Anda di halaman 1dari 4

Unit of Inquiry – Senin, 19 April 2021

Perencanaan Pembelajaran

Senin, 19 April 2021 kami melakukan team teaching yang terdiri dari 2 orang dalam 1 tim. Kami
mengajar mata pelajaran Unit of Inquiry (UoI) pada kelas K3 dengan aktivitas belajar show and tell about
their parents favorite games. Waktu untuk belajar setiap grup yaitu selama 30 menit. Kami mengajar 2 grup
yang terdiri dari 7 siswa pada grup pertama dan 6 siswa pada grup kedua. Pembelajaran dimulai dengan ice
breaking kemudian menyampaikan peraturan kelas seperti menyalakan kamera dan mic, siswa harus berada
di depan perangkat selama pembelajaran, siswa tidak diperkenankan membawa mainan dan makan saat
belajar, serta harus duduk dengan rapi selama belajar. Selama berlangsungnya proses belajar-mengajar,
beberapa siswa pada grup 1 menunjukkan kesiapan belajar yang baik dengan mempersiapkan lembar HandOut
untuk menuntun mereka dalam bercerita. Kemudian, siswa juga menunjukkan minat belajar dan antusias
dalam mengikuti pembelajaran. Namun, terdapat 1 siswa yang mengikuti kelas tetapi tidak memberikan
perhatian dan fokus selama pembelajaran. Siswa tersebut tidak mendengarkan instruksi guru walaupun sudah
dipanggil beberapa kali baik diawal maupun diakhir pembelajaran dan ia juga tidak bercerita seperti teman
lainnya. Hampir secara keseluruhan siswa, ketika temannya bercerita mereka dapat mendengarkan dan
memperhatikan dengan seksama hal ini terbukti ketika diberikan pertanyaan pada akhir pembelajaran, siswa
mampu merespon dengan menjelaskan permainan yang telah diceritakan oleh teman lainnya. Pada grup 2 juga
menunjukkan adanya kesiapan belajar yang baik dengan menunjukkan gambar permainan sesuai dengan cerita
mereka masing-masing. Semua siswa melakukan show and tell dengan sangat baik dan lancar. Mereka begitu
antusias menunggu giliran untuk bercerita. Kedua grup tersebut dapat menunjukkan sikap respek kepada
teman yang sedang bercerita dan mampu memberikan apresiasi kepada setiap teman yang sudah selesai
bercerita dengan mengatakan “Good job, friends!”.

Kami menggunakan metode mengajar direct instruction, sehingga komunikasi yang terjadi selama
pembelajaran dapat berlangsung interaktif antara guru dengan siswa dan sesama siswa. Kami merancang
konsep penyajian pembelajaran seperti pertunjukan, yaitu setiap siswa akan dipanggil secara bergiliran dan
ketika mereka bercerita kami menggunakan fitur spotlight pada Teams sehingga dapat memfokuskan kepada
1 siswa. Media pembelajaran yang digunakan yaitu melalui PPT, terdapat video ice breaking untuk awal kelas,
HandOut dan gambar permainan sesuai cerita siswa.

Kami merasa bersyukur dan terberkati dengan pembelajaran hari ini. Respon, partisipasi, dan kerja
sama siswa yang ditunjukkan selama pembelajaran memberikan kepuasan dan sukacita yang luar biasa bagi
saya. Pada saat mengajar terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan perencanaan seperti, siswa bercerita
lebih lama daripada waktu yang ditentukan, siswa tidak merespon instruksi, serta suara guru dan siswa yang
delay. Hal tersebut menjadi tantangan khusus bagi kami untuk harus dapat berpikir cepat dan bertindak tepat
di dalam menyikapi setiap hal yang terjadi pada saat kelas berlangsung. Setiap detik yang berjalan selama
pembelajaran hari ini memberikan sukacita untuk kami, terlebih ketika mendengar siswa dengan semangat
siap bercerita, saling mengapresiasi, melihat sikap siswa yang menghargai temannya bercerita dan aktif
berinteraksi sehingga komunikasi kelas tidak hanya antara guru dan siswa tetapi juga sesama siswa. Terdapat
1 bagian yang menjadi perhatian kami, yaitu kami menyayangkan salah satu siswa yang mengikuti kelas
dengan kamera yang aktif tetapi sama sekali tidak mendengarkan instruksi dan tidak melihat kepada layar
perangkat elektronik yang digunakan untuk belajar.

Berbagai tantangan yang kami hadapi saat mengajar hari ini memberikan pembelajaran bagi kami
secara pribadi, bahwa sebaik apapun perencanaan yang dilakukan oleh guru ternyata yang terjadi pada
kenyataannya tidak akan terjadi persis seperti perencanaan tersebut. Maka, kami belajar ketika guru tidak
mempersiapkan pembelajaran dengan baik dan maksimal nantinya akan menghadapi banyak kesulitan yang
dapat mengganggu jalannya pembelajaran, hal tersebut serta dapat berdampak pada minat belajar siswa.
Faktor yang menjadi tantangan saat mengajar dapat berasal dari guru itu sendiri ketika kurang persiapan,
berasal dari bagaimana siswa memberikan respon dan karakteristik siswa, kondisi rumah siswa yang kurang
mendukung untuk online learning, serta faktor dari kekuatan jaringan internet. Oleh karena itu, kami akan
mengeksplorasi lebih lagi mengenai karakter siswa, metode mengajar guru yang efektif dan interaktif baik
saat online maupun on site learning, serta cara untuk menyikapi respon siswa selama pembelajaran
berlangsung.

Bagi kami, hal tersebut menjadi penting sebab keputusan yang berasal dari pikiran kami, sikap dan
perkataan selama pembelajaran menentukan siswa untuk dapat sampai kepada tujuan pembelajaran dan
pertumbuhan secara rohani. Sebab, kami mengajar bukan hanya untuk mentransfer konten melainkan untuk
menyampaikan kebenaran Allah melalui pembelajaran (Brummelen, 2009). Ketika kami mampu memahami
siswa dan memfasilitasi siswa sesuai dengan karakteristik mereka, maka pada saat itu juga kami mampu
memandang siswa sebagai image of God. Setiap siswa harus dijangkau, berhak mendapatkan pengalaman
belajar secara maksimal dan dituntun kepada pembaharuan budinya. Apabila kami hanya menggunakan
kemampuan diri sendiri hal tersebut tidak akan terjadi, untuk itu kami senantiasa memohon tuntunan Roh
Kudus dalam menuntun kami dan setiap siswa agar dapat bersama-sama mencapai tujuan kekal dari
penyelenggaraan pembelajaran.

Kurang dari 1 bulan kami akan menerima pengumuman di mana akan ditempatkan, artinya pada saat
itu juga kami masing-masing sudah dipercayakan atas siswa-siswa pada salah satu sekolah. Ketika mengajar
kelas kami sendiri, maka kami akan lebih lagi merancangkan konsep pembelajaran yang dapat menarik minat
belajar, antusias, fokus dan respon siswa dengan memfasilitasi mereka sesuai gaya belajar dan
karakteristiknya. Untuk itu, kami perlu memperbaiki dan meningkatkan yang menjadi kekurangan kami sesuai
dengan refleksi hari ini seperti meningkatkan pengucapan bahasa Inggris dengan lebih baik, mengurangi rasa
gugup saat mengajar dan lebih mampu menangani kelas sendiri tanpa dibantu dengan rekan mengajar.

Daftar Pustaka
Van Brummelen, H. (2009). Berjalan bersama tuhan di dalam kelas. Jakarta: Universitas Pelita Harapan.
Bahasa Indonesia – Rabu, 21 April 2021
Guru yang Melayani

Rabu, 21 April 2021 kami berkesempatan untuk melaksanakan team teaching bersama 1 rekan. Kami
melaksanakan team teaching sebanyak 2 kali, yaitu di kelompok 1 dan 3 pada hari tersebut. Kelompok pertama
beranggotakan 6 siswa, namun 2 orang siswa tidak tergabung dalam kelas tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Untuk keseluruhan pelaksanaan team teaching pada kelompok pertama berjalan dengan cukup baik, karena
didukung dengan sikap kooperatif siswa untuk mendengarkan guru pada saat menjelaskan materi, dan
menjawab atau memberikan pertanyaan jika dipersilahkan. Untuk menuju pembelajaran yang cukup baik
kelompok pertama memerlukan ekstra dorongan dari guru, misalnya siswa akhirnya menjawab pertanyaan
guru ketika guru sudah mengulang pertanyaannya berkali-kali, beberapa siswa juga terkadang lebih memilih
diam jika tidak disebutkan namanya untuk menjawab pertanyaan guru. Pada sesi berhitung bersama, siswa
dalam kelompok pertama sangat berantusias dengan menyebutkan angka bersama guru dengan suara yang
lantang, teratur, dan selaras dengan gurunya. Kemudian kelompok kedua terdiri dari 6 orang siswa namun 1
siswa tidak tergabung dalam kelas tanpa pemberitahuan dan tergabung juga 1 siswa dari kelompok pertama
yang sebelumnya tidak mengikuti kelas. Pada kelompok kedua secara keseluruhan cukup baik, siswa dalam
kelompok kedua lebih aktif dibandingkan siswa dalam kelompok pertama. Pada kelompok kedua siswa lebih
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa dapat menunjukkan sikap kooperatif dengan memperhatikan
penjelasan guru, serta berbicara saat dipersilahkan. Siswa juga dengan penuh kesadaran menyampaikan
kendala dalam mengikuti sesi pembelajaran, sehingga hal ini menjadi pengingat bagi kami bahwa anak-anak
ingin mendapatkan pembelajaran dengan seutuhnya. Pada kelompok kedua siswa kurang mampu untuk
berhitung bersama dengan guru pada sesi menghitung mainan. Siswa menyebutkan angka terkadang lebih
cepat atau lebih lambat daripada guru sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Kedua kelompok memiliki nilai
lebih dan hal yang perlu ditingkatkan pada bagiannya masing-masing, namun jika dilihat secara
keseluruhannya kedua kelompok cukup baik dalam mengikuti pembelajaran.

Kami menggunakan metode pembelajaran diskusi dan gamifikasi, metode pembelajaran diskusi
dilaksanakan dengan memberikan sebuah video sebagai bahan ajar, dan kemudian berdiskusi dengan siswa
tentang bentuk lambang bilangan berdasarkan penjelasan yang diberikan video. Dilanjutkan dengan metode
gamifikasi yang dilaksanakan dengan mendesain pembelajaran pada sesi membersihkan dan menghitung
jumlah mainan. Kami mendesain sebuah ppt agar dapat dioperasikan seperti sebuah video game, mainan akan
menghilang ketika di klik dan kemudian pada tampilan selanjutnya seluruh mainan akan ditampilkan untuk
dihitung ulang, dan kemudian dicocokkan dengan lambang bilangan yang tepat. Sebelum sesi pembelajaran
kami juga melakukan ice breaking sebelum memulai kelas, dengan tujuan untuk melibatkan motorik serta
meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran. Kemudian memberikan apresiasi melalui aplikasi
gamifikasi ClassDojo.

Kami sangat bersyukur dengan kesempatan mengajar hari ini. Kami dituntut untuk menjadi tepat
waktu dan fleksibel dengan realita dalam pembelajaran. Desain pembelajaran harus dapat bergerak sesuai
dengan keadaan kelas namun tetap tertuju pada tercapainya tujuan pembelajaran. Kami bersyukur dengan diri
kami sendiri karena sudah dapat menunjukkan apresiasi kepada hal kecil yang kami lihat dari siswa, namun
tentunya hal tersebut adalah hal yang menakjubkan bagi siswa dan orang tua siswa tersebut. Kami sangat
bersyukur dapat memberikan respon yang sepantasnya dalam setiap perubahan dan hambatan di dalam kelas.
Kami sangat bersyukur dengan orang tua siswa dan rekan-rekan PPG yang memberikan dukungan serta
bimbingan selama pembelajaran berlangsung, sehingga kelas dapat dimulai dan diakhiri dengan sangat baik.

Pembelajaran yang kami dan mentor lakukan menjadi pengingat bagi kami tentang pelayanan guru
dalam mengajar bukanlah tentang membentuk mereka untuk menghasilkan nilai ujian yang tinggi, akan tetapi
membentuk mereka untuk memiliki semangat, dorongan hidup, lingkungan, nilai hidup dan jati diri dalam
Kristus yang merestorasi kehidupan manusia (Dyk, 2013). Kami memiliki impian untuk menjadi bagian dari
revolusi pendidikan, turut ambil bagian dalam tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa secara holistik.
Sebelum semua itu dapat kami lakukan, kami sadar bahwa hal itu harus dimulai dari diri kami sendiri terlebih
dahulu, yang kemudian dapat berbuah dan dinikmati oleh orang-orang di sekitar kami. Dalam waktu singkat
kami akan menjadi bagian dari tanggung jawab tersebut, dan belum terlambat bagi kami untuk
memperlengkapi diri lebih lagi sebelum bertemu siswa untuk berbagi.

Daftar Pustaka
Dyk, J. V. (2013). Surat-surat untuk Lisa – Sebuah Refleksi Bagaimana Seharusnya Guru Kristen
Mengajar. Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai