisa
peningkatan kualitas dan menjaga mutu dan membagi-bagi setiap operasi kerja
produk serta meningkatkan produktivitas (manual) yang dilaksanakan oleh operator
dan menekan biaya produksi. ke dalam gerakan-gerakan kerja, gerakan-
Alur proses produksi pembuatan alas gerakan anggota tubuh ataupun elemen-
kaki yang paling banyak menggunakan elemen gerak manual lainnya dan kemudian
tenaga kerja adalah pada area cut to box menetapkan nilai waktu masing-masing
(Cutting, Preparation, Sewing, Assy) karena berdasarkan waktu yang ada.
pada alur proses tersebut di unggulkan hasil Predetermined motion time system
dari seni kerajinan tangan/keterampilan (PMTS) sering digunakan untuk
para pekerja. menetapkan tingkat tenaga kerja di industri
Oleh karena itu, industri perlu yang berorientasi pada tenaga kerja dengan
menerapkan teknologi yang lebih efektif menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan
dan efisien seperti penerapan beragam untuk melakukan tugas tertentu.
teknik, metode dan pendekatan industri Predetermined Motion Time System
manufaktur alas kaki, salah satunya (PMTS) membantu perancangan desain
adalah dengan menggunakan metode kompleksitas operasi yang mendukung
studi gerakan. Studi gerakan (motion optimasi desain operasi dan mengurangi
study) adalah studi tentang gerakan-gerakan resiko kegagalan perancangan (Alkan et al,
yang dilakukan oleh pekerja dalam 2016). Beban kerja yang dapat mengganggu
menyelesaikan pekerjaannya. Studi waktu kondisi kerja pekerja, dapat diminimalisir
dan gerakan merupakan studi sistematis dengan pembuatan dan analisa yang
mengenai sistem kerja dengan tujuan; menggunakan pemetaan tangan kiri dan
mengembangkan system dan metode yang kanan (PMTS) terkait proses rakit motor
lebih baik, Standardisasi sistem dan yang dilakukan (Laurig et al, 1985).
metode, menentukan waktu standar, Perencanaan produksi dengan model
membantu melatih pekerja menerapkan simulasi dapat diintegrasikan melalui
metode kerja ynag lebih baik (Barnes, pendekatan analisis PMTS. Korelasi yang
1980). tinggi antara output model simulasi dan
waktu data aktual dari jobsite dan

179
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

mengkonfirmasi keabsahan pendekatan dan kerja, uraian elemen kerja menggunakan


efektivitas dalam mengevaluasi time study, uraian elemen kerja
produktivitas operasi yang ada dan menggunakan predetermined motion time
memberikan informasi rinci untuk system (PMTS), pengumpulan data time
perbaikan proses (Golabchi et al, 2015). study, pengumpulan data predetermined
Dengan menurunkan waktu proses motion time system (PMTS), analisa
pembuatan produk melalui peminimalan gerakan, analisa line balancing, dan analisa
non value added motion and value added peningkatan produktivitas.
necessary motion dapat meningkatkan Analisa studi waktu harus memastikan
produktivitas produksi. Selain itu bahwa metode yang sedang digunakan
predetermined motion time system (PMTS) benar; mencatat dengan tepat waktu yang
juga mempermudah dan mempercepat diambil, mengevaluasi kinerja operator
proses analisa gerakan kerja manual melalui (rating) secara jujur, dan menahan kritik
bantuan software, sehingga pengoptimalisai dari operator manapun (Niebel & Freivalds,
kinerja karyawan dapat dikontrol, dan 2003).
dilakukan pemerataan beban kerja di MTM sebagai prosedur yang
kalangan karyawan. menganalisis setiap operasi manual atau
Total pemeriksaan proses dapat berkurang metode menjadi gerakan dasar yang
30% dengan mengurangi kegiatan non diperlukan untuk melakukan dan
value added sebesar 77%. Selanjutnya menetapkan setiap gerakan standar waktu
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa yang telah ditentukan yang ditentukan oleh
peningkatan proses dapat membantu sifat gerak dan kondisi di mana ia dibuat
perusahaan mengurangi biaya operasional (Maynard, et al, 1948).
dengan menghilangkan kegiatan gerakan Time study adalah pendekatan terhadap
pemindahan yang tidak perlu. pengukuran kerja menggunakan jam atau
Analisis Value added-Non Value Added lat ukur lain untuk menentukan waktu yang
juga dapat membantu perusahaan dalam diperlukan guna menyelesaikan tugas
menurunkan biaya produksi (Eswaramurthi tertentu (Schroeder, 1994).
dan Mohanram, 2013). Berdasarkan latar Time study waktu mengacu pada semua
belakang di atas, penelitian ini akan cara di mana waktu diselidiki dan dianalisis
membahas tentang Peningkatan di lingkungan kerja, apakah pekerjaan
produktivitas proses preparation-sewing dilakukan oleh pekerja manusia atau sistem
melalui penerapan predetermined motion otomatis (Groover, 2007). Hasil studi waktu
time system (PMTS): kajian pada pabrik adalah waktu seseorang yang sesuai dengan
sepatu di Tangerang. pekerjaan yang perlu dilakukan dengan
tempo standar yang normal. Hal ini disebut
Metode Penelitian dengan waktu standar untuk operasi
Dalam metode penelitian ini, terdapat 8 (Barnes, 1980).
tahapan yang dilakukan, yaitu; penentuan Uraian elemen kerja menggunakan
model sample, penentuan area kerja, Predetermined Motion Time System
observasi lapangan, breakdown elemen (PMTS), pada penelitian ini akan

180
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

menggunakan sebuah software. SATRA


TimeLine 2 secara akurat memprediksi
waktu dan biaya tenaga kerja dari lini
produksi alas kaki sebelum produksi
dimulai. Intinya adalah Predetermined
Motion Time System (PMTS), yang dapat
menghitung nilai untuk setiap operasi
pembuatan sepatu berdasarkan standar yang
diterima industri dan pengalaman dan
pengetahuan SATRA yang luas.
Sistem inovatif ini ditawarkan oleh
SATRA Technology Centre (Inggris).
SATRA TimeLine 2 adalah sistem efisiensi
produksi yang unik, dirancang oleh
pembuat sepatu untuk pembuat sepatu dan
tersedia secara eksklusif untuk para anggota Gambar 1. Flowchart langkah-langkah
SATRA. penelitian
Pengumpulan data dengan
menggunakan Predetermined Motion Time Hasil Dan Pembahasan
System (PMTS) yang menggunakan Model sample dan area kerja yang
software SATRA Timeline 2, terlebih diteliti
dahulu dilakukan pengambilan data dengan
mengambil video proses kerja di lapangan. Populasi yang digunakan adalah semua
Dari hasil video proses kerja tersebut, jumlah item produksi pada tahun 2016-
selanjutnya dilakukan pembuatan program- 2017, sedangkan sampel yang dipilih
konsep logika terhadap proses yang adalah jumlah order terbesar pada jenis item
dianggap belum terdapat pada software yang ada di tahun 2016-2017. Dari hasil
yang sudah ada. Program yang dibuat akan perhitungan total order tesrsebut, maka
disesuaikan dengan keadaan perusahaan dapat dilihat bahwa model item yang
bersangkutan dan melakukan sebuah terpilih dalam penelitian ini adalah
standardisasi dan pemilihan metode kerja “MDR2Mn/Wmn” dengan jumlah order
terbaik dengan memasukan beberapa yang banyak dan memungkinkan untuk
pilihan kemungkinan proses kerja yang ada. dilakukan penelitian karena memiliki waktu
Sehingga pada pengumpulan data dengan produksi yang lebih panjang dibandingkan
SATRA Timeline 2, dapat dihasilkan cycle dengan model
time langsung dengan menjawab beberapa lainnya.
pertanyaan yang terdapat pada software.
Dimana, pertanyaan tersebut nantinya akan
memberikan uraian elemen dan waktu
siklus proses kerja yang akan di cari.

181
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

menggunakan stopwatch di olah dan


dihitung kecukupan data dan validasi data
tersebut. Pada tabel 1 akan ditampilkan data
hasil pengukuran langsung pada setiap
proses kerja terpilih dan kemudian
dilakukan perhitungan untuk perolehan
kebutuhan manpower. Pada tabel 2 akan
ditampilkan proses-proses pilihan kerja
beserta dengan jenis mesin yang digunakan
Gambar 2. Grafik order item sepatu tahun dan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk
2016-2017 melakukan pekerjaan tersebut.

Pengambilan Cycle Time

Pada tahapan penentuan area kerja, No

1
2
Proce s s

St Tongue Lace Loop to Tongue


St Tongue to Tongue Lining
1
16
18.83
2
16.78
14.06
3
16.32
16.32
4
15.64
16.43
5
16.34
15.11
6
17.43
14.88
7
16.32
14.87
8
17.21
15.02
9
15.98
14.22
10
16.22
15.11
3 St Edge Collar Lining 21.21 19.32 18.81 18.98 19.02 20.71 19.27 19.01 20.1 18.9
area kerja dalam proses pembuatan sepatu 4
St Collar Lining to Upper
St Collar Lining to Upper
52.9
52.12
51.72
52.65
52.22
51.89
54.23
52.09
51.95
52.12
51.26
53.05
52.01
53.12
51.97
53.19
51.66
51.78
52
51.9
St Collar Lining to Upper 51.98 52.97 52.12 52.09 52.21 51.98 53.92 53.01 51.91 52.02

seperti terlihat dalam gambar 3 dibawah ini. 5


6
7
St Counter to Upper
St Edge Upper
St Collar to Quarter L/M
22.9
29.51
31.21
24.32
30.34
32.09
23.21
32.12
32.97
22.97
29.98
33.12
24.01
30.02
32.22
23.65
30.35
30.99
23.03
29.51
32.12
22.93
32.01
31.25
23.82
32.12
31.12
23.56
30.12
30.97
St Collar to Quarter L/M 32.21 34.09 33.2 32.22 30.68 31.01 31.01 31.21 30.91 31.2

Dikarenakan area kerja pada bottom 8


St Eyestay L/M to Upper #1 (in area)
St Eyestay L/M to Upper #1 (in area)
St Eyestay L/M to Upper #1 (in area)
45.32
45.56
42.87
45.88
44.12
42.29
41.98
44.98
42.73
44.98
43.22
41.08
41.9
42.12
41.88
42.01
42.12
43.87
42.12
43.12
42.87
44.78
44.21
44.12
41.15
42.12
41.12
42.3
43.12
41.92
St Eyestay L/M to Upper #2 (out area) 72.12 72.21 72.12 72.28 73.22 72.1 72.14 72.01 71.98 72.12

process dan stockfit menggunakan banyak 9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area)
St Eyestay L/M to Upper #2 (out area)
St Tip to Upper
71.9
68.12
47.22
72.09
71.98
46.22
72.21
71.98
46.1
72.99
72.1
47.21
71.98
72.12
46.98
71.62
72.32
46.87
71.98
72.09
46.98
72.01
71.62
46.55
71.99
72.12
47.02
72.2
72.7
46.64
10 46.98 46.5 45.22 46.26 46.73 46.66 47.01 47.92 46.88 46.92
mesin dan memerlukan waktu lebih lama
St Tip to Upper
St Tip to Upper 46.32 46.98 46.43 46.44 46.88 46.59 46.98 47.91 46.29 46.43
11 St Tongue Edge 20.21 18.55 20.21 19.21 19.01 18.67 18.98 19.42 19.21 18.76
St Foxing to Upper 60.98 60.89 60.21 60.11 59.23 59.41 60.01 59.21 60 59.31

dalam sumbangsih pekerjaan pembuatan 12 St Foxing to Upper


St Foxing to Upper
62.12
62.04
60.88
69.99
59.99
62.01
59.44
61.09
59.99
60.01
59.14
59.42
59.05
59.31
59.15
59.89
59.11
59.32
59.33
59.31

sepatu, maka area kerja yang akan dipilih Tabel 1. Hasil Pengukuran Langsung
adalah area cut to box (cutting-preparation- Menggunakan Stopwatch
sewing-assembling). Area Preparation-
No Process Machine Type M/P Neede d-M/C Nee ded
Sewing merupakan area kerja yang paling 1 St Tongue Lace Loop to Tongue F1 1
2 St Tongue to Tongue Lining F1 1
banyak mengalami kendala sehingga 3 St Edge Collar Lining F1 1
4 St Collar Lining to Upper P1 3
mengganggu proses produksi keseluruhan 5 St Counter to Upper P1 1
6 St Edge Upper P1 1
yang untuk mencapai target yang sudah di 7 St Collar to Quarter L/M P1 2
8 St Eyestay L/M to Upper #1 (in area) P1 2.5
rencanakan. Dengan demikian, maka 9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area) P1 3.5
10 St Tip to Upper P2 3
pemilihan area kerja untuk penelitian ini 11
12
St Tongue Edge
St Foxing to Upper
P2
P2
1
3
akan dilakukan di area Preparation-Sewing
dengan model pilihan MDR2Mn/Wmn. Tabel 2 Kebutuhan ManPower/MC per
Proses

Data Predetermined Motion Time System


Gambar 3 Diagram alir proses pembuatan (PMTS) per Proses
sepatu secara sederhana PMTS dibuat dengan rincian setiap
operasi yang dimasukkan ke dalam sistem
Pengumpulan data Time Study yang kemudian ditetapkan elemen waktu
Pengumpulan data Time Study per proses yang telah ditentukan sebelumnya. Hasilnya
dilakukan kepada seluruh operator yang ditunjukkan sebagai elemen yang memiliki
mengerjakan proses tersebut, kemudian nilai tambah dan tidak bernilai tambah,
data dari hasil pengambilan langsung sehingga memungkinkan adanya
182
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pertimbangan perubahan metode guna Tabel 3. Cycle Time Berdasarkan Timeline


mencapai metode paling optimal dalam 2 (PMTS)
PMTS- Timeline 2
proses tersebut. Software PMTS yang di No Proce ss
Value Added Non Value Added Se c/Pair
1 St Tongue Lace Loop to Tongue 5.4 9.25 14.65

gunakan adalah Satra Timeline 2. 2


3
St Tongue to Tongue Lining
St Edge Collar Lining
9
12.65
10.8
7.85
19.8
20.5
4 St Collar Lining to Upper 34.4 10.8 45.2
Pada Timeline 2, elemen gerak 5
6
St Counter to Upper
St Edge Upper
9.6
14.8
10.2
5.2
19.8
20
7 St Collar to Quarter L/M 16.95 21 37.95
dipisahkan menjadi dua bagian, bagian 8
9
St Eyestay L/M to Upper #1 (in area)
St Eyestay L/M to Upper #2 (out area)
36.4
52.6
5.8
15.6
42.2
68.2

handling dan task (main). Sehingga segala 10


11
St Tip to Upper
St Tongue Edge
30.2
12.9
14.4
5.25
44.6
18.15
12 St Foxing to Upper 37.6 14.8 52.4

jenis transportasi dianggap sebagai non


value added necessary yang dapat
dihilangkan dan diminimalisirkan dengan
Analisa gap data aktual dengan Timeline 2
beberapa perbaikan metode
(pmts)

Setelah dihitung menggunakan tabel line


balancing, maka dapat dilakukan tahap
selanjutnya, yaitu perbandingan dan analisa
gap antara kebutuhan manpower dengan
menggunakan waktu standar aktual dan
waktu standar pmts. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada tabel 4. di bawah terkait
. dengan gap waktu siklus kedua waktu
standar, dimana terdapat selisih waktu
Gambar 4. Tampilan Pilihan Operasi Jahit
sebesar 15.97sec dimana waktu aktual lebih
pada Timeline 2
besar daripada waktu satra timeline 2.
Selanjutnya dalam memperoleh data Sedangkan gap kebutuhan man power yang
terdapat pada tabel 5. menunjukan bahwa
Predetermined Motion Time System
satra timeline 2 menggunakan lebih sedikit
(PMTS), pembuatan konsep logika dan
manpower sebanyak 3 orang dibandingkan
standardisasi jarak yang sudah di tentukan,
dengan aktual.
maka perlu dilakukan pengisian pertanyaan
lain terkait dengan mesin dan teknik jahit
Tabel 4. Gap Waktu Siklus Aktual dengan
itu sendiri. Setelah semua data yang
Timeline 2 (PMTS)
diperlukan terisi, maka akan didapatkan Yamazumi
Timeline GAP CT

hasil waktu standar yang dibutuhkan pada No Proses


(Aktual)

Sec/pairs
CT Timeline -
(Yamazumi-
Timeline)
GAP % Remark

CO/Pair

proses terkait adalah sebagai berikut; 1


2
3
St
St
St
Tongue Lace Loop to Tongue
Tongue to Tongue Lining
Edge Collar Lining
15.64
14.06
18.81
14.65
19.8
20.5
0.99
-5.74
-1.69
6%
-41%
-9%
4 St Collar Lining to Upper 51.26 45.4 5.86 11%
5 St Counter to Upper 22.90 19.8 3.10 14%
Skill Manpower,
6 St Edge Upper 29.51 20 9.51 32%
Machine, Methods set
7 St Collar to Quarter L/M 30.68 37.95 -7.27 -24%
as standard/optimal
8 St Eyestay L/M to Upper #1 (in area) 41.08 42.2 -1.12 -3%
9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area) 71.62 68 3.62 5%
10 St Tip to Upper 46.26 44.6 1.66 4%
11 St Tongue Edge 18.55 18.15 0.40 2%
12 St Foxing to Upper 59.05 52.4 6.65 11%
Total 419.42 403.45 15.97 0.09

183
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 5. Gap Kebutuhan Manpower Aktual waktu siklus menggunakan Predetermined


dengan Timeline 2 (PMTS) Motion Time System (PMTS).
Yamazumi CT Timeline -
Timeline Yamazumi (Aktual) GAP MP
(Aktual) CO/Pair
No Prose s (Yamazumi-
CT Time line - Satra)
Se c/pairs MP Needed MP Act MP Nee ded MP Act
CO/Pair
1 St Tongue Lace Loop to Tongue 15.64 14.65 0.82 1.00 0.79 1.00 0.00
2 St Tongue to Tongue Lining 14.06 19.8 0.73 1.00 1.06 1.00 0.00
3
4
5
St Edge Collar Lining
St Collar Lining to Upper
St Counter to Upper
18.81
51.26
22.90
20.5
45.4
19.8
0.98
2.68
1.20
1.00
3.00
2.00
1.09
2.40
1.06
1.00
3.00
1.00
0.00
0.00
1.00
1. Peningkatan target per jam.
6 St Edge Upper 29.51 20 1.54 2.00 1.07 1.00 1.00
7
8
St Collar to Quarter L/M
St Eyestay L/M to Upper #1 (in area)
30.68
41.08
37.95
42.2
1.60
2.15
2.00
2.50
2.01
2.23
2.00
2.50
0.00
0.00
Jika dilihat pada tabel 6, penggunaan
9 St Eyestay L/M to Upper #2 (out area) 71.62 68 3.74 3.50 3.58 3.50 0.00
10
11
12
St Tip to Upper
St Tongue Edge
St Foxing to Upper
46.26
18.55
59.05
44.6
18.15
52.4
2.42
0.97
3.09
3.00
1.00
4.00
2.35
0.97
2.76
3.00
1.00
3.00
0.00
0.00
1.00
manpower yang digunakan adalah
Total 419.42 403.45 21.92 26.00 21.36 23.00 3.00

sebanyak 23 orang dengan nilai


Setelah semua data terkumpul dan selesai di keseimbangan beban kerja keseluruhan
olah, maka dapat dihitung tingkat sebesar 93%. Untuk mendapatkan
produktivitasyang terjadi ketika peningkatan produktivitas yang lebih
menggunakan data aktual dan data satra tinggi, maka dicoba dilakukan kembali
timeline 2 seperti terlihat pada tabel 6 di peningkatan target per jam yang semula
bawah ini. 168 pasang per jam menjadi 172 pasang
per jam. Setelah dilakukan simulasi
Tabel 6 Produktivitas Kerja Berdasarkan perhitungan, dapat terlihat beban-beban
Data Aktual dan Timeline 2 (PMTS) kerja yang berlebih pada beberapa tahap
Yamazumi/Aktual Satra Timeline 2
Process Process
proses kerja, tetapi hal tersebut dapat
Target 168 168 teratasi dengan dilakukannya
Manpower 26 23
Productivity
penyamarataan beban kerja yang di
6.46 7.30
balancing kepada tahap proses kerja
lain yang memiliki nilai beban kerja
Simulasi peningkatan target produksi
lebih sedikit. Hal tersebut juga bisa
dan penghematan biaya pekerja
Seperti terlihat pada tabel 6, dimana teratasi dengan baik dengan bantuan
peningkatan produktivitas pada proses kerja layouting area kerja. Dengan simulasi
perhitungan tersebut, maka didapatkan
terpilih menggunakan Predetermined
peningkatan keseimbangan beban kerja
Motion Time System (PMTS), memiliki
waktu yang paling optimal dibandingkan sebanyak 2%, yang semula didapatkan
dengan pengambilan time study, sehingga hasil 93% menjadi 95%.
standardisasi kerja dengan PMTS dapat 2. Penghematan biaya pekerja
meningkatan produktivitas pada proses Jika semula sebelum menggunakan
tersebut. Dari hasil penelitian, didapatkan Predetermined Motion Time System
pengurangan waktu kerja sebesar 15,97 sec (PMTS) menggunakan 26 orang dan
dan pengurangan penggunaan jumlah setelah di optimalkan menggunakan 23
orang. Sesuai dengan perhitungan UMR
pekerja sebanyak 3 orang.
perusahaan yang ditetapkan sebesar Rp.
Dalam hal ini, perusahaan dapat
melakukan peningkatan target untuk 2.800.000-, per orang per bulannya.
pengoptimalan beban kerja pekerja serta Maka perusahaan dapat melakukan
melakukan penghematan biaya pekerja. penghematan sebesar;
Berikut simulasi perhitungan dari hasil Jumlah karyawan x UMR = 3 x Rp.
2.800.000-, = Rp. 8.400.000/bulan

184
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dan akan mengalami penghematan perbandingan produktivitas semula 6,46


sebesar Rp. 8.400.000/bulan yang akan menjadi 7,30 dengan penggunaan jumlah
dikalikan dengan lamanya masa order pekerja sebanyak 3 orang lebih sedikit
item terkait. dibandingkan dengan aktual.
Dengan adanya penghematan biaya
pekerja, perusahaan dapat melakukan
DAFTAR PUSTAKA
perbaikan-perbaikan yang dapat
membantu mempermudah pekerjaan
Amaresh C, 2014, ICoRD’15 – Research
para pekerja lain dengan
into Design Across Boundaries
menginvestasikan penghematan biaya
vol 2: CreativitySustainability, Dfx,
menjadi sebuah improvement untuk
Enabling Technologies,Management
pembelian mesin yang modern dan
and Applications.
otomatis, perbaikan alat kerja dan
Barnes, Ralph M, 1980, Motion and Time
melakukan training karyawan agar
Study and Measurement of Work. New
menjadikan visi misi perusahaan
York : Jhon W Sons, Inc.
tercapai dengan baik.
Bon, A, T & Daiyanni, D 2010, Time
Motion Study in Determination of
Kesimpulan Dan Saran
Time Standard in Manpower Process.
Studi waktu dan gerakan merupakan
Journal of Engineering Conference on
studi sistematis mengenai sistem kerja
Advancement in Mechanical and
dengan tujuan ; mengembangkan system
Manufacturing for Sustainable
dan metode yang lebih baik, Standardisasi
Environment.
sistem dan metode, menentukan waktu
Bugra A, et al 2016, A Model for
standar, membantu melatih pekerja
Compelexity Assesment in Manual
menerapkan metode kerja ynag lebih baik
Assembly Operation through
(Barnes, 1980).
Predetermined Motion Time ystems.
Perencanaan produksi dengan model
Journal of CIRP
simulasi dapat diintegrasikan melalui
Conference on Assembly Technologies
pendekatan analisis PMTS. Korelasi yang
and Systems (CATS), vol. 44, 429-434.
tinggi antara output model simulasi dan
Gaspersz, Vincent, 2005, Sistem
waktu data aktual dari jobsite dan
Manajemen Kinerja Terintegrasi
mengkonfirmasi keabsahan pendekatan dan
Balanced
efektivitas dalam mengevaluasi
Scorecard Dengan Six Sigma Untuk
produktivitas operasi yang ada dan
Organisasi Bisnis dan Pemeritah,
memberikan informasi rinci untuk
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
perbaikan proses (Golabchi et al, 2015).
Genaldy A, M, et al 1989, The Validity Of
Penerapan Predetermined Motion Time
Predetermined Motion Time System in
System (PMTS) yang dilakukan di industri
Setting Production Standard for
garmen di salah satu perusahaan di
Industrial Task. International Journal of
Tangerang dapat meningkatkan
Industrial Ergonomics, 3, 249-263.
produktivitas sebesar 13% dengan

185
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gitman, J, Lawrence, 2000, Principles of Laurigh W, et al, 1985, An approach to


Managerial Finance, 10th Edition, San assessing motor workload in assembly
Diego State University, USA. tasks by the use of predetermined-
Gnanavelu, Dr, et al 2013, Establishing motion-time systems. Journal of Applied
Time Standards for Hydraulic Cylinder Ergonomic, 16.2, 119-125.
Assembly Operations using MOST, Marek Bures & Pavlina Pivodova, 2014,
International Journal of Emerging Comparison of Time Standardization
Technology and Advanced Engineering. Methods on the Basis of Real
ISSN 2250-2459, ISO 9001;2008 Experiment. Journal of International
Certified Journal, vol. 3, Issue 11. Symposium on Inteligent Manufacturing
Golabchi A, et al 2015, Integration Of and Automation, DAAAM.
Predetermined Motion Time System Into Mehmet Cakmakci & Mahmut Kemal
Simulation Modeling Of Manual Karasu, 2007, Set-up Time Reduction
Construction Operations, Journal of Process and Integrated Predetermined
International Construction Specialty Time System MTM-UAS : A Study of
Conference. Application in a Large Size Company of
Groover, Mikell P, 2007, Work System and Automobile Industry. International
The Methods, Measurement, and Journal Advent Manufacturing
Management of Work, Seventh Edition, Technology, vol. 33, 334-344.
Pearson Education, Inc, United States of Niebel, B, W, Freivalds, A, 2003, Methods
America. Standard and Work Design, Eleventh
Holly S, W & Donald S, B, 1998, Use of Edition, Mc Graw Hill, New York.
Ergonomics as a Quality Nielen A, et al, 2012, An Empirical
Improvement Tool in a Manual Analysis of the Influence of Application
Assembly Task. International Journal Experience on Working Methods of
Of Process Modelers. International Journal
Occupational Safety and Ergonomics, of Mechanical, Aerospace, Industrial,
vol. 4, No. 1, 19-42. Mechatronic and Manufacturing
https://www.satra.co.uk Engineering, vol. 6, No. 10.
Jafar, R & Shakhs-Niyaee, M, 2008, Royal Dosset, 1992, Computer Application
Developing a Spesific Predetermined of A Natural Language Predetermined
time study approach : an empirical Study Motion Time System, Journal of
in a Car Industry. Journal of Computers and Industrial Engineering,
Production Planning & Control, vol. 19, vol. 23 Nos 1-4, pp. 319-32.
No. 5, 454-460. Sanfleber, 1967, An Investigation Into
Kanda R, et al, 2013, Analysis Of MOST Some Aspects of The Accuracy of
Technique For Elimination Of Ideal Predetermined Motion Time System,
Time Journal of International Journal Of
By Synchronization Of Different Lines. Production Research, vol. 6, Iss. 1.
International Journal of Research in Saravanan, et al, 2014, Improvement of
Advent Technology, vol. 1, Issue 4. Workflow and Productivity through

186
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Application of Manyard Operation


Sequence Technique (MOST). Journal
of
International Conference on Industrial
Engineering and Operations
Management.
Wignjosoebroto, Sritomo, 2008, Ergonomi-
Studi Gerak dan Waktu. Guna
Widya:Surabaya.

187
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI BRACKET ENGINE


MOUNTING SEBAGAI STANDAR PERFORMASI PRODUKSI
DENGAN METODE PERHITUNGAN WAKTU BAKU

Muhammad Kholil1, Hasbullah2, Euis Nina Saparina Yuliani3


1,2,3
Program Studi Teknik Industri Universitas Mercu Buana
Email: m.kholil2009@gmail.com; ozora_hasbullah@yahoo.com;
nina.yuliani@mercubuana.ac.id

Abstrak

Sebagai perusahaan manufaktur dalam rangka menambah kapasitas melakukan


berbagai pengembangan produk, salah satu produknya yaitu Bracket Engine Mounting.
Seiring berjalannya waktu permintaan akan produk Bracket Engine Mounting ini
meningkat. Dengan demikian dibutuhkan metode perhitungan untuk mengetahui kapasitas
dari proses permesinan Bracket Engine Mounting. Penelitian yang dilakukan di
perusahaan ini didasarkan pada belum adanya standar yang jelas dalam penentuan
kapasitas produksi. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan pada proses
permesinan Bracket Engine Mounting pada lini MP-H, data Machining time < Handling
time, sehingga data yang digunakan adalah data Handling Time, mengingat mesin yang
digunakan memiliki fitur APC ( Automatic Pallet Change ). Dalam pengolahan data yang
diperoleh terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, yaitu faktor penyesuaian dan faktor
kelonggaran. Dalam penelitian ini metode perhitungan faktor penyesuaian yang
digunakan adalah metode penyesuaian berdasarkan tingkat kesulitan (objective). Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh waktu baku selama 417,355 detik.
Sehingga kapasitas produksi dalam 1 shift adalah 120 unit. Sedangkan kapasitas produksi
dalam 1 jam adalah 17 unit. Dari hasil analisa, beberapa improvement yang dapat
dilakukan agar dapat meningkatkan kapasitas mengurangi waktu handling time adalah
dengan rekayasa pada proses manual handling.

Kata Kunci : Kapasitas Produksi, Handling time, Machining time, Waktu Baku.
produk yang sudah diproduksi adalah
produk Bracket Engine Mounting.
Pendahuluan
Secara garis besar proses machining
Perusahaan manufaktur ini merupakan
Bracket Engine Mounting ini melalui
perusahaan yang bergerak dalam produksi
beberapa tahap, mulai dari proses
otomotif di Indonesia khususnya untuk
pembuatan material (casting), painting
komersial car, yaitu memproduksi untuk
material sampai dengan proses permesinan
OEM (Original Equipment Manufacturing)
(machining). Proses machining ini
part berbagai macam merk (Mitsubishi,
dilakukan berdasarkan persyaratan
Hino, Isuzu, Toyota, Nissan, dll).Salah satu
pelanggan yang telah ditetapkan dalam fase
pengembangan. Namun dalam penelitian ini
188
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

hanya berfokus pada proses machining saja. produksi. Kapasitas produksi dapat
Proses machining Bracket Engine dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
Mounting ini dilakukan di line MP-H dan adalah bahan baku, sistem kerja, jumlah
mesin yang digunakan adalah Doosan mesin, jumlah pekerja, dan alur proses
VC430.Dilihat dari rantai proses tersebut kerja. Perhitungan kapasitas produksi
masalah yang muncul adalah penentuan berdasarkan pada perhitungan waktu baku
kapasitas produksi yang masih berdasarkan (Anwar, 2012), dapat dihitung dengan
pada nilai aktual jumlah proses yang rumus :
didapat tanpa adanya perhitungan dengan = (1)
acuan yang jelas dan juga terperinci.
Dimana,
Penelitian ini penting dikarenakan dalam
= Kapasitas Produksi
penentuan kapasitas produksi nantinya
ℎ = Jumlah jam kerja
dapat ditentukan dengan metode yang baku
= Waktu baku
dan sudah distandarkan, sehingga standar
kapasitas yang ditetapkan lebih realistis.
Hasil Dan Pembahasan
Berikut ini adalah gambaran proses
Metode Penelitian
untuk produk Bracket Engine Mounting.
Adapun kerangkan metode penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut ini :
Mulai

Observas i Studi Pustaka

Perumusan Masalah :
1. Menghitung waktu baku
2. Menghitung kapasitas sebagai standar
performasi produksi

Pengumpulan Data :
- Pengukuran waktu
- Pengambila n data penelitian sebanyak 30

Pengolahan Data :
- Pengujian Keseraga man Data
- Pengujian Kecukupan Da ta
- Perhitungan waktu s iklus
- Perhitungan waktu normal dengan
me masukan pe nyesuaia n
- Perhitungan waktu baku
- Perhitungan kapa sitas per shift
Sumber : PT. Braja Mukti Cakra
- Perhitungan kapa sitas per jam
Gambar 2. Proses Machining Bracket
Engine Mounting
Analisa hasil :
- Kapasitas produksi dengan demand cutomer

Berdasarkan pada gambar 2 diatas


Kesimpulan dan Saran
diketahui bahwa proses pembuatan Bracket
Selesai
Engine Mounting melalui 2 tahapan proses
Gambar 1 Metodologi Penelitian jika dilihat dari posisi table jig pada
gambar. Proses yang paling dominan disini
Penentuan Kapasitas Produksi adalah proses milling dan drilling. Produk
Kapasitas produksi dipengaruhi oleh tersebut diproses pada lini MP – H dengan
besarnya waktu baku dari suatu proses mesin Doosan VC430. Dalam proses
189
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

permesinan Bracket Engine ini dalam satu keseragaman data, uji kecukupan data.
mesin menggunakan 2 Jig Fixture sehingga Berdasarkan hasil pengolahan, data
keluaran barang jadi dalam satu siklus handling time dinyatakan seragam dan
proses adalah 2 unit. cukup.
Setelah itu dilakukan perhitungan
Pengukuran Waktu waktu siklus, waktu normal serta waktu
Dari data hasil pengamatan lapangan baku dengan memasukan beberapa faktor
diketahui bahwa diantaranya adalah faktor penyesuaian dan
Machining time : 04 menit 56 detik faktor kelonggaran.
Handling time : 05 menit 5 detik
Jika dilihat kondisi diatas adalah
Machining time < Handling time. Oleh Menghitung Waktu Siklus
karena kondisi handling time lebih besar Waktu siklus rata-rata untuk proses
dibandingkan dengan machining time, maka handling time Bracket Engine Mounting
data yang digunakan untuk observasi adalah yaitu 302,3 detik.
data handling time saja, mengingat adanya
fitur dari APC (Automatic Pallet Change) Menghitung Waktu Normal
pada mesin proses. Dalam proses operasi Dalam perhitungan waktu normal ini
permesinan dengan menggunakan fitur ini harus memasukan nilai atau angka
dapat mengurangi atau menghilangkan penyesuaian yang telah ditetapkan. Dalam
handling time, hal ini dikarenakan pada saat hal ini penilaian faktor penyesuaian ini
proses permesinan dilakukan pada meja didasarkan pada tingkat kesulitan proses
mesin 1, maka di saat yang bersamaan pula produksi Bracket Engine Mounting.
persiapan untuk proses permesinan pada Sehingga dapat dilihat pada tabel 1
meja mesin 2 dapat dipersiapkan, sehingga mengenai faktor penyesuaian berdasarkan
pada saat proses permesinan pada meja 1 tingkat kesulitan.
telah selesai, meja mesin 2 langsung
berotasi dan memulai proses permesinan Tabel 1. Faktor Penyesuaian Bedasarkan
tanpa harus menunggu dipersiapkan lagi. Tingkat Kesulitan
Namun yang perlu diperhatikan dalam Keadaan Lambing Penyesuaian
penggunaan fitur ini adalah Machining time Kondisi anggota
> Handling time. badan terpakai: E 8
Untuk menentukan waktu baku pada Badan
proses Handling, maka dilakukan Pedal Kaki
pengambilan data dengan pengamatan Tanpa pedal, atau
waktu siklus dilakukan sebanyak 30 kali satu pedal dengan F 0
agar memperoleh data yang akurat dengan sumbu dibawah
menggunakan stopwatch.Setelah Handling kaki
time diperoleh maka langkah selanjutnya Penggunaan
adalah menguji data tersebut. Dalam hal ini tangan H 0
proses pengujian data tersebut meliputi uji Kedua tangan

190
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

saling membantu = (1 + 0.17)


atau bergantian = 356,714(1,17)
Kondisi mata = 417.355
dengan tangan J 2
Cukup dekat Kapasitas Produksi
Peralatan Kapasitas seorang operator dalam
Perlu control dan P 2 melakukan proses produksi dengan waktu
penekanan baku ( Wb ) 417,36 detik dalam satu kali
Berat benda proses permesinan dengan waktu kerja 1
B-3 6
1,35 kg shift adalah 7 jam (25200 detik). Pada
Jumlah 18 proses permesinan Bracket Engine
Mounting dalam satu kali proses akan
Jadi = 1 + 0,18 = 1,18 sehingga waktu menghasilkan 2 produk jadi, maka
normalnya ( Wn ), yaitu kapasitas maksimum yang akan dihasilkan
= × dari proses permesinan adalah
= 302,3 × 1,18 ℎ
=
= 356,714
= ,
= 60,37~60
Menentukan Waktu Baku
Sebelum melakukan perhitungan waktu Dikarenakan dalam satu kali proses
baku terlebih dahulu harus mengetahui permesinan menghasilkan 2 produk jadi
jumlah kelonggaran yang diberikan pada maka, total kapasitas produksi yang
pekerjaan. Nilai kelonggaran tersebut dihasilkan dalam satu shift = 2 x 60 unit =
ditentukan berdasarkan pada kondisi kerja 120 unit. Dan jika dilihat kapasitas
di lapangan dan kemudian dibandingkan perjamnya, yaitu:
dengan nilai pada tabel referensi faktor 3600
kelonggaran. Kelonggaran diberikan untuk = 2 × = 17,25 ~
417,36
3 hal yaitu kebutuhan
pribadi,menghilangkan rasa fatique,dan Jika dilihat dari dari data kapasitas per
hambatan-hambatan yang tidak dapat shift yang dihasilkan oleh proses
dihindarkan,berikut adalah uraian masing permesinan Bracket Engine Mounting,
dari ketiga hal diatas : yaitu sebesar 120 unit/shift, maka kapasitas
 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dalam satu bulan dengan kondisi jam kerja
 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa yang diterapkan adalah 2 shift, maka
fatique kapasitas dalam satu bulan adalah
 Kelonggaran untuk hambatan yang tak ( ) = 2 × 120 ×
terhindarkan 21(ℎ ) =
Faktor kelonggaran pada proses Bracket
Engine Mounting yaitu 17%, maka untuk Jika dilihat dari kapasitas per bulannya
menentukan waktu baku diperoleh sebagai yang mencapai 5040 unit/bulan untuk
berikut : memenuhi permintaan pelanggan pada fase
191
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengembangan produk masih dapat maka dapat diambil kesimpulan sebagai


terpenuhi, yaitu sebanyak 3000 - 4000 unit berikut :
perbulan. Namun apabila sudah masuk 1. Waktu baku dari proses produksi
dalam fase Pre-production sampai dengan Bracket Engine Mounting di line MP-H
mass production dengan ramalan ( Wb ) = 417,355 detik. Waktu baku ini
pemintaan pelanggan yang dapat mencapai diperoleh dari hasil pengolahan data
14000 dalam satu bulan, maka diperlukan yang diambil dengan menggunakan
beberapa langkah persiapan agar metode jam henti atau stopwatch,
permintaan pelanggan dapat terpenuhi. perhitungan waktu baku didasarkan
Beberapa langkah tersebut adalah sebagai pada handling time. Data handling
berikut : time ini diolah sehingga data dapat
1. Persiapan untuk penambahan kapasitas dinyatakan seragam dan juga cukup
proses permesinan pada mesin lain untuk sehingga diperoleh waktu standar 302.3
proses produksi Bracket Engine detik, kemudian waktu standar ini
Mounting dengan target output/jam pada ditambahkan dengan faktor
masing-masing lini minimal sama penyesuaian, sehingga didapatkan
dengan kondisi lini sekarang, yaitu 17 waktu normal 356, 714 detik. Dari data
unit/jam. waktu normal ini dimasukan faktor
2. Perbaikan dalam sistem handling kelonggaran dan didapat waktu baku
manual pada proses pemasangan benda 2. Kapasitas dari proses produksi Bracket
kerja pada jig fixture menjadi sistem Engine Mounting pada line MP-H
clamping hydraulic sehingga diharapkan adalah 120 unit/shift. Sedangkan
dapat tercipta kondisi Machining time > kapasitas per jamnya adalah 17 unit.
Handling time.
3. Rekayasa Engineering pada proses
permesinan untuk mengurangi cycle time Daftar Pustaka
proses permesianan. Anwar, Saaeful. 2012, Penentuan
4. Mengurangi reject rasio material yang Kapasitas Produksi Dengan Pendekatan
tinggi selama fase pengembangan Perhitungan Waktu Baku, Jakarta.
sehingga tidak akan menjadi hambatan Barnes, R, M, 1980, Motion and Time
pada saat memasuki fase mass Study, Design and Meassuremnet of
production. Work, John Willey & Sons : New York.
Husein, Torik dan Alatas, Anisa, 2014,
Dibuatkan jadwal preventive maintenance Buku Pedoman Praktikum Ergonomi,
untuk mencegah dan meminimalisir adanya Jakarta.
downtime akibat kerusakan mesin. Meyers, Fred E and Stewart, James R,
2002, Motion and Time Study for Lean
Kesimpulan Manufavturing, Prentice Hall
Dari hasil yang didapat dari pengolahan International, Inc.: Amerika.
data dan analisa terhadap permasalahan, Niebel, B, W, 1998, Motion and Time
Study, Irwin, Honewood, Illinois.

192
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Syukron, Amin dan Kholil, Muhammad,
Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2014, Pengantar Teknik Industri, Graha
Rinawati, Dyah Ika, Diana Puspitasari dan Ilmu. Yogyakarta.
Fatrin Muljadi. 2012, Penentuan Waktu Wibowo, Cahyo, 2014, Perencanaan
Standar Dan Jumlah Tenaga Kerja kapasitas Produksi Pada PT SIK Di Krian-
Optimal Pada Produksi Batik CAP Sidoarjo. Universitas Surabaya, Diambil
(Studi Kasus: IKM Batik Saud Effendy, dari:
Laweyan). Universitas Diponegoro, https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/
Diambil dari: article/viewFile/791/767, 25 Mei 2016.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/ Wignjosoebroto, S, 2000, Ergonomi, Studi
article/view/4536/4136, 25 Mei 2016. Gerak dan Waktu, Guna Widya,
Sutalaksana,dkk,2006, Teknik Surabaya.
PerancanganSistem Kerja. ITB.
Bandung.

193
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

EVALUASI USER EXPERIENCE PADA PENGGUNAAN APLIKASI


AGEN TRAVEL ONLINEMELALUI SMARTPHONE

Erlinda Muslim1, Sarah Putri Ayuningtyas2, Ahmad Syahid Zakaria3, Bagus


Anugrah Ramadhan4

1
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 2,3,4Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Kampus Baru-Depok Email: tiui@ie.ui.ac.id

Abstrak
Globalisasi telah mendekatkan masyarakat dengan dunia teknologi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan beralihnya masyarakat kepada penggunaan aplikasi untuk
kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan travel seperti reservasi tiket pesawat dan
kamar hotel. Keadaan ini membuat agen travel online berlomba meningkatkan kualitas
aplikasinya. User experience (UX) merupakan salah satu faktor utama yang menjadi
prioritas pengguna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi user
experience dari dua aplikasi agen travel online teratas yaitu Traveloka dan Tiket.com
untuk mengetahui faktor apa saja yang harus diperbaiki kedepannya. Terdapat delapan
dimensi UX yang akan dievaluasi yaitu, efektivitas, efisiensi, ease of use, usability,
understandability, learnability, satisfaction, dan attractiveness yang terbagi ke dalam
dua pendekatan, task-oriented dan apps-oriented. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah performance measurement, kuesioner, think aloud dan eye
tracking. Meskipun tidak ditemukan secara signifikan pada beberapa dimensi,
didapatkan bahwa Tiket.com memiliki ketertinggalan dari segi efisiensi, efektivitas,
sistem, dan desain tampilannya sehingga berpengaruh kepada usability secara
keseluruhan, understandability, satisfaction, dan attractiveness. Traveloka memiliki
ketertinggalan dari segi learnability.

Kata Kunci: User experience, Aplikasi, Usability, Eye tracking

Pendahuluan banyak membawa perubahan bagi dunia


termasuk Indonesia [1]. Seperti halnya
Suatu jaringan global yang
yang disebutkan oleh David Tabachnick
mempersatukan masyakarat terisolasi
dan Toivo Koivukoski (2004),
menjadi saling ketergantungan (Emanuel
globalisasi telah membuat manusia dapat
Ritcher, 2006), atau disebut juga dengan
dengan mudah memperoleh berbagai
Globalisasi, sejak abad ke-19 telah
macam pandangan yang tidak terbatas
194
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang disebabkan oleh kemunculan menyediakan layanan lengkap baik


teknologi [2]. Teknologi terus pemesanan tiket pesawat hingga hotel.
mengalami kemajuan dan perkembangan Ratusan pemain lokal dan asing tercatat
hingga saat ini. Salah satu cabang mulai merintis bisnis agen travel online
teknologi yang paling mengalami (OTA).
kemajuan dan perkembangan terpesat
Di antara sekian banyak agen
adalah teknologi telekomunikasi. Contoh
travel online yang pernah menduduki
dari teknologi telekomunikasi yang tidak
peringkat 10 besar terdapat beberapa
bisa dipisahkan dari masyarakat saat ini
pemain masih mempertahankan
adalah internet. Demikian banyaknya
posisinya. Seperti yang didapat oleh
keuntungan penggunaan internet memicu
W&S Market Research terlihat bahwa
pertumbuhan pengguna yang cukup pesat
Traveloka dan Tiket.com merupakan
dari waktu ke waktu. Bertambahnya
dua agen travel online yang bertahan
pengguna internet dalam jumlah yang
di peringkat teratas yang digunakan
pesat terjadi seiring dengan semakin
oleh masyarakat. Untuk mendukung
mudahnya cara untuk mengakses
proses pemesanan, kedua OTA besar
internet. Media yang paling sering
di atas membuat aplikasi sejak tahun
digunakan adalah smartphone.
2014 [4].
Beragamnya fungsi yang ditawarkan
Melihat antusiasme tinggi dari
telah menunjang masyarakat pengguna
masyarakat dalam penggunaan aplikasi
smartphone untuk mengkomersialkan
OTA, penelitian ini diawali oleh
pemakaian aplikasi. Aktivitas bisnis
pembuatan survey kepada 171
melalui smartphone kemudian dikenal
responden dengan rentang usia 20
dengan istilah Mobile Commerce (M-
sampai 30 tahun. Dari survey tersebut
Commerce). Masyarakat pun diprediksi
didapatkan bahwa masih banyak
akanmulai menggunakan aplikasi mobile
masyarakat yang tidak akan
untuk menjalani aktivitas jual belinya [3].
menggunakan aplikasi. Dari survey
Sektor pariwisata merupakan salah yang telah dilaksanakan juga
satu dari industri yang berkembang menunjukkan bahwa userexperience
sangat besar dan cepat. Peningkatan (UX) merupakan hal yang palingpaling
minat terhadap pariwisata juga diprioritaskan bagi para responden.
ditunjukkan oleh data jumlah penumpang Namun, hingga saat ini belum ada
udara dan tingkat hunian hotel yang penelitian yang mengevaluasi user
relatif bertambah tiap tahunnya. Karena experience dari aplikasi OTA.
traveler didominasi oleh masyarakat
Berdasarkan latar belakang
berusia muda pada rentang umur 20-30
penelitian di atas dapat diketahui
tahun, pemesanan pesawat dan hotel pun
bahwa terdapat kepentingan untuk
lebih banyak dilakukan secara online. Hal
mengevaluasi aplikasi OTA saat ini
tersebut dipandang sebagai potensi besar
yang dalam penelitian ini diwakilkan
oleh sejumlah pebisnis untuk
oleh Traveloka dan Tiket.com sebagai
195
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

peringkat teratas dengan tujuan untuk pemrosesan informasi yang tinggi dengan
mendapatkan evaluasi user experience teknik penyampaian yang tepat.
dari aplikasi OTA saat ini untuk
mengetahui faktor apa saja yang harus
diperbaiki kedepannya. Kemudian, User Experience
melalui penelitian ini dapat dihasilkan
User Experience atau biasa
rekomendasi berdasarkan hasil
disingkatsebagai UX merupakan
evaluasi kepada OTA.
pengalaman secara keseluruhan dari
pengguna saat menggunakan produk,
sistem, atau layanan tertentu. Berdasarkan
Tinjauan Pustaka
ISO 9241-210, UX dikatakan sebagai
Ergonomi Kognitif sebuah persepsi dan respon dari pengguna
sesuai dari penggunaan produk, sistem, atau
Kata ergonomi sendiri berasal dari
layanan [7]
bahasa Yunani ”Ergon” yang berarti kerja
dan “Nomos” yang berarti hukum. Menurut Pengertian yang luas dari User
International Ergonomics Association Experience mengundang banyak teori yang
(IEA,2000), ergonomi didefinisikan sebagai berbeda terkait dimensi variabelnya.
ilmu yang berhubungan dengan interaksi Seluruh dimensi UX juga harus kuantitatif
atau relasi antara manusia dengan unsur- atau data pengukuran yang awalnya
unsur lain dalam suatu sistem dan profesi kualitatif harus bisa dikonversi ke angka
yang mengaplikasikan teori, prinsip, data (Thomas Tullis dan William Albert, 2013).
dan metode untuk merancang suatu sistem Tullis menyatakan bahwa dimensi UX
yang optimal. Menurut José J. Cañas, Boris menggambarkan tentang interaksi antara
B. Velichkovsky dan Boris M. pengguna dan produk, sistem, atau layanan
Velichkovsky tahun 2013, ergonomi
Berdasarkan seberapa baik pengguna
memiliki lima spesialisasi bidang yang
menyelesaikan task (efektivitas), seberapa
meliputi ergonomi fisik, kognitif, sosial
banyak usaha yang dibutuhkan pengguna
atau organisasi, lingkungan, dan
untuk menyelesaikan tugas (efisiensi),
neuroergonomics [5].
understandability, dan learnability [8].
Ergonomi kognitif berawal dari kata Hal yang sama juga dituturkan oleh
kognisi yang berasal dari bahasa Latin Werner Wetzlinger pada penelitiannya
cognoscere yang artinya mengetahui. tahun 2013.
Ergonomikognitif fokus pada kesesuaian
Namun, Werner pada penelitian yang
antara kemampuan dan batasan kognitif
dilakukannya menambahkan ease of use
manusia terhadap mesin, pekerjaan,
dan usability [9]. Berbeda dengan
lingkungan, dll (Budnick & Michael, 2011)
Hassenzahl dan Tractinsky pada tahun
[6]. Ergonomi kognitif menjadi semakin
2006, mereka memaparkan bahwa
dibutuhkan karena perkembangan teknologi
UX terdiri dari tiga kelompok metrik yaitu
sekarang mengandung kebutuhan
holistic yang berupa kemudahan

196
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

penggunaan atau usability, kepuasan langsung dan video, scan path –gaze
dalam mengerjakan tugas (ease of use), plot dengan saccade dan fiksasi
subjective yang berupa penilaian objektif sebagai parameternya,
efektivitas, efisiensi dan tingkat error, Hotspot/HeatMap untuk
serta positive yang berupa pandangan merangkum posisi pandangan mata,dan
terhadap produk secara keseluruhan area of interest untuk membandingkan
(satisfaction) dan kemenarikan dari produk dataeye tracking pada area-area tertentu
(attractiveness) [10]. [12].

Oleh karena itu, dimensi UX dirangkum Pada masa lalu, telepon seluler
secara garis besar terdiri dari efektivitas, kebanyakan berkaitan dengan melakukan
efisiensi, ease of use, usability, panggilan telepon. Saat ini, smartphone
understandability, learnability, satisfaction, adalah tren komunikasi terpadu yang
dan attractiveness. mengintegrasikan layanan
telekomunikasi dan internet ke perangkat
tunggal karena telah menggabungkan
Smartphone portabilitas telepon selular dengan
komputasi dan kekuatan jaringan PC.
menyediakan layanan reservasi online
Bahkan, saat ini smartphone telah
(onlinereservation) yang dibutuhkan
dilengkapi dengan teknologi touchscreen
seseorang dalammelakukan perjalanan.
dengan berbagai pengembangan multi-
Online Travel Agentjuga memberikan
touch [11].
kemudahan dari segi reservasi kamar
dengan fasilitas online reservation form Online Travel Agent (OTA)
dilengkapi room availability yang
Menurut Monaghan (2006), agen travel
mudah dipahami dan langsung diproses
adalah badan usaha yang
melalui situs
menyelenggarakan usaha perjalanan
tersebut ke hotel atau maskapai yang dituju. yang bertindak sebagai perantara dalam
menjual atau mengurus jasa untuk
Eye tracking Metode pelacak pergerakan
melakukan perjalanan. Secara umum,
mata atau eyetracking dewasa ini menjadi
travel agent terbagi menjadi dua jenis,
metode yang tidak asing dalam penelitian
yaitu offlinetravel agent dan online
kognitif. Durasi fiksasisebagai ukuran
travel agent. Online Travel Agent adalah
kesulitan pengolahan informasi dan
salah satu jenis dari agen travel yang
interpretasi tampilan, dan pola
melakukan seluruh kegiatannyamelalui
fiksasi(saccade) antar display sebagai
online. Jenis agen travel ini
ukuran efisiensi susunan
elemendisplay. Teori ini kemudian Single Ease Question
dipakai hingga saat iniuntuk mengevaluasi
SEQ atau Single Ease Question adalah
attractiveness tampilan produk, sistem
kuesioner dengan tujuh skala untuk menilai
ataulayanan. Dimensi eye tracking dan
apakah sebuah produk, sistem atau layanan
visualisasidata terdiri dari observasi
susah digunakan untuk melakukan suatu
197
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

task. Tujuh skala SEQ terdiri dari


pernyataan sangat mudah hingga sangat
susah seperti yang tertera pada gambar 1
[9].

Gambar 1 Bentuk Kuesioner Single Ease


Question(Sumber: Jeff Sauro dan Joseph
S. Dumas, 2011)

System Usability Scale


System Usability Scale (SUS) adalah
skalasederhana yang terdiri dari sepuluh Gambar 2 Kuesioner SUS
item pertanyaan untuk memberikan
pandangan global secara subjektif mengenai (Sumber: Thomas Tullis, 2013)
penilaian usability [8]. Bentuk isian dari
SUS ditunjukkanpada gambar 2 berikut ini.

Nilai akhir dari SUS adalah berupa skor


angka. Namun, skor tersebut dapat
diinterpretasikan ke dalam nilai huruf.
Gambar 3 menunjukkan skala untuk
menerjemahkan skor tersebut ke nilai huruf.

Gambar 3 Skala Nilai Huruf SUS

(Sumber: uxpajournal.org)

Attrakdiff
Attrakdiff adalah kuesioner yang
mengukur baik hedonic-stimulation dan
hedonic-identity maupun kualitas
pragmatisproduk, sistem, atau layanan.
Biasanya, Attrakdiff digunakan untuk
melihat kepuasan atau satisfaction dari
produk dengan meninjau pandangan
mereka terhadap produk tersebut.
198
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Attrakdiff juga dapat disebut sebagai CTA biasanya digunakan untuk


bentuk penilaian terhadap penggabungan memahami pikiran peserta ketika mereka
antara keindahan, kebaikan, dan usability berinteraksi dengan produk. Proses
pada UX (Hassenzahl, 2004) [13]. pengambilan ThinkAloud menggunakan
teknik CTA adalahresponden diminta untuk
Attrakdiff terdiri 28 poin penilaian
melakukan interaksi dengan objek.
dengan 7 skala Likert dengan jumlah
Kelebihan dari teknik ini jika dibandingkan
responden maksimal 20. Seluruh poin
dengan teknik lainnya adalah hal yang
penilaian terbagi ke dalam empat
disampaikan oleh responden lebih akurat
kategori penilaian besar yaitu mengukur
karena apa yang disampaikan saat
pragmatic quality, hedonic quality-
pengerjaan merupakan hal yang spontan
identity, hedonic quality-stimulation,
dimana pada RTA para responden sudah
serta penampilan produk secara
mulai hilang ingatannya mengenai apa yang
keseluruhan (Matthew Theuma, 2007)
terjadi saat pengerjaan.
seperti yang ditampilkan pada gambar 4.
Uji Beda Dua Mean
Uji beda dua mean dapat dilakukan
dengan berbagai metode yang tergantung
dengan bentuk datanya. Apabila data
berdistribusi normal dapat digunakan uji
parametrik, yaitu uji Z atau uji t.

Uji parametrik adalah ilmu statistik


yang digunakan untuk data-data yang
memilkisebaran normal. Berdasarkan
karakteristik data tersebut maka uji beda
dua mean dibagi dalam dua kelompok,
Gambar 4 Contoh Kuesioner yaitu uji beda dua mean independen dan uji
Attrakdiff beda mean dependen. Dua kelompok data
Think Aloud yang saling mempunyai ketergantungam
disebut dengan data dependen. Tujuan uji
Think Aloud merupakan ini adalah untuk mengetahui perbedaan
pengungkapanarus kesadaran dari proses mean dari sampel dalam populasi yang
pemikiran ketika sedang memproses sebuah sama atau berhubungan.
informasi (Cohen, 1983). Think Aloud
terdiri dari dua teknik pengambilan data. Uji statistik nonparametik adalah
Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah suatu pengujian statistik yang tidak
Concurrent Think Aloud (CTA) yang memerlukan adanya asumsi-asumsi
pelaksanaannya saat pengerjaan mengenai sebaran populasi. Statistik
berlangsung dan Retrospective Think nonparametik tidak mensyaratkan bentuk
Aloud (RTA) yang pelaksanaannya setelah sebaran parameter populasi berdistribusi
sesi pengerjaan berakhir [14]. normal. Uji wilcoxon merupakan salah

199
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

satu dari pengujian non parametrik. aplikasi Traveloka dan Tiket.com. Adapun
Pengujian ini digunakan untuk serangkaian task yang dievaluasi adalah
membandingkan dua kelompok data yang
1. Log in
tidak terdistribusi normal yang saling
2. Pemilihan jadwal keberangkatan
berhubungan.
3. Pemilihan maskapai
Metode Penelitian 4. Pengisian informasi penumpang
5. Pemilihan jadwal penginapan
Penelitian ini dilakukan dengan
6. Pemilihan kamar hotel
menggunakan pendekatan task-oriented
7. Pengisian informasi tamu
dan apps-oriented menggunakan
performance measurement, kuesioner,
Langkah-langkah yang dilakukan
think aloud dan eye tracking.
peneliti untuk mengambil data eye tracker,
Performance measurement
performancemeasurement dan kuisioner
dilakukanuntuk mendapatkan data terkait
adalah sebagaiberikut:
efektivitas, efisiensi, learnability, dan
understandability dari pemakaian aplikasi
Traveloka dan Tiket.com. Untuk
1 Pengambilan data eye tracker dengan
mengetahui masalah yang dialami
stimulus tampilan pemesanan pesawat
responden, penelitian ini melibatkan hasil
dan hotel serta review pemesanan.
concurrent think aloud. Pengambilan data
2 Responden diberikan penjelasan awal
kuesioner dilakukan terkait dengan ease-
terkait penelitian dan peralatan yang
of-use,usability, dan user experience.
akan digunakan. Serta diperlihatkan
Responden daftar tugas.
3 Responden diminta untuk mengisi
Pada penelitian ini, jumlah
kuisioner demografis.
responden yang dilibatkan berjumlah 16
4 Performance measurement untuk task 1
orang yang memenuhi kriteria berikut:
pada aplikasi pertama dimulai.
1) Pria/Wanita 5 Responden mengisi kuesioner SEQ.
2) Berada pada rentang usia 20-30 tahun 6 Setelah seluruh task dan kuesioner
3) Pengguna internet aktif selesai dikerjakan, responden mengisi
4) Pengguna website Traveloka dan kuesioner SUS dan Attrakdiff.
Tiket.com yang belum pernah 7 Responden mengulang pengerjaan task
menggunakan kedua aplikasinya pada aplikasi pertama.
5) Memiliki mata normal atau mata miopi 8 Proses yang sama dilakukan kepada
aplikasi kedua.

Pengumpulan Data
Pengolahan Data Task Oriented
Pada penelitian untuk mengukur
performa dari setiap responden digunakan Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut
skenario task yang diambil dari kegiatan pengolahan data untuk dimensi efektivitas,
pemesanan pesawat dan hotel melalui efisiensi, dan ease of use. Untuk
200
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

mengetahui masalah yang dialami Efisiensi didefinisikan sebagai besar


responden, penelitian ini melibatkan hasil sumber daya yang dibutuhkan hingga
concurrent think aloud. Efektivitas task sukses [8]. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, efisiensi dihitung
Data efektivitas didapatkan dari rata-
berdasarkan dengan presentase
rata tingkat keberhasilan pengerjaan tiap
kesuksesan dalam satu menit. Jika
task. Tingkat keberhasilan yang
efektivitas membedakan responden yang
digunakan dalam penelitian ini ada tiga
sukses sempurna dan sebagian, efisiensi
tingkat yaitu 1 untuk sukses sempurna, 2
hanya menggunakan angka 1 yang
untuk sukses sebagian atau partial
melambangkan sukses dan 0 yang
success, dan 3 untuk gagal atau failed
melambangkan gagal. Tabel 2
(Thomas Tullis, 2013) [8]. Tabel 1
menunjukkan hasil efisiensi dari
menunjukkan hasil efektivitas dari
pengerjaan ketujuh task.
pengerjaan ketujuh task dengan
confidence interval 90%. Tabel 2 Rata-rata Efisiensi Tiap Tas

Tiket.c Travel
Task om oka
Tabel 1 Rata-rata Efektivitas Tiap
Task Login 114% 136%
Travel Tiket.c Pemilihan jadwal
Task oka om P value keberangkatan 103% 106%
Login 1,1 1,3 0,05 Pemilihan Maskapai 88% 91%
Jadwal Pengisian Informasi
Keberangkatan 1,1 1,0 0,32 Penumpang 46% 51%
Pemilihan Pemilihan Jadwal
Maskapai 1,2 1,3 0,41 Penginapan 155% 189%
Informasi Pemilihan Hotel dan
Penumpang 1,4 1,5 0,76 Tipe Kamar 11% 29%
Pemilihan Pengisian Informasi
Jadwal Inap 1,0 1,0 1,00 Tamu 221% 249%
Hotel dan
Kamar 2,2 2,5 0,25
Ease of Use
Informasi Tamu 1,1 1,2 0,16
Untuk melihat seberapa puas responden
menggunakan aplikasi Traveloka dan
Tiket.com Saatmelakukan serangkaian
Efisiensi
kegiatan pemesanan tiket pesawat dan
hotel, penelitian ni menggunakan
201
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kuesioer Single EaseQuestion atau biasa Tabel 4 Hasil Think Aloud


disingkat sebagai SEQ [9].Tabel 3
Masalah
menunjukkan rata-rata hasil kuesioner
pada Masalah pada
SEQ dengan confidence interval 90%.
Task Traveloka Tiket.com
Tabel 3 Rata-rata Ease of Use Tiap
Salah tombol
Task
antara login
Travel Tiket. P dengan
Task oka con value
Login
Login 2,1 2,6 0,168
language
Pemilihan jadwal
Responden
keberangkatan 2,1 2,1 0,868
salah
Jadwal
Pemilihan Maskapai 2,2 2,8 0,155 mengira arti
Penerbanga
Pengisian Informasi n
tombol
Penumpang 2,9 3,1 0,734 search
Pemilihan Jadwal
Penginapan 2,8 2,0 0,083
Pilih
Pemilihan Hotel dan Maskapai
Tipe Kamar 3,9 5,5 0,006
Sulit
Pengisian Informasi membedakan
Tamu 1,6 1,9 0,483 Sulit
kolom yang
membedakan
Isian sudah diisi kolom yang
Hasil Concurrent Think Aloud Untuk Informasi dan kolom
sudah diisi dan
mengetahui error apa yang ditemui oleh Penumpang yang
kolom yang
responden, penelitian ini menggunakan belum
concurrent think aloud selama
penelitianberlangsung. Tabel 4 Belum
menunjukkan rangkuman masalah yang Jumlah room
ditemukan. Jadwal hampir tidak
Penginapan diisi

Filter lokasi
susah
digunakan,
tidak

Pilih Hotel Sulit mencari ada keterangan


202
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dan Kamar slot pemilihan wilayah Understandability


menyulitkan
Dimensi ini didefinisikan sebagai
seberapa baik pengguna dapat
pencarian
memahami sistem. Oleh karena
room hotel, dan sulit
itu,dalam penelitian ini,
menentukan understandability dievaluasi
batas harga berdasarkanpresentase kesuksesan yang
dapat dicapai pengguna [8]. Tabel 6
Isian Tidak lihat ada
menunjukkan rata-rata presentase
Informasi kolom isian
kesuksesan tiap responden dengan
Tamu title
confidence interval 90%.

Pengolahan Data Apps Oriented Tabel 6 Rata-rata Understandability


Berikut ini akan dijelaskan lebih Tiap
lanjut pengolahan data untuk dimensi Responden
learnability,understandability, usability,
satisfaction, dan attractiveness. Travel Tiket.c
Learnability Rata-rata oka om P value

Dimensi ini didefinisikan sebagai Presentase


kemampuan sistem untuk dipelajari oleh kesuksesan 92% 90% 0,206

penggunaannya. Learnability
dievaluasi berdasarkan peningkatan Usability
efisiensi dari percobaan pertama dan
Pada penelitian ini, pandangan
kedua (Tullis dan Albert, 2013) [8]. Tabel
global dari pengguna mengenai usability
5 menunjukkan hasil selisih efisiensi
dari aplikasi Traveloka dan Tiket.com
percobaan pertama dan kedua tiap
dinilai menggunakankuesioner System
responden dengan confidence interval
Usability Scale atau disingkat sebagai
90%.
SUS [9]. Tabel 7 menunjukkan rata-rata
Tabel 5 Rata-rata Learnability Tiap hasil kuesioner SUS tiap responden
Responden dengan confidence interval 90%.

Travel Tiket.c
Rata-rata oka om P value
Tabel 7 Rata-rata Hasil Usability Tiap
Selisih
Responden
Efisiensi 7% 9% 0,26
Rata-rata Traveloka Tiket.com P value

203
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Nilai SUS 65,6 57,7 0,139 Travelokadan Tiket.com menggunakan


data scanpath. Data scanpath itu sendiri
terdiri dari dua jenis yaitu data saccade
Satisfaction dan data fiksasi. Tabel 9 menunjukkan
jumlah saccade dan fiksasi dengan
Untuk meninjau pandangan
confidence interval 80% karena beberapa
pengguna dari segi kepuasan atau
orang sempat memiliki masalah saat
satisfaction, penelitian ini menggunakan
kalibrasi.
kuesioner Attrakdiff [10]. Seluruh
pertanyaan tersebut terbagi menjadi Tabel 9 Rata-rata Saccade dan Fiksasi
empat aspek yaitu pragmatic quality Tiap Responden
(PQ) yang merepresentasikan usability,
Rata-rata Travelo Tiket.co
hedonic quality-identity (HQ-I) yang
Fiksasi ka m P value
hubungan sosial yangterbentuk karena
penggunaan aplikasi, hedonic quality- Pemilihan
stimulation (HQ-S) maskapai 53,29 61,57 0,337
yangmerepresentasikan bantuan
pengembangan diri dan attrractiveness Review
(Att). Tabel 8 menunjukkan hasil nilai pemesanan 48,93 50,64 0,835
satisfaction dari keempat aspek dengan Pemilihan
confidence interval 90%. hotel 29,50 30,07 0,907

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Satisfaction tiap Pembahasan


Responden Hasil dari penelitian ini dibagi
Travel Tiket. P menjadi dua, yakni hasil menggunakan
Aspek oka com value task oriented dan apps oriented.

Pragmatic Quality 0,66 0,67 0,966 Task Oriented


Dengan menggunakan pendekatan
Hedonic Quality-
TaskOriented, dimensi User Experience
Identity 1,13 0,98 0,528
(UX) yangakan dianalisa pada penelitian
Hedonic Quality- ini adalah efektivitas, efisiensi, dan ease
Stimulation 0,22 0,73 0,009 of use. Berikut ini akan dijelaskan lebih
lanjut analisis terhadap hasil pengolahan
Attractiveness 1,09 0,97 0,625
data berdasarkan task yang dikerjakan.
Attractiveness
Login
Pada penelitian ini pengolahan data Dari segi efektivitas Traveloka
eyetracker untuk melihat attractiveness memiliki nilai yang lebih rendah
dari desaintampilan aplikasi dibandingkan dengan Tiket.com. Artinya,
Traveloka memiliki efektivitaslogin yang
204
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

lebih tinggi dibandingkan dengan dibadingkan dengan Tiket.com. Hal


Tiket.com secara signifikan. tersebut menunjukkan bahwa
responden lebih puas memilih jadwal
Sedangkan dari segi efisiensi,
keberangkatan dengan Tiket.com
Traveloka memiliki presentase
dibandingkan dengan Traveloka secara
kesuksesan permenit yang lebih tinggi
tidak signifikan.
dibandingkan dengan Tiket.com.
Pemilihan Maskapai
Hal tersebut menunjukkan bahwa
melakukan login lebih efisien Dari segi efektivitas Traveloka
menggunakan Travelokadibandingkan memiliki nilai yang lebih rendah
dengan Tiket.com. dibandingkan dengan Tiket.com.
Berdasarkan dengan nilai rata-rata
Dari segi ease of use, Traveloka
efektivitas yang diperoleh kedua
memiliki nilai SEQ yang lebih rendah
aplikasi, Traveloka memiliki
dibandingkan dengan Tiket.com. Hal
efektivitas pemilihan maskapai yang
tersebut menunjukkan bahwa
lebih tinggi dibandingkan dengan
responden lebih puas melakukan login
Tiket.com secara tidak signifikan.
dengan Traveloka dibandingkan
dengan Tiket.com secara tidak Sedangkan dari segi efisiensi,
signifikan. Traveloka memiliki presentase
kesuksesan permenit yang lebih tinggi
Pemilihan Jadwal Keberangkatan
dibandingkan dengan Tiket.com. Hal
Dari segi efektivitas Traveloka tersebut menunjukkan bahwa memilih
memiliki nilai yang lebih tinggi maskapai lebih efisien menggunakan
dibandingkan dengan Tiket.com. Traveloka dibandingkan dengan
Berdasarkan dengan nilai rata-rata Tiket.com. Dari segi easeof use,
efektivitas yang diperoleh kedua Tiket.com memiliki nilai SEQ
aplikasi, Tiket.com memiliki yanglebih tinggi dibadingkan dengan
efektivitas pemilihan jadwal Traveloka. Hal
keberangkatan yang lebih tinggi
tersebut menunjukkan bahwa responden
dibandingkan dengan Traveloka secara
lebih puas memilih maskapai dengan
tidak signifikan Sedangkan dari segi
Traveloka dibandingkan dengan
efisiensi, Traveloka memiliki
Tiket.com secara tidak signifikan.
presentase kesuksesanpermenit yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Pengisian Informasi Penumpang
Tiket.com. Hal tersebut menunjukkan
Dari segi efektivitas, Traveloka
bahwa memilih jadwal keberangkatan
memiliki nilai yang lebih rendah
lebih efisien menggunakan Traveloka
dibandingkan dengan Tiket.com.
dibandingkan dengan Tiket.com.
Berdasarkan dengan nilai rata-rata
Dari segi ease of use, Traveloka efektivitas yang diperoleh kedua aplikasi,
memiliki nilai SEQ yang lebih tinggi Traveloka memiliki efektivitas

205
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengisianinformasi penumpang yang lebih Dari segi efektivitas, Traveloka


tinggi dibandingkan dengan Tiket.com memiliki nilai yang lebih rendah
secara tidak signifikan. dibandingkan dengan
Sedangkan dari segi efisiensi, Tiket.com. Berdasarkan dengan nilai
Traveloka memiliki presentase kesuksesan rata-rata efektivitas yang diperoleh
permenit yang lebih tinggi dibandingkan kedua aplikasi, Traveloka memiliki
dengan Tiket.com. Hal tersebut efektivitas pemilihan kamar hotel yang
menunjukkan bahwa mengisi informasi lebih tinggi dibandingkan dengan
penumpang lebih efisien menggunakan Tiket.com secara tidak signifikan.
Traveloka dibandingkan dengan Tiket.com.
Sedangkan dari segi efisiensi,
Dari segi ease of use, Tiket.com Traveloka masih memiliki presentase
memiliki nilai SEQ yang lebih tinggi kesuksesan permenit yang lebih tinggi
dibadingkan dengan Traveloka. Hal dibandingkan dengan Tiket.com. Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden tersebut menunjukkan bahwa memilih
lebih puas mengisi informasi penumpang kamar hotel lebih efisien menggunakan
dengan Traveloka dibandingkan dengan Traveloka dibandingkan dengan
Tiket.com secara tidak signifikan. Tiket.com.

Pemilihan Jadwal Penginapan Dari segi ease of use, Tiket.com


memiliki nilai SEQ yang jauh lebih
Dari segi efektivitas, kedua aplikasi
tinggi dibadingkan deangan Traveloka.
sama sama memiliki nilai efektivitas yang
Hal tersebut menunjukkan bahwa
sangat baik karena tingkat kesuksesan yang
responden lebih puas memilih kamar
dicapai oleh seluruh respondennya
hotel dengan Traveloka dibandingkan
sempuna.
dengan Tiket.com secara signifikan.
Sedangkan dari segi efisiensi,
Traveloka memiliki presentase kesuksesan
permenit yang lebih tinggi dibandingkan Pengisian Informasi Tamu
dengan Tiket.com. Hal tersebut
Dari segi efektivitas, Traveloka
menunjukkan bahwa memilih jadwal
memiliki nilai yang lebih rendah
penginapan lebih efisien menggunakan
dibandingkan dengan Tiket.com.
Traveloka dibandingkan dengan Tiket.com.
Berdasarkan dengan nilai rata-rata
Dari segi ease of use, Tiket.com efektivitas yang diperoleh kedua
memiliki nilai SEQ yang lebih rendah aplikasi, Traveloka memiliki
dibadingkan dengan Traveloka. Hal efektivitas pengisian informasi tamu
tersebut menunjukkan bahwa responden yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lebih puas memilih jadwal penginapan Tiket.com secara tidak signifikan.
Tiket.com dibandingkan dengan Traveloka
Sedangkan dari segi efisiensi,
secara signifikan.
Traveloka memiliki presentase
Pemilihan Kamar Hotel kesuksesan permenit yang lebih tinggi
206
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dibandingkan dengan Tiket.com. Hal Usability


tersebut menunjukkan bahwa mengisi
Traveloka mendapatkan skor rata-rata
informasi tamu lebih efisien
65,63 sedangkan Tiket.com mendapatkan
menggunakan Traveloka dibandingkan
57,66. Mengacu kepada skala nilai huruf
dengan Tiket.com.
SUS, Traveloka masih tergolong OK atau
Dari segi ease of use, Tiket.com dapat diterima. Namun, Tiket.com dengan
memiliki nilai SEQ yang sedikit lebih nilai yang di bawah 60 termasuk ke dalam
tinggi dibadingkan deangan Traveloka. F atau tidak bisa diterima. Artinya,
Hal tersebut menunjukkan bahwa Tiket.com harus segera dilakukan redesain.
responden lebih puas memilih kamar
Satisfaction
hotel dengan Traveloka dibandingkan
dengan Tiket.com secara signifikan. Traveloka dan Tiket.com memiliki
nilai yang sama dari segi pragmatic quality
(PQ) yang merepresentasikan usability.
Apps Oriented Traveloka unggul dari segi hedonic quality-
identity (HQ-I) yang merepresentasikan
Pada pendekatan Apps Oriented,
keterikatan responden terhadap aplikasi
penelitian menganalisa beberapa
secara tidak signifikan. Sebaliknya,
dimensi UX yang terdiri dari
Tiket.com unggul dari segi hedonic quality-
learnability, understandability,
stimulation (HQ-S) yangmerepresentasikan
usability,satisfaction, dan
bantuan pengembangan diri secara
attractiveness. Learnability
signifikan. Kemudian, Traveloka unggul
Efisiensi responden pada dari segi attrractiveness (Att) tampilan
percobaan ke-2 ketika menggunakan secara keseluruhan secara tidak signifikan.
kedua aplikasi baik Traveloka maupun
Attractiveness
Tiket.com mengalami peningkatan.
Namun, Tiket.com memiliki Jumlah saccade dan fiksasi yang
peningkatan efisiensi yang lebih besar. dibutuhkan responden ketika mencari ikon
Oleh karena itu, Tiket.com dapat pemilihan maskapai, review pemesanan dan
dikatakan memiliki learnability yang pemilihan kamar hotel lebih sedikit pada
lebih baik meskipun tidaksignifikan. Traveloka. Hal ini menunjukkan bahwa
Traveloka memiliki attractiveness yang
Understandability
lebih baik dibandingkan dengan tiket.com.
Responden lebih banyak berhasil
mengerjakan task saat menggunakan
Traveloka dibandingkan dengan saat Simpulan
menggunakan Tiket.com. Oleh karena itu,
Jika ditinjau dari pendekatan task
Traveloka dapat dikatakan memiliki
oriented, proses pemesanan tiket pesawat
understandability yang lebih baik meskipun
dan hotel lebih efisien menggunakan
tidak signifikan dibandingkan dengan
Traveloka dibandingkan dengan
Tiket.com.
207
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tiket.com. Sedangkan dari segi tamu dengan pemesan karena


efektivitas, sebagian besar task lebih banyak responden yang salah
unggul Traveloka, Tiket.com memiliki memahami keterangan tersebut.
proses yang lebih baik hanya pada 5. Traveloka disarankan mengubah
pemilihan jadwal keberangkatan. tombol search, keterangan lokasi
Sedangkan dari segi ease of use, keberangkatan, kolom pemilihan
Tiket.com juga hanya unggul pada tanggal, pilihan jumlah kamar, dan
pemilihan jadwal keberangkatan dan sistem pemesanan hotel.
jadwal penginapan. Penelitian terkait user experience
dari aplikasi merupakan penelitian yang
Jika ditinjau dari pendekatan
sangat penting dan memiliki potensi
appsoriented, baik understandability,
tinggi untuk
usability, attractiveness, dan satisfaction
diungguli olehTraveloka. Tiket.com dikembangkan. Beberapa hal yang dapat
hanya unggul dari segi learnability. dikembangkan dari penelitian ini untuk
penelitian selanjutnya, di antaranya yaitu:
Berdasarkan hasil evaluasi, rekomendasi
yang bisa diberikan untuk kedua aplikasi Penelitian selanjutnya dapat meninjau
yaitu sebagai berikut: dari segi pengguna rutin suatu aplikasi
untuk mengevaluasi aplikasi
1. Tiket.com harus lebih banyak
kompetitornya dan begitu juga
mengejar ketinggalan dari Traveloka
sebaliknya.Penelitian selanjutnya dapat
baik dari segi efisiensi, efektivitas,
mengevaluasi aplikasi OTA
serta kerapihan sistem dan desain
menggunakan tools kognitif lainnya
tampilan karena hal tersebut dapat
sehingga bentuk rekomendasinya
mempengaruhi understandability,
menjadi semakin beragam.
penilaian usability secara
Penelitian selanjutnya dapat
keseluruhan, nilai satisfaction yang
mengangkat masalah-masalah yang
diberikan, dan attractiveness dari
dirasakan pengguna dalam
aplikasi.
menggunakan aplikasi.
2. Traveloka disarankan memperbaiki
Penelitian selanjutnya juga dapat
sisi learnability aplikasinya.
mengangkat topik yang sama untuk
3. Tiket.com disarankan memperbaiki
aplikasi agen travel online yang
desain homescreen, sistem
berbeda.
pemilihan jadwalkeberangkatan
Penelitian juga dapat dilakukan
pemilihan maskapai, pengisian
terhadap aplikasi-aplikasi lain seperti
informasi, pemilihan jadwal
game, online shopping, atau aplikasi
penginapan, dan pemilihan kamar
lainnya yang sedang marak digunakan.
hotel untuk mengurangi error dari
pengguna
4. Tiket.com disarankan untuk Penelitian selanjutkan bisa membahas
meninjau checkbox “i’m not staying userexperience dengan pengkategorian
at the hotel...” untuk membedakan
208
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

umur,status ekonomi sosial, dan lain- Budnick, p., & Michael, R. (2011, June
lain. 11). What is cognitive ergonomics?
Diambil kembali dari Ergoweb:
http://www.ergoweb.com/news/deta
Referensi
il.cfm?id=352
Budi, Winarno. (2008). Globalisasi peluang
ISO 9241-210. (2010). Ergonomics of
atau ancaman bagi indonesia. Jakarta:
human-system interaction. Diambil
Erlangga.
kembali dari:
Tabachnick, David. (2004). http://www.iso.org/iso/catalogue_de
Globalization, Technology, and tail.htm?csnumber=52075
Philosophy. New York: Paper Back.
Tullis, T,. Albert, B. (2013).
Kompas. (2015). Tahun 2016, Penggunaan Measuring The User Experience Second
Aplikasi "Online Travel Agent" akan Edition. New York: Elsevier.

Meningkat. Diambil kembali dari Werner Wetzlinger., Andreas Auinger.,


Michael Dörflinger. (2014). Comparing
kompas.com:
Effectiveness, Efficiency, Ease of Use,
http://travel.kompas.com/read/2015/12
/29/ Usability and User Experience When

181500027/Tahun.2016.Penggunaan.A Using Tablets and Laptops. International


plik
Conference, DUXU 2014 Part I.
asi.Online.Travel.Agent.akan.Meningk
Petrie, Helen. (2009). The evaluation of
at.
accessibility, usability and user
Frost & Sullivan. (2015). Menguak
experience. The Universal Access
Peluang
Handbook.
Bisnis Online Travel dari Traveloka
NSW Government. (2014). Introduction
dan Tiket.com. Diambi kembali dari
to Smartphone. Diambil kembali
Info Komputer:
dari:
http://www.infokomputer.com/2015/1 https://www.telstra.com.au/content/
1/fit dam/tcom/seniors/pdf/beginners-
intro-smartphones.pdf
ur/peluang-bisnis-online-travel-
agency- Jacob, R. J., & Karn, K. S. (2003). Eye
tracking in human-computer
traveloka-tiket-com/
interaction and usability research:
Charlton, S. G., & O’Brien, T. G. (2002). Ready to deliver the promises . The
Handbook of human factors testing & Mind's Eye: Cognitive andApplied
evaluation (2nd Edition ed.). Aspects of Eye Movement Research.
LawrenceErlbaum Associates.
209
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Silvennoinen, Johanna. (2014). of a physician data query tool. El


Experiencing Visual sevier
Usability and Aesthetics in Two
Mobile Application Contexts.
Journal of Usability Studies.

Peute, Linda et al. (2013). The value of


Retrospective and Concurrent Think
Aloud in formative usability testing

210
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PENINGKATAN BEBAN KERJA DAN KELUHAN


MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI BAGIAN JAHIT DI “S”
KONFEKSI GIANYAR

Yuhana Damantalm1, Nathasya Ferdyastari1 , Luh Made Indah Sri Handari Adiputra2

1
Mahasiswa Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
2
Dosen Program Studi Magister Ergonomi Fisiologi Kerja, Universitas Udayana
Email : yuhanadamantalm@gmail.com, chanathasya@gmail.com

Abstrak

Bali merupakan daerah pariwisata sehingga banyak para wisatawan yang datang
berkunjung. Salah satu oleh-oleh yang biasanya di cari oleh para wisatawan adalah baju,
oleh karena itu industri dibidang konfeksi semakin berkembang karena permintaannya pun
semakin meningkat. Salah satu konfeksi yang ada adalah konfeksi “S” di Gianyar, dari
beberapa proses di konfeksi sehingga menghasilkan baju, pekerja pada proses jahit
merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan akurasi yang tinggi.
Ketidaksesuaian mesin dan operatornya mengakibatkan terjadinya cedera muskuloskeletal
akibat sikap tubuh yang dipaksakan (tidak alamiah) pada saat bekerja sehingga
menyebabkan keluhan pada leher, bahu dan punggung. Banyaknya baju yang diproduksi
dan waktu kerja yang panjang tanpa adanya waktu istirahat yang ergonomis membuat
pekerja mengejar target pencapaian sehingga beban kerja makin meningkat. Penelitian ini
menggunakan rancangan one group pre test post test design dengan jumlah sampel enam
orang. Untuk keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner NBM diuji dengan uji
Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas data dan didapatkan data berdistribusi normal
(p>0,05) sehingga data dapat diuji menggunakan uji t-paired sedangkan beban kerja
menggunakan heart rate dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas data, dari hasil
uji di peroleh data tidak berdistribusi normal (p<0,05) sehingga digunakan uji Wilcoxon.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan keluhan muskuloskeletal diperoleh pre test
44,67±3,61 dan post test 52,17±6,08, denyut nadi istirahat yaitu rerata 72,17±3,37 dpm
dan denyut nadi kerja 78,67±5,47 dpm. Dari hasil uji statistik, terjadi peningkatan
berbeda bermakna (p<0,05).Simpulan penelitian didapatkan peningkatan keluhan
muskuloskeletal dan beban kerja pada pekerja bagian jahit di “S” konfeksi Gianyar.
Kata kunci : Beban Kerja, Keluhan Muskuloskeletal, Pekerja bagian jahit

mancanegara karena alam dan budayanya,


Pendahuluan wisatawan lokal maupun mancanegara
Bali merupakan salah satu daerah banyak yang berkunjung untuk melihat
pariwisata yang sangat dikenal di keindahan alamnya. Tidak lengkap para
211
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

wisatawan pulang tanpa membawa buah dilakukan overdeck pada pinggiran baju
tangan dari Bali. Salah satu oleh-oleh dari untuk menutupi hasil potongan baju dari
Bali yang banyak di minati oleh wisatawan sisa kain. 9) Pasang label, setelah baju
adalah baju Bali, karena banyaknya selesai maka baju akan dipasang agar
permintaan konsumen terhadap hasil konsumen mengetahui produksi baju yang
konfeksi, industri yang berkembang digunakan. 10) Cheking baju jadi, baju
dibidang usaha konfeksi semakin meluas. yang telah dipasang label akan dicek
Salah satu industri konfeksi yang kembali agar tidak ada yang tidak
memproduksi oleh-oleh di Bali adalah “S” terpasang, selain itu baju juga akan akan
konfeksi yang bekerjasama dengan pusat dicek dari kelebihan benang sisa jahitan.
oleh-oleh terkenal di Bali untuk 11) Setrika baju, baju yang telah selesai
memproduksikan hasil konfeksinya dijemur terlebih dahulu dan masuk pada
bernama baju “J”. “S” Konfeksimemiliki proses setrika baju agar baju rapi dan
pegawai berjumlah 50 orang dan masing mudah dimasukkan ke dalam kemasan. 12)
masing mengerjakan produksi baju aplikasi Pasang tag harga, proses pemasangan tag
bordir batik. harga adalah proses terakhir dari pembuatan
Produk konfeksi sebagai hasil baju aplikasi border batik yang kemudian
kerajinan, diproses dalam suatu industri akan didistributorkan ketempat kerjasama
yang memiliki unit kerja tertentu dengan “S” Konfeksi.
tugas yang berbeda-beda pada setiap Pada umumnya, pekerjaan di industri
bagiannya. Proses pembuatan pakaian jadi konfeksi memiliki karakteristik kerja
“S” Konfeksi terbagi dalam 12 proses dengan posisi kerja duduk dan berdiri,
diantaranya: 1) Cheking kain, sebelum ketelitian kerja yang cukup tinggi, tingkat
diolah menjadi baju kain dichek digudang, pengulangan kerja yang melibatkan satu
dimana kain yang berkualitas baik jenis otot secara berulang. Selain itu, terjadi
digunakan untuk keproses selanjutnya. 2) juga interaksi dengan benda tajam seperti
Menggelar kain, kain yang telah dicheking jarum, gunting, dan pisau potong,
digelar diatas meja pemotongan. 3) Patrun, banyaknya debu serat bahkan aroma khas
kemudian kain dipola menggunakan bahan kain, kebisingan, getaran dari mesin jahit (
pola yang sudah ada. 4) Gunting kain, Rusni, 2016).
setelah bahan dipola maka kain digunting Sikap kerja penjahit biasanya adalah
berdasarkan pola yang ada sesuai ukuran duduk statis, postur bagian punggung dan
(S, M, L, XL) 5) Bordir aplikasi, kain yang kepala cenderung sedikit membungkuk
yang telah digunting akan diborder serta posisi siku maupun lutut menekuk.
menggunakan mesin border. 6) Selain itu, pada saat bekerja dengan mesin
Pengguntingan aplikasi, setelah diborder jahit terjadi pengulangan gerakan pada
aplikasi, kain digunting 7) Cheking border tangan dan kaki. Oleh karena itu tampak
aplikasi, pada bagian cheking pekerja akan jelas sikap kerja penjahit dibatasi oleh mata
memeriksa hasil dari border aplikasi yang sebagai kontrol penglihatan pekerjaan,
telah dibuat untuk selanjutnya akan dibuat tangan untuk mengarahkan bahan yang
menjadi baju pada proses jahit. 8) Jahit dan dijahit dan kaki sebagai kontrol kecepatan
overdeck, jahit merupakan penjahitan dalam dari pekerja yang dilakukan. Hal inilah
model baju, tetapi sebelum dijahit akan yang memicu timbulnya keluhan pegal dan

184
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

nyeri yang dirasakan terutama pada bagian kerja, lux meter untuk pencahayaan, sound
leher, punggung, pinggang dan kaki. level untuk kebisingan, thermometer untuk
Adanya beban statis yang berulang suhu.
dalam waktu yang lama terhadap otot dapat
menimbulkan keluhan berupa kerusakan Hasil dan Pembahasan
pada sendi, ligament dan tendon yang Karakteristik Subjek
dikenal dengan istilah musculoskeletal
disorder (MSDs) atau cidera pada sistem Data karakteristik subjek yang
muskuloskeletal. MSDs dapat menjadi disajikan dalam Tabel 1.
pemicu respon mal adaptif pada pekerja
seperti malas dalam melakukan
Tabel 1. Karakteristik subjek
pekerjaannya, terlambat atau tidak masuk
Nilai
kerja, berdampak pada hasil kerja yang
Parameter
tidak optimal serta mempengaruhi n Rerata SB
No (Tahun)
penghasilan pekerja. Faktor resiko seperti
beban kerja yang tinggi atau berat, umur 6 37,50 5,32
1
pekerjaan berulang, sikap kerja yang salah,
serta stres dapat menimbulkan keluhan Lama Kerja 6 8,0 0,89
2
muskuloskeletal.
Ketidaksesuaian mesin dan Berdasarkan Tabel diatas
operatornya akan mengakibatkan terjadinya menunjukkan umur subjek adalah
cedera otot dan rangka akibat sikap tubuh 37,5±5,32 tahun, pekerja berjenis kelamin
yang dipaksakan atau tidak alamiah pada perempuan dengan rentang umur 30 – 43
saat bekerja. Keluhan muskuloskeletal tahun. Rentang usia ini termasuk golongan
terutama pada leher dan bahu banyak terjadi usia kerja, dengan batasan umur angkatan
dikalangan wanita pekerja terutama kerja yang berlaku di Indonesia yaitu 15
operator mesin jahit, dikarenakan tahun sampai dengan 64 tahun.
pekerjaannya bersifat monoton atau Kekuatan otot manusia pada otot
berulang dalam posisi duduk dengan lengan, punggung dan kaki baik laki – laki
punggung bagian atas membungkuk dan maupun perempuan mencapai puncaknya
kepala menunduk serta membutuhkan di usia 20 – 29 tahun. Pada saat mencapai
konsentrasi dan akurasi yang tinggi (Rusni, 60 tahun, rerata kekuatan otot akan
2016). menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan
otot mulai menurun maka risiko terjadinya
Metode penelitian keluhan muskuloskeletal akan meningkat
Penelitian ini menggunakan (Rusni, 2016). Umur mempunyai
rancangan one group pre test post test hubungan yang sangat kuat dengan
design dengan jumlah sampel enam orang. keluhan otot, terutama untuk otot leher dan
Data dianalisis pada hari jumat, 17 Februari bahu.
2017 jam 07.30 s/d 13.00 WITA. Alat ukur
yang digunakan adalah NBM untuk keluhan Untuk lama kerja adalah 8,0±0,89
muskuloskeletal, heart rate untuk beban tahun dengan rentang lama kerja 7 – 9

185
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tahun, menunjukkan bahwa pengalaman kelembaban 88%, dan hasil rata – rata
pekerja jahit telah terampil dan mampu pencahayaan dari 5 titik adalah 315 lux.
untuk beradaptasi dengan pekerjaannya. Hasil tersebut dibawah normal, dimana
Pengalaman kerja mempunyai hubungan menurut Dinata (2013), intensitas
yang sangat erat dalam aktivitas subjek penerangan yang kurang memadai dapat
untuk menyelesaikan pekerjaannya. menyebabkan gangguan visibilitas atau
Pengalaman kerja dalam pekerjaan sektor eyestain. Sebaliknya intensitas yang
formal pada umumnya dianggap dapat berlebihan dapat juga menyebabkan glare,
meningkatkan kemampuan kerja reflection, excessive shadow, visibility dan
seseorang. Seseorang akan memiliki eyestrain. Tabel 2 menunjukkanuntuk
kesempatan meningkatkan pendapatan dan pekerja jahit adalah 1000 lux yang
produktivitas dengan pengalaman yang merupakan pekerjaan halus. Standar
jauh lebih lama (Suarbawa, 2016). pencahayaan lingkungan kerja untuk
Untuk sistem pengupahan didapatkan perindustrian menurut Keputusan Menteri
dari hasil observasi pekerja yaitu Rp 4.000 Kesehatan Nomor : 405/
per jam. Jika ada pekerja yang sakit maka Menkes/SK/XI/2002 sebagai berikut :
pemilik konfeksi membantu dalam hal
pembiayaan, tetapi untuk jaminan Jenis Tingkat Keterangan
kesehatan pekerja belum diberikan. Sistem kegia pencah
pengupahan transport dan tunjangan makan tan ayaan
diberikan dalam bentuk gaji yang minima
didapatkan tiap harinya. Hasil dari l (Lux)
pendapatan perbulan jika didapatkan hasil Peke 100 Ruangan
rata – rata gaji pokok kurang dari Rp rjaan penyimpanan dan
1.000.000 perbulan diluar lembur, transport kasar ruang peralatan atau
dan makan yang dibawah UMK (Upah dan instalasi yang
Minimum Kabupaten) kabupaten Gianyar tidak memerlukan
sendiri yaitu Rp 2.050.000 perbulan. terus pekerjaan yang
mene kontinu
Karakteristik lingkungan rus
Peke 200 Pekerjaan dengan
Lingkungan kerja yang dapat
rjaan mesin dan perakitan
memberikan beban tambahan pada pekerja
kasar kasar
jahit adalah Lingkungan kerja fisik, seperti
dan
mikroklimat (suhu, udara, kelembaban
terus
udara, kecepatan rambat udara, suhu
mene
radiasi), intensitas penerangan, intesitas
rus
kebisingan, vibrasi mekanis dan tekanan
Peke 300 Ruang administrasi,
udara.
rjaan ruang kontrol,
Lingkungan kerja fisik bagian jahit di
rutin pekerjaan mesin dan
“S” Konfeksi didapatkan kebisingan 87 dB
perakitan atau
yang dapat di tolerir dari nilai normal
penyusun
adalah 85 dB, suhu lingkungan 260C,

186
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Peke 500 Pembuatan gambar melihat normalitas data. Hasil data


rjaan atau bekerja dengan didapatkan data berdistribusi normal (p >
agak mesin kantor pekerja 0,05) sehingga data dapat diuji
halus pemeriksaan atau menggunakan uji t-
pekerjaan dengan
mesin.
Peke 1000 Pemilihan warna, paired dan hasilnya dapat dilihat pada
rjaan pemrosesan tekstil, Tabel 4.
halus pekerjaan mesin
halus dan perakitan Tabel 3. Hasil uji t-paired keluhan
halus muskuloskeletal
Peke 1500(ti Mengukir dengan Hasil
rjaan dak tangan, pemeriksaan Variabel n Rerata SB p
amat menim pekerjaan mesin dan MSDPre 6 44,67 3,61
halus bulkan perakitan yang MSDPost 6 52,17 6,08 0,001
bayang sangat halus Selisih 6 7,50 2,88
an)
Peke 3000(ti Pemeriksaan Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat hasil
rjaan dak pekerjaan, perakitan uji muskuloskeletal menunjukkan bahwa
terin menim sangat halus keluhan muskuloskeletal pada pekerja
ci bulkan penjahit setelah bekerja terjadi peningkatan
bayang keluhan muskuloskeletal yaitu
an) 52,17.Keluhan muskuloskeletal dapat
Keluhan Muskuloskeletal terjadi karena adanya sarana prasarana yang
tidak sesuai dengan pekerja baik dari
Tabel 2. Standar Pencahayaan
kondisi stasiun kerja maupun lingkungan
Lingkungan Kerja untuk
Perindustrian kerja. Pekerja yang melakukan sikap kerja
tidak alamiah lebih cepat menimbulkan
kelelahan kerja.
Sumber : Keputusan Menteri Hasil data NBM menunjukkan bahwa
Kesehatan Nomor : tingkat risiko untuk keluhan
405/Menkes/SK/XI/2002 muskuloskeletal adalah sedang dan
mungkin diperlukan tindakan perbaikan.
Kondisi tersebut dapat berpengaruh
Keluhan muskuloskeletal diperoleh dengan terhadap menurunnya efisiensi dan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map, efektifitas kerja.
dimana pembagian kuesinor ini dibagi pada Berdasarkan hasil wawancara dan
saat sebelum bekerja dan sesudah bekerja kuesioner Nordic Body Map, pekerja
(pre test dan post test). Perhitungan NBM kebanyakan mengalami sakit pada bagian
dilakukan dengan menjumlahkan Semua bahu, leher, lengan, pinggang dan bokong.
skor total keluhan muskuloskeletal per Penelitian Putri (2015), didapatkan pekerja
subjek pre dan post test, kemudian data penjahit melakukan pekerjaanya secara
diuji dengan uji Shapiro-Wilk untuk monoton dengan posisi tubuh yang

187
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dianggap nyaman tanpa memperhatikan


sikap yang baik dan benar sehingga Beban kerja
menimbulkan keluhan pada leher akibat Beban kerja pre dihitung berdasarkan
cenderung menundukkan kepala dengan denyut nadi istirahat selama 15 detik dan
leher menekuk dan badan membungkuk dikalikan 4 saat sebelum kerja, denyut nadi
kedepan. kerja dihitung menggunakan ten pulse
Pekerjaan menjahit termasuk ke method saat sesudah bekerja. Jumlah nadi
pekerjaan halus yang membutuhkan kerja ini kemudian diuji menggunakan uji
ketelitian, ukuran tempat duduk disesuaikan Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas
dengan dimensi ukuran antropometri data, dari hasil uji di peroleh data tidak
pekerja, landasan kerja memungkinkan berdistribusi normal (p<0,05) sehingga
lengan menggantung pada posisi rileks digunakan uji Wilcoxon.
bahu, dengan lengan bawah mendekati
posisi horizontal atau sedikit menurun. Table 4. Hasil uji Wilcoxon beban kerja
Pekerja dibagian jahit duduk dikursi Hasil
plastik tanpa sadaran punggung dan alas Variabel n Rerata SB p
duduk hal ini mengakibatkan sebagian HR Pre 6 72,17 3,37
besar dari penjahit ini membungkuk HRPost 6 78,67 5,47 0,024
badannya kearah meja jahit dimana dalam Selisih 6 6,50 2,35
keadaan nyaman dan aman posisi duduk
pekerja harus dengan tegak untuk itu Dalam penilaian beban kerja diukur
diperlukan sandaran kursi. Menurut OSHA dengan menghitung denyut nadi sebelum
Sewing and Related Procedure tinggi meja dan sesudah bekerja. Pada Tabel 4
yang dianjurkan adalah setinggi siku menunjukkan bahwa denyut nadi istirahat
pekerja, dimana pergelangan berada pada yaitu rerata 72,17 dengan SB 3,37 dan
posisi horizontal dan jarak antara meja dan sesudah kerja terjadi peningkatan denyut
pekerja tidak menekan perut dan paha nadi kerja yaitu 78,67 dengan SB 5,47.
sehingga masih tersisa ruang untuk kaki Beban kerja hendaknya disesuaikan dengan
bebas bergerak (Saputri, 2013). Selain itu kemampuan fisik, kognitif, keterbatasan
pencahayaan lingkungan di sekitar mesin dan kebolehan manusia yang menerima
jahit juga kurang memadai, kondisi ini beban tersebut. Semakin berat beban kerja
dapat menyebabkan keluhan suatu pekerjaan yang diterima, maka
muskuloskeletal. semakin pendek waktu pekerja untuk
Pekerja di “S” konfeksi bekerja mulai bekerja tanpa kelelahan dan gangguan
pukul 08.00 – 17.00 WITA, dimana waktu fisiologis yang berarti dan begitupula
istirahat selama 1 jam dimulai pukul 12.00 sebaliknya (Tarwaka, 2004).
– 13.00 WITA. Sistem kerja bergilir tidak Waktu istirahat dapat dilakukan oleh
dilakukan, tetapi untuk sistem lembur pekerja selama jam kerja berlangsung
dilakukan oleh pekerja pada saat orderan dengan empat macam jenis istirahat
banyak yaitu pada saat musim libur. Di diantaranya adalah istirahat secara spontan,
Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu istirahat curian, istirahat oleh karena proses
kerja sehari maksimum 8 jam kerja dan kerja dan istirahat yang merupakan
selebihnya adalah waktu istirahat. ketetapan resmi. Memperpanjang waktu

188
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kerja lebih dari 8 jam akan berisiko Muskuloskeletal Disorders Pada


menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan Penjahit di Pusat Industri Kecil
kelelahan, meningkatkan kecelakaan kerja Menteng Medan. Jurnal FKM USU.
dan penyakit akibat kerja. Kerja lembur Medan: FKM USU.
sangat merugikan bagi kesehatan fisiologis.
Rusni, N.W., Tirtayasa, K., Muliarta, I.M.
2017. Aplikasi Ergonomi Dengan
Simpulan Workplace Stretching Exercise dan
Keluhan muskuloskeletal pada Pemberian The MAnis Memperbaiki
penjahit “S” Konfeksi meningkat yang respon Fisiologis dan Meningkatkan
dilihat dari hasil pre 44,67 meningkat pada Produktivitas Penjahit Di PT. Fussion
post 52,17 dikarenakan sarana prasarana Hawai. Ergonomi Fisiologi Kerja
(kursi) yang tidak sesuai dengan pekerja Universitas Udayana.
dan pencahayaan yang kurang yaitu 315 lux JurnalErgonomi
dari normal 1000 lux yang menyebabkan Indonesia(TheIndonesianJournalof
sikap kerja pekerja tidak alamiah. Ergonomi), ISSN 2503 – 1716 Vol.
Beban kerja pada penjahit “S” 3, No. 1. p. 1 – 10.
Konfeksi meningkat yang dilihat dari hasil
Saputri E.Y. Djunaidi, Z. 2013. Gambaran
72,17 meningkat pada post 78,67
Risiko Ergonomi Kegiatan Menjahit
dikarenakan pekerjaan menjahit dilakukan
pada Penjahit Sektor Informal di
yang monoton dan berulang serta waktu
Kecamatan Mandau Duri Riau.
kerja.
Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Daftar Pustaka
Dinata, I.M.K., Adiputra, N., Adiatmika, Suarbawa, I K. G. J. 2016. Perbaikan
I.P.G. 2015. Sikap Kerja Duduk – Stasiun Kerja Dan Lingkungan Kerja
Berdiri Bergantian Menurunkan Perapen Melalui Pendekatan
Kelelahan, Keluhan Muskuloskeletal Ergonomi Total Meningkatkan
Serta Meningkatkan Produktivitas Kualitas Produk, Produktivitas dan
Kerja Penyetrika Wanita Di Rumah Pendapatan Perajin Pada Proses
Tangga. Ergonomi Fisiologi Kerja Nguwad Trompong Di Desa Tihingan
Universitas Udayana. Jurnal Klungkung. (Disertasi). Denpasar:
Ergonomi Indonesia (The Indonesia Program Pascasarjana Universitas
Journal of Ergonomic), ISSN 2503 – Udayana.
1716. Vol. 1, No 1.
Tarwaka, Hadi S., Sudiajeng L. 2004.
Keputusan Menteri Republik Indonesia Ergonomi Untuk Keselamatan
Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002 Kesehatan Kerja dan Produktivitas.
tentang Persyaratan Kesehatan Uniba Press. Universitas Batik Islam
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Surakarta.
Industri
Putri, S.,A., Kalsum, Makmur, M.M. 2015.
Hubungan Sikap Kerja dengan

189
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KECELAKAAN KERJA


BERDASARKAN BIAYA EKSPEKTASI KEGAGALAN DAN
PENYEBAB DOMINAN KECELAKAAN

Wahyu Susihono1, Yulisa Safriyanti2, Ade Sri Mariawati3


1,2,3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Banten
e-mail: pmy_wahyu@yahoo.co.id

Abstrak

PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan industri manufaktur yang memproduksi
semen. Berpotensi adanya bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen perlu
meakukan evaluasi program-program K3. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan
menentukan prioritas penanganan kecelakaan kerja pada aktivitas rutin dan tidak rutin.
Penyebab dominan kecelakaan kerja pada sebagai sampling adala pada area mill dan
packer, data diungkap dengan pendekatan metode FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis) dan FTA (Fault Tree Analysis) selanjutnya dihitung biaya ekspektasi akibat
kegagalan dengan FMEA Cost Based. Rancangan pada penelitian ini berupa cross
sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai RPN tertinggi pada aktivitas tidak
rutin area mill sebesar 36, aktivitas tidak rutin area packer sebesar 36, aktivitas rutin area
mill sebesar 20.59 dan aktivitas rutin area packer sebesar 35.88. Terdapat 4 failure yang
tergolong high risk berdasarkan probability impact matrix yaitu terjatuh dari ketinggian,
tersengat listrik, terjepit dan postur kerja tidak ergonomis dengan penyebab dominan
kecelakaan kerja adalah faktor manusia dan pengelolaan manajemen. Risiko yang
tergolong high risk tersebut dapat diketahui biaya ekspektasi kegagalan area mill dan
packer selama setahun sebesar Rp486.618.750. Rekomendasi yang dapat dihasilkan
berupa pemberian reward dan punishment dalam penerapan K3, mengimplementasikan
safety promotion, penambahan fasilitas kerja berupa kursi untuk operator mesin roto
packer dan pengaturan jam kerja operator mesin.

Kata kunci : Failure Mode and Effect Analysis, Fault Tree Analysis, Kecelakaan Kerja

1. PENDAHULUAN yang memiliki potensi bahaya K3. Sejak


1.1 Latar Belakang didirikanya perusahaan, kecelakaan kerja
Risiko kecelakaan kerja merupakan tidak dapat dihindarkan selama dua tahun
salah satu masalah besar yang terjadi di terakhir, hal tersebut dapat terlihat dari
dalam dunia pekerjaan. Kondisi tersebut jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada
dapat disebabkan oleh lingkungan tempat tahun 2015 dan 2016 bahwa telah terjadi 13
kerja, alat dan material yang digunakan kecelakaan kerja di area produksi. PT. XYZ
ataupun kesalahan manusianya, sehingga memiliki tujuh area produksi yaitu area
dapat menyebabkan risiko keselamatan dan Hopper, Silo Clinker, Proportion, Mill, Bag
kesehatan kerja. PT. XYZ merupakan salah Plan, Packer dan Workshop. Setiap area
satu perusahaan industri manufaktur semen produksi memiliki tingkat potensi bahaya
190
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang berbeda-beda. Berdasarkan observasi kerja yang paling kritis agar dapat menjadi
awal, area yang memiliki risiko tertinggi prioritas penanganan kecelakaan kerja.
kecelakaan kerja adalah area Mill dan Untuk menentukan daerah prioritas risiko
Packer. Kedua area tersebut memiliki risiko yang tergolong high risk, medium risk dan
kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan juga low risk maka dilakukan pemetaan
fatality pada saat pekerjaan rutin maupun probability impact matrix, selanjutnya
tidak rutin. Pekerjaan rutin merupakan dilakukan perhitungan FMEA cost based
aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh untuk mengetahui total biaya ekspektasi
operator seperti pengecekan area, cleaning akibat adanya risiko-risiko kecelakaan kerja
area, cleaning mesin, memasukkan bag yang tergolong high risk, agar nantinya
cement secara manual dan lainnya, perusahaan dapat menggunakan biaya
sedangkan pekerjaan tidak rutin merupakan kerugian seefisien mungkin. Pendekatan
aktivitas yang dilakukan secara berkala atau dengan menggunakan metode FMEA masih
aktivitas yang dilakukan ketika terdapat alat belum cukup untuk menggambarkan
atau mesin yang rusak sehingga perlu penyebab timbulnya suatu risiko, maka dari
dilakukan perbaikan seperti aktivitas itu untuk mengetahui penyebab dominan
maintenance atau perbaikan berupa timbulnya dari suatu gangguan tersebut
mengganti oli, mengganti bucket, dilakukan analisis dengan menggunakan
mengganti baut roller press dan lainnya. metode FTA (Fault Tree Analysis).
Kekurangan dari penerapan sistem
1.2 Tujuan Penelitian
manajemen K3 sampai saat ini adalah
a. Mengetahui nilai RPN (Risk Priority
kontrol manajemen yang masih
Number) tertinggi pada aktivitas tidak
membutuhkan evaluasi meskipun Divisi
rutin di area Mill dan area Packer.
SHE sudah berjalan, dimana program-
b. Mengetahui nilai RPN (Risk Priority
program K3 kurang terkoordinasi diseluruh
Number) tertinggi pada aktivitas rutin di
bagian perusahaan. Perusahaan masih
area Mill dan area Packer.
mengutamakan produksi sedangkan
c. Mengetahui risiko kecelakaan kerja yang
program K3 belum maksimal untuk
tergolong high risk pada aktivitas tidak
dilaksanakan, sehingga berakibat pada
rutin di area Mill dan Packer.
laporan investigasi yaitu minimnya laporan
d. Mengetahui risiko kecelakaan kerja yang
identifikasi dan penilaian risiko setiap
tergolong high risk pada aktivitas rutin di
aktivitas rutin maupun tidak rutin.
area Mill dan Packer.
Perusahaan juga belum memiliki analisis
e. Mengetahui total biaya ekspektasi risiko
untuk menentukan prioritas penanganan
berdasarkan risiko yang tergolong high
kecelakaan kerja serta analisis untuk
risk dan faktor penyebab dominan dari
mengetahui total biaya ekspektasi akibat
risiko kecelakaan kerja yang tergolong
adanya risiko kecelakaan kerja.
high risk.
Berdasarkan hal tersebut maka dari itu perlu
f. Menentukan usulan perbaikan untuk
dilakukan penentuan prioritas penanganan
meminimalisir risiko keselamatan dan
kecelakaan kerja di PT. XYZ dengan
kesehatan kerja.
menggunakan metode FMEA (Failure
Mode and Effect Analysis) sebagai upaya
untuk mendapatkan kondisi kecelakaan

191
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Aktivitas yang memiliki nilai RPN (Risk


2. METODE PENELITIAN Priority Number) tertinggi dari kelima
2.1 Rancangan Penelitian maintenance tersebut adalah maintenance
Jenis penelitian yang digunakan yaitu mengganti diafragma tube mill saat
dengan rancangan cross sectional karena aktivitas membuka dan menutup main hole
penelitian hanya dilakukan pengamatan dengan failure terjatuh dari ketinggian yaitu
sewaktu (Notoatmodjo, 2012). sebesar 31.68 dan 36.
Hasil FMEA aktivitas tidak rutin area
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian packer, terdapat 4 maintenance yang
Penelitian dilakukan di PT. XYZ Kota diidentifikasi yaitu perbaikan impeller trip,
Cilegon. Pengambilan data dilakukan pada mengganti filling tube, perbaikan gear box
area produksi Mill dan Packer. Waktu motor hoist dan penyambungan kabel.
penelitian dilakukan pada awal bulan Aktivitas yang memiliki nilai RPN (Risk
Januari 2017 sampai akhir bulan Februari Priority Number) tertinggi dari keempat.
2017. maintenance tersebut adalah perbaikan gear
box motor hoist saat aktivitas naik ke atas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tiang penyangga loading material dengan
3.1 FMEA (Failure Mode and Effect failure terjatuh dari ketinggian yaitu sebesar
Analysis) 31.68 dan 36.
Tabel identifikasi FMEA terdiri dari Hasil FMEA aktivitas rutin area mill
nomor risiko, urutan aktivitas (sequence of terdapat 4 aktivitas rutin yang diidentifikasi
task), failure, efek, nilai severity, penyebab, yaitu pengecekan area sebelum beroperasi,
nilai occurrence, deteksi yang sudah menyalakan mesin, pengecekan area saat
dilakukan, nilai detection dan RPN. Hasil beroperasi dan cleaning tumpahan semen.
penilaian severity, occurrence dan detection Aktivitas yang memiliki nilai RPN (Risk
didapatkan dari hasil penilaian rata-rata Priority Number) tertinggi dari
kuesioner FMEA yang telah diisi oleh keempataktivitas tersebut adalah
empat staff SHE dan satu penanggung pengecekan area dengan failure terpapar
jawab area. Hasil identifikasi risiko cairan kimia CGA (Cement Grinding Aid)
menggunakan metode FMEA (Failure yaitu sebesar 20.59. Hasil FMEA aktivitas
Mode and Effect Analysis) bahwa terdapat rutin area packer terdapat 9 aktivitas rutin
269 kejadian risiko pada saat aktivitas tidak yang diidentifikasi yaitu pengecekan area
rutin di area mill, 166 kejadian risiko pada sebelum beroperasi, menyalakan mesin,
saat aktivitas tidak rutin di area packer, 29 pengecekan area saat beroperasi cleaning
kejadian risiko pada saat aktivitas rutin area mesin roto (preparation), memasukkan
mill dan 62 kejadian risiko pada saat kantong semen secara manual ke dalam
aktivitas rutin area packer. filling tube mesin roto, tangkap semen ke
Hasil FMEA aktivitas tidak rutin area loading truck dan menata semen di truck,
mill, terdapat 5 maintenance yang mengisi semen ke truck bulk, mengisi
diidentifikasi yaitu mengganti oli, semen ke jumbo bag dan cleaning
mengganti bucket, mengganti baut roller tumpahan semen dan limbah kantong
press, mengganti diafragma tube mill dan semen. Aktivitas yang memiliki nilai RPN
mengganti carbon brush MV motor. (Risk Priority Number) tertinggi dari

192
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kesembilanaktivitas tersebut adalah diterima. Berikut gambar probability


memasukkan kantong semen secara manual impact matrix high risk.
ke dalam filling tube mesin roto dengan Hasil probability impact matrix
failure postur kerja tidak ergonomis aktivitas tidak rutin area packerterdapat 6
(repetitive movement) sebesar 35.88. kejadian risiko tergolong zona merah (high
risk), yaitu maintenance perbaikan gear box
3.2 Probability Impact Matrix motor hoist saat aktivitas naik ke atas tiang
Penentuan daerah prioritas risiko penyangga loading material dengan failure
menggunakan Probability Impact Matrix terjatuh dari ketinggian, dan juga
menggambarkan matrix hubungan antara maintenance penyambungan kabel saat
tingkat keparahan dampak dan frekuensi aktivitas memotong ujung kabel dan
penyebab kegagalan. Penilaian matrix ini aktivitas menyatukan kedua ujung kabel
berdasarkan nilai rata-rata kuesioner serta memasang isolasi kabel dengan failure
severity dan occurrence dengan tersengat arus listrik, sehingga perlu
memasukkan nilai pembulatan ke atas dilakukan tindakan corrective dan
terhadap nilai desimal (≥0.5) dan preventive sesegera mungkin. Pada daerah
pembulatan ke bawah terhadap nilai zona kuning(medium risk) terdapat 41
desimal (<0.5) dimana kategori tingkat kejadian risiko dengan failure tangan atau
penilaian risiko ini berdasarkan tabel 1. jari terjepit, sehingga perlu dilakukan
rating scale severity dan tabel 2. rating tindakan preventive sesegera mungkin.
scale occurrence (Nanda, 2014). Hasil Pada daerah zona hijau (low risk) terdapat
probability impact matrix aktivitas tidak 119 kejadian risiko dengan failure
rutin area millterdapat 8 kejadian risiko terpeleset, tersandung, terbentur, terjatuh,
tergolong zona merah (high risk), yaitu tangan atau jari terjepit, terbentur mesin
maintenance mengganti diafragma tube saat roto, tersembur semen dan tersayat
aktivitas membuka main hole dan menutup impeller, risiko ini merupakan risiko kecil
main hole dengan failure terjatuh dari dan masih dapat diterima. Berikut gambar
ketinggian, sehingga perlu dilakukan probability impact matrix high risk.
tindakan corrective dan preventive sesegera Hasil probability impact matrix
mungkin. Pada daerah zona kuning(medium aktivitas rutin area mill tidak terdapat risiko
risk) terdapat 62 kejadian risiko dengan yang tergolong zona merah (high risk).
failure tangan atau kaki terjepit, terpapar Pada daerah zona kuning(medium risk)
gas, tergiling tube mill, sehingga perlu terdapat 2 kejadian risiko dengan failure
dilakukan tindakan preventive sesegera getaran dan suara mesin, sehingga perlu
mungkin. Pada daerah zona hijau (low risk) dilakukan tindakan preventive sesegera
terdapat 199 kejadian risiko dengan failure mungkin. Pada daerah zona hijau (low risk)
terpeleset, tersandung, terbentur, terjatuh, terdapat 27 kejadian risiko dengan failure
kaki tertimpa alat berat, tangan atau jari terpeleset, tersandung, terbentur, terjatuh,
terjepit, tersembur oli, tersembur semen, terpapar cairan kimia CGA dan terpapar
tersayat brander,tersembur debu karbon debu semen, risiko ini merupakan risiko
dan tersengat arus listrik, risiko ini kecil dan masih dapat diterima. Hasil
merupakan risiko kecil dan masih dapat probability impact matrix aktivitas rutin
area packer terdapat 4 kejadian risiko yang

193
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tergolong zona merah (high risk), yaitu


aktivitas cleaning mesin roto dengan failure
tangan terjepit, aktivitas memasukkan
kantong semen secara manual ke dalam
filling tube dengan failure postur kerja tidak
ergonomis (repetitive movement) dan
aktivitas mengisi semen ke truck bulk
dengan failure terjatuh dari ketinggian,
sehingga perlu dilakukan tindakan
corrective dan preventive sesegera
mungkin. Pada daerah zona kuning(mediumGambar 2. Probability Impact Matrix Aktivitas
risk) terdapat 15 kejadian risiko dengan tidak Rutin Area Packer
failure tangan atau jari terjepit, postur
janggal, getaran dan suara mesin, sehingga
perlu dilakukan tindakan preventive
sesegera mungkin. Pada daerah zona hijau
(low risk) terdapat 43 kejadian risiko
dengan failure terpeleset, tersandung,
terbentur, terjatuh, terpapar debu semen dan
terpapar suhu panas, risiko ini merupakan
risiko kecil dan masih dapat diterima. Gambar 3. Probability Impact Matrix
Berikut gambar probability impact matrix Aktivitas Rutin Area Packer
high risk.
Empat failure yang perlu dianalisa akar
penyebab risikonya berdasarkan risiko yang
tergolong high risk yaitu failure terjatuh
dari ketinggian, tersengat arus listrik,
tangan terjepit dan postur kerja tidak
ergonomis (repetitive movement).

3.3 Usulan Pengendalian Risiko


Gambar 1. Probability Impact Matrix Aktivitas Pengendalian risiko digunakan untuk
tidak Rutin Area Mill mengurangi atau menghilangkan risiko
kecelakaan kerja. Berikut ini adalah
rekomendasi atau usulan pengendalian
risiko berdasarkan risiko yang tergolong
zona merah(high risk) :
Pemberian reward dan punishment
Pemberian reward dan punishment kepada
pekerja dalam penerapan K3 dengan
membuat lembar pelanggaran penggunaan
APD, di mana lembar pelanggaran ini
memiliki fungsi sebagai pencatatan semua
194
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pelanggaran yang dilakukan pekerja karena pengetahuan dan sikap yang baik serta
tidak menggunakan APD, sehingga pekerja memiliki daya tarik terhadap pekerja.
yang tidak menggunakan APD saat bekerja Pekerja harus mengikuti setiap kegiatan
sebanyak 3 kali dalam sebulan akan training yang diadakan perusahaan, namun
diberikan punishment berupa pengurangan proses pelaksanaan program K3 dibutuhkan
gaji yang akan ditentukan oleh perusahaan, kesadaran pribadi dari seluruh anggota
sedangkan reward dapat diberikan kepada perusahaan, maka dari itu diperlukan
pekerja yang berprestasi dalam bidang K3, komitmen yang nyata mengenai K3
seperti pekerja yang tidak pernah terdaftar sehingga bukan untuk memenuhi formalitas
dalam lembar pelanggaran penggunaan saja, maka sebaiknya pengadaan training
APD selama 3 bulan akan mendapatkan perlu melibatkan Manager secara
bonus berupa uang yang ditentukan oleh langsung.Apabila pekerja berhalangan hadir
perusahaan. maka sebaiknya perlu meminta surat izin
Menurut penelitian Hongadi (2013) langsung kepada Manager dengan
mengenai Analisis Penerapan Program memberikan alasan yang jelas. Safety
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Promotion juga dapat dilakukan dengan
pada PT. Rhodia Manyar Gresik, memperbanyak display baik berupa poster,
pelaksanaan kebijakan reward dan spanduk atau baliho sebagai tanda
punishment yang selama ini telah peringatan bahaya dan penggunaan alat
diterapkan oleh PT. Rhodia Manyar Gresik pelindung diri di seluruh area agar pekerja
dapat menumbuhkan kesadaran karyawan mengetahui area mana saja yang memiliki
untuk melaksanakan aturan yang ada, risiko bahaya dan mengerti APD yang
sehingga alat pelindung diri (APD) sudah harus digunakan sebelum melakukan
menjadi bagian wajib dari pekerjaan aktivitas pekerjaan. Adapun safety
karyawan. promotion dengan kampanye K3 berupa
a. Implementasi safety promotion mengadakan perlombaan yang dilakukan
Mengimplementasikan safetypromotion oleh seluruh karyawan setiap satu tahun
dengan mengadakan pelatihan(training) sekali. Lomba ini terkait penerapan K3
mengenai Keselamatan dan Kesehatan seperti lomba memakai APD seperti body
Kerja yang dilakukan rutin setiap 3 bulan harness secara benar dan lain-lain. Menurut
sekali kepada para pekerja. Pelatihan penelitian Primadana (2013) mengenai
tersebut berupa pentingnya penggunaan Analisis Efektivitas Implementasi Safety
APD, pentingnya menggunakan LOTO Promotion pada Pekerja di PT. Lautan
(Lock Out Tag Out), cara penggunaan Alat Otsuka Chemical Tahun 2012, program
Pemadam Kebakaran (APAR & Hydrant), safety promotion memiliki indikator
ergonomi dan lain-lain. Pelatihan tersebut keberhasilan sebagai bentuk penilaian
sebaiknya diperbanyak menggunakan efektivitas implementasi program K3.
media video sebagai materi training dengan Implementasi safety promotion sudah
memperhatikan kejelasan dan kelogisan isi dianggap berhasil meningkatkan
pesan agar dapat dimengerti dan diterima pemahaman dan kesadaran pekerja terhadap
oleh pekerja. Perusahaan juga perlu keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
memilih komunikator atau pemateri yang PT. Lautan Otsuka Chemical, hal ini
memiliki keterampilan komunikasi, terlihat dari kebiasaan pekerja untuk selalu

195
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

berhati-hati dan penggunaan APD dengan adalah 10 menit. Menurut penelitian


baik tanpa paksaan. Hal ini juga terbukti Andriani (2016) mengenai Penjadwalan
dari penurunan jumlah kecelakaan kerja Waktu Istirahat Optimal untuk Mengurangi
dari 6 kasus ditahun 2011 menjadi 4 kasus Risiko Muskuloskeletal Disorders
ditahun 2012. Berdasarkan OCRA Index, penerapan
b. Penambahan Fasilitas Kerja penjadwalan istirahat yang optimal pada
Perusahaan dapat menambahkan pekerja yang melakukan pekerjaan
fasilitas kerja berupa kursi untuk operator repetitive dapat menurunkan risiko
mesin roto packer saat melakukan aktivitas muskuloskeletal disorders, hal ini terlihat
memasukkan kantong semen ke dalam dari hasil perhitungan nilai OCRA index
mesin secara manual untuk meminimalisir setelah dilakukan penjadwalan dapat
risiko cidera otot (Muskuloskeletal menurunkan nilai level risiko operator
Disorder). Menurut penelitian Santosa dibandingkan nilai level risiko sebelumnya.
(2015) mengenai Pengaruh Penerapan
Ergonomi pada Fasilitas Kerja Terhadap 4. KESIMPULAN
Produktivitas Pekerja Pembungkus Dodol a. Nilai RPNtertinggi pada aktivitas tidak
di Desa Penglatan Kabupaten Buleleng, rutin di area Mill adalah sebesar 31.68
penerapan fasilitas kerja yang ergonomis dan 36 pada maintenance mengganti
dapat mengurangi keluhan pekerja setelah diafragma tube mill saat aktivitas
selesai bekerja, hal ini terlihat dari membuka dan menutup main hole
peningkatan produktivitas hingga 15%-22% dengan failure terjatuh dari ketinggian,
dan penurunan persentase keluhan pada sedangkan nilai RPNtertinggi di area
bahu, leher, punggung, pinggang, bokong, Packer adalah sebesar 31.68 dan 36 pada
lutut, betis, kaki dan lengan setelah maintenance perbaikan gear box motor
dilakukan penerapan fasilitas kerja. hoist saat aktivitas naik ke atas tiang
c. Pengaturan Jam Kerja Operator Mesin penyangga loading material dengan
Roto Packer failure terjatuh dari ketinggian.
Perusahaan dapat mengatur jam kerja b. Nilai RPNtertinggi pada aktivitas rutin di
operator mesin roto packer dengan area Packer adalah sebesar 20.59 pada
membuat standar baku pergantian pekerja aktivitas pengecekan area dengan failure
setiap 50 menit sekali saat melakukan terpapar cairan kimia CGA, sedangkan
aktivitas memasukkan kantong semen ke di area Packer adalah sebesar 35.88 pada
dalam mesin secara manual dan berulang, aktivitas memasukkan kantong semen
agar operator dapat istirahat beberapa saat secara manual ke dalam filling tube
setelah pergantian pekerja untuk melakukan mesin roto dengan failure postur kerja
beberapa gerakan peregangan otot akibat tidak ergonomis.
pekerjaan repetitive. Menurut Collombini c. Risiko yang tergolong high risk pada
dan Occhipinti (2005) dalam Andriani aktivitas tidak rutin di area Mill adalah
(2016), waktu kerja repetitive tidak pada maintenance mengganti diafragma
diperbolehkan lebih dari dua jam dan waktu tube mill saat aktivitas membuka dan
kerja yang berlangsung kurang dari 50 menutup main hole dengan failure
menit juga tidak diperbolehkan dan terjatuh dari ketinggian sedangkan di
sebaiknya durasi istirahat paling sedikit area Packer adalah pada

196
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

maintenancegear box motor hoist saat Hongadi, Elvira. 2013. Analisis Penerapan
aktivitas naik ke atas tiang penyangga Program Kesehatan dan Keselamatan
loading material dengan failure terjatuh Kerja (K3) pada PT. Rhodia Manyar
dari ketinggian dan pada maintenance Gresik. Jurnal Manajemen. Vol 1 No 3
penyambungan kabel saat aktivitas : 1-7.
memotong ujung kabel dan menyatukan Kustiyaningsih, Febri. 2011. Penentuan
kedua ujung kabel dengan failure Prioritas Penanganan Kecelakaan Kerja
tersengat arus listrik. di PT GE LIGHTING INDONESIA
d. Pada aktivitas rutin area mill tidak dengan Metode Failure Mode and
terdapat risiko yang tergolong high risk. Effect Analysis (FMEA). (Skripsi).
e. Risiko yang tergolong high risk pada Surakarta: Jurusan Teknik Industri
aktivitas rutin di area Packer adalah saat Universitas Sebelas Maret.
aktivitas cleaning mesin roto dengan Nanda, Leonard. 2014. Analisis Risiko
failure terjepit, aktivitas memasukkan Kualitas Produk dalam Proses Produksi
kantong semen secara manual ke dalam Miniatur Bis dengan Metode Failure
filling tube dengan failure postur kerja Mode and Effect Analysis pada Usaha
tidak ergonomis dan aktivitas mengisi Kecil Menengah Niki Kayoe. Jurnal
semen ke truck bulk dengan failure Teknik Industri. Vol 3 No 2 : 71-82.
terjatuh dari ketinggian. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
f. Hasil total biaya ekspektasi kegagalan Penelitian Kesehatan. Edisi kedua.
PT. XYZ selama setahun berdasarkan Jakarta. Rineka Cipta.
risiko yang tergolong high risk adalah Panggalih, P. E. 2016. Usulan Perbaikan
sebesar Rp486.618.750. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
g. Faktor penyebab dominan kecelakaan Akibat Unsafe Behaviour untuk
kerja untuk risiko tergolong high risk Meningkatkan Kualitas Kerja di PT.
adalah faktor pekerja dan faktor Cilegon Fabricators. (Skripsi).
manajemen, rekomendasi perbaikan Cilegon: Jurusan Teknik Industri
untuk meminimalisir risiko keselamatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
dan kesehatan kerja di PT. XYZ adalah Primadana, T. S. 2013. Analisis Efektivitas
pemberian reward dan punishment Implementasi Safety Promotionpada
dalam penerapan K3, implementasi Pekerja di PT. Lautan Otsuka
safety promotion, penambahan fasilitas Chemical Tahun 2012. Jurnal
kerja berupa kursi untuk operator mesin Kesehatan Masyarakat.
roto packer dan pengaturan jam kerja Ramli, Soehatman. 2010. Sistem
operator mesin roto packer Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Edisi kedua.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta. PT. Dian Rakyat.
Andriani, D. P. 2016. Penjadwalan Waktu Rhee, S. and Spencer, C. 2009. Life Cost
Istirahat Optimal untuk Mengurangi Based FMEA Manual, A Step by Step
Risiko Muskuloskeletal Disorders Guide to Carrying Out a Cost Based
Berdasarkan OCRA Index. Jurnal Failure Modes and Effect
Teknik Industri. Vol 15 No 2 : 157-167. Analysis.(serial online), [Cited: 26

197
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Januari 2009]. Available from : Surabaya – Mojokerto. Jurnal Teknik


URL:https://elsmar.com/pdf_files. Sipil. Vol 1 No 1 : 1-5.
Santosa, I. G. 2015. Pengaruh Penerapan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Ergonomi pada Fasilitas Kerja Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Edisi
Terhadap Produktivitas Pekerja keenambelas. Bandung. Alfabeta.
Pembungkus Dodol di Desa Penglatan Susihono, W. dan Rini, F. E. 2013.
Kabupaten Buleleng. Jurnal Teknik Penerapan Sistem Manajemen
Mesin. Vol 15 No 2 : 106-111. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sinaga, Yessi. 2014. Identifikasi dan (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya
Analisa Risiko Kecelakaan Kerja Kerja (Studi Kasus di PT LTX Kota
dengan Metode FMEA (Failure Mode Cilegon-Banten). Jurnal Teknik
and Effect Analysis) dan FTA (Fault Industri. Vol 11 No 2 : 209-226.
Tree Analysis) di Proyek Jalan Tol

198
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PREVENTION STRATEGIES ERGONOMIC RISK FACTOR DAN


PENINGKATAN BEBAN KERJA PADA PENGERAJIN GAMELAN
DI SRI ANITA SEDANA, BANJAR BINONG, MENGWI, BADUNG
Ni Luh Made Reny Wahyu Sari
Program Studi S2 Ergonomi, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar

Abstrak

Kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi performansi
kerja dalam suatu system. Kondisi kerja yang baik harus memperhatikan kenyamanan
kerja pekerja yang menggunakanya. Pada industri pengerajin gamelan bali, pekerja
menerima paparan suhu tinggi, debu yang bertebaran selama proses pembuatan gamelan
di bagian perapen. Selain itu posisi kerja yang monoton selama delapan jam,
menyebabkan beban kerja dari pekerja di bagian perapen termasuk kategori sedang. Dari
6 sampel pekerja didapatkan hasil denyut nadi istirahat dimana nilai p = 0.918 (p > 0.05)
dan denyut nadi setelah bekerja p = 0.985 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
denyut nadi istirahat dan denyut nadi setelah bekerja berditribusi normal. dengan paired
sample t-test didapatkan sama-sama bernilai p=0.000 (p<0.05) yang berarti bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna dari denyut nadi istirahat dan denyut nadi setelah
istirahat. Selain itu dibagian perapen masih belum memenuhi standar ergonomi, sehingga
di perlukan beberapa perbaikan dan preventif strategis guna memperbaiki kondisi kerja di
bagian perapen industri pembuatan gamelan bali.
Kata Kunci : Beban Kerja, Ergonomi, Kondisi Kerja, Pengerajin Gamelan Bali, Preventif
Strategi

daerah Bali, gembelan juga terkenal


Pendahuluan dibeberapa daerah, seperti Jawa dan
Lombok.
Gamelan Bali merupakan salah satu Salah satu tempat pembuatan
alat kesenian yang tidak bisa dilepaskan gamelan berada di daerah Badung, adalah
dari masyarakat Bali. karena bila dilihat Sri Anita Sedana bertempat di Jalan Raya
dari fungsinya, selain sebagai pengiring Bedugul Banjar Binong, Mengwi-Badung.
pertunjukan bersifat hiburan, Gamelan juga Sudah puluhan tahun dalam menggeluti
dapat digunakan sebagai sarana hiburan kerajinan gamelan dan perbaikan gamelan,
seperti adanya festival gong kebyar, lomba Sri Anita Sedana merupakan satu-satunya
bleganjur yang juga dapat membantu tempat yang membuat kerajinan gamelan di
pariwisata di Bali. Gamelan Bali juga daerah Badung. Jenis-jenis gamelan yang
menjadi bagian dari upacara keagamaan di diproduksi adalah gamelan gong kebyar,
sana. Sehingga kesenian gamelan ini masih gamelan semar pegulingan, gender wayang,
terus dilestarikan dan diajarkan secara turun kelentang/angklung dan sebagainya.
temurun oleh masyarakat disana. Selain di
199
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Proses pembuatan gamelan bali latar belakang tersebut, penulis mencoba


terdiri dari proses pembuatan rangka atau menguraikan permasalahan yang ada pada
tatakan gamelan yang berupa ukir-ukiran, pengerajin gamelan bali di Sri Anita
kemudian tahap pekerjaan dengan suhu Sedana. Permasalahan yang di lihat dari
tinggi di depan perapen, pekerjaan menjepit segi ergonomi serta beban kerja dan
dan pekerjaan memukul hingga menyerupai preventif startegis pada pengerajin yang
bagian dari gamelan bali, dan tahap terakhir bekerja di perapen, kelelahan dan gangguan
yaitu tagap pengecatan tatakan gamelan musculoskeletal yang di alami oleh
yang berupa ukiran dan perakitan gamelan. pengerajin di perapen.

Beban kerja pada pengerajin dapat


diketahui melalui denyut nadi pekerja.
Metode Penelitian
Denyut nadi menggambarkan besarnya
aktivitas tubuh yang berarti pula
Metode identifikasi masalah
menggambarkan aktivitas metabolisme
dilakukan dengan cara melakukan
(Adiputra,2002). Pengukuran denyut nadi
pengamatan, pengukuran, dan
selama bekerja merupkan suatu metode
pendokumentasian pada lokasi pembuatan
untuk menilai kardiovaskular strain. Denyut
gamelan bali yang bertempat di Banjar
jantung atau denyut nadi digunakan untuk
Binong, Mengwi guna mencari informasi
mengukur beban kerja dinamis seseorang
apa saja yang dibutuhkan.
sebagai manifestasi dari gerakan otot.
Identifikasi masalah dilakukan pada
Semakin besar aktifitas otot maka akan
tanggal 15 Februari 2017 jam 08.00-17.00
semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut
WITA, tempat tinjauan pengamatan
jantung yang ada, demikian pula
tersebut adalah di daerah Jalan Raya
sebaliknya. Menurut Grandjean (1998)
Bedugul.
beban kerja dapat diukur dengan denyut
Alat yang digunakan untuk
nadi kerja. Selain itu, denyut nadi juga
mengukur adalah Midline untuk mengukur
dapat digunakan untuk memperkirakan
panjang dan lebar dari objek yang akan
kondisi fisik atau derajat kesegaran jasmani.
diamati, lux meter untuk mengukur
Selain beban kerja, kondisi kerja penerangan, thermohigrometer untuk
mempengaruhi kinerja dari pekerja tersebut. mengukur suhu ruangan, soundmeter untuk
Menurut Komarudin, (2001) bahwa mengukur tingkat kebisingan. lux meter,
kondisi kerja atau yang sering disebut thermohigrometer,dan soundmeter.
sebagai lingkungan kerja adalah kehidupan Stopwatch. Penelitian ini dilakukan pada 6
sosial psikologi dan fisik dalam organisasi orang perajin gamelan.
yang berpengaruh terhadap pekerjaan
karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
Dilihat dari kondisi kerja di tempat tesebut, Pembahasan
memiliki suhu yang tinggi, debu yang Dalam ilmu Ergonomi ada tiga hal
berterbangan serta sikap kerja dari pekerja yang harus diperhatikan dan dikaji dalam
yang monoton selama kurang lebih delapan melakukan pengukuran atau observasi yaitu
jam yang memerlukan tenaga yang besar Task, Organization, dan Environment.
ketika membentuk gamelan. Berdasarkan

200
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Task setinggi lutut mereka, kira-kira memiliki


tinggi sekitar 90 cm. (gambar 2). Sikap
Tinjauan dari segi task pada kerja mereka yang memukul bagian
kerajinan gamelan adalah pada kerajinan batangan gamelan yang bertujuan memberi
gamelan Sri Anita sedana terdapat 15 bentuk tersebut sering kali menyebabkan
pengerajin, 6 orang bertugas sebagai keluhan pada bagian bahu, punggung, dan
pengukir kayu untuk tempat menaruh bagian tangan.
gamelan, 6 orang bertugas sebagai
tukang nguwad, tukang prapen, dan
tukang jepit, dan 3 orang sebagai tukang
cat dan perakitan gamelan.
Pekerjaan yang diteliti adalah
tukang nguwad, tukang prapen, dan
tukang jepit. Dimana mereka bekerja di
depan perapen yang memiliki tinggi 150
cm, panjang 100 meter, lebar 100 meter,
yang memiliki suhu yang panas. Dimana
sikap bekerja merka adalah pada bagian
perapenan memiliki sikap kerja yang
duduk terus menerus selama bekerja
hingga batangan gamelan siap di bentuk.
(gambar 1).
Gambar 2. Lubang untuk
Bekerja Ketika Melakukan Tahapan
Nguwad

Gambar 1. Posisi Kerja di


Bagian Perapen yang
Menunggu Bahan Gamelan
untuk siap di bentuk.
Pada bagian nguwad posisi kerja
mereka adalah berdiri, tetapi untuk Gambar 3. Posisi Pekerja Saat
mengakali agar mereka tidak terlalu Memukul Batangan Gamelan
membungkuk saat bekerja, pemilik
mengakaliya dengan membuat lubang

201
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Selanjutnya bagian pengamplasan


atau penghalusan bagian gamelan yang
sudah selesai di bentuk. Posisi pekerja
adalah duduk. Mereka terkadang
menggunakan gerinda dan amplas saat
mengaluskan bagian gamelan (gambar 4).
Para pekerja di bagian tahapan perapen,
nguwad, dan penghalusan melakukan
pergantian shift, sehingga dalam sehari
mereka melakukan semua pekerjaan
tersebut.

Gambar 5. Tidak Adanya Tanda


Bahan Mudah Terbakar pada Tempat di
Dekat Gas

Beban Kerja
Perhitungan beban kerja dilakukan
dengan menggunakan penggukuran denyut
nadi sebelum bekerja (denyut nadi istirahat)
dan denyut nadi setelah istirahat.
Gambar 4. Proses Penghalusan Bagian
Gamelan
Tabel 1. Data Denyut Nadi Pengerajin
Para pengerajin terkadang tidak Gamelan
menggunakan baju saat bekerja, hal ini di
karenakan panasnya lingkungan kerja yang Pengerajin Denyut Nadi Denyut Nadi
mengakibatkan banyaknya keluar keringat Istirahat Setelah Kerja
pada badan pekerja. Selain kadang-kadang Rerata SD Rerata SD
tidak menggunakan baju, penggunaan
masker tidak selalu di gunakan, alasanya Tukang di 66,67 1,751
adalah terlalu ribet saat bekerja Perapean 114 2,898
menggunakan masker. Tata letak peralatan
dan tanda bahan meledak yang tidak berisi,
Pada table 1. di dapatkan bahwa
menyebabkan standar keselamatan dari
subyek penelitian mempunyai rerata
pengerajin yang sangat membahayakan.
denyut nadi istirahat 66,67 dan denyut nadi
Lingkungan yang panas dan sikap kerja
setelah istirahat 114.
yang tidak alamiah akan menyebabkan
munculnya berbagai keluhan pada pekerja
sehingga mempengaruhi produktifikas kerja
(Manuaba, 2000)
Tabel 2. Uji Normalitas Denyut Nadi
Istirahat dan Denyut Setelah Kerja

202
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tukang di perapean mempunyai


Kelompok Shapiro Wilk Test beban kerja lebih berat, karena harus
Data melakukan pemukulan bahan terompong
Statistik P secara berulang-ulang dengan sikap kerja
berdiri membungkuk. Sikap kerja ini tidak
Denyut Nadi 0,974 0,918
fisiologis, terlbih lagi dilakukan dalam
Istirahat
waktu yang lama sehingga menimbulkan
Denyut Nadi 0,988 0,985 banyak keluhan. Terlebih lagi paparan
Setelah suhu panas dari tungku prapen akan
Kerja menambah beratnya bena kerja perajin
gamelan. Penelitian ini seiring dengan
Berdasarkan Tabel 2 terlihat hasil penelitian Hendra (2003) yang menyatakan
uji normalitas penurunan nyeri pada kaki hasil pengukuran suhu tubuh dan denyut
kanan dengan menggunakan Shapiro Wilk nadi antara sebelum bekerja dan setelah
Test didapatkan nilai probabilitas untuk bekerja di area yang terpajan panas,
kelompok data denyut nadi istirahat ditemukan 17,6% responden mengalami
dimana nilai p = 0.918 (p > 0.05) dan peningkatan suhu tubuh dan 41,2%
denyut nadi setelah bekerja p = 0.985 (p < mengalami peningkatan denyut nadi dan
0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Triyunita (2013) juga menyatakan hasil
denyut nadi istirahat dan denyut nadi penelitiannya terdapat 19,6% pekerja
setelah bekerja berditribusi normal. melakukan beban kerja berat dari
Tabel 3. Uji Kemaknaan Perbedaan pengukuran denyut nadi kerjanya.
Rerata Denyut Nadi Istirahat Dan Organisation
Denyut Nadi Setelah Bekerja
Berdasarkan hasil wawancara
kepada para pengerajin, jumlah pengerajin
Denyut Denyut P yang ada pada Sri Anita Sedana adalah 15
Nadi Nadi orang. Rata-ratapara pengerajin bekerja 5 –
Istirahat Setelah 20 tahun. Pengerajin mulai bekerja pada
kerja pukul 08.00 hingga pukul 17.00. waktu
Tukang 66,67 114 0.000 istirahat yang di berikan adalah 1 jam dari
di pukul 12.00-13.00. Hari libur, para
Perapean pengerajin memperoleh dispensasi libur
dalam kurun waktu satu minggu yaitu pada
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hari minggu,kecuali pada hari-hari tertentu
perubahan denyut nadi istirahat dan denyut yaitu pada hari-hari besar seperti hari raya
nadi setelah kerja. Yang dianalisis dengan kuning, galungan dan nyepi serta upacara
paired sample t-test didapatkan sama-sama adat keagamaan.
bernilai p=0.000 (p<0.05) yang berarti Tempat bekerja menyadiakan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna minum yang terletak di dapur, sehingga
dari denyut nadi istirahat dan denyut nadi para pengerajin dapat mengambilnya
setelah istirahat. sekaligus meregangkan badan pada saat

203
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

akan mengambil air minum. Tetapi para terhadap kesehatan, keamanan dan
pengerajin agak malas untuk mengambil air ketidaknyaman (ergonomic risk factor).
dengan cara ketika haus baru mengambil air
1) Faktor Fisik
di dapur, sehingga banyak para pekerja
a. Kebisingan
membawa botol air yang besar untuk
Kebisingan merupakan suatu
menempatkan air sehingga mereka tidak
bunyi yang tidak dikehendaki dan
perlu bolak-balik ke dapur. Untuk makan
tidak inginkan yang bersifat
siang para pengerajin membawa sendiri dari
menggangu kenyamanan dan
rumah dan terkadang pemilik juga
kesehatan telinga. Pengukuran
memberikan snack untuk para pekerja,
kebisingan yang kami lakukan
untuk makan siang pekerja membawa bekal
adalah pada proses perapenan
masing-masing dari rumah.
(melebur perunggu), nguwad
Pengerajin mendapatkan gaji satu (pembentukan gamelan), dan proses
kali dalam satu bulan, namun dari hasil penghalusan dengan gerinda. Hal ini
wawancara yang kami lakukan pekerja dilakukan Karena proses tersebut
tidak berkenan menyebutkan nominal angka berada pada satu tempat.
absolut yang diberikan oleh pemilik usaha Pada proses pemahatan diperoleh
namun pekerja mengungkapkan bahwa intensitas kebisingan adalah 75-80
hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan dB yang dimana dari hasil tersebut
cukup untuk biaya hidup keluarga dan masih berada dibawah ambang batas
sekolah anak-anak mereka. Berdasarkan normal yang telah ditentukan. Nilai
uraian diatas dapat disimpulkan organisasi ambang batas kebisingan adalah
yang ada di perusahan tersebut cukup baik nilai intensitas suara tertinggi yang
dan tidak menimbulkan faktor-faktor resiko masih dapat diterima tenaga kerja
ergonomi yang bisa berdampak pada tanpa mengakibatkan gangguan
ketidak nyamanan para pekerja yang daya dengar yang tetap untuk kurun
disebabkan oleh tidak seimbangnya antara waktu kerja 8 jam sehari ditetapkan
kapasitas kerja dan tuntutan tugas yang 85dB (Pulat,1992).
diberikan oleh pemilik usaha.
b. Suhu
Environment
Hasil pengukuran suhu yang
Berdasarkan kajian ergonomi,
diperoleh adalah 40-430C. Dimana
environment antara lain terdiri dari fisik,
suhu ini terlalu tinggi untuk stasiun
biologi, kimiawi, psikologi dan sosial
kerja. Sehingga pemilik kerajinan
budaya. Bekerja di industri kecil dengan
gamelan mengakalinya dengan
peralatan yang semi moderen dan dengan
meletakkan kipas angin di dekat
lingkungan yang tidak sesuai dengan SOP
perapenan (gambar 6) bertujuan
(standar oprational procudure) yang ada di
untuk mengurangi rasa panas yang
industri besar yang telah diakui oleh
ada akibat radiasi panas dari
pemerintah tentunya ada banyak faktor
perapenan. Dampak dari suhu panas
yang menimbulkan resiko-resiko ergonomi
tersebut adalah menyebabkan
kepada para pekerja. Baik yang berdampak

204
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengerajin mudah dehidrasi, cepat


lelah, heat stroke, dll.

Gambar 7 Pencahayaan di dapat


dari Cahaya Matahari Langsung

Gambar 6 Peletakan Kipas Angin


di Belakang Pengerajin

Pekerja pada umumnya


beraklimitisasi dengan iklim tropis
yang suhunya berkisar antara 19-30
dengan kelembaban udara sekita 85-
95% (Suma’mur,1995).
c. Pencahayaan
Ada dua macam sumber
penerangan yaitu peneranagan alami
dan peneranagan buatan. Gambar 8 Pencahayaan di dapat
Penerangan yang digunakan di dari Cahaya Api Perapenan
industri tersebut adalah penerangan
alami yang bersumber dari matahari 2) Faktor kimia
dan dari cahaya api perapenan, Dalam proses pengerjaan
sehingga apabila dalam keadaan nguwad selain terpapar suhu yang
mendung atau hujan maka tempat tinggi, para pengerajin juga terpapar
tersebut menjadi gelap. Tempat debu yang didapat dari pemanasan
pengerajin gamelan tersebut semi dan pengeleburan yang keluar dari
indoor. Didapatkan 185 lx dari hasil perapenan. Debu ini mempengaruhi
pengukuran yang dilakukan karena kualitas dari udara yang ada di
pekerjaan tersebut berada pada sekitar tempat pengerajin tersebut,
kategori pekerjaan setengah teliti. kenyamanan dan kesehatan dari
pengerajin.

205
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Debu adalah partikel-partikel zat ruangan. Selain itu exhaust fan juga
padat yang disebabkan oleh bisa mengatur volume udara yang
kekuatan-kekuatan alami atau akan disirkulasikan pada ruang.
mekanis, seperti pengolahan, Supaya tetap sehat ruang butuh
penghancuran, pelembutan, sirkulasi udara agar selalu ada
pengepakan yang cepat, peledakan pergantian udara dalam ruangan
dan lain-lain dari bahan-bahan dengan udara segar dari luar luar
organik maupun anorganik, ruangan. Berikut gambar exhaust
misalnya batu, kayu, bijih logam, fan yang disarankan.
arang batu, butir-butir zat padat dan
sebagainya (Suma’mur, 1998).

Preventif Strategis
a. Untuk mengurangi asap dari oven
pembakaran, di sarankan oven
menggunakan corong asap yang
asapnya di buang melalui atas atap.
hal ini bertujuan untuk mengurangi Gambar Exhaust Fan yang
polusi udara di sekitar tempat Disarankan
perapen dan membuat bunga api dan
debu tidak berterbangan kemana-
mana di sekitar pekerja.

Gambar Aliran Udara Menggunakan


dan Tanpa Penggunaan Exhaust Fan
Gambar yang di sarankan
untuk tata letak corong asap
c. Pemberian tanda peringatan bahan
mudah terbakar pada tempat
b. Pemberian exhaust fan agar
peletakan gas. Tanda bahaya bisa
memberikan sirkulasi udara yang
berupa tulisan atau gambar dengan
baik disekitar perapen. Exhaust fan
warna dasar kuning.
berfungsi untuk menghisap udara di
dalam ruang untuk dibuang ke luar,
dan pada saat bersamaan menarik
udara segar di luar ke dalam

206
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tingkat kesadaran akan kesehatan para


pekerja yang rendah sehingga tidak
menggetahui kegunaan masker saat bekerja.
stasiun kerja yang berantakan yang
menyebabkan lamanya dalam memahat
maupun melakukan pekerjaan lainnya.
Gambar yang Disarankan Dipasang di Tempat cuci tangan para pekerja yang
Dekat Tabung Gas masih di campur dengan perunggu yang di
rendam air dan tanpa cairan pencuci tangan
d. Pemberian instruksi cara mencuci
dapat mengganggu kesehatan pekerja,
tangan yang baik dengan air yang
diperlukan langkah preventif untuk
mengalir, agar kesehatan pekerja
memberikan kondisi kerja yang kondusif
tidak terganggu, dan agar terhindar
untuk para pekerja, serta diharapkan dapat
dari zat-zat berbahaya yang
mengurangi beban kerja pada pekerja.
menempel pada tangan pekerja.
Berikut gambar instruksi cara
mencuci tangan yang bisa di
Daftar Pustaka
tempelkan pada tempat mencuci
tangan atau di dekat kran, serta di Adiputra,N. 2002. Denyut Nadi dan
berikan cairan pencuci tangan untuk Kegunaanya Dalam Ergonomi.
pekerja. Jurnal Ergonomi Indonesia.
391,6):22-26.

BSN. 2004. Pengukuran Intensitas


penerangan di Tempat Kerja SNI 16-
7062-2004. Jakarta : BSN
Grandjean, E. 1998. Fitting the Task to The
Man. A. Texbook of Occupational
Ergonomic.London : Taylor &
Francis.

Gambar Instruksi Cara Mencuci Tangan Hendra. 2003. Faktor-Faktor Yang


yang Benar Mempengaruhi Peningkatan Suhu
Tubuh Dan Denyut Nadi Pada
Pekerja Yang Terpajan Panas. Studi
Simpulan kasus di Departemen COR divisi
Dari tinjauan ergonomi yang Tempa dan COR, PT Pindad
dilakukan pada pengerajin gambelan Sri Bandung. Tesis Fakultas Kesehatan
Anita Sedana, Jalan Raya Bedugul Banjar Masyarakat.
Binong, Mengwi – Badung masih belum Kepmenkes RI Nomor 1405 Tahun 2002
memenuhi standar ergonomi. Seperti masih tentang Persyaratan Lingkungan
posisi kerja yang tidak ergonomis, debu- Perkantoran dan Industri Intensitas
debu yang berterbangan dan para Cahaya Diruangan Kerja.
pegawainya tidak menggunakan masker,
207
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Keputusan MENLH Hubungan Beban Kerja Fisik,


No.48/MENLH/II/1906 Tentang Kebisingan Dan Faktor Individu
Nilai Ambang Batas Kebisingan. Dengan Kelelahan Pekerja Bagian
Weaving Pt. X Batang. Jurnal
Komaruddin, 2001, Ensiklopedia
Kesehatan Masyarakat 2013,
Manajemen, Edisi ke-5, Jakarta :
Volume 2, Nomor 2, April 2013.
Bumi Aksara.
http://ejournals1.undip.ac.id/index.p
Manuaba, A. 2000. Ergonomi Kesehatan hp/jkm. Diakses 12 Maret 2017.
dan Keselamatan Kerja.Editor:
Sritomo Wingnyosoebroto dan
Stefanus Eko Wiranto. 2000.
Proceeding Seminar Nasional
Ergonomi 2000. Guna Wijaya:
Surabaya 1-4.
Pulat, B.M 1992. Fudamental of Industrial
Ergonomics. Prentice-Hall,
Profesional Ltd.

Rahayu, Riastuti. 2002. Hubungan Suhu


Lingkungan Kerja Dengan Waktu
Reaksi Rangsang Cahaya Tenaga
Kerja Di Bagian Teknik Logam Balai
Yasa Perumka Yogyakarta Mei 2002.
Undergraduate Thesis, Diponegoro
University.
Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan
Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.

Triyunita, Nidya , Ekawati SKM, M.Sc ,


dan dr. Daru Lestantyo, M.Si. 2013.

208
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PENGRAJIN


EMPING DAN KERIPIK DI KOTA CILEGON BANTEN

Yosephin Sri Sutanti dan Yusuf Handoko

Departemen K3, Fakultas Kedokteran, Universitas KristenKrida Wacana,


JakartaEmail:yosephin.sri@ukrida.ac.id

Abstrak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada sektor informal di Indonesia belum
banyak diteliti, padahal sebagian besar pekerja di Indonesia adalah pekerja di sektor
informal yang banyak terpajan bahaya potensial selama bekerja. Penelitian pada sektor
informal ini mengambil populasi pengrajin emping dan keripik di Kota Cilegon, karena
kota ini merupakan kota percontohan untuk K3 Sektor Informal Indonesia. Adapun tujuan
penelitian ini adalah mendapatkan data prevalensi pajanan bahaya potensial pada
pengrajin emping dan keripik di Kota Cilegon. Subyek penelitian adalah pengrajin
emping dan keripik di Kota Cilegon. Metode yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan kuesioner serta pengukuran terhadap lingkungan kerja. Pengumpulan
data pajanan fisik menggunakan soundlevel meter, luxmeter dan alat pengukur suhu serta
pajanan ergonomik menggunakan Nordic bodymap discomfort, sedangkan pajanan
psikologis menggunakan kuesiner stress kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh pengrajin mengalami masalah musculoskeletal berupa nyeri mulai dari skala agak
nyeri sampai nyeri sekali. Pengukuran pajanan fisik sudah di luar dalam batas normal
tetapi relatif menimbulkan gangguan hanya pada sebagian pengrajin, sehingga
membutuhkan penelitian lanjutan (suhu berkisar 26-31 derajat Celcius, penerangan 100-
200 lux, kebisingan rata-rata 61 dB). Demikian juga adanya stress yang berhubungan
dengan pekerjaan didapatkan pada sebagian pengrajin saja.

Kata kunci : cilegon, informal, K3, pajanan, pengrajin,

Pendahuluan (2013), setiap tahun ada lebih dari 250


juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih
Upaya kesehatan kerja
dari 160 juta pekerja menjadi sakit
diselengarakan untuk mewujudkan
karena bahaya di tempat kerja. Angka
produktivitas yang optimal dan wajib
menunjukkan, biaya manusia dan sosial
diselenggarakan di setiap tempat kerja.
dari produksi terlalu tinggi. Di lain
Adapun keselamatan kerja atau
pihak, angka Penyakit Akibat Kerja
occupational safety secara filosofi
(PAK) sampai saat ini belum
diartikan sebagai suatu pemikiran dan
jelas,apalagi yang berasal dari sektor
upaya untuk menjamin keutuhan dan
informal.
kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya Timbulnya sektor informal adalah
dan manusia pada umumnya serta hasil akibat meluap atau membengkaknya
budaya dan karyanya. Menurut ILO angkatan kerja di satu sisi dan

209
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

menyempitnya lapangan kerja di sisi Metode Penelitian


lain. Pada akhirmya permasalahan ini
Pendekatan yang digunakan dalam
berdampak pada pengangguran laten
penelitian ini adalah perpaduan metode
dan manifes. Oleh karenanya, secara
kuantitatif dan kualitatif (combine method).
naluri masyarakat menciptakan usaha
Dengan pendekatan ini memungkinkan
kecil di rumah, lingkungan terbatas
dilakukannya kajian yang mendalam dan
masyarakat, dan kapabilitas SDM
dapat digeneralisasikan pada populasi yang
seadanya. Salah satu industri sektor
lebih luas. Populasinya adalah seluruh
informal yang cukup berkembang di
pengrajin emping dan keripik di Kota
kota Cilegon adalah upaya yang
Cilegon. Berdasarkan data dari Dinas
dilakukan oleh pengrajin keripik dan
Kesehatan Kota Cilegon, ada kurang lebih
emping. Bahaya potensial dilihat dalam
20 kelompok pengrajin. Adapun sampel
berbagai pajanan, antara lain pajanan
penelitian sebagai subyek penelitian
fisika, ergonomis, dan psikososial, yang
ditentukan secara purposive, berdasarkan
terdapat di lingkungan kerja. Pajanan
penetapan masing-masing dua Pos UKK
fisika mencakup suhu yang panas,
Emping dan Keripik binaan Dinas
penerangan/cahaya yang kurang, dan
Kesehatan Kota Cilegon.
kebisingan. Pajanan ergonomis tampak
dari buruknya adaptasi terhadap sistem, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
alat, prosedur kerja (fitting the job and
Metode yang digunakan dalam
tool to the man), yang dapat dinilai dari
pengumpulan data adalah observasi,
Nordic bodymap discomfort dan
wawancara dan kuesioner serta pengukuran
terakhir, pajanan psikososial terkait
terhadap lingkungan kerja. Pengumpulan
dengan stres kerja.
data pajanan fisik menggunakan soundlevel
Kesehatan dan keselamatan kerja meter, luxmeter dan alat pengukur suhu
(K3) merupakan instrumen yang serta pajanan ergonomik menggunakan
memproteksi pekerja, perusahaan, Nordic bodymap discomfort , sedangkan
lingkungan hidup, dan masyarakat pajanan psikologis menggunakan kuesioner
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan stres kerja (dikonstruksi oleh Manurung,
kerja (Suma’mur, 2014). Lebih jauh, 2017 berdasarkan konsep Igor, 1997).
Suma’mur mengemukakan, Adapun analisis data secara manual,
perlindungan tersebut merupakan hak dengan menggunakan penghitungan
asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh prevalensi secara kuantitatif, berdasarkan
individu maupun organisasi, yang hasil pengukuran atau skoring yang didapat
bertujuan mencegah, mengurangi, dari lapangan.
bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). K3 menjadi
semakin penting karena berdampak pada Pembahasan
produktivitas, kualitas kehidupan kerja,
Sebagian besar pengrajin adalah
dan kinerja..
perempuan, dengan rata-rata usia 45,5
tahun dan sebesar 89,3% sudah bekerja
lebih dari 5 tahun. Pendidikan pengrajin

210
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sebagian besar (82,5%) adalah setingkat


SLTP, SD, bahkan tak sekolah. Adapun
Bahaya Potensial Pajanan Fisika
pekerjaan pengrajin sebagian besar
merupakan pekerjaan utama (79,4%), bukan Suhu yang dialami oleh para pekerja
merupakan sampingan. pada saat melakukan penggorengan keripik
adalah suhu panas yang diterima tubuh dari
Hasil observasi dari pengrajin
udara ruang kerja dan panas tubuh yang
emping sebagai berikut : emping dibuat dari
sulit dilepas ke udara ruang kerja, yang
bahan baku murni biji emping melinjo tua,
dapat merupakan beban kerja bagi pekerja.
tanpa campuran, yang diolah dengan cara
Akibatnya suhu badan pekerja akan
dipipihkan kemudian dikeringkan/dijemur
meningkat, sehingga kapasitas, efektivitas,
dengan memanfaatkan energi alam sinar
dan efisiensi kerja menjadi menurun. Suhu
matahari. Hasil produksi yang dikerjakan
yang dianjurkan di tempat kerja yaitu
dengan tuntutan kerajinan, ketekunan dan
sekitar 24-26 derajat Celcius (Hunter,
kesabaran tersebut, mempunyai kualitas dan
2010). Lebih jauh, Hunter (2010)
kuantitas yang cukup baik, terutama di luar
mengemukakan bahwa suhu yang terlalu
musim hujan dan pasar yang cukup baik
panas dapat menimbulkan efek fisiologis
terutama menjelang hari - hari besar.
pada tubuh, seperti meningkatnya
Adapun proses produksi emping kelelahan, efisiensi kerja fisik dan mental
sebagai berikut: kulit melinjo dikupas lalu menurun, denyut jantung dan tekanan darah
dipanaskan pada pasir di atas api meningkat, aktivitas organ-organ
(disangrai) dan diangkat. Melinjo lalu pencernaan menurun, suhu tubuh
dipecahkan kulitnya lalu diletakkan di atas meningkat, dan produksi keringat
meja kemudian dipukul-pukul dengan palu bertambah yang bisa mengakibatkan
sampai pipih, kemudian dijemur. dehidrasi. Pada pengukuran di lokasi,
ditemukan suhu berkisar antara 26-31
Sementara, produksi kripik
derajat Celcius, namun karena sebagian
menggunakan bahan dasar, seperti
besar pekerjaan dilakukan di ruang terbuka,
singkong, sukun, pisang, ataupun emping.
maka terjadilah sirkulasi udara yang
Bahan tambahannya minyak goreng dan
relative baik. Tampaknya pajanan suhu ini
bumbu-bumbu sesuai dengan kebutuhan
tidak menjadi masalah bagi para pengrajin.
konsumen. Alur proses produksi keripik
adalah sebagai berikut : bahan dasar Penerangan/cahaya yang relatif kurang
dikupas lalu diiris tipis-tipis dan didapatkan pada tempat penggorengan
direndam/dicuci dalam baskomb berisi air. keripik. Di dalam ruangan tidak terdapat
Sementara itu disiapkan minyak untuk cahaya buatan seperti lampu bohlam, hanya
proses penggorengan. Bahan-bahan mengandalkan cahaya alami yang berasal
tersebut dimasukkan dalam minyak goreng dari ventilasi buatan yang minim. Bila
yang panas dan ditiriskan, lalu ditunggu penerangan di tempat kerja kurang dari
dingin. Jika sudah dingin, mulai proses standar yang seharusnya dapat berakibat
pengemasan dan pelabelan produk. Hal kelelahan lebih cepat pada penglihatan
tersebut dilakukan, kecuali pada emping karena membutuhkan tenaga ekstra untuk
yang biasanya langsung digoreng. melihat pekerjaannya agar tidak terjadi

211
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kesalahan dan kecelakaan kerja (Suma’mur, TINGKAT


2014). Sementara, Hunter (2010) JENIS PENCAHAY
menekankan bila terjadi penerangan yang KEGIAT AAN KETERANGAN
melebihi dari standar yang ditentukan, AN MINIMAL
maka mata akan menambah upaya untuk (LUX)
mengurangi cahaya yang masuk ke dalam n kasar penyimpanan &
mata agar tidak silau, sehingga menjadi dan tidak ruang
beban tambahan aktivitas mata dan mata terus – peralatan/instala
lebih cepat mengalami kelelahan. menerus si yang
Hasil observasi menunjukkan bahwa memerlukan
ruangan untuk pengrajin keripik seluas kira- pekerjaan yang
kira 12 m persegi, hanya mengandalkan kontinyu
cahaya dari sinar matahari saja, kira-kira
100-200 lux. Pekerjaa 200 Pekerjaan
Padahal seharusnya penerangan yang n kasar dengan mesin
dibutuhkan perhitungannya adalah sebagai dan terus dan perakitan
berikut:1 lux = 0,001496 watts/m persegi, – kasar
sehingga untuk pekerjaan rutin sebesar 300 menerus
lux = 0,4488 watts/m persegi. Dengan Pekerjaa 300 Ruang
demikian maka untuk ruangan seluas 12 m n rutin administrasi,
persegi maka dibutuhkan12×0.4488= 5,36 ruang kontrol,
watts (kira-kira dibulatkan menjadi 6 pekerjaan
watts). Menurut Keputusan Menteri mesin &
Kesehatan No.1405 tahun 2002, perakitan/peny
pencahayaan adalah jumlah penyinaran usun
pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pekerjaa 500 Pembuatan
Pencahayaan minimal yang dibutuhkan n agak gambar atau
menurut jenis kegiatanya dapat dilihat pada halus bekerja dengan
tabel 1. mesin kantor,
pekerjaan
pemeriksaan
Tabel 1. Tingkat Pencahayaan atau pekerjaan
Lingkungan Kerja dengan mesin
(KEPMENKES RI. No. Pekerjaa 1000 Pemilihan
1405/MENKES/SK/XI/02) n halus warna,
TINGKAT pemrosesan
JENIS PENCAHAY teksti, pekerjaan
KEGIAT AAN KETERANGAN mesin halus &
AN MINIMAL perakitan halus
(LUX)
Pekerjaa 1500 Mengukir
Pekerjaa 100 Ruang n amat dengan tangan,
Tidak

212
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

TINGKAT ergonomi berkaitan dengan kondisi kerja,


JENIS PENCAHAY cara kerja, posisi kerja, peralatan, tempat
KEGIAT AAN KETERANGAN kerja, dan lingkungan kerja. Ergonomi
AN MINIMAL berfungsi untuk penyesuaian peralatan dan
(LUX) tempat kerja dengan dimensi tubuh
halus menimbulkan pemeriksaan manusia, agar manusia sebagai pelaksana
bayangan pekerjaan mesin tidak mengalami kelelahan, dapat mengatur
dan perakitan suhu ruang kerja, pencahayaan, dan kondisi
yang sangat lingkungan kerja yang baik (WHO, 2010).
halus Dari aktivitas kerja para pengrajin emping
dan keripik didapatkan posisi pekerja saat
Pekerjaa 3000 Pemeriksaan bekerja tidak ergonomis, dimana pekerja
n terinci pekerjaan, harus membungkuk terus saat bekerja,
Tidak
perakitan sangat selama minimal 4 jam tanpa istirahat atau
menimbulkan
halus relaksasi, kecuali ke kamar kecil. Hasil
bayangan
kuesioner pada tabel 2 juga memperlihatkan
bahwa sebagian besar pengrajin mengeluh
adanya gangguan muskuloskeletal, mulai
Pajanan fisika yang berikutadalah dari skala agak sakit sampai sakit sekali
kebisingan yang dapat terjadi di area (skala 2-4), khususnya pada bagian
penggorengan yang terus menerus ataupun punggung, bahu kanan dan pergelangan
area penumbukan yang intermiten tangan kanan yang angka kesakitannya
(terputus-putus). Kelebihan yang melebihi masing-masing mencapai di atas 50%.
ambang batas, selain dapat menimbulkan
ganguan pada telinga, juga dapat
menimbulkan kelelahan pada pekerja Bahaya Potensial Pajanan Psikososial
(Munandar, 2001). Sebagian pengrajin Pajanan psikologis yang paling
melalui kuesiner menyatakan sudah mulai sering dialami oleh pekerja adalah stres,
terganggu pendengarannya. Namun kelelahan kerja, dan burnout. Selye (dalam
demikian, hasil pengukuran di area Munandar, 2001) menyebutkan stres
menunjukkan tingkat kebisingan rata-rata sebagai sebuah reaksi psikologis untuk
sebesar 61 dB. Hal ini masih di bawah menyatakan ancaman dari situasi
ambang yaitu 85 dB, namun perlu lingkungan. Stres dapat juga dipahami
penelitian fisik dan penunjang selanjutnya sebagai suatu keadaan ketegangan fisik
untuk memastikan adanya ketulian saraf /mental atau kondisi yang menyebabkan
yang terjadi secara kronis akibat pajanan ketegangan saat seseorang menjalani
yang terus menerus. kehidupannya sehari-hari ; yang dengan
bersamaan mengatur pikiran dan tubuh
Bahaya Potensial Pajanan Ergonomi dengan tugas yang dimilikinya (Munandar,
2001). Hasil kuesioner menunjukkan
Ergonomi (Pheasant , 2011) adalah ilmu adanya sebagian pengrajin yang
yang mempelajari perilaku manusia dalam menyatakan adanya masalah psikologis
kaitannya dengan pekerjaan. Sasaran ilmu berupa stress yang tampaknya berhubungan

213
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dengan pekerjaannya. Tentunya, pajanan sebagai dasar penyelesaian dan


psikologis yang terus menerus dapat penatalaksanaan yang lebih baik bagi
berakibat pada menurunnya produktivitas pengrajin emping dan keripik. Pajanan
dan kualitas kerja. bahaya potensial yang dominan berupa
gangguan ergonomik, yang diikuti
Simpulan
dengan masalah psikososial berupa stress
Dalam proses produksi emping dan kerja, lalu diikuti masalah pajanan fisik
keripik ditemukan cukup banyak bahaya yang berupa pajanan bising, penerangan
potensial, yang dapat menimbulkan dan suhu. Perlu dilakukan penelitian-
penyakit dan mengganggu kesehatan dan penelitian lanjutan untuk kajian yang lebih
keselamatan kerja. Oleh karenanya komprehensif dan mendalam.
identifikasi menyeluruh dan mendalam
terhadap berbagai pajanan perlu dilakukan
no Jenis Keluhan Tingkat 1 % Tingkat 2 % Tingkat 3 % Tingkat 4 %

0 Leher atas 37 58,7 14 22,2 10 15,9 2 3,2

1 Leher bawah 50 79,4 9 14,3 4 6,3 0 0

2 Bahu Kiri 55 87,3 8 12,7 0 0 0 0

3 Bahu Kanan 26 41,3 16 25,4 20 31,7 1 1,6

4 Lengan atas kiri 55 87,3 4 6,4 3 4,8 1 1,6

5 Punggung 31 49,2 17 27,0 15 23,8 0 0

Lengan atas
6 kanan 35 55,6 11 17,5 17 27,0 0 0

7 Pinggang 32 50,8 17 27,0 14 22,2 0 0

8 Bokong 43 68,3 10 15,9 9 14,3 1 1,6

9 Pantat 47 74,6 9 14,3 7 11,1 0 0

10 Siku kiri 54 85,7 5 7,9 4 6,3 0 0

11 Siku kanan 38 60,3 13 20,6 12 19,0 0 0

Lengan bawah
12 kiri 54 85,7 6 9,5 3 4,8 0 0

Lengan
13 bawahkanan 38 60,3 12 19,0 12 19,0 1 1,6

Pergelangan
14 tangan kiri 51 81,0 6 9,5 5 7,9 1 1,6

214
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pergelangan
15 tangan kanan 29 46,0 18 28,6 15 23,8 1 1,6

16 Tangan kiri 54 85,7 4 6,3 5 7,9 0 0

17 Tangan kanan 33 52,4 18 28,6 12 19,0 0 0

18 Paha kiri 48 76,2 7 11,1 7 11,1 1 1,6

19 Paha kanan 49 77,8 9 14,3 4 6,3 1 1,6

20 Lutut kiri 39 62,0 14 22,2 8 12,7 2 3,2

21 Lutut kanan 39 62,0 15 23,8 7 11,1 2 3,2

22 Betis kiri 49 77,8 9 14,3 4 6,3 1 1,6

23 Betis kanan 48 76,2 11 17,5 3 4,8 1 1,6

24 Pergel. kaki kiri 43 68,3 14 22,2 5 7,9 1 1,6

Pergel.kaki
25 kanan 53 84,1 7 11,1 2 3,2 1 1,6

Tabel 2. Jenis Keluhan dan Tingkat Keluhan

REFERENSI pembentukan Cilegon sebagai Kota


Percontohan Bidang Kesehatan Kerja
Hunter, D. (2010).Disease of
Keputusan Mentri Kesehatan RI. No.
Occupation.London: Licensing
1405/MENKES/SK/XI/2002
Agency.
Munandar, A.S. (2001). Psikologi Industri
ILO: Pedoman pelatihan untuk manajer dan
dan Organisasi. Jakarta : Penerbit
pekerja. (2013).Keberlanjutan melalui
Universitas Indonesia (UI-Press)
perusahaan yang kompetitif dan
bertanggung jawab (SCORE). Pheasant, S. (2011).Ergonomics, Work, and
Keselamatan dan Kesehatan Health.USA: Aspen Publishers, Inc.
Kerja.Modul 5, / International Labour Suma’mur P. K. (2014). Higiene
Office. - Jakarta: ILO perusahaan dan kesehatan kerja.
Kesepakatan Bersama Dirjen Bina Jakarta: Sagung Seto
Kesehatan Masyarakat Kementerian Sutanti, Y.S. (2015).Identifikasi bahaya
Kesehatan RI dengan Pemerintah potensial pada pengrajin emping
Kota Cilegon dan keripik.Jakarta: UKRIDA.
No.HK.06.01/B6/1261/2010 dan
No.490/25-HUK/2010 tentang Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA (2015).Plant survey pos
215
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

upaya kesehatan kerja


(UKK).Pengrajin Emping dan
Kripik.Kota Cilegon.
WHO (2010).Introduction to
Ergonomics.Geneva: WHO.

216
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM


PROSES MANUFAKTUR DAN LABORATORIUM SISTEM
PRODUKSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FT USU DENGAN
METODE HIRARC

Buchari1, Nazaruddin2, Nurhayati3


1,2,3
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. AlmamaterKampus USU, Medan 20155
Email: ibossanti@yahoo.com

Abstrak
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja
dimana bertujuan untuk melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan demi kesejahteraan hidup.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses
Manufatur dan Laboratorium Sistem Produksi Departemen Teknik Industri FT USU. Hasil
penilaian risiko dasar (basic risk) adalah nilai risiko dasar dengan asumsi kegiatan
tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan terparah terhadap operator. Dari hasil
penilaian basic risk, didapatkan risiko dengan ketegori very high sebanyak 3 risiko (14%),
kategori substantial sebanyak 1 risiko (5%), ketegori priority 1 sebanyak 16 risiko (76%)
dan kategori priority 3 sebanayak 1 risiko (5%). Penilaian existing risk adalah nilai risiko
yang didapatkan setelah memperhatikan pengendalian yang telah ada diberikan terhadap
kegiatan. Pada existing risk, akan terjadi pengurangan nilai risiko dari hasil basic risk
yang dinilai sebelumnya. Dari hasil penilaian existing risk, didapatkan risiko dengan
kategori very high sebanyak 3 risiko (14%), kategori substantial sebanyak 4 risiko (20%),
kategori priority 1 sebanyak 11 risiko (52%) dan kategori priority 3 sebanyak 3 risiko
(14%).Dari hasil penilaian tersebut diberikan rekomendasi perbaikan berupa engineering
control, administrative control dan personal protective equipment (alat pelindung diri).

Kata kunci:HIRARC, Pengendalian resiko, Penilaian Risiko, Program K3

Pendahuluan Kesehatan Kerja bertujuan melindungi


pekerja atas keselamatannya dalam
Semakin pesatnya industri melakukan pekerjaan demi kesejahteraan
manufaktur dewasa ini, sehingga dapat hidup dan meningkatkan produksi serta
menciptakan suatu persaingan yang produktivitas nasional, menjamin
semakin ketat.Hal ini menuntut produsen keselamatan setiap orang lain yang berada
untuk lebih peka, kritis dan reaktif terhadap di tempat dan memelihara serta
perubahan yang ada, baik politik, sosial menggunakan sumber-sumber produksi
budaya dan ekonomi.Isu globalisasi dan secara aman dan efisien [2].
informasi telah membawa masyarakat Kemungkinan terjadinya risiko pada
khususnya mahasiswa lebih kritis dan peka Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di dalam pemilihan produk yang mereka sangat berpengaruh terhadap biaya, waktu
konsumsi [1].Keselamatan dan Kesehatan dan mutu yang akan berdampak pada
Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi kelancaran pekerjaan[3]. Untuk mengurangi
pekerja yang merupakan komponen dari atau menghilangkan risiko bahaya yang
hak asasi manusia. Keselamatan dan dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
217
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kerja maka diperlukan suatu manajemen [12].Metode ini terdiri dari serangkaian
risiko kegiatannya meliputi identifikasi implementasi K3 dimulai dengan
bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian perencanaan yang baik meliputi identifikasi
risiko, pengendalian risiko serta bahaya, memperkirakan risiko, dan
pemantauan dan evaluasi [4]. menentukan langkah-langkah pengendalian
Risiko kecelakaan kerja tentunya berdasarkan data yang dikumpulkan
selalu terdapat di tempat kerja.Besar [13].Metode HIRARC adalah metode yang
kecilnya risiko yang terjadi tergantung dari digunakan dalam rangka menurunkan
jenis industry, teknologi serta upaya tingkat risiko bahaya kerja didalamnya
pengendalian risiko yang dilakukan [14].Laboratorium adalah tempat staf
[5].Kecelakaan yang terjadi dalam pengajar, mahasiswa dan pekerja lab
hubungan kerja disebut kecelakaan melakukan pekerjaan [15].
berhubung dengan hubungan kerja yang Departemen Teknik Industri
artinya kecelakaan tersebut terjadi akibat Fakultas Teknik Universitas Sumatera
pekerjaanya baik yang terjadi di tempat Utara memiliki 8 laboratorium antara lain
kerja maupun hendak pergi/pulang dari Laboratorium Studio Audio Visual dan
tempat kerja [6].Kecelakaan kerja adalah Menggambar Teknik, Laboratorium Proses
kejadian yang tidak terduga dan tidak Manufaktur, Laboratorium Inti Core,
diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut Laboratorium Komputasi, Laboratorium
tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja,
lagi dalam bentuk perencanaan Laboratorium Pengukuran dan Statistik,
[7].Kecelakaan kerja bisa berakibat pada Laboratorium Sistem Produksi dan
kematian dan secara luas bisa menyebabkan Laboratorium Tata Letak Fasilitas dan
kerugian baik menyangkut personil maupun Pemindahan Bahan. Berdasarkan data yang
materil yang diakibatkan oleh kecelakaan diperoleh, setiap laboratorium memiliki
tersebut [8]. potensi bahaya yang dapat menimbulkan
Kecelakaan teragi atas dua yaitu kecelakaan kerja baik bahaya physical,
keelakaan langsung dan kecelakaan tidak kimia, biologis, mekanis maupun
langsung.Kecelakaan langsung merupakan ergonomis.
kecelakaan yang akibatnya langsung
tampak atau terasa sedangkan kecelakaan Metode Penelitian
tidak langsung adalah kecelakaan yang Penelitian dilakukan di
akibatnya baru tampak atau terasa setelah Laboratorium Proses Manufaktur dan
ada selang waktu dari saat kejadiannya Laboratorium Sistem Produksi Departemen
[9].Bahaya adalah sesuatu yang dapat
Teknik Industri FT USU. Jenis penelitian
menyebabkan cedera pada manusia atau
kerusakan pada manusia atau kerusakan adalah penelitian terapan yaitu menganalisis
pada alat atau lingkungan [10].Tujuan dan memberikan penilaian tentang risiko
upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dengan menggunakan
kecelakaan yang ditimbulkan karena adanya metode HIRARC.
suatu bahaya di lingkungan kerja.Oleh
karena itu pengembangan sistem
Identifikasi Risiko
manajemen K3 harus berbasis pengendalian
Langkah awal dalam pengolahan
risiko sesuai dengan sifat dan kondisi
data adalah identifikasi sumber bahaya
bahaya yang ada [11].
dalam setiap uraian pekerjaan. Identifikasi
Metode HIRARC merupakan
bahaya dilakukan terhadap bahaya-bahaya
gabungan dari hazard identification, risk
yang berasal mesin-mesin, peralatan
assessment dan risk control dimana
praktikum, kondisi lingkungan kerja dan
merupakan sebuah metode dalam mencegah
bahan-bahan yang digunakan dalam proses
atau meminimalisasi kecelakaan kerja
praktikum yang dapat menimbulkan
218
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

bahaya. Data yang diperoleh berasal dari Laboratorium Sistem Poduksi ditunjukkan
hasil pengamatan langsung dan wawancara pada Tabel 1.
dengan pihak laboratorium.Data yang
diperoleh berdasarkan identifikasi risiko di
Laboratorium Proses Manufaktur dan
Tabel 2. Identifikasi Bahaya pada Laboratorium Proses Manufaktur dan Sistem Produksi
Area Modul Pengendalian
No Uraian Praktikum Potensi Bahaya
Kerja Praktikum yang Ada
Penambahan Responsi tentang modul praktikum
- -
Nilai Produk dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Sarung
Tangan terkena
tangan,
mesin bubut
masker
Lab Proses
1 Tangan terjepit
Manufaktur Proses
pengunci mesin -
Permesinan
Membubut benda kerja bubut
Tergelincir/terjatuh
-
karena lantai licin
Sarung
Tangan terkena
tangan,
percikan scrap
masker
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Memotong kelapa menggunakan Tangan terpotong
-
parang pisau
Proses Tangan terkena
Lab Proses Mengukur hasil potongan kelapa
1 Produksi mesin kukuran -
Manufaktur
Minyak Kelapa sehingga dihasilkan parutan kelapa kelapa
Santan yang dihasilkan dipanaskan Tangan terkena
-
menggunakan kompor hingga minyak panas
dihasilkan minyak kelapa Kompor meledak -
Responsi tentang modul praktikum
Brainstorming - -
dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
Survey Pasar - -
Laboratorium dengan asisten
2 Sistem Responsi tentang modul praktikum
- -
Produksi Perancangan dengan asisten
Produk Nigel Pasir dan bentonit diaduk Tangan terkena
Sarung tangan
Cross menggunakan mixer sehingga mesin pengaduk
dihasilkan pasir yang bersifat padat Kebisingan -

219
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 3. Identifikasi Bahaya pada Laboratorium Proses Manufaktur dan Sistem Produksi
(Lanjutan)
Area Modul Pengendalian
No Uraian Praktikum Potensi Bahaya
Kerja Praktikum yang Ada
Bagian tubuh Sarung tangan,
terkena panas masker,
peleburan kacamata, safety
Aluminium dileburkan terlebih aluminium shoes
dahulu sehingga dihasilkan Tungku meledak -
aluminium cair
Kebakaran -
Asap yang dihasilkan proses peleburan
aluminium
Bagian tubuh
Sarung tangan,
terkena
masker
Aluminium cair dituangkan ke dalam aluminium panas
mal kayu yang telah disediakan Kaki terkena
jatuhan penuang -
Laboratorium aluminium
Sistem Tangan terkena
2 Produksi -
mesin grinda
Aluminium yang telah kering Mata terkena
digrinda untuk menghasilkan bentuk percikan bunga -
yang diinginkan api hasil grinda
Kebisingan -
Responsi tentang modul praktikum
Studi Kelayakan - -
dengan asisten
Perancangan
Responsi tentang modul praktikum
Sistem - -
dengan asisten
Perusahaan
Perancangan Responsi tentang modul praktikum
- -
Produk dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
Forecasting - -
dengan asisten
Responsi tentang modul praktikum
- -
dengan asisten
Tangan terkena
Line Balancing -
Menyolder radio dengan timah solder
dengan menggunakan solder Tangan terkena
-
timah cair
Production
Responsi tentang modul praktikum
Planning and - -
dengan asisten
Control
Quality and
Responsi tentang modul praktikum
Process - -
dengan asisten
Control
Responsi tentang modul praktikum
Kanban System - -
dengan asisten

220
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Berdasarkan tabel diatas diketahui Sumatera Utara memiliki risiko


bahwa unitlaboratorium Laboratorium kecelakaan kerja dan ruangan
Proses Manufaktur dan Laboratorium laboratorium yang masih belum tertata
Sistem Produksi di Departemen Teknik dengan baik sehingga perlu dilakukan
Industri Fakultas Teknik Universitas identifikasi risiko kecelakaan kerja
dianalisis terdiri atas kategori basic risk
Penilaian Risiko dan existing risk.Pada tingkat risiko
Langkah selanjutnya setelah existing risk, hasil perkalian tersebut
identifikasi bahaya adalah penilaian dilakukan setelah dilakukan intervensi
risiko yaitu dengan memberikan (reviewing control).Hasil penilaian risiko
penilaian probability, exposure dan pada Laboratorium Proses Manufakrur
consequences terhadap bahaya yang telah ditunjukkan pada Tabel 2.
diidentifikasi.Tingkat risiko yang telah

Tabel 2.Hasil Penilaian Risiko pada Laboratorium Proses Manufaktur


Penilaian Risiko
Identifikasi Risiko
Basic Level Existing Level
Area Uraian Nilai Level Nilai Level
Potensi Bahaya C E P C E P
Kerja Praktikum Risiko Risiko Risiko Risiko
Tangan terkena
25 2 6 300 Priority 1 15 2 3 90 Substantial
mesin bubut
Membubut Tangan terjepit
benda kerja pengunci mesin 25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
bubut
Tergelincir/terjatuh
15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
karena lantai licin
Tangan terkena
15 2 6 180 Priority 1 5 2 3 30 Priority 3
percikan scrap
Lab Proses
Memotong
Manufaktur
kelapa Tangan terpotong
25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
menggunakan parang
parang
Mengukur hasil
potongan kelapa Tangan terkena
sehingga mesin kukuran 25 2 3 150 Substantial 25 2 3 150 Substantial
dihasilkan kelapa
parutan kelapa
Santan yang Tangan terkena
25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
dihasilkan minyak panas
dipanaskan
menggunakan
kompor hingga
Kompor meledak 50 2 6 600 Very High 50 2 6 600 Very High
dihasilkan
minyak kelapa

Dari hasil penilaian risiko pada existing level terdapat 1 kegiatan


laboratorium Proses Manufaktur untuk mengalami perubahan dari ketegori
basic level terdapat 6 kegiatan pada priority 1 menjadi substantial dan 1
kategori priority 1, 1 kegiatan pada kegiatan mengalami perubahan dari
ketegori substantial dan 1 kegiatan pada ketegori priority 1 menjadi priority 3.
kategori very high sedangkan pada
221
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Hasil penilaian risiko pada ditunjukkan pada Tabel 3.


Laboratorium Sistem Produksi

Tabel 3.Hasil Penilaian Risiko pada Laboratorium Sistem Produksi


Penilaian Risiko
Identifikasi Risiko
Basic Level Existing Level
Uraian Nilai Level Nilai Level
Area Kerja Potensi Bahaya C E P C E P
Praktikum Risiko Risiko Risiko Risiko
Pasir dan Tangan terkena
25 2 6 300 Priority 1 15 2 3 90 Substantial
bentonit diaduk mesin pengaduk
menggunakan
mixer sehingga
dihasilkan pasir
Kebisingan 15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
yang bersifat
padat

Bagian tubuh
Aluminium terkena panas
dileburkan 15 2 6 180 Priority 1 5 2 3 30 Priority 3
peleburan
terlebih dahulu aluminium
sehingga Tungku meledak 50 2 6 600 Very High 50 2 6 600 Very High
Laboratorium dihasilkan
Sistem aluminium cair Kebakaran 50 2 6 600 Very High 50 2 6 600 Very High
Produksi Asap yang
dihasilkan proses
15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
peleburan
aluminium
Aluminium cair Bagian tubuh
dituangkan ke terkena aluminium 25 2 6 300 Priority 1 15 2 3 90 Substantial
dalam mal kayu panas
yang telah Kaki terkena
disediakan jatuhan penuang 15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
aluminium
Aluminium Tangan terkena
25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
yang telah mesin grinda
kering digrinda Mata terkena
untuk percikan bunga api 25 2 6 300 Priority 1 25 2 6 300 Priority 1
menghasilkan hasil grinda
bentuk yang
diinginkan
Kebisingan 15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1

Menyolder Tangan terkena


15 2 6 180 Priority 1 15 2 6 180 Priority 1
radio dengan solder
timah dengan
menggunakan Tangan terkena
5 2 6 60 Priority 3 5 2 6 60 Priority 3
solder timah cair

Dari hasil penilaian risiko pada basic level terdapat 10 kegiatan pada
laboratorium Sistem Produksi untuk kategori priority 1, 1 kegiatan pada
222
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ketegori priority 3 dan 2 kegiatan pada mengalami perubahan dari ketegori


kategori very high sedangkan pada priority 1 menjadi substantial.
existing level terdapat 2 kegiatan

Tabel 4.Penentuan Risk Reduction


Jumlah Rata-rata
Jumlah Risk Risk
Penentuan Risk Reduction No Area Kerja
Risiko Reduction Reduction
Risk reduction dilakukan setelah (%) (%)
penilaian risiko dilakukan.Risk reduction Laboratorium
yaitu proses pengurangan risiko yang 1 Proses 8 153 19,12%
Manufaktur
terdapat di setiap area kerja dengan
Laboratorium
mempertimbangkan pengendalian yang
2 Sistem 13 223 17,15%
telah dibuat oleh pihak Laboratorium Produksi
Proses Manufaktur dan Sistem Produksi
Penentuan risk reduction didapat dengan Rekomendasi Pengendalian
mengurangkan basic risk dengan existing Berdasarkan identifikasi risiko dan
risk dengan menggunakan rumus sebagai penilaian risiko Rekomendasi pengendalian
berikut : diberikan berdasarkan identifikasi risiko
Basic level-Existing level dan penilaian risiko yang telah dilakukan.
Risk Reduction= Basic level
X 100 % Rekomendasi pengendalian yaitu proses
pengembangan solusi alternative dari risiko
Hasil perhitungan risk reduction
yang telah diidentifikasi. Rekomendasi
ditunjukkan pada Tabel 4.
pengendalian ditinjau berdasarkan aspek
engineering atau pengendalian teknis, aspek
administrative dan penyediaan alat
keselamatan kerja berupa alat pelindung
diri yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan departemen.Rekomendasi
pengendalian pada Laboratorium Proses
Manufaktur ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5.Rekomendasi Pengendalian pada Laboratorium Proses Manufaktur


Area Uraian Hirearcy of
Risiko Bahaya Solusi Pengendalian
Kerja Pekerjaan Control
Engineering
-
Control
Membuat SOP penggunaan mesin
bubut yang benar, pengawasan
Tangan terkena terhadap prosedur kegiatan
Administrative
mesin bubut pembubutan, memberikan safety
Control
Lab Proses briefing sebelum kegiatan pembubutan
Membubut
Manufaktur dilaksanakan dan pengawasan terhadap
benda kerja
penggunaan APD
PPE Safety gloves
Penyediaan alat bantu untuk menahan
Engineering
Tangan terjepit benda kerja sewaktu dikunci pada
Control
pengunci mesin mesin bubut
bubut Administrative Membuat SOP penguncian benda kerja
Control ke mesin bubut secara aman,

223
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengawasan terhadap penggunaan


APD, dan pengawasan terhadap
prosedur kegiatan
PPE Safety gloves

Tabel 5.Rekomendasi Pengendalian pada Laboratorium Proses Manufaktur (Lanjutan)


Uraian Hirearcy of
Area Kerja Risiko Bahaya Solusi Pengendalian
Pekerjaan Control
Engineering
-
Control
Meningkatkan intensitas kebersihan
Tergelincir/terjatuh
Administrative lantai, membuat rambu-rambu K3
karena lantai licin
Control tentang lantai licin dan pengawasan
terhadap penggunaan APD
PPE Safety shoes
Engineering Perawatan terhadap mesin secara
Control berkala, pemberian oli pada mata pahat
Membuat SOP penggunaan mesin
secara aman, pengawasan terhadap
Membubut Tangan terkena Administrative penggunaan APD, pengawasan
benda kerja percikan scrap Control terhadap prosedur kegiatan,memberikan
safety briefing sebelum kegiatan
dilaksakan
Safety gloves, coverall (pakaian
PPE
pelindung)
Engineering
-
Memotong Control
Lab Proses
kelapa Tangan terpotong Pengawasan terhadap penggunaan
Manufaktur Administrative
menggunakan parang APD, pengawasan terhadap prosedur
Control
parang kegiatan pemotongan kelapa
PPE Safety gloves
Mengkukur Engineering
-
hasil Control
potongan Membuat SOP pengkukuran kelapa
kelapa Administrative dengan benar, pengawasan terhadap
Tangan terkena
sehingga Control prosedur kegiatan pengkukuran,
mesin kukuran
dihasilkan pengawasan terhadap penggunaan APD
kelapa
parutan
kelapa
PPE Safety gloves

Santan yang Engineering


-
dihasilkan Control
dipanaskan Memberikan safety briefing tentang K3
menggunakan dan APD sebelum kegiatan dilaksakan,
Tangan terkena
kompor Administrative pengawasan terhadap prosedur
minyak panas
hingga Control kegiatan, pembuatan rambu-rambu K3
dihasilkan di laboratorium dan pengawasan
minyak penggunaan APD
kelapa PPE Safety gloves
Kompor meledak Perawatan terhadap kompor secara
Engineering
berkala, dilakukan pengecekan terlebih
Control
dahulu sebelum digunakan

224
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Menyediakan rambu-rambu peringatan


Administrative
K3 di laboratorium, peningkatan
Control
pengetahuan tentang K3
PPE -

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa terhadap prosedur kegiatan dan pengawasan
pentingnya pembuatan SOP pada terhadap penggunaan APD.Rekomendasi
penggunaan mesin dan peralatan praktikum, pengendalian pada Laboratorium Sistem
memberikan safety briefing sebelum Produksi ditunjukkan pada Tabel 6.
praktikum dilaksanakan, pengawasan

Tabel 6.Rekomendasi Pengendalian pada Laboratorium Sistem Produksi


Uraian Risiko Hirearcy of
Area Kerja Solusi Pengendalian
Pekerjaan Bahaya Control
Engineering
-
Pasir dan bentonit Control
diaduk Tangan Membuat SOP penggunaan mesin pengaduk secara
menggunakan terkena aman, pengawasan terhadap penggunaan APD,
Administrative
mixer sehingga mesin pengawasan terhadap prosedur kegiatan pengadukan,
Control
dihasilkan pasir pengaduk membuat rambu-rambu K3 di workshop dan memberikan
yang bersifat padat safety briefing sebelum praktikum dilaksanakan
PPE Safety gloves
Engineering
Perawatan mesin secara berkala
Control
Kebisingan Administrative Membuat rambu-rambu K3 tentang kebisingan,
Control pengawasan penggunaan APD
PPE Earplug
Engineering
Bagian -
Control
tubuh Pengawasan terhadap penggunaan APD, membuat
terkena Administrative rambu-rambu K3 di sekitar area peleburan aluminium
Laboratorium panas Control dan memberikan safety briefing sebelum kegiatan
Sistem peleburan dilaksanakan
Produksi aluminium
PPE Baju tahan panas, safety gloves dan safety shoes
Engineering Perawatan terhadap tungku secara berkala, dilakukan
Control pengecekan terlebih dahulu sebelum dioperasikan
Tungku Administrative Menyediakan rambu-rambu peringatan K3 di sekitar
Aluminium meledak
dileburkan terlebih Control tungku, pengawasan terhadap prosedur kegiatan
dahulu sehingga PPE -
dihasilkan Engineering
Menyediakan alat pemadam kebakaran
aluminium cair Control
Menyediakan rambu-rambu peringatan K3 tentang
Kebakaran Administrative kebakaran, pengawasan terhadap prosedur kegiatan dan
Control
pengawasan terhadap pengunaan APD
PPE -
Asap yang Engineering Memasang exhaust fan untuk menghisap udara kotor
dihasilkan Control untuk dibuang keluar
proses Administrative Membuat rambu-rambu K3 tentang pengunaan masker,
peleburan Control pengawasan terhadap penggunaan APD
aluminium PPE Masker

225
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 6.Rekomendasi Pengendalian pada Laboratorium Sistem Produksi (Lanjutan)


Uraian Risiko Hirearcy of
Area Kerja Solusi Pengendalian
Pekerjaan Bahaya Control
Engineering
-
Bagian Control
tubuh Membuat SOP penuangan aluminium yang aman,
terkena Administrative pengawasan terhadap prosedur kegiatan, pengawasan
Aluminium cair aluminium Control terhadap penggunaan APD dan memberikan safety
dituangkan ke panas briefing sebelum kegiatan dilaksanakan
dalam mal kayu PPE Baju tahan panas, safety gloves, safety shoes
yang telah Engineering
Kaki -
disediakan Control
terkena Membuat rambu-rambu K3 di laboratorium, pengawasan
jatuhan Administrative
terhadap prosedur kegiatan dan pengawasan terhadap
penuang Control
penggunaan APD
aluminium
PPE Safety shoes
Engineering
-
Control
Tangan Membuat SOP penggunaan mesin grinda yang benar,
Aluminium yang terkena Administrative pengawasan terhadap prosedur kegiatan penggrindaan,
telah kering mesin Control pengawasan terhadap penggunaan APD dan memberikan
digrinda untuk grinda safety briefing sebelum kegiatan dilaksanakan
menghasilkan PPE Safety gloves
bentuk yang Engineering
Laboratorium diinginkan Mata -
terkena Control
Sistem
percikan Membuat rambu-rambu K3 di laboratorium, pengawasan
Produksi Administrative
bunga api terhadap prosedur kegiatan dan pengawasan terhadap
Control
hasil penggunaan APD
grinda PPE Goggles
Engineering
Perawatan mesin secara berkala
Control
Membuat rambu-rambu K3 tentang kebisingan, mengatur
Kebisingan Administrative rentang waktu kerja operator terhadap paparan
Control
kebisingan dan pengawasan penggunaan APD
PPE Earplug
Engineering
-
Control
Tangan Membuat SOP penggunaan solder yang benar,
terkena Administrative pengawasan terhadap prosedur kegiatan penyolderan,
Menyolder radio Control pengawasan terhadap penggunaan APD dan memberikan
solder
dengan timah safety briefing sebelum kegiatan dilaksanakan
dengan
PPE Safety gloves
menggunakan
solder Engineering
-
Tangan Control
terkena Membuat rambu-rambu K3 di laboratorium, pengawasan
Administrative
timah cair terhadap prosedur kegiatan dan pengawasan terhadap
Control
penggunaan APD

226
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PPE Safety gloves

Pembahasan penilaian existing risk ditunjukkan pada


Analisis Penilaian Risiko Gambar 2.
Penilaian risiko dilakukan pada
Laboratorium Proses Manufaktur dan
Laboratorium Sistem Produksi Dari hasil
penilaian risiko yang telah dilakukan,
didapatkan risiko sebanyak 21 risiko pada
kedua laboratorium di Departemen Teknik
Industri tersebut.
Hasil penilaian risiko dasar (basic
risk) adalah nilai risiko dasar dengan
asumsi kegiatan tersebut dapat Gambar 2. Diagram Hasil Penilaian
mengakibatkan kecelakaan terparah Existing Level
terhadap operator. Dari hasil penilaian basic
risk, didapatkan risiko dengan ketegori very
highsebanyak 3 risiko (14%), kategori Dari hasil penilaian existing risk
substantial sebanyak 1 risiko (5%), ketegori yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
priority 1 sebanyak 16 risiko (76%) dan risiko pada kegiatan yang telah
kategori priority 3 sebanayak 1 risiko (5%). mendapatkan pengendalian masih berada
Diagram hasil penilaian basic risk dalam ketegori substantial atau
ditunjukkan pada Gambar 1. mengharuskan adanya perbaikan secara
teknis. Hal ini menandakan bahwa risiko
yang ada saat ini belum mendapatkan
tindakan pengendalian lebih lanjut untuk
mengurangi level risiko hingga tergolong
kepada ketegori acceptable.Perbandingan
penilaian basic risk dan existing risk
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Basic


Level

Penilaian existing risk adalah nilai risiko


yang didapatkan setelah memperhatikan
pengendalian yang telah ada diberikan
terhadap kegiatan. Pada existing risk, akan
terjadi pengurangan nilai risiko dari hasil
basic risk yang dinilai sebelumnya. Dari
hasil penilaian existing risk, didapatkan Gambar 3. Perbandingan antara Basic
risiko dengan kategori very high sebanyak 3 Level dan Existing Level
risiko (14%), kategori substantial sebanyak
4 risiko (20%), kategori priority 1 sebanyak Analisis Perhitungan Risk Reduction
11 risiko (52%) dan kategori priority 3 Risk reduction dilakukan untuk
sebanyak 3 risiko (14%). Diagram hasil menentukan besarnya penurunan nilai risiko
227
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pada setiap kegiatan dengan Daftar Pustaka


mempertimbangkan pengendalian yang [1] AW, Budi Luhur. Evaluasi
telah diterapkan oleh Keselamatan Kerja dengan
laboratorium.Didapatkan rata-rata risk Menggunakan Metode Hazard
reduction adalah 36,27. Perhitungan rata- Identification, Risk Assessment and
rata risk reduction total ditunjukkan sebagai Risk Control (HIRARC).Prodi Teknik
berikut: Industri: FFTI-UPN “Veteran” Jawa
36,27 Timur.
Rata-rata risk reduction = 2 = 18,13%
[2] Esmiralda, dkk. 2014. Investigasi
Dari perhitungan di atas dapat
Penyebab Kecelakaan Kerja dengan
dilihat bahwa rata-rata risk reduction total
Menggunakan Metoda Systematic
Laboratorium Proses Manufaktur dan
Cause Analysis Technique (SCAT) di
Sistem Produksi antara lain sebesar
Lingkungan Kerja PT. X. Universitas
18,13%. Dari hasil perhitungan tersebut
Andalas: Jurusan Teknik Lingkungan
disimpulkan bahwa risk reduction tersebut
Fakultas Teknik
masih dalam kategori kecil dimana tindakan
[3] Anwar, Fahmi Nurul, dkk. 2014.
pengedalian terhadap risiko-risiko yang
Analisis Manajemen Risiko
telah diterapkan oleh laboratorium masih
Kesehatan dan Keselematan Kerja
dalam kategori rendah dari kebutuhan
(K3) pada Pekerjaan Upper Structure
pengendalian terhadap risiko yang ada.
Gedung Bertingkat (Studi Kasus
Proyek Skyland City- Jatinongor).
Simpulan Garut: Sekolah Tinggi Teknologi
Kesimpulan yang diperoleh dari Garut.
hasil penelitian adalah: [4] Restuputri, Dian Palupi dan Resti
1. Jumlah risiko berdasarkan hasil Prima Dyan Sari. 2015. Analisis
penilaian risiko yang terdapat di Kecelakaan Kerja dengan
laboratorium Departemen Teknik Menggunakan Metode Hazard And
Industri Fakultas Teknik Universitas Operability Study (HAZOP). Malang:
Sumatera adalah sebanyak 26 risiko. Teknik Industri Fakultas Teknologi
2. Hasil penilaian basic risk didapatkan Industri Universitas Muhammadiyah
risiko dengan ketegori very high Malang.
sebanyak 3 risiko (14%), kategori [5] Supriyadi dan Fauzi Ramdan. 2017.
substantial sebanyak 1 risiko (5%), Identifikasi Bahaya dan Penilaian
ketegori priority 1 sebanyak 16 risiko RIsiko pada Divisi Boiler
(76%) dan kategori priority 3 sebanayak Menggunakan Metode Hazard
1 risiko (5%) Identification Risk Assessment and
3. Hasil penilaian existing risk didapatkan Risk Control (HAZARD). Serang:
risiko dengan kategori very high Universitas Serang Raya.
sebanyak 3 risiko (14%), kategori [6] Waruwu, Saloni dan Ferida Yuamita.
substantial sebanyak 4 risiko (20%), 2016. Analisis Faktor Kesehatan dan
kategori priority 1 sebanyak 11 risiko Keselamatan Kerja (K3) yang
(52%) dan kategori priority 3 sebanyak 3 Signifikan Mempengaruhi
risiko (14%) Kecelakaan Kerja pada Proyek
4. Rata-rata pengurangan risk reduction Pembangunan Apartement Student
pada laboratorium Departemen Teknik Castle. Yogyakarta: Departemen of
Industri Fakultas Teknik Universitas Industrial Engineering.
Sumatera Utara antara lain sebesar [7] Messah, Yunita A., dkk. 2015. Solusi
13,28% dari kebutuhan pengendalian Pencegahan Kecelakaan Kerja dalam
risiko yang ada. Pelaksanaan Konstruksi Gedung di

228
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kota Kupang. Kupang: Jurusan Requirement of OHSAS 18001:2007


Teknik Sipil. Associated With Clause 4.4.7 and
[8] Suharjo, Bambang dan Mohamad Government Regulation No 50Year of
Arifin. Analisis Risiko dan 2012 in PT. Beton Elemenindo
Implementasi Metode HIRARC Perkasa. Universitas Telkom:
(Hazard Identification, Risk Program Studi Teknik Industri.
Assessment and Risk Control) pada [15] Sunarto. Keselamatan dan Kesehatan
Satuan Penyelam di Dislambair Kerja Laboratorium Kimia.
Koarmatim. Sekolah Tinggi Yogyakarta: Pendidikan Kimia
Teknologi Angkatan Laut. FMIPA UNY Yogyakarta.
[9] Totok, Darius. Pengendalian [16] Sunarto. Keselamatan dan Kesehatan
Kecelakaan Kerja dan Potensi Kerja Laboratorium Kimia.
Sumber Bahaya Menggunakan Yogyakarta: Pendidikan Kimia
Meroed HIRARC di Perusahaan FMIPA UNY Yogyakarta.
Pengolahan Karet Remah (Crumb [17] Soehatman, Ramli. 2010. Pedoman
Rubber). Universitas Tanjungpura: Praktis Manajemen Risiko Dalam
Jurusan Teknik Elektro. Perspektif K3 Ohs Risk Management.
[10] Wijaya, Albert, dkk. 2015. Evaluasi Jakarta: Dian Rakyat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja [18] Australian Standard/New Zealand
dengan Metoed HIRARC pada PT. Standard (As/Nzs) 4360:2004, Risk
Charoen Pokphand Indonesia. Managemnt Guideline.
Universitas Kristen Petra: Fakultas [19] Soehatman, Ramli. 2010. Pedoman
Teknologi Industri. Praktis Manajemen Risiko Dalam
[11] Afandi, Rahmad, dkk. 2014. Usulan Perspektif K3 Ohs Risk Management.
Penanganan Identifikasi Bahaya Jakarta: Dian Rakyat
Menggunakan Teknik Hazard [20] P.K. Suma’mur. 1984 Keselamatan
Identification Risk Assessment and Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan,
Determining Control (HIRADC) Cetakan Kedelapan. Jakarta: Toko
(Studi Kasus di PT. Komatsu Gunung Agung
Undercarriage Indonesia). Bandung: [21] Ginting, Rosnani. 2014. Rancangan
Institut Teknologi Nasional. Teknik Industri. Medan: USU Press.
[12] Purnama, Dedi Septian. Analisa [22] Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Penerapan Metode HIRARC (Hazard Departemen Pendidikan Nasional,
Identification, Risk Assessment and Standard Minimum Laboratorium
Risk Control) dan HAZOPS (Hazard Program Sarjana Teknik Industri.
and Operability Study) dalam
Kegiatan Identifikasi Potensi Bahaya
dan Resiko pada Proses Unloading
Unit di PT. Toyota Astra Motor.
Universitas Mercu Buana: Program
Studi Teknik Industri.
[13] Ihsan, Taufiq, dkk. 2016. Analisis
Risiko K3 dengan Metode HIRARC
pada Area Produksi PT. Cahaya
Murni Andalas Permai. Padang:
Universitas Andalas.
[14] Rositasari, Mutiah, dkk. 2015.
Control Design of Health and Safety
Occipation Hazard Based on
HIRARC Result to Fullfill

229
PENERAPAN IPTEKS PADA PENGELOLAAN UPACARA NGABEN
MASSAL UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN EFISIENSI
KERJA PANITIA PELAKSANA DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR
BALI

I Made Sutajaya1, Ni Putu Ristiati 2, dan Ida Ayu Putu Suryanti 3


1,2,3
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Pendidikan Ganesha
Email: madesutajaya@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan pengelolaan
upacara ngaben massal berorientasi ergonomi untuk meningkatkan pengetahuan dan efisiensi
kerja panitia pelaksana. Penelitian ini menggunakan pendekatan partisipatori berbasis
ergonomi. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben berorientasi ergonomi yang dilakukan
dalam penelitian ini, diawali dengan identifikasi masalah, kemudian dibuat prioritas masalah
dan selanjutnya dibuat rencana tindak (action plan). Rencana tindak ini digunakan sebagai
intervensi terhadap panitia pelaksana yang merupakan salah satu penerapan IPTEKS di
sektor informal. Pelatihan pengelolaan upacara ngaben massal berorientasi ergonomi
dilakukan untuk mengenalkan prinsip-prinsip ergonomi yang dipadukan dengan kearifan
lokal setempat yang dapat diimplementasikan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana
upacara ngaben serta proses pelaksanaan upacara tersebut. Penelitian ini melibatkan 22
orang panitia pelaksana sebagai subjek. Pengetahuan panitia pelaksanan upacara ngaben
massal didata dengan tes pengetahuan kognitif yang berkaitan dengan sarana dan prasarana
upacara dan efisiensi kerja didata dengan teknik time and motion study, dengan panduan
rubrik penilaian. Hasilya dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%. Hasil yang
diperoleh adalah terjadi peningkatan pengetahuan panitia pengelola upacara ngaben massal
sebesar 21,44% yang diiringi dengan efisensi kerja dari 17 hari menjadi 11 hari atau lebih
efisien 35,29%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan dan efisiensi kerja panitia pelaksana upacara ngaben massal. Peningkatan
efisiensi kerja akan berdampak langsung terhadap biaya yang dikeluarkan yang tentunya
akan semakin ringan.
Kata Kunci: Ergonomi, Ngaben Massal, dan Pengelolaan

Upacara ngaben massal atau dikenal


dengan istilah ngaben ngerit saat ini menjadi
Pendahuluan
upacara yang dinilai sangat membantu

230
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

masyarakat yang kurang paham untuk pelatihan pengelolaan upacara ngaben


mengelolanya. Akan tetapi dilihat dari massal berorientasi ergonomi sesunguhnya
pengetahuan masyarakat tentang sarana dan sangat diperlukan oleh masyarakat di Desa
prasarana yang diperlukan kian hari kian Peliatan, akan tetapi karena belum diketahui
menurun sebagai akibat dari kurang strategi pengelolaan dengan cara tersebut,
berminatnya masyarakat untuk mengakibatkan masyarakat mengelolanya
mempelajarinya karena dinilai sangat rumit secara tradisional yang lebih dominan
dan melelahkan. Kondisi seperti ini tentu hanya menghandalkan kemampuan
akan berimbas terhadap efisiensi kerja mengingat saja tanpa adanya mekanisme
selama proses persiapan dan pelaksanaan pencatatan. Kondisi seperti ini tentu akan
upacara ngaben massal. Kondisi ekonomi sangat berisiko saat upacara berlangsung,
masyarakat Desa Peliatan mulai tahun 2002 karena ada beberapa piranti upacara yang
tampaknya mengalami penurunan. Itu tidak boleh dibuat lebih dari
terjadi sebagai akibat terpuruknya usaha peruntukannya. Dalam hal ini, sumber kerja
dalam bidang pariwisata sebagai dampak dinyatakan sebagai prediktor terpenting dari
dari Bom Bali pada saat itu. Itu terjadi engagement, karena mampu memprediksi
karena masyarakat di Desa Peliatan lebih komitmen suatu organisasi. Sumber kerja
dominan menggantungkan nasibnya di berperan dalam pembentukan proses
bidang pariwisata (RPJM, 2011). Kondisi motivasi karena karyawan mampu
tersebut semakin diperparah oleh memenuhi kebutuhan dasarnya seperti
melambungnya harga sembako di pasaran. kebutuhan ekonomi, kompetensi, dan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berhubungan dengan orang lain. Penelitian
perekonomian di Desa Peliatan mengalami terkini menyatakan bahwa suber kerja
goncangan yang sangat serius dan termasuk pada level tugas sebagai umpan
memerlukan penanggulangan sesegera balik kinerja, level interpersonal sebagai
mungkin agar tidak menimbulkan dampak dukungan dari rekan kerja, dan level
yang lebih buruk lagi yang pada akhirnya organisasi sebagai pembinaan supervisor
akan dapat meningkatkan jumlah penduduk (Bakker & Leiter, 2010: .Bakker, 2010;
miskin. Kondisi ini akan semakin Bakker, et al, 2011 ; Bakker, et al, 2008;
menggiring masyarakat untuk lebih Shimazu, et al, 2010)
memilih melaksanakan upacara ngaben
Karena hanya menghandalkan daya
secara massal dengan harapan agar biaya
ingat saja tentu akan berpeluang besar
yang dikeluarkan lebih sedikit dan ketika
terjadi kesalahan. Jika saat upacara baru
mengalami kesulitan dalam proses
diketahui ada piranti upacara yang tidak
persiapan tentu ada banyak orang yang akan
lengkap akan menimbulkan keresahan bagi
membantu dan diajak berdiskusi.
pelaku upacara dan bahkan sering
Pemberdayaan masyarakat menimbulkan pertengkaran. Ini tentu tidak
merupakan strategi pembangunan yang baik bagi suatu upacara yang semestinya
perlu dilakukan secara berkelanjutan. dilakukan dengan khidmat, akan tetapi
Dalam perspektif pembangunan ini, karena manajemennya kurang memadai
disadari betapa penting kapasitas manusia maka upacara tersebut akan ternoda oleh
dalam upaya meningkatkan kemandirian berbagai masalah. Permasalahan mendasar
dan kekuatan internal atas sumber daya inilah yang tampaknya dapat ditanggulangi
materi dan nonmaterial (Muchtar, 2007). melalui pemberdayaan masyarakat dengan
Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pengelolaan upacara ngaben

231
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

massal berorientasi ergonomi sebagai salah dijelaskan bahwa semua orang


satu penerapan IPTEKS di masyarakat. yang terlibat dalam pemecahan
Dalam pelatihan tersebut ditekankan bahwa masalah harus dilibatkan sejak
prinsip-prinsip ergonomi yang lebih awal secara maksimal agar dapat
menekankan kepada efisiensi dan diwujudkan mekanisme kerja yang
keefektivan kerja selalu dijadikan acuan di efisien dan kondusif serta
diperoleh produk yang berkualitas
dalam memperbaiki mekanisme kerja pada
sesuai dengan tuntutan jaman.
proses persiapan dan pelaksanaan upacara 3. Melalui model Entrepreneurship
ngaben massal. Hal itu dilakukan demi Capacity Building (ECP) yang
terwujudnya upacara ngaben yang khidmat, diterapkan melalui awareness
lancar, dan tanpa halangan yang berarti. program sebagai upaya untuk
meningkatkan wawasan panitia
pelaksana upacara ngaben massal
Metode Penelitian tentang sinergitas ergonomi
dengan kewirausahaan serta cara
Penelitian eksperimental semu ini memonitoring dan mengevaluasi
melibatkan 22 subjek yang dipilih secara perkembangan pengelolaan
acak sederhana. Rancangan penelitiannya upacara.
adalah randomized post test only group 4. Melalui kerjasama antara
design dan data yang diperoleh dianalisis akademisi dengan panitia
dengan uji t paired pada taraf signifikansi pelaksana upacara ngaben massal
5%. Perlakuan yang diberikan adalah akan terbangun suatu budaya yang
berupa pelatihan pengelolaan upacara sifatnya saling membantu di dalam
ngaben massal berorientasi ergonomi memecahkan masalahnya masing-
masing dimana para akademisi
dengan ketentuan sebagai berikut.
akan dapat mengembangkan ilmu
1. Melalui implementasi Teknologi pengetahuannya dan masyarakat
Tepat Guna yang menekankan akan memperoleh pencerahan
pada upaya perbaikan mekanisme mengenai mekanisme pengelolaan
pengelolaan upacara ngaben upacara ngaben massal berbasis
massal yaitu: (1) secara teknis IPTEKS.
perbaikan tersebut dapat
dilakukan; (b) secara ekonomis Hasil Penelitian dan Pembahasan
dapat dibiayai; (3) secara Hasil analisis data pengetahuan
kesehatan dapat dipertanggung- panitia pelaksana upacara ngaben massal
jawabkan; (4) secara sosial budaya antara sebelum dan sesudah pelatihan dapat
tidak bertentangan; (5) hemat dilihat pada Tabel 1.
energi; dan (6) tidak merusak
lingkungan.
2. Melalui implementasi pendekatan
ergonomik partisipatori dapat

232
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 1. Hasil Analisis Data Pengetahuan Panitia Pelaksana Upacara Ngaben Massal (n =
22)
Variabel Periode I Periode II Nilai t Nilai p % Pening-
katan

Rerata SB Rerata SB

Pengetahuan 63,86 5,66 77,55 3,61 11,784 0,0001 21,44%


panitia

Pengetahuan panitia pelaksana ngaben didapatkan, mengingat begitu banyaknya


massal terhadap sarana dan prasarana jumlah dan jenis banten yang digunakan
upacara dinilai cukup memadai. Dinyatakan dalam upacara ngaben massal tersebut.Jika
demikian karena terjadi peningkatan tidak diatur sedemikian rupa dikhawatirkan
pengetahuan sebesar 21,44% antara pada saat hari H atau puncak kegiatan akan
sebelum dan sesudah pelatihan pengelolaan kesulitan untuk membagi upakara ke
upacara ngabben massal. Efisiensi kerja masing-masing peserta. Lebih parahnya lagi
dinilai dari waktu kerja yang diperlukan jika ada peserta ngaben massal yang tidak
yaitu pada tahun 2014 untuk menyiapkan mendapat bagian banten. Pada tahun-tahun
sarana dan prasarana upacara diperlukan sebelumnya kejadian ini sering terjadi,
waktu kerja sebanyak 17 hari. Akan tetapi sehingga menimbulkan rasa tidak puas
pada tahun 2017 hanya memerlukan waktu bahkan sempat terjadi protes akibat
11 hari. Penghematan waktu kerja sebanyak kelalaian tersebut. Sangat bisa dimaklumi
6 hari ternyata dapat menghemat biaya bahwa ketika peserta ngaben massal tidak
konsumsi sebesar Rp. 1.500.000,- x 6 hari mendapatkan banten yang lengkap, tenntu
yaitu Rp. 9.000.000,-. Di samping itu akan membuat mereka merasa berdosa
penghematan waktu kerja tersebut juga terhadap orang tua atau sanak saudara yang
dinilai tidak mengganggu aktivitas sehari- diupacarai.
hari pada warga, karena mereka hanya
Dalam hal ini Sutajaya & Susila
diminta untuk membantu peserta ngaben
(2016) melaporkan bahwa strategi
massal selama 3 hari.
pemberdayaan masyarakat melalui
Mekanisme pembuatan banten yang pelatihan pengelolaan upacara ngaben
semula fokus pada pembuatan pirantinya massal berorientasi ergonomi dikaji
saja pada awal-awal kegiatan, di tahun ini berdasarkan kegiatan ngaben massal yang
diubah menjadi penyiapan piranti upacara dilaksanakan di Banjar Tengah, Desa
yang sekaligus disusun menjadi banten Pakraman Peliatan, Kecamatan Ubud,
sesuai keperluan. Cara ini dinilai sangat Kabupaten Gianyar, ProvinsiBali yang
efisien tempat dan waktu, karena bisa dilaksanakan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
dikerjakan oleh banyak orang setelah Temuannya adalah: (a) pengelolaan upacara
diberikan contoh bantennya. Penyiapan ngaben massal dilaksanakan secara
tempat penyimpanan banten yang sudah konvensional dan belum memanfaatkan
jadi juga diatur sedemikian rupa sehingga IPTEK; (b) manajemen yang diterapkan
saat diperlukan bisa dengan mudah lebih ditekankan kepada daya ingat saja dan

234
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sangat minim melalui pencatatan menggunakan label dengan warna berbeda


terstruktur; (c) sering terjadi kesalahan adalah disebabkan oleh upakara yang
dalam menghitung upakara yang digunakan sama untuk setiap upacara. Jika
diperlukan, karena upakara tersebut tidak tidak ada pembedanya, akan sulit untuk
boleh dibuat lebih dari peruntukkannya; (d) menentukan yang mana upakara yang
perhitungan biaya upacara belum akurat masih baru, yang mana upakara yang sudah
karena acuannya tidak jelas; dan (e) dipersembahkan (lungsuran/ surudan).
mekanisme prosesi upacara belum begitu
Ketika belum diberikan cara
dipahami oleh para peserta, sehinggga
tersebut, sering terjadi keragu-raguan saat
sering terjadi kesimpang-siuran informasi
mengganti upakara yang sudah
pada saat upacara berlangsung dan kondisi
dipersembahkan dengan upakara yang baru
ini sering memicu emosi para pelaku
dan biasanya masyarakat yang bertugas
upacara. Untuk mengatasi kondisi tersebut,
(ngayah) saat itu, cenderung menunggu
pada penelitian ini dilatihkan strategi
tukang banten yang kemarinnya menangani
pengelolaan yang berorientasi ergonomi
upakara tersebut. Kondisi ini sangat
dan lebih ditekankan kepada pendekatan
menghambat pelaksanaan upacara pada hari
partisipatori.
yang bersangkutan, apalagi tukang banten
Sutajaya & Susila (2016) juga (tapini) terlambat datang ke lokasi upacara.
melaporkan bahwa cara yang ditempuh Akan tetapi, setelah diberikan strategi
dalam pengelolaan upacara ngaben adalah dengan menggunakan label yang mengacu
mengacu kepada warna yang sering kepada warna pelangi, ternyata sangat
dinyanyikan oleh anak-anak dalam lagu membantu dalam melancarkan upacara,
pelangi dengan urutan warna: (1) merah, (2) karena para pengayah yang akan
kuning; (3) hijau; dan (4) biru. Warna ngelungsur tidak ragu-ragu untuk
dengan urutan seperti itu sangat familiar di mengganti upakara yang sudah
benak para tukang banten (tapini) dan dipersembahkan kemarinnnya, dengan
panitia pelaksana. Warna tersebut upakara yang baru, karena labelnya
digunakan untuk membedakan label yang berbeda. Misalnya: jika pada hari I semua
ditempelkan pada setiap upakara dan piranti label upakara berwarna merah, maka pada
upakara yang akan digunakan selama 4 hari II semua upakara dengan label
(empat) hari kegiatan upacara. berwarna merah sudah harus diganti dengan
Mekanismenya adalah: (a) pada hari I yaitu upakara yang labelnya berwarna kuning dan
saat upacara ngwangun semua label begitu seterusnya sampai pada hari keempat
berwarna merah baik berupa penomoran upakara yang digunakan adalah upakara
maupun berupa tulisan; (b) pada hari II dengan label berwarna biru. Cara ini
yaitu saat upacara ngembang semua label ternyata disambut baik oleh masyarakat
berwarna kuning; (c) pada hari III yaitu saat karena upacara bisa berjalan tertib, lancar,
upacara upadesa semua label berwarna efektif, dan efisien, serta tidak
hijau; dan (d) pada hari IV yaitu saat menimbulkan gangguan yang berarti. Di
upacara pengiriman dan pengutangan sisi lain, para tukang banten (tapini) dan
semua label berwarna biru. Cara sederhana panitia pelaksana lainnya semakin kompak
ini ternyata dengan mudah dipahami oleh dan menjadi tim kerja yang kondusif di
masyarakat, sehingga semua masyarakat dalam melaksanakan tugasnya masing-
ikut terlibat di dalam mencermati setiap masing, karena kekhawatiran bahwa
upakara yang digunakan. Alasan upacara tidak bisa berjalan

236
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sebagaimanamestinya sudah bisa meningkatkan efisiensi kerja tukang banten


diminimalkan. ngaben di Kota Denpasar, dilihat dari
peningkatan produktivitas sebesar 78%
Ditinjau dari sudut pandang
manajemen, Sutajaya & Susila (2016) juga Sutajaya & Susila (2016) melaporkan
melaporkan bahwa prajuru banjar telah bahwa pengetahuan prajuru banjar di
dilatihkan untuk membangun sebuah tim bidang upacara ngaben yang dinilai dari
kerja yang kompak (team building) dan pemahaman mereka terhadap proses dan
mampu mengelola waktu dengan baik (time mekanisme upacara yaitu: (a) upacara
management). Strategi pengelolaan tersebut ngwangun; (b) upacara ngembang; (c)
ternyata dapat meningkatkan produktivitas upacara upadesa; (d) upacara
kerja para prajuru banjar, yang sebelumnya pengutangangan; (e) upacara pengiriman;
merasa begitu berat untuk mengelola (f) upacara ngendag; (g) upacara mesalin;
upacara ngaben dan mereka mematok (h) upacara nglungah; (i) upacara ngasti;
waktu kerja satu bulan (30 hari), akan tetapi dan (j) upacara nyegara gunung. Dalam hal
dengan strategi yang ditawarkan di atas ini Sutajaya & Susila melaporkan bahwa
mereka yakin bahwa waktu yang skor pengetahuan prajuru banjar di bidang
diperlukan akan semakin singkat. Dengan upacara ngaben antara sebelum dan sesudah
demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan terjadi peningkatan secara
pengelolaan upacara ngaben massal bermakna (p<0,05) yaitu: (a) pengetahuan
berorientasi ergonomi sangat tepat prajuru banjar di bidang upacara ngwangun
dilakukan untuk mengatasi ketidakefisienan meningkat 16,03%; (b) pengetahuan prajuru
dan ketidakefektivan kerja saat banjar di bidang upacara ngembang
mempersiapkan upakara dan saat meningkat 17,13%; (c)pengetahuan prajuru
pelaksanakan upacara. Temuan ini banjar di bidang upacara upadesa
bersinergi dengan temuan peneliti lain meningkat 12,71%; (d) pengetahuan prajuru
yaitu: (1) Sudiajeng (2010) melaporkan banjar di bidang upacara pengutangan
bahwa pemberdayaan pekerja melalui meningkat 15,20%; (e) pengetahuan prajuru
intervensi ergonomi pada organisasi dan banjar di bidang upacara pengiriman
stasiun kerja dapat meningkatkan kinerja meningkat 15,20%; (f) pengetahuan prajuru
bengkel kayu dilihat dari peningkatan banjar di bidang upacara ngendag
produktivitas sebesar 87,50%, (2) Suardana meningkat 14,71%; (g) pengetahuan prajuru
(2012) melaporkan bahwa pendekatan banjar di bidang upacara mesalin meningkat
ergonomi dalam perancangan arsitektur 13,17%; (h) pengetahuan prajuru banjar di
meningkatkan kinerja pengguna bangunan bidang upacara nglungah meningkat
dilihat dari peningkatan ketelitian kerja 12,95%; (i) pengetahuan prajuru banjar di
sebesar 87,2% dan konstansi kerja sebesar bidang upacara ngasti meningkat 14,42%;
15,79%, (3) Wijaya (2012) melaporkan dan (j) pengetahuan prajuru banjar di
bahwa penerapan manajemen kinerja klinik bidang upacara nyegara gunung meningkat
berbasis Tri Hita Karana sebagai suatu 11,14%. Sutajaya & Susila (2016) juga
pemberdayaan terhadap pekerja dapat menyarankan agar pengetahuan tersebut
meningkatkan kualitas kerja perawat dan digetok-tularkan kepada masyarakat yang
bidan di rumah sakit umum Bangli sebesar lain sehingga pengetahuan ini akan semakin
43%, dan (4) Purnamawati (2013) meluas di masyarakat. Tujuannya adalah
melaporkan bahwa pemberdayaan tukang agar masyarakat siap menjadi panitia
benten melalui intervensi ergonomi dapat

237
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pelaksana upacara ngaben massal di tahun- 3. Penanganan segera terhadap


tahun mendatang. permasalahan pengelolaan upacara
ngaben massal yang selama ini
Melalui pelatihan pengelolaan menyertai para pelaku dan
upacara ngaben massal berorientasi pelaksana upacara ngaben massal di
ergonomi juga diharapkan dapat Desa Peliatan ternyata sangat
meningkatkan motivasi masyarakat dalam membantu peserta (pemilet) upacara
berkiprah di bidang sosial keagamaan, yang awam dengan kegiatan
khususnya dalam pelaksanaan ngaben tersebut.
massal. Jika tidak dirintis saat ini maka ke
depan masyarakat akan semakin takut dan Saran yang tampaknya penting
merasa tidak siap untuk berkecimpung di untuk disampaikan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut.
dalam kegiatan sosial keagamaan tersebut,
karena dinilai sangat sulit dan berisiko
1.Kepada panitia pelaksana upacara
menimbulkan perselisihan. Akan tetapi ngaben massal disarankan agar
dengan mengaplikasikan IPTEKS di tetap menerapkan sistem
dalamnya, khususnya yang berkaitan pengelolaan upacara ngaben
dengan konsep-konsep ergonomi yang berorientasi ergonomi, karena telah
menekankan kepada sistem kerja yang terbukti lebih efisien.
aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien 2.Kepada masyarakat yang akan
demi tercapainya produktivitas yang melaksanakan upacara ngaben
setinggi-tingginya tampaknya pengelolaan disarankan agar lebih memilih
upacara ngaben massal akan semakin pelaksanaan upacara ngaben
dipahami oleh masyarakat. massal atau ngaben ngerit, karena
dinilai lebih efisien tenaga, waktu,
SIMPULAN DAN SARAN dan biaya.
Bertolak dari hasil analisis dan pembahasan
yang dikaji berdasarkan literatur yang Daftar Pustaka
relevan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P.
1. Sosialisasi konsep-konsep ergonomi & Taris, T.W. 2008. Work
yang relevan sebagai salah satu cara Engagement: An Emerging Concept
penerapan IPTEKS di dalam in Occupational Health Psychology.
mengatasi permasalahan Work and Strees Journal, Vol.22.
pengelolaan upacara ngaben massal No. 3., 187-200.
yang dilaksanakan di Desa Peliatan
ternyata dapat mengefisienkan Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where
waktu kerja dan meningkatkan to Go from Here: Integration and
pengetahuan panitia pelaksana. Future Research on Work
2. Pelatihan pengelolaan upacara Engagement; In: Bakker, A.B. &
ngaben massal berorientasi Leiter, M.P. Editor: Work
ergonomi melalui pendekatan Engagement, A Handbook of
partisipatori dapat meningkatkan Essential Theory and Research.
pengetahuan sebesar 21,44% dan
New York: Psychology Press.
efisiensi kerja sebesar 35,29% pada
panitia pelaksana upacara ngaben Bakker, A.B. 2010. Engagement and Job
massal di Desa Peliatan. Crafting: Engaged Employees

238
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Create Their Own Great Place to Engagement Perspectives, Issue,


Work, In: Albrecht,S. Editor. Researches and Practices. USA:
Handbook of Employee Engagement Edward Elgar
Perspectives, Issues, Researches
Suardana, I P.G.E. 2012. Pendekatan
and Practices. USA: Edward Elgar.
Ergonomi dalam Perancangan
Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P. Arsitektur (Ergo-Arsitektur)
2011. Key Question Regarding Meningkatkan Kenyamanan dan
Work Engagement, European Kinerja Pengguna. Disertasi. Program
Journal of Work and Organizational Pascasarjana Universitas Udayana
Psychology. 20 (1), 4-28 Bali.
Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Sudiajeng, L. 2010. Intervensi Ergonomi
Membangun di Bali. Bali-HESG. pada Organisasi dan Stasiun Kerja
Denpasar. Meniingkatkan Kinerja Mahasiswa
dan Efisiensi Penggunaan Daya
Muchtar, 2007. Pemberdayaan Masyarakat
Listrik di Bengkel Kayu Politeknik
Melalui Program Pengembangan
Negeri Bali. Disertasi. Program
Distrik (Kajian Kebijakan dan
Pascasarjana Universitas Udayana
Implementasinya di Provinsi Papua)
Bali.
Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sutajaya, I M. & Susila, G.P. A.J. 2016.
Sosial. Vol.12.No.02, Mei-Agustus Pemberdayaan Masyarakat Melalui
2007. Pelatihan Pengelolaan Upacara
Ngaben Massal Meningkatkan
Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I., Badar,
Pengetahuan dan Kemampuan
A.M. 2008. Peran teknologi Tepat
Manajerial Prajuru Banjar di Desa
Guna untuk Masyarakat Daerah
Peliatan, Ubud, Gianyar. Laporan
Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi
Penelitian. Jurusan Pendidikan
No. 13 Tahun 7, April.
Biologi Fakultas MIPA. Universitas
Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi Pendidikan Ganesha.
Ergonomi Meningkatkan Efisiensi
Wijaya, I P.G. 2012. Penerapan Manajemen
Pekerja pada Proses Pembuatan
Kinerja Klinik Berbasis Tri Hita
Banten Upacara Ngaben Pranawa di
Karana pada Kepuasan Kerja
Kota Denpasar. Disertasi. Program
Komitmen Kerja dan Locus of
Pascasarjana Universitas Udayana
Control terhadap Peningkatan Kinerja
Bali.
Pegawai dan Bidan di Unit Rawat
Shimazu, A. Miyanaka,D. Schaufeli,W.B. Inap Rumah Sakit Umum Bangli.
2010. Work Engagement from A Disertasi. Program Pascasarjana
Culture Perspective: In: Albrecht,S. Universitas Udayana Bali.
editor. Handbook of Employee

239
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISA MASALAH ERGONOMI LINGKUNGAN KERJA PADA


PEKERJA TEMPA GONG DI DESA TIHINGAN KABUPATEN
KLUNGKUNG

Aris Maytadewi Negara NLG1, Angga Prihastini K2, Sutjana IDP3

123
Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Institut Ilmu Kesehatan Medika
Persada Bali
Email:mayta.negara@gmail.com

Abstrak

Bali kerap diidentikkan dengan budaya dan kesenian yang memang sangat kental.
Desa Tihingan merupakan salah satu desa yang menjadi tujuan wisata dengan
masyarakatnya yang terkenal sebagai pembuat instrumen gong/gamelan. Pengrajin
gong/Gamelan di desa Tihingan merupakan suatu industri kecil yang dalam proses
produksinya menggunakan tenaga manusia. Stasiun kerja pengrajin gong dikenal dengan
sebutan perapen. Dalam melakukan aktivitasnya pengrajin gong berdekatan dengan suhu
lingkungan yang panas. Penelitian dilaksanakan di artshop “Tari Balinese Tradisional
Music” yang terletak di Desa Tihingan Kabupaten Klungkung. Dilaksanakan pada Bulan
September 2016. Sampel berjumlah 5 orang pekerja. Pengukuran yang dilakukan meliputi
beban kerja, suhu lingkungan, IMT, keluhan muskuloskeletal, dan sikap kerja.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rerata beban pekerja penempa gong tergolong beban kerja
berat dengan denyut nadi kerja 126kali/menit. Hasil pengukuran suhu perapen
menunjukkan 38.70C. Rerata IMT pekerja 17,64 kg/m2. Rerata skor keluhan
muskuloskeletal pekerja 92. Skor Rapid Entire Body Assesment (REBA)7.

Kata kunci:AnalisaMasalah Ergonomi, Lingkungan Kerja, Pekerja TempaGong

tertarik untuk memesan dan membeli


Pendahuluan
seperangkat gong untuk dibawa ke tempat
Bali kerap diidentikkan dengan
asalnya.
budaya dan kesenian yang memang sangat
Untuk mendukung berbagai kegiatan
kental. Desa Tihingan merupakan salah satu
seni masyarakat desa ini, maka banyak
desa yang menjadi tujuan wisata dengan
didirikan art-shop untuk menjual dan
masyarakatnya yang terkenal sebagai
memajangkan berbagai produk gamelan
pembuat instrumen gong/gamelan. Desa ini
yang artistik itu. Masyarakat desa ini pada
merupakan satu-satunya tempat pembuatan
umumnya bermata pencaharian sebagai
Gong di Bali. Gamelan yang dibuat di Desa
Tihingan ini mempuyai ciri khusus, pembuat atau pengrajin gong. Maka dari itu
tak heran jika di desa ini banyak terdapat
suaranya enak didengar dan dinikmati.
tempat atau bengkel-bengkel kerja untuk
Banyak wisatawan lokal maupun
membuat maupun memperbaiki gong.
mancanegara datang ke Desa Tihingan
240
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Total jumlah Pengrajin gong/gamelan dilakukan proses penghalusan, agar


di Desa Tihingan adalah 60 pengrajin, gamelan yang masih berpermukaan kasar
jumlah pekerja 10-15 orang untuk pengrajin menjadi lebih halus. Penghalusan dilakukan
kapasitas kecil dan 20-30 orang untuk dengan sangat berhati-hati, agar tidak
pengrajin kapasitas besar. Salah satu mengubah nada gamelan terlalu banyak; e)
pengrajin gamelan di desa Tihingan, Ngelaras/pelarasan : Setelah pembuatan
Kabupaten Klungkung yaitu “Tari” bilah selesai, dilanjutkan dengan pembuatan
Balinese Tradisional Musik. resonator dari bambu yang ketebalannya
Proses pembuatan gong dibagi berbeda-beda. Resonator berfungsi untuk
menjadi beberapa tahap, yaitu: a) mengetahui kadar suara yang dihasilkan
Penimbangan bahan baku : Pertama bahan oleh bilah-bilah tersebut dapat terdengar
baku pembuatan gamelan ditimbang lebih keras.
terlebih dahulu sesuai kebutuhan. Bahan Pada pembuatan resonator juga
baku yang dipergunakan adalah perunggu dilakukan penyelarasan agar suara bambu
yang berasal dari campuran timah dengan selaras dengan suara bilah ; f) Pembuatan
tembaga dengan perbandingan timah 10 dan wadah : Pembuatan wadah atau palawah
tembaga 3. Sebelumnya disiapkan terlebih sebagai tempat meletakkan bilah dan
dahulu cetakan berbentuk mangkuk dari resonator merupakan tahap akhir dari
bahan tanah liat yang sudah dicampur pembuatan gamelan dan semakin
dengan kulit padi atau disebut dengan Kowi diperindah dengan mengukir dari wadah
; b) Peleburan bahan baku : Sebelum tersebut (Suarbawa, 2016).
peleburan dimulai, Prapen atau tempat Stasiun kerja pengrajin gong dikenal
perapian yang dilengkapi dengan alat untuk dengan sebutan perapen, Permintaan pasar
menghembuskan angin atau Lamus, untuk akan kebutuhan produk gong semakin
memperoleh suhu panas yang cukup. Kowi meningkat dengan tuntutan baik dari segi
lalu diisi dengan timah dan tembaga dan kuantitas maupun kualitas, namun dilain
dipanaskan di atas prapen sampai mencapai pihak tuntutan produksi gong tidak diiringi
3000o C, dan membuat timah dan tembaga dengan optimalisasi alat untuk
melebur menjadi bahan perunggu yang meningkatkan hasil pruduksi. Pengrajin
disebut Gasa; c) Pencetakan : Gasa yang gong/Gamelan di desa Tihingan merupakan
sudah cair lalu dituang pada cetakan sesuai suatu industri kecil yang dalam proses
dengan gamelan yang akan dibuat. Adapun produksinya menggunakan tenaga manusia.
bentuk cetakan yang dipergunakan yaitu: Pekerja perlu mendapat perhatian lebih
bentuk bundar volume setengah bulatan, karena dalam melakukan aktivitas kerjanya
bentuk Dawan atau bentuk bulat panjang, berdekatan dengan suhu lingkungan yang
bentuk Pasingen atau cebongan; d) panas, oleh karena pekerja bekerja dekat
Ngebugin/penempaan : Untuk membentuk dengan tempat pemanasan besi dengan
gasa dilakukan proses ngebugin atau jarak rata-rata 30 cm.
penempaan untuk memperoleh bentuk yang Temperatur lingkungan kerja
diinginkan. Proses ini dilakukan oleh 5 merupakan salah satu faktor fisik yang
orang pandai besi. Satu orang bertugas berpotensi untuk menimbulkan gangguan
memegangi gasa dan 4 orang bertugas kesehatan bagi pekerja bila berada pada
menempa. Setelah proses penempaan, kondisi yang ekstrim. Namun secara umum

241
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kita dapat menentukan batas kemampuan Pekerja tempa bekerja dengan waktu
manusia untuk beradaptasi dengan kerja ±7 jam dan terjadi gerakan berulang-
temperatur lingkungan pada kondisi yang ulang saat proses penempaan. Analisis
ekstrim dengan menentukan rentang Rapid Entire Body Assesment (REBA)
toleransi terhadap temperatur lingkungan. menunjukkan, pekerja tempa pada posisi ini
Berdasarkan latar belakang tersebut ada pada action level 3, dengan skor REBA
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 7, skor ini tergolong dalam risk level high
pendahuluan untuk mengetahui lebih jauh dan tindak lanjut yang dilakukan adalah
kondisi fisik ataupun lingkungan dan segera lakukan tindakan perbaikan.
dampak dari pekerjaan yang ditekuninya
sebagai pekerja tempa pada pengrajin
gong/gamelan di Desa Tihingan Kabupaten
Klungkung.
Metode Penelitian
Metode yang dilakukan adalah
observasi, pengukuran, wawancara.
Wawancara dilakukan pada pekerja tempa
dan pemilik art-shop. Dilakukan observasi
dan pengukuran pada pengrajin
gong/gamelan di Desa Tihingan, Kabupaten
Gambar 1
Klungkung, pada hari Jum’at 04 September
Sikap Kerja Pekerja Tempa
2016 Pukul 08.00 – 11.00 WITA.
Pengukuran yang dilakukan adalah
b. Pemanfaatan tenaga otot
pengukuran beban kerja dengan
Penempaan bahan baku menjadi
menghitung nadi kerja, pengukuran suhu
bentuk instrumen gong yang siap pakai
lingkungan menggunakan termometer,
membutuhkan keuatan otot yang besar
pengukuran Berat badan dan Tinggi Badan
untuk menjadikan lempengan bahan
untuk menghitung IMT, pengukuran
baku menjadi instrument gong yang
keluhan muskuloskeletal menggunakan
sesuai. Rata-rata proses menempa
kuesioner Nordic Body Map, dan sikap
dilakukan sebanyak 20 kali setiap perode
kerja menggunakan Rapid Entire Body
tempa. Situasi kerja seperti ini
Assesment (REBA). Pengukuran dilakukan
mengharuskan pekerja tempa
pada 5 orang pekerja tempa gong.
menggunakan kekuatan otot yang
maksimal ditambah dengan suhu
Hasil dan Pembahasan lingkungan kerja pada proses penempaan
a. Sikap Kerja sangat tinggi. Tidak jarang pekerja
Sikap kerja yang dominan dilakukan tempa terlihat berkeringat dan mengeluh
oleh pekerja tempa adalah sikap kerja pegal pada lengan, pinggang dan kaki
berdiri. Bekerja dengan posisi berdiri terus akibat pekerjaan yang dilakukanya.
menerus akan terjadi penumpukan darah Keluhan muskuloskeletal didata
dan berbagai cairan tubuh pada kaki. menggunakan kuesioner Nordic Body
(Tarwaka, 2015) Map didapatkan skor 92.

242
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kelelahan otot yang dialami pekerja


merupakan tremor pada otot/perasaan
nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan
umum ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan
oleh karena pekerjaan monoton,
intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan lingkungan, (Grandjean, 1997).
Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada
akhir jam kerja, apabila rata-rata beban
kerja melebihi 30-40% dari tenaga Gambar 2
aerobikmaksimal (Astrand & Rodahl, Proses Tempa Lempengan Gong
1986 dan Pulat, 1992)
d. Stasiun Kerja
c. Beban Kerja Stasiun kerja merupakan area,
Beban kerja dapat ditentukan tempat atau lokasi dimana aktivitas akan
dengan mengukur denyut jantung selama dilakukan untuk merubah bahan baku
bekerja. Pengukuran denyut jantung menjadi sebuah produk yang memiliki
selama bekerja merupakan suatu metode nilai tambah. Stasiun kerja yang
untuk menilai cardiovascular strain dirancang secara benar akan mampu
(Grandjean, 1997). memberikan keselamatan dan
Beban kerja dari pekerja tempa itu kenyamanan kerja bagi operator yang
sendiri tergolong dalam beban kerja selanjutnya akan berpengaruh secara
berat, karena saat melakukan signifikan didalam menentukan
pekerjaanya pekerja tempa kinerjanya (Tarwaka dkk 2015).
menggunakan tenaga otot. Pekerja Stasiun kerja dari pekerja tempa ini
menempa lempengan campuran timah dikenal dengan istilah perapen. Pada
dan tembaga menggunakan alat seperti perapen inilah para pekerja tempa
palu, lempengan campuran timah dan melakukan pekerjaanya dengan posisi
tembaga tersebut ditempa hingga berdiri menempa lempengan campuran
membentuk salah satu instrument gong timah dan tembaga dengan
dengan posisi kerja penempa berdiri. menggunakan kekuatan otot untuk
Hasil pengukuran denyut nadi yang memukul /menempa lempengan tersebut
didapatkan saat pengukuran pada pukul hingga menghasilkan salah satu dari
10.00 WITA adalah 126 kali/menit. Ini instrument gong. Pekerja bekerja selama
disebakan karena beban kerja yang 7 jam setiap harinya. Jarak antara
dilakukan tergolong beban kerja berat perapen dan pekerja tempa ± 30 cm.
disertai dengan suhu stasiun Hasil pengukuran suhu di area kerja
kerja/perapen yang panas sebagai beban 38,70C.
tambahan.

243
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

instrument yang dihasilkan bisa saja


suaranya tidak merata di semua bangian,
karena ada perbedaan ketebalan pada
insturmen.

g. Gizi Kerja
Gizi kerja adalah nutrisi yang
diperlukan pekerja untuk kebutuhan
kalori sesuai dengan beban kerjanya.
Disamping itu dalam bekerja, pekerja
memerlukan gizi untuk meningkatkan
Gambar 3 daya kerja dan kesehatan tenaga kerja
Kondisi Stasiun Kerja/Perapen yang setinggi-tingginya. Kebutuhan
kalori seseorang ditentukan oleh jenis
e. Alat Kerja kelamin, umur, berat badan dan jenis
Alat yang digunakan oleh pekerja kegiatan (Suma’mur, 2014; Roedjito,
tempa adalah suatu alat yang menyerupai 1998 ; dan Almatsier, 2001).
palu dengan ukuran lebih besar dan Dari hasil observasi dan wawancara
pegangan yang lebih panjang. Alat ini 3 dari 5 orang pekerja memiliki IMT
digunakan untuk menempa bahan baku dibawah normal dengan rata-rata 17,64
menjadi salah satu instrument gong. Dari kg/m2, ini disebabkan karena pekerja
hasil observasi ukuran pegangan alat tidak memiliki kebiasaan sarapan
tersebut sudah cukup ergonomis, tidak sebelum bekerja, beberapa pekerja
terlalu panjang ataupun terlalu pendek mengatakan tidak terbiasa makan terlalu
sehingga gerakan menempa lebih mudah pagi, karena pekerjaan dimulai pukul
dilakukan, namun berat alat tempa 07.00 WITA. Penurunan berat badan
kurang lebih 4 Kg. bisa terjadi karena pekerja tempa bekerja
pada suhu yang ekstrim panas dengan
produksi keringat berlebih dan
f. Tingkat Kesulitan Pekerjaan menggunakan tenaga otot secara terus-
Jika dilihat dari tingkat kesulitan menerus.
pekerjaan, menempa tergolong cukup Pemilik juga sudah menyediakan air
sulit bagi pemula, namun pekerja tempa putih, minuman botol dan kopi untuk
senior mengatakan mereka sudah para pekerja tempa, pemilik menyadari
terbiasa, dan menganggap pekerjaan ini bahwa pekerja tempa membutuhkan
tidak sulit. Pada saat proses menempa asupan cairan yang cukup dalam satu
dilakukan oleh 3-4 orang, proses harinya, karena pekerja bekerja
menempa harus berirama dan kekuatan menggunakan tenaga otot pada suhu
untuk menempa harus disesuaikan agar yang ekstrim panas.
suara instrument gong yang diciptakan
sesuai dengan yang diinginkan. Jika
tidak ada kerjasama yang baik antara
penjepit dan pekerja tempa maka

244
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut :
a. Pemberlakuan istirahat pendek dapat
dilakukan untuk mengurangi beban
kerja pekerja tempa.
b. Perbaikan sikap kerja pekerja tempa
perlu dilakukan agar tidak muncul
keluhan muskuloskeletal yang berat
c. Area kerja perapen perlu diberikan
sekat agar suhu lingkungan tidak
langsung terpapar ke pekerja.

Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu


Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Astrand P.O & Rodahl, K 1986. Texbook of
Gambar 4 Work Physiology 3th edt. New York .
Kopi, Air Putih, dan Minuman Botol McGraw-Hill Book Company.USA
Untuk Pekerja Grandjean, E. 1997. Fitting the Task to the
Human, 5th Edition. London :
Simpulan Taylor & Francis Group.
Adapun yang dapat disimpulkan Roedjito, D.1998. Kajian Penelitian Gizi.
sebagai berikut : Edisi 1. Jakarta : PT. Sarana
Perkasa.
a. Beban kerja pekerja tempa Suarbawa, I.K.G.J. 2016. Perbaikan Stasiun
gong/gamelan termasuk dalam beban dan Lingkungan Kerja Perapen
kerja berat dengan rata-rata nadi kerja Melalui Pendekatan Ergonomi Total
126 kali permenit Meningkatkan Kualitas Produk,
b. Sikap kerja yang dilakukan pekerja Produktivitas Dan Pendapatan
berdiri dan sedikit membungkuk Perajin Pada Proses Nguwad
dengan waktu kerja selama 7 jam. Trompong Di Desa Tihingan
Dilakukan analisis Rapid Entire Body Klungkung. Disertasi. Program
Assesment (REBA) didapatkan skor7. Pascasarjana Universitas Udayana
c. Suhu lingkungan kerja ekstrim panas Bali
38,70C Suma’mur, P.K. 2014. Kesehatan Kerja
d. IMT pekerja dibawah normal dengan Dalam Perspektif Hiperkes &
rata-rata 17,64 kg/m2. Keselamatan Kerja . Jakarta : PT.
e. Skor keluhan muskuloskeletal pekerja Gunung Agung.
sebesar 92.

245
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tarwaka. 2015.Ergonomi Industri, Dasar-


Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja

246
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MAKROERGONOMI UNTUK


PERBAIKAN SISTEM KERJA PADA PERUSAHAAN (STUDI KASUS
PT XYZ)

Maya Arlini Puspitasari1 Boy Nurtjahyo Moch2 Yohana Sari Santoso3 Ghassani
Shabrina4 Hanny Banowati Arimbi5
1,2
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok
3,4,5
Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok

Email: tiui@ie.ui.ac.id
Abstrak

Penerapan keilmuan ergonomi saat ini membutuhkan analisis secara makro


dengan mempertimbangkan sudut pandang sistem. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan implementasi dari pendekatan makroergonomi yaitu System Analysis
Tools (SAT) untuk melihat permasalahan dan alternatif solusi yang dapat diberikan
untuk perbaikan sistem kerja pada suatu perusahaan. Melalui tahapan SAT perusahaan
dapat mempertimbangkan alternatif solusi yang cocok untuk diterapkan pada
perusahaan. Alterntif solusi yang diterapkan pada penelitian ini adalah Strategic
Manpower Planning untuk menghitung kebutuhan optimal karyawan dan melihat
produktivitas karyawan yang dibatasi pada tingkat staff yang dilanjutkan dengan
Manpower Training & Development sebagai persiapan persiapan penambahan beban
kerja dan peningkatan produktivitas. Hasil dari pembuatan Strategic Manpower
Planning adalah pada posisi yang mengalami beban kerja overload maka dapat
dilakukan penambahan karyawan atau beban kerjanya dapat dikurangi dengan
diberikan pada karyawan yang beban kerjanya masih underload namun berada pada 1
posisi / jabatan kerja, sedangkan pada posisi yang mengalami beban kerja underload
dapat dilakukan penambahan beban kerja.

Kata kunci: Makroergonomi, Manpower, SAT, Workload Analysisz

247
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Latar Belakang untuk wanita Indonesia kelas menengah


ke bawah. Sejalan dengan perkembangan
Ilmu ergonomi telah memberi
perusahaan, maka PT XYZ
dampak secara luas terhadap kehidupan
merencanakan untuk mengembangkan
manusia sehari- hari. Pendekatan dan
produk kecantikan untuk pasar yang
evaluasi ergonomi juga diaplikasikan
lebih luas. Mengingat perencanaan
dalam banyak hal. Mulai dari
pengembangan pasar terebut, pihak
perancangan produk, fasilitas kerja dan
perusahaan tentu berharap untuk
tempat kerja (work stations/places)
mendapatkan keuntungan yang lebih
dengan sasaran untuk menambah
tinggi. Tetapi dalam praktiknya
efektivitas, efisiensi danproduktivitas
perusahaan juga harus meningkatkan
tenaga kerja. Pada
kinerja karywanannya untuk mencapai
perusahaan,Awalnya permasalahan
tujuan jangka panjang tersebut.
ergonom hanya berfokus pada
komponen tempat kerja padaindividu Melalui interview dengan para
dengan skala mikro seperti keyboard, pemimpin perusahaan (Managing
monitor, kursi, dll. Meskipun hal Director, Division Head, dan Manager)
tersebut dan karyawan ternyata terdapat berbagai
masalah pada proses kerja pada
Merupakan hal yang penting, namun
perusahaan. Menurut sudut pandang
perkembangan keilmuan saat ini melihat
pemimpin perusahaan (Managing
bahwa penerapan ilmu ergonomi juga
Director, Division Head, dan Manager),
membutuhkananalisis secara makro
hal yang menjadi perhatian dari sisi
dengan mempertimbangkan sudut
pemimpin perusahaan adalah kurang
pandang sistem. Pendekatan ini
baiknya kinerja karyawan dan pekerjaan
memerlukan analisis dari aspek
karyawan yang tidak sesuai dengan
karakteristik pekerjaan,organisasi, dan
standar perusahan. Selain dari sisi
karakteristik teknologi. Makroergonomi
pimpinan perusahaan terdapat juga
sendiri merupakan suatu pendekatan
keluhan yang berasal dari karyawan pada
sosioteknik dari tingkat atas ke bawah
PT XYZ yaitu kurang baiknya sistem
yang diterapkan pada perancangan
kerja dan lingkungan kerja yang kurang
sistem kerja secara keseluruhan dengan
nyaman.
tujuan mengoptimalkan desain sistem
lingkunganlainnya seperti layout, Masalah pada proses kerja ini
storage, ditimbulkan oleh perencanaan kerja yang
khususnyakonsumenkelasmenengah.Kon hanya mementingkan satu pihak.
sumen tingkat menengah di Indonesia Biasanya mementingkan perusahaan
sendiri dipengaruhi oleh tren kenaikan sebagai pembuat kebijakan dan
penggunaan kosmetik oleh kaum pria. merugikan karyawan. Melihat adanya
pertentangan antara kepentingan
PT XYZ merupakan salah satu
perusahaan dan karyawan maka
perusahaan kosmetik yang menjual
diperlukan suatu rancangan sistem kerja
makeup dan produk perawatan kulit
yang baik. Oleh karena itu, agar dapat
dalam negeri yang sudah berkembang
meminimalkan pertentangan tersebut
dalam kurun waktu 5 tahun dan telah
dibuatlah penelitian yang
dipasarkan hampir ke seluruh bagian
mengaplikasikan konsep makroergonomi
Indonesia. Makeup dan produk
untuk memperbaiki sistem kerja pada
perawatan kulit ini pada awalnya dibuat
perusahaan. Hal ini dilakukan karena

248
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

makroergonomi membahas mengenai bekerja bersama untuk mencapai suatu


manusia dan sistem kerja sehingga akan tujuan umum dalam suatu organisasi.
mengoptimalkan perusahaan dari Makroergonomi telah dikenal sebagai
dimensi sosial dan teknis. Implementasi subdisiplin ergonomi yang terkait
dari pendekatan makroergonomi ini dengan hubungan manusia, organisasi
diharapkan dapat memberikan alternatif dan teknologi.
solusi perbaikan sistem kerja yang dapat
Salah satu metodologi yang
meningkatkan produktivitas karyawan
sering digunakan untuk penilaian
sehingga karyawan dapat menghasilkan
makroergonomi dari proses suatu sistem
output sesuai dengan target perusahaan.
kerja adalah SystemAnalysis Tool (SAT).
Tinjauan Teoritis Secara tradisional,pendekatan untuk
desain sistem kerja telah berfokus pada
Penelitian Pada bagian ini
desain teknologi dan adoptasi dari
dibahas landasan teori yang dijadikan
pendekatan fungsi dan alokasi tugas
acuan dalam penelitian ini. Tinjauan
(Hendrick dan Kleiner, 2001).
teoritis terdiri dari bidang penelitian dan
Berdasarkan system engineering (Hall,
metode yang digunakan dalam penelitian
1969) dan sebuahkerangka analisis
ini.
sistem untuk kebijakan pengambilan
Makroergonomi keputusan (Mosard, 1982), SAT
mengintegrasikan metodologi ini dengan
Istilah ergonomi berasal dari
bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan pendekatan makroergonomi
nomos (hukum alam) dan dapat untuk mengidentifikasi masalah dan
didefinisikan sebagai studi tentang aspek faktor penyebab yang terkait dengan
- aspek manusia dalam lingkungan lingkungan kerja. SAT juga memberikan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, suatu proses untuk mengembangkan
fisiologi, psikologi, engineering, solusi strategis dan sistematis untuk
manajemen dan desain perancangan. masalah yang timbul pada lingkungan
Ergonomi berkenaan pula dengan kerja.
optimasi, efisiensi, kesehatan,
Dalam menerapkan SAT, tingkat
keselamatan dan kenyamanan manusia di
analisis ditargetkan pada unit bisnis atau
tempat kerja, di rumah dan tempat
tingkat departemen, dimana tujuan bisnis
rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan
diidentifikasi sebagaimana tujuan dari
studi tentang sistem dimana manusia,
individu dan kelompok mendukung
fasilitas kerja dan lingkungannya saling
tujuan bisnis tersebut. Langkah dari SAT
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
adalah sebagai berikut :
menyesuaikan suasana kerja dengan
manusianya (Nurmianto, 2004). 1) Define the problem:
create a problem factor
Makroergonomi sendiri adalah
tree (PFT)
suatu subdisiplin ergonomi yang fokus
2) Develop an
mengkaji mengenai perancangan sistem
objectives/activities tree
kerja (Brian, 2002). Suatu sistem
(OAT)
pekerjaan terdiri atas personil yang
3) Modelling alternatives: the
saling berinteraksi dengan perangkat
input–output flow diagram
keras dan lunak. Suatu sistem pekerjaan
(IOFD)
melibatkan dua atau lebih individu yang

249
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

4) Evaluate Alternative : yang selanjutnya dijabarkan menjadi


The Criteria Scorecard target pekerjaan untuk setiap jabatan.
and Cost / Benefit
Full Time Equivalent adalah
Analysis
salah satumetode analisis beban kerja
5) Select an Alternative : The
yang berbasiskan waktu dengan cara
Decision Table of Future
mengukur lama waktu penyelesaian
Conditions
pekerjaan kemudian waktu tersebut
6) Plan for implementation:
dikonversikan ke dalam indeks nilai
Scheduling and management
FTE. FTE bertujuan menyederhanakan
of project flow
pengukuran kerja dengan mengubah jam
7) Evaluation, feedback, and
beban kerja ke jumlah orang yang
modification process
dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu (Adawiyah, 2013).
Manpower Planning
Dewi dan Satrya (2012) mengungkapkan
Manpower planning atau implikasi dari nilai FTE terbagi menjadi
perencanaan tenaga kerja merupakan 3 jenis yaitu overload, normal, dan
suatu proses mengidentifkasi, underload. Berdasarkan pedoman
mengevaluasi, dan juga merencanakan analisis beban kerja yang dikeluarkan
pemenuhan kebutuhan SDM yang akan oleh Badan Kepegawaian Negara pada
menempati jabatan tertentu dalam tahun 2010, total nilai indeks FTE yang
perusahaan sesuai dengan standar berada di atas nilai 1,28 dianggap
kebutuhan yang sudahditetapkan overload, berada diantara nilai 1 sampai
sebelumnya. Manpower planning juga dengan 1,28 dianggap normal sedangkan
meliputi sejumlah proses penting jika nilai indeks FTE berada diantara
nilai 0 sampai dengan 0,99 dianggap
Seperti perencanaan, perhitungan,
underload atau beban kerjanya masih
dan pengukuran total jumlah tenaga
kurang.
kerja yang dibutuhkan untuk masa yang
akan datang. Langkah ini pun merupakan Dalam melakukan analisis beban
langkah penting untuk menciptakan kerja dengan metode FTE terdapat lima
jumlah tenaga kerja ideal, sehingga di langkah yang perlu dilakukan yaitu:
masa yang akan datang tidak terjadi
1 Menetapkan unit kerja beserta
kekurangan atau bahkan kelebihan
kategoriSDM
tenaga kerja.
2 Menetapkan waktu kerja yang
Metode yang digunakan untuk tersedia selama satu tahun.
menyusun rencana kebutuhan SDM pada 3 Menyusun Standar Kelonggaran.
penelitian ini adalah metode analisis 4 Menetapkan standar beban kerja.
beban kerja. Beban kerja adalah Standar beban kerja merupakan
sejumlah target pekerjaan atau target volume beban kerja yang dirasakan
hasil yang yang harus dicapai dalam satu oleh karyawan dalam
satuan waktu tertentu. Beban kerja menyelesaikan pekerjaannya (rata-
merupakan aspek pokok yang menjadi rata waktu).
dasar untuk perhitungan formasi 5 . Menghitung kebutuhan tenaga per
pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan unit kerja. Pada tahap ini diperoleh
melalui program-program unit kerja jumlah dan kategori karyawan

250
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang kerja sesuai dengan beban 1. Metode praktis (on the job training)
kerja. 2. Teknik-teknik presentasi informasi
dan metode-metode simulasi (off the
jobtraining)

Masing-masing kategori mempunyai


Manpower Training and Development sasaran pengajaran sikap konsep atau
pengetahuan dan/atau keterampilan utama
Salah satu fungsi manajemen
yang berbeda. Dalam pemilihan teknik
surmberdaya manusia adalah training
tertentu untuk dugunakan pada program
anddevelopment artinya bahwa untuk
pelatihan dan pengembangan, ada beberapa
mendapatkantenaga kerja pendidikan
tradeoff. Ini berarti tidak ada satu teknik
yang bersumberdaya manusia yang baik
yang selalu baik. Teknik-teknik on the job
dan tepat sangat perlu pelatihan dan
training merupakan metode latihan yang
pengembangan. Hal ini sebagal upaya
paling banyak digunakan. Karyawan dilatih
untuk mempersiapkan para tenaga kerja
tentang pekerjaan baru dengan sepervisi
pendidikan untuk menghadapi tugas
langsung seorang pelatih yang
pekerjaan jabatan yang dianggap belum
berpengalaman (biasanya karyawan lain).
menguasainya.
Berbagai macam teknik ini yang bisa
Pelatihan (training) merupakan digunakan dalam praktek adalah rotasi
proses pembelajaran yang melibatkan jabatan, latihan instruksi pekerjaan, magang
perolehan keahlian, konsep, peraturan, (apprenticeships), coaching, penugasan
atau sikap untuk meningkatkan kinerja sementara
tenga kerja (Simamora:2006:273).
Teknik-teknik off the job
Pelatihan kerja adalah
training, dengan pendekatan ini
keseluruhankegiatanuntuk memberi,
karyawan peserta latihan menerima
memperoleh,meningkatkan,serta
representasi tiruan suatu aspek
mengembangkan kompetensi kerja,
organisasi dan diminta untuk
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos
menanggapinya seperti dalam keadaan
kerja pada tingkat ketrampilan dan
sebenarnya. Dan tujuan utama teknik
keahlian tertentu sesuai dengan jenjang
ini adalah untuk mengajarkan berbagai
dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
sikap, konsep atau keterampilan kepada
Pengembangan (development) diartikan
para peserta. Metode yang bisa
sebagai penyiapan individu untuk
digunakan adalah metode studi kasus,
memikul tanggung jawab yang berbeda
kuliah, komperensi, resentasi.
atau yang lebih tinggi dalam perusahaan,
Implementasi program pelatihan dan
organisasi, lembaga atau instansi
pengembangan berfungsi sebagai
pendidikan.
proses transformasi pada tenaga kerja
Program-program pelatihan dan (karyawan) yang tidak terlatih diubah
pengembangan dirancang untuk menjadi karyawan-karyawan yang
meningkatkan perestasi kerja, berkemampuan dan berkulitas dalam
mengurangi absensi dan perputaran, serta bekerja, sehingga dapat diberikan
memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua tanggungjawab yang lebih besar.
kategori pokok program pelatihan dan
Metode Penelitian
Pengembangan manajemen
(Decenzo&Robbins:1999:230):

251
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Penelitianinidilakukan untuk peningkatan produktivitas, kemudian


mengimplementasikan pendekatan untuk mencapai hal tersebut dibuat
makroergonomi pada perusahaan. beberapa alternatif solusi yang dapat
Pendekatan makroergonomi yang mencapai tujuan tersebut sekaligus
digunakan adalah tahap 1 sampai 5 menyelesaikan akar masalah.
pada System Analysis Tools (SAT)
Terdapat 4 solusi yang dinilai dapat
sebagai berikut:
menyelesaikan masalah tersebut yaitu:
Define the Problem: The Problem
Redesign job content
Factor Tree
Dengan mendesign kembali job
Problem Factor Tree (PFT) content dinilai dapat memperbaiki
digunakanntuk mendeskripsikan masalah kurang
masalah, sub-masalah, faktor Baiknyajobdesignsekaligus
penyebab dari masalah tersebut, dan menyelesaikan masalah psikologi
hubungan satu sama lain. Untuk karyawan, dan masalah dalam
membuat PFT dilakukan langkah- organisasi
langkah sebagai berikut :
Membuat design lingkungan kantor
Melakukan studi literatur melalui yang ergonomisDengan membuat
jurnal dan buku berkaitan dengan design lingkungan kantor maka
kondisi danmasalah yang mungkin dinilai dapat menyelesaikan masalah
dialamai perusahaan design layout kantor yang kurang
Melakukan wawancara dengan baik
pimpinan perusahaan (manager, Membuat strategic manpower
head, dan managing director) dan planning Dengan membuat strategic
karyawan manpowerplanning maka dinilai
Membuat Problem Factor Tree dapatmenyelesaikan masalah kurang
(PFT) dan mendiskusikan kembali baiknya job design, masalah
masalah, sub-masalah, dan faktor psikologi karyawan, dan masalah
penyebab dengan perusahaan dalam organisasi
sebagai proses validasi. Merencanakan manpower training
Masalah utama pada PT XYZ &developmentDengan
adalah menurunnya produktivitas merencanakan manpower training&
karyawan yang disebabkan oleh development maka dinilai
beberapa akar masalah yaitu yaitu dapatmenyelesaikan masalah
masalah kurang baiknya design layout psikologi karyawan dan masalah
kantor, kurang baiknya job design, dalam organisasi
masalah psikologi karyawan, dan
masalah dalam organisasi.
Model Alternatives: The Input –
Develop an objectives / activities tree Output Flow Diagram
Setelah mendefinisikan masalah Dalam tahap ini, setiap alternatif
yaitu menurunnya produktivitas, maka dimodelkan dengan tujuan memperkirakan
dibuat tujuan dan strategi untuk kebutuhan sumberdaya daya dan menilai
menyelesaikan masalah tersebut dengan efektifitas yang mungkin dihasilkan melalui
menggunakan objectives /activities tree alternatif yang ada. Input-Output Flow
(OAT). Tujuan yang akan dicapaiadalah Diagram (IOFD) terdiri dari dua fase yaitu

252
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

redesign dan operation. Output dari fase dijumlahkan untuk memberikan penilaian
redesign akanmenjadi input pada fase keseluruhan untuk setiap alternatif.
operation. Pada fase redesign, input awal
Select an Alternative: The Decision
berupa sumberdaya yang diperlukan untuk
Table of Future Conditions
mengimplementasikan alternatif yaitu orang
yang terlibat dalam pelaksanaan alternatif
Pada tahap ini dibuat decision table
(manager, karyawan, trainer / HRD), untuk menentukan alternatif apa yang akan
keuangan, dan informasi.Proses pertama dipilih dari 3 alternatif yang memiliki overall
merupakan tahap mendesain kembali rating tertinggi. Pemilihan alternatif ini
alternatif yang akan digunakan sekaligus dilakukan berdasarkan kondisi keuangan
dengan aktifitas yang dapat dilakukan pada perusahaan (rendah, sedang, tinggi).
alternatif tersebut. Kemudian pada setiap tingkatan kondisi
keuangan, alternatif yang ada diberi
Pada fase operation, output dari fase peringkat. Peringkat 1 merupakan alternatif
redesign menjadi input pada fase ini. yang menjadi pilihan pada setiap tingkatan
Prosespada fase ini adalah penerapan keuangan.
alternatif oleh karyawan. Hasil dari
penerapan alternatif ini merupakan output
Pembahasan
akhir dari setiap alternatif.

Evaluate Alternative: The Criteria Pada bab ini akan dibahas dan dipaparkan
mengenai hasil dan pembahasan dari
Scorecard and Cost / Benefit Analysis pengolahan data penelitian ini.
Pada tahap ini, setiap alternatif
dievaluasi menurut beberapa kriteria yaiu Strategic Manpower Planning
biaya proyek, risiko keputusan, efektivitas,
dan manfaat. Setiap kriteria memiliki key Dalam pembuatan Stategic Manpower
metric pada tabel 3.1 yang memiliki bobot Planning digunakan analisis beban kerja
yang sama yang akan diberikan rating yang (workload analysis) dengan menggunakan
memiliki skala dari 0 sampai -10 dan 0 metode Full Time Equivalent. Metode Full
sampai 10. Kriteria biaya proyek dan risiko Time Equivalent ini memiliki beberapa tahapan
yaitu:
keputusan memiliki karakteristik negatif
maka skala rating yang dipakai adalah dari
0 sampai -10 sedangkan efektivitas dan Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM
manfaat memiliki karakteristik positif maka Kategori SDM yang akan dihitung beban
skala rating yang dipakai adalah dari 0
kerjanya adalah pada tingkat staff dari masing-
sampai 10. Alternatif yang digunakan
masing unit kerja / divisi. Terdapat 5 divisi
adalah keempat alternatif awal dan
utama yaitu divisi sales, Supply Chain,
hybridalternative yang menggabungkan 2 Marketing, Finance / Accounting, dan Human
alternatifawal menjadi 1 alternatif baru. Resource. Berikut adalah unit kerja dan
Setiap nilai dalam kriteria kemudian kategori SDM pada PT XYZ

253
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 1. Decision Table of Future Condition

Funding Condition Low Moderate High

Alternative C

Membuat Strategic
1 3 4
Manpower Planning

Alternative E

Membuat Strategic
Manpower Planning
3 2 2
dan Redesign Job
Content

Alternative F

Membuat Strategic
Manpower Planning
dan Merencanakan
2 1 3
Manpower
Training &
Development

Alternative J

Membuat desain
Lingkunga
n kantor
secaraergonomis

dan Merencanakan 4 4 1

Manpower
Training &
Development

254
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 2. Unit Kerja dan Kategori SDM PT XYZ


Unit Kerja Kategori SDM

Admin Sales

Sales Admin Sales

Sales

Supply Purchasing

Chain PPIC Staff

Marketing Marketing Staff

Finance/ Accounting Staff

Accounting Cashier & AP Staff

HR Development
Human
Staff
Resource
HR Development
Department
Staff

Penentuan Allowance (sakit / ijin), izin khusus, dan hari libur nasional
yang telah ditetapkan menurut kebijakan kantor.
Allowance / kelonggaran merupakan waktu Waktu kerja pada PT XYZ sendiri dibagi
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan lain menjadi 2 yaitu 5 hari dalam seminggu (Senin –
yang tidak berubungan dengan pekerjaan Jumat) pukul 08.30 – 17.30 dan 6 hari (Senin –
kantor. Allowance merupakan total dari waktu Sabtu) pukul 08.30 – 16.30 dalam seminggu
cuti, urusan pribadi di kantor, ketidakhadiran tergantung dengan jenis pekerjaan.

255
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 3. Perhitungan Faktor Kelonggaran


5 Hari 6 Hari
Allowance (Senin - (Senin -
Jumat) Sabtu)

112 93
Cuti
jam/tahun jam/tahun

Urusan Pribadi 75 75
di Kantor jam/tahun jam/tahun

Ketidakhadiran 96 80
(Sakit/Ijin) jam/tahun jam/tahun

96 96
Izin Khusus
jam/tahun jam/tahun

Hari Libur 120 127


Nasional jam/tahun jam/tahun

499 471
Total
jam/tahun jam/tahun

Penentuan Waktu Kerja Efektif untuk menjalankan aktivitasnya. Waktu kerja


efektif merupakan total jam kerja dikurangi
Waktu kerja efektif merupakan waktu
dengan allowance.
kerja tersedia yang digunakan oleh karyawan

256
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 4. Perhitungan Waktu Kerja Efektif


5 Hari 6 Hari
(Senin - (Senin -
Jumat) Sabtu)

Total Jam 2080 2080


Kerja jam/tahun jam/tahun

499 471
Allowance
jam/tahun jam/tahun

Total Jam 1581 1609


Kerja Efektif jam/tahun jam/tahun

Perhitungan Beban Kerja pengumpulan data dilaksanakan selama 1 hari


untuk 1 orang karyawan. Jumlah karyawan yang
Beban kerja merupakan waktu kegiatan
diamati adalah 10 orang yang dibagi menjadi 5
pokok (total dari waktu karyawan mengerjakan
divisi berdasarkan pilihan perusahaan yaitu
jobdesc-nya) dibagi dengan total jam kerja
karayawan yang telah bekerja lebih dari 1 tahun
efektif. Dalam perhitungan beban kerja,

257
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tabel 5. Perhitungan Beban Kerja


Jumlah Tenaga
Posisi Kerja / Total Rata-Rata Kebutuhan Tenaga
Kerja Aktual
Jabatan FTE FTE Kerja (Orang)
(Orang)

Admin Sales 2.26 2 1.13 2

Sales 0.74 1 0.74 1

Purchasing 0.68 1 0.59 1

PPIC Staff 0.65 1 0.65 1

Marketing Staff 1.53 1 1.53 2

Accounting Staff 0.83 1 0.83 1

Cashier & AP Staff 0.79 1 0.79 1

HR Development
2.03 2 1.015 2
Staff

Jumlah 10 11

Analisis kebutuhan pelatihan pelatihan yang efektif sesuai dengan


standar yang berlaku di perusahaan”.
Pada PT XYZ program pelatihan
dan pengembangan merupakan salah Oleh karena itu dibutuhkan
satu jobdesk dari Human Resource perencanaan pelatihan dan
Department khususnya bagian Human pengembangan yang dalam hal ini
Resource Development. Tetapi akan berfungsi untuk meningkatkan
ternyata bagian HR Development produktivitas para karyawan. Sebelum
sendiri belum melakukan jobdesk yaitu membuat rancangan pelatihan, terlebih
“Bertindak sebagai fasilitator dalam dahulu dibuat survey awal yang
pelaksanaan pelatihan dan melibatkan 30 karyawan PT XYZ
pengembangan serta evaluasi hasil mengenai pelatihan dan
pengembangan sebagai berikut:

258
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

On the Job Training


1. Apakah anda pernah mengikuti
program pelatihan dan
Off the Job Training
pengembangan?

Iya Tidak

17%
83%
27% Gambar 3. Diagram Presentase
Pemilihan Jenis Pelatihan
Gambar 1. Diagram
Presentase Keikutsertaan
e) Metode On the Job Training apa
dalam Program Pelatihan
yang cocok untuk dilaksanakan
pada tingkat staff?
2. Apakah perlu dilakukan program
pelatihan dan pengembangan
karyawan untuk tingkat staff?
Job Instruction Training

Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu


Job Rotation
0%

Apprenticeship

33%
Coaching
17%
67%

Gambar 2. Diagram Presentase


23% 60%
Pentingnya Program Pelatihan
0%

Gambar 4. Diagram Presentase Jenis


2. Apa jenis pelatihan yang
perlu dikembangkan pada On the Job Training
tingkat staff?

Membuat Rancangan Pelatihan

259
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Setelah menentukan metode


training yang tepat maka dibuatlah
rancangan pelatihan menggunakan
metode job instruction training. Pelatihan
yang diberikan adalah trainingsoftware.
Jenis pelatihan ini dipilih
berdasarkankeputusan manajemen bahwa
masih terdapat banyak kesalahan pada
data sistem. Trainingsoftware ini Jadwal pelatihan dibuat dengan diskusi
dilakukan oleh staff IT dariperusahaan bersama peserta dan pembuatan janji
pembuat software yang digunakan oleh terlebih dahulu dengan trainer /
PT XYZ. Berikut adalah programmer yang akan melaksanakan
pelatihan. Pelatihan direncanakan akan
dilaksanakan pada minggu pertama dan
rencana peserta dan lingkup pelatihan kedua pada bulan Januari 2016 pada
yang akan dilakukan perencanaan tanggal 11 – 18 Januari 2016. Perkiraan
seperti pada Tabepelatihan dan perkiraan biaya pelatihan adalah sebagai berikut:
biaya yang dibutuhkan Setelah
Biaya training = Rp 500.000 + Rp
menentukan peserta dan lingkup dalam
100.000 (sebagai bonus karyawan)
pelatihan ini. Jadwal pelatihan
padapelatihan, maka dibuat jadwal = Rp 600.000
pelaksanaan Tabel
Total biaya = Rp
600.000 x 7
hari = Rp
4.200.000

Simpulan
Melalui hasil penelitian,diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

a. Melalui pendekatan makroergonomi,


diketahui bahwa penyebab utama dari
permasalahan yang dialami PT XYZ
adalah masalah kurang baiknya design
layout kantor, kurang baiknya job
design, masalah psikologi karyawan,
dan masalah dalam organisasi

b. Alternatif solusi yang dapat diterapkan


untuk menyelesaikan permasalahan

260
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tersebut adalah Membuat Strategic d. Walaupun dalam perhitungan tenaga


Manpower Planning dan kerja telah ditetapkan skala pada nilai
Merencanakan Manpower Training FTE, namun dalam penerapannya
&Development harus dikembalikan lagi pada
manajemen perusahaan untuk
c. Hasil dari pembuatan Strategic
melakukan penambahan atau
ManpowerPlanning adalah pada posisi
pengurangan jumlah tenaga kerja
yang mengalamibeban kerja overload
sesuai dengan kebijakan dan kondisi
maka dapat dilakukan penambahan
keuangan perusahaan.
karyawan atau beban kerjanya dapat
e. Untuk melihat hasil dari training
dikurangi dengan diberikan pada
software perlu ditambahkan aspek
karyawan yang beban kerjanya masih
implementasi dan evaluasi.
underload namun berada pada 1 posisi
/ jabatan kerja. Sedangkan pada posisi
yang mengalami beban kerja
underload dapat dilakukan
Daftar Pustaka
penambahan beban kerja.
d. Sebagai bentuk persiapan
penambahan beban kerja Michelle M. Robertson, Marie Robinson,
dapat dilakukan pelatihan dan Michael O'Neill, Julie SLess
pengembangan karyawan untuk (1998). Measuring the Impact of
meningkatkan produktivitas. Pelatihan Work Environment Change
yang dilakukan adalah dalam bentuk Programs : A System Approach.
on the job training yaitu training Proceedings of the Human
software. Berikut adalah saran yang Factors and Ergonomics Society
dapat diberikan berdasarkan penelitian 42nd Annual Meeting, 1998.
ini:

a. Pada penelitian ini tidak dimasukkan


Hall W. Hendrick, Brian M. Kleiner
aspek finansial, oleh karena itu untuk
(2002). Macroergonomics Theory
selanjutnya dapat dimasukkan analisis
Methods, and Application.
dari segi finansial untuk membantu
penbuatan keputusan oleh perusahaan. Niebel, B . dan Freivalds, A. 2003.
Methods, Standards, And Work
b. Key Metric yang digunakan untuk
Design. New York :McGraw-Hill.
membuat cost /benefit analysis
sebaiknya disesuaikan lagi untuk Kementrian Pendayagunaan Aparatur
masing-masing perusahaan. Negara Republik Indonesia. 2004.
c. Pengambilan data dapat dilakukan
pada tanggal-tanggal yang sudah
dirandomisasi agar bisa didapatkan PedomanPerhitungan Kebutuhan
data yang lebih bervariasi dan Pegawai Berdasarkan Beban
mewakili kondisi populasi. Kerja dalam Rangka Penyusunan
Formasi Pegawai Negeri Sipil

261
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

(Kep.Men. PAN Nomor: Human Resource Training and


KEP/75/M.PAN/2004). Development dan Efektivitasnya
Pada PT. Jaya Mas Mandiri Plus
Jakarta: Kementrian Pendayagunaan
Surabaya. AGORA Vol. 1, No 3
Aparatur Tridoyono, Sriyanto.
(2013).
Analisis Beban Kerja dengan
Metode Full TIme Equivalent Deborah Elspeth Young (2007).
Untuk Mengoptimalkan Kinerja Evaluation of Dust Control
Karyawan Pada PT Astra Technologies for Drywall
International TBK - Honda Sales Finishing Operations : Industry
Operation Region Semarang. Implementation Trends, Worker
Fakultas Teknik Universitas Perceptions, Effectiveness and
Diponegoro Usability. Faculty of Virginia
Polytechnic Institute and State
Steffenny &Maria Praptiningsih
University.
(2013). Analisis Penerapan

262
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

INTERVENSI ERGONOMI PADA PERUSAHAAN GARMEN


MENINGKATAN STATUS KESEHATAN PENJAHIT

Rusni1, Robin2 dan Tanjung3


Bagian Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Warmadewa, Denpasar
Email:rusrohinidd@gmail.com

Abstrak

Industri garmen merupakan salah satu industri yang menyerap dan memanfaatkan
sumber daya manusia yang cukup besar dalam menjaga keberlangsungan proses produksi.
Alokasi jumlah pekerja terbanyak pada industri garmen adalah pada bagian jahit.
Penjahit yang bekerja dalam sikap kerja duduk statis dengan bagian punggung dan kepala
yang membungkuk serta siku dan lutut yang menekuk dalam jangka waktu lama, disertai
adanya gerakan simultan yang berulang pada tangan dan kaki, memicu timbulnya
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal. Intervensi terhadap sikap kerja serta organisasi
kerja bertujuan untuk memperbaiki kesehatan kerja penjahit yang dilakukan dengan
memberikan workplace stretching exercise(WSE) dan perbaikan stasiun kerja. Intervensi
dilakukan pada dua perusahaan dengan mengambil masing-masing tiga partisipan secara
acak pada perusahaan tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner 30 item kelelahan dan kuesionernordic body map, serta foto perubahan sikap
kerja yang dianalisis menggunakan RULA sebelum dan setelah intervensi dilakukan. Dari
hasil intervensi yang dilakukan, diperoleh adanya penurunan kelelahan maupun keluhan
muskuloskeletal yang dialami oleh penjahit masing-masing sebesar 30,53% dan 28,74%.
Selain itu penilaian risiko sikap kerja penjahit dengan metode RULA juga memperlihatkan
adanya penurunan risiko dari 7 menjadi 3.

Kata kunci: industri garmen, penjahit,workplace stretching exercise(WSE),

Abstract

Garment industry is one of the industries that largely absorb and utilize human
resources in maintaining its production sustainability. Sewing division is the department
with the largest number of workers among the divisions in this industry. Tailors who work
in static sitting posture with back and head bending forward while elbows and knees bent
for long period of time, and also accompanied by repetitive simultaneous movement of the
hands and feet, leads to fatigue and musculoskeletal complaints. Intervention on work
attitudes and work management with the aim to improve the health of tailors were done by
providing workplace stretching exercise and by improving the workstation. Intervention
programs were conducted at two garment companies and each company was represented
by three participants. The data were collected using general fatigue questionnaires and
Nordic body map questionnaires, as well as work attitude photos of the participants. The
score of the questionnaires were measured before and after the intervention, while the
changes in the work attitude were analyzed by RULA method. The result of the intervention
showed decrease in fatigue and musculoskeletal complaints by 30.53% and 28.74%,
respectively. In addition, the risk assessment of work attitude of tailors showed a decrease
of risk from 7 to 3.
Key word: Garment industry, Tailors, workplace stretching exercise(WSE)

263
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pendahuluan
Pekerja industri garmen, khususnya Analisis Situasi
bagian jahit, bekerja dalam sikap kerja Kedua mitra dalam pengabdian ini
duduk statis dengan bagian punggung dan merupakanperusahaan eksportir garmen
kepala yang membungkuk serta siku dan berskala menengah serta perusahaan
lutut yang menekuk dalam jangka waktu garmen berskala kecil. Secara umum
lama, disertai adanya gerakan simultan karakteristik kerja dalam perusahaan
yang berulang pada tangan dan kaki. garmen berskala kecil maupun menengah
hampir sama dengan penyerapan alokasi
Kondisi ini memicu timbulnya keluhan
tenaga kerja terbanyak berada pada bagian
muskuloskeletal terutama pada bagian
jahit. Kondisi inimenjadi pertimbangan
leher, punggung, pinggang, dan kaki untuk memprioritaskan usaha perbaikan
pekerja (Polajnar dkk., 2010; Chandra dan kesehatan kerja pada bagian jahit.
Nidhi, 2014). Bahkan dilaporkan bahwa Uraian beberapa permasalahan
terjadinya gangguan muskuloskeletal pada penjahit yang didapatkan pada mitra adalah
pekerja yang bekerja di industri garmen sebagai berikut:
lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis 1. Pemanfaatan tenaga otot
industri lainnya. Selain itu prevalensi nyeri Pekerjaan menjahit merupakan
persisten yang dialami oleh penjahit pada pekerjaan yang dilakukan secara
industri ini ternyata lebih tinggi bila konvensional oleh tenaga kerja
dibandingkan dengan karyawan rumah sakit dengan bantuan mesin. Walaupun
maupun pekerja kantoran (Herbert dkk., bukan merupakan kategori pekerjaan
2001). dengan beban kerja berat serta tidak
Paparan hazard dari lingkungan kerja memerlukan tenaga otot yang besar,
pada industri garmen yang terjadi terus namun pekerjaan menjahit
menerus dan dalam jangka waktu lama menggunakan beberapa jenis otot
berpotensi menimbulkan berbagai yang bergerak dan berkontraksi
gangguan kesehatan maupun kecelakaan secara berulang dan monoton. Hal ini
kerja yang dapat terjadi pada pekerja. dapat menimbulkan terjadinya
Menurut Sutajaya (2006) pekerjaan yang keluhan muskuloskeletal maupun
melibatkan aktivitas fisik dan mental dapat kelelahan yang dialami oleh pekerja.
menimbulkan keluhan otot 2. Sikap tubuh
(muskuloskeletal). Selain itu, keluhan Pekerja khususnya penjahit
muskuloskeletal, kelelahan dan kecelakaan yang bekerja di perusahaan PT.
akibat kerja juga dapat terjadi karena postur Fusion Hawaii maupun Pendawa
kerja yang kurang fisiologis (kurang Tailor bekerja dalam posisi duduk
ergonomis), pengulangan gerakan statis dengan posisi kepala dan
(repetitive motion), postur kerja statis punggung yang menunduk serta
(static posture), sifat pekerjaan yang melakukan gerakan monoton dengan
monoton, waktu bekerja yang cukup lama, menggunakan satu jenis otot secara
dan sarana prasarana kerja yang tidak berulang. Hal ini merupakan sikap
sesuai dengan antropometri pekerja kerja yang kurang alamiah akibat
(Sutajaya, 2006; Sutjana, 2003).
desain stasiun kerja yang kurang
ergonomis. Dari pengukuran risiko
sikap kerja dengan menggunakan
264
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

metode RULA (Rapid Upper Limb  Sikap kerja yang kurang alamiah
Assessment) diperoleh hasil skor akibat desain stasiun kerja yang
RULA 7, dimana hal ini kurang ergonomis.
menunjukkan bahwa sikap kerja  Hal ini pada akhirnya akan
penjahit memerlukan investigasi lebih memengaruhi kinerja pekerja dan
lanjut dan harus dilakukan perubahan. dapat menurunkan produktivitas
3. Hasil kuesioner keluhan kerja.
muskuloskeletal dan kelelahan
Hasil penelitian yang dilakukan Solusi dan Target Luaran
oleh Rusni (2016) dengan Permasalahan tingginya tingkat
menggunakan kuesionernordic body keluhan muskuloskeletal serta kelelahan
map untuk mengetahui tingkat yang dialami oleh penjahit akibat kondisi
keluhan muskuloskeletal yang kerja yang kurang ergonomis memerlukan
dialami pekerja diperoleh rerata upaya pencegahan dan perbaikan.
keluhan muskuloskeletal sebelum Pendekatan ergonomi dengan melakukan
workplace stretching exercise dan
bekerja sebesar 32,84±6,64 dan
perbaikan stasiun kerja merupakan solusi
setelah bekerja meningkat menjadi
yang ditawarkan dalam penyelesaian
47,40±1,35. Rerata kelelahan sebelum
masalah yang dihadapi oleh pekerja di
mulai bekerja yang dialami penjahit mitra.
adalah 35,24±1,36 dan setelah bekerja Menurut Bridger (2003) tindakan
meningkat menjadi 49,96±2,76. pencegahan yang dilakukan dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka exercise dan postur kerja yang baik
dapat dirumuskan permasalahan mitra merupakan strategi utama untuk mengatasi
diantaranya: keluhan MSDs serta kelelahan akibat
bekerja. Melalui latihan peregangan serta
 Keluhan muskuloskeletal yang
penerapan sikap atau posisi tubuh yang
dialami pekerja khususnya di bagian
ergonomis pada saat bekerja dapat
jahit akibat sikap dan posisi kerja
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
yang kurang ergonomis.
sistem kerangka dan otot manusia sehingga
 Kelelahan yang dialami oleh pekerja diperoleh rasa nyaman dalam bekerja yang
di industri garmen khususnya di dapat berdampak pada terciptanya kualitas
bagian jahit. Kelelahan ini dapat kerja dan produktivitas yang tinggi
terjadi akibat situasi kerja yang (Tarwaka, 2011).
kurang ergonomis, pekerjaan yang Peregangan (stretching) adalah suatu
monoton, kurangnya asupan nutrisi, bentuk latihan fisik (exercise) pada
jam kerja yang terlalu lama, kondisi sekelompok otot atau tendon untuk
lingkungan kerja yang kurang meningkatkan elastisitas, melenturkan otot
nyaman serta karena adanya paparan dan memperoleh kenyamanan pada otot
dari getaran maupun kebisingan yang (Weerapong dkk., 2005). Magnusson
dihasilkan dari mesin jahit yang danRenstrom(2006) dalam Choi dan
Woletz(2009) berpendapat bahwa
dipergunakan.
pereganganadalah gerakan latihan untuk
memperbaiki gerakan tulang sendi serta
digunakan sebagai terapi untuk mengurangi

265
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

atau meringankan kram dengan hasil berupa menggunakan kursi kerja yang telah
peningkatan fleksibilitas, peningkatan diredesain dengan metode RULA.
kontrol otot dan rentang gerak sendi. d. Pemberian workplacestretching
Perbaikan stasiun kerja dilakukan exercise kepada para pekerja di
berdasarkan hasil pengukuran antropometri bagian jahit berturut-turut selama 1
pekerja. Dari stasiun kerja penjahit yang minggu.
kemungkinan dapat dilakukan perbaikan Pemberianworkplacestretching
adalah kursi kerja, dimana akan dilakukan
exercise akan dipandu oleh instruktur
redesain kursi kerja untuk meningkatkan
yang telah terlatih dan dilakukan 2
kenyamanan dengan menerapkan prinsip
jam sebelum selesai bekerja yaitu
ergonomi.
Penilaian terhadap keberhasilan dari pukul 15.00 WITA. Pelaksanaan
perbaikan yang dilakukan dapat diukur stretching memerlukan waktu selama
dengan menggunakan kuesioner keluhan 10 menit untuk setiap kali
muskuloskletal dan kuesioner kelelahan dan pelaksanaan.
penilaian risiko sikap kerja dengan RULA. e. Kemudian kembali dilakukan
pengukuran kelelahan dan keluhan
Metode Pelaksanaan muskuloskeletal yang dialami.
Berdasarkan uraian masalah dan
solusi yang ditawarkan maka metode Hasil dan Pembahasan
pelaksanaan program yang dibuat Hasil dan analisis subjek yang
diantaranya: diberikan intervensi dan dilakukan
a. Pengukuran sikap kerja dengan pengukuran serta pengamatan pada
metode RULA terhadap pekerja pengabdian ini adalah sebagai berikut:
dibagian jahit.
b. Pengisian kuesioner 30 item Karakteristik Subjek dalam Pengabdian
kelelahan dan kuesioner nordic body Jumlah total subjek yang terlibat
map oleh para pekerja setelah selesai dan dilakukan pengukuran dalam
bekerja. pengabdian ini adalah 6 orang yang terdiri
c. Penggantian kursi kerja dengan dari 3 orang laki-laki dan 3 orang
menggunakan kursi kerja baru yang perempuan. Berikut merupakan gambaran
telah diredesain ulang berdasarkan subjek yang dilibatkan yang dilihat dari
hasil pengukuran antropometri segi umur, masa kerja dan IMT (Indeks
pekerja. Kemudian dilakukan Masa Tubuh) disajikan dalam Tabel 1
penilaian sikap kerja dengan

Tabel 1. Data Karakteristik Subjek Penjahit di PT. Fussion Hawaii dan Pendawa Tailor.
No Jenis Kelamin Umur (tahun) IMT(kg/m2) Lama Kerja (tahun)
1 Laki-laki 32 23,01 11
2 Perempuan 31 22,22 9
3 Perempuan 34 25,20 8
4 Laki-laki 30 21,60 8
5 Perempuan 38 25,44 8
6 Laki-laki 37 24,84 11

266
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Rerata 33,67 23,72 9,17

Pertambahan umur memengaruhi baru bekerja akan mengeluarkan usaha


kebugaran fisik dan kekuatan otot. yang lebih keras dalam menyelesaikan
Semakinbertambahnya umur menyebabkan pekerjaan yang baru dilakukannya. Hal ini
semakin menurunnya kemampuan fisik juga akan berpengaruh terhadap timbulnya
seseorang yang dipengaruhi oleh karena kelelahan yang dialami pekerja, karena
penurunan basal metabolisme rate tubuh. pekerjaan yang sama akan dirasakan lebih
Usia produktif orang Indonesia adalah berat oleh pekerja yang belum
antara rentang umur 15-64 tahun, berpengalaman. Waktu satu tahun adalah
sedangkan kemampuan fisik maksimal masa yang dianggap cukup memberikan
dicapai pada rentang umur 25-35 tahun, pengalaman kerja bagi seorang pekerja.
dimana pada usia ini seseorang dapat Subjek dalam pengabdian memiliki rerata
bekerja secara optimal. Rerata umur masa kerja selama 9,17 tahun dengan
subjekdalam pengabdian di atas adalah rentang masa kerja 8-11 tahun, hal ini
33,67 tahun denganrentang umur 30-38 memperlihatkan bahwa masa kerja yang
tahun. Rentang umur ini masih tergolong dimiliki sudah cukup memberikan
dalam masa produktif serta berada dalam pengalaman kerja bagi setiap subjek,
rerata usia dengan kemampuan fisik sehingga tidak akan memengaruhi
maksimal. perbedaan kelelahan yang dialami oleh
Penilaian IMT pada subjek pekerja.
pengabdian diatas diperoleh rerata IMT
subjek adalah 23,72 kg/m2 dengan rentang Data Pengukuran Antropometri Penjahit
nilai IMT 21,60-25,44 kg/m2.Hal ini Pengukuran data antropometri pekerja
memperlihatkan bahwa subjek berada pada dipakai untuk membuat redesain kursi kerja
rentang nilai IMT normal yaitu 18,50-25,99 penjahit yang lebih ergonomis yang
kg/m2. Peningkatan nilai IMT khususnya disesuaikan dengan ukuran tubuh
yang telah melewati nilai normal pemakainya. Beberapa data antropometri
berpengaruh terhadap peningkatan pekerja yang diperlukan di antaranya:
terjadinya kelelahan dan keluhan  Lebar pinggul digunakan untuk
muskuloskeletal. Seseorang dengan IMT menentukan lebar alas duduk
yang lebih tinggi cenderung lebih mudah (memakai persentil 95%). Lebar alas
mengalami kelelahan dibandingkan dengan duduk bagian depan dibuat 2 cm lebih
orang dengan nilai IMT normal. Pada lebar dari bagian belakang kursi
subjek pengabdian di atas rentang IMT untuk alasan kenyamanan penjahit.
subjek yang terlibat berada dalam rentang  Pantat-popliteal dipakai untuk
nilai normal sehingga diharapkan tidak menentukan panjang alas duduk
memengaruhi perbedaan rasa kelelahan (memakai persentil 5%).
yang mungkindialami oleh subjek.  Siku-pergelangan digunakan untuk
Masa kerja terkait dengan menentukan panjang sandaran tangan
keterampilan dan kemahiran pekerja dalam (memakai persentil 5%).
melakonipekerjaannya. Pada jenis  Tinggi popliteal dipergunakan untuk
pekerjaan yang sama, dengan semakin lama menentukan tinggi permukaan duduk
masakerja maka kemampuan seseorang dari alas lantai (memakai persentil
dalam melakukan pekerjaannya akan 5%).
semakin baik dan semakin terlatih sehingga  Tinggi siku dipergunakan untuk
pekerja tidak mengalami kesulitan dalam menentukan menentukan tinggi
menjalankan pekerjaannya. Pekerja yang sandaran siku atau tinggi meja kerja

267
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang digunakan. Dalam hal ini  Lebar bahu digunakan untuk


dipakai untuk menentukan tinggi menentukan lebar sandaran duduk
sandaran siku atau tangan saja karena (memakai persentil 95%).
tidak dilakukan perbaikan terhadap Kemiringan sandaran kursi yang
meja kerja penjahit (memakai dibuat adalah sebesar 100o yang dapat
persentil 50%). digunakan sebagai sandaran saat istirahat
 Tinggi bahu dipergunakan untuk maupun saat bekerja.
menentukan tinggi sandaran Data hasil pengukuran antropometri
punggung dari alas duduk (memakai penjahit dapat dilihat pada Tabel2.
persentil 5%).

Tabel 2. Data Pengukuran Antropometri Penjahit.


N Minimum Maximum Mean Std, Deviation Data Antropometri
Lebar pinggul 6 30 34,5 31,76 1,67 34,5 (Persentil 95%)
Buttock-popliteal 6 41,5 45 42,58 1,28 41,5 (Persentil 5%)
Siku pergelangan 6 24 28 25,83 1,36 24(Persentil 5%)
Tinggi popliteal 6 40 45 41,50 1,87 40 (Persentil 5%)
Tinggi siku 6 16,5 20 18,41 1,15 18,5 (Persentil 50%)
Tinggi bahu 6 49 55,5 52,00 2,34 49 (Persentil 5%)
Lebar bahu 6 40 42 41,50 0,83 42 (Persentil 95%)

Perbaikan Kualitas Kesehatan Pekerja diperoleh dilakukan secara deskriptif dan


Indikator adanya perbaikan kualitas dilakukan uji nonparametrik dengan uji
kesehatan dalam pengabdian ini dapat Wilcoxon. Perbedaan rerata nilai kelelahan
dilihat melalui hasil penilaian dengan dan keluhan muskuloskeletal yang dialami
kuesioner 30item kelelahan dan oleh pekerja sebelum dan sesudah
kuesionernordic body map untuk menilai dilakukan intervensi melalui pengabdian
adanya keluhan muskuloskeletal yang dapat dilihat dalam tabel dibawah:
dialami oleh pekerja. Analisis data yang

Tabel 3. Perbedaan rerata nilai kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pekerja sebelum
dan sesudah intervensi
Periode I Periode II
Indikator n Nilai p
Rerata SB Rerata SB
Keluhan MSD 6 48,33 1,21 34,44 1,68 0,027
Kelelahan 6 50,78 0,91 35,22 1,78 0,027

Tabel 3 di atas memperlihatkan dilakukan intervensi dengan pemberian


bahwa rerata keluhan muskuloskeletal yang workplace stretching exercise dan
dialami oleh pekerja setelah dilakukan perbaikan stasiun kerja. Rerata kelelahan
intervensi melalui pengabdian mengalami awal adalah 50,78 dan menurun setelah
penurunan secara signifikan dari nilai rerata diberikan intervensi menjadi 35,22 atau
48,33 menjadi 34,44 atau menurun sebesar menurun sebesar 30,53%.
28,74%. Selain itu rerata tingkat kelelahan Banyak hal yang dapat memengaruhi
yang dialami oleh pekerja juga mengalami timbulnya kelelahan dan juga keluhan
penurunan secara signifikan setelah muskuloskeletal pada pekerjadi antaranya

268
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dapat berasal dari cara dan alat kerja yang harus dilakukan perubahan. Setelah
digunakan, organisasi kerja, maupun dilakukan perbaikan stasiun kerja, yaitu
lingkungan kerja termasuk stasiun kerja dengan memperbaiki kursi kerja yang
yang kurang ergonomis.Intervensi berusaha didesain dengan memperhatikan
ergonomi yang diberikan melalui antropometri pekerja dengan berdasarkan
pengabdian ini ternyata mampu prinsip ergonomi, maka ternyata diperoleh
menurunkan skor kelelahan maupun penilaian sikap kerja dengan metode RULA
keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh dengan skor 3, yang artinya bahwa sikap
pekerja garmen, sehingga dengan kerja tersebut masih memerlukan
peningkatan kondisi kesehatan diharapkan investigasi lebih lanjut dan mungkin masih
pekerja mampu bekerja lebih optimal dan memerlukan perubahan. Hal ini
pada akhirnya produktivitas kerjanya akan menunjukkan bahwa dari perbaikan stasiun
meningkat. kerja berupa perbaikan kursi kerja yang
mempertimbangkan antropometri pekerja
Sikap Kerja dan Stasiun Kerja Lebih diperoleh adanya penurunan risiko sakit
Ergonomis akibat kerja karena sikap kerja yang tidak
Stasiun kerja penjahit dalam hal ini ergonomis.
berupa meja jahit dan tempat duduk (kursi) Redesain dari kursi kerja penjahit
yang digunakan selama bekerja. Meja jahit dengan mempertimbangkan prinsip
adalah komponen yang telah menjadi satu ergonomi menghasilkan desain kursi kerja
dengan mesin jahit yang dipergunakan. yang baru. Tabel 4menunjukkan adanya
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap beberapa perbedaan antara kursi lama
risiko sikap kerja penjahit dengan denga kursi baru yang telah di desain
menggunakan metode RULA diperoleh ulang.Perubahan yang dilakukan memiliki
hasil pengukuran awal dengan skor 7 yang fungsi dan tujuan masing-masing,
bermakna bahwa sikap kerja tersebut penjabarannya dapat dilihat dalam Tabel
memerlukan investigasi lebih lanjut dan 4berikut:

Tabel 4. Perbedaan kursi lama dan kursi baru


No Pembeda Kursi Lama Kursi Baru
1 Desain desain umum, tanpa sudah disesuaikan dengan
memperhatikan antropometri ukuran antropometri
pemakai pemakai
2 Sandaran duduk tidak ada ada
3 Bantalan duduk tidak ada ada
4 Penyangga tangan tidak ada ada

Desain untuk kursi kerja panjang pantat-popliteal, tinggi siku duduk,


disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan lebar pinggul, tinggi bahu, dan lebar bahu.
juga siapa pemakainya. Dalam hal ini kursi
kerja yang dibuat didesain sesuai dengan Simpulan
antropometri penjahit yang akan Berdasarkan hasil intervensi yang
memakainya. Beberapa hal utama yang dilakukan dalam pengabdian ini, maka ada
diperhatikan dari antropometri penjahit beberapa hal yang dapat disimpulkan di
yang disesuaikan untuk pembuatan kursi antaranya:
kerja inidiantaranya adalah: tinggi popliteal,
269
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

1. Melalui intervensi ergonomi, dapat Exercises in Sports. European Journal of


memperbaiki kualitas kesehatan Sports Science, p:87-91
pekerja yang dinilai dari adanya
Polajnar, A., Marjan, L., dan Nataza, V.H.
penurunan kelelahan maupun keluhan
2010. Muscular-Skeletal Diseases Require
muskuloskeletal yang dialami oleh Scientifically Designed Sewing
penjahit. Penurunan kelelahan Workstations. University of Maribor,
mencapai 30,53% dan penurunan Faculty of Mechanical Engineering,
keluhan MSDs mencapai 28,74%. Slovenia
2. Melalui intervensi ergonomi dapat
menurunkan risiko sakit akibat kerja Rusni, NW. 2016. ”Workplace Stretching
Exercisedan Pemberian Teh Manis
karena pengaruh sikap kerja yang
Memperbaiki Respon Fisiologis dan
kurang ergonomis yang ditunjukkan Meningkatkan Produktivitas Penjahitdi PT.
dengan adanya penurunan skor Fussion Hawai” (tesis) Denpasar: Program
RULA dari 7 menjadi 3. Pascasarjana Universitas Udayana

Sutajaya, I.M. 2006. “Pembelajaran Melalui


Daftar Pustaka Pendekatan Sistemik Holistik
Bridger, R.S. 2003. Introduction to Interdisipliner dan Partisipatori (SHIP)
Ergonomi. Singapore: Mc. Graw-Hill Mengurangi Kelelahan Keluhan
International Muskuloskeletal dan Kebosanan serta
Meningkatkan Luaran Proses Belajar 76
Chandra, Nand Nidhi, D. 2014. Role of Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja”
Rest Period: An Ergonomic Study on (disertasi). Denpasar: Program
Sewing Machine Operators. Home Science, Pascasarjana Universitas Udayana
G.G.S.S.S, Delhi, India, Shiats, Allahabad,
India Sutjana, D.P. 2003. “Peningkatan
Produktivitas Kerja Penyabit Padi
Choi, S.D and Woletz, T. 2010. Do Menggunakan Sabit Bergerigi
Stretching Programs Prevent Work-related Dibandingkan dengan Sabit Biasa” (tesis)
Musculoskeletal Disorders?. Whitewater, Denpasar: Program Pascasarjana
USA: Center for Occupational Safety and Universitas Udayana
Ergonomics Research Department of
Occupational & Environmental Safety & Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri: Dasar-
Health University of Wisconsin dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi
di tempat kerja. Cetakan kedua. Surakarta:
Herbert, R., Dropkin, J., Warren, N., Sivin, Harapan Press Solo
D., Doucette, J., Kellogg, L., Bardin, J.,
Kass, D., Zoloth, S.2001. Impact of a Joint Weerapong, P., Hume, P.A., dan Kolt, G.S.
Labourmanagement Ergonomics Program 2005. The Mechanisms Of Massage And
on Upper Extremity Musculoskeletal Effects On Performance, Muscle Recovery
Symptoms Among Garment Workers, And Injury Prevention. Sports Med. p:235-
Applied Ergonomics, vol. 32, p. 453-460 56

Mangusson, P dan Renstrom, P. 2006. The


European College of Sports Sciences
Position Statement: The Role of Stretching

270
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

271
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

KAJIAN ERGONOMI PADA PEKERJA GENTENG DI DESA


DARMASABA BALI

Ketut Laksmi Puspa Dewi 1, Made Muliarta 2


1
Program StudiS2 Ergonomi, Program Pascasarjana,UniversitasUdayana, Denpasar
2
Bagian Ilmu FAAL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
E-mail: puspalaksmi99@yahoo.com

ABSTRAK

Pertumbuhan sektor property di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup


pesat. Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena tingginya permintaan akan rumah
hunian. Salah satu bagian rumah yang dapat melindungi kita dari hujan dan matahari
yaitu penutup atap rumah. Desa Darmasaba merupakan salah satu desa penghasil genteng
di Bali di mana sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor industri kecil ini.
Menjemur merupakan salah satu proses dalam pembuatan genteng yang dilakukan secara
manual dan dalam melakukan pekerjaannya, pekerja tidak mengetahui bagaimana cara
angkat angkut genteng yang ergonomis. Hal tersebut sangat berpotensi menimbulkan PAK
(penyakit akibat kerja) sehingga perlu dikaji secara ergonomi sehingga dapat menciptakan
tenaga kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat, efisien) serta dapat meningkatkan
produktivitas pekerja. Kuisioner Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui
keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja dan didapatkan hasil sebesar 66,8 %
keluhan pada punggung bagian bawah dan 53 % pada bagian leher. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terhadap kondisi lingkungan kerja dan
wawancara terhadap para pekerja di industry pembuatan genteng di Desa Darmasaba.
Kata Kunci : Bali, Ergonomi, Genteng, Industri

dijemur di bawah sinar matahari. Setelah


Pendahuluan kering genteng lalu dimasukkan kedalam
gerombong untuk selanjutnya dilakukan
Desa Darmasaba merupakan salah
proses pembakaran.
satu desa penghasil genteng di
Dalam proses penjemuran, pekerja
Bali.Perkembangan industri genteng di
memindahkan genteng secara manual dan
tempat ini dimulai dari genteng yang dibuat
memindahkan banyak genteng sekaligus.
secara tradisional sampai dengan
Ketika menjemur genteng pekerja
pembuatan dengan cetakan mesin pres yang
seringkali tidak memperhatikan cara kerja
dikenal saat ini.Proses produksi genteng
sehingga dijumpai cara angkat angkut
dimulai dari membuat campuran tanah liat
genteng yang tidak ergonomis. Pekerja
yang digiling menggunakan molen untuk
sering melakukan sikap kerja membungkuk
menghasilkan pelpelan. Kemudian pelpelan
dan twisting. Adanya sikap kerja, cara kerja
ini dicetak menjadi genteng menggunakan
yang tidak ergonomis disebabkan karena
alat. Genteng yang telah dicetak tersebut
kurangnya pengetahuan pekerja. Cara kerja
selanjutnya diangin – anginkan, kemudian

272
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

seperti cara mengangkat yang bertumpu keluhan muskuloskeletal yang dialami


pada tulang punggung menyebabkan beban pekerja. Subjek yang diteliti adalah pegawai
yang berat pada tulang punggung. Sikap di industri genteng Desa Darmasaba
yang tidak ergonomis ini dapat sebanyak 6 orang yang berasal dari industri
menyebabkan meningkatnya aktivitas listrik genteng yang berbeda – beda.
atau workaverage voltage otot terutama
pada otot erectorspinae. Peningkatan work HASIL DAN PEMBAHASAN
average voltage otot ini mencerminkan a. Karakteristik Subjek
makin beratnya tegangan otot. Dalam penerapan prinsip ergonomi di
Bertambahnya ketegangan otot dapat tempat kerja dilihat tiga aspek yaitu task,
mengganggu sirkulasi darah sehingga organization dan environmentdiserasikan
terjadi penimbunan sisa-sisa metabolisme. dengan kemampuan, kebolehan dan batasan
Penimbunan sisa metabolisme berupa asam manusia sebagai tenaga kerja. Adapun
laktat berhubungan dengan meningkatnya jumlah sampel yang digunakan yaitu 6
beban kerja, kelelahan, dan munculnya orang dengan 4 orang laki-laki dan 2 orang
keluhan muskuloskeletal (Allen dkk., perempuan dengan rentang usia dari 29
2007). tahun hingga 40 tahun.
Sebagai upaya pencegahan
terjadinya keluhan muskuloskeletal bagi b. Task
pekerja tentunya perlu dilakukan edukasi Pekerja pada bagian penjemuran
mengenai cara angkat angkut yang benar genteng melakukan sikap kerja
dan faktor – faktor lain yang dapat memicu membungkuk ketika mengambil dan
timbulnya suatu keluhan. Dengan adanya menjajarkan genteng. Pekerja melakukan
suatu pendekatan ergonomi diharapkan posisi yang tidak ergonomis berulangkali,
dapat meningkatkan produktivitas pekerja terkadang melakukan twisting dan
dan menciptakan tenaga kerja yang ENASE jangkauan lengan yang terlalu jauh untuk
(efektif, nyaman, aman, sehat, efisien). mengambil benda yang jauh dari
jangkauannya. Biasanya dalam sehari
Metode Penelitian
pekerja menjemur ±300 – 400 buah
Metode identifikasi masalah
genteng. Ketika dilakukan wawancara
dilakukan dengan cara melakukan
didapatkan hasil bahwa pekerja sering
pengamatan, dokumentasi, dan melakukan
mengalami keluhan muskuloskeletal
wawancara terhadap pekerja terkait
terutama pada bagian punggung bawah dan
pekerjaan yang dilakukan. Pengamatan
leher. Karena kurangnya pengetahuan akan
dilakukan untuk mengamati keadaan
cara angkat – angkut yang benar dan karena
lingkungan tempat produksi genteng.
sudah terbiasa melakukan sikap tubuh yang
Dokumentasi berupa video dan poto ketika
salah menyebabkan pekerja melakukan
pekerja melakukan pekerjaannya. Metode
sikap tubuh yang tidak alamiah. Sehingga
wawancara dilakukan untuk menggali
rentan menimbulkan cedera pada tulang
informasi kepada pekerja mengenai seputar
belakang. Pekerja dalam melakukan
pekerjaannya dan keluhan – keluhan yang
tugasnya menggunakan alat pelindung diri
sering dialami. Metode pemberian kuisioner
berupa topi untuk melindungi diri dari sinar
NBM digunakan untuk mengetahui tingkat
matahari

273
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sebesar 32,85 atau 88,90%. Sikap kerja


membungkuk menyebabkan ketegangan
otot-otot di daerah pingang dan punggung
meningkat sehingga aktivitas listrik otot
juga meningkat. Hal ini seperti ditemukan
pada penelitian yang dilakukan oleh
Muliarta (2015) pada pekerja bangunan
ditemukan berkurangnya aktivitas listrik
otot jugamenurunkan keluhan
muskuloskeletal.
Gambaran keluhan pada
muskuloskeletal pada pekerja bagian
penjemuran genteng dengan menggunakan
kuisioner Nordic Body Map didapatkan
hasil sebesar 66,8 % keluhan pada
punggung bagian bawah dan 53 % pada
bagian leher.

Pada pekerjaan memindahkan


barang, bentuk volume berat dan sifat
Gambar 1. Sikap Pekerja ketika Menjemur
beban yang akan dipindahkan sangat
Genteng
menentukan cara-cara pelaksanaan
b. Organization
pemindahan tersebut baik mengangkat
Dalam suatu organisasi kerja,
maupun meletakkan kembali beban.
umumnya menyangkut tentang waktu kerja,
Kegiatan mengangkat dan mengangkut ini
waktu istirahat, sistem kerja (harian /
banyak melibatkan kerja otot dan tumpuan
bulanan / borongan), musik dan insentif
pada kerja tulang belakang, oleh karena
dapat berpengaruh terhadap produktivitas
itulah dibutuhkan teknik yang benar
kerja, baik langsung maupun tidak
(Benynda, 2016). Perbaikan cara angkat-
langsung. Industri kecil produksi genteng di
angkut menjadi lebih ergonomis mampu
Desa Darmasaba rata – rata hanya memiliki
menurunkan ketegangan otot erectorspinae
1-3 pekerja saja per 1 unit industri. Pekerja
274
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

bekerja setiap hari dari pukul 08.00 – 17.00 melakukan istirahat aktif.
WITA. Waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00
WITA. Pekerja libur apabila ada hari raya
keagamaan. Sistem pemberian gaji yaitu
sistem harian sebesar RP. 80.000. Untuk air
minum telah disiapkan oleh pemilik industri
namun untuk makan siang pekerja
membawa sendiri dari rumah.
Di tempat kerja terdapat radio tape
yang digunakan untuk mendengarkan
musik selama bekerja untuk menghilangkan Gambar 2. Radio tape pada tempat kerja
kejenuhan. Jenis musik yang didengarkan
yaitu dangdut dan lagu pop Bali. Jenis
musik yang didengarkan dapat memberikan c. Environment
semangat kepada pekerja sehingga pekerja Kondisi lingkungan di industry
merasa senang ketika bekerja. Jam kerja pembuatan genteng bisa dikatakan kurang
berlebihan, jam kerja lembur di luar batas nyaman, karena tempatnya yang sempit dan
kemampuan, akan dapat mempercepat pencahayaan setelah diukur didapatkan
munculnya kelelahan, menurunkan hasil 30 lux. Standar pencahayaan yang
ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. disarankan pada tempat adalah 200 lux
Oleh karena setiap fungsi tubuh tergantung jenis pekerjaannya. (Manuaba,
memerlukan keseimbangan yang ritmis 2004). Apabila musim hujan, seringkali
antara asupan energi dan penggantian tempat pembuatan genteng tersebut bocor
energi (istirahat kerja). Diperlukan istirahat sehingga menyebabkan tempat kerja
pendek dengan sedikit kudapan atau minum menjadi tergenang. Tingkat kebisingan di
(15 menit setelah 2 jam bekerja) untuk industri tempat pembuatan genteng yaitu 50
mempertahankan performan dan efisiensi dB ini bersumber dari suara radio yang
kerja. dihidupkan pekerja. Hal ini sudah
Perbaikan organisasi kerja dapat memenuhi standar yang ada untuk
dilakukan yaitu dengan mengatur waktu lingkungan industri kecil yaitu 70dB.
dan jumlah genteng yang akan dijemur. Pekerja menjemur genteng dengan
Awalnya pekerja sekali mengambil genteng bantuan sinar matahari jadi pekerja
sebanyak 11-12 diganti menjadi 5 buah disarankan menggunakan pakaian yang
setiap kali mengambil jarak 2 meter menutupi tubuh untuk menghindari dampak
sehingga diharapkan pekerja dapat negatif yang ditimbulkan oleh matahari.

275
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 4. Lingkungan tempat kerja menimbulkan pembebanan


yang berlebihan pada otot
sekitar pinggang
3. Pencahayaan pada industri
pembuatan genteng didapatkan
hasil 30 lux.

b. Saran
Berdasarkan pada simpulan
di atas maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Pekerja ketika melakukan


tugasnya sebaiknya melakukan
sikap kerja yang ergonomis
yaitu dengan memperhatikan
cara angkat angkut yang benar
untuk mencegah terjadinya
keluhan pada muskuloskeletal
2. Perlu adanya perbaikan
organisasi kerja dengan
mengatur waktu dan jumlah
genteng yang akan dijemur
sebanyak 5 buah setiap kali
mengambil jarak 2 meter
sehingga diharapkan pekerja
dapat melakukan istirahat aktif.
SIMPULAN DAN SARAN 3. Standar pencahayaan yang
a. Simpulan disarankan pada industi ini
Dari tinjauan yang dilakukan adalah 200 lux
pada bagian penjemuran industri
DAFTAR PUSTAKA
genteng dapat disimpulkan bahwa:
Allen, D. G., Lamb, G.D., Westerblad, H.
1. Sikap kerja yang dilakukan 2007. Skeletal Muscle Fatigue:
oleh pekerja belum ergonomis Cellular Mechanisms
sehingga pekerja melakukan
sikap tubuh yang tidak alamiah Benynda, T. 2016. Hubungan cara Kerja
yaitu membungkuk. Hal Angkat – angkut dengan Keluhan
tersebut dapat menimbulkan Low Back Pain pada Porter di Pasar
adanya keluhan Tanah Abang Blok A Jakarta Pusat
musculoskeletal pada pekerja. Tahun 2016. Fakultas Kesehatan
2. Pekerja mengangkat genteng Masyarakat, Universitas Esa
yang akan dijemur dalam Unggul, Jakarta
jumlah yang banyak sehingga

276
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Manuaba, A. 2004b. Kontribusi Ergonomi Erector Spinae dan Keluhan


dalam Pembangunan, dengan Acuan Muskuloskeletal Tukang Bangunan.
Khusus Bali. Dalam: Purwanto, W., Denpasar: Bagian Fisiologi
Mulyati, G.T., dan Saroyo, P. Fakultas Kedokteran Universitas
Yogyakarta: Perhimpunan Udayana
Ergonomi Indonesia dan Jurusan
Teknologi Industri Pertanian Tarwaka, Solichul HA.Bakri, Lilik
Fakultas Teknologi Pertanian Sudiajeng, 2004. ERGONOMI untuk
Universitas Gadjah Mada. P 160 – Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
165. Produktivitas. Surakarta :
UNIBAPRESS. Universitas
Muliarta, M., 2015. Perbaikan Cara Udayana
Angkat-Angkut Material Bangunan
Mengurangi Aktivitas Listrik Otot

277
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

AUDIO LIMITER PADA OUTPUT MIXER MENCEGAH


TERJADINYA PENURUNAN TAJAM DENGAR PENYIAR DI
RADIO”X”

I.A. Sri Adnyani1


1
Fakultas Teknik Universitas Mataram,Mataram
Email:adnyani70@yahoo.co.id

Abstrak

Radio adalah media komunikasi yang digunakan masyarakat untuk mengakses


informasi dalam satu arah. Untuk mengoperasikan atau menyampaikan suatu informasi
kepada khalayak pendengar,Radiomembutuhkan praktisi radio yang disebut dengan
penyiar. Sukses tidaknya sebuah acara ditentukan oleh penyiarnya. Baik buruk siarannya
bahkan perilakunya berpengaruh terhadap baik-buruk atau integritas radionya. Dalam
menjalankan proses kerja berupa siaran, penyiar membutuhkan konsentrasi yang tinggi,
rata-rata seorang penyiar melakukan siaran selama tiga jam setiap harinya. Berdasarkan
observasi dan hasil studi pendahuluan seorang penyiar yang bekerja selama tiga jam
setiap hari dengan pengalaman kerja sebagai penyiar minimal tiga tahun menunjukan
bahwa adanya indikasi penurunan tingkat tajam dengar penyiar akibat intensitas suara
tinggi yang keluar melalui headphone penyiar dengan rentangan sebesar 80.3 – 167.72
dB(A). Berdasarkan skala intensitas kebisingan, batas dengar tertinggi untuk sebuah
Stasiun Radio 90-95 dB. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut
diperlukan audio limiterpada output mixer sebagai pembatas intensitas suara (dB) tinggi.
Sehinggadengan penggunaan audio limiter tersebut diharapkan dapat menurunkan
intensitas suara tinggi dan mencegah terjadinya penurunan tajam dengar penyiar
radio”X”.

Kata Kunci: audio limiter, tajam dengar, penyiar radio

menjangkau daerah-daerah yang belum


Pendahuluan
tersentuh oleh listrik sekalipun. Siaran
Media komunikasi di era modern ini
radio dapat dijadikan sebagai media
cukup beragam dan perkembangannya
penghibur, pendidikan, secara social,
cukup pesat, dari mulai telepon, TV, hingga
ekonomi, politik, maupun budaya berupa
internet telah digunakan oleh masyarakat
kemasan hiburan. Terlihat bahwa peranan
pada umumnya. Salah satu media
radio sangat penting dan dibutuhkan
komunikasi yang masih bertahan dari dulu
ditengah-tengah masyarakat.
sampai saat ini adalah media radio. Radio
Radio memiliki kekuatan penyiaran
penyiaran merupakan sarana penyampaian
secara ekonomi, budaya, maupun politik di
berita, informasi, hiburan yang masih
mana potensi pendengar yang menyebar
murah dan dapat menjangkau daerah-
daerah terpencil, bahkan mampu

278
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

merupakan kekuatan utama media radio memberikan efek adanya penurunan tajam
untuk menyiarkan berita dan hiburan untuk dengar yang tidak disadari oleh penyiar.
kepentingan masyarakat. Salah satu tolak Penurunan daya dengar yang terjadi
ukur siaran radio tersebut berhasil, apabila tergantung dari berapa lama seorang
disukai oleh masyarakat pendengarnya. terpapar dan besaran intensitas yang
(Prayuda, 2004). diterima. Permasalahannya intensitas suara
Dalam dunia penyiaran profesi yang yang tinggi ini dikehendaki karena berupa
dikenal mempunyai kekuatan besar untuk lagu-lagu yang diputar oleh penyiar.
menghidupkan siaran adalah penyiar. Berdasarkan observasi penurunan tajam
Seiring dengan perkembangan penyiaran dengar seorang penyiar disadari terjadinya
media elektronik maka profesi penyiar setelah bekerja selama 3 sampai 5 tahun
semakin dituntut untuk professional. kemudian. Untuk mengatasi hal tersebut
Penyiar adalah motor penggerak yang diperlukan pemasangan audio limiter pada
bertugas untuk memandu acara dan output mixer siaran.
menyampaikan informasi di radio. Penyiar Audio Limiter dapat dikatakan
di dalam siaran dibantu oleh peralatan sebagai Compressor yang rationya full,
berupa microphone sebagai alat sehingga semua audio yang melebihi
transfortasi suara penyiar ke Mixer dan Treshold akan dipotong. Fungsi dari limiter
headphone merupakan salah satu alat adalah membatasi volume audio. Threshold
kontrol audio dari Mixer. Headphone disetting sesuai dengan standard audio yang
merupakan alat yang dipergunakan untuk diijinkan. Sehinga saat akan menaikkan
mendengarkan suara yang keluar dari volume audio ini, bila nanti ada bagian
mixer, alat modern ini yang berkaitan yang melebihi Treshold maka akan
dengan telinga secara tak sadar dalam terpotong/terkompress secara otomatis,
jangka waktu yang lama mampu sehingga tidak akan terjadi Clip pada audio.
mengakibatkan terjadinya penurunan
pendengaran.
Radio”X” beroperasi (on air) mulai Kajian Pustaka
pukul 06.00-12.00 WITA. Dalam satu hari Analisis sistem kerja pada suatu
seorang penyiar pada Radio”X” bekerja radio penyiaran dapat dilihat pada Gambar
selama 2 - 3 jam tergantung program yang 1 yang terdiri dari input, proses transfortasi
dibawakan. Dalam menjalankan proses dan output.
kerja berupa siaran, penyiar membutuhkan
konsentrasi yang tinggi dan terus menerus
tanpa istirahat tetapi terkadang penyiar
melakukan istirahat curian, ini terlihat dari
penyiar melepaskan headphone dari telinga
(Adnyani,2004). Penggunaan headphone
Gambar 1. Sistem Kerja Radio Penyiaran
dengan intensitas suara melebihi dari 90-95
Sumber: Adnyani (2004)
dB, akan berdampak pada penurunan tajam
dengar penyiar jika terpapar setiap hari
Input ini berupa sumber suara dari
selama tiga jam.
software fungsinya untuk mengatur semua
Intensitas suara yang tinggi dapat

279
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

data (lagu, script, insert, jingle) untuk manual dan kontrol yang memerlukan
diolah menjadi sebuah informasi. Komputer anggota tubuh sebagai sumber tenaga.
selain tempat pengoperasian software, ada Penyiar di dalam siarannya dibantu
komputer yang terkoneksi dengan internet. oleh peralatan berupa microphone yang
Microphone penyiar dan Telephone Hybrid berfungsi sebagai alat transfortasi suara
adalah sebuah alat yang mengkonversi penyiar ke Mixer dan headphone
sambungan telepon biasa ke mixer siaran. merupakan salah satu alat untuk memonitor
Peralatan pada proses transfortasi berupa audio dari Mixer. Headphone alat yang
Mixer, keluaran dari Mixer dapat dibagi berkaitan langsung dengan telinga,
menjadi dua yaitu yang pertama menuju ke sehingga secara tak sadar dalam kurun
kontrol yang berupa headphone dan waktu tertentu mampu melakukan
monitor kontrol, yang ke-dua menuju penurunan tajam dengar penyiar radio.
pemancar radio. Headphone berfungsi Headphone dengan keluaran audio yang
untuk memonitor suara berupa lagu yang tinggi intensitas suaranya, jika terpapar
diputar atau yang sedang mengudara. secara terus menerus akan merusak
Dalam memainkan perannya pendengaran. Berkurangnya pendengaran
sebagai komponen kerja dalam satu atau adalah penurunan fungsi pendengaran pada
lebih aktivitas operasional, penyiar salah satu ataupun kedua telinga.
umumnya bertanggung jawab untuk tiga Penurunan tajam pendengaran biasanya
fungsi dasar berikut (Sedarmayanti, 2009): terjadi secara normal pada usia 20 tahun.
1. Menerima data atau informasi mengenai Pengaruh intensitas suara (dB) yang
apa yang harus dikerjakan ataupun perlu tinggi terhadap organ pendengaran (organ
segera diambil tindakan. Informasi corti) mengakibatkan terjadinya penurunan
dalam hal ini diterima melalui organ ketajaman pendengaran bahkan dapat
visual ataupun pendengaran (audio). menimbulkan keluhan, tekanan darah
2. Mengolah informasi, membentuk meningkat, mual, muntah, kencing –
persepsi dan membuat keputusan kencing, konsentrasi menurun dan perasaan
berdasarkan informasi yang diterima terganggu (Barrett, 2011).
baik yang dilihat dan atau yang diterima Hasil studi pendahuluan di Radio
melalui indera yang dimiliki dan yang ”X” menunjukan bahwa intensitas suara
tersimpan dalam memorinya. (dB) yang keluar melalui headphone
3. Melakukan tindakan sesuai dengan rentangannya sebesar 80.3 – 167.72 dB(A).
keputusan yang diambil dengan Menurut Surat Keputusan Menteri Tenaga
melakukan berbagai macam aktivitas Kerja No Kep. 51/MEN/1999 tentang NAB
fisik ataupun mental. Faktor Fisik Di Tempat Kerja, NAB
Aktivitas mental dalam hal ini akan kebisingan yang diperkenankan di
dapat bervariasi dari aktivitas sederhana Indonesia adalah 85 dB (A) (Suma’mur,
seperti menerima/mengumpulkan informasi 1996:62).
sebagai input kerja sampai dengan aktivitas Dari observasi dan wawancara
berpikir kreatif dan memecahkan masalah. terlihat adanya penurunan tingkat tajam
Selanjutnya dengan aktivitas fisik disini dengar penyiar akibatpaparan intensitas
akan terkait dengan tindakan yang harus yang melebihi nilai ambang batas yang
dilakukan dalam bentuk gerakan-gerakan dianjurkan, hal ini terlihat dari cara

280
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

berbicara antara penyiar satu dengan yang 1. Signal Input(untuk mengatur volume
lainnya agak keras dalam jarak yang relatif sinyal yang masuk).
dekat, adanya keluhan seperti, suara agak 2. Treshold (sebagai ambang batas)
serak, kelopak mata berat, perasaan ingin 3. Release(waktu yang dibutuhkan limiter
berbaring, kondisi fisik terasa lesu, dan untuk merelease bila sudah tidak
keluhan telinga mendengung, sehingga melebihi treshold).
mempengaruhi produktivitas dan kinerja
penyiar (Adnyani, 2004).

Audio Limiter
Audio limiter dapat dibedakan
menjadi dua yaitu audio limiter dan audio Gambar 2. Limiter (Mo Volans,2009)
compressor. audio limiter digunakan untuk
membatasi sinyal audio sedangkan audio Pembahasan
Compressor adalah sebuah alat yang Intensitas suara tinggi yang keluar
termasuk dalam kategori “gain based” dari headphone dapat memberikan efek
Dalam hal ini yang dipergunakan audio yang merugikan bagi penyiar radio,
limiter pada keluaran output mixer yang terutama akan mempengaruhi indera
berfungsi untuk membatasi suara yang pendengaran. Seorang penyiar memiliki
keluar dari mixer sebelum didistribusikan risiko mengalami penurunan daya
ke headphone penyiar. Audio limiter ini pendengaran yang terjadi secara perlahan-
disetting sesuai dengan nilai ambang batas lahan dalam waktu lama dan tanpa mereka
(NAB) intensitas suara yang diijinkan untuk sadari. Besarnya penurunan daya
penyiaran yang dilakukan selama tiga jam pendengaran ini tergantung dari lamanya
siaran yaitu diantara 90-95dB. seorang penyiar terpapar, frekuensi
mendengarkan, dan tingkat intensitas suara
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Suara yang diterima, oleh karena itu faktor-faktor
Waktu pemaparan/hari Batas Suara dB yang menimbulkan gangguan pendengaran
(jam) harus dikurangi.
16 80
8 85 Penurunan Tajam Dengar Manusia
4 90 Telinga merupakan alat penerima
2 95 gelombang suara atau gelombang udara
1 100 kemudian gelombang mekanik ini diubah
½ 105 menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke
¼ 110 korteks pendengar melalui saraf
1/8 115 pendengaran.
Sumber : Soedjono, 1991 Pengaruh intensitas suara yang
tinggi (bising) pada umumnya berkaitan
Pada umumnya setiap limiter dengan kesehatan pendengaran atau
memiliki bagian-bagian sendiri seperti gangguan pada pendengaran. Hal tersebut
(Gambar 2): dapat menimbulkan kerusakan beberapa
bagian pada sistem pendengaran. Apabila

281
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

intensitas suara terlalu kuat di atas nilai Adapun pengaruh- pengaruh negatif
ambang batas, akibatnya bukan hanya kebisingan adalah sebagai berikut
merusak pendengaran melainkan (Soedjono, 1991):
mengganggu efisiensi kerja, daya a. Gangguan
konsentrasi akan berkurang. Sistem saraf Pada umumnya kebisingan bernada
autonom akan terkejut oleh bising, sehingga tinggi sangat mengganggu kesehatan
mempercepat denyut jantung, mengecilkan pendengaran.
saluran darah di kulit, akan menaikkan b. Komunikasi Terganggu
tekanan darah. Pemaparan kebisingan yang Resiko yang terjadi pada komunikasi/
terus menerus pada frekwensi tertentu akan pembicaraan yaitu pembicaraan harus
menyebabkan gangguan pendengaran dijalankan dengan berteriak.
sementara yang mungkin akan hilang pada c. Efek pada Pekerjaan
beberapa hari, tetapi adakalanya akan Kebisingan yang mengganggu perhatian
menyebabkan ketulian permanen yang terus menerus dapat membuat
(Soedjono, 1991). kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan
Pengurangan kebisingan dapat akibat terganggunya konsentrasi. Bagi
dilakukan dengan jalan penggunaan orang-orang yang sangat peka terhadap
isolasi/isolator antara sumber dan penerima. kebisingan terutama pada nada tinggi
Cara lain dapat dengan pemakaian peredam, dapat menyebabkan masalah psikologis.
atau dengan pengurangan /pembatasan Menurut Suma’mur (1996)
sumber bising (Soedjono, 1991). pengaruh utama dari kebisingan pada
Pengurangan atau pembatasan sumber kesehatan adalah kerusakan indera
bising dimaksud untuk menurunkan pendengaran, yang menyebabkan ketulian
intensitas sumber bising di bawah nilai progresif, sehingga terjadinya gangguan
ambang batas. komunikasi dan menyebabkan
Batas suara yang diijinkan untuk terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
seorang penyiar yang terpapar selama dua- terjadi kesalahan.
empat jam yaitu 90 -95 dB. Jika lebih lama
dari itu, akan terjadi kelelahan koklea Desain Sistem Kerja Radio Penyiaran
(rumah siput), yang berperan penting dalam dengan Audio Limiter
proses pendengaran. Menurut Suma’mur
(1996) batas dengar tertinggi untuk sebuah Pada dasarnya suatu unit
Stasiun Radio 85 dB. Berdasarkan Nilai audioprocessor limiter tidak berbeda
Ambang Batas di atas, penyiar Radio”X” dengan compressor. Bahkan limiter lebih
sudah melewati nilai ambang batas sederhana dari compressor, dalam hal
intensitas suara yang diijinkan yaitu fungsinya hanya mencegah level audio
melebihi 95 dB. Hal tersebut dapat agar tidak melebihi threshold yang
menyebabkan adanya gangguan-gangguan ditentukan (Rusmawan, 2014). Pada
tajam dengar penyiar yang dapat dilihat dari umumnya ada lima parameter yang ada
cara berbicara antara satu dengan yang dalam audiolimiter yang dapat di adjust
lainnya agak keras agar lebih dapat yaitu threshold, ratio, attack time, release
didengar oleh lawan bicaranya. time, dan output/gain (Parlisraya. 2011).

282
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

1. Threshold akan mulai bekerja apabila compressor limiter, kemudian


sebuah signal melebihi dB yag disetting disambungkan ke active speaker.
melewati titik ini.
2. Ratio : perbandingan atau jumlah dari
kompresi yang akan dikenakan kepada
signal audio yang melewati batas
threshold.
3. Attack time: menentukan berapa Gambar 3. Sistem Kerja Radio penyiaran
lamanya pembatas audio menunggu dengan Audio Limiter (Adnyani,2017)
sebelum mulai bekerja . misalkan setiap
pada track drum diset fast maka
pembatas audio akan bereaksi pada Simpulan
hampir setiap signal pukulan drum yang 1. Pemasangan audio limiter dapat
melewati threshold. Jika di set low membatasi intensitas suara tinggi yang
maka tidak akan bereaksi terhadap keluar dari mixer sehingga dapat
signal berdurasi pendek. mencegah terjadinya penurunan tajam
4. Release time: menentukan berapa dengar penyiar radio dan penyiar
lamanya pembatas audio menunggu bekerja dengan aman.
sebelum berhenti bekerja.
5. Gain (output): untuk dapat
meningkatkan level volume. Daftar Pustaka

Limiter atau pembatas berfungsi Adnyani,S. 2004. Pemasangan filter Pada


untuk mengotomisasi salah satu Output Radio Receiver Menurunkan
tanggung jawab orang yang Intensitas Suara, Kelelahan dan
menjalankan consule on air. Mencegah Keluhan Subjektif Penyiar Radio X.
outputmixer untuk tidak melebihi Tesis. Program Pascasrjana Universitas
kekuatan sinyal tertentu. Penyiar Udayana Denpasar.
mencoba untuk selalu mempertahankan
tingkat sinyal yang tinggi untuk Barrett E, 2011. Ganong’s Review of
mendapatkan rasio sinyal/ kebisingan Medical Physiology:Hearing &
yang paling baik dan penampilan yang Equilibrium. 23rded. Singapore: Mc
paling efisien. Pembatas ini akan Graw Hill; 2011. p.203-13.
memangkas puncak audio yang terlalu
tinggi. Sehingga penyiar akan Mo Volans, 2009. A Beginner'sIntroduction
mendengarkan lagu atau musik yang to Limiters. Available from:
sesuai dengan desibel yang ditentukan http://music.tutsplus.com/tutorials/a-
dapat dilihat pada Gambar 3. beginners-introduction-to-limiters--
audio-1071
Desain pemasangan audio limiter
pada output mixer melalui kabel dengan Parlisraya. 2011.Compressor Limiter Gate.
connector XLR menuju input EQ Available
selanjutnya disambungkan menuju input from:https://parlisraya.wordpress.com/2

283
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

011/06/16/compressorlimitergate/ . dan Produktivitas Kerja. Penerbit CV


diunduh 14 september 2017. Mandar Maju Bandung.

Prayuda,H.2004. Radio Suatu Pengantar Soedjono, 1990/1991, Pedoman Bidang


Untuk Wacana dan Praktik Studi Pengawasan Pencemaran
Penyiaran.Edisi Pertama ISBN : 979- Lingkungan Fisik pada Institusi
3695-04-8. Bayumedia Publishing Jawa Pendidikan Tenaga Kesehatan
Timur. Lindungan. Departemen Kesehatan RI
Pusat Pendidikan Tenaga Kerja Proyek
Rusmawan, A., 2014. Teknik Penyiaran. Pengembangan Pendidikan Tenaga
Available from: Sanitasi Pusat 1990/1991
http://teknikpenyiaran.blogspot.co.id/20 Suma’mur, PK. 1996. Higene Perusahaan
14/03/pengenalan-mixer-audio-bagian- dan Kesehatan Kerja.Jakarta: PT.
2.html; diunduh 4-4-2016 Toko Gunung Agung.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia

284
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ANALISIS PENGARUH CUACA TERHADAP PERFORMA


PENGEMUDI MOBIL MENGGUNAKAN DRIVING SIMULATOR

Boy Nurtjahyo Moch1, Erlinda Muslim2, Richard Agustinus3, Alyaa Putri


Nugraha4, Yosua Wilgert Tetelepta5

1
Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus
Baru-Depok 2Program Studi S2 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru-Depok 3,4,5Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, Kampus Baru-Depok Email:tiui@ie.ui.ac.id

Abstrak
Data dari Badan Kesehatan Dunia menunjukan bahwa kecelakaan lalu lintas
merupakan pembunuh terbesar ketiga setelah jantung koroner dan TBC di Indonesia.
Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Cuaca, sebagai salah satu faktor lingkungan, seringkali memengaruhi suhu,
intensitas cahaya, jarak pandang, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan
kemampuan kognitif manusia dalam aktivitas sehari-hari. Penelitian ini membahas
pengaruh keadaan cuaca terhadap kemampuan kognitif dan perilaku manusia dalam
aktivitas berkendara. Dalam rangka mengetahui pengaruh cuaca terhadap resiko
kecelakaan lalu lintas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui signifikansi dari faktor
utama lalu lintas yang direpresentasikan sebagai cuaca, kepadatan jalan, dan jenis
kelamin pengemudi terhadap perilaku dan performa pengemudi yang direpresentasikan
sebagai kecepatan rata-rata, kesalahan mengemudi, dan respon pengereman dengan
menggunakan driving simulator. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masing-masing
faktor utama lalu lintas berpengaruh signifikan terhadap perilaku dan performa
pengendara, dan interaksi faktor berpengaruh terhadap kecepatan rata-rata dan
kesalahan mengemudi..

Kata kunci: Cuaca, Driving Simulator, Pengemudi, Performa Analysis

Latar Belakang
Jumlah peningkatan kendaraan Sepeda Motor Indonesia (AISI)
bermotor telah berlangsung sejak tahun menunjukkan jumlah populasi kendaraan
1986. Hasil penelitian yang dilakukan oleh bermotor yang meliputi mobil pribadi,
WardAuto (2011), sampai pada tahun 2010 pickup, truk, bus, serta sepeda motor di
jumlah kendaraan bermotor dunia telah Indonesia hingga 2010 lalu mencapai
mencapai 1,015 miliar unit. Data dari 50.824.128 unit. Dari total keseluruhan
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor jumlah kendaran bermotor yang terdapat di
Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Indonesia, sekitar 60-6persen adalah sepeda

285
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

motor atau dengan kata lain jumlah yang dapat diterapkan pada studi performa
kendaraan roda empat atau lebih hanya pengemudi dengan cara melakukan uji
mencapai sekitar 23-24 juta unit, sedangkan pengukuran performa pengemudi
sisanya adalah sepeda motor. menggunakan driving simulator (de Winter,
Leuween, & Happee, 2010).Metode ini
Indonesia sebagai salah satu negara
dilakukan dengan cara mengukur performa
dengan kepadatan penduduk terbesar di
pengemudi mobil melalui pengukuran
Asia Tenggara juga menempati urutan
dengan parameter kecepatan rata-rata,
pertama negara dengan jumlah kendaraan
tingkat kesalahan, dan respon pengereman
bermotor terbesar di Asia Tenggara. Salah
(Chakrabartya & Guptab, 2013). Metode ini
satu dampak dari meningkatnya jumlah
digunakan untuk membandingkan performa
kendaraan bermotor adalah grafik tingkat
pengemudi pada saat keadaan cuaca cerah
kecelakaan lalu lintas yang terus
dan hujan, dan mencari signifikansi faktor
meningkatsetiap tahunnya. Berdasarkan
cuaca terhadap masing-masing parameter
jenis kendaraan bermotor yang terlibat
performa pengemudi.
kecelakaan lalu lintas pada tahun 2008-
2009, persentase terbanyak dipegang oleh Metode Penelitian
sepeda motor (67-68%) yang telah menelan
Penelitian ini menggunakan
korban jiwa hingga 18 ribu nyawa
DrivingSimulator yang terdiri dari
(Kemenkes RI, 2011).
perangkat lunak City Car Driving dan alat
Dalam dua tahun terakhir ini, setir Logitech G27, sepertiyang dapat
kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh dilihat pada Gambar 1. Kedua alat ini
Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2004) digunakan sebagai alat peraga untuk
dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, melakukan uji performa pengemudi mobil.
di bawah penyakit jantung koroner dan
Tuberculosis (TBC). Data WHO pada tahun
2011 menyebutkan, sebanyak 67 persen
korban kecelakaan lalu lintas berada pada
usia produktif, yakni 22-50 tahun.Secara
umum kecelakaan lalu lintas yang terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
faktor manusia, kendaraan, jalan dan
lingkungan (Direktorat Polda Lalu Lintas
Gambar 1. Driving Simulator
Metro Jaya, 2011). Dari berbagai faktor
yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas (a) City Car Driving Software, (b)
tersebut, faktor yang mempengaruhi Logitech Driving Wheel G2
performa pengemudi mobil penumpang
pada negara tropis adalah keadaan cuaca,
yang merupakan salah satu dari faktor
lingkungan (Chakrabartya dan Guptab,
2013).
Secara garis besar, metode-
metode pengukuran kelelahan, khususnya

285
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

MB F
Pengaturan mobil pada perangkat
lunak menggunakan mobil penumpang
transmisi manual dan posisi kemudi berada RA F
pada sisi kanan mobil. Pemilihan ini
dilakukan sesuai dengan mayoritas
penggunaan mobil penumpang yang MT F
dikemudikan di Indonesia.
Responden penelitian terdiri dari 10
orang, yang terdiri dari 5 pria dan 5 wanita
yang semuanya adalah mahasiswa TI UI Pemilihan kriteria responden didasarkan
yang merepresentasikan keadaan pada kepemilikan SIM A dan kemampuan
pengemudi mobil di jalanan sebenarnya. mengendarai mobil manual dalam
Data pribadi responden dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari.
Tabel 1.
Terdapat tiga faktor yang akan diuji
dalam penelitian ini sebagai variabel
Tabel 1. Data Responden
independen, yaitu kategori cuaca (cerah dan
Jenis Kelamin hujan), kepadatan jalan (padat 70% dan
lancar 30%), dan jenis kelamin pengemudi
Nama
(laki-laki dan perempuan). Dari ketiga
AK M variabel independen ini, digunakan empat
kombinasi yang akan diujikan dalam dua
jenis kelamin pengemudi yang masing-
DGN M masing terdiri dari 5 responden.

Pengambilan data tiap kombinasi dilakukan


selama 30 menit, yang secara total akan
MHD M dijalankan selama 2 jam per responden
dalam 4 kombinasi. Terdapat tiga variabel
dependen yang akan diukur dalam
NW M pengambilan data ini sesuai dengan dasar
teori yang telah disertakan sebelumnya,
yaitu kecepatan rata-rata, tingkat kesalahan
DNW M mengemudi, dan respon pengereman.
Ketiga variabel dependen ini akan menjadi
data yang akan diolah dalam analisis.
NA F

OS F

286
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Secara umum bidang kajian


ergonomi terbagi atas 5, yaitu ergonomi
Tabel 2. Kombinasi Cuaca
fisik, ergonomi kognitif, ergonomi
Kode Cuaca Kepadatan organisasi (makroergonomi), ergonomi
psikofisik, dan ergonomi lingkungan.
Kombinasi Jalanan
Ergonomi kognitifmerupakan bidang
kajian ergonomi yang berkaitan dengan
proses mental kerja manusia yang
A Clear 30% meliputi persepsi, ingatan, dan reaksi
manusia sebagai akibat interaksi manusia
dengan pemakaian elemen sistem.
B Clear 70% Ergonomi fisiologis sering kali
membahas penelitian yang berkaitan
dengan kerja dari postur, tata letak
C Rain 30% pengoperasian perkembangan tempat
kerja, stres dan gerakan berulang, cedera
stress dan gangguan muskolekeletal
D Rain 30% berulang, keselamatan dan kesehatan
okupasi.

Cuaca
Kata cuaca, secara etimologis,
Kajian Pustaka
berasal dari bahasa Jerman weder, yang
Ergonomi berarti keadaan atmosfir pada saat tertentu
di suatu wilayah yang relatif sempit, dengan
Kata Ergonomi berasal dari
standar keadaan tertentu, apakah sedang
bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti
panas atau dingin, kering atau basah, tenang
kerja dan nomos yang berarti hukum.
atau bergemuruh badai, ataupun cerah dan
Ergonomi sering disebut juga dengan
berawan. Sementara menurut Kamus Besar
Human Factor karena berkaitan dengan
Bahasa Indonesia (KBBI), cuaca adalah
manusia dan interaksinya. Secara umum,
keadaan udara yang dijelaskan dalam
ergonomi didefinisikan sebagai cabang
bentuk temperatur, cahaya matahari,
ilmu yang statis untuk memanfatkan
kelembapan, kecepatan angin, dan
informasi-informasi mengenal sifat,
sebagainya.
kemampuan, dan keterbatasan manusia
dalam merancang suatu sistem kerja Cuaca sendiri biasa diklasifikasikan
sehingga orang dapat hidup dan bekerja menjadi beberapa keadaan umum yang
pada sistem itu dengan baik , yaitu sering terjadi, seperti cerah, hujan, badai,
mencapai tujuan yang diinginkan melalui bersalju, dan beberapa keadaan lainnya.
pekerjaan itu, dengan efektif sehat, Cuaca juga dipengaruhi oleh iklim di
nyaman, dan efisien.Ergonomi lahir daerah tersebut. Indonesia sendiri berada di
sekitar perang dunia ke II, tepatnya pada 6o lintang utara sampai 11o lintang selatan.
tahun 1949. Letak ini menunjukkan bahwa Indonesia
terletak di dekat garis khatulistiwa dan

287
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

beriklim tropis. Selain dari faktor letak, berkendara, maka perilaku berkendara
iklim di Indonesia dipengaruhi oleh angin merupakan reaksi, kecenderungan, atau
muson barat dan timur. Dari bulan berbagai kegiatan yang dilakukan
November hingga Mei, angin bertiup dari seseorang ketika sedang berkendara.
arah utara dan barat laut membawa banyak Dalam hubungannya dengan faktor
uap air dan hujan di kawasan Indonesia. manusia, perilaku berkendara dapat
Dari Bulan Juni hingga Oktober angin mencerminkan kemampuan dan gaya
bertiup dari selatan dan tenggara dan (style) seseorang dalam berkendara (Lei,
bersifat kering, sehingga menimbulkan efek 2009). Sementara dalam definisi secara
musim panas di Indonesia. Dari keadaan hukum perilaku berkendara juga dapat
ini, dapat disimpulkan bahwa pada menjadi tolak ukur karena tingkat
umumnya musim di Indonesia terdiri dari kesadaran hokum masyarakat pemakai
musim hujan dan musim panas, dengan jalan dapat diukur dari kemampuan dan
cuaca yang bervariasi dari keadaan cerah daya serap tiap individu dan bagaimana
dan hujan (BMG, 2013). penerapannya di jalan raya (Naning,
1982).
Cuaca juga menjadi pengaruh
dalam aktivitas manusia sehari-hari. Cuaca Perilaku berkendara seseorang
mempengaruhi suhu, intensitas cahaya, dapat dikatakan baik jika memenuhi
jarak pandang, dan faktor-faktor lain yang beberapa persyaratan. Menurut Bintarto
menyebabkan perubahan kemampuan Agung, Presiden Direktur Indonesia
kognitif manusia dalam aktivitas sehari- Defensive Driving Center (IDDC),
hari. Dalam penelitian ini, akan dibahas pengemudi yang baik harus memenuhi 4
pengaruh keadaan cuaca terhadap syarat sebagai berikut:
kemampuan kognitif dan perilaku manusia
1. Alertness
dalam aktivitas berkendara.
(Kewaspadaan)Kewaspadaan
merupakan bagaimana
pengemudi mampu
Perilaku dan Performa Pengendara
mengemudikan mobil dan dapat
Berdasarkan KBBI, perilaku adalah keluar dari kondisi bahaya yang
anggapan atau reaksi individu terhadap dihadapi. Situasi seperti
rangsangan atau lingkungan. Sementara tergelincir, atau menghindari
menurut Natawidjaja (1978), definisi jalan berbatu terjal memerlukan
perilaku adalah pernyataan kegiatan teknik atau gerakan mengemudi
yang dapat diamati oleh orang lain dan yang khusus yangbukan
merupakan hasil perpaduan dari merupakan bagian yang
pemahaman pengaruh-pengaruh luar dan dipersyaratkan untuk
pengaruh dalam. Selain itu, Kartono mendapatkan surat izin
(1984) menjelaskan bahwa perilaku mengemudi (SIM).
tidak hanya terkait moralitas saja, namun
juga membahas macam-macam fungsi se
2. Awareness (Kesadaran)
perti melihat, mendengar, mengingat,
Kesadaran merupakan salah satu
berpikir, pengenalan kembali, dan
aspek yang harus dimiliki
penampilan emosi. Jika dikaitkan dengan
288
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pengemudi dimana pengemudi mengakibatkan semakin besar energi


harus dalam keadaan sehat dan yang dihasilkan oleh suatu benda,
sepenuhnya sadar dalam sesuai dengan momentumnya. Dalam
berkendara. Pengemudi tidak hubungannya dengan penggunaan
boleh berada di dalam pengaruh mobil penumpang, semakin tinggi
alkohol atauobat-obatan, yang kecepatan maka semakin tinggi juga
dapat membahayakankeselamatan resiko dari suatu kecelakaan
pengemudi maupun penumpang. (Carlsson, Nilsson, & Wretling,
1992). Dari dasar inilah peneliti
3. Attitude (Sikap)
menentukan kecepatan rata-rata
Pengemudi harus senantiasa
sebagai salah satu data yang menjadi
menunjukkan sikap yang positif
parameter penentu performa dan
(tidak ugal-ugalan) agar tidak
perilaku berkendara. Data kecepatan
menyebabkan bahaya terhadap
yang diambil bersifat kecepatan rata-
pengemudi yang lain.
rata, bukan maksimumkarena
4. Anticipation (Antisipasi)
kecelakaan lalu lintas bisa terjadi
Aspek terakhir yang penting
kapan saja, sesuai dengan keadaan
dalam mengemudi adalah
lingkungan berkendara.
antisipasi, dimana pengemudi
2. Kesalahan mengemudi
secara terus-menerus harus
dijadikanparameter sesuai dengan
mampu mengamati area sekitar
etika mengemudi. Seorang
untuk mengetahui adanya potensi
pengendara yang baik tidak akan
bahaya, seperti pejalan kaki atau
melakukan kesalahan mengemudi
pengendara sepeda motor. Dalam
pada saat mengemudi kendaraan.
hal ini antisipasi berarti
Kesalahan dapat berkendara juga
pengemudi harus mampu
dapat beresiko mengakibatkan
mengantisipasi setiap
kecelakaan baik ringan maupun fatal,
kemungkinan yang mungkin
karena dalam keadaan pada lalu lintas
timbul dalam mengemudi
jalanan, kesalahan mengemudi
Dari poin-poin diatas, diambil
dapatmembahayakan pengendara,
kesimpulan bahwa dalam penelitian ini
penumpang dalam kendaraan, dan
diperlukan parameter yang dapat mewakili
orang lain baik yang mengemudi
perilaku pengendara yang dapat diolah dan
dalam kendaraan lain maupun orang
dianalisis pada penelitian ini. Parameter ini
yang sedang berjalan kaki pada
adalah kecepatan rata-rata,
jalanan.
kesalahan berkendara, dan respon
pengereman (Chakrabartya dan Guptab,
2013). Berikut adalah penjelasan masing- Respon pengereman adalah salah
masing parameter perilaku pengemudi: satu respon yang paling
berpengaruh dalam
1. Kecepatan rata-rata dijadikan
keselamatan berkendara. Dalam
parameter sesuai dengan prinsip
melakukan pengereman,
fisika, semakin besar kecepatan suatu
pengemudi mengurangi
benda, semakin besar momentum
kecepatan kendaraannya dengan
yang dimiliki benda tersebut. Hal ini
289
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

tujuan menghindari sesuatu sebuah eksperimen menghasilkan


didepan kendaraannya. Namun, hipotesis lain atau untuk rekomendasi
sesuai dengan kondisi lingkungan eksperimen selanjutnya
seperti kondisi visual dan (Montgomery, 2002).
kelicinan jalanan, pengereman
dapat berakibat fatal karena
Tiga prinsip dasar dari desain
waktu reaksi dari manusia dan
eksperimen adalah pengacakan
keadaan lingkungan yang tidak
(randomization), replikasi dan blok
tepat akan menyebabkan
(Montgomery, 2009). Pengacakan berarti
kecepatan kendaraan tidak
material dan urutan jalannya tes dari
berkurang sesuai dengan yang
sebuah eksperimen dibuat secara acak.
dikehendaki pengendara.
Replikasi berarti pengulangan secara
independen terhadap setiap faktor
kombinasi. Replikasi terjadi ketika
Desain Eksperimen
pengambilan data keseluruhan
Ekperimen merupakan sebuah uji kombinasi dari replikasi yang pertama
atau serangkaian uji yang digunakan di selesai dilakukan, lalu dilakukan lagi
berbagai disiplin ilmu untuk mempelajari pengambilan data pada semua kombinasi
bagaimana sebuah sistem dan proses tersebut. Blok adalah cara untuk
bekerja, dimana dengan tujuan tertentu mengurangi atau menghilangkan variasi
maka perubahan yang terjadi pada hasil dari faktor-faktor pengganggu yang ada
eksperimen dapat diobservasi dan pada subjek penelitian (responden,
diidentifikasi (Montgomery, 2009). produk, dan lainnya).
Sementara, desain eksperimen adalah
Pembahasan
proses untuk merancang sebuah
eksperimen agar data yang diinginkan Uji Kecukupan Data
bisa dikumpulkan dan dianalisa dengan
Setelah memperoleh data
metode statistik sehingga dapat
responden, selanjutnya yang perlu
menghasilkan hasil yang valid dan
dilakukan adalah menguji kecukupan data.
objektif (Montgomery, 2009).
Langkah ini dilakukan dengan cara
Setiap eksperimen memiliki melakukan uji normal, homogenitas, dan
serangkaian aktivitas sebagai berikut: (1) independen untuk mengetahui apakah data
hipotesis awal, yaitu hipotesis original yang diambil bersifat normal, homogen,
yang menjadi dasar eksperimen; (2) dan independen.
eksperimen, yaitu uji yang dilakukan
untuk menginvestigasi hipotesis awal;

analisis, yaitu analisis statistik dari


data hasil eksperimen; dan (4)
kesimpulan, yaitu hal yang dapat
dipelajari terkait hipotesis awal
berdasarkan eksperimen. Seringkali
290
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 3. Uji Independen Data


Performa
Dari Gambar 3. dapat dilihat bahwa
plot residual terhadap urutan pengambilan
data masing-masing menunjukkan bahwa
data dalam plot tersebar secara acak. Sesuai
dasar statistik bahwa jika data tersebar
secara acak maka data bersifat independen.
Hal ini menujukkan bahwa tidak ada
korelasi antar residual dari data yang
dikumpulkan.

Gambar 2. Uji Normalitas Data


Performa
Dari Gambar 2. dapat dilihat
bahwa data melewati uji normalitas,
dimana p-value dari residual data
memiliki nilai yang lebih besar daripada
0,05 dan data tersebar secara merata.

Gambar 4. Uji Homogenitas Data


Performa
Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa plot
residual terhadap data yang dikumpulka dari
hasil pengukuran tersebar secara acak dan
tidak memiliki pola tertentu. Sesuai dasar
statistik, dapat kita simpulkan bahwa jika
data tersebar secara acak maka data bersifat
homogen.

Analisis Desain Faktorial

291
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pengolahan dan perhitungan desain Gambar 4. Uji Homogenitas Data


faktorial masih dibantu dengan perangkat Performa
lunak Minitab 17. Komponen yang akan
diolah masing-masing adalah ANOVA, Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa plot
koefisien variabel independen, interaksi dari residual terhadap data yang dikumpulka
faktor independen, dan efeknya terhadap dari hasil pengukuran tersebar secara
data yang telah diperoleh. acak dan tidak memiliki pola tertentu.
Sesuai dasar statistik, dapat kita
simpulkan bahwa jika data tersebar
secara acak maka data bersifat homogen.

Analisis Desain Faktorial


Pengolahan dan perhitungan
desain faktorial masih dibantu dengan
perangkat lunak Minitab 17. Komponen
yang akan diolah masing-masing adalah
Gambar 5. Pengolahan ANOVA Data ANOVA, koefisien variabel independen,
Kecepata Rata-rata interaksi dari faktor independen, dan
efeknya terhadap data yang telah
Hasil dari pengolahan ini
menunjukkan bahwa faktor-faktor utama diperoleh.
yang terdiri dari cuaca, kepadatan jalan, dan
jenis kelamin berpengaruh secara signifikan.
Faktor-faktor utama ini berpengaruh secara
signifikan dari standar nilai P yang
menunjukkan semuanya lebih kecil dari
0,05 (P cuaca = 0,034, P kepadatan jalan
= 0,000, dan P jenis kelamin = 0,000).
Pada interaksi faktor utama, interaksi
faktor independen yang signifikan
terhadap data kecepatan rata-rata
terdapat pada interaksi faktor kepadatan
jalan dan gender, dengan nilai P sebesar
0,009.

292
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 5. Pengolahan ANOVA Data Kecepata Rata-rata


Hasil dari pengolahan ini kecil dari 0,05 (P cuaca = 0,034, P kepadatan
menunjukkan bahwa faktor-faktor utama jalan = 0,000, dan P jenis kelamin = 0,000).
yang terdiri dari cuaca, kepadatan jalan, Pada interaksi faktor utama, interaksi faktor
dan jenis kelamin berpengaruh secara independen yang signifikan terhadap data
kecepatan rata-rata terdapat pada interaksi
signifikan. Faktor-faktor utama ini
faktor kepadatan jalan dan gender, dengan
berpengaruh secara signifikan dari standar
nilai P sebesar 0,009
nilai P yang menunjukkan semuanya lebih

Gambar 6. Pengolahan ANOVA Data Kesalahan Pengemudi


Hasil dari pengolahan ini kecil dari 0,05 (P cuaca = 0,000, P
menunjukkan bahwa faktor-faktor utama kepadatan jalan = 0,000, dan P jenis
yang terdiri dari cuaca, kepadatan jalan, kelamin = 0,000). Pada interaksi faktor
dan jenis kelamin berpengaruh secara utama, tidak ada interaksi factor
signifikan. Faktor-faktor utama ini independen yang signifikan terhadap faktor
berpengaruh secara signifikan dari standar dependen dengan nilai P yang lebih kecil
nilai P yang menunjukkan semuanya lebih dari 0,05

293
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 7. Pengolahan ANOVA Data Respon Pengereman


Semua pengolahan data ANOVA ini juga untuk pengemudi pria lebih tinggi
divalidasi dengan meilhat nilai R2 dari dibandingkan dengan rata-rata data
model ANOVA yang dibuat. Nilai R2 kecepatan rata-rata untuk pengemudi
menunjukkan tingkat kepercayaan faktor wanita sesuai dengan perilaku pengendara
dependen yang baik, dengan nilainya adalah pria yang memang secara umumnya
0.8697, 0,9143, dan 0,9108, semuanya membawa kendaraan dibandingkan dengan
mendekati 1. Hati dan menurunkan pengendara wanita (Massie dan Campbell,
kecepatan kendaraan. (Konstantopoulos et 1993).
al, 2008)
Setelah data respon pengereman
Sama halnya seperti faktor diolah menggunakan metode ANOVA,
independen kepadatan jalanan, rata-rata diperoleh hasil bahwa semua faktor
data kecepatan rata-rata pada saat independen (cuaca, kepadatan jalan, dan
kepadatan jalanan tinggi lebih rendah jenis kelamin) berpengaruh signifikan.
dibandingkan dengan pada saat kepadatan Ketiga faktor independen tergolong
jalanan rendah. Hal ini disebabkan oleh signifikan sesuai dengan hasil nilai P yang
perilaku pengendara yang menghindari menunjukkan angka dibawah 0,05. Karena
kontak dengan kendaraan lainnya pada saat bersifat signifikan, semua variabel
kepadatan jalanan tinggi dengan cara independen memberikan efek yang jelas
mengurangi kecepatan. terhadap data yang telah diperoleh.

Pada faktor independen jenis


kelamin, rata-rata data kecepatan rata-rata

294
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Gambar 8. Pengaruh Variable Independen Terhadap Kecepatan Rata-rata


Untuk faktor independen cuaca, rata-rata Pada faktor independen jenis
data kecepatan rata-rata pada saat hujan kelamin, rata-rata data kecepatan rata-rata
bersifat lebih kecil dibandingkan pada saat untuk pengemudi pria lebih tinggi
cerah. Hal ini disebabkan oleh perilaku dibandingkan dengan rata-rata data
pengendara yang secara otomatis
kecepatan rata-rata untuk pengemudi
menurunkan kecepatan untuk mengurangi
resiko kecelakaan. Hal ini disebabkan oleh wanita sesuai dengan perilaku pengendara
daya tangkap penglihatan pengendara yang pria yang memang secara umumnya
berkurang pada saat kondisi cuaca hujan, membawa kendaraan dibandingkan dengan
sehingga pengendara melakukan antipisasi pengendara wanita (Massie dan Campbell,
dengan cara mengemudi dengan lebih 1993).
berhati- hati dan menurunkan kecepatan
kendaraan. Setelah data respon pengereman
diolah menggunakan metode ANOVA,
(Konstantopoulos et al, 2008). Sama
diperoleh hasil bahwa semua faktor
halnya seperti faktor independen kepadatan
independen (cuaca, kepadatan jalan, dan
jalanan, rata-rata data kecepatan rata-rata
jenis kelamin) berpengaruh signifikan.
pada saat kepadatan jalanan tinggi lebih
Ketiga faktor independen tergolong
rendah dibandingkan dengan pada saat
signifikan sesuai dengan hasil nilai P yang
kepadatan jalanan rendah. Hal ini
menunjukkan angka dibawah 0,05. Karena
disebabkan oleh perilaku pengendara yang
bersifat signifikan, semua variabel
menghindari kontak dengan kendaraan
independen memberikan efek yang jelas
lainnya pada saat kepadatan jalanan tinggi
terhadap data yang telah diperoleh.
dengan cara mengurangi kecepatan.

Gambar 9. Pengaruh Variable Independen Terhadap Kesalahan Pengemudi

296
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Untuk faktor independen cuaca, Pada faktor independen jenis


rata-rata data kesalahan mengemudi pada kelamin, rata-rata data kesalahan
saat hujan bersifat lebih besar dibandingkan mengemudi untuk pengemudi pria lebih
padasaat cerah. Hal ini disebabkan oleh tinggi dibandingkan dengan rata-rata data
kemampuan penglihatan pengendara yang kecepatan rata-rata untuk pengemudi wanita
menurun pada saat hujan sehingga sesuai dengan perilaku pengendara pria
mempengaruhi perilaku dan performa yang memang secara umumnya lebih tidak
pengendara pada saat mengemudi sabar dan tidak menaati aturan sehingga
(Chakrabartya dan Guptab, 2013). membuat kesalahan lebih banyak pada saat
mengemudi dibandingkan dengan
Sama halnya seperti faktor independen
pengendara wanita (Massie dan Campbell,
kepadatan jalanan, rata-rata data kesalahan
1993).
mengemudi pada saat kepadatan jalanan
tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan Untuk hubungan variabel
pada saat kepadatan jalanan rendah. Hal ini independen sesuai dengan pengolahan
disebabkan oleh keadaan jalanan yang data sebelumnya, interaksi variable
menyebabkan mengemudi jauh lebih sulit independen yang berpengaruh terhadap
ketika pada saat kondisi jalanan padat, data kesalahan mengemudi adalah
sehingga pengemudi lebih sering interaksi antara cuaca dan jenis kelamin.
melakukan kesalahan pada saat kondisi
jalanan sedang padat (Chakrabartya dan
Guptab, 2013).

Gambar 10. Pengaruh Variable Independen Terhadap Respon Pengereman


Untuk faktor independen cuaca, saat keadaaan cuaca cerah (Jung et al,
rata-rata data respon pengereman pada saat 2013).
hujan bersifat lebih tinggi dibandingkan
Sama halnya seperti faktor
pada saat cerah. Hal ini disebabkan oleh
independen kepadatan jalanan, rata-rata
kemampuan penglihatan pengendara yang
data respon pengereman pada saat
menurun pada saat hujan sehingga kurang
kepadatan jalanan tinggi lebih tinggi
mendapat persepsi terhadap kendaraan lain
dibandingkan dengan pada saat kepadatan
atau objek yang berada di depannya,
jalanan rendah. Hal ini disebabkan oleh
sehingga sering melakukan antisipasi
keadaan jalanan yang padat, sehingga
berupa pengereman dibanding dengan pada
pengemudi lebih sering melakukan
tindakan pengereman untuk menghindari
297
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kontak dengan kendaraan lain atau objek penumpang, dengan terjadinya turunnya
tertentu yang ada di depannya. kecepatan rata-rata, naiknya tingkat
kejadian kesalahan mengemudi, dan
Pada faktor independen jenis
naiknya tingkat kejadian respon
kelamin, rata-rata data respon pengereman
pengereman pada saat keadaan hujan
untuk pengemudi pria lebih tinggi
dibandingkan dengan pada saat cerah.
dibandingkan dengan rata-rata data respon
pengereman untuk pengemudi wanita Faktor lingkungan lain yang
karena pada pengemudi pria kecepatan berpengaruh selain cuaca adalah
mengemudi bersifat lebih fluktuatif. Karena kepadatan jalanan. Hasil yang didapatkan
pengemudi pria lebih sering meningkatkan dari penelitian ini adalah faktor
kecepatan pada saat mengemudi, sesuai kepadatan jalanan juga bersifat
dengan kondisi jalanan pengemudi harus signifikan terhadap perilaku dan
melakukan pengereman dan pengereman performa pengemudi mobil penumpang,
akan dilakukan lebih sering dibanding dengan terjadinya turunnya kecepatan
dengan pengemudi wanita (Massie dan rata-rata, naiknya tingkat kejadian
Campbell, 1993). kesalahan mengemudi, dan naiknya
tingkat kejadian respon pengereman pada
Untuk hubungan variabel
saat keadaan kepadatan jalanan yang
independen sesuai dengan pengolahan data
padat (tinggi) dibandingkan dengan
sebelumnya, tidak ada interaksi independen
keadaan kepadatan jalanan yang sepi
variabel yang signifikan sehingga
(rendah).
pengolahan data yang dianalisis hanya
variabel independen yang tidak Selain kepadatan jalanan, faktor
berinteraksi. yang dikaitkan dengan cuaca dalam
keadaan jalanan adalah jenis kelamin
pengemudi mobil penumpang. Hasil
Simpulan yang didapatkan dari penelitian ini
adalah adanya perbedaan perilaku dan
Penelitian ini dilakukan dengan
performa pengemudi pada pengemudi
tujuan untuk mengetahui signifikansi faktor
pria dan pengemudi wanita. Pengemudi
cuaca terhadap perilaku pengemudi mobil
pria mempunyai kecepatan rata-rata,
penumpang. Faktor cuaca direpresentasikan
tingkat kejadian kesalahan mengemudi,
sebagai faktor lingkungan di jalanan, dan
dan tingkat kejadian respon pengereman
juga terdapat faktorkepadatan jalanan dan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
faktor jenis kelamin pengemudi. Perilaku
pengemudi wanita. Faktor jenis kelamin
pengemudi mobil penumpang
pengemudi berinteraksi dengan cuaca
direpresentasikan sebagai performa dan
dalam pengaruhnya terhadap tingkat
perilaku pengemudi yang terdiri dari
kesalahan pengemudi, dimana kombinasi
kecepatan rata-rata, kesalahan mengemudi,
yang paling beresiko menyebabkan
dan respon pengereman.
kecelakaan lalu lintas adalah mengemudi
Hasil yang didapatkan dari dalam keadaan hujan pada pengemudi
penelitian ini adalah faktor cuaca pria. Faktor jenis kelamin juga
berpengaruh signifikan terhadap perilaku mempunyai interaksi dengan faktor
dan performa pengemudi mobil kepadatan jalanan, dimana kombinasi
299
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

yang paling beresiko menyebabkan mengemudi pada mobil transmisi


kecelakaan lalu lintas adalahmengemudi otomatis
dalam keadaan jalanan yang sepi pada
pengemudi pria.
Demikian kesimpulan dari
Perilaku pengendara merupakan penelitian ini dan saran untuk
sebuah topik yang luas, dan akan pengembangan penelitian kedepannya.
berkembang sesuai dengan kemajuan jaman Harapannya penelitian dalam ranah
seiring dengan penambahan jumlah kognitif, dalam hal perilaku dan performa
kendaraan dan jumlah pengemudi. Ada pengemudi, dapat terus berkembang.
banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
pengendara, seperti yang ada pada
penelitian ini yang membahas tentang Daftar Pustaka
faktor cuaca, yang merupakan salah satu
dari faktor lingkungan. Penelitian tentang
perilaku pengendara merupakan hal yang Bella, F., Calvi, A., D’Amico, F.
menarik untuk terus digali dan (2013). Analysis of driver
dikembangkan. speeds under night driving
conditions using a driving
Kedepannya, jika ingin melanjutkan
simulator. Journal of Safety
penelitian eksperimen beban kerja mental
Research49, 45–52.
dengan faktor cuaca dan lingkungan, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Cai, X., Lu, J., Xing, Y., Jiang, C., Lu,
W. (2013). Analyzing Driving
Menggunakan tempat atau ruangan
Risks of Roadway Traffic
yang lebih terpercaya untuk
under Adverse Weather
mengontrol suasana lingkungan
Conditions: In Case of Rain
eksperimen yang lebih kondusif dan
Day. Social and Behavorial
terisolasi dari faktor-faktor lingkungan
Sciences96, 2563–2571.
diluar rencana penelitian
Menggunakan control group dan Chakrabartya, N., Guptab, K. (2013).
experiment group untuk Analysis of Driver Behaviour
dibandingkandalam analisis and Crash Characteristics during
sginifikansi faktor-faktor independen Adverse Weather Conditions.
Menambah jumlah responden yang Social and Behavorial Sciences
digunakan didalam penelitian 104, 1048–1057.
Menambah pengukuran performa
Daanen, H., Vliert, E., Huang, X.
responden dengan faktor-faktor
(2003). Driving performance
independen yang baru, seperti waktu
in cold, warm, and
berkendara (siang dan malam hari),
thermoneutral environment.
maupun tempat berkendara (jalanan
Applied Ergonomics 34. 597–
kota dan pedesaan)
602.
Menerapkan penelitian ini pada
responden dengan kemampuan Dziuda, L., Biernacki, M., Baran, P.,
Truszczynski, O. (2012). The

300
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Effects of Simulated Fog and Lee, B., Lee, Y., Kim, H., Lee, S., Kim,
Motion on Simulator Sickness J. (2014). Driver’s Distraction
in a Driving Simulator and The and Understandability (EOU)
Duration of After-Effects. Change due to the Level of
Applied Ergonomics 45, 406 - Abstractness and Modality of
412. GPS Navigation Information
during Driving.
Haditia, I. P. (2012). Analisis Pengaruh
ProceduaComputer Science 39.
Suhu Tinggi Lingkungan dan
115–122.
Beban Kerja Terhadap
Konsentrasi Pekerja. Depok, Li, X., Yan, X., Wong, S.C. (2014).
Indonesia: Teknik Industri, Effects of fog, driver
Fakultas Teknik, Universitas experience and gender on
Indonesia. driving behaviour on S-curved
road segments. Accidents
Institute For Road Safety Research.
Analysis andPrevention 77,
(2012). TheInfluence of
91–104.
Weather on Road Safety.
Amsterdam, Netherlands : Meuleners, L., Fraser, M. (2014). A
SWOV. validation study of driving
errors using a driving
Jung, S., Jang, K., Yoon, Y., Kang, S.
simulator. Transportation
(2014). Contributing factors to
ResearchPart F 29. 14–21.
vehicle to vehicle crash
frequency and severity under Montgomery, D.C. (2009). Design and
rainfall. Journal of Analysisof Experiment 7th
SafetyResearch 50, 1 - 10. Edition. New York,U.S.: John
Wiley and Sons, INC.
Konstantopoulos, P., Chapman, P.,
Crundall, D. (2009). Driver’s Setiawan, E. (2014). Kamus Besar
visual attention as a function of BahasaIndonesia. Diakses
driving experience and April- Juni 2015,dari Kamus
visibility. Using a driving Besar Bahasa Indonesia
simulator to explore driver’s website: http:// kbbi.web.id/
eye movement in a day, night,
WHO. (2015). World Health
and rain driving.
Organization. Diakses 5
AccidentAnalysis and
Februari, 2015, dari World
Prevention 42, 827-834
Health Organization website:
http:// apps.who.int/

301
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

PENGARUH PAJANAN ANILIN TERHADAP KESEHATAN


PEKERJA

Susy Purnawati
Dept.of Physiology School of Medicine Udayana University
Jalan P.B.Sudirman Denpasar Bali

Abstract

Anilin masih sangat dibutuhkan dalam industri saat ini. Penggunaannya yang luas
berisiko terhadap kesehatan pekerja bila tidak diantisipasi secara dini. Pekerja-pekerja
pada industri isosianat, bahan pewarna, bahan kimia, cat, vernis dan vulkanisir
mempunyai risiko terpajan anilin. Methemoglobinemia akut merupakan efek akibat
intoksikasi bahan ini yang menunjukkan beberapa gejala akibat hipoksia jaringan. Kadar
p-aminofenol urin juga merupakan parameter monitoring biologi terhadap pajanan.
Penilaian pajanan di lingkungan kerja dengan pengukuran kadar uap anilin dalam ruang
kerja, biasanya lebih disukai dengan sampel perorangan dan dipilih metode analisis
kromatografi gas.
Kata kunci: anilin, methemiglobinemia, p-aminofeno

Pendahuluan sebagainya). Turunan amino toksik dari


benzen merupakan suatu kelompok besar
Kebutuhan dunia industri saat ini
senyawa dengan kepentingan komersial
akan anilin masih sangat tinggi karena
yang besar dan dengan ciri-ciri
melihat kegunaan dan manfaatnya yang
toksikologis serupa. Dan anilin
sangat luas. Anilin terutama digunakan
merupakan turunan yang paling
pada produksi isosianate sebgai bahan
sederhana. Turunan benzene, homolog
antara (“intermediate”) untuk pembuatan
serta analognya berbeda secara
“urethane”, pembuatan bahan pewarna,
toksikologi dari senyawa induknya.
bahan farmasi, vernis serta banyak lagi
Metode produksi yang paling umum
penggunaan penting lainnya. Anilin juga
adalah dengan hidrogenisasi katalitik
banyak dijumpai pada kehidupan sehari-
nitrobenzene pada suhu 250-300 oC
hari, misalnya dalam tinta, semir sepatu
dengan tekanan sedikit di atas tekanan
dan cat.
atmosfer.
Anilin (C6H5NH2) adalah suatu
Anilin digolongkan grup 3 IARC
cairan seperti minyak, jernih sampai
( International Agency for Research on
kuning pucat dengan bau aromatik mirip
Cancer) yang artinya tidak
amina. Termasuk kelompok amina
diklasifikasikan sebagai penyebab kanker
aromatik turunan dari kelas bahan kimia
pada manusia. Efek anilin terhadap
aromatik hidrokarbon (seperti benzene,
kesehatan cukup luas akibat sifat bahan
naphthalene, antracene, diphenyl, dan
ini larut lemak, dan dapat diabsorpsi

302
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

lewat inhalasi, ingesti serta kontak lewat pencernaan. Absorpsi uap secara lambat
kulit1. NIOH (National Institute of melalui kulit juga mungkin terjadi karena
Occupational Health) Poison Information hampir semua amina aromatik bersifat
Centre India melaporkan bahwa larut dalam lemak. Anilin cair mudah
terjadinya akut methemoglobinemia diabsorpsi melalui kulit utuh, seringkali
tersering akibat intoksikasi turunan anilin dari pakaian, sarung tangan dan sepatu
selain nitrit (akibat pajanan di tempat yang tercemar. Absorpsi akan meningkat
kerja)2. sesuai dengan peningkatan konsentrasi
Dengan melihat kecenderungan bahan. Pada studi binatang, kadar puncak
kebutuhan bahan ini dalam dunia industri aniline dalam plasma 0.5, 1.0, 2.0 jam
semakin meningkat, tentunya diperlukan setelah ingesti 10, 30 dan 100 mg/kg
perhatian yang serius terhadap dampak 14[C]-aniline hidroklorida3,4,19,21,22.
anilin terhadap kesehatan pekerja serta
2 Distribusi
teknik-teknik pengendaliannya.
Distribusi bahan 14[C]-anilin
pada binatang coba setelah ingesti,
Kajian Pustaka tertinggi pada ginjal, hati, paru, jantung,
Pekerjaan yang melibatkan paparan lien dan otak, meskipun juga sebagian
terhadap anilin ada hamper di seluruh jaringan tubuh
binatang coba yang diperiksa3,4,19,21,22.
Sejalan dengan penggunaan anilin
3 Biotransformasi
yang banyak dipakai pada industri-
industri yaitu sebagai akselerator dan Sekitar 15-60% anilin yang
antioksidan pada industri karet, bahan diabsorpsi dioksidasi menjadi p-
pewarna, karet dan paling banyak aminofenol, yang kemudian diskskresi
digunakan dalam produksi p,p’- dalam urin sebagai konjugat glukuronida
methylenebisphenyldiisocyanate (MDI), dan sulfat. Metabolit perantara, fenil
bahan-bahan farmasi, reagan dalam hidroksilamin, tampaknya bertanggung
laboratorium, bahan intermediet jawab atas beberapa efek toksik anilin
pembuatan herbisida dan pestisida yaitu methemoglobinemia (yang
lainnya terutama fungisida, bahan kimia merupakan efek yang paling sering
dalam fotografi, resin, vernis, parfum, dihubungkan dengan pajanan anilin
semir sepatu, cat, tinta, sebagai pelarut maupun turunan bahan ini) 3,4,19,21,22.
dan dipakai pada industri vulkanisir,
4 Ekskresi
maka para pekerja di industri urethane,
Anilin tidak ditemukan dalam
industri karet, laboratorium kimia,
udara ekspirasi. Kurang dari 1% dari
pembuat zat warna dan tukang vulkanisir
dosis yang diabsorpsi, diekskresi tanpa
mempunyai risiko terbesar terpapar oleh
diubah dalam urin. Pada para pekerja
bahan ini 3,4,5.
yang terpapar, kadar p-aminofenol urin
Toksikokinetik anilin tampaknya terkait langsung dengan kadar
methemoglobin darah3,4,19,21,22.
1 Absorpsi
Anilin terutama diabsorpsi
Penilaian paparan
melalui paru-paru dan saluran

303
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

1 Penilaian lingkungan Efek-efek klinis


Absorpsi anilin menyebabkan
Pengukuran kadar uap anilin
anoksia akibat pembentukan
dalam ruang kerja biasanya lebih disukai 3,4,19,21,22,24
methemoglobin . Efek buruk
dengan sampel perorangan dan analisis
terhadap eritrosit, hati dan lien juga
kromatografi gas yang merupakan
dilaporkan.
metode terpilih.
1 Keracunan akut
2 Penilaian biologis Anilin merupakan penyebab
tersering timbulnya methemoglobinemia
Metode terpilih adalah
akut selain nitrit. Perkembangan
pengukuran p-aminofenol dalam urin.
methemoglobinemia seringkali diam-
Telah diamati hubungan berikut antara
diam. Menyusul absorpsi kulit, awitan
paparan anilin dan p-aminofenol dalam
gejala dapat tertunda hingga 4 jam. Studi
urin:
pada manusia yang diberi aniline oral
- paparan 8 jam terhadap 5 mg dosis tunggal 5, 15, 25, 35, 45, 55, dan 65
anilin / m3 udara menghasilkan mg menunjukkan peningkatan
ekskresi 35 mg p-aminofenol pembentukan methemoglobin pada dosis
dalam urin 24 jam pertama setelah 25 mg atau lebih. Umumnya nyeri kepala
paparan; merupakan gejala pertama dan dapat
- paparan 8 jam terhadap 19 mg menjadi cukup hebat kalau
anilin / m3 udara menghasilkan methemoglobinemia bertambah berat.
ekskresi 150 mg p-aminofenol Sianosis terjadi bila kadar
dalam urin 24 jam; methemoglobin melampaui 15 gr per 100
- pada paparan melampaui kadar di g hemoglobin (methemoglobin 10-15%)
atas, besar ekskresi p-aminofenol dan sakit kepala, kelemahan, kesulitan
dalam urin selama jam keempat bernapas, pusing (“dizziness”) dan
dan keenam paparan berturut- malaise dapat terjadi pada kadar
turut adalah 1,5 mg / jam dan 13 methemoglobin 25-30%. Warna kebiruan
mg / jam. pertama kali timbul di bibir, kemudian di
Kelemahan dari uji ini, ternyata tidak hidung dan lobus telinga. Gejala lainnya
spesifik untuk anilin karena senyawa yang juga dilaporkan akibat bahan ini
aromatik tertentu juga dimetabolisme adalah fatigue, synkop, penekanan
menjadi produk akhir yang sama (yaitu p- susunan saraf pusat, kejang aritmia dan
aminofenol). Pemakaian analgetik syok. Penderita biasanya merasa baik-
fenasetin juga menghasilkan p- baik saja, tidak mempunyai keluhan, dan
aminofenol dalam kemih. mengatakan bahwa tidak ada yang tidak
Indikator lain dari paparan aniline beres sampai kadar methemoglobin
berlebihan adalah peninggian kadar mendekati 40 g per 100 g hemoglobin. Di
methemoglobin dalam darah. Kadar atas kadar ini biasanya timbul kelelahan
normal tidak melebihi 1,5 g per 100 g dan rasa pusing; pada kadar 70 g per 100
hemoglobin. g hemoglobin mungkin terjadi ataksia,
dispnea pada pengerahan tenaga ringan
dan takikardia. Koma dapat terjadi di atas
kadar 70 g / 100 g (methemoglobin 60-
304
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

70%) dan tingkat letal diperkirakan pada dapat terjadi anemia hemolitik (ACGIH,
85-90 g / 100 g hemoglobin, sedangklan 1991).
dosis letal pada ingesti antara 15-30 g
Pembahasan
anilin dan kematian terjadi bila menelan
Paparan beberapa jam terhadap
sedikitnya 1 g anilin. Kadar puncak
uap anilin sekitar 25-200 mg / m3
tertinggi methemoglobin dapat dilihat
menyebabkan gejala-gejala ringan.
setelah 1-2 jam setelah ingesti. Inklusi
Paparan terhadap kadar di atas 400-600
eritrosit (jisim Heinz) timbul pada
mg / m3 selama satu jam menyebabkan
keracunan serius, tetapi hemolisis jarang
methemoglobinemia yang serius.
terjadi. Pada level methemoglobinemia
Absorpsi kulit terhadap cairan ini dan
lebih dari 50%, adanya hipoksia jaringan
kemungkinan absorpsi uapnya tidak
dapat berakibat asidosis metabolik
boleh diabaikan.
sehingga memperburuk gambaran klinis
Pengamatan NIOH Poison Centre
(ACGIH, 1991). Terjadi cirrhosis dan
India terhadap kasus-kasus
atrofi pada hati dilaporkan pada satu
methemoglobinemia akut selama 6 tahun
kasus yang fatal akibat keracunan akut
(periode tahun 1993-1999) terdapat 30
bahan ini 11. Penderita dengan riwayat
kasus dari 16 kecelakaan termasuk yang
gangguan kesehatan lainnya seperti
melibatkan lebih dari satu orang (pabrik
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary
“fertilizer”, pewarna, kimia dan plastik),
Disease), anemia dan penyakit arteri
rata-rata umur 18-30 tahun. Dari 30 kasus
koroner lebih sensitive untuk timbulnya
di atas, 25 kasus (83,3%) akibat
gejala walaupun pada kadar
terpajanan di tempat kerja dan bahan
methemoglobinemia yang lebih rendah.
kimia yang paling kuat diduga sebagai
Anilin cair menyebabkan iritasi ringan
penyebabnya adalah sesuai dengan
pada mata.
“aromatic nitro-amino-compounds”
ACGIH, 1991.
2 Keracunan kronik Efek karsinogenik akibat anilin
tidak ada konsistensi data dan masih
Diduga ada kerusakan hati, ginjal
diperlukan penelitian lebih lanjut 6,7,8,9,18,
dan efek-efek serebral dari paparan
(ACGIH, 1991) 20,23. Insidens tumor
berulang terhadap anilin. Peningkatan
kandung kemih dilaporkan terjadi di
methemoglobin dan penurunan
Inggris pada pekerja yang terpajan bahan
hemoglobin dan factor-faktor pembekuan
kimia pewarna yang mengandung aniline
darah dilaporkan dari studi-studi pada
dan aromatic amin lainnya. Belum ada
pekerja yang terpapar anilin sebesar 1.3 -
bukti yang adekuat efek pajanan tunggal
2.75 mg/m3 (0.19 - 0.39 mg/kg/hari)
anilin menyebabkan tumor kandung
selama 3-5 tahun jika dibandingkan
kemih.
dengan pekerja yang tidak terpapar. Efek
Singkirkan sebab-sebab lain
hematologis dalam pajanan jangka
sianosis seperti hipoksia akibat penyakit
panjang perlu penelitian lebih lanjut
kardiopulmonar. Dalam menilai
karena methemoglobin dapat
signifikansi kadar p-aminofenol dalam
menginduksi dan diduga mengakibatkan
kemih, pastikan bahwa hal ini tidak
denaturasi hemoglobin dan akhirnya
disebabkan overdosis nitrit, asetanilida,

305
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

fenasetin, sulfonamid dan obat-obat Asam askorbat (diberikan secara


serupa lainnya. Singkirkan intravena) dan biru metilen (Methylene
hemoglobinopati herediter. blue) telah digunakan untuk mengurangi
Diagnosis banding keracunan methemoglobinemia; biru metilen
kronis tidak tercatat dalam literature. (merupakan “drug of choice” untuk
Akan tetapi mungkin ada efek-efek methemoglobinemia akut) hendaknya
hematologis pada individu yang rentan. digunakan dengan berhati-hati (karena
Penderita hemoglobinopati efek samping akibat terapi ini dapat
herediter dan beberapa penyakit jantung berakibat anemia hemolitik) dan hanya
kongenital yang menimbulkan hipoksia, pada kasus berat (methemoglobin lebih
lebih rentan daripada yang lain. dari 30% atau pada kadar yang lebih
Pemeriksaan sebelum penempatan rendah tapi pasien menunjukkan gejala
hendaknya meliputi riwayat medis dan intoksikasi dan pasien yang memiliki
pemeriksaan fisik dengan perhatian gangguan jantung atherosklerotik),
khusus pada sistem kardiovaskular, paru- diberikan intravena 1-2 mg/kg atau 0,1-
paru dan darah. Perhatian khusus 0,2 ml/kg larutan 1% lebih dari 5 menit.
hendaknya diberikan pada kemungkinan Dilaporkan biru metilen dapat
kerentanan yang berlebih terhadap menghilangkan “Heinz Body” pada
methhemoglobinemia. anemia 8-10 jam setelah terapi. Pada
Dalam hal medis, pemeriksaan kasus iritasi mata, bilaslah mata dengan
berkala adalah sama dengan pemeriksaan air biru metilen8, (ACGIH,
,13,16,17,25
sebelum penempatan serta dilakukan 1991) .
monitor biologis pemeriksaan analisis Telah dilaporkan kematian akibat
hemoglobin darah, pemeriksaan keracunan akut berat, tetapi efek-efek
retikulosit serta kadar metabolit bahan umumnya dianggap reversible dan tanpa
dalam urin. Pemeriksaan ini biasanya sisa kerusakan. Deteksi adanya sianosis
dilakukan sekali setahun. Hasil akibat methemoglobinemia (klinis
pemeriksaan p-aminofenol urin maupun laboratorium sederhana maupun
8,14
diharapkan tidak lebih dari 50 mg/L . canggih seperti misalnya UV-detektor)
Semua anilin pada tubuh harus harus segera dilakukan dan hasilnya
dihilangkan. Segera buka dan singkirkan harus secepat mungkin didapat sehingga
semua pakaian, sarung tangan dan alas penanganan yang dilakukan dapat
kaki. Basuh seluruh tubuh (dari kepala menunjang prognosis baik pada kasus-
sampai jari kaki) dengan sabun dan air. kasus intoksikasi anilin8,26.
Beri perhatian khusus pada rambut dan Kontak kulit harus dihindari
kulit kepala, jari tangan dan kaki, lobang dengan menggunakan pakaian pelindung
hidung dan lobang telinga. Berikan termasuk sepatu boot dan sarung tangan
oksigen untuk meringankan nyeri kepala yang tak tembus. Higene perorangan
dan kelemahan umum, dan baringkan harus benar-benar diperhatikan pekerja
pasien di tempat tidur. Ukur kadar dan cara kerja maupun proses kerja yang
methemoglobin darah setiap 3-6 jam aman dari risiko pajanan harus diketahui
selama 18-24 jam. Ulangi pembersihan juga dijalankan dengan penuh kesadaran.
kulit bila kadar methemoglobin Semua pekerja hendaknya mengetahui
tampaknya meningkat setelah 3-6 jam. bagaimana mengenali tanda-tanda dini
306
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

sianosis (warna biru di hidung, bibir, 3.Mannsville. Mannsville Chemical


lobus telinga) pada teman-teman Product
kerjanya. Ventilasi harus memadai untuk Corporation. Aniline. Chemical
mengendalikan uap aniline, dan bila Product Synopsis. December
pemrosesan aniline berlangsung pada 1992. In United States
suhu tinggi, maka hendaknya diterapkan Environmental Protection Agency
system tertutup atau disediakan ventilasi EPA 749-F-95-002a December
yang sangat efektif. 1994.
Batas paparan untuk anilin di 4.Anon. Penyakit yang Disebabkan
berbagai negara berkisar antara 0,1 mg / Derivat Nitro dan Amino Toksik
m3 sampai 19 mg / m3 (ACGIH TLV dari Benzen dan Homolognya.
dan OSHA PEL: 2 ppm TWA) (ACGIH, Deteksi Dini Penyakit Akibat
1991),12. Kerja. World Health Organization.
Sangat diperlukan regulasi- EGC. Penerbit Buku Kedokteran.
regulasi yang kuat dan benar-benar 1993. P.137-41.
dijalankan dengan sangsi-sangsi yang 5.Anon. HSDB Database Record for
mengatur industri-industri yang memakai Aniline. Last Revision Date:
anilin agar pajanannya di tempat kerja 97/03/27. In CHEMINFO Chemical
benar-benar dapat di bawah NAB dan Profiles Created by Canadian
pekerja terhindar dari gangguan Centre for Occupational Health and
kesehatan sepanjang waktu kerja. Safety.
6.Tsuchiya K, Okubo T, Ishizu S. An
Simpulan
epidemiological study of
Pajanan anilin pada pekerja dapat
occupational bladder tumours in
berakibat peningkatan kadar
the dye industry of Japan. Br J
methemoglobin darah sehingga
Ind Med. 1975 Aug;32(3):203-9.
mengakibatkan hipoksia dengan segala
7.Yamamura J. Present aspects and
akibatnya terhadap berbagai jaringan
problems regarding occupational
tubuh. Belum cukup bukti efek
bladder cancer due to exposure to
karsinogenik dari pajanan kronik dari
aromatic amines. J UOEH. 1989
anilin. Monitoring biologis terhadap
Dec 1;11(4):495-504.
pajanan dapat dilakukan dengan
8.Bul'bulian MA. An epidemiological
pemeriksaan kadar p-aminofenol dalam
study of the cancer morbidity in
urin.
persons having industrial contact
Daftar Pustaka with carcinogenic amino
1.Anon. IARC Summary & Evaluation, compounds. Vopr Onkol.
Suplement7, 1987.htm. Last 1991;37(3):275-9
Update: 9 March 1998. 9.Shinka T, Sawada Y, Morimoto S,
2.Aruna D, Aswin p, Habibullah S. Acute Fujinaga T, Nakamura J, Ohkawa
Methemoglobinemia-A Common T. Clinical study on urothelial
Accupational Hazard in an tumors of dye workers in
Industrial City in Western India. J Wakayama City. J Urol. 1991
Occup Health 2001; 43: 168-71. Dec;146(6):1504-
10.ACGIH. 1991. Documentation of The
307
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Threshold Limit Values and Farmaco. 2001 Oct;56(10):799-


Biological Exposure Indices, Six 802.
edition. 20. Nair RS, Auletta CS, Schroeder RE,
11.American Conference of Johannsen FR. Chronic toxicity,
Governmental Industrial oncogenic potential, and
Hygenists, Inc., Cincinnati. OH. reproductive toxicity of p-
Pp. 256-257. nitroaniline in rats. Fundam Appl
12. Anon. NIOSH. Pocket Guide to Toxicol. 1990 Oct;15(3):607-21.
Chemical Hazards. U.S. 21. Pauluhn J. Aniline-induced
Departement of Health and methemoglobinemia in dogs:
Human Service. 1994. p. 18. pitfalls of route-to-route
13.Diane S. and Lewis RG. Hematologic extrapolations. Inhal
Principles.Goldfrank’s Toxicol. 2002 Sep;14(9):959-73.
Toxicologic Emergencies. 22. Fairbanks VF. Blue gods, blue oil,
Prentice-Hall International Inc. and blue people. Mayo Clin Proc.
1994. p.209-10. 1994 Sep;69(9):889-92.
14.Norbert PS. Amines (Aliphatic and 23. Demirel H, Koster VS, Koot MJ,
Aromatic). Occupational Ponssen HH, van Vliet AC.
Medicine Third Edition Mosby. Methemoglobinemia as an
1994. p.706-8. uncommon cause of cyanosis.
15.Joseph L. Ed. Aromatic Amines. Neth J Med. 1999 Jul;55(1):19-
Occupational Medicine. Prentice- 22.
Hall International Inc.1994. p. 24. Kubota M, Soma K, Suzuki M,
334-5. Hanada N, Takada N, Kusuhara
16.Clifton J 2nd, Leikin JB. Methylene N, Kobayashi H, Yanase N, Abe
blue. Am J Ther. 2003 Jul- T, Tomita T. [Aniline-induced
Aug;10(4):289-91. methemoglobinemia monitored by
17.Phillips D, Gradisek R, Heiselman pulse oximetry]. Nihon Kyobu
DE. Methemoglobinemia Shikkan Gakkai Zasshi. 1993
Secondary to Aniline Exposure. Jul;31(7):886-9.
Ann Emerg Med. 1990 25. Liao YP, Hung DZ, Yang DY.
Apr;19(4):425-9. Hemolytic anemia after
18.Yoshida J, Onodera H, Matsushima Y, methylene blue therapy for
Shibutani M, Maekawa A, Furuta aniline-induced
K, Takahashi M. Twenty-eight methemoglobinemia. Vet Hum
day repeated dose toxicity test of Toxicol. 2002 Feb;44(1):19-21.
m nitroaniline in F344 rats. Eisei 26. Hori Y, Nakajima M, Fujisawa M,
Shikenjo Hokoku. 1991;(109):72- Shimada K, Hirota T, Yoshioka
80. T. Simultaneous determination of
19. Medana C, Visentin S, Grosa G, propanil, carbaryl and 3,4
Fruttero R, Gasco A. Nitroanilines dichloroaniline in human serum
are the reduction products of by HPLC with UV detector
benzofuroxan system by
oxyhemoglobin (HbO2 2+).
308
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

following solid phase extraction. Mar;122(3):247-51.


Yakugaku Zasshi. 2002

PENGARUH LAMA WAKTU PENGGUNAAN GADGETTERHADAP


KEKUATAN GENGGAMAN TANGAN

Herry Christian Palit1dan Debora Anne Yang Aysia2


1
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran (Ergonomi), Fakultas kedokteran, Universitas
Udayana, Denpasar
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya
2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya
Email:herry@petra.ac.id

Abstrak

Penggunaan gadget sudah tidak lagi mengenal usia, mulai dari orang dewasa
sampai anak-anak. Anak-anak usia remaja biasanya lebih banyak menggunakan gadget
untuk bermain, di mana bisa memakan waktu sampai berjam-jam. Padahal penggunaan
gadget yang berlebihan dapat berdampak pada aktivitas anak pada usia remaja dan
gangguan kesehatan. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi adalah
melemahnya kekuatan genggaman tangan akibat penggunaan gadget yang berlebihan.
Jika kekuatan genggaman semakin lemah, maka dapat mengganggu penggunaan kerja
tangan untuk memegang alat tulis atau alat lain yang diperlukan untuk mendukung
aktivitas utamanya sebagai seorang pelajar, yaitu belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama penggunaan gadget terhadap kekuatan genggaman tangan
siswa. Percobaan dilakukan dengan metode Randomized Complete Block Design (RCBD),
di mana lama waktu penggunaan gadget sebagai faktor dan responden menjadi faktor
yang diblok. Responden adalah 30 orang siswi SMP Kristen Petra 5 dan SMPK St.
Carolus Surabaya. Jenis gadget yang digunakan adalah iPad 2dengan lama penggunaan
gadget selama 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lama waktu penggunaan gadget mempengaruhi kekuatan genggaman tangan. Semakin
lama waktu responden menggunakan gadget, maka kekuatan tangan responden semakin
melemah.

Kata kunci:kekuatan genggaman tangan, RCBD, gadget, lama waktu

gadget tidak hanya terjadi pada orang


Pendahuluan
dewasa, namun juga menjangkau anak-
Gadget merupakan salah satu alat
anak remaja. Masa remaja adalah masa
komunikasi yang paling digemari saat ini.
dimana anak-anak sedang berusaha untuk
Seiring dengan berjalannya waktu,
mencari banyak teman, salah satunya
pengguna gadget semakin meningkat
adalah melalui situs jejaring sosial
dikarenakan fungsi dan fiturnya yang
dengan menggunakan gadget. Selain itu,
semakin bervariasi. Akibatnya, makin
banyak anak-anak pada usia remaja yang
banyak orang tidak bisa lepas dari
menggunakan gadget untuk bermain.
pemakaian gadget dalam kehidupan
Salah satu bentuk gadget yang digemari
sehari-hari. Peningkatan penggunaan

309
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

oleh anak remaja adalah tablet dan Metode Penelitian


smartphone. Metode eksperimen desain yang
Penggunaan tablet dan smartphone digunakan pada penelitian ini adalah
yang berlebihan akan mempengaruhi Randomized complete block design
aktivitas anak pada usia remaja. Selain (RCBD). RCBD adalah perluasan dari
terjadinya kelelahan mata, penggunaan konsep analysis of variance (ANOVA)
gadget dalam jangka waktu yang lama dengan prinsip membagi eksperimen
dapat membuat tangan dan telapak tangan menjadi beberapa blok.Hal ini dilakukan,
menjadi kaku/nyeri dan kesemutan. Hal karena terdapat nuisancefactorsyang
ini disebabkan karena adanya kerja otot keberadaannya diketahui dan dapat
statis yang berlangsung terus-menerus, dikontrol, namun bukanlah tujuan
sehingga menghambat distribusi aliran penelitian (Montgomery, 2005). Faktor
darah ke anggota tubuh (Kroemer, 2017). yang digunakan dalam eksperimen ini
adalah lama waktu penggunaan gadget,
Selain itu, ketika menggunakan
sedangkan faktor yang diblok adalah
gadget, maka kebanyakan didominasi
responden. Respon dalam eksperimen ini
oleh gerakan jempol dan pergelangan
adalah perbedaan kekuatan genggaman
tangan, sehingga bagian tubuh ini dapat
tangan siswa SMP setelah melakukan
menjadi sakit akibat digunakan berulang
menggunakan tablet dalam jangka waktu
kali. Hal ini dapat menimbulkan iritasi
yang ditentukan.
atau peradangan pada tendon pergelangan
tangan di pangkal jempol atau disebut Tipe gadget yang digunakan pada
juga DeQuervain’s Stenosing penelitian ini adalah iPad 2. Hal ini
Tenosynovitis (Yip, 2009). didasarkan pada hasil survey yang
dilakukan pada responden, di mana
Gangguan lain yang mungkin bisa
sebagian besar responden memiliki iPad
terjadi yaitu melemahnya kekuatan
2. Alasan pemilihan iPad 2 adalah: (1)
genggaman tangan akibat penggunaan
Memiliki massa sebesar 601 gram,
tablet dan smartphone yang terlalu lama
sehingga cukup berat dibandingkan
dalam sekali penggunaan. Kekuatan
gadget lainnya untuk digunakan dalam
genggaman yang semakin lemah dapat
jangka waktu yang lama; (2) Memiliki
mengganggu penggunaan kerja tangan
layar yang cukup lebar yaitu 9,7 inchi,
untuk memegang alat tulis atau alat lain
sehingga memerlukan gerakan jari yang
yang diperlukan untuk mendukung
lebih banyak dibandingkan dengan
aktivitas utamanya sebagai seorang
gadget yang memiliki layar berukuran
pelajar, yaitu belajar. Hasil penelitian
kecil.
terbaru menunjukkan bahwa kekuatan
genggaman tangan dapat menjadi Penelitian dilakukan terhadap 30
indikator untuk mengidentifikasi panjang orang siswi yang berasal dariSMP
pendeknya usia seseorang dan resiko Katolik St. Carolus dan SMP Kristen
terkena serangan jantung (Anna, 2015). Petra 5, di mana responden memiliki
Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (18,5
Penelitian ini dilakukan untuk
– 25). Aktivitas yang dilakukan pada
mengetahui apakah lama waktu
eksperimen ini yaitu bermain gameTap
penggunaan gadget berpengaruh terhadap
Titans.Game ini dipilih karena mudah
kekuatan genggaman tangan. Untuk
dimainkan, menggunakan kedua tangan
mengetahui perbedaan kekuatan
secara terus menerus, tidak
genggaman tangan, maka pengukuran
membosankan dan sesuai dengan usia
kekuatan genggaman tangan dilakukan
anak SMP. Game ini dimainkan dengan
sebelum dan sesudah menggunakan
gadget dalam jangka waktu tertentu. cara melakukan penekanan secara terus-
menerus dalam waktu yang relatif cepat
dan tanpa henti dengan menggunakan
310
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kedua jempol, sedangkan jari yang lain respondendiukur kembali, di mana


memegang iPad tersebut. dilakukan sebanyak 3 kali
Setiap responden melakukan pengukuran dan diambil nilai
eksperimen sebanyak tiga kali. Hal ini kekuatan genggaman tangan terbesar.
berdasarkan pada penentuan level dari 7. Responden diberikan waktu isitirahat
lama waktu penggunaan gadget yaitu 10 selama 30 menit untuk
menit, 15 menit, dan 20 menit. Penentuan mengembalikan kekuatan genggaman
level terendah sebesar 10 menit ini tangannya.
didasarkan pada hasil pra-eksperimen, di 8. Responden diberikan
mana diketahui bahwa pada lama waktu treatment/perlakuan yang berikutnya
penggunaan gadget selama 5 menit tidak dengan tahapan yang sama (langkah 1
terdapat perbedaan kekuatan genggaman – 7) sampai semua treatment selesai
tangan yang signifikan. Dengan dilakukan.
demikian, level terendah pada eksperimen
dimulai dari 10 menit. Pembahasan
Pengolahan data dilakukan dengan
Tahapan Prosedur Penelitian software minitab 16, di mana hasil
Penelitian ini mengikuti tahapan pengujian ANOVA dapat dilihat
prosedur sebagai berikut: padaGambar 1.
1. Sebelum percobaan dimulai briefing
singkat diberikan kepada responden
yang terpilih tetang tata cara
pelaksanaan eksperimen.
2. Responden diarahkan pada tempat
pelaksanaan eksperimen yang kurang
lebih sama, di mana lokasi yang
digunakan memiliki tingkat suhu,
pencahayaan, dan kebisingan yang
relatif sama.
3. Mengukur kekuatan genggaman
tangan responden sebelum
eksperimen (sebanyak 3 kali, di mana Gambar 2. Hasil pengujian ANOVA (1)
diambil nilai yang terbesar)
4. Mengarahkan dan memastikan posisi Hipotesa yang digunakan pada penelitian
responden saat menggunakan gadget ini adalah:
sudah seragam, yaitu posisi duduk H0: µ1=µ2=µ3 yang berarti bahwa tidak
tegak. Posisi duduk dipilih karena ada perbedaan kekuatan genggaman
posisi tersebut lebih nyaman bagi tangan siswa untuk ketiga level lama
responden dan tidak mengakibatkan penggunaan gadget.
efek kelelahan yang berlebihan. H1: µ1≠µ2≠µ3 yang berarti bahwa ada
Gadget diletakkan sejajar dengan perbedaan kekuatan genggaman tangan
tinggi perut dengan posisi kedua siswa untuk ketiga level lama
tangan ditopang oleh kedua paha. penggunaan gadget.
5. Responden melakukan eksperimen
dengan pengawasan, di mana Hasil pengujian ANOVA tersebut
responden dimonitor untuk menunjukkan bahwa P value sebesar
memastikan waktu eksperimen 0,000. Dengan penggunaan nilai alpha
berjalan sesuai prosedur. sebesar 0,05, maka hal ini berarti bahwa
6. Setelah menyelesaikan satu treatment yang diberikan mempengaruhi
treatment, maka kekuatan genggaman respon eksperimen secara signifikan.

311
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Atau dengan kata lain dapat dikatakan


bahwa terdapat perbedaan kekuatan
genggaman tangan siswa untuk ketiga
level lama penggunaan gadget. Jadi lama
penggunaan gadget mempengaruhi
kekuatan genggaman tangan siswi SMP
secara signifikan.
Untuk responden yang menjadi
block pada eksperimen ini menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan atas
respon (P value> 0,05). Hal ini berarti Gambar 3.Main effect plot setiap level
perbedaan responden tidak
mempengaruhi kekuatan genggaman
tangan secara signifikan. Hal ini Kesimpulan
dikarenakan responden yang dipilih Penelitian ini memberikan
memiliki jenis kelamin yang sama dan rekomendasi untuk membatasi lama
IMT yang berada pada range yang sama waktu penggunaan gadget pada anak-
pula. Dengan demikian terjadinya efek anak. Hal ini didasarkan pada hasil
perbedaan kekuatan genggaman tangan penelitian yang menunjukkan bahwa
lebih disebabkan karena faktor lama lama pemakaian gadget berpengaruh
penggunaan gadget, dan bukan dari secara signifikan terhadap kekuatan
faktor responden. genggaman tangan siswa. Kekuatan
genggaman tangan menurun seiring
Hasil dari pengujian ANOVA juga
dengan naiknya lama waktu penggunaan
menunjukan bahwa kekuatan genggaman
gadget. Dengan demikian para orang tua
tangan siswi SMP mengalami penurunan
dan tenaga pendidik perlu membatasi dan
dari treatment yang pertama (level 10
mengendalikan penggunaan gadget dari
menit) hingga treatment yang terakhir
anak-anaknya untuk mengurangi resiko
(level 20 menit). Hasil dan rata-rata
gangguan kesehatan yang tidak
treatment dapat dilihat pada Gambar 2.
diinginkan.
Daftar Pustaka
Anna, L. K. (2015). Mengukur Kesehatan
dari Kuatnya Genggaman Tangan?.
Available from:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2
015/08/mengukur-kesehatan-dari-
kuatnya-genggaman-tangan

Gambar 2. Hasil pengujian Kroemer, K.H.E. 2017. Fitting the


ANOVA (2) human: introduction to
ergonomics/human factors engineering.
Hasil dari main effect plot pada Seventh edition. Boca Raton: CRC Press
Gambar 3 menunjukkan bahwa kekuatan (Taylor & Francis group).
genggaman tangan siswi SMP semakin
menurun seiring dengan peningkatan Montgomery, D.C. (2005) Design and
lama waktu penggunaan gadget. Rata- Analysis of Experiments, John Wiley &
rata kekuatan genggaman tangan yang Sons.
paling rendah diperoleh pada level
penggunaan gadget selama 20 menit. Yip, K. (2009). DeQuervain’s Stenosing
Tenosynovitis. Available from

312
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

http://bone.co.id/2011/02/17/dequervains-
stenosing-tenosynovitis

TINGKAT PENGETAHUAN DAN PRAKTEK PENGGUNAAN ALAT


PELINDUNG DIRI (APD) PEGAWAI INSTALASI GIZI DI RUMAH
SAKIT TINGKAT II UDAYANA DENPASAR

Kadek Rendra Prastia1), Ni Nengah Ariati, SST.,M.Erg2), Ida Ayu Eka Padmiari,
SKM,.M.Kes3) , Ni Made Dewantari, SKM.M.For4),
1)
AlumniJurusan Gizi Poltekkes Denpasar
2)
Mahasiswa Prodi S-3 Ilmu Kedokteran Universitas Udayana
3,4)
Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar

Abstrak

Dalam setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja. Salah satu cara untuk mengurangi bahaya yang ada pada setiap bagian
pekerjaan adalah dengan memberikan perlindungan kepada pekerja berupa Alat
Pelindung Diri (APD). Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Tingkat II Udayana, diketahui bahwa pemakaian APD tenaga kerja pramusaji dan
tukang masak di bagian gizi masih belum lengkap atau belum sesuai dengan ketentuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan praktek
penggunaan APD pada pegawai Instalasi Gizi di Rumah Sakit Tingkat II Udayana
Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilaksanakan pada
bulan Juni 2016 melibatkan 25 orang sampel yang terdiri dari ahli gizi, juru masak dan
pramusaji. Pengukuran terhadap pengetahuan dilakukan dengan memberikan kuesioner
dan praktek penggunaan APD diukur dengan menggunakan form check list. Hasil
penelitian menunjukan tingkat pengetahuan responden tentang penggunaan APD adalah
sebagian besar sampel (88%) dengan tingkat pengetahuan penggunaan APD Baik, dan
sisanya 12% dengan tingkat pengetahuan cukup. Pengamatan selama 7 hari berturut turut
didapatkan sebagian besar sampel (80%) tidak lengkap menggunakan APD dan sisanya
20% menggunakan APD dengan lengkap. Disarankan supaya dilaksanakan pelatihan
ataupun penyuluhan kepada para pegawai akan pentingnya penggunaan APD serta,
diharapkan ada pemantauan terhadap penggunaan APD dalam meningkatkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).

Kata Kunci: Pengetahuan, Penggunaan APD

Pendahuluan tahun 2003). Badan Pusat Statistik (BPS)


Tenaga kerja merupakan sejumlah mencatat jumlah penduduk yang bekerja
penduduk yang dianggap dapat dan di Indonesia pada Februari 2014
sanggup bekerja. Persyaratan usia kerja mencapai 118,2 juta orang atau
Tenaga kerja yang berlaku di Indonesia bertambah 1,7 juta orang dibandingkan
adalah berumur 15-64 tahun (UU NO 13 kondisi pada Februari 2013.

313
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dalam setiap pekerjaan selalu manusia adalah faktor yang paling


mengandung potensi resiko bahaya dalam penting dalam suatu proses produksi.
bentuk kecelakaan kerja. Jumlah kasus Manusia sebagai tenaga kerja yang dapat
akibat kecelakaan kerja tahun 2011-2014 menimbulkan kecelakaan kerja yang
adalah sebagai berikut: pada tahun 2011 berdampak cacat sampai meninggal
tercatat sebanyak 9.891 kasus, meningkat (Harwanti, 2009).
menjadi 21.735 tahun 2012, yang paling Berdasarkan hasil observasi awal
tinggi pada 2013 yaitu 35.917, dan tahun yang dilakukan di Rumah Sakit Tingkat
2014 menurun sedikit menjadi 24.910 II Udayana, diketahui bahwa tenaga kerja
(BPS, 2014).Masih tingginya kasus pramusaji dan tukang masak di bagian
kecelakaan kerja ini salah satunya gizi belum pernah diberikan pembekalan
disebabkan karena belum optimalnya dan pelatihan tentang K3 khususnya
tingkat pemahaman dan kesadaran akan APD, pemakaian APD yang masih belum
kesehatan dan keselamatan kerja baik di lengkap atau belum sesuai dengan
kalangan pelaku usaha maupun pekerja ketentuan. Pelatihan APD sangat penting
itu sendiri di tempat kerja. diberikan kepada pekerja untuk
Rumah sakit adalah industri yang meningkatkan kualitas pelayanan
bergerak di bidang pelayanan jasa makanan yang diberikan kepada pasien
kesehatan yang tujuan utamanya khususnya dalam menjamin hygiene dan
memberikan pelayanan jasa terhadap sanitasi makanan. Oleh karena itu peneliti
masyarakat sebagai usaha meningkatkan ingin mengetahui gambaran pengetahuan
derajat kesehatan yang setinggi- dan penggunaan APD pegawai Instalasi
tingginya. Dalam setiap proses pelayanan Gizi dalam penyelenggaraan makanan
kesehatan di rumah sakit, terlihat adanya Rumah Sakit.
faktor-faktor yang saling berinteraksi Berdasarkan uraian diatas maka
meliputi pasien, tenaga kerja, mesin, dapat dibuat suatu rumusan masalah:
lingkungan kerja, cara melakukan “Bagaimanakah Tingkat pengetahuan dan
pekerjaan serta proses pelayanan praktek penggunaan alat pelindung diri
kesehatan itu sendiri. Salah satu upaya (APD) pegawai Instalasi Gizi di Rumah
dalam memberikan perlindungan tenaga Sakit Tingkat II Udayana Denpasar?”
kerja terhadap Keselamatan dan Adapun tujuan dilaksanakan penelitian
Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit ini adalah untuk mengetahui tingkat
adalah dengan cara memberikan APD. pengetahuan dan praktek penggunaan
Pemberian APD kepada tenaga kerja, APD pada pegawai Instalasi Gizi di
merupakan upaya terakhir apabila upaya Rumah Sakit Tingkat II Udayana
rekayasa (engineering) dan cara kerja Denpasar.
yang aman (work practices) telah
maksimum dilakukan. Metode Penelitian
Keselamatan kerja harus benar- Penelitian ini merupakan
benar diterapkan dalam suatu rumah sakit penelitian observasional, dimana subjek
dimana di dalamnya tenaga kerja diamati tanpa diberikan perlakuan.
melakukan pekerjaannya. Bukan hanya Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni
pengawasan terhadap mesin, dan 2016 di Instalasi Gizi Rumah Sakit
peralatan lain saja tetapi yang lebih Tingkat II Udayana. Populasi dalam
penting pada manusia atau tenaga penelitian ini adalah seluruh pegawai
kerjanya. Hal ini dilakukan karena Instalasi Gizi terdiri dari Ahli Gizi, Juru

314
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Masak dan Pramusaji yang berjumah 28 melakuan pengindraan terhadap objek


orang dan semuanya ditetapkan sebagai tertentu. Pengindraan terjadi melalui
sampel. Pengukuran terhadap panca indra manusia, yaitu indra
pengetahuan dilakukan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman
memberikan kuesioner dan praktek perasa, dan peraba. Sebagaian besar
penggunaan APD diukur dengan pengetahuan manusia diperoleh melalui
menggunakan form check list. Data penglihatan dan telinga
pengetahuan sampel diolah dengan cara (Notoatmodjo,2010). Pengetahuan atau
setiap jawaban benar diberikan skor 1 kognitif merupakan domain yang sangat
dan untuk jawaban salah diberikan skor penting dalam membentuk tindakan
0. Skor yang diperoleh pada tiap-tiap seseorang (overt behavior). Karena dari
pertanyaan dijumlahkan kemudian dibagi pengalaman dan penelitian ternyata
dengan skor maksimal lalu dikalikan perilaku yang didasarkan oleh
100%, kemudian dikelompokkan menjadi pengetahuan akan lebih langgeng
baik, cukup, dan kurang. Data praktek daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pemakaian APD diolah dengan merekap pengetahuan. Hasil penelitian
data yang ada pada form check list. pengetahuan ini terlihat dari 25 sampel,
menunjukan sebagian besar (88%)
Pembahasan sampel berada pada kategori pengetahuan
1. Tingkat pengetahuan penggunaan baik.Hal ini sesuai dengan penelitian
APD Rinawati, dkk (2016) yang meneliti
Dari 28 orang pegawai Instalasi tingkat pengetahuan terhadap pemakaian
Gizi Rumah Sakit Tingkat II Udayana APD sebagai upaya pencapaian zero
yang rencananya digunakan sebagai accident di PT X mendapatkan sebagian
sampel, karena alasan tertentu, terdapat besar sampel (61,8%) dengan tingkat
tiga orang mengundurkan diri sehingga pengetahuan tinggi, sisanya 38,2%
jumlah sampel yang diteliti sebanyak 25 dengan tingkat pengetahuan rendah.
orang. Dari 25 sampel yang diteliti, Penelitian lainnya tentang pengetahuan
sebagian besar (88%) sampel dengan penggunaan APD juga dilakukan oleh
pengetahuan penggunaan APD baik, Repi, dkk (2015) mendapatkan 62,8%
sebaran tingkat pengetahuan sampel sampel dengan tingkat pengetahuan baik,
tentang penggunaan APD disajikan pada dan 37,2% dengan tingkat pengetahuan
tabel 1. kurang.

Tabel 1 2. Hasil pengamatan praktek


Sebaran Tingkat Pengetahuan Sampel penggunaan APD
tentang Penggunaan APD Hasil pengamatan yang didapat
Tingkat selama 7 hari berturut-turut terhadap Ahli
No n %
Pengetahuan Gizi, juru masak, dan pramusaji di dapat
1 Baik 22 88 hasil sebagai berikut.
2 Cukup 3 12 a. Dari 2 orang sampel Ahli Gizi yang
3 Kurang 0 0 diteliti semuanya sudah menggunakan
Jumlah 25 100 APD dengan lengakap dan benar.
b. Dari 6 orang Juru Masak yang
Pengetahuan merupakan hasil diamati, penggunaan APD yang
dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang lengkap oleh semua sampel terjadi

315
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pada hari ke enam sedangkan pada Selengkapnya data praktek


hari lainnya terdapat beberapa sampel penggunaan APD oleh pegawai Instalasi
yang tidak menggunakan APD Gizi terlihat seperti pada tabel 2.
dengan lengkap.
c. Dari 17 orang sampel Pramusaji yang
diamati belum ada yang
menggunakan APD dengan lengkap.
Tabel 2
Sebaran Praktek Penggunaan APD Sampel

Tidak
Lengkap Jumlah
No Penggunaan APD Lengkap
n % n % n %
1 Ahli Gizi 2 100 0 0 2 100
2 Juru Masak 3 50 3 50 6 100
3 Pramusaji 0 0 17 100 17 100

APD didefinisikan sebagai alat beberapa faktor seperti tidak memiliki


yang digunakan untuk melindungi sepatu yang sesuai, tidak menggunakan
pekerja dari luka atau penyakit yang masker karena mereka beranggapan
diakibatkan oleh adanya bahaya di tempat makanan sudah aman dan sudah di
kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, bungkus dengan plastik warp.
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainya. APD dipakai jika telah dilakukan 3. Keterkaitan tingkat pengetahuan
usaha yang maksimum terhadap rekayasa penggunaan APD dengan praktek
(engineenering) dan cara kerja aman penggunaan APD.
(work practice). Namun pemakaian APD Berdasarkan hasil penelitian
bukanlah pengganti dari kedua usaha diperoleh bahwa distribusi tingkat
tersebut tetapi sebagai usaha terakhir penggunaan APD menurut pengetahuan
dalam upaya melindungi tenaga kerja. penggunaan APD yaitu semua pegawai
Dari 20 sampel yang tidak dengan tingkat pengetahuan penggunaan
lengkap menggunakan APD dalam APD yang tergolong cukup, tidak
pengamatan selama 7 hari berturut-turut, menggunakan APD dengan lengkap dan
terdapat 3 orang (50%) Juru Masak tidak hannya 23% sampel dengan tingkat
menggunakan APD dengan lengkap pengetahuan baik menggunakan dengan
disebabkan karena beberapa faktor lengkap saat bekerja. Data kaitan
seperti, lupa menggunakan, tidak punya pengetahuan penggunaan APD dengan
dan APD yang disediakan sudah habis. praktek penggunaan APD seperti pada
Sedangkan pada bagian pramusaji belum tabel 3.
satupun yang menggunakan APD dengan
lengkap. Hal ini disebabkan oleh

Tabel 3
Sebaran keterkaitan tingkat pengetahuan penggunaan APD
dengan praktek penggunaan APD

316
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Penggunaan APD
Jumlah
No Tingkat Pengetahuan Lengkap Tidak Lengkap
n % n % n %
1 Baik 5 23 17 77 22 100
2 Cukup 0 0 3 100 3 100
3 Kurang 0 0 0 0 0 0
Dampak yang dapat ditimbulkan Perilaku yang didasari pengetahuan yang
ketika tidak menggunakan APD dengan baik lebih langgeng dari perilaku yang
lengkap akan meningkatkan resiko tidak didasari pengetahuan.
terjadinya bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja. Hal ini terjadi karena
penggunaan APD merupakakn upaya
terakhir dalam rangkaian pemberian Simpulan
perlindungan tenaga kerja terhadap 1. Dari 25 sampel yang diamati, terdapat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 22 sampel (88%) dengan tingkat
apabila upaya rekayasa dan cara kerja pengetahuan baik dan 3 sampel (12%)
yang aman maksimum dilakukan. dengan tingkat pengetahuan cukup.
Dampak yang dapat ditimbulkan 2. Hasil pengamatan terhadap praktek
bila tidak menggunakan APD seperti penggunaan APD tujuh hari berturut-
apabila tidak menggunakan penutup turut didapatkan Ahli Gizi lengkap
kepala maka rambut dapat jatuh ke dalam
setiap hari menggunakan APD, 50%
makanan yang akan menimbulkan
juru masak tidak lengkap
kontaminasi pada makanan tersebut,
menggunakan APD, dan 100%
meggunakan sepatu yang tidak sesuai
atau licin saat digunakan maka dapat pramusaji tidak lengkap
menimbulkan bahaya tergelincir saat menggunakan APD.
bekerja. 3. Pegawai dengan tingkat pengetahuan
Dalam penelitian ini yang baik tentang penggunaan APD
menunjukkan kecenderungan semakin tidak seluruhnya menggunakan APD
tinggi tingkat pengetahuan, maka dengan lengkap setiap hari.
semakin baik tingkat kepatuhannya,
terlihat dari semua Ahli Gizi selalu
Daftar Pustaka
menggunakan APD saat bekerja dalam
BPS. 2014, Tenaga kerja. (online). (cited.
pengamatan selama tujuh hari berturut-
2016Maret 15). Available at.
turut. Hal ini sesuai dengan teori yang https://antaranews.com/berita/43268
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) 5/bps-jumlah-penduduk-bekerja-
yang mengatakan pengetahuan atau capai-1182-juta(15/11/2015)
kognitif merupakan domain yang sangat Harwanti N. 2009. Pemakaian Alat
penting dalam membentuk tindakan Pelindung Diri Dalam Memberikan
seseorang (overt behavior). Hal ini juga Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di
didukung oleh Niven (2002) bahwa Instalasi Rawat Inap I Rsup Dr.
kepatuhan merupakan unsur perilaku Sardjito Yogyakarta; skripsi,
kesehatan. Perilaku kesehatan adalah Universitas Sebelas Maret Surakarta
suatu aktivitas yang dilakukan oleh 2009.
individu yang meyakini dirinya sehat Notoatmodjo S. 2010, Ilmu Prilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
untuk tujuan mencegah penyakit.

317
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

Niven. 2008. Psikologi Kesehatan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung


Pengantar Untuk Perawat dan Diri pada Tenaga Kerja di PT Tropica
Profesional. Jakarta: EGC Cocoprima Desa Lelema Kecamatan
Rinawati, S, Nilan Nur Widowati, dan Tumpaan Kabupaten Minahasa
Eka Rosanti. 2016. Pengaruh Selatan.(online). (cited. 2017
Tingkat Pengetahuan Terhadap Agustus15). Available from:
Pelaksanaan Pemakaian Alat https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
Pelindung Diri Sebagai Upaya /kesmas/
Pencapaian Zero Accident di PT X. article/download/12681/2280
(online). (cited. 2017 Agustus 15). UU No. 13 Tahun 2003. 2003.
Available from: https://ejournal. Ketenagakerjaan. (online). (cited.
unida.gantor.ac.id/index.php/JIHOH/ 2016Maret 15). Available at.
article/download/606/619 https://hukum.unsrat.ac.id/
Repi, A.A, Johan Josephus, dan AJM uu/uu_13_03.htm
Ratu. 2015. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap dengan

318
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

PENERAPAN WORK IMPROVEMENT IN SMALL


ENTERPRISES(WISE) UNTUK PERBAIKAN KONDISI KERJA dan
K3 UKM JAWA TIMUR

Dyah Santhi Dewi, Srigunani Partiwi, Arief Rahman, Anny Maryani


Departemen Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
Email:dyah@ie.its.ac.id

Abstrak

Perusahaan-perusahaan usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran penting


dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kontribusi UKM secara signifikan berpengaruh
pada produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, pengembangan ekonomi
pedesaan, dan industrialisasi. Meskipun UKM memiliki peranan cukup penting dalam
pembangunan ekonomi, pada kenyataannya, UKM di Indonesia masih menghadapi
beberapa masalah salah satunya adalah tentang permasalahan K3. K3 sekarang telah
menjadi salah satu persyaratan dalam dunia usaha, dan telah ditetapkan dalam peraturan
pemerintah. Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan kondisi kerjadan K3 UKM secara
terus menerus. Perbaikan kondisi kerja dan K3 UKM dapat dilakukan melalui pelatihan
dan pembinaan dengan mengadopsi prinsip WISE. Modul WISE adalah modul yang
dikembangkan oleh ILO dan telah sukses diterapkan di beberapa negara seperti India,
Yordania dan Vietnam. Prinsip WISE juga telah diterapkan di Indonesia, namun
penerapannya masih belum banyak melibatkan lembaga terkait yang menentukan
kesuksesan usaha UKM. Untuk itu, penerapan WISE ini dilakukan dengan bekerjasama
dengan pihak institusi perbankan. Paper ini akan memaparkan upaya perbaikan UKM
Jawa Timur khususnya Gresik, Tulungagung dan ....

Kata kunci:K3, UKM, WISE


.
produk dan jasa (yaitu tuntutan untuk
Pendahuluan
biaya yang lebih rendah, kualitas yang
Perusahaan-perusahaan usaha kecil
lebih tinggi), infrastruktur (fasilitas
dan menengah (UKM) memiliki peran
tempat usaha, peralatan kerja)
penting dalam pembangunan ekonomi
ketersediaan bahan baku (yaitu kualitas
Indonesia.Meskipun demikian, pada
dan kecepatan pengiriman) dan sulitnya
kenyataannya, UKM di Indonesia masih
UKM memiliki dan mendapatkan
menghadapi beberapa masalah, termasuk
bantuan modal usaha.
didalamnya kemampuan dalam
manajemen usaha/produksi, penguasaan Di samping contoh-contoh diatas,
teknologi, pemasaran, dan pendanaan. salah satu masalah yang paling umum
Beberapa contoh yang dapat diberikan yang dihadapi oleh UKM di Indonesia
adalah kurangnya UKM dalam adalah terkait kesadaran akan
pemahaman bagaimana mengelola sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
kerja dan proses produksi dengan lebih K3 merupakan salah satu faktor yang
efektif dan efisien; rendahnya skill seharusnya menjadi bagian yang
pekerja (keterampilan yang rendah, terintegrasi dalam aktifitas dunia kerja.
kurangnya motivasi kerja, dan Penerapan K3 yang baik dipercaya dapat
ketidakhadiran), terbatasnya akses membantu pihak perusahaan untuk
terhadap informasi; penguasaan pasar meningkatkan produktifitas, kesehatan
dan image perusahaan. Di beberapa
319
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

negara maju, K3 bahkan sudah menjadi kepada UKM, sebagian besar UKM
salah satu persyaratan atau kebutuhan masih mengalami beberapa kesulitan
dunia usaha yang telah diatur dalam suatu dalam meningkatkan produktivitas
regulasi pemerintah dan bersifat wajib mereka yang pada akhirnya
dan mengikat. Di Indonesia sendiri mempengaruhi kemampuan mereka
peraturan pemerintah telah ditetapkan untuk membayar pinjaman mereka.
untuk penerapan K3 dalam dunia usaha. Terkait dengan hal tersebut maka
Namun sayangnya penerapannya lebih diperlukan suatu upaya untuk membantu
banyak diaplikasikan dan difokuskan UKM dalam memperbaiki kondisi
untuk perusahaan menengah keatas, kerjanya dalam rangka meningkatkan
sementara untuk UKM masih belum produktifitasnya. Penerapan K3
diaplikasikan dengan baik. dipercaya dapat meningkatkan keamanan
Terkait dengan kondisi kerja UKM, dan kenyamanan di lingkungan kerja,
terdapat beberapa hal yang menjadi yang pada akhirnya dapat membantu
perhatian beberapa pihak: UKM dalam memperbaiki kondisi
1. Kondisi kerja of UKM di Indonesia, kerjanya, meningkatkan produktifitas
khususnya di Jawa Timur, masih jauh untuk mendorong bisnis dan kinerja
dari pekerjaan yang layak yang ideal. keuangannya.
Ada banyak kegiatan yang dilakukan Perbaikan kondisi kerja UKM telah
tanpa mempertimbangkan aspek banyak dilakukan oleh berbagai pihak.
keselamatan dan kesehatan. Sebagai Namun upayakan perbaikan yang
contoh, adalah sangat umum untuk melibatkan institusi keuangan belum
menemukan pekerja melakukan banyak dilakukan. Untuk itu atas inisiasi
pekerjaan mereka dalam kondisi kerja ILO bekerja sama pihak perguruan tinggi
yang berbahaya. Juga, pekerja dan lembaga keuangan dilakukan suatu
biasanya bekerja dalam kondisi kerja penelitian terkait upaya perbaikan kondisi
yang tidak nyaman, seperti, ruang kerja UKM. Kegiatan penelitian ini
kerja yang buruk, tidak ergonomis terdiri dari beberapa tahapan. Salah
bekerja alat/peralatan dan satunya adalah kegiatan pelatihan UKM.
pencahayaan yang tidak cukup untuk Paper ini khusus untuk memaparkan
periode waktu yang panjang (Gambar kegiatan ini. Tujuan umum dari kegiatan
1). Hal ini dapat meningkatkan ini adalah untuk mempromosikan prinsip
kecelakaan kerja atau masalah K3, untuk meningkatkan kesadaran
kesehatan yang akan berdampak tentang isu-isu K3, dan untuk mendidik
negatif terhadap produktivitas UKM UKM tentang prinsip prinsip dasar K3
dan kesehatan pekerja. Pendidikan yang memungkinkan mereka untuk
yang rendah, rendahnya kesadaran memperbaiki praktek kerja mereka saat
keselamatan kerja, tidak tersedianya ini.
dana yang cukup, dan manajemen Manfaat diperoleh dari kegiatan ini
keselamatan yang buruk adalah diharapkan pertama, dapat meningkatkan
beberapa faktor yang berkontribusi kesadaran UKM khususnya klien institusi
terhadap kondisi kerja yang tidak perbankan akan pentingnya K3 bagi
aman dan tidak efektif ini. usaha mereka. Kedua, untuk
2. UKM di Jawa Timur masih memiliki meningkatkan kondisi kerja klien yang
masalah keuangan. memungkinkan mereka untuk
Ketidaktersediaanya dana meningkatkan produktivitas mereka
mempengaruhi kurangnya perhatian proses/efisiensi hanya dengan
UKM pada masalah K3.Terlepas dari meningkatkan beberapa produksi mereka
kenyataan bahwa dukungan keuangan atau kondisi kerja. Manfaat tambahan
dan non-keuangan telah diberikan
320
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

dapat juga diperoleh melalui dan manajemen risiko terkait tempat


pengembangan keterampilan dan kerja. Untuk tujuan ini, data primer
kemampuan staf institusi perbankan. dikumpulkan melalui survei baseline.
Survei baseline dilakukan 8 wilayah,
meliputi: Tulungagung, Trenggalek,
Ponorogo, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik,
Magetan, dan Nganjuk. Survei baseline
dilakukan oleh 12 surveyor di bawah 5
supervisor. Surveyor dilatih untuk
meningkatkan pemahaman mereka
tentang tujuan program, teori K3,
instrumen survei dan mekanisme survei.
Respondennya adalah klien Bank yang
secara khusus melakukan proses
manufaktur untuk bisnis mereka yang
berarti mereka mengolah bahan baku
menjadi bahan jadi. Prosesnya
melibatkan orang, bahan baku, bahan
pembantu, mesin, peralatan, dan
peralatan. Dalam jenis usaha tertentu,
Gambar 1. Kondisi kerja UKM ditengarai akan dijumpai banyak hazard
yang berpotensi mempengaruhi kinerja
Metode Penelitian pekerja dan operasi bisnis. Instrumen
Upaya perbaikan kondisi kerja dan utama yang digunakan dalam survei ini
K3 terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: adalah Kuesioner. Sampel didefinisikan
1. Persiapan melalui beberapa tahap sebagaimana
2. Survei dasar ditunjukkan dalam Gambar 2. Jumlah
sampel awal yang direncanakan adalah
3. Pelatihan (ToT dan ToC) 521 klien Bank, terdiri dari 318 klien
4. Implementasi dan Monitoring K3 sebagai kelompok sasaran (TG) dan 203
5. Survei akhir klien sebagai kelompok kontrol (CG),
UKM yang ditargetkan untuk yang tersebar di 8 cabang UKM Bank.
kegiatan ini adalah klien dari Bank Sample Method Count
UMKM Jatim. Hal ini dimaksudkan agar
terdapat kerjasama antara pihak finansial Bank UMKM
Purposive 8 Branches
Branches
dengan klien dalam upaya untuk
memperbaiki produktifitas klien melalui
penerapan K3. Para staf dari Bank
Client Bank
UMKM yang sering berhubungan dengan UMKM
Random CG : 203 clients
TG : 318 clients
klien akan menjadi pihak yang tepat CG&TG

untuk mempromosikan pelaksanaan K3.


Untuk melakukannya, staf bank juga
perlu dilatih tentang prinsip prinsip dasar Gambar 2. Proses Pemilihan
dan metode K3. Responden
Langkah pertama dari upaya Langkah selanjutnya adalah
perbaikan adalah mengumpulkan melakukan pelatihan training for client
informasi tentang karakteristik klien (ToC). Pelatihan dan pembinaan K3
Bank UMKM yang ada termasuk UKM dilakukan dengan menggunakan
aktivitas sosial klien klien, produktivitas, modul WISE. Modul WISE adalah modul
pendapatan, dan produksi; kondisi kerja; yang dikembangkan oleh ILO dan telah

321
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

diterapkan di beberapa negara seperti yang memberikan manfaat langsung


India, Yordania dan Vietnam. Modul kepada pemilik dan pekerja. Program
WISE terdiri dari 7 modul utama yang WISE ini telah dilaksanakan di beberapa
telah disusun sesuai dengna kebutuhan UKM yang terdapat di beberapa negara
dan kondisi kerja UKM. Asia dan Amerika. Sejak dimulai pada
Langkah kedua adalah melakukan tahun 1980, WISE telah berhasil
baseline survei di wilayah terpilih diperkenalkan di lebih dari 20 negara.
(Gambar 3). Kemudian dilakukan Metode ini memberikan saran praktis
kegiatan training for trainer (ToT) dengan bagi pemilik UKM untuk meningkatkan
tujuan melatih staf Bank UMKM dalam kondisi kerja di perusahaan mereka [1].
melakukan proses pembinaan kepada Program WISE mencakup
UKM terkait perbaikan kondisi kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja dan
K3. Kondisi fisik dan sosial pekerja.
Beberapa prinsip dasar dalam metode
WISE ini adalah :
 Membangun praktek local
 Menggunakan konsep proses belajar
dengan melalui proses pengerjaan
 Mendorong pertukaran pengalaman
 Menghubungkan kondisi kerja
dengan tujuan manajemen lainnya
 Fokus pada pencapaian
 Mempromosikan pekerja yang terlibat
Beberapa cakupan pembahasan
metode WISE adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Distribusi wilayah UKM
yang menjadi amatan 1. Lingkungan kerja fisik
a. Penyimpanan bahan dan perpindahan
bahan.
Setelah kegiatan ToC tersebut,
b. Desain tempat kerja
klien kemudian didorong dan dimotivasi
c. Keamanan mesin yang digunakan
untuk menerapkan prinsip K3 yang telah
d. .Kontrol terhadap bahan bahan
diajarkan di tempat kerja mereka. Untuk
berbahaya.
mendorong klien, peranan pihak Bank
e. Pencahayaan
diperlukan. Account officer (AO)
f. Fasilitas kesejahteraan pekerja
disarankan melakukan proses ini dalam
g. Tempat kerja
kegiatan kunjungan harian klien mereka.
Proses monitoring untuk melihat apakah 2. Lingkungan Kerja Sosial
prinsip prinsip K3 telah dilaksanakan dan a. Waktu kerja
apakah terdapat perubahan dalam kondisi b. Suasana tempat kerja
kerja UKM kemudian direncanakan akan c. Perlindungan kehamilan
dilakukan. d. Organisasi Kerja
e. Pengaturan dan motivasi pekerja
Work Improvement in Small Enterprises
f. Upah dan tunjangan
(WISE) g. Hubungan antar pekerja
WISE adalah program yang
dikembangkan oleh ILO untuk membantu Pembahasan
usaha kecil dan menengah dalam Pada paper ini akan dibahas hasil
meningkatkan kondisi kerja dan pelatihan pada klien UKM khususnya di
produktivitas dengan menggunakan tiga wilayah yaitu Gresik, Mojokerto, dan
teknik sederhana, efektif dan terjangkau Tulungagung.

322
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

Training dilakukan dengan menggunakan Ketiga, pendekatan pembinaan yang


buku yang telah didesain khusus sebagai berbeda perlu dilakukan untuk
buku pegangan. Buku terdiri dari dua karakteristik klien yang berbeda.
bagian yaitu teori dan buku lembar kerja Karakteristik ini meliputi usia, dan
sebagai sarana bagi peserta untuk jenjang pendidikan. Cara pendekatan
berlatih. Buku pegangan terdiri dari 7 yang berbeda diperlukan agar maksud
modul yaitu: tujuan pembinaan dapat terlaksana
1. Penyimpanan dan Penanganan Bahan dengan baik.
2. Desain Stasiun Kerja Keempat, diperlukan support dari
3. Keamanan Mesin dan Peralatan lembaga keuangan untuk kelancaran
4. Penangan Bahan Kimia dalam pelatihan. Keterlibatan pihak
5. Pencahayaan pimpinan dan staff akan mempengaruhi
6. Lingkungan Kerja kesuksesan progam pembinaan. Support
7. Kesejahteraan Karyawan juga ditunjukkan dengan keseriusan
dalam persiapan pelatihan seperti setting
Pada akhir kegiatan peserta menyusun
ruangan, konsumsi dan perlengkapan
rencana aksi yang merupakan susunan
penunjang. Ruangan pelatihan sangat
kegiatan perbaikan kondisi kerja
kondusif dan nyaman. Kesediaan para
mengacu pada tujuh modul yang telah
staf dalam membantu dan lembur pada
dibahas. Selain itu peserta juga
hari sabtu menunjukkan support yang
melakukan penyusunan skala prioritas
luar biasa.
dalam perbaikan. Mengutamakan
kegiatan perbaikan yang berbiaya Simpulan
murah/mudah dikerjakan namun Untuk perbaikan kondisi kerja
memiliki dampak yang signifikan UKM di perlukan upaya yang terus
terhadap produktivitas dan pekerja. menerus. Upaya pemerintah dan
Dari pelatihan yang diberikan pada UKM akademis telah cukup banyak dilakukan,
Gresik, Mojokerto dan Tulungagung namun keterlibatan pihak lain seperti
diperoleh kesimpulansebagai berikut: institusi keuangan masih sangat
Pertama, klien UKM memiliki diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan yang berbeda-beda keberhasilan program. Kendala terbesar
mengenai K3. Kebanyakan dari klien dari upaya ini adalah motivasi dan daya
belum menyadari bahwa gangguan pikir dari pemilik UKM. Hal ini terlihat
kesehatan yang dialami adalah dampak dari tingkat kehadiran klien dalam
dari pekerjaan yang dilaksanakan dengan pelatihan terhitung rendah.
mengabaikan prinsip-prinsip K3. Acknowledment
Kedua, klien memiliki motivasi yang Terima kasih diberikan kepada ILO
tinggi dalam mengikuti training. Hal ini Jakarta dan Bank UMKM Jatim atas
dilandasi munculnya kesadaran mengenai support yang diberikan.
manfaat K3 dan K3 dapat dilaksanakan
dengan biaya murah. Mengutamakan Daftar Pustaka
perbaikan yang sederhana, 1.Work Improvement For Small Enteprise
memaksimalkan sumber daya yang ada (WISE) Modul, ILO
dan mengutamakan kreatifitas.

323
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

AKTIVITAS AMAN SEBAGAI UPAYA PREVENTIF TERHADAP


TERJADINYA PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA LANJUT USIA
DENGAN HIPERTENSI

Agus Sri Lestari


Politeknik Kesehatan Denpasar
Email:agussri789@gmail.com

Abstrak

Penuaan penduduk menjadi salah satu isu yang dihadapi oleh banyak Negara di
dunia saat ini, tak terkecuali Indonesia. Besarnya jumlah penduduk lanjut usia di
Indonesia pada masa mendatang dapat membawa dampak positif maupun negatif.
Kehadiran lanjut usia dapat berdampak positif apabila lanjut usia berada dalam keadaan
sehat, aktif, dan produktif. Secara fisiologis tubuh Lansia secara progresif mengalami
kemunduran, sehingga memerlukan perhatian pada waktu melakukan aktivitas. Penyakit
tidak menular atau non-communicable diseases (NCDs) dilaporkan sering terjadi pada
lanjut usia. Penyakit-penyakit tersebut semakin sering terjadi seiring dengan
meningkatnya usia seperti hipertensi. Dengan intervensi ergonomic Lansia dengan
penyediaan fasilitas yang sesuai dengan antropometri Lansia, memberi kemandirian dan
keamanan disaat Lansia beraktivitas sesuai dengan hasil peningkatan self care dengan
skor 9,14dan keamanan meningkat 98,4%,diperoleh hasil signifikan P<0,005.

Kata kunci:Aman, Fisiologi, self care,


Pendahuluan Di sisi lain, besarnya jumlah penduduk
Penuaan penduduk menjadi salah satu lanjut usia dapat menjadi beban jika lanjut
isu yang dihadapi oleh banyak Negara di usia memiliki masalah penurunan derajat
dunia saat ini, tak terkecuali Indonesia. kesehatan yang berakibat pada
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk peningkatkandisabilitas. Dalam konteks
Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 21 Indonesia, lanjut usia didefinisikan sebagai
juta penduduk lanjut usia pada tahun 2015. orang yang berusia 60 tahun ke atas, sesuai
Jumlah tersebut diprediksi meningkat dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
menjadi 33 juta pada tahun 2025 dan 48 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
juta pada tahun 2035, atau hampir 16 persen International ergonomic assosiation
dari total penduduk saat itu. (Bapenas mengemukakan bahwa ergonomi
2015). berinteraksi dengan faktor insani
Menua adalah suatu proses merupakan disiplin ilmu yang terutama
menghilangnya secara perlahan-lahan bertujuan untuk memahami interaksi antar
kemampuan jaringan untuk memperbaiki manusia termasuk pada Lansia dan unsur
diri dan mempertahankan struktur dan lain dari sistem dan merupakan profesi yang
fungsi normalnya sehingga tidak dapat menerapkan teori, prinsip dan metode untuk
bertahan terhadap jejas ( Darmojo, 2014: 7). merancang agar mengoptimalkan
kesejahteraan manusia dan kinerja sistem
Kehadiran lanjut usia (Lansia0) dapat
secara menyeluruh (IEA, 2010).
berdampak positif apabila lanjut usia berada
dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif.

324
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

Secara fisiologi dan anatomi dengan berbanding langsung dengan umur sampai
bertambahnya usia setiap individu akan batas tertentu, dan mencapaipuncaknya
disertai dengan penurunan fisik secara pada usia 25 tahun. Secara fisiologis umur
progresif (Manuaba, 2014), bahwa makin 25-60 tahun terdapat penurunan kekuatan
lanjut usia seseorang maka kemungkinan otot sebanyak 25% dan kemampuan
terjadinya penurunan anatomik dan sensoris motoris menurun 60%. Akan
fungsional pada organ-organ tubuh makin tetapi bila kapasitas seseorang ada batasnya
besar. Pada orang tua banyak ditemukan sesuai dengan umur (Sutjana, 2008) bukan
limitasi pada dirinya, oleh karenanya berarti bahwa nilainya tidak bisa
seorang ergonom harus memperhitungkan ditingkatkan akan tetapi yang penting
rancangannya untuk kelompok lanjut usia, mengetahui kapan kesempatan terbaik
sebagai upaya preventif terhadap terjadinya untuk melakukannya sehingga diperoleh
penyakit tidak menular misalnya karena jatuh hasil yang paling maksimal yang disebut
akibat beraktivitas dapat di cegah walaupun dengan faktor kebolehan. Pada upaya
usianya bertambah.
pemberian latihan dan pemberian gizi yang
lebih baik, tidak hanya akan meningkatkan
Metode Penelitian / Kajian Pustaka kapasitas tetapi juga dapat mempertahankan
Metode yang digunakan adalah kapasitas puncak sampai 20 tahun (Sutjana,
penelitian eksperimental, yang dilakukan 2008; Reenan et al., 2009).
pada subjek lanjut usia yang berdomisili di
Pantijompo Provinsi Bali. Pembahasan
1. Kondisi Lansia 1. Umur
Banyak lanjut usia di Indonesia Rerata umur subjek dalam penelitian
mengalami kondisi kesehatan yang kurang ini adalah 79,8 ± 6,4 tahun, hal ini
baik. Sebagai gambaran, Sensus Penduduk menunjukkan subjek berada dalam usia
2010 memperlihatkan berbagai kesulitan yang sudah lanjut. Pernyataan usia lanjut
yang dialami oleh penduduk lanjut usia di pada penelitian ini ditujukan bagi orang
Indonesia: 17,57% lanjut usia mengalami yang telah mencapai usia 60 tahun atau
gangguan kesehatan; 12,77% lanjut usia lebih. usia dengan kemungkinan terjadinya
mengalami gangguan pendengaran; 12,51% penurunan anatomik atas organ-organ
lanjut usia tidak dapat berjalan; 9,39% fisiologis sehingga terjadi kemunduran
lanjut usia tidak bisa mengingat, kemampuan, kapasitas dan kapabilitas.
berkonsentrasi, atau berkomunikasi; dan Dinyatakan bahwa pada umumnya
7,27% lanjut usia tidak dapat mengurus diri seseorang pada usia di atas 60 tahun,
sendiri (BPS: 2010). kapasitas fisiknya akan menurun 25% yang
ditandai dengan penurunan kekuatan otot,
2. Aspek Fisiologik akibat Menua. sedang kemampuan motorisnya turun
Kemampuan fisik optimal seseorang sebesar 60%, sehingga kapasitas fisik
dicapai pada saat usianya 25-30 tahun, dam seseorang akan berbanding lurus dengan
menurut Manuaba (2003a) bahwa kapasitas umur (Adiputra: 2003: 108-110).
fisiologi seseorang akan menurun 1% per
tahunnya setelah kondisi puncaknya 2. Self care
terlampaui. Kapasitas fisik seseorang

325
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

Self care merupakan kemampuan


kemandirian lansia dalam melaksanakan 3. Keamanan
activity day living pada pemenuhan Keamanan merupakan keleluasaan
kebutuhan: mandi, eliminasi, berpakaian, Lansia melakukan aktivitas tanpa ada rasa
mobilisasi. Intervensi yang dilakukan takut untuk terpeleset maupun jatuh di
adalah menyediakan tenpat duduk mandi, kamar mandi. Intervensi yang diberikan
bak mandi, dan railing sesuai dengan adalah penyediaan sarana railing sesuai
antropometri subjek. Self care dalam dengan antropometri duduk dan berdiri.
penelitian ini diukur menggunakan Pengukuran keamanan menggunakan
kuesioner Bartel Activity Index modifikasi kuesioner dengan pertanyaan tertutup
ergonomi dengan tiga skala likert. Hasil dengan jawaban ya atau tidak.
analisis kuesioner self care ditampilkan Hasil analisis kuesioner keamanan
pada Tabel 1 berikut. pada Periode Prediperoleh keamanan yang
Data Self Care Aktivitas Kebutuhan Kebersihan dirasakan subjek berada pada rentangan
Di PSTW Provinsi Bali (n=14) skor minimum 6,33 dan maksimum 11,00
dengan rerata 8,310 ± 1,56, sedangkan
Pre
Periode Post diperoleh keamanan
Uraian Rentangan Rerata SB Nilai
p* melakukan aktivtasberada pada rentangan
Self 3,33– 7,67 5,52 1,02 0,653 skor minimum 14,00 dan maksimum 19,33
Care
dengan rerata 16,498 ± 1,318. Dilanjutkan
dengan uji perbedaan menggunakan t-pair
antara Pre dengan Post. Analisis kemaknaan
dengan uji t- paired menunjukkan bahwa
Uraian Pre p<0,05, hal ini menunjukkan bahwa terjadi
Rentangan Rerata SB Nilai perbedaan yang signifikan antara Pre dan
p*
Self 7,33–10,33 9,14 0,81 0,312 post..
Care Keamanan penggunaan suatu kamar
mandi bagi lansia, lebih menitikberatkan
Dilanjutkan dengan analisis kemaknaan pada penyesuaian peralatan yang lebih
dengan uji t- paired menunjukkan nilai ergonomis, seperti penggunaan bahan lantai
p<0,05, hal ini menunjukkan bahwa terjadi
keramik pada kamar mandi menggunakan
perbedaan yang signifikan antara Pre dan
Post. Kategori skor yaitu: skor 9 – 12 tekstur yang kasar dan tidak memantulkan
berarti mandiri, skor 5 – 8 berarti cahaya, penambahan hand rails dan grabs
ketergantungan sedang, dan skor 1 – 4 bars untuk memudahkan lansia mengangkat
berarti ketergantungan berat. Dari kategori tubuhnya dari kloset, bathtub, dan keluar
ini bahwa Pre memberikan rerata skor 5,59 masuk kamar mandi, akses yang
termasuk dalam kategori ketergantungan
memudahkan untuk dicapai dan digunakan
sedang, sedangkan Post diperoleh rerata
skor 9,14 termasuk pada kategori Mandiri. oleh lansia akan mendukung lansia merasa
aman. (Manuaba,2011. Dengan beraktivitas
Lansia dianjurkan untuk melakukan
aman maka Penyakit tidak menular atau
tugas sehari-hari yang berfokus pada
non-communicable diseases (NCDs) dapat
individu masing-masing, sehingga upaya
diminimalis pada lanjut usia. Penyakit-
tetap mempertahankan fungsi tubuhnya
penyakit tersebut semakin sering terjadi
tetap berlangsung (Reed, at al., 2012).

326
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISSN : 978-602-294-244-3

seiring dengan meningkatnya usia seperti hipertensi.

Simpulan Pembangunan. Disampaikan Pada


Self care bersifat universal sebagai MUNAS III dan Seminar Nasional
kemandirian Lansia melakukan aktivitas Ikatan Profesi Keahlian Hiperkes dan
sehari-hari tanpa pengawasan,
pengarahan dan bantuan aktif dari orang Keselamatan Kerja24-26 FebruaridiBatu,
lain atau petugas. Jawa Timur. Available from;
Aktivitas yang aman bagi Lansia http://ergonomifit.blogspot.com/2011
merupakan keleluasaan Lansia melakukan /03/peranan-ergonomi-dalam
aktivitas tanpa ada rasa takut untuk terpeleset
maupun jatuh di kamar mandi. pembangunan.html
Faslitas yang disesuaikan dengan Manuaba, I.B.A. 2003a. Holistic Design
antropometri subjel atau Lansia sebagai
is a Must to Attain Sustainable
pengguna akan memanusiakan Lansia.
Product. Jurnal Ergonomi Indonesia.
4(2-12): 45-49.
Daftar Pustaka
Adiputra N. 2003. Kapasitas Kerja Fisik Reed, J., Clarke, C. L., & Macfarlane, A.
orang Bali. Majalah Kedokteran (2012). Nursing Older Adults. New
Udayana (Udayana Medical Jurnal) York: Open University Press
34 (120) : 108-110.

Darmojo R.B & Martono H.H. 2014.


Geriatri Teori Proses Menua. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 7-10
IEA, 2010. IEA Definition. Available
at www.iea.cc
Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik
Indonesia STRATEGI NASIONAL
KELANJUTUSIAAN 2015-2025
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Manuaba, A. 2014. Wawancara Tokoh
Ahli Ergonomitentang Kamar Mandi
Lansia. Denpasar 17 Juli, pukul 10.00
WITA.
Manuaba, A.2011. Ergonomi
Pertumbuhan dan Peranannya dalam

327
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

DESAIN RAK FILM VERTIKAL MENINGKATKAN WAKTU AMBIL


FILM RADIOLOGI DAN MENGURANGI KELUHAN
MUSKULOSKELETAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Susanta.I Putu Adi1, Suarjana. I Wayan Gede1, Muliarta. I Made2


1
Program Studi Ergonomi, Program Pascasarjana,UniversitasUdayana, Denpasar
2
Dosen Program Studi Ergonomi, Program Pascasarjana, Uni versitas Udayana, Denpasar
Email:putuadisusanta@gmail.com (WA:081805358394)
Email: iwg.suarjana@gmail.com (WA:083119537557)
Email : muliarta26@gmail.com (WA:081338505350)

Abstrak

Produktivitas unit radiologi diujung akhir pelayananan meliputi kecepatan waktu


ambil, ketepatan hasil dan kesesuaian isi ditentukan oleh desain rak foto dan sistem
pengambilan serta pencatatan foto keluar. Pengambilan keputusan tindakan dan terapi
terhadap pasien didukung oleh kecepatan diagnosa melalui hasil foto. Semakin cepat foto
dapat diambil dan disajikan, semakin cepat pula pasien tertangani, mendapat tindakan
dan terapi yang sesuai. Kecepatan waktu ambil dipengaruhi oleh jumlah foto yang ada,
sistem pengambilan yang mendukung dan keadaan pengambil. Saat pasien banyak, foto
bertumpuk dengan banyak orang yang terlibat dalam pengambilan hasil, proses
pengambilan menjadi lebih lama dan memakan waktu. Penelitian ini dilakukan di Instalasi
Radiologi IRD RSUP Sanglah yang memiliki jumlah pasien banyak, tekanan kerja tinggi,
dan tuntutan waktu pelayanan cepat. Dengan bentuk rak pengambilan model lama, posisi
film bertumpuk secara horisontal, pengambilan hasil dilakukan dengan cara berdiri,
postur membungkuk, mengangkat sejumlah film. Diperlukan perbaikan desain rak dan
sistem pengambilan yang dapat meningkatkan produktivitas radiologi dan penurunan
keluhan muskuloskeletal pekerja. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
desain pre dan post grup kontrol terhadap 30 subjek selama 12 hari pada bulan juli 2017.
Sampel diambil secara acak yaitu para pengambil hasil foto radiologi yang berasal dari
dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain dengan diukur waktu pengambilan saat mulai
melakukan pengambilan sebelum diberi perbaikan desain rak horisontal dan setelah
perbaikan desain rak foto vertikal menggunakan informasi tanggal foto. Sampel diukur
waktu ambil hasil dengan stopwatch, dan keluhan muskuloskeletal menggunakan
kuesioner NIOSH nordic body map sebelum dan sesudah perbaikan lalu dibuat tabel
rerata serta dibandingkan menggunakan perangkat lunak microsoft excel digambarkan
melalui grafik batang. Uji statistik dilakukan dengan uji normalitas untuk menentukan
jenis data kemudian dilakukan uji banding rerata Unpaired T-Test terhadap data sebelum
dan sesudah perbaikan desain rak film. Perbaikan desain menjadi rak film vertikal secara
signifikan lebih baik (P <0,005). Skor rata-rata waktu untuk mendapatkan film dengan
desain vertikal adalah lebih cepat 64%. Dengan rak horisontal, skor rata-rata waktu
pengambilan adalah 9,93 menit, sedangkan dengan menggunakan perbaikan baru adalah
3,42 menit. Hasil ini mengakibatkan peningakatan pelayanan pasien, waktu kesembuhan
dan terjaganya sistem arsip radiologi. Keluhan muskuloskeletal berkurang secara
signifikan (P <0,005). Skor keluhan muskuloskeletal rata-rata proses mencari film dengan
desain rak vertikal berkurang 33,9%. Sistem rak horisontal memiliki skor 66,17,
sedangkan rak vertikal adalah 56,20. Disimpulkan bahwa desain rak foto vertikal yang
memuat informasi tanggal foto dapat menyingkat waktu ambil foto dan mengurangi

328
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

keluhan muskuloskeletal pengambil foto. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada RS
tipe A hingga pelayanan kesehatan pratama.

Kata kunci: Desain, Rak, Radiologi, Produktivitas, Kelelahan

beserta expertise result atau ditemukan tapi


Pendahuluan dengan proses penelusuran maupun
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) pencarian yang membutuhkan waktu lama.
Masalah tersebut sering muncul di
Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit
unit pelayanan IRD RSUP Sanglah. Hal ini
rujukan daerah Bali Nusa Tenggara.
disebabkan karena kompleksitas sumber
Predikat yang disandang oleh RSUP
daya manusia yang terlibat di unit IRD
Sanglah menjadikan RS ini memiliki
Instalasi Radiologi RSUP Sanglah.antara
mobilitas yang tinggi. Tingginya mobilitas
lain ; Co ass, mahasiswa praktek, perawat,
pasien tidak terlepas dari tujuan pasien
residen dan sebagainya. Beberapa dari
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
mereka kurang disiplin dalam mematuhi
Ada beragam pelayanan kesehatan di RSUP
alur pengambilan hasil, sebagai contoh ;
Sanglah Denpasar, mulai dari pelayanan
residen tidak menuliskan nama mereka
medis hingga penunjang.
dengan jelas di buku expedisi pengambilan
Radiologi merupakan salah satu hasil sehingga sulit melakukan penelusuran
pelayanan penunjang yang keberadaannnya
saat foto akan diexpertise, banyaknya foto
sangat diperlukan oleh klinisi dalam proses
yang hilang, residen sering pinjam basah
penegakan diagnosa. Untuk dapat
tanpa menulis nama peminjam, dan
memberikan pelayanan yang prima bagi
seluruh komponen yang memerlukan citra sebagainya.
imejing tentunya harus ada sebuah sistem Dari permasalahan tersebut muncul
yang medukung pelayanan tersebut. berbagai tindakan untuk mencari
Berdasarkan studi awal dan pemecahan masalah, pertama melakukan
pengamatan di lapangan, hal yang menjadi klarifikasi di buku register pasien, kedua
masalah penting dalam pelayanan radiologi mencari di rak arsip walaupun sebenarnya
adalah lambatnya menemukan hard copy dari radiologi tidak mengetahui pasien
diagnostic imejing baik berupa foto x-ray dengan identitas tersebut apakah citra
dan dry film pada saat dilakukan pencarian imejingnya sudah di expertise atau belum,
hasil foto. Walaupun alat konvensional yang ketiga melakukan pengecekan di buku
yang digunakan saat ini sudah beberapa pengambilan hasil untuk menemukan
yang beralih ke digital namun hal tersebut kemungkinan foto yang sudah diambil
masih memiliki keterbatasan dalam namun tidak ditemukan di lokasi rawat inap
penyimpanan digital atau kapasitas memory sehingga diambil ulang ke bagian radiologi.
pada perangkat keras. Dengan demikian Dari sekian banyak langkah untuk
tentunya peranan hard copy masih sangat menganalisa foto yang lambat ditemukan,
besar. Yang menjadi kendala selama ini jika dihitung rerata estimasi waktu yang
ialah lambatnya didapatkannya hard copy dibutuhkan untuk menemukan satu foto,
diagnostic imejing non expertise, saat studi pendahuluan dilakukan rerata
lambatnya hard copy diagnostic imejing waktu yang dibutuhkan adalah 9 menit 53
expertised dan expertise result serta detik, data ini diperoleh dari pengamatan
lambatnya keduanya baik yang hard copy awal yang dilakukan pada bulan Juli 2017.
329
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Tentunya hal tersebut berakibat pada serta dibandingkan menggunakan perangkat


terhambatnya kinerja RSUP Sanglah dalam lunak microsoft excel digambarkan melalui
memberikan pelayanan ke pasien. grafik batang. Uji statistik dilakukan
Dalam hal arsip, petugas radiologi dengan uji normalitas untuk menentukan
tidak hanya menganalisa keberadaan foto jenis data kemudian dilakukan uji banding
yang hilang namun ada juga analisa tentang rerata Unpaired T-Test terhadap data
sudah atau belumnya sebuah citra imejing sebelum dan sesudah perbaikan desain rak
dilakukan ekspertise. Tidak setiap citra film.
yang keluar dalam bentuk output film
radiografi bisa dengan segera dilakukan Hasil dan Pembahasan
ekspertise, dikarenakan ada beberapa kasus
Karakteristik Subjek Penelitian
medis yang memerlukan tindakan segera
dan menggunakan citra diagnostik imejing Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
sebagai saranan penunjang. Selain hal itu
N Rentan
keterbatasan tenaga penunjang yang tidak o Variabel Rerata SB g
bisa sepenuhnya dengan segera bisa 1 Umur(th) 32.13 6.03 23-44
memberikan output expertise diagnostic 2 BB (Kg) 62.57 5.72 53-74
imejing dalam jangka waktu 24 jam. 179-
Dengan menganalisa masalah di atas 3 TB (Cm) 167.57 5.78 158
yaitu waktu menemukan expertise sebuah
citra imejing dan keberadaan file hardcopy Berdasarkan karakteristik subjek pada
citra imejing perlu dilakukan perbaikan Tabel 1, rentang umur pengambil foto
sehingga untuk meningkatkan produktifitas adalah antara 23 hingga 44 tahun. Usia ini
pekerja dan penurunan keluhan masih usia produktif dengan berat badan
musculoskeletal berada pada rentang 53-74 kg ini
menunjukkan bahwa kondisi fisik subjek
berada pada kondisi produktif. Irawan &
MetodePenelitian
Suparmoko (2002) mengatakan bahwa
Penelitian ini menggunakan metode
umur produktif berkisar antara 15 – 64
eksperimen dengan desain pre dan post
tahun.
grup kontrol terhadap 30 subjek selama 12
hari pada bulan juli 2017. Sampel diambil Kondisi Mikroklimat
secara acak yaitu para pengambil hasil foto Tabel 2. Kondisi Mikro Klimat
radiologi yang berasal dari dokter, perawat, Hasil
dan tenaga kesehatan lain diukur waktu No Variabel Pengukuran
pengambilan saat mulai melakukan Rerata SB
pengambilan dengan desain rak horisontal 1 Suhu Basah 20.1 0.89
sebelum diberi perbaikan dan setelah 2 Suhu Kering 26.16 0.85
perbaikan dengan desain rak foto vertikal Kelembaban
3 60.6 1.34
memuat informasi tanggal foto. Sampel Relatif
diukur waktu ambil hasil dan keluhan 4 Intensitas Cahaya 218 5.70
muskuloskeletal menggunakan kuesioner 5 Intensitas Suara 67.12 1.86
NIOSH nordic body map sebelum dan
sesudah perbaikan lalu dibuat tabel rerata

330
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Kondisi mikroklimat seperti pada Tabel


Pengambil
2 masih berada pada batas nyaman dalam Mula
menuju rakhasil
bekerja. Manuaba (1998) menyatakan i
foto
bahwa nilai ambang batas dari suhu udara
untuk pekerja adalah 33°C dan kelembaban
relatif pekerja orang Indonesia yang masih waktu ambil Diberikan
tergolong nyaman adalah antara 70% - foto diukur Kuesioner
Nordic Body
80%. Sedangkan intensitas penerangan
Map
tergantung dari jenis pekerjaan, pekerjaan
presisi memerlukan intensitas yang lebih Catat Waktu
Hasil foto di
tinggi dari pada pekerjaan yang tidak dapatkan Ambil foto
memerlukan ketelitian dengan penerangan
dari 300 – 700 lux. Nilai ambang batas
intensitas suara tertinggi yang masih dapat Pengisian
Analisis
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan Waktu Kuesioner
gangguan daya dengar yang tetap untuk Ambil dan Nordic Body
waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari Keluhan Map Post
adalah 85 dBA (WHS, 1993; Permennaker, Muskulo
Skeletal seles
1999).
Sebelum perbaikan dilakukan
penghitungan waktu pengambilan foto Gambar 1. Prosedur Penelitian
dalam arsip radiologi, dan setelah perbaikan
dilakukan penghitungan waktu
pengambilan film dengan perbaikan- Kecepatan Waktu Ambil
perbaikan yang dilakukan yaitu pemberian Produktivitas unit radiologi diujung akhir
kode tanggal pemeriksaan, perbaikan desain pelayananan meliputi kecepatan waktu
rak arsip dan alur pengambilan. Proses ambil, ketepatan hasil dan kesesuaian isi
pengambilan data dilakukan sesuai dengan ditentukan oleh desain rak foto dan sistem
gambar 1 prosedur penelitian pengambilan serta pencatatan foto keluar.
Pengambilan keputusan tindakan dan terapi
terhadap pasien didukung oleh kecepatan
diagnosa melalui hasil foto. Semakin cepat
foto dapat diambil dan disajikan, semakin
cepat pula pasien tertangani, mendapat
tindakan dan terapi yang sesuai. Kecepatan
waktu ambil dipengaruhi oleh jumlah foto
yang ada, sistem pengambilan yang
mendukung dan keadaan pengambil. Saat
pasien banyak, foto bertumpuk dengan
banyak orang yang terlibat dalam
pengambilan hasil, proses pengambilan
menjadi lebih lama dan memakan waktu.
Dengan bentuk rak pengambilan model

331
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

lama, posisi film bertumpuk secara foto sebelum dan sesudah perbaikan desain
horisontal, pengambilan hasil dilakukan rak foto. Rerata waktu ambil sebelum
dengan cara berdiri, postur membungkuk, perbaikan yaitu 9.93 menit menjadi 3.42
mengangkat sejumlah film dilakukan menit setelah perbaikan.
penghitungan waktu ambil denan stop Perbaikan desain rak foto dan sistem
watch dan hasilnya dibandingkan dengan pengambilan foto melalui tanggal
pengambilan foto setalah perbaikan desain didapatkan penurunan waktu ambil foto
rak dan sistem pengambilan. Hasil sebesar 34.4 % diperoleh dari hasil setelah
penurunan waktu dan data pengambilan perbaikan didapatkan melalui perhitungan
foto tersaji pada tabel1 dibawah ini:
Waktu Akhir
Tabel 3. Kecepatan waktu ambil foto Rumus ∶ × 100%
Waktu Awal
Waktu Mean(mn
3,42
Ambil t) SD T P Hasil ∶ × 100% = 34,4%
9,93
Sebelum
9.93 Keluhan Muskulo Skeletal
Perbaikan 0.74 1.3 0.0
Sesudah 9 1 Hasil perhitungan keluhan muskulo
3.42
Perbaikan 0.23 skeletal didapatkan dengan kuesioner
Nordic Body Map. Hasil tersebut tersaji
Berdasarkan tabel kecepatan waktu ambil pada tabel 4 penurunan keluhan
foto, didapatkan perbedaan waktu ambil muskuloskeletal

Tabel 4. Penurunan Keluhan Muskulo skeletal

Variabel Pre Post Sebelum Sesudah Rerata Skor SD T P


Sebelum kerja 34.13 4.04
Pre 20.185 0.001
Setelah kerja 66.17 4.40
Keluhan Otot
Sebelum kerja 35.10 4.76
Post 22.824 0.001
Setelah kerja 56.20 5.11

Dari tabel 4 penurunan keluhan jika tidak diberikan solusi dengan baik dan
muskuloskeletal didapatkan penurunan pengambil foto terus menerus mendapatkan
keluhan muskuloskeletal secara signifikan keluhan tersebut, maka akan berakibat
(P <0,005). Sistem rak horisontal memiliki buruk dari sisi kesehatan pekerja.
skor 66,17, sedangkan rak vertikal adalah Cavalitsakulchai dan Shahnavas (1991)
56,20. Skor keluhan muskuloskeletal rata- mengatakan bahwa gangguan pada sistem
rata proses mencari film dengan desain rak muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher,
vertikal berkurang 33,9%. Penrunan bahu dan paha diakibatkan oleh sikap kerja
keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh yang salah seperti sikap kerja duduk atau
pengambil foto terjadi pada bahu dan berdiri. Sejalan dengan apa yang dinyatakan
pinggang, dan sakit di leher, lengan atas kiri Ruccer & Sunnel (2002) terhadap para
dan kanan, serta sakit di punggung. dokter gigi, mereka menyatakan bahwa
Perbaikan desain ini adalah usaha posisi praktek yang salah dalam bekerja
menangani keluhan-keluhan yang ada yang terlebih lagi dalam menggunakan perlatan

332
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

pompa akan menyebabkan gangguan bacaanya Setiap selesai mengambil hasil


muskuloskeletal. Keadaan ini dapat foto disarankan agar petugas radiologi
ditanggulangi dengan melakukan perubahan merapikan rak dan selalu menyusun hasil
sikap kerja yang tidak alamiah menjadi foto sesuai nomer urut pasien.
alamiah. Sutajaya dan Citrawathi (2000)
juga menyatakan bahwa keluhan subjektif
berupa gangguan otot skeletal dan DaftarPustaka
kelelahan dapat diturunkan secara A.W.Widjaja.(1993).RUKIAMAAdministr
signifikan (p < 0,05) pada subjek dengan asi Kearsipan Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Raja Grafindo.
melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan
sikap kerja yang lebih ergonomis. Kolovou L, Vatousi M, Lymperopoulos D,
Simpulan Koukias M.Advanced radiology
information system.Conf Proc IEEE Eng
Perbaikan desain menjadi rak film
Med Biol Soc. 2005;5:5457-61.
vertikal secara signifikan lebih baik (P
<0,005). Skor rata-rata waktu untuk Maulana, M.N. (1982). Administrasi
mendapatkan film dengan desain vertikal Kearsipan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
adalah lebih cepat 64%. Dengan rak Sujono(,2011). Manajemen Arsip
horisontal, skor rata-rata waktu Inaktif.Jakarta: Universitas Terbuka.
pengambilan adalah 9,43 menit, sedangkan
dengan menggunakan perbaikan baru Sularso Mulyono. (1985). Dasar-Dasar
adalah 3,27 menit. Hasil ini mengakibatkan Kearsipan. Yogyakarta: Liberty.
peningakatan pelayanan pasien, waktu Tata Sutabri. 2012, Konsep Sistem
kesembuhan dan terjaganya sistem arsip Informasi.Andi. Yogyakarta
radiologi. Keluhan muskuloskeletal
The Liang Gie.(2000). Administrasi
berkurang secara signifikan (P <0,005).
Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Skor keluhan muskuloskeletal rata-rata
proses mencari film dengan desain rak Walne, Peter. 1988. Dictionary of Archival
vertikal berkurang 33,9%. Sistem rak Terminology. London : Sage
horisontal memiliki skor 58,70, sedangkan Wursanto.(1991). Kearsipan 1. Yogyakarta:
rak vertikal adalah 38,80. Disimpulkan Kanisius.
bahwa desain rak foto vertikal yang
Chavalitsakulchai, P & Shahnavaz, H.
memuat informasi tanggal foto dapat
menyingkat waktu ambil foto dan 1991. Musculoskeletal Discomfort and
Feeling of Fatique Among
mengurangi keluhan muskuloskeletal
FemaleProfessional Worker : the Need For
pengambil foto. Hasil penelitian ini dapat
Concideration. Journal ofHuman Ergology.
diterapkan pada RS tipe A hingga
pelayanan kesehatan pratama.. Vol 20. No 2 : 257-264.

Kroemer, K.H.E., and Grandjean, E. 2000.


Saran Fiting the Task to the Human, 4th ed.
Saran yang dapat diberikan adalah Taylor & Francis Inc. London.Manuaba,
setiap pengambil foto radiologi A.1998. Bunga Rampai Ergonomi vol.1.
mempersiapkan data foto yang akan Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja
diambil sehingga bisa cepat diketahui hasil Universitas UdaayanaDenpasar.
334
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Permennaker. 1999. Nilai Ambang Batas Soebroto, S. & Wiratno, SE. Eds.
Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. Proceedings Seminar nasional Ergonomi.
PT.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Guna Widya. Surabaya. 239 –242.
Health. London : Macmillan Academic
Professional Ltd. WHS (Workplace Health and Safety), 1993.
Noise Management at Work, Code of
Ruccer, L., Sunnel, S. 2002. Ergonomic Practice for Healthy and safeworkplaces.
Risk Factors Associated with Clinical Queensland Government, Australia
Dentistry. Journal of the CaliforniaDental
Association. Vol.30, No.2.

335
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

REDUKSI PAPARAN PANAS GUNA MENINGKATKAN WAKTU


KERJA

Listiani Nurul Huda1


Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Kerja, Departemen Teknik Industri, Fakultas
Teknik,
Universitas Sumatera Utara
*
Email: lnurulh@gmail.com

Abstrak.

Keseimbangan panas terdiri dari heat loss dan heat production. Jika heat loss
lebih kecil dibandingkan dengan heat production, maka seseorang akan mengalami heat
stress karena panas yang diterima tubuh lebih besar dibandingkan banyaknya panas yang
dikeluarkan. Ketidakseimbangan panas pada stasiun pengeringan di PT. X merupakan
salah satu akibat dari faktor lingkungan kerja fisik termal yang bersuhu tinggi yakni
berkisar 33oC-38oC. Ketidaknyamanan yang terjadi kepada para operator akibat paparan
panas ini, pada akhirnya dapat menurunkan kinerja operator yang dapat dilihat dari
menurunnya kinerja operator, seperti jam istirahat yang seharusnya hanya sebanyak 12,5%
dari 8 jam kerja, namun pekerja melakukan idle hingga 33%. Pekerja juga tidak
mengenakan seragam kerja karena merasakan panas. Tujuan dari penelitian yang dilakukan
adalah menganalisis paparan panas yang terjadi di lantai produksi PT. X di bagian
pengeringan dalam upaya mereduksi paparan panas yang terjadi. Metode yang digunakan
untuk mengetahui besarnya ketidakseimbangan panas yang terjadi adalah Metode Indeks
Suhu Bola Basah (ISBB) dan Heat Stress Index (HSI). Sedangkan untuk mengetahui
performansi pekerja digunakan Metode Work Sampling. Hasil analisis mengenai heat
stress didapatkan bahwa indeks paparan panas yang terjadi adalah sebesar 94,86% dengan
WBGT 29,21 oC yang melebihi nilai ambang batas WBGT yakni 25,70oC. Alternatif
perbaikan dilakukan melalui pemasangan turbin ventilator yang akan menurunkan indeks
paparan panas pada stasiun pengeringan dari 94,86% menjadi 66,5%

Kata Kunci: Keseimbangan Panas, Heat Stress, Wet Bulb Globe Temperature.
(pelepasan panas) dan heat production
1. Pendahuluan (produksi panas). Panas lingkungan yang
Faktor temperatur pada suatu lingkungan semakin tinggi menyebabkan pengaruh
kerja merupakan salah satu faktor fisik yang yang semakin besar terhadap suhu tubuh,
dapat berpotensi menimbulkan gangguan sebaliknya jika suhu lingkungan semakin
kesehatan bagi pekerja, bila berada dalam rendah maka semakin banyak panas tubuh
temperatur ekstrim selama durasi waktu yang hilang [1]. Selama pertukaran antara
tertentu. Kondisi temperatur lingkungan tubuh manusia yang didapat dari
kerja ekstrim adalah kondisi panas atau metabolism dengan tekanan panas yang
dingin yang ada di luar batas kemampuan dirasakan dari lingkungan seimbang, tidak
manusia untuk dapat beradaptasi. terjadi masalah, namun jika heat loss lebih
Keseimbangan panas mencakup heat loss
336
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kecil dibandingkan dengan heat production, menetralkan suhu tubuh. Panas juga akan
maka akan terjadi heat stress karena panas berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang.
yang diterima tubuh lebih besar Efek yang terjadi terhadap adanya paparan
dibandingkan banyaknya panas yang panas yang berlebihan adalah meningkatnya
dikeluarkan. tekanan darah, keringat yang berlebihan,
Batasan kritis untuk panas menjadi dehidrasi, heat cramps, dan heat stroke [3].
penting, sebab kemampuan manusia untuk Kondisi yang sudah dijelaskan tersebut
dapat beradaptasi dengan temperatur telah mengakibatkan performansi pekerja
lingkungan sekitarnya sangat bervariasi dan yang tidak optimal. Hal ini disebabkan oleh
dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya. Heat kebutuhan pekerja untuk menetralkan
loss dan heat production melibatkan empat kembali suhu tubuhnya karena tidak
faktor yakni temperatur udara, kelembaban mampu berada dan bekerja dalam stasiun
relatif, kecepatan angin, dan temperatur pengeringan dalam waktu yang lama.
radiasi rata-rata serta dua faktor yang Secara rata-rata, pekerja menghabiskan
bersifat personal yakni panas metabolisme waktu sekitar 5-10 menit saat meninggalkan
karena aktivitas dan pakaian yang stasiun kerja, dan hal tersebut terjadi 8-10
digunakan. kali dalam satu hari. Kondisi tersebut
Lingkungan kerja yang panas akan terjadi secara berulang-ulang setiap hari
memberikan dampak output yang pada pekerja. Aktivitas ini merupakan
dihasilkan berkurang [2]. Kondisi ini juga kegiatan yang bersifat non produktif bagi
akan mengakibatkan pekerja mengalami perusahaan. Maka penelitan pendahuluan
heat stress dan mempengaruhi kehadiran ini mendapatkan bahwa persentase pekerja
pekerja. Masalah inilah yang terjadi pada bekerja secara produktif dalam satu shift
salah satu pabrik swasta di daerah propinsi yaitu 75% - 80% sedangkan pekerja
Sumatera Utara yang bergerak di bidang melakukan kegiatan non produktif adalah
manufaktur dalam pembuatan crumb 20 % - 25 %. Hal ini menunjukkan bahwa
rubber. Lantai produksi PT. X berupa waktu non produktif pekerja yang relatif
ruangan tertutup dan memiliki atap yang besar dibandingkan dengan waktu produktif
terbuat dari campuran logam alumunium, pekerja.
sehingga kondisi lantai produksi yang Pada penelitian pendahuluan, didapatkan
cukup panas tidak dapat dihindarkan karena bahwa rata-rata suhu yang diperoleh pada
adanya paparan panas matahari. Salah satu stasiun pengeringan adalah 35,5°C,
stasiun kerja yang memiliki kondisi panas sedangkan menurut SNI 16-7063-2004,
berlebihan adalah stasiun pengeringan. nilai ambang batas panas yang dianjurkan
Pada stasiun ini, terdapat mesin dryer yang dalam lingkungan kerja adalah 25,9 °C.
memiliki temperatur sebesar 140°C. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka
Kondisi tersebut mengakibatkan heat loss perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap
yang dialami pekerja sangat sedikit, karena kondisi stasiun pengeringan PT. X untuk
temperatur lingkungan tempat bekerja juga mencari alternatif solusi pemecahan
memiliki temperatur yang tinggi. Hal ini masalah yang terjadi tersebut. Alternatif
dapat dilihat dari kondisi pekerja yang solusi pemecahan masalah dilakukan
memiliki keringat berlebihan, tidak dengan menggunakan metoda perhitungan
menggunakan seragam pekerja, dan sering Indeks Suhu Bola Basah (Wet Bulb Globe
meninggalkan stasiun kerja untuk Temperature) dan Heat Stress Index.
337
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

3. Memberikan kuesioner termal operator


4. Menetukan posisi titik dan gradient
2. Metode Penelitian pengukuran
2.1. Prosedur Penelitian 5. Melakukan pengukuran di titik yang
Subjek penelitian ini adalah pekerja pada telah ditentukan dengan menggunakan
pabrik yang bekerja di sekitar mesin dryer 4in1 untuk mengukur temperatur udara
serta kondisi lingkungan kerja pabrik dan kelembaban udara; QuesTemp
sejumlah 5 (lima) orang pekerja. Tahapan- untuk mengukur suhu bola kering, suhu
tahapan dalam melakukan penelitian yaitu: bola basah, dan suhu bola; anemometer
1. Mengidentifikasi masalah yang ada di untuk mengukur kecepatan angin.
lantai pabrik 6. Pengukuran dilakukan sekali dalam 60
2. Mengambil referensi dan rujukan terkait menit selama 8 jam kerja, yakni pukul
masalah dari sumber buku dan jurnal 08.01-16.00.

Gambar 1. Waktu Pengukuran Penelitian

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat udara (RH), kecepatan angin (V), Suhu
bahwa pengukuran dilakukan sekali tiap bola basah, dan suhu bola kering yang
sejam. Pengukuran dilakukan berurutan dikalkulasi dan digambarkan dalam
dimulai dari titik 1 hingga 5 pada setiap grafik.
jamnya. Pada tiap titik, dilakukan 6
pengukuran sekaligus, yakni Analisis-analisis yang dilakukan pada
pengukuran temperatur udara, pendekatan ergonomi antara lain:
kelembaban udara, kecepatan angin, a. Analisis Heat Stress Index (HSI)
temperatur basah, temperatur kering, Rumus yang digunakan dalam
dan temperatur bola. menghitung Heat Stress Index (HSI)
7. Menggambar peta paparan kebisingan :
menggunakan software Surfer 11.0
Ereq
8. Mengamati work/idle pekerja selama 8 Heat Stress Index   100%
E max
jam kerja dengan menggunakan metode
(1)
work sampling.
9. Pengumpulan data dilakukan selama 2 b. Analisis Indeks Suhu Bola Basah
hari kerja secara berturut-turut. (ISBB).
10. Analisis dengan pendekatan ergonomi Rumus yang digunakan untuk
Data digunakan antara lain kondisi menghitung ISBB adalah:
temperatur ruangan (T), kelembaban

338
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

ISBB = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Ta 11. Usulan perbaikan untuk memperbaiki
(2) kondisi saat ini

2.2. Peralatan yang digunakan


Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
No Equipment Function Spesification
1 4 in 1 Evironment Measure  Dimension: 251,0 x 63,8 x 40 mm
Meter temperature,  Accesories : 9V Baterai
humidity, lighting  Temperature : -20oC- 750oC / -4oF- 1400oF
inetnsity, noise  Humidity : RH 35% - 95% RH with
resolution of RH 0,1%
 Noise : 35dB – 100dB with resolution of
0,1dB
 Lighting : 3,5 LCD monitor with Lux unit
2 Questemp Measure dry bulb,  Dimension : 23,5 cm x 8,3 cm, 7,5 cm
wet bulb, globe bulb  Weight : 1.2 kg
 Accesories : 9V alkaline: 140 hour
 Sensor type : Temp: 1000 ohm platinum
RTD
 Accuracy : Temp : +/- 0,5oC to 0oC dan
100oC
3 Anemometer Measure velocity  Merk : Krisbow KW06-562
speed, temperature r  Dimension : 16.3 x 4.5 x 3.4 cm
 Weight : 210 gr
 Air velocity : 0.6 – 30 m/s resolution of 0.01
 Temperature : -10 – 60oC resolution of 0.1oC

4 Kuesioner Termal Mendapatkan  Narasumber: Pekerja


informasi pribadi  Jumlah bagian: 2 (dua)
mengenai pekerja  Bagian 1: Jenis pakaian
dan insulasi pakaian  Bagian 2: Persepsi kondisi termal dan tingkat
pekerja kenyamanan

2.3. Instalasi Peralatan Pengukuran tinggi tembok 7 m. Sedangkan tinggi dari lantai
Pengukuran pada penelitian ini menggunakan ke puncak atap adalah 10 meter. Dengan
standar ASHRAE 55-2004 [5]. Kondisi fisik demikian maka volume ruangan adalah 630 m3.
bangunan stasiun dryer saat ini memiliki Titik-titik pengukuran ditunjukkan pada
ukuran panjang 15 m dan lebar 6 m dengan Gambar 2.

15 m
U

B T

Mesin dryer
S

1
2
6m

Mesin dryer

3
Mesin dryer

4 5

(0,0)

Gambar 2. Titik-titik Pengukuran Stasiun Proses Pengeringan

339
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Titik-titik pengukuran pada Gambar 2 2. Titik pengukuran 2: (4,5;3) m


merupakan lokasi kelima operator bekerja. 3. Titik pengukuran 3: (1;2) m
koordinat dari titik pengukuran 1 hingga 5, 4. Titik pengukuran 4: (4,5;0,5) m
dengan titik (0,0) berada pada bagian kiri 5. Titik pengukuran 5: (7;0,5) m
bawah gambar: Ketinggian pengukuran pada masing-
1. Titik pengukuran 1: (7;3,5) m masing titik ditunjukkan pada Tabel 2

Tabel 2. Standar Ketinggian Pengukuran dari Lantai


No Jenis Aktivitas Kerja Ketinggian Alat Ukur (m)
1 0,1
2 0,6
3 Berdiri 1,1
4 1,7
5 2,5

o
C dan temperatur terendah yaitu 32,6 oC.
3. Hasil dan Pembahasan Kecepatan udara rata-rata dalam ruangan yaitu
3.1. Kondisi lingkungan kerja dan persepsi 0,39 m/s dengan kelembaban udara rata-rata
paparan panas operator sebesar 59,9%. Berdasarkan hasil pengamatan
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh selama 2 hari, diketahui bahwa pengaruh panas
bahwa temperatur udara rata-rata dalam dari mesin dryer memiliki peranan yang besar
ruangan adalah 35,8 oC dimana standar nasional dalam meningkatkan paparan panas. Pemetaan
yang direkomendasikan adalah antara 18 oC - 30 kondisi panas pada stasiun kerja pengeringan
o
C.. Temperatur tertinggi berada pada nilai 38,2 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemetaan Kondisi Panas pada Stasiun Pengeringan

340
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa skala nilai yang diberikan operator, maka
temperatur tinggi terdapat pada titik 3, 4, diketahui bahwa secara rata-rata sensasi
dan 5. Sedangkan pada titik 1 dan 2 termal yang dirasakan operator berada
memiliki temperatur yang lebih rendah. dalam rentang panas. Hal tersebut
Oleh karena itu, dibutuhkan ventilasi agar membuktikan bahwa dari segi operator,
memudahkan temperatur ruangan dapat kondisi lingkungan kerja perlu diperbaiki
tersebar secara merata dan menurunkan agar operator dapat merasa nyaman pada
temperatur tinggi yang terdapat pada kondisi stasiun kerja pengeringan.
stasiun pengeringan.
Paparan panas yang dirasakan operator 3.2. Pendekatan Ergonomi
diketahui melalui penyebaran kuesioner 3.2.1. Analisis Heat Stress Index (HSI)
kondisi termal. Kuesioner ini digunakan Analisis HSI yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi psikologi berdasarkan gradien ketinggian
pribadi pekerja terkait dengan kenyamanan pengukuran. Berikut adalah hasil
termal yang dirasakan operator. Jawaban perhitungan HSI melalui proses pengolahan
yang diberikan oleh kuesioner ini data yang dapat dilihat pada Tabel 3.
dijabarkan dalam bentuk skala. Berdasarkan

Berdasarkan data pada Tabel 5.21 dapat stasiun kerja tersebut termasuk dalam
diketahui bahwa semakin tinggi gradien kategori “tekanan panas yang sangat
titik pengukuran maka semakin tinggi nilai mengganggu dan berbahaya bagi
HSI yang diperoleh. Dari data diatas dapat kesehatan”, dimana dalam kategori ini,
diliat bahwa heat stress index secara rata- kondisi panas yang dirasakan sudah akan
rata adalah 94,86%. Berdasarkan standar mengganggu kesehatan dan kenyamanan
Ken Parsons [8], hal ini menunjukkan operator.
bahwa indeks heat stress yang terjadi di

341
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

3.2.2. Analisis Indeks Suhu Bola Basah


(Wet Bulb Globe Temperature) 3.3. Usulan perbaikan lingkungan kerja
Data yang digunakan untuk analisis ini Usulan perbaikan yang diajukan adalah
meliputi data hasil ISBB dan kategori penggunaan turbin ventilator. Alat ini
beban kerja. Data ini digunakan untuk dipilih karenahemat energi karena alat ini
mengetahui presentase jam kerja dan tidak membutuhkan tenaga listik untuk
istirahat yang sesuai dengan kondisi di beroperasi. Cara kerja turbin ventilator
tempat penelitian. ISBB rata-rata adalah yaitu:
29,21 oC dan kategori beban kerja adalah 1. Turbin dapat berputar dengan hembusan
berat, maka diketahui bahwa waktu kerja angin yang lemah, tetapi juga mampu
berada pada 50 % dan waktu istirahat pada menahan angin berkecepatan tinggi.
50%. Dengan demikian waktu kerja adalah Perputaran turbin disebabkan adanya
50 % atau sekitar 4 jam dan waktu istirahat perbedaan tekanan udara di dalam dan
adalah 50 % atau sekitar 4 jam. diluar ruangan.
Jika dibandingkan dengan jam kerja 2. Secara alamiah udara panas di dalam dan
aktual yaitu waktu kerja 8 jam dan waktu diluar ruangan akan mengalir keluar
istirahat 1 jam, maka dapat disimpulkan melalui sirip-sirip turbin yang
bahwa kondisi saat ini tidak sesuai dengan menghasilkan tekanan untuk membuat
SNI 16-7063-2004 [6]. Jika jam kerja turbin ventilator berputar. Dengan
usulan ini digunakan maka akan terjadi demikian, kuat atau tidaknya hembusan
penurunan produktivitas pada perusahaan, angin, turbin ventilator akan selalu
maka dari itu, alternatif lainnya adalah berputar menghisap udara panas dalam
dengan memperbaiki fasilitas lingkungan ruangan. Gambar dari turbin ventilator
kerja. dapat dilihat pada Gambar 4.

Jika turbin ventilator yang digunakan saat ini adalah L-45 dengan kapasitas hisap 42,39
m3 dan waktu sirkulasi 10 menit, maka jumlah turbin yang direkomendasikan adalah:
Kapasitas Sedot x Waktu Sirkulasi
Volume Ruangan
Jumlah Turbin Ventilator =
Kapasitas Sedot x Wa ktu Sirkulasi

765 m 3
Jumlah Turbin Ventilator =
42,39 m 3 / menit  10menit
Jumlah Turbin Ventilator = 1,80 ≈ 2 buah

Perancangan turbin ventilator pada lantai harus dikeluarkan oleh perusahaan. Harga
produksi tentu memerlukan biaya yang turbin ventilator tipe L-45 dengan diameter

343
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

18” dan bahan Stainless Steel merek 3.4. Perbandingan kondisi sebelum dan
Cyclone memiliki harga Rp. 650.000. setelah perbaikan
Karena dibutuhkan 2 buah turbin, maka PT Dengan adanya pemasangan dua unit turbin
Socfin Indonesia Tanah Besih harus ventilator, maka akan terjadi penurunan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. panas dengan parameter yang ditunjukkan
1.300.000,- . pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Kondisi Sebelum dan Setelah Perbaikan Fasilitas


No Parameter Sebelum Sesudah
1 Temperatur Udara 35,8 oC 27,46 oC
2 Kelembaban Relatif 59,9 % 59,9 %
3 Kecepatan Angin 0,39 m/s 0,3 m/s
4 Metabolic Rate Wm-2 180 Wm-2
5 HSI 94,86% 64,17%

Tabel 5 menunjukkan nilai HSI yang


mengalami penurunan sebesar 30,69%, dan Ucapan Terimakasih
temperature sebesar 8,34 oC. Nilai ini masih Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dalam kategori panas, namun sudah lebih mahasiswa saya sdri Sarmida atas
baik dari pada kondisi sebelumnya. bantuannya melaksanakan pengumpulan
Mengacu pada [4], indeks HSI sebesar data dalam penelitian ini. Begitu juga
64,17% menunjukkan bahwa efek dari kepada Universitas Sumatera Utara yang
paparan 8 jam akan mengakibatkan telah memberikan bantuannya demi
ancaman terhadap kesehatan sehingga terlaksana penelitian ini.
diperlukan penyesuaian terhadap fisik
pekerja. Cara termudah dalam melakukan References
penyesuaian ini adalah dengan menambah [1] Naville, Stanton dkk. 2005.
konsumsi air secara teratur untuk menjaga Handbook of Human Factors and
keseimbangan panas tubuh pekerja [7]. Ergonomics Method. London: CRC
Press.
4. Kesimpulan [2] Anant Sudarshan. 2015. The Impact
Penelitian ini memeriksa kondisi termal of Temperature on Productivity and
ditempat kerja dan pengaruhnya terhadap Labor Supply: Evidence from Indian
para pekerja di stasiun pengeringan di PT. Manufacturing. University of
X. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan Chicago and Energy.
analisis, ditemukan bahwa kondisi [3] Robert W. Allen. 1976. Industrial
lingkungan kerja saat ini tidak memenuhi Hygiene. Prentice-Hall, New Jersey.
standar SNI 16-7063-2004. Tekanan akibat [4] Suma’mur P. K. 1996. Higene
panas yang disebut heat stress telah Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
melewati ambang batas dan mempengaruhi Jakarta: PT.Toko Gunung Agung.
kondisi kerja para operator. Dengan adanya [5] ASHRAE Standards 2004 Thermal
perbaikan fasilitas di stasiun kerja, terjadi Environment Conditions For Human
penurunan HSI dan temperature udara Occupancy ASHRAE 55-2004
secara berturut-turut menjadi 64,17% dan (Atlanta: ASHRAE, Inc)
27,46 oC.

345
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

[6] Badan Standarisasi Indonesia. 2004. and Occupational Health and Safety
SNI 16-7063-2004: Nilai Ambang Professionals. Abu Dhabi: Health
Batas Iklim Kerja (Panas), Authority.
Kebisingan, Getaran Tangan- [8] Parsons, Ken. 2004. Human Thermal
Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Environments: The Effect of Hot,
Ungu di Tempat Kerja. Indonesia. Moderate, and Cold Environment on
[7] Health Authority Abu Dhabi. 2009. Human Health, Comfort and
Work in Heat: Procedures and Performance. Second Edition.
Training Manual for Supervisors London: Taylor and Francis.

347
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

KAJIAN ERGONOMI PADA PERTANIAN STROBERI DI BEDUGUL


BALI

I Made Krisna Dinata, I Made Muliarta, Luh Made Indah Sri H.A.
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: krisnadinata@unud.ac.id

Abstrak

Tanah di Bali merupakan tanah yang sangat subur dan produktif karenanya
memang cocok untuk mengembangkan pertanian. Komoditi pangan yang layak
dikembangkan di Bali khususnya di daerah Bedugul adalah komoditi stroberi dan sayuran.
Pendekatan ergonomi diperlukan untuk tujuan tersebut sehingga dapat tercipta suasana
sehat, aman, nyaman, serta meningkatkan produktivitas petani. Diperlukan suatu kajian
ergonomi sehinga dapat dilakukan suatu intervensi ergonomi yang tepat pada pertanian
stroberi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.
Waktu pelaksanaan dilakukan tanggal 7 Juni 2017 pukul 09.00 – 10.00 wita. Hasil
penelitian didapatkan masih adanya sikap kerja yang tidak ergonomis sehingga berpotensi
menyebabkan nyeri pada muskuloskeletal, peralatan kerja masih ada yang belum
ergonomis sehingga berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, masih ada pekerja
yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang disediakan, waktu kerja lebih dari 8 jam
dan tidak tersedia waktu libur. Dalam mengatasi segala masalah yang ada, perlu
dilakukan suatu pendekatan Ergonomi Total yang terdiri dari pendekatan SHIP (Sistemik,
Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori) serta TTG (Teknologi Tepat Guna) sehingga
tidak ada lagi masalah di kemudian hari. Di dalam melaksanakan pendekatan Ergonomi
Total, kita dapat menggunakan beberapa pertimbangan terkait masalah yang terdapat di
tempat kerja pertanian stroberi antara lain memperbaiki sikap kerja yang tidak ergonomis
dengan memperbaiki stasiun kerja ataupun dengan memberi istirahat pendek kepada
pekerja, menyesuaikan peralatan kerja dengan antropometri pekerja, memberi wawasan
pentingnya alat pelindung diri terhadap pekerja dan menyediakan alat pelindung diri yang
ergonomis, mengatur jam kerja agar tidak lebih dari 8 jam sehari dan tersedia waktu
libur.
.
Kata kunci: Kajian Ergonomi, Pertanian Stroberi, Bali

Pendahuluan Universitas Warmadewa secara umum luas


Kondisi alam, cuaca dan budaya lahan pertanian makin menyempit, sehingga
masyarakat di Bali sangat mendukung dalam kondisi seperti ini kita harus bisa
sektor pertanian. Tanah di Bali merupakan memanfaatkan komoditi pangan lain selain
tanah yang sangat subur dan produktif beras. Adanya program diversifikasi pangan
karenanya memang cocok untuk dengan menurunkan tingkat konsumsi beras
mengembangkan pertanian secara terus merupakan langkah yang tepat. Apalagi,
menerus. masih banyak komoditi pangan di luar
Menurut Dr. Ir. I Gusti Bagus beras, seperti hortikultura, umbi-umbian,
Udayana, M.Si., Dosen Fakultas Pertanian jagung dan lainnya yang tidak hanya

348
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

dipasarkan secara utuh, namun diolah segan terjun ke dunia pertanian, diharapkan
menjadi pangan lain sehingga memiliki Bali mampu memenuhi kebutuhan bahan
nilai jual yang lebih tinggi. Disinggung pangan penduduknya ke depannya
mengenai komoditi pangan yang layak (Rin,2011).
dikembangkan di Bali, kalau di Bali Salah satu pendekatan yang mungkin
tergantung potensi daerah masing-masing dapat dijadikan acuan dasar dalam
seperti halnya di daerah Bedugul, komoditi menyusun konsep pembangunan sektor
yang layak dikembangkan adalah komoditi pertanian di Bali adalah sistem pertanian
stroberi dan sayuran, begitu pula daerah intensif yang tidak lagi menempatkan lahan
lainnya di Bali yang memiliki potensi sebagai titik tolak pengembangan sektor ini.
pangan lainnya. Pemerintah sudah sangat Dengan mengadopsi dan mengaplikasikan
maksimal dan perlu ada sinergisitas beragam peralatan teknologi canggih yang
tentunya dengan pihak terkait seperti bersifat minim pemakaian sumber daya
stakeholder , perguruan tinggi khususnya manusia dan juga efisien dalam pemakaian
dalam hal penerapan teknologi pertanian sumber daya alam (air), pengembangan
dan masyarakat atau petani (Dwi, 2017). sektor pertanian yang nantinya diharapkan
Dari segi teknologi, teknologi budi dapat menyokong terpenuhinya kebutuhan
daya diarahkan pada upaya pengembangan pangan masyarakat Bali dapat
teknologi berbasis sumber daya lokal. Ini dikembangkan sesuai kondisi demografi,
penting karena kecenderungan pertanian ke potensi dan juga kebutuhan (Rin,2011).
depan menekankan sumber daya lokal Pendekatan ergonomi diperlukan
berbasis organik dan partisipatori petani. untuk tujuan tersebut sehingga dapat
Artinya, petani menjadi kunci tercipta suasana sehat, aman, nyaman, serta
pengembangan teknologi. Namun untuk meningkatkan produktivitas petani. Hal
menambah wawasan petani, menurut Gede inilah yang menjadi latar belakang
Suyatna, diperlukan pendidikan penyadaran dilakukannya kunjungan lapangan pada
kritis dengan sistem pendampingan bekerja pertanian stroberi di Bedugul. Dengan
bersama petani dan bukan bekerja untuk kunjungan lapangan ini, diharapkan sektor
petani yang dibantu lembaga pendidikan pertanian dapat dikaji dan dicarikan
(Anonim, 2017). solusinya secara ergonomi.
Semua pihak mulai dari pemerintah,
LSM, tokoh masyarakat, krama Bali Metode Penelitian
sendiri, hingga kaum intelektual (dosen dan Metode yang digunakan dalam
mahasiswa) khususnya yang dari Fakultas kunjungan lapangan ini adalah observasi
Pertanian harus menjalin kerja sama yang dan wawancara. Observasi dilakukan
baik dimana mensosialisasikan sektor terhadap proses kerja serta kondisi
pertanian sangat penting bagi kehidupan lingkungan tempat kerja pertanian stroberi
dan layak untuk dikembangkan, mampu di Bedugul. Wawancara dengan para
memberikan subsidi terhadap berbagai obat pekerja pertanian stroberi di Bedugul.
pertanian, serta mampu memberikan Peralatan dokumentasi yang
perlindungan harga terhadap hasil panen digunakan adalah kamera digital merek
dari petani, jangan sampai harganya Sony model DSC-W510 untuk merekam
anjlok/murah. Dengan mampu mengubah gambar dan alat tulis menulis untuk
minat dari krama Bali untuk tidak segan- mencatat data yang diperlukan. Waktu
349
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kunjungan adalah tanggal 7 Juni 2017 sedemikian rupa sehingga menekan strain
pukul 09.00 – 10.00 wita otot dan efek negatif terhadap kesehatan
yang mungkin timbul seperti keluhan
Hasil Dan Pembahasan muskuloskeletal dan Repetitive Strain
Kokpit Dari wawancara terhadap Injury (RSI) ( Manuaba, 1990).
salah satu pekerja diperoleh data bahwa di Saat memanen buah stroberi, para
pertanian tersebut terdapat empat orang pekerja terlihat membungkuk untuk
pekerja dengan umur berkisar antara 25 memetik buah yang sudah matang sekaligus
hingga 30 tahun dan semuanya berjenis merawat tanaman dengan memetik daun
kelamin laki-laki. Para pekerja sudah yang telah layu. Sikap kerja membungkuk
bekerja selama 3 tahun. ini dilakukan sambil berjalan menyusuri
1. Task tiap tanaman stroberi di sepanjang kebun.
Dari wawancara didapatkan ada Kadang di dalam kegiatan memanen dan
beberapa tugas yang harus dikerjakan para merawat tanaman stroberi ini pekerja
pekerja pertanian stroberi antara lain melakukannya dalam sikap jongkok sambil
pembibitan dan penanaman pohon, berjalan jongkok menyusuri tiap tanaman
perawatan dan pemeliharaan, serta stroberi di sepanjang kebun (gambar 1).
memanen stroberi yang sudah matang. Sikap kerja yang tidak alamiah ini dan
Pembibitan pohon stroberi dilakukan untuk dilakukan secara statis dapat menyebabkan
ditanam maupun dijual. Selain pohon keluhan muskuloskeletal. Hal ini sesuai
stroberi, para pekerja juga melakukan dengan hasil wawancara terhadap empat
pembibitan pohon sayur-sayuran seperti pekerja, dimana para pekerja mengalami
brokoli, tomat, serta kol. Pemanenan keluhan nyeri pada pinggang dan betis
stroberi dilakukan setiap hari bersamaan setelah bekerja sekitar 30 menit. Keluhan
dengan perawatan pohon stroberi. nyeri ini bahkan bertahan hingga malam
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan hari saat mereka beristirahat.
penyiraman setiap sore hari, pemupukan,
dan penyemprotan pestisida tiap minggu.
Pada dasarnya sikap tubuh manusia
dalam keadaan istirahat terdiri dari: berdiri,
duduk, dan berbaring (Phesant, 1991).
Pekerjaan menbentuk salah satu atau
kombinasi dari sikap-sikap tersebut. Sikap
kerja yang baik sangat memungkinkan bisa
melaksanakan pekerjaan tangan dengan
efektif dan usaha otot yang efisien. Secara
Gambar 1. Pekerja sedang memanen dan
umum sikap kerja bervariasi lebih baik
merawat pohon stroberi.
daripada sikap kerja tetap. Sikap kerja
statis, rileks lebih baik daripada sikap kerja Saat melakukan pembibitan, pekerja
statis dan tegang (Dul & Weerdmeester, tampak melakukan kegiatannya dengan
1993). sikap kerja berdiri. Bibit sayur danstroberi
Dalam melakukan sikap kerja diletakkan di suatu tempat yang terbuat dari
diusahakan posisi kepala, tubuh dan tungkai bambu sedemikian rupa sehingga sikap
terhadap pekerjaan dan ruang kerja
350
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

kerja pekerja sudah tampak ergonomis dan penyakit akibat kerja. Secara fisiologis
(Gambar 2). jika kerja lebih dari 8 jam sehari akan
sangat melelahkan dan menurunkan fungsi
organ indera (Grandjean, 2000). Para
pekerja tidak mengeluhkan waktu kerja ini
karena bagi mereka pekerjaan yang
dilakukan tidak terlalu menyita tenaga.
Sistem pembayaran upah
menggunakan sistem bulanan. Untuk
tempat tinggal, pekerja disediakan tempat
tinggal di samping kebun. Pekerja juga
disediakan alat pelindung diri berupa sepatu
Gambar 2. Pekerja sedang melakukan bot namun dari pengamatan tidak semua
kegiatan pembibitan pekerja menggunakannya.

Beberapa kegiatan yang belum bisa 3. Lingkungan


diamati secara langsung adalah proses Dari pengamatan terlihat lingkungan
penyemprotan pestisida dan perawatan kerja cukup bersih. Sudah tersedia ruangan
kebun dengan menggunakan cangkul. khusus untuk menyimpan bahan-bahan
Wawancara terhadap salah satu pekerja kimia pertanian. Didapatkan suhu kering
mengungkapkan bahwa kegiatan 25°C dan 19°C untuk suhu basah,
penyemprotan pestisida dilakukan kelembaban 58%. Suhu lingkungan cukup
seminggu sekali dengan menggunakan alat sejuk namun kelembaban relatif tergolong
penyemprot khusus. Untuk mengatasi rendah sehingga dapat mempercepat
gulma ataupun mengolah tanah kebun, penguapan. Menurut Sutjana & Sutajaya
pekerja menggunakan cangkul. Cangkul (2000) suhu nyaman untuk orang Indonesia
yang digunakan pekerja memiliki gagang yang bekerja di luar ruangan adalah antara
yang relatif pendek yang tidak sesuai 22°C - 28°C dengan kelembaban relatif
dengan antropometri pekerja sehingga saat antara 70-80%.
menggunakannya para pekerja akan
membungkuk. Simpulan dan Saran
Dari uraian di atas dapat disimpulkan :
2. Organisasi 1. Masih adanya sikap kerja yang tidak
Para pekerja bekerja 7 hari seminggu, ergonomis sehingga menyebabkan
11 jam per hari mulai pukul 07.00 hingga keluhan nyeri pada muskuloskeletal.
pukul 18.00 sudah termasuk istirahat siang 2. Peralatan kerja masih ada yang belum
sekitar satu jam untuk makan. Manuaba ergonomis sehingga dapat menimbulkan
(1992) menyatakan bahwa jam kerja gangguan kesehatan.
optimal manusia adalah 8 jam sehari atau 3. Masih ada pekerja yang tidak
40 jam seminggu dengan lembur yang menggunakan alat pelindung diri yang
ditolerir adalah 1 jam setelah bekerja 8 jam disediakan
perhari. Memperpanjang waktu kerja lebih 4. Waktu kerja lebih dari 8 jam dan tidak
dari itu hanya akan menurunkan efisiensi tersedia waktu libur. Hal ini dapat
kerja, meningkatkan kelelahan, kecelakaan menimbulkan penurunan kualitas kerja.

351
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Dalam mengatasi segala masalah June 25]. Available at URL:


yang ada, perlu dilakukan suatu pendekatan http://www.bisnisbali.com/2012/04/27/
Ergonomi Total yang terdiri dari news/agrohobi/p.html
pendekatan SHIP (Sistemik, Holistik, Grandjean, E and Kroemer, K.H.E. 2000.
Interdisipliner, dan Partisipatori) serta TTG Fitting the Task to the Man, A
(Teknologi Tepat Guna) sehingga tidak ada Textbook of Occupational Ergonomics.
lagi masalah di kemudian hari. Di dalam 5th Edition. London : Taylor & Francis.
melaksanakan pendekatan Ergonomi Total, Manuaba, A. 1990. Beban Tugas untuk
kita dapat menggunakan beberapa Prajurit Dikaitkan dengan Norma
pertimbangan terkait masalah yang terdapat Ergonomi di Indonesia. Bunga Rampai
di tempat kerja pertanian stroberi antara Ergonomi Volume I. Kumpulan
lain: Makalah pada Program Studi
1. Memperbaiki sikap kerja yang tidak Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program
ergonomis dengan memperbaiki stasiun Pasca Sarjana. Denpasar : Universitas
kerja ataupun dengan memberi istirahat Udayana.
pendek kepada pekerja. Manuaba, A 1992. Upaya Memberdayakan
2. Menyesuaikan peralatan kerja dengan Ergonomi di PTP XXI-XXII.
antropometri pekerja. Disampaikan pada Seminar
3. Memberi wawasan pentingnya alat Membudayakan Ergonomi di Pabrik
pelindung diri terhadap pekerja dan Gula PTP XXI-XXII Surabaya 30
menyediakan alat pelindung diri yang November .
ergonomis Phesant, S. 1991. Ergonomics Work and
4. Mengatur jam kerja agar tidak lebih dari Health. London: Macmillan Press
8 jam sehari dan tersedia waktu libur Scientific & Medical.
. Rin. 2011. 'Revolusi' Pemberdayaan Sektor
DAFTAR PUSTAKA Pertanian Bali. [cited 2012, June 25].
Anonim. 2017. Seni Harapan Available at URL:
Mensinergikan Pariwisata dan http://www.balipost.co.id/mediadetail.p
Pertanian di Bali. [cited 2017, June hp?module=detailberitaminggu
25]. Available at URL: &kid=15&id=54433.
http://ajegbali.org/node/7 Sutjana, D.P. & Sutajaya, M. 2000.
Dul, J. & Weerdmeester, B. A. 1993. Penuntun Tugas Lapangan Mata
Ergonomics for Beginer a Quick Kuliah Ergonomi-Fisiologi Kerja.
Reference Guide. Washington: Taylor Denpasar: Universitas Udayana.
& Francis.
Dwi. 2017. Pangan Lokal harus
Dimanfaatkan Optimal. [cited 2017,

352
Prosiding Seminar dan Workshop PEI 2017
ISBN : 978-602-294-244-3

Anda mungkin juga menyukai