Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI

KAITAN BIOETIKA DAN BIOTEKNOLOGI

DOSEN PEMBIMBING

MIFTAHUR RAHMI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

MELZY PUTRI SANI


1604090

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI INDONESIA

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah BIOTEKNOLOGI maka penyusun
mempersembahkan satu makalah yang berjudul “ KAITAN BIOETIKA
DENGAN BIOTEKNOLOGI”.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas kerja sama
dan bantuan selama proses pembuatan makalah ini. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah BIOTEKNOLOGI yang telah
memberikan petunjuknya dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai mana yang kita harapkan. Oleh karena itu penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan
baik dalam penyusunan maupun penyampaian materi.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangatalah penyusun harapkan


untuk menunjang perbaikan dimasa mendatang. Dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umunya.
terima kasih.

Padang, Desember 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme


hidup atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat
atau mengubah sebuah produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang
bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Dalam definisi yang lain,
bioteknologi merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip ilmiah dan teknis
dalam pemrosesan materi dengan menggunakan agen biologis untuk
menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi kesejahteraan manusia.
Bioteknologi telah banyak diterapkan dalam kehidupan manusia
mulai dari penerapan bioteknologi yang masih tradisional hingga
bioteknologi modern. Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita
melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai bidang
(Nalley, 2002). Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan
tingkat kebutuhan manusia di muka bumi. Terlebih dengan adanya teknik
rekayasa genetika, semakin pesat berkembang bioteknologi dalam
berbagai bidang untuk menciptakan produk yang diharapkan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami mengingat
bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek
kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan, farmasi,
kedokteran, lingkungan, hingga industri.
Manfaat bioteknologi sangat dirasakan dalam kehidupan, yaitu
dalam peningkatan kesejahteraan dan perbaikan hidup manusia. Manfaat-
manfaat tersebut antara lain untuk memerangi kelaparan, tersedianya obat-
obatan untuk penyakit, mengatasi kelangkaan sumber daya energy,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan masih banyak lagi. Di samping
bioteknologi dapat memberikan dampak positif, bioteknologi juga
memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini diharapkan kita
dapat melakukan antisipasi terhadap dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan. Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan,
penalaran, logika, moral, agama, serta criteria kebenarannya tentu akan
sangat membantu. Penguasaan manusia terhadap teknologi hendaklah
menuntut perkembangan moral manusia itu juga (Nalley, 2002). Maka,
sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam penerapan bioteknologi di
berbagai bidang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, kami
menyusun sebuah makalah yang berjudul tentang Etika dan Dampak
Bioteknologi, khususnya di bidang rekayasa genetika yaitu tanaman
transgenik, kloning dan penggunaan stem cell.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian etika dalam bioteknologi ?
2. Bagaimanakah aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi?
3. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada
tanaman transgenik ditinjau dari segi etika?
4. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang penggunaan stem cell
ditinjau dari segi etika?
5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang kloning ditinjau dari segi
etika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
rekayasa genetika pada tanaman transgenik.
4. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
pemanfaatan stem cell.
5. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
kloning.
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
3. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang rekayasa
genetika pada tanaman transgenik.
4. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang pemanfaatan
stem cell.
5. Mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang kloning.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Etika
Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita,
khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap
sebagai petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang baik
dan yang buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikas-
implikasi penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan
pengobatan, disebut bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang
untuk dipetimbangkan, khususnya di bidang bioteknologi dimana penemuan-
penemuan dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan
manusia dan lingkungan.
Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya
kadang bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat
dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita
harus dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi maupun
bioteknologi. Nasution (1999) dalam Nalley (2002) mengatakan bahwa
sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali seorang ilmuwan akan
mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di
bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan yang dikuasainya hanyalah
sebagian kecil saja dari ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus
mendapat perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam
bioteknologi tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku
sekaligus makhluk etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan
manusia menjadi sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan
prinsip-prinsipnya sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri
menampung segala pemikiran tentang kehidupan, yang bersumber pada akal,
budi, filsafat, agama, tradisi, tanpa harus terikat dengan agama tertentu
(Nalley, 2002).
Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah
suatu disiplin yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan
mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan
mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut
Hoenderich Oxford (1995), Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral
dan social dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Darmanto (2009)
menyimpulkan bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab
dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang
dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu
pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi
yang terkait di dalamnya.
Telah dikemukakan oleh Mukaromah(2010) bahwa terdapat tiga etika
dalam bioetika, yaitu :
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas
(apa yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran,
kode etik rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut
normadan nilai-nilai moral.

B. Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa
etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta
penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan destruktif
bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang penting pula perlu diterapkan
aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi,
sehingga ada mekanisme pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial
yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi (Ranika, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah
menetapkan Undang-Undang terkait dengan Etika dalam bioteknologi.
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Pasal 13 yang
mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui rekayasa
genetika.
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman;
3. Keputusan Bersama Menristek, Menkes, dan Mentan Tahun 2004
Tentang Pembentukan Komisi Bioetika Nasional;
4. UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan IPTEK; Pasal 22 (1) Pemerintah
menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup. (2) untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pemerintah mengatur perizinan bagi
pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan
memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara
internasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto, Komisi Bioetik Nasional
memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 antara lain:
a. memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip
bioetika,
b. memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika
dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis
pada ilmu pengetahuan hayati,
c. menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika
d. penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta
mengkaji dampaknya pada masyarakat
e. peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-
ilmu hayati.

C. Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada Tanaman


Transgenik
Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika digunakan
pada keseluruhan organisme dibandingkan sel tunggal. Salah satu manfaat dari
adanya rekayasa genetika dan juga yang menyebabkan kontroversi terbesar
adalah adanya produksi dari organisme yang secara genetic dimodifikasi (GM
organism), terutama hasil panen tanaman GM. Tujuan dari diciptakannya
tanaman transgenic adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap
pestisida, penyakit, iklim yang buruk, dan produksi panen yang lebih baik.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang
dimodifikasi secara genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah
dari sisi tanaman itu sendiri, apakah ia akan menjadi tanaman yang lebih baik
atau setidaknya tidak bertambah jelek. Kita yang harus menentukan apakah
integritas spesies tersebut penting atau tidak, atau dengan kata lain
menciptakan tanaman yang “lebih baik” lebih diinginkan dibandingkan
mempertahankan tanaman “lama”. Dalam melaksanakan hal ini, kita harus
menentukan apakah modifikasi genetic pada suatu organisme, dalam kasus ini
tanaman, akan melanggar kode etik atau tidak. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah apakah dengan adanya tanaman transgenic tersebut akan
mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan biodiversitas.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman
transgenik Roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh
lain adalah tanaman jagung Bt yang dimodifikasi untuk memproduksi racun
dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga dengan kemampuan memproduksi
racun itu tanaman tersebut dapat membunuh larva corn borer yang sedianya
sangat merusak bagi tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut
berinteraksi dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa tanaman jagung Bt juga memproduksi pollen yang
beracun bagi kupu-kupu Monarch. Di samping organisme target yaitu larva
corn borer, racun tanaman ini juga berdampak pada serangga non target yaitu
kupu-kupu Monarch. Efek yang dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic
terhadap lingkungan juga harus diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya
penyerbukan silang tanaman transgenic dengan tanaman lain, sehingga gen
penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru dan membunuh lebih banyak
serangga. Terkait dengan sifatnya yang beracun bagi serangga, hal lain yang
harus diperhatikan dengan adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman
tersebut berbahaya bagi hewan dan manusia.
Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada
aspek social dan ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang
lebih baik dengan biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur
dengan drastis (Thieman, 2004).

D. Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell


Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk
berkembang menjadi berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat
dibedakan menjadi sel stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem
embrionikadalah sel yang diambil dari inner cell mass - suatu kumpulan sel
yang terletak di satu sisi blastocyst yang berumur 5 hari dan terdiri dari 100
sel. Sel stem ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus menerus
dalam media kultur optimal dan pada keadaan tertentu dapat diarahkan untuk
berdiferensiasi menjadi berbagai sel yang terdiferensiasi seperti sel jantung,
sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.
Sel stem dewasa(Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di
semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi
melakukan regenerasi untuk mengatasi berbagai kerusakan yang selalu terjadi
dalam kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells),
sumsum tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat
(umbilical cord blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast,
fibroblast dan sebagainya., sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan
yang rusak. Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum meng-alami
diferensiasi. Sel stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat
masalah etik, maka banyak negara lebih mengutamakan penelitian
pemanfaatan sel stem dewasa pada berbagai penyakit degeneratif, sehingga
tidak dihadapkan pada masalah dan kontroversi etika (Setiawan, 2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah
solusi bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu
stem sel embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai
saat ini masih menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil
bagian sel dari embrio, dimana embrio merupakan calon makhluk hidup.  Pada
penggunaan sel stem embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan
agama yang menyatakan bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru
yang harus dihormati. Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan
dengan tindakan membunuh atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan
anak atau manusia karena memiliki genom manusia secara lengkap, dan
berpotensi untuk berkembang menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut
Thieman (2004) sel stem embrio secara teoritis dapat digunakan untuk
membentuk jaringan lain, dengan transplantasi untuk memperbaiki atau
mengganti jaringan yang rusak atau sakit. Hal ini memberi kesan
menggunakan sel stem embrio manusia untuk penelitian, jika dari proses
tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian yang potensial dapat
mengobati penyakit pasien.
E. Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning
Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus,
dianjutkan proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan
faktor keamanan dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik sebelum
maupun sesudah kelahiran. Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan
ketahanan hidup organisme hasil kloning rendah dan tengah diperdebatkan
apakah hasil kloning manusia secara nyata dapat hidup secar sehat dan
normal. Pertanyaan masyarakat tentang peneitian kelahiran kloning manusia
juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika suatu pasangan memutuskan untuk
mendapatkan anak dengan teknik kloning, dengan menggunakan sel donor
dari istri, klonnya secara genetik tidak akan menjadi anak perempuan
melainkan menjadi saudar dari istri, seperti saudara kembar yang lahirnya
terlambat, dan bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara etis tentang
hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan adanya
ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan mengubah
hubungan keluarga.

Bagi pihak yang pro akan adanya kloning, kloning dianggap


menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena
satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut
anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain.
Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah
atau ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua
adalah dengan kloning merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan
anak, sebab mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan
ketiga adalah merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan
kloning diri sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah disusun, maka dapat diketahui
bahwa etika dalam bioteknologi adalah penerapan ilmu (suatu teknik
dalam biologi) dan harus tidak terlepas dari tanggung jawab manusia.
Serta bioteknologi dapat memaksimalkan usaha untuk mencapai suatu
tujuan dalam memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan manusia di
muka bumi dari berbagai bidang seperti: kesehatan, pangan, lingkungan,
pertanian, peternakan, dan lain lain. Dan hal ini harus diimbangi dengan
pemantauan dan pertimbangan dampak yang dihasilkan dari berbagai
aspek kehidupan.

B. SARAN

Bioteknologi memang memiliki dampak yang positif akan tetapi


harus dipertimbangkan etika dalam penerapannya serta dampaknya bagi
lingkungan dan ekosistem terutama yang menyangkut moral pada
manusia, seperti permasalahan cloning dan bank sperma. Hal ini agar tidak
adanya penyalahgunaan bioteknologi serta meminimalisir dampak dari
kegiatan itu, serta memberikan regulasi yang tepat sesuai agama, moral,
dan etika terutama yang sesuai dengan yang dianut masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai