Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Pengalaman PPG

Kami diberikan kesempatan untuk dapat melakukan PPG di sekolah SDH Holland Village Manado.
Kami terdiri dari 4 orang dalam satu kelompok yang dipercayakan untuk melaksanakan kegiatan PPG pada
jenjang kelas K3, tepatnya yaitu K3-A. Kelas K3-A terdiri dari 25 siswa, yaitu 19 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan. Selama kurang lebih 4 bulan, kami mengikuti pembelajaran di kelas, meliputi mata pelajaran Unit
of Inquiry, Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris. Pada semester ini, pembelajaran di jenjang K3
memiliki tema pembelajaran “Permainan”.

Selama proses belajar-mengajar sepanjang kami melaksanakan kegiatan PPG, kami mengamati
beberapa hal yang terjadi seperti, sikap dan respon siswa selama proses belajar-mengajar, karakteristik siswa,
gaya belajar siswa dan mengamati metode serta media pembelajaran yang guru terapkan. Siswa menunjukkan
sikap dan respon yang beragam selama proses belajar-mengajar. Terdapat siswa yang memperhatikan layar
perangkatnya dan mendengarkan instruksi guru dengan baik, beberapa siswa lainnya perlu beberapa kali
dipanggil namanya agar ia memperhatikan, terdapat juga siswa yang mengikuti pembelajaran sambil
membawa mainan dan mengobrol dengan orang sekitarnya, serta terdapat siswa yang aktif mengutarakan
pendapat dan menjawab pertanyaan guru. Respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru pun
beragam, terdapat siswa yang cepat menjawab dan beberapa siswa yang masih perlu tuntunan guru juga orang
tua dalam merespon pertanyaan guru. Selain itu, siswa memberikan respon yang menunjukkan rasa senang,
semangat, dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, terutama ketika pada awal pembelajaran siswa
diberikan ice breaking oleh guru.

Guru menggunakan metode mengajar yang menyesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang
diajarkan. Guru lebih banyak menggunakan metode direct teaching agar siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik dan mudah mengikuti instruksi guru secara langsung. Kemudian, guru juga menerapkan metode
tanya jawab baik kepada siswa secara individu, berpasangan, maupun berkelompok yang terdiri dari siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Metode ceramah juga tentu diterapkan ketika guru pada awal pembelajaran
menjelaskan materi yang akan dipelajari siswa pada hari tersebut. Media pembelajaran yang digunakan guru
disesuaikan juga dengan mata pelajaran dan materinya. Siswa di SDH Holland Village setiap minggu akan
mendapat KIT BELAJAR yang sudah disediakan dari sekolah untuk pembelajaran selama 1 minggu kedepan,
termasuk media ajar yang akan digunakan guru belajar bersama siswa di rumah mereka masing-masing. Guru
menggunakan media PPT sebagai media pembelajaran utama dalam menyampaikan materi, menggunakan
handout yang dikerjakan bersama-sama saat proses belajar-mengajar dan yang dikerjakan oleh siswa secara
mandiri di rumah. Selain 2 media pembelajaran tersebut, guru menggunakan gambar yang sudah dicetak,
menggunakan kertas karton sebagai media tulis siswa dan kapur sebagai alat tulisnya, menggunakan snack
dan sereal untuk media pembelajaran berhitung, serta menggunakan karet sebagai media pembelajaran
pengenalan permainan tradisional kepada siswa.
Kami juga merasa senang berkesempatan mengobservasi di sekolah SDH Holland Village Manado.
Melalui devosi guru, kami mendapatkan insight baru mengenai kisah di Alkitab. Guru-guru memberikan point
of view yang sebelumnya belum pernah kami perhatikan saat membaca kisah di Alkitab yang dibagikan.
Melalui guru mentor, kami mendapatkan gambaran mengenai metafora guru sebagai pengrajin, meskipun guru
mentor juga menunjukkan metafora sebagai pelayan, penuntun. Guru sangat peka dan respon terhadap
perasaan siswa sehingga siswa tidak takut saat ingin bertanya atau saat ingin menyatakan perasaanya karena
guru menyambut setiap cerita siswa dengan ramah. Cara guru memperlakukan siswa membuat kami melihat
bahwa guru memiliki otoritas dalam membangun kebiasaan yang akan mempengaruhi di dalam komunitas
kelas akan membuat siswa bahwa keberadaannya dihargai, didengarkan, diterima atau diabaikan. Kami sangat
terkesan dengan sikap siswa yang komunikatif dalam menyampaikan kendala yang dihadapinya saat
mengikuti kelas dan apabila audio video pembelajaran yang ditayangkan guru mentor belum terdengar serta
apabila tampilan share screen belum dapat dilihat pada layar perangkat yang digunakan siswa. Kami juga
sangat senang dengan kepribadian mentor yang ramah saat membimbing kami dengan arahan yang
memampukan kami berpikir dan melihat konteks TKWA yang digunakan dalam pembelajaran dengan tema
kuarter 4. Hal-hal tersebut membuat kami semakin menyadari bahwa menjadi guru memerlukan manajemen
diri yang baik agar dapat menjadi teladan bagi siswa. Hal ini dikarenakan siswa dipengaruhi melalui interaksi
yang ada saat guru dan siswa berhubungan dengan satu dengan yang lain (Van Brummelen, 2009).

Kami sangat terinspirasi dengan cara guru berotoritas di dalam kelas. Guru memimpin kelas dengan
sangat baik, dan sangat memperhatikan setiap detail kejadian di dalam kelas. Guru dapat berlaku adil bagi
setiap siswa yang ingin bertanya atau berbicara, bijak mengelola waktu dan konsistensi untuk fokus dalam
pembelajaran juga sangat terlihat di dalam kelas. Guru selalu memastikan siswa dalam keadaan siap belajar,
teliti dengan atmosfer kelas, peduli dengan siswa yang terlihat kurang sehat, serta sigap dalam mengatasi
kendala kelas baik kendala dari guru maupun siswa. Hal ini menunjukkan sikap seorang guru yang sangat
jarang ditemui. Inspirasi dari guru mentor menjadi PR baru bagi kami untuk lebih memperlengkapi diri dan
hati. Perkuliahan 4 tahun pastinya sudah memberikan banyak ilmu tentang menjadi guru yang holistik, akan
tetapi setelah melihat kelas yang nyata kami menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu digali lebih lagi.
Artinya, dengan berakhirnya masa perkuliahan bukan berarti kami berhenti belajar. Setiap hari adalah
pembelajaran, belajar untuk fleksibel dengan perubahan namun tetap dalam koridor yang benar, belajar untuk
menangani setiap masalah dengan kepala dingin dan mengambil tindakan yang bijak, serta belajar untuk tetap
menjaga hati dengan sikap siswa yang mungkin terkadang mengecewakan dan menyakiti hati kita.

Menurut kami kasih adalah kunci menuju hati yang mau melayani, karena pelayanan tanpa kasih akan
membuat kita bersungut-sungut saat menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Dyk (2013)
menjelaskan bahwa kunci utama seorang guru Kristen adalah buah roh, pertama kita akan menelaah tentang
kasih, seorang guru Kristen dengan kasih dan teladan dari Kristus akan menuntun guru dalam segala aspek
baik di dalam maupun diluar kelas. Kasih yang sejati adalah Kristus, maka dari tinggallah di dalam Dia, agar
kita dapat membawa kasih yang telah Ia berikan kepada kita dalam setiap tindakan kita termasuk kelas yang
menjadi tanggung jawab kita.

Hal yang akan kami lakukan ketika kami dipercayakan lagi untuk berada di sekolah SDH Holland
Village Manado yakni memiliki momen untuk mengajar lebih maksimal. Pengajaran yang dimaksudkan ialah
mampu untuk memanajemen kelas dengan lebih baik lagi. Di momen dua kali mengajar menyadarkan kami
bahwa pengenalan akan siswa bukan hanya ketika kami mengobservasi tetapi juga disaat kami mengajar.
Ketika kami mengajar siswa K3, kami bisa memahami beberapa isu-isu terkini yang akan dihadapi ketika
menjadi guru yang profesional pada masa pandemi seperti sekarang ini. Pesan khusus bagi kami ketika
menjadi seorang guru kristen yang profesional yakni memiliki kerendahan hati untuk terus melibatkan Tuhan
pada setiap pekerjaan yang kami kerjakan di sekolah dan mampu bekerjasama dengan rekan kerja, memiliki
respon hati yang reflektif terhadap permasalahan yang terjadi baik dalam baik dengan dan juga di kelas, serta
berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam ladang pelayanan yang Tuhan percayakan bagi kami nanti.

Daftar Pustaka
Brummelen, H. V. (2006). Berjalan dengan Tuhan di dalam Kelas: Pendekatan Kristiani untuk Pembelajaran.
Tangerang: Universitas Pelita Harapan.

Dyk, J. V. (2013). Surat-surat untuk Lisa – Sebuah Refleksi Bagaimana Seharusnya Guru Kristen Mengajar.
Jakarta: Universitas Pelita Harapan Press.

Anda mungkin juga menyukai