Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK

DI RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH

RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

Disusun Oleh :

AGUNG SETIAWAN

Nim : 200104002

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STASE KMB

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2021
A. DEFINISI
Tumor disebut juga neoplasma adalah jaringan abnormal yang tumbuh
secara tidak terkontrol pada jaringan tubuh. Pada sel normal terjadi
pertumbuhan secara terkontrol dan biasanya akan mengganti sel yang sudah
tua ataupun rusak dengan sel yang baru. Sel tumor yang terjadi akan
berkembang secara tidak terkendali tanpa penyebab yang jelas. Tumor otak
merupakan sekumpulan sel abnormal yang tumbuh tak terkontrol membentuk
massa di dalam ruang tengkorak kepala (intracranial) (Philip, 2013).
Tumor otak terdiri dari tumor primer yaitu tumor yang berasal dari
jaringan otak sendiri. dan tumor sekunder (metastase) yang merupakan tumor
yang berasal dari daerah lain dan menyebar ke otak. Bagaimana pilihan
tatalaksana tumor yang tumbuh di otak tersebut sangat bervariasi bergantung
pada tipe, ukuran, lokasi, penyebaran tumor dan usia pasien saat tumor
terdiagnosis, Tumor otak primer merupakan pertumbuhan abnormal yang
dimulai dari otak dan biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Tumor otak primer dapat terdiri dari jenis tumor benigna dan maligna. Tumor
benigna biasanya berbatas tegas, dan jarang menyebar. Meskipun tidak
bersifat ganas, tumor jenis ini dapat mengancam jiwa jika tumbuh di area
vital. Sedangkan tumor maligna tumbuh dan menyebar dengan cepat di bagian
otak dan berbatas tidak tegas. Meskipun bersifat ganas, tumor jenis ini jarang
menyebar ke luar otak dan medula spinalis . Tumor otak sekunder (metastatic)
merupakan penyebaran dari kanker pada bagian lain dari tubuh dan menyebar
ke otak, misalnya tumor paru yang menyebar ke otak, ini disebut dengan
kanker metastase paru (Philip, 2013).
.
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau, yaitu (Brunner & Suddart, 2013) :
1. Herediter  
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit
Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan
adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan
yang dilakukan pada hewan.

Sedangkan menurut beberapa ahli tumor otak dapat terjadi akibat proses
primer dan sekunder.
Primer :
 Gangguan pada otak
 Gangguan imunologi tubuh
 Gangguan fungsi hipofisis
 Virus
 Toksin
Sekunder:
 Metastase tumor lain : biasanya tumor paru dan payudara.

C. TANDA DAN GEJALA


Tumor intra kranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan
peningkatan tekanan intra kranial (TIK).Manifestasi tumor tergantung dari
lokasi, displacement otak, dan herniasi.Gejala umum yang timbul antara lain:
sakit kepala, mual muntah, perubahan mental, papilledema, gangguan visual
(diplopia), kerusakan fungsi sensorik dan motorik, serta kejang (Philip, 2013).
1. Gejala peningkatan tekanan intrkranial
Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat
pertumbuhan tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit
kepala, muntah, papiledema (“choken disc” atau edema saraf optic),
perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik,
sensorik dan disfungsi saraf cranial.
2. Sakit kepala
3. Mual muntah
4. Papilledema
5. Kejang
6. Pening dan vertigo
7. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti
pada ketidak normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan
kejang.

Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk


mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi,
seperti :
1. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang
Jacksonian.
2. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia
homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
3. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang
lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horisontal.
4. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak.
a) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf cranial ke-
8).
b) Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d
saraf cranial ke-5).
c) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf
cranial ke-7).
d) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin
ada abnormalitas pada fungsi motorik.
6. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien
lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma dan
metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena
tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari otak
(daerah yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor
berkembang atau menyebar.
Berdasarkan tipe tumor maka gejala dapat berupa:
a. Gliomas
1) Terjadi pada hemisfer cerebral
2) Sakit kepala
3) Muntah
4) Perubahan kepribadian ; peka rangsang, apatis
b. Neuroma Akustik
1) Vertigo
2) Ataksia
3) Parestesia dan kelemahan wajah ( saraf cranial V, VII)
4) Kehilangan reflex kornea
5) Penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ( Saraf cranial V, XI)
6) Kehilangan pendengaran unilateral
c. Meningioma
1) Kejang
2) Eksoftalmus unilateral
3) Palsi otot ekstra okuler
4) Gangguan pandangan
5) Gangguan Olfaktorius
6) Paresis
d. Adenoma Hipofisis
1) Akromegali
2) Hipopituitari
3) Sindrom Cushing
4) Wanita : Amenorea, sterilisasi
5) Pria : kehilangan libido, impotensi
6) Gangguan penglihatan
7) DM
8) Hipotiroidisme
9) Hipoadrenalisme
10) Diabetes Insipidus
11) IADH
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel
tunggal dengan DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan
mitosis sel yang tidak terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan
menghentikan aberrant, pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas,
kompresi dan infiltrsi menyebabkan kematian jaringan otak. Tumor otak tidak
hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga menyebabkan edema otak.
Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat untuk ekspansi
isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial secara progresif yang akan menyebabkan
displacement struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak
menyebabkan kerusakan pusat vital signs kritis yang mengontrol tekanan
darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu kematian (Gan you, 2012).
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi
beberapa bagian otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak
terjadi, kurang lebih 45 % dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam
beberapa derajad I hingga IV, mengindikasikan derajad malignansi. Derajad
tergantung pada densisitas seluler, mitosis sel, dan penampakan. Biasanya
tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan saraf sehingga sulit
diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur vital.
Astrositomas merupakan tipeglikoma yang paling banyak. (Gan you, 2012).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran
dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain
itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu
dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena
tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam
cairan serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian
rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan
karena kontra indikasi peningkatan TIK.

F. PENATALAKSANAAN
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan
defisit neuroligis yang mungkin terjadi. Operasi konvensional yang
digunakan yaitu dengan craniotomy
2. Terapiradiasistereotaktik
Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton, mungkin
dilakukan pada kasus tumor yang tidak mungkin di operasi atau tidak
mungkin direseksi atau jika tumor menunjukan transformasi
maligna.Focus radiasi mungkin akan sangat membantu pada tumor kecil
yang terdapat dasar tengkorak.
3. Terapi modalitas termasuk kemoterapi konvensional terapir adiasi
eksternal beam
a. Kemoterapi konvensional
b. Brachyteraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen
G. PATHWAY

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi
bergerak dan berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan
untuk melihat dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
2. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki
lebar, jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan, kekakuan.
Tanda : Kontrol motorik halus buruk, hiporefleksia atau hiperfleksia,
tanda babinski positif, paralisis.
3. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah Perubahan frekuensi jantung  
(bradikardi, takikardi).
4. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu
makan, gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
5. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.
6. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan, mengalami perubahan /
penurunan nafsu makan muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari
muntah (mungkin proyektif), muntah hilang dengan bergerak dan
mengubah posisi.
7. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying
out”, pada penglihatan, defek lapang pandang).
Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau
oksipital, biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun
berkurang disiang hari, makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan
(defekasi, batuk, bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
9. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas Penurunan pernapasan
10. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan Kejang, hipotermi, hipertermi
I. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (keengganan untuk
makan)
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran arteria
atau vena
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi.
5. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian
6. Risiko Cidera ditandai dengan kejang

J. FOKUS INTERVENSI
N DX Outcomes Intervensi
O
1 Nyeri akut Tujuan : Nyeri  Kaji karakteristik
berhubungan berkurang sampai nyeri, lokasi, frekfensi
dengan peningkatan hilang setelah R/ mengtahui tingkat
tekanan intracranial dilakukan tindakan nyeri sebagai evaluasi
keperawatan untuk intervensi
Hasil yang selanjutnya
diharapkan : Nyeri  Kaji faktor penyebab
berkurang sampai timbul nyeri (takut ,
dengan hilang marah, cemas)
R/ dengan mengetahui
faktor penyebab nyeri
menentukan tindakan
untuk mengurangi
nyeri
 Ajarkan tehnik
relaksasi tarik nafas
dalam
R/ tehnik relaksasi
dapat mengatsi rasa
nyeri
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgetik
R/ analgetik efektif
untuk mengatasi nyeri
2 Defisit nutrisi Kebutuhsn nutrisi  Hidangkan makanan
berhubungan dapat terpenuhi dalam porsi kecil tapi
dengan factor setelah dilakukan sering dan hangat.
psikologis keperawatan R/ Makanan yang
(keengganan untuk Hasil yang hangat menambah
makan) diharapkan: nutrisi nafsu makan.
klien terpenuhi,  Kaji kebiasaan makan
mual berkurang klien.
sampai dengan R/ Jenis makanan yang
hilang. disukai akan
membantu
meningkatkan nafsu
makan klien.
 Ajarkan teknik
relaksasi yaitu tarik
napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam
membantu untuk
merelaksasikan dan
mengurangi mual.
 Timbang berat badan
bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui
kehilangan berat
badan.
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian vitamin
R/ Mencegah
kekurangan karena
penurunan absorsi
vitamin larut dalam
lemak
3 Gangguan perfusi Tujuan : gangguan  Kaji secara
jaringan perfusi jaringan komprehensif sirkulasi
teratasi dengan perifer
hasil yang  Evaluasi nadi perifer
diharapkan : dan edema.
 Elevasi anggota badan
200 Atau lebih
 Ubah posisi pasien
setiap 2 jam
 Dorong latihan ROM
sebelum bedrest.
 Monitorlaboratorium
(Hb, hmt).
 Kolaborasi
pemberiananti
plateletatau anti
perdarahan.
 Kaji TTV
4 Gangguan Tujuan : maslah  Pantau frekuensi,
pertukaran gas gangguan irama, kedalaman
pertukaran gas pernafasan. Catat
klien teratasi ketidakteraturan
dengan kriteria pernafasan
hasil : R/ Mengidentifkasi
Status pernafasan adanya masalah
Dan agd membaik paruatau obstruksi
jalan nafas yang
membahayakan
oksigenasi serebral
atau menandakan
infeksi paru. 
 Posisikan semi fowler
R/ Memaksimalkan
oksigen pada darah
arteri dan membantu
dalam pencegahan
hipoksia. Jika pusat
pernafasan tertekan,
mungkin diperlukan
ventilasi mekani
 Anjurkan pasien napas
dalam yang efektif
R/ mencegah/
menurunkan atelaktasis
5 Ansietas Ansietas teratasi  Berikan lingkungan
setelah dilakukan yang nyaman
tindakan  Catat derajat ansietas
keperawatan  Libatkan keluarga
Kriteria Hasil : dalam proses
Pasien keperawatan
mendemonstrasika  Diskusikan mengenai
n tehnik / prilaku kemungkinan
yang kemajuan dari fungsi
memungkinkan gerak untuk
dilakukannya mempertahankan
kembali aktifitas. harapan klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari
 Berikan support sistem
(perawat,keluarga atau
teman dekat dan
pendekatan spiritual)
 Reinforcement
terhadap potensi dan
sumber yang dimiliki
berhubungan dengan
penyakit, perawatan
dan tindakan

6 Risiko cidera Setelah di lakukan  Menilai tingkat


perawatan risiko gangguan kemampuan
cidera yang kompetensi,
mungkin di alami munculnya perilaku
klien dapat impulsif, dan
dihindari penurunan persepsi
visual
 Kaji lingkungan pasien
untuk bahaya dan
keluarkan mereka
 Bantu orng-orang
terdekat untuk
mengidentifikasi resiko
bahaya yang mungkin
muncul
 Menghilangkan atau
meminimalkan sumber
bahaya di lingkungan
 Alihkan perhatian ke
klien saat perilaku
gelisah atau berbahaya
seperti keluar dari
tempat tidur dengan
memanjat pagar tempat
tidur
 Pertahankan
pencahayaan yang
memadai dan jalur
yang jelas
 Kaji pasien untuk
hyperorality.
 Pertahankan
lingkungan yang
tenang dan tenang.
 Gunakan suara yang
agak rendah dan
berbicara perlahan
pada pasien

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner, Suddarth. 2013. Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8
vol.3.EGC. Jakarta
2. Bulechek, G. Butcher, H. K. Dochterman, J. M. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) Fifth Edition. Mosby: Elsevier Inc.
3. Gan You, Zhiyi Sha, Tao Jiang. The pathogenesis of tumor- related Epilepsy
and its Implications for Clinical Treatment. J. Seizure. 2012;21: 153-159
4. Herdman, T. H. (Ed.). 2012. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell
5. Kozier and Erb’s, 2008. Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice 8thed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
6. Moorhead, S. Johnson, M. Maas. M. L. Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Second Edition. Mosby: Elsevier Inc.
7. Philip Theodosopoulus. Brain Tumor: an Introduction. Mayfield Clinic. 2013:
http://www.mayfieldclinic.com

Anda mungkin juga menyukai