LP Abortus
LP Abortus
T
DI RUANG POLIKLINIK
Disusun Oleh:
ASRIANI KASIM : 203203109
A. Definisi
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu
hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai.
Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir selalu
didahului dengan matinya janin dalam rahim (Manuaba, 2007).
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah-buahan kehamilan baik
sebagian maupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni
kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut pembukaan atau abortus (Setiawati, 2013:189-190). Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).
B. Macam-macam Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendirinya), merupakan + 20% dari semua
abortus.
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan embrio atau janin
seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia
kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi
sekitar 15%-20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi
sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari jalan
lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus spontan. Kram
dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat ringan, sedang, atau
bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama gejala akan
berlangsung. Selain itu gejala lain yang menyertai abortus spontan yaitu
nyeri pada bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan perut, dan
pengeluaran janin dari dalam rahim.
Berdasarkan gambaran klinisnya, aborsi dibagi menjadi:
1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Pada
abortus ini terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam rahim, tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosisnya terjadi melalui ostium uteri eksternum disertai
mual, membesarnya rahim ibu. Layanan belum membuka, dan tes
kehamilan positif.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dibatalkan lagi. Pada abortus ini
peradangan rahim pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih
sering dan kuat, perdarahan bertambah
3) Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap). sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan sebagian tapi (biasanya jaringan) masih
tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini pengeluaran sebagian janin
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam rahim. Pada pemeriksaan vagina, servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavun uteri atau kadang-kadang muncul dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
4) Abortus komplit (keguguran lengkap). Seluruh buah telah dilahirkan
dengan lengkap. Pada abortus ini, ditemukan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
khusus, apabila penderita anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau
transfusi (Fauziyah, 2012: 42-45).
5) Missed Abortion (keguguran kematian) adalah keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah
kehamilan yang terhenti dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Kematian janin kadang-kadang ada sedikit perdarahan sehingga
menimbulkan gambaran abortus imminiens (Sulistyawati, 2013:123).
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), yaitu abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi: minimal-kurangnya 3X berturut-
turut.
7) Abortus infeksiosus, abortus septik Abortus infeksiosus adalah abortus
yang disertai infeksi pada alat genetalia. Abortus septik adalah abortus
yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh (Sarwono,
2014: 467-473).
b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80% dari semua abortus
dibagi atas 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus terapeutikus. Abortus
provocatus artificialis atau abortus terapeutikus adalah pengguguran
kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu
berpenyakit berat misalnya: penyakit jantung, hypertensi essentialis,
carcinoma dari Serviks.
2) Abortus Provocatus criminalis Abortus buatan kriminal (abortus
propocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
yang sah atau oleh orang yang tidak dilarang oleh hukum
(Feryanto,2014: 41). Abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh
hukum. Abortus provokatus dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (Vacum) atau dengan
sendok kuret (Pudiastusi, 2012: 41-42).
C. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi karena:
a. Kelainan kromosom
Kelainan yang sering terjadi pada abortus spontan ialah: trisomi
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna, sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari luar
Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen (Sarwono, 1991).
2. Kelainan pada placenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi
placenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun. (Sarwono, 1991).
Gangguan pembuluh darah placenta, di antaranya pada DM (Manuaba,
1998).
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus toxin, virus dan
plasmodium dapat melalui placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan,
laparatomi, peritonis umum dan penyakit menahun seperti brusellosis,
mononukleosis, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun
lebih jarang (Sarwono, 1991).
4. Kelainan tractus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainan bawaab uterus dapat
menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa retroversio uteri gravidi
inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab
lain abortus dalam ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh
kelemahan bawaan pada servik, dilatasi berlebihan, amputasi atau robekan
servik luas yang tidak dijahit (Sarwono, 1991).
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan
nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat
terjadi spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan
berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit
perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :
1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis
dan daerah akral dingin
E. Komplikasi
Keguguran mempunyai penyulit sebagai berikut :
1. Perdarahan
a. Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang.
b. Dapat terjadi mendadak banyak, sehingga menimbulkan syok.
2. Infeksi
3. Degenerasi ganas
a. Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15%-20%.
b. Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama,
terjadi pembesaran/perlunakan rahim, terdapat metastase ke vagina atau
lainnya.
4. Penyulit saat melakukan kuretage
Dapat terjadi peforasi dengan gejala :
a. Kiret terasa tembus.
b. Penderita kesakitan, syok.
c. Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
(Manuaba, 1998)
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Alasan Datang :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.
2. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan bahwa keluar darah dari vagina
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang : kesehatan ibu saat ini
b. Riwayat kesehatan yang lalu : apakah ibu pernah mengalami abortus atau
penyakit lain
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : bagaimana riwayat
kehamilan dan persalinan dahulu
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan saat ini:
c. Para :2 A :1 AH :2
d. Masa Gestasi : 8 minggu
e. Kelainan kehamilan : terjadi abortus
9. Data Sosial-Budaya :
a. Hubungan dengan keluarga
Ibu mengatakan hubungan dirinya dengan keluarga terjalin harmonis.
b. Hubungan dengan tetangga
Ibu mengatakan hubungan dirinya dengan tetangga rukun dan harmonis.
c. Hewan peliharaan
Ibu mengatakan tidak memelihara hewan dilingkungan rumahnya.
d. Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan disekitar rumahnya bersih, baik, nyaman,
tenang dan damai.
10. Data Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam
11. Pengetahuan Ibu :
a. Tentang masa nifas :
Ibu mengatakan tidak mengetahui tentang masa nifas.
b. Tentang menyusui/ makanan bayi :
1) Manfaat ASI :
Ibu mengatakan tidak tahu apa itu tentang manfaat ASI
2) Perawatan payudara :
Ibu mengatakan belum mengerti serta memahami tentang bagaimana
perawatan payudara dan tekhniknya dalam perawatan payudara.
3) Makanan bayi :
Ibu mengatakan tidak tahu makanan apa yang baik untuk bayinya.
5) Tentang alat KB :
Ibu mengatakan belum mengerti tentang alat kontrasepsi KB karena
ibu belum pernah menggunakan KB sebalumnya.
Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil
d. Tanda vital
1) Tensi : 120/80 mmHg
2) Nadi : 80 kali/ menit
3) RR : 24 kali/ menit
4) Suhu : 37ºC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak ada lesi, warna hitam, tidak
rontok
2) Muka : Tidak ada edema
3) Mata :Simetris, tidak ada edema palpebra, sclera
berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, pupil reflek
terhadap cahaya.
4) Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, dan tidak ada sumbatan
5) Telinga :Simetris, tidak terdapat serumen, reflek
perdarahan (+).
6) Mulut : warna bibir merah muda dan lembab, tidak ada
stomatitis, tidak ada caries dentis, tidak ada epulis, tidak ada gingivitis,
dan tidak ada tonsilitis
7) Leher : KGB (-) Tyroid (-) TVJ (-)
b. Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada jaringan
parut, gerak nafas normal
c. Mammae :
1) Ada tidaknya massa : Tidak ada
2) warna : coklat
3) Hiperpigmentasi : Tidak ada
4) Bentuk papilla mamae: menonjol
5) Pengeluaran : Tidak ada
6) Pembengkakan : Tidak ada
d.Abdoment:
Palpasi : ballottement (+)
Bekas luka operasi : Tidak ada
Palpasi supra pubik/ kandung kemih : Baik
e. Genetalia :
1) Hematoma : Tidak ada
2) Edema : Tidak ada
3) Varises : Tidak ada
4) Hemoroid : Tidak ada
5) Pengeluaran Pervaginam:
a) Warna : flek
b) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari Bau : khas
(amis)
6) Perineum dan Anus :
a) Luka episiotomi/ jahitan: baik
R:Redness (kemerahan) : Tidak ada
E:edema (pembengkakan) : Tidak ada
E:ecchymosis (bintik-bintik merah): Tidak ada
D:discharge (pengeluaran) : Tidak ada
A: approximation of edges of episiotomy (penyatuan luka
episiotomy) : Tidak ada
b) Keadaan vulva : baik
c) Anus : berlubang dan tidak hemmorhoid
1. Ekstremitas
1) Atas : tidak ada oedema dan tidak ada varises
2) Bawah : tidak ada oedema dan tidak ada varises
3. Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Protein urine : (-)
2) Urine reduksi : (-)
3) HB : (-)
b. Golongan darah : (-)
c. Pp test : (+)
d. Pemeriksaan penunjang lainnya :
1) USG : dilakukan (janin sudah meninggal dalam
kandungan)
Observasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan
tingkat energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang menganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi
yang pernah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary. 2006. "Obstetri Williams".Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. "Ilmu Kebidanan". Jakarta : P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Bagus, Gde Manuaba, SpOg, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi Dan KB, Jakarta, 2001: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Jakarta, 2001:
Yayasan Bina Pustaka
Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC