Anda di halaman 1dari 3

Nama : Defi Mei Susanti

Nomor absen : 04

NIM : 203140514111006

Resume UU No. 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan

BAB 1 KETENTUAN UMUM

Pada bagian UU ini dijelaskan mengenai pengertian dari kearsipan, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan arsip. Sedangkan arsip sendiri adalah rekaman kegiatan dalam berbagai
bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh berbagai lembaga. Jenis-jenis arsip dibagi menjadi 7, yaitu: arsip
dinamis, arsip vital, arsip aktif, arsip inaktif, arsip statis, arsip terjaga, dan arsip umum.

BAB 2 MAKSUD, TUJUAN, ASAS, & RUANG LINGKUP

Undang-Undang ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam


penyelenggaraan kearsipan nasional. Yang dimaksud dengan “memberikan kepastian
hukum” yaitu bahwa Undang-Undang ini memberi landasan hukum bagi semua aktivitas
penyelenggaraan kearsipan dan memberikan kepastian serta rasa aman bagi para
penyelenggara kearsipan. Maksud selanjutnya yaitu “menjamin ketersediaan arsip yang
autentik dan terpercaya sebagai bukti yang sah” adalah penyelenggaraan kearsipan harus
dapat menjamin arsip sebagai rekaman kegiatan atau peristiwa yang dapat disediakan atau
disajikan dalam kondisi autentik dan terpercaya, sehingga dapat berfungsi sebagai alat bukti
yang sah maupun dapat menjadi sumber informasi dalam pelaksanaan kegiatan pada masa
yang akan datang.

Suatu kearsipan bertujuan untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik.


Maksudnya, arsip yang memiliki struktur, isi, dan konteks yang sesuai dengan kondisi pada
saat pertama kali arsip tersebut diciptakan dan diciptakan oleh orang atau lembaga yang
memiliki otoritas atau kewenangan sesuai dengan isi informasi arsip.

Dalam Undang-Undang ini, menyelenggaraan kearsipan harus dilaksanakan


berasaskan “kepastian hukum”, artinya dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Asas yang kedua yaitu “keautentikan dan keterpercayaan”,
artinya penyelenggaraan kearsipan harus berpedoman pada asas menjaga keaslian dan
keterpercayaan arsip sehingga dapat digunakan sebahai bukti yang sah. Asas yang ketiga
yaitu “keutuhan”, artinya penyelenggaraan kearsipan harus menjaga kelengkapan arsip dari
upaya pengurangan, penambahan, dan pengubahan informasi maupun fisiknya yang dapat
mengganggu keautentikan dan keterpercayaan arsip. Asas yang keempat yaitu “asal usul”,
artinya arsip tetap terkelola dalam satu kesatuan pencipta arsip. Asas yang kelima yaitu
“aturan asli”, artinya asas yang dilakukan untuk menjaga arsip ditata sesuai pengaturan
aslinya. Asas yang keenam yaitu “keamanan”, artinya memberikan jaminan keamanan arsip
dari kebocoran. Asas yang ketujuh yaitu “keselamatan” artinya penyelamatan kearsipan
harus menjamin terselamatnya arsip dari segala ancaman. Asas yang kedelapan yaitu
“keprofesionalan” artinya penyelenggaraan kearsipan harus dilaksanakan oleh sumber daya
manusia yang kompeten di bidang kearsipan. Asas kesembilan yaitu “keresponsifan” artinya
penyelenggara kearsipan harus tanggap terhadap segala permasalahan terkait kearsipan
seperti hilang, rusak, maupun hancur. Asas kesepuluh yaitu “keantisipatifan” artinya
penyelenggaraan kearsipan harus menyedari berbagai perubahan arsip bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara seperti perkembangan informasi, budaya, dan ketatanegaraan.
Asas kesebelas yaitu “kepartisipatifan” artinya penyelenggaraan kearsipan harus
memberikan peran serta masyarakat di bidang kearsipan. Asas keduabelas yaitu
“akuntabilitas” artinya penyelenggaraan arsip harus memperhatikan akuntabilitas dan
mampu merefleksikan peristiwa yang direkam. Asas ketigabelas yaitu “kemanfaatan” artinya
mampu memberikan manfaat bagi kehidupan. Asas keempatbelas yaitu “aksesibilitas”
artinya mampu memberikan kemudahan bagi masyatakat untuk memanfaatkan arsip. Asas
kelimabelas yaitu “kepentingan umum” artinya mampu memperhatikan kepentingan umum
tanpa diskriminasi.

Ruang lingkup penyelenggaraan kearsipan meliputi keseluruhan penetapan


kebijakan, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip dalam suatu sistem kearsipan
nasional yang didukung oleh sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta sumber
daya lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB 3 PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

Dalam UU ini menjelaskan bahwa negara menyelenggarakan pelindungan dan


penyelamatan arsip yang dinyatakan sebagai arsip milik negara, baik terhadap arsip yang
keberadaannya di dalam maupun di luar NKRI sebagai bahan pertanggungjawaban nasional
dari kemungkinan kehilangan dan kerusakan arsip yang disebabkan oleh faktor alam,
biologi, fisika, dan tindakan terorisme, spionase, sabotase, perang, dan lainnya. Pendanaan
yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kearsipan bersumber dari APBN, APBD, maupun
bantuan luar negeri.

BAB 4 PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS

Menurut UU No. 43 Tahun 2009, syarat pengelolaan arsip dinamis harus sistematis,
utuh, menyeluruh, serta sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria. Arsip dinamis
sendiri merupakan arsip uang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,
pelaksanaan, serta penyelenggaraan aktivitas di lingkungan kantor.

BAB 5 PENGELOLAAN ARSIP STATIS

Pengelolaan arsip statis dilaksanaka untuk menjamin keselamatan arsip sebagai


pertanggungjawaban nasional bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
pengelolaannya, lembaga kearsipan melaksanakan akuisisi arsip statis yang telah
diverifikasi baik langsung (verifikasi terhadap arsip yang tercantum dalam JRA yang
berketerangan dipermanenkan) maupun tidak langsung (verifikasi terhadap arsip yang
belum tercantum dalam JRA tetapi mempunyai nilai guna).

BAB 6 AUTENTIKASI

Dalam UU disebutkan bahwa autentikasi arsip statis adalah pernyataan tertulis


bahwa arsip statis sesuai dengan aslinya. Ketentuan mengenai autentisitas arsip atatis yang
tercipta secara elektronik atau hasil alih media harus dapat dibuktikan dengan persyaratan
peraturan pemerintah.
BAB 7 ORGANISASI PROFESI DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Arsiparis dapat membentuk organisasi profesi dan dalam pembinaannya dilakukan


oleh pemerintah dan pemerintah daerah berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Masyarakat umum dapat berperan serta dalam pengelolaan, penyelamatan, penggunaan
arsip, dan penyediaan sumber daya pendukung dalam kearsipan yang meliputi peran serta
perseorangan, organisasi politik, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan
kearsipan.

BAB 8 SANKSI ADMINISTRATIF

Sanksi administratif adalah sanksi yang dijatuhkan kepada pelanggar terhadap


pengelolaan kearsipan berupa surat peringatan, surat teguran, penundaan gaji berkala dan
penundaan kenaikan pangkat.

BAB 9 KETENTUAN PIDANA

1. Pada UU ini dijelaskan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menguasai atau
memiliki arsip negara untuk kepentingan sendiri atau orang lain yang tidak berhak
maka akan dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak 250 juta.
2. Setiap orang yang dengan sengaja menyediakan arsip dinamis kepada pengguna
arsip yang tidak berhak maka dipidana penjara paling lama 3 tahun atau denda
paling banyak 125 juta.
3. Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjaga keutuhan, keamanan dan
keselamatan arsip negara dipidana penjara paling lama 1 tahun atau denda paling
banyak 25 juta.
4. Pejabat yang dengan sengaja tidak melaksanakan pemberkasan dan pelaporan
dipidana paling lama 10 tahun atau denda paling banyak 500 juta.
5. Setiap orang dengan sengaja memusnahkan arsip di luar prosedur yang benar
dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 500 juta.

BAB 10 KETENTUAN PERALIHAN

Ketentuan terhadap kegiatan semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan


dengan kearsipan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum
dikeluarkan peraturan baru berdasarkan Undang-Undang ini.

BAB 11 KETENTUAN PENUTUP

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, Undang-Undang ini ditempatkan dalam lembaran negara republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai