Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS PADA NY.

T
DI RUANG POLIKLINIK

Disusun sebagai salah satu tugas praktik profesi ners


stase keperawatan maternitas

Disusun Oleh:
ASRIANI KASIM : 203203109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021
BAB I
Laporan pendahuluan

A. Definisi
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu
hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai.
Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim (Manuaba, 2007).
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah-buahan kehamilan baik
sebagian maupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni
kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut pembukaan atau abortus (Setiawati, 2013:189-190). Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).

B. Macam-macam Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendirinya), merupakan + 20% dari semua
abortus.
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan embrio atau janin
seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi
sekitar 15%-20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi
sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan
lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan. Kram
dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang, atau
bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama gejala akan
berlangsung. Selain itu gejala lain yang menyertai abortus spontan yaitu
nyeri pada bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan perut, dan
pengeluaran janin dari dalam rahim.
Berdasarkan gambaran klinisnya, aborsi dibagi menjadi:
1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Pada
abortus ini terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam rahim, tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosisnya terjadi melalui ostium uteri eksternum disertai
mual, membesarnya rahim ibu. Layanan belum membuka, dan tes
kehamilan positif.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dibatalkan lagi. Pada abortus ini
peradangan rahim pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih
sering dan kuat, perdarahan bertambah
3) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap). sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan sebagian tapi (biasanya jaringan) masih
tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini pengeluaran sebagian janin
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam rahim. Pada pemeriksaan vagina, servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavun uteri atau kadang-kadang muncul dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
4) Abortus komplit (keguguran lengkap). Seluruh buah telah dilahirkan
dengan lengkap. Pada abortus ini, ditemukan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
khusus, apabila penderita anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau
transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).
5) Missed Abortion (keguguran kematian) adalah keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah
kehamilan yang terhenti dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Kematian janin kadang-kadang ada sedikit perdarahan sehingga
menimbulkan gambaran abortus imminiens (Sulistyawati, 2013:123).
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), yaitu abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi: minimal-kurangnya 3X berturut-
turut.
7) Abortus infeksiosus, abortus septik Abortus infeksiosus adalah abortus
yang disertai infeksi pada alat genetalia. Abortus septik adalah abortus
yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh (Sarwono,
2014: 467-473).
b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80% dari semua abortus
dibagi atas 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus terapeutikus. Abortus
provocatus artificialis atau abortus terapeutikus adalah pengguguran
kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
berpenyakit berat misalnya: penyakit jantung, hypertensi essentialis,
carcinoma dari Serviks.
2) Abortus Provocatus criminalis Abortus buatan kriminal (abortus
propocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
yang sah atau oleh orang yang tidak dilarang oleh hukum
(Feryanto,2014: 41). Abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
hukum. Abortus provokatus dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (Vacum) atau dengan
sendok kuret (Pudiastusi, 2012: 41-42).
C. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:
a. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen (Sarwono, 1991).
2. Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi
placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun. (Sarwono, 1991).
Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM (Manuaba,
1998).
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxin, virus dan
plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparatomi, peritonis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun
lebih jarang (Sarwono, 1991).
4. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab
lain abortus dalam ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan
servik luas yang tidak dijahit (Sarwono, 1991).

D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan
nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat
terjadi spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan
berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit
perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah akral dingin

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :


1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat didahului
dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan
dengan pengeluaran placenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu
disebut persalinan imaturus.
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi
ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat
terjadi :
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip
daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium
dan tertekan sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan
laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin,
hanya benda kecil yang tidak berbentuk.
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.
Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan dapat
terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang kepala
berimpitan dan perut membesar karena asites/pembentukan gas (Manuaba,
1998).

E. Komplikasi
Keguguran mempunyai penyulit sebagai berikut :
1. Perdarahan
a. Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
b. Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi
3. Degenerasi ganas
a. Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15%-20%.
b. Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama,
terjadi pembesaran/perlunakan rahim, terdapat metastase ke vagina atau
lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretage
Dapat terjadi peforasi dengan gejala :
a. Kiret terasa tembus.
b. Penderita kesakitan, syok.
c. Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
(Manuaba, 1998)
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Alasan Datang :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.
2. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan bahwa keluar darah dari vagina
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang : kesehatan ibu saat ini
b. Riwayat kesehatan yang lalu : apakah ibu pernah mengalami abortus atau
penyakit lain
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : bagaimana riwayat
kehamilan dan persalinan dahulu
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan saat ini:
c. Para :2 A :1 AH :2
d. Masa Gestasi : 8 minggu
e. Kelainan kehamilan : terjadi abortus

6. Riwayat KB : apakah ibu pernah menggunakan KB


7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari : mulai dari nutrisi aktivitas, sampai
dengan eliminasi
8. Data Psikologis (perasaan tentang masa nifas saat ini) :
Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keadaannya, karena keluar darah
berwarna merah didaerah genitalianya.

9. Data Sosial-Budaya :
a. Hubungan dengan keluarga
Ibu mengatakan hubungan dirinya dengan keluarga terjalin harmonis.
b. Hubungan dengan tetangga
Ibu mengatakan hubungan dirinya dengan tetangga rukun dan harmonis.
c. Hewan peliharaan
Ibu mengatakan tidak memelihara hewan dilingkungan rumahnya.

d. Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan disekitar rumahnya bersih, baik, nyaman,
tenang dan damai.
10. Data Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam
11. Pengetahuan Ibu :
a. Tentang masa nifas :
Ibu mengatakan tidak mengetahui tentang masa nifas.
b. Tentang menyusui/ makanan bayi :
1) Manfaat ASI :
Ibu mengatakan tidak tahu apa itu tentang manfaat ASI

2) Perawatan payudara :
Ibu mengatakan belum mengerti serta memahami tentang bagaimana
perawatan payudara dan tekhniknya dalam perawatan payudara.

3) Makanan bayi :
Ibu mengatakan tidak tahu makanan apa yang baik untuk bayinya.

4) Tentang perawatan bayi :


Ibu mengatakan belum mengetahui bagaimana cara merawat bayinya
dengan baik.

5) Tentang alat KB :
Ibu mengatakan belum mengerti tentang alat kontrasepsi KB karena
ibu belum pernah menggunakan KB sebalumnya.

Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
1) Tensi : 120/80 mmHg
2) Nadi : 80 kali/ menit
3) RR : 24 kali/ menit
4) Suhu : 37ºC

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak ada lesi, warna hitam, tidak
rontok
2) Muka : Tidak ada edema
3) Mata :Simetris, tidak ada edema palpebra, sclera
berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, pupil reflek
terhadap cahaya.
4) Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, dan tidak ada sumbatan
5) Telinga :Simetris, tidak terdapat serumen, reflek
perdarahan (+).
6) Mulut : warna bibir merah muda dan lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries dentis, tidak ada epulis, tidak ada gingivitis,
dan tidak ada tonsilitis
7) Leher : KGB (-) Tyroid (-) TVJ (-)
b. Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada jaringan
parut, gerak nafas normal

c. Mammae :
1) Ada tidaknya massa : Tidak ada
2) warna : coklat
3) Hiperpigmentasi : Tidak ada
4) Bentuk papilla mamae: menonjol
5) Pengeluaran : Tidak ada
6) Pembengkakan : Tidak ada
d.Abdoment:
Palpasi : ballottement (+)
Bekas luka operasi : Tidak ada
Palpasi supra pubik/ kandung kemih : Baik
e. Genetalia :
1) Hematoma : Tidak ada
2) Edema : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
4) Hemoroid : Tidak ada
5) Pengeluaran Pervaginam:
a) Warna : flek
b) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari Bau : khas
(amis)
6) Perineum dan Anus :
a) Luka episiotomi/ jahitan: baik
 R:Redness (kemerahan) : Tidak ada
 E:edema (pembengkakan) : Tidak ada
 E:ecchymosis (bintik-bintik merah): Tidak ada
 D:discharge (pengeluaran) : Tidak ada
 A: approximation of edges of episiotomy (penyatuan luka
episiotomy) : Tidak ada
b) Keadaan vulva : baik
c) Anus : berlubang dan tidak hemmorhoid
1. Ekstremitas
1) Atas : tidak ada oedema dan tidak ada varises
2) Bawah : tidak ada oedema dan tidak ada varises
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Protein urine : (-)
2) Urine reduksi : (-)
3) HB : (-)
b. Golongan darah : (-)
c. Pp test : (+)
d. Pemeriksaan penunjang lainnya :
1) USG : dilakukan (janin sudah meninggal dalam
kandungan)

B. Diagnose keperawatan yang akan muncul


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Resiko syok b.d kekurangan volume cairan
3. Ansietas b.d krisis situasional
4. Berduka b.d kehilangan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN

1. Nyeri melahirkan Setelah diberikan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


asuhan Observasi
keperawatan  lokasi, karakteristik, durasi,
selama 3 kali frekuensi, kualitas, intensitas nyer
kunjungan selama  Identifikasi skala nyeri
45 menit di  Identifikasi respon nyeri non
harapkan Tingkat verbal
Nyeri (L.08066)  Identifikasi faktor yang
menurun dengan memperberat dan memperingan
kriteria hasil: nyeri
1. keluhan nyeri  Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
2. meringis  Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap respon nyeri
3. gelisah
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
duntuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

PENGATURAN POSISI (I. 01019)


Observasi
 Monitor status oksigenase
sebelum dan sesudah mengubah
posisi
 monitor alat traksi agar selalu
tepat
Terapeutik
 tempatkan pada matras/ tempat
tidur terapeutik yang tepat
 tempatkan pada posisi terapeutik
 tempatkan objek yang sering
digunakan dalam jangkauan
 tempatkan bel atau lampu
panggilan dalam jangkauan
 sediakan matras yang kokoh /
padat
 atur posisi tidur yang disukai, jika
tidak kontraindikasi
 atur posisi untuk mengurangi
sesak (mis. Semi fowler)
 atur posisi yang meningkatkan
drainage
 posisikan pada kesejajaran tubuh
yang tepat
 imobilisasi dan topang bagian
tubuh yang cedera dengan tepat
 tinggikan bagian tubuh yang sakit
dengan tepat
 tinggikan anggota gerak 20 atau
lebih di atas level jantung
 tinggikan tempat tidur bagian
kepala
 berikan bantal yang tepat pada
leher
 berikan topangan pada area edema
 posisikan untuk mempermudah
ventilasi/perfusi
 motivasi melakukan ROM aktif
atau pasif
 motivasi terlibat dalam perubahan
posisi, sesuai kebutuhan.
 Hindari menempatkan pada posisi
yang dapat meningkatkan nyeri
 Hindari menempatkan stump
amputasi pada posisi fleksi
 Hindari posisi yang menimbulkan
ketegangan pada luka
 Minimalkan gesekan dan tarikan
saat mengubah posisi
 Ubah posisi setiap 2 jam
 Ubah posisi dengan teknik log roll
 Pertahankan posisi dan integritas
traksi
 Jadwalkan secara tertulis untuk
perubahan posisi
Edukasi
 Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi
 Ajarkan cara meggunakan postur
yang baik dan mekanika tubuh
yang baik selama perubahan posisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu

2. Resiko syok b.d Setelah dilakukan PEMANATAUAN CAIRAN


kekurangan volume tindakan (I.03121)
cairan. keperawatan
selama 3x24 jam 1. Observasi
o Monitor frekuensi dan
maka tingkat syok
kekuatan nadi
(L.03032) o Monitor frekuensi nafas
membaik dengan o Monitor tekanan darah
kriteria hasil : o Monitor waktu pengisian
kapiler
1. Pucat menurun o Monitor elastisitas atau turgor
kulit
2.frekuensi nafas o Monitor jumlah, waktu dan
membaik berat jenis urine
o Monitor hasil pemeriksaan
3. Saturasi serum (mis. Osmolaritas
oksigen serum, hematocrit, natrium,
meningkat kalium, BUN)
o Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis. Frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering,
volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
o Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia mis. Dyspnea,
edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
o Identifikasi factor resiko
ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
2. Terapeutik
o Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
o Dokumentasi hasil
pemantauan
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
o Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
PENCEGAHAN SYOK

Observasi

 Monitor status oksigenase


 Monitor status cairan
 Monitor tingkat kesadaran dan
reson pupil
 Periksa riwayat alergi
Terapeutik

 Berikan oksigen untuk


mempertahankan saturasi oksigen
> 94%
 Persiapakan intubasi dan ventilasi
mekanis
 Pasang jalur IV
 Pasang keteter urine untuk menilai
produksi urine, jika perlu
Edukasi

 Jelaskan penyebab/ faktor resiko


syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
 Anjurkan melaporkan jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian IV jika perlu


 Kolaborasi pemberian transusi
darah jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antiinflamasi , jika perlu
3. Ansietas Setelah dilakukan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam
maka Status 1. Identifikasi saat tingkat
tingkat ansietas anxietas berubah (mis.
(L. 09093) Kondisi, waktu, stressor)
menurun dengan 2. Identifikasi kemampuan
kriteria hasil : mengambil keputusan
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda anxietas
khawatir akibat (verbal dan non verbal)
kondisi yang di Terapeutik
hadapi
2. Perilaku 1. Ciptakan suasana terapeutik
gelisah untuk menumbuhkan
menurun kepercayaan
3. Keluhan 2. Temani pasien untuk
pusing mengurangi kecemasan , jika
menurun memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat anxietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pedekatan yang
tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


anti anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
(I.09326)

Observasi

1. Identifikasi penurunan
tingkat energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik

1. Ciptakan lingkungan tenang


dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat,


batasan, dan jenis, relaksasi
yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang
atau melatih teknik yang
dipilih’
6. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. napas
dalam, peregangan atau
imajinasi terbimbing )
4. Berduka b.d Setelah dilakukan Dukungan proses berduka I.09274
kehilangan tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan Observasi:
keluarga dapat
menerima  Identifikasi kehilangan yang di
kehilangan hadapi
Kriteria hasil:  Identifikasi proses berduka yang
1. Verbalisasi alami
perasaan sedih  Identifikasi sifat keterikatan pada
menurun benda yang hilang atau orang
2. verbalisasi yang meninggal
perasaan bersalah  Identifikasi reaksi awal terhadap
atau menyalahkan kehilangan
orang lain Terapeutik
Menurun
3. menangis  Tunjukan sikap menerima dan
menurun empati
 Motivasi agar mau
mengungkapkan perasaan
kehilangan
 Motivasi untuk menguatkan
dukungan Keluarga atau orang
terdekat
 Fasilitasi melakukan kebiasaan
sesuai dengan budaya, agama
dan norma sosial
 Fasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman (mis. Membaca buku,
menulis, menggambar, atau
bermain)
 Diskusikan strategi koping yang
dapat digunakan
 Edukasi
 Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa sikap
mengingkari marah, tawar
menawar, sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi
kehilangan
 Anjurkan mengidentifikasi
ketakutan terbesar pada
kehilangan
 Amjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan .

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary. 2006. "Obstetri Williams".Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. "Ilmu Kebidanan". Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Bagus, Gde Manuaba, SpOg, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi Dan KB, Jakarta, 2001: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Jakarta, 2001:
Yayasan Bina Pustaka
Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai