Anda di halaman 1dari 20

Bab 1

Mengenal Inti

1.1 Sejarah Penemuan Inti


Sejarah penemuan inti tidak bisa dilepaskan dari sejarah penemuan
atom. Model atom yang pertama kali menyarankan keberadaan in-
ti atom adalah model atom Rutherford (1911). Model atom tersebut
bermula dari percobaan Hans Geiger dan Ernest Marsden (1909) yang
dilakukan di Laboratorium Fisika Universitas Manchester. Percoba-
an tersebut dilakukan atas petunjuk dari Ernest Rutherford, dengan
tujuan untuk membuktikan kebenaran dari teori atom yang dikemu-
kakan oleh Thomson.
Pada eksperimen tersebut, sebuah lempengan emas tipis ditemba-
ki dengan partikel alfa1 yang diemisikan oleh unsur Radium. Partikel
alfa yang telah mengenai lempengan emas kemudian dideteksi dengan
menggunakan layar yang dilapisi seng sulfida (ZnS) sebagai detektor.
Rutherford berpendapat bahwa apabila struktur atom yang dikemu-
kakan oleh Thomson2 adalah benar maka sebagian besar berkas parti-
kel alfa yang melewati emas akan mengalami gaya elektrostatik yang
sangat lemah, sehingga partikel alfa akan diteruskan dengan sedikit
penyimpangan arah dari arah semula, atau kurang dari 1o .
1
Saat itu sudah diketahui bahwa partikel alfa bermuatan posisitif. Belakangan
kita tahu bahwa partikel alfa tidak lain adalah inti atom helium.
2
Salah satu poin dari model Thomson adalah muatan positif tersebar merata
di seluruh inti

1
2 BAB 1. MENGENAL INTI

Tetapi apa yang diamati Geiger dan Marsden sangat mengejutkan.


Meskipun banyak partikel alfa yang mengalami penyimpangan kurang
dari 1o , tetapi ada juga yang mengalami penyimpangan dengan sudut
sangat besar. Bahkan sebagian kecil dari partikel alfa terhambur ke
arah semula.
Setelah merunut pola-pola partikel alfa yang ditembakkan ke lem-
peng logam emas, maka Rutherford mengambil kesimpulan bahwa
sebagian besar ruang dalam atom adalah ‘ruang kosong’, di mana
massa atom terkonsentrasi pada pusat atom yang bermuatan positif
dengan ukuran 10.000 kali lebih kecil dibanding ukuran keseluruh-
an atom. Konsentrasi massa tersebut dinamakan inti atom (nucleus,
jamak nuclei ) dan bermuatan positif, sehingga medan elektrostatik
yang ditimbulkannya mampu membalikkan partikel alfa yang juga
bermuatan positif. Elektron diasumsikan mengelilingi inti atom ter-
sebut seperti planet-planet kita mengelilingi matahari.
Selanjutnya, hasil percobaan Geiger-Marsden dapat diterangkan
dengan menggunakan model atom Rutherford, sebagai berikut.

• Fraksi partikel alfa yang dapat melewati lempengan logam emas


dengan sudut deviasi yang kecil (kurang dari 1o ) menunjukkan
bahwa berkas partikel alfa tersebut melewati ruang kosong yang
ada di dalam atom

• Fraksi partikel alfa yang mengalami deviasi menunjukan bahwa


partikel alfa tersebut berada pada posisi yang dekat dengan inti
atom yang bermuatan positif. Gaya elektrosatis antara parti-
kel alfa dan inti emas akan membelokkan partikel alfa, dengan
sudut deviasi berbanding terbalik dengan kedekatan berkas alfa
terhadap inti emas.

• Berkas partikel alfa yang dipantulkan ke arah semula menun-


jukkan bahwa partikel alfa tersebut bertumbukan dengan inti
atom yang bermuatan positif. Karena inti atom emas memili-
ki massa dan muatan yang lebih besar dibanding partikel alfa,
maka partikel alfa mengalami pemantulan.
1.1. SEJARAH PENEMUAN INTI 3

Dalam bahasa Indonesia, sebutan inti, nuklir, atau padanannya, mun-


cul dalam berbagai bentuk, antara lain adalah

• kata benda, seperti

– ‘inti atom’ yang merupakan padanan dari kata inggris ‘nu-


cleus’ atau ‘atomic nuclei ’
– ‘nuklida’ (nuclide) yang merupakan sebutan bagi inti atom
suatu unsur tertentu, seperti nuklida hidrogen, nuklida ni-
trogen, dan lain-lain
– ‘nukleon’ (nucleon) yang berarti partikel penyusun inti3

• kata sifat, seperti ‘reaksi nuklir/reaksi inti’ (nuclear reaction),


‘energi nuklir’ (nuclear energy), ‘bom nuklir’ (nuclear bomb), ‘fi-
sika nuklir / fisika inti’ (nuclear physics), peluruhan inti (nuclear
decay), dan lain-lain

Contoh : Menghitung jari-jari inti dari hamburan alfa.


Perkirakan jari-jari inti dari hamburan alfa, dengan menganggap se-
luruh energi kinetik alfa diubah menjadi energi elektrosatis pada saat
mendekati inti.

Penyelesaian
Misalkan energi kinetik elektron adalah T , sehingga partikel al-
fa dapat mendekati inti sampai jarak R. Pada jarak tersebut, selu-
ruh energi kinetik partikel alfa T diubah menjadi energi elektrosta-
tik. Karena muatan alfa adalah 2e sedang muatan inti emas adalah
1 2Ze2 2e2 Z
Ze, maka T = 4π0 R , atau R = 4π0 T = 4, 608 × 10−28 Z
T Jm =
2, 88 × 10−15 Z
T MeV m. Karena T = 7, 7 MeV dan Z = 79, maka
R = 29, 55 × 10−15 m ≈ 30 × 10−15 m = 30 fm. Perhatikan bahwa se-
karang kita pakai satuan jarak baru untuk fisika inti yaitu fermi (fm),
di mana 1 fm = 10−15 m, Sebagai perbandingan, satuan jarak dalam
atom didefinisikan dalam angstrom, di mana 1 angstrom = 10−10 m.
1
Ini berarti, berarti jari-jari inti 100000 jari-jari atom.
3
Kita akan membahas topik ini pada sub bab 1.2
4 BAB 1. MENGENAL INTI

1.2 Partikel Penyusun Inti

Mengacu pada hasil percobaan Geiger-Marsden, diketahui bahwa inti


(i) mengandung proton dan bermuatan positif sebanding dengan no-
mor atomnya, atau qinti ≈ +Ze, dan (ii) jari-jarinya dalam orde fm
(10−15 m). Analisis spektrometri massa memberikan info tambahan
bahwa (iii) massa inti sebanding dengan nomor massa (A) atomnya,
atau minti ≈ Amp . Berdasarkan asumsi (i) dan (iii), fisikawan meng-
ajukan gagasan bahwa inti terdiri atas A proton dan (A−Z) elektron.
Model proton-elektron ini terlihat sangat menjanjikan karena ga-
bungan A proton dan Z elektron menghasilkan inti dengan muatan
Ze ≈ +Ze dan massa Amp .
Sekalipun demikian, model proton-elektron ini mengalami banyak
kesulitan terkait dengan ‘kehadiran’ elektron bebas dalam inti. Seti-
daknya ada 4 alasan yang menolak kehadiran elektron dalam inti.

• Alasan pertama terkait dengan spin inti, di mana nilai spin inti
yang diprediksi oleh model proton elektron tidak sesuai dengan
data eksperimen.

• Alasan kedua terkait ukuran inti, Dengan analisis energi ikat,


dimensi inti dipandang terlalu sempit bagi elektron bebas. Alas-
an serupa muncul dari analisis asas ketidakpastian Heise-
nberg.

• Alasan ketiga terkait dengan momen magnetik, di mana mo-


men magnetik inti model proton elektron terlalu tinggi diban-
dingkan dengan data eksperimen.

• Alasan keempat terkait dengan peluruhan beta, di mana spek-


trum kontinyu dari partikel beta yang dipancarkan inti berten-
tangan dengan spektrum diskrit yang disarankan model proton-
elektron. Alasan serupa muncul dari interaksi nuklir elek-
tron, di mana akan sulit memahami bagaimana mungkin sepa-
ro dari elektron berada dalam inti dan berinteraksi dengan gaya
1.2. PARTIKEL PENYUSUN INTI 5

nuklir kuat, sementara separo yang lain berada di luar inti dan
berinteraksi dengan gaya Coulumb.

Contoh : Nilai spin gabungan partikel


Hitunglah spin partikel hasil gabungan N partikel dengan spin 21 ~.

Penyelesaian
Misalkan seluruh partikel penyusun memiliki orientasi spin up,
maka spin partikel gabungannya (yang sekaligus merupakan nilai mak-
N
simum yang mungkin dimiliki) yaitu 2 ~. Jika sebuah partikel ber-
1
ubah orientasi, maka nilai spin up berkurang 2~ sedang nilai spin
1
down bertambah Dengan demikian, spin partikel gabungannya
2 ~.
berkurang sebesar ∆I = 21 ~ − 21 ~ = ~. Untuk N genap, maka


pengurangan ini bisa berlangsung terus sampai jumlah spin up dan


down sama yang berarti spin gabungannnya bernilai 0. Untuk N
ganjil, maka pengurangan ini bisa berlangsung terus sampai jumlah
spin up dan down berselisih 1 yang berarti spin gabungannya bernilai
1
2 ~. Dengan demikian, nilai spin gabungan yang mungkin dari hasil
1
penggabungan N partikel berspin 2 adalah adalah

    (
N N N 0 untuk N genap
I = ~, − 1 ~, − 2 ~, ...., 1
.
2 2 2 2 ~ untuk N ganjil

Contoh : Analisis spin inti


Hitunglah spin inti atom nitrogen menurut menurut proton-elektron,
dan bandingkan dengan hasil eksperimen. Apa kesimpulan anda?

Penyelesaian
Menurut model proton-elektron, inti N terdiri atas 14 proton dan
7 elektron. Karena masing-masing proton dan elektron memiliki spin
1 4
2 ~, maka momen spin inti N harusnya merupakan kombinasi dari 21
1
partikel dengan spin masing-masing partikel 2 ~. Dengan demikian,
1 3 19 21
momen spin inti N bisa jadi salah satu dari 2 ~, 2 ~, ....., 2 ~, atau 2 ~.
Sayangnya, data eksperimen menunjukkan bahwa spin inti N adalah
4 1
Seringkali hanya ditulis sebagai 2
dengan mengganggap ~ = 1.
6 BAB 1. MENGENAL INTI

~. Inti berarti analisis spin tidak mendukung model proton-elektron.

Contoh : Analisis energi ikat


Hitunglah energi ikat elektron-proton, carilah panjang gelombang de
Broglienya, dan bandingkan dengan dimensi inti. Apa kesimpulan
anda?

Penyelesaian

Karena elektron adalah lepton, maka ia hanya dapat berinteraksi


dengan proton melalui ikatan elektrostatis, yang besarnya adalah

1 Ze2
Ee−p = .
4π0 r
A
Untuk kasus inti besar A = 124, Z ≈ 2 = 62, dan r adalah jari-jari
inti r = R = R0 A1/3 −15 × 1241/3 = 5, 98 × 10−15 m.

= 1, 2 × 10
Dengan demikian

× 1, 6 × 10−19

9 62
Ee−p = 9 × 10 = 238 × 10−14 J ≈ 15 MeV.
5, 98 × 10−15

Panjang gelombang de Broglie terkait elektron dengan energi 15 MeV


adalah

~ h/2π hc
λe = = =
pe Ee−p /c 2πEe−p
−34 × 3 × 108
 
6, 626 × 10
= = 13 × 10−15 m.
2 × 22
7 × 238 × 10 −14

Karena jari-jari inti dalam orde 10−15 m sedangkan (untuk kasus kita
sekarang) r = 5, 98 × 10−15 m, berarti r < λe . Ini berarti analisis
energi tidak mendukung keberadaan elektron bebas dalam inti.

Contoh: Analisis ketidakpastian Heisenberg


Jika jari-jari inti adalah 5 × 10−15 m, hitunglah energi yang dapat
dimiliki partikel yang berada di dalamnya. Apa kesimpulan anda?

Penyelesaian
1.2. PARTIKEL PENYUSUN INTI 7

Ketidakpastian Heisenberg untuk kasus 1 dimensi menyatakan


bahwa (∆p) (∆x) ≥ ~2 . Jika ∆x adalah jari-jari inti R, maka

~ h 6, 626 × 10−34
∆p = = = = 1, 1 × 10−20 kg m/s.
2∆x 4πR 4 × 22
7 × 5 × 10 −15

Kita ambil nilai ∆p sebagai nilai p. Selanjutnya, karena T = pc, maka


T = 1, 1 × 10−20 × 3 × 108 = 3, 3 × 10−12 J = 20 MeV.
 

Ternyata elektron atau partikel beta yang diamati pada peluruhan


beta memiliki energi sekitar 2-3 MeV, satu orde lebih kecil dari nilai
dugaan teoretis model proton-elektron. Sekali lagi, hal ini menun-
jukkan bahwa elektron bebas tidak mungkin ditemui di dalam inti.

Contoh : Analisis momen magnetik inti


Hitung momen magnetik elektron, momen magnetik proton, dan ban-
dingkan dengan momen magnetik inti. Apakah kesimpulan anda?

Penyelesaian
Momen magnetik inti dapat dinyatakan sebagai fungsi linier dari
e~ e~
magneton proton µp = 2mp dan magneton elektron µe = 2me . Kare-
1 mp µe
na µ ∝ m dan me = 1836, maka µp = 1836. Dengan demikian, jika
benar terdapat elektron dalam inti, maka momen magnetik inti ha-
rusnya dalam orde µe . Faktanya, momen magnetik inti adalah dalam
orde µp . Hal ini menunjukkan bahwa elektron bebas tidak mungkin
ditemui di dalam inti.

Contoh : Energi kinetik elektron pada peluruhan beta


Jika elektron bisa ditemui dalam inti, bagaimanakah bentuk spek-
trumnya?

Penyelesaian
Jika elektron dapat dijumpai sebagai partikel bebas dalam inti,
maka peluruhan beta mestinya terjadi karena tumbukan elektron de-
ngan proton. Dalam hal ini, partikel beta harusnya bersifat monoe-
nergetik sehingga spektrumnya bersifat diskrit. Faktanya, spektrum
8 BAB 1. MENGENAL INTI

beta bersifat kontinyu, yang berarti elektron yang dipancarkan pada


peluruhan beta berasal dari pecahan partikel lain, yang bermuatan
netral. Partikel ‘lain’ inilah yang kemudian dinamakan netron dan,
bersama dengan proton, menjadi partikel penyusun inti.
Kegagalan model proton elektron menuntun Rutherford untuk
mengajukan model proton-netron pada tahun 1920. Netron dipos-
tulatkan (i) memiliki massa hampir sama dengan massa netron, dan
1
(ii) bermuatan netral. Sebagai tambahan, netron yang spinnya 2 ~,
bukanlah gabungan dari proton dan elektron, karena secara teoritis
tidak mungkin dua partikel dengan spin 21 ~ bergabung dan mengha-
silkan partikel baru dengan spin 12 ~. Kita ulangi,

netron 6= proton + elektron (1.1)

Sebuah inti sekarang dapat dilambangkan dengan

A
Z X. (1.2)

Pada persamaan di atas,

• X adalah simbol kimia atom (perhatikan bahwa X ditulis dengan


huruf kapital dan tegak).

• Z adalah nomor atom, yang menunjukkan jumlah proton dalam


inti dan menentukan muatan inti.

• A adalah nomor massa, yang menunjukkan jumlah proton dan


netron dalam inti, dan menentukan massa inti. Dengan demiki-
an, jumlah netron di dalam inti adalah A − Z.

Karena sebuah nomor atom (Z) bersifat unik untuk setiap atom, maka
penulisan Z bersama X seringkali dianggap tidak berguna, sehingga
sebuah inti dicirikan oleh nomor massa A, dan dapat ditulis sebagai

A
X,
1.2. PARTIKEL PENYUSUN INTI 9

atau
X − A.

Model proton-netron menemukan momentumnya setelah netron dite-


mukan secara eksperimen oleh J. Chadwick pada tahun 1932.5

Contoh : Cara menuliskan inti


Suatu inti terdiri atas 7 proton dan 8 neutron. Bagaimana cara me-
nuliskan inti tersebut?

Penyelesaian
Inti dengan 7 proton adalah nitrogen, jadi kita dapat menuliskan
inti tersebut sebagai 15 N, 15 N, atau N − 7.
7

Contoh : Spin inti


Hitunglah spin inti atom nitrogen menurut menurut proton-netron,
dan bandingkan dengan hasil eksperimen. Apa kesimpulan anda?

Penyelesaian
Menurut model proton-netron, inti N terdiri atas 7 proton dan
7 netron. Karena masing-masing proton dan netron memiliki spin
1
2 ~, maka spin inti N harusnya merupakan kombinasi dari 14 partikel
1
dengan spin masing-masing partikel 2 ~. Dengan demikian, momen
spin inti N bisa jadi salah satu dari (0, 1, 2, ...7) ~. Data eksperimen
menunjukkan menunjukkan bahwa spin inti N adalah ~. Ini berarti
analisis spin mendukung model proton-netron.
Terkait dengan nilai Z dan A, ada beberapa istilah yang kita kenal
yaitu

• isotop, yaitu nuklida yang memliki Z yang sama tetapi A ber-


beda, seperti 15 O, 16 O, 17 O, dan 18 O, serta 12 N , 13 N, 14 N, dan
8 8 8 8 7 7 7
15 N.
7

• isobar, yaitu nuklida yang memliki A yang sama tetapi Z ber-


beda, seperti 17 O dan 17 F
8 9
5
Sekalipun demikian, perlu dicatat bahwa proton dan netron bukanlah partikel
dasar. Keduanya tersusun atas 3 quark. Kita akan membahasnya nanti.
10 BAB 1. MENGENAL INTI

• isoton, yaitu nuklida yang memliki A − Z yang sama tetapi Z


dan A berbeda, seperti 15 N, 16 O, dan 17 F
7 8 9

• isomer, yaitu nuklida yang memiliki Z dan A yang sama, tetapi


memiliki tingkat energi yang berbeda, karena salah satu inti se-
dang berada pada keadaan tereksitasi, seperti 180 180m
73 Ta dan 73 Ta
serta 234 Pa dan 234m Pa
91 91

• ‘mirror nuclei ’ (inti kaca atau inti cermin), yaitu dua inti di
mana keduanya memiliki A yang sama, tetapi Z1 = N2 dan
Z2 = N1 . Dengan kata lain, dua pasang inti cermin dicirikan
oleh Z1 + Z2 = A. Contoh inti cermin dengan Z berselisih 1
adalah 31 H dan 32 He serta 15 15
7 N dan 8 O, sedang contoh inti cermin
dengan Z berselisih 2 adalah 18 O dan 18 Ne
8 10

1.3 Dimensi, Massa, dan Energi Inti


1.3.1 Dimensi inti
Bagaimanakah bentuk inti? Apakah inti berbentuk lingkaran? Jika
ya, berapakah jari-jarinya? Dalam eksperimen, jari-jari inti dapat di-
tentukan melalui pengukuran distribusi muatan inti atau distribusi
materi inti. Salah satu hasil pengukuran distribusi muatan inti di-
tunjukkan pada Gambar 1.1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa inti
berbentuk bola, dengan kerapatan nukleon konstan ρ0 sampai jarak
tertentu untuk kemudian menurun secara cepat sampai menuju nol
sepanjang ‘kulit inti’ dengan ketebalan t (Gambar 1.2 (model kera-
patan gradual)). Kerapatan nukleon pada jarak r terhadap pusat inti
diberikan oleh
ρ0
ρ (r) = (1.3)
1 + exp [(r − R) /a]
di mana ρ0 = 0, 172 nukleon/fm3 adalah kerapatan nukleon pada
1
bagian inti dalam, R adalah jari-jari ketika ρ (r) = 2 ρ0 , dan a =
t/ (4 ln 3) ≈ 0, 2272t dengan t adalah ketebalan kulit inti. Untuk
kepentingan operasional, kita memakai R sebagai jari-jari efektif in-
ti. Dalam hal ini, inti dimodelkan sebagai bola dengan jari-jari R,
1.3. DIMENSI, MASSA, DAN ENERGI INTI 11

Gambar 1.1: Kerapatan nukleon dalam inti (Sumber: B. Frois, Proc.


Int. Conf. Nucl. Phys., Florence, 1983, eds. P. Blasi and R.A. Ricci,
Tipografia Compositori Bologna, Vol. 2, p. 221). Insert: Gambaran
kerapatan nukleon (sumber: R. Mackintosh, J. Al-Khalili, B. Jonson
and T. Pena, Nucleus: A Trip into the Heart of Matter, The Johns
Hopkins University Press, 2001). Kedua gambar dikutip dalam Love-
land (2006)

Gambar 1.2: Model kerapatan nukleon dalam inti.


12 BAB 1. MENGENAL INTI

dengan kerapatan nukleon serba sama ρ0 , seperti ditunjukkan pada


Gambar 1.2 (model kerapatan konstan). Selanjutnya, karena terdapat
A
A nukleon dalam inti, maka ρ0 = 4
πR3
, sehingga
3

3
R= 1/3
A1/3 = R0 A1/3 , (1.4)
4πρ0

di mana R0 = 1, 2 fm.6 Ketergantungan R pada A1/3 diperlihatkan


dR
pada Gambar 1.3. Kemiringan kurva, d(A1/3 )
, menunjukkan nilai R0 ,
dan untuk Gambar 1.3 bernilai 1, 2 fm.
Sejauh ini, kita mengasumsikan bahwa inti berbentuk bulat. Un-
tuk beberapa inti, anggapan ini tidak benar. Beberapa inti jarang (ra-
re earth, dengan 220 < A < 260) dan inti aktinida (220 < A < 260)
mengalami perubahan bentuk dari lingkaran supaya bersifat stabil.
Kita akan mendiskusikannya nanti di Bab 2.

Gambar 1.3: Jari-jari inti sebagai fungsi nomor massa A1/3 (Sumber:
R. Engler et al., Atomic Data and Nuclear data Tables 14, 509 (1974),
seperti dikutip oleh Krane, 1988).

6
Kadang-kadang dipakai R0 = 1, 4 fm
1.3. DIMENSI, MASSA, DAN ENERGI INTI 13

Contoh : Kerapatan inti


Hitunglah kerapatan inti.

Penyelesaian
Kerapatan inti bisa didapatkan dengan cara

m Amnukleon Amnukleon mnukleon


ρ = = 4 3
= 3 = 4 3
V 3 πR
4 1/3
3 πR0
3 π R0 A
1, 67 × 10−27 kg
= = 2, 1 × 1027 kg/m3 .
4
3π × (1, 2 × 10−15 m)3

1.3.2 Massa nukleon

Satuan massa dalam SI adalah kg. Namun, satuan kg dianggap terlalu


besar untuk inti. Dalam fisika inti, massa suatu partikel dinyatakan
dalam ‘satuan massa atom’ (sma) atau atomic mass units (u), di
mana7

1 −27
massa 12

1u = 6 C = 1, 660538921 × 10 kg. (1.5)
12

Contoh : Nilai u dalam kg


Menurut eksperimen, massa 1 mol 12 C adalah 12 gram. Berapakah
6
nilai u dalam kg.

Penyelesaian
1 mol 12 C terdiri atas 6, 02 × 1023 (yang dikenal dengan bilangan
6
Avogadro, NA ) molekul 12 C. Jika massa 1 mol 12 C adalah 12 gram,
6 6
berarti massa 1 atom 12 C adalah
6

12 gram 12 × 10−3 kg
12
= 1, 9934 × 10−26 kg.

massa 6 C = =
6, 02 × 1023 6, 02 × 1023

7
Definisi u menurut persamaan (1.5) sering` disebut sebagai u ala fisikawan.
1
massa 16
´
Sebelumnya 1 u didefinisikan sebagai 1 u = 16 8 O , yang dikenal sebagai
definisi u ala kimiawan.
14 BAB 1. MENGENAL INTI
1
massa 12

Selanjutnya, karena 1 u = 12 6 C , maka

1, 9934 × 10−26
1u = = 1, 66 × 10−27 kg.
12

Selanjutnya, dengan menggunakan persamaan ekivalensi massa-


energi Einstein, sebuah massa m dapat menghasilkan energi sebesar

E = mc2 . (1.6)

Karena itu, satuan massa juga dapat dinyatakan dalam satuan energi
ekivalen, di mana satuan massa = satuan energi /c2 . Salah satu satu-
an ekivalen yang banyak dipakai adalah MeV/c2 , di mana 1 u juga
dapat didefinisikan dalam energi ekivalensinya sebagai

1 u = 931, 5 MeV/c2 . (1.7)

Berdasarkan Persamaan (1.7), diperoleh hubungan c2 = 931, 5 MeV/u.8

Contoh : Kesetaraan u dengan MeV/c2


Nyatakan nilai u dalam MeV/c2 .

Penyelesaian
Energi yang diperoleh sebagai hasil konversi massa sebesar 1 u
adalah
2
Energi (1 u) = 1.660538921 × 10−27 kg × 3 × 108 ms−1
= 1, 4923933 × 10−10 J.

Energi juga dapat dinyatakan dalam satun eV (electron volt), di mana


1 eV adalah energi potensial dari sebuah elektron yang diletakkan
pada beda potensial 1 volt, atau 1 eV = e J = 1, 60217646 × 10−19 J.

8
Pada sistem satuan atomik (atomic units), dipilih c = 1, sehingga hubungan
massa energi menjadi lebih simpel. Dalam hal ini faktor konversinya adalah 1 u =
931, 5 MeV.
1.3. DIMENSI, MASSA, DAN ENERGI INTI 15

Dengan demikian

1, 4923933 × 10−10 J
Energi (1 u) =
1, 602 × 10−19
= 931, 494061 × 106 eV ≈ 931, 5 MeV.

Dengan demikian, 1 u juga dapat didefinisikan dalam energi ekivalen-


sinya, yaitu 1 u = 931, 5 MeV/c2 .

Tabel 1.1: Sifat-sifat proton dan netron.


muatan spin massa massa massa
(e) (~) (×10−27 kg) (u) (MeV/c2 )
1
proton +1 2 1, 6726 1, 007276 938, 27
1
netron 0 2 1, 6749 1, 008766 939, 57
atom H-1 - - - 1, 007825 -

Selanjutnya dengan menggunakan rumusan ekivalensi massa dan


momentum
1
p = mc = mc2 ,
c
maka satuan momentum dapat dinyatakan sebagai MeV/c. Massa
proton dan netron dinyatakan pada Tabel 1.1. Untuk sebarang inti,
begitu kita mengetahui massanya dalam u, maka kita dapat menge-
tahui energinya dengan menggunakan Persamaan (1.7). Berikut disa-
jikan beberapa kuantitas penting dalam kajian fisika inti, dinyatakan
dalam satuan yang aplikatif

e2
= 1, 43998 MeV fm
4πε0
~ = 6, 58212 × 10−22 MeV s
c = 2, 9979 × 1023 fm/s
~c = 197, 3 MeV fm

1.3.3 Massa dan energi ikat inti

Di antara sifat-sifat inti yang dapat diukur dengan ketepatan tinggi


adalah massanya. Massa suatu inti AX (yang terdiri atas Z proton
z
16 BAB 1. MENGENAL INTI

dan (A − Z) netron) harusnya sama dengan massa penyusunnya atau


m A

z X = Zmp + (A − Z) mn . Faktanya hasil pengukuran selalu
menunjukkan bahwa m A

z X (selanjutnya ditulis sebagai m) selalu
lebih kecil dari Zmp +(A − Z) mn . Ini berarti ada selisih massa (mass
defect) yang besarnya adalah

∆m = Zmp + (A − Z) mn − m. (1.8)

Selisih massa tersebut tidak berarti ada massa hilang, melainkan ada
massa yang diubah menjadi energi ikat inti (binding energy, B).9 De-
ngan memanfaatkan hubungan massa energi E = mc2 , maka besarnya
energi ikat inti adalah

B (A, Z) = ∆mc2 = [Zmp + (A − Z) mn − m] c2 . (1.9)

Kebanyakan tabel yang ada mencantumkan massa atom M dan bukan


massa inti m. Hubungan kedua massa tersebut adalah

m (A, Z) = M (A, Z) − Zme + Batom (A, Z) /c2 ,

di mana me adalah massa elektron (me = 0, 511 MeV/c2 ) sedangkan


Batom (A, Z) adalah energi ikat atomik (dalam orde keV10 ). Dengan
demikian, energi ikat inti juga bisa dinyatakan sebagai berikut

B (A, Z) = [Zmp + (A − Z) mn
− Matom − Zme + Batom (A, Z) /c2 c2


= [Z (mp + me ) + (A − Z) mn − Matom (A, Z)] c2


−Batom /c2
≈ [ZMH + (A − Z) mn − Matom (A, Z)] c2 , (1.10)

9
Mengacu pada kata binding, dipakai notasi B untuk energi ikat inti. Di sini
kita melihat asal energi ikat sebagai hasil perubahan sebagian massa inti menjadi
energi. Pada bab 2, kita akan mendiskuskan pemanfaatan energi ikat tersebut oleh
inti.
10
Menurut rumusan Thomas-Fermi, energi ikat elektronik dapat dinyatakan se-
bagai Batom (A, Z) = 15, 73Z 7/3 eV.
1.3. DIMENSI, MASSA, DAN ENERGI INTI 17

di mana MH adalah massa atom hidrogen, H-1. Pada penurunan di


atas, kita mengabaikan Batom (A, Z) karena nilainya yang dalam orde
eV jauh lebih kecil dari energi ikat inti yang dalam orde MeV. Ke-
nyataan bahwa energi ikat inti dapat dinyatakan dalam massa atom
adalah alasan mengapa kita menggunakan atomic units dan bukan
nuclear units.

Contoh : Energi ikat inti


Hitunglah energi ikat deuteron, jika massa deuteron adalah
2
1875, 5803MeV/c .

Penyelesaian

Deuteron adalah inti 21 H, sehingga terdiri atas 1 proton dan 1


netron. Untuk menghitung energi ikatnya, akan lebih mudah jika
digunakan massa ekivalennya, sbb

B = (mp + mn − mdeuteron ) c2
= (938, 27 + 939, 57 − 1875, 58) MeV
= 2, 26 MeV.

Kuantitas lain yang juga penting adalah energi separasi, baik ener-
gi separasi netron Sn maupun energi separasi proton Sp . Energi sepa-
rasi netron adalah energi yang dibutuhkan untuk memisahkan sebuah
netron (yang terluar) dari suatu inti A
Z X sehingga terbentuk inti baru
A−1
Z X, menurut reaksi

A
ZX + Sn (A, Z) → A−1
Z X + n.

Energi separasi netron dapat dinyatakan sebagai

Sn (A, Z) = [m (A − 1, Z) + mn − m (A, Z)] c2 (1.11)

Dengan cara yang sama, persamaan reaksi untuk separasi proton,


yaitu pemisahan sebuah proton (yang terluar) dari suatu inti A
Z X se-
18 BAB 1. MENGENAL INTI
A−1
hingga terbentuk inti baru Z−1 Y, dapat dinyatakan sebagai

A
ZX + Sp (A, Z) → A−1
Z−1 Y + p.

Energi separasi proton adalah

Sp (A, Z) = [m (A − 1, Z − 1) + mp − m (A, Z)] c2 (1.12)

Contoh : Energi separasi netron


Hitunglah energi separasi netron untuk untuk U-239.

Penyelesaian

Energi separasi netron untuk U-239 adalah

Sn (U − 239) = [m (U − 238) + mn − m (U − 239)] c2


= [238, 050788 + 1, 008766 − 239, 054293] × 931, 5 MeV
= 4, 9 MeV.

Contoh : Mencari ungkapan Sp dan Sn


Turunkan ungkapan Sp dan Sn sebagai fungsi energi ikat B.

Penyelesaian

Pada Persamaan (1.11), energi separasi netron dinyatakan sebagai


Sn (A, Z) = [m (A − 1, Z) + mn − m (A, Z)] c2 . Karena B (A, Z) =
[Zmp + (A − Z) mn − m] c2 (Pers. (2.1)), maka ungkapan Sn juga
dapat dinyatakan sebagai

Zmp + (A − 1) mn − B (A − 1, Z) /c2 + mn
 
Sn (A, Z) =
− Zmp + Amn − B (A, Z) /c2 c2


= B (A, Z) − B (A − 1, Z) . (1.13)

Dengan cara yang sama, didapatkan

Sp (A, Z) = B (A, Z) − B (A − 1, Z − 1) . (1.14)


1.3. DIMENSI, MASSA, DAN ENERGI INTI 19

1.3.4 Isotop dan massa relatif


Kita akhiri bab ini dengan mengenal isotop dari inti dengan nomor
atom yang sama. Sebagai contoh, kita tinjau isotop carbon, seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.4. Pada sata tersebut, kolom pertama
menunjukkan simbol atom, kolom kedua nomor atom, kolom ketiga
nomor massa, kolom keempat massa atom, kolom kelima spin dan pa-
ritas, sedang kolom ketujuh adalah kelimpahan isotop di alam (untuk
isotop stabil) atau waktu paro dan modus peluruhan (untuk isotop
tak stabil). Dari data tersebut, diketahui bahwa inti carbon, bisa
muncul dalam 7 isotop, yaitu C-9, C-10, C-11, C-12. C-13, C-14, dan
C-15. Dari 7 isotop tersebut, 2 isotop bersifat stabil yaitu, C-12 dan
C-13; 3 isotop tidak stabil dan akan menangkap elektron C-9, C-10,
dan C-11; dan 2 isotop tidak stabil dan akan memancarkan radiasi
beta C-14 dan C-15. Dari data tersebut, kita dapat mencari massa
relatif atom, yaitu

Gambar 1.4: Data isotop Carbon (Sumber: Krane, 1988).

M r (atom) = Σi mi yi ,

di mana m adalah massa atom dan y adalah kelimpahan atom. Pen-


jumlahan i dilakukan pada semua isotop stabil dari atom tersebut.

Contoh : Menghitung massa relatif Mr


Hitunglah massa relatif atom carbon.

Penyelesaian
20 BAB 1. MENGENAL INTI

Dari data pada Gambar 1.4, didapatkan

M r (carbon) = (12, 000000 × 0, 9889 + 13, 003355 × 0, 0111) u


= 12, 011137 u

Data yang lebih akurat adalah C-12 memiliki kelimpahan 98,93% se-
dangkan kelimpahan C-13 adalah 1,07%. Dengan demikian, didapatk-
an

M r (carbon) = (12, 000000 × 0, 9893 + 13, 003355 × 0, 0107) u


= 12, 010736 u

Nilai Mr tercantum pada tabel periodik, seperti pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5: Tabel periodik carbon.

Anda mungkin juga menyukai