Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IMUNOLOGI

IMUNOSEROLOGI
“MACAM REAKSI IMUNOSEROLOGI AGLUTINASI ”

Disusun Oleh :

Regita Presilia (18020201148)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS ANWAR MEDIKA

SIDOARJO

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan tepat waktu. Selama pengerjaan makalah ini, kami mencurahkan
pikiran, kemampuan, dan pengalaman sebaik mungkin guna terwujudnya makalah
yang baik. Tidak lupa penulisan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak luput dari
kesalahan, kelalaian dan kekurangan, sehingga dapat diterima bila ada kritik dan
saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Jombang, 29 Juni 2021

Regita Presilia

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Imun.................................................................................................3
2.2 Fungsi Imun.......................................................................................................3
2.3 Macam-macam Pemeriksaan Imunoserologi dengan Reaksi Aglutinasi.............4
BAB III..............................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa
beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan. Kondisi sistem
kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup.
Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga
daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir,
pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI
yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan
tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna.
Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun.
Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan di dalam kendaraan, makan
siang serba tergesa, dan malam karena kelelahan tidak ada nafsu makan. Belum
lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan
stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah,
dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda
mengidap penyakit degeneratif.
Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan
antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif.

1.2 Rumusan Masalah

a. Pengertian sistem imun dan fungsi sistem imun?


b. Macam-macam Pemeriksaan Imunoserologi dengan reaksi Aglutinasi?

1
1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian sistem imun dan fungsi imun.


b. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan imunoserologi dengan reaksi
aglutinasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imun


Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya system indokrin,
sistem imun yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya
yang beredar diseluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari
pusat. Untuk melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh terdapat suatu sistem
yang disebut dengan sistem limforetikuler. Sistem ini merupakan jaringan atau
kumpulan sel yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya didalam sumsum
tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, system saluran napas, saluran cerna dan
beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas bermacam-macam sel yang dapat
menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan
fungsinya masing-masing (Roitt dkk.,1993; Subowo, 1993; Kresno, 1991).
Dengan kemajuan imunologi yang telah dicapai sekarang ini, maka konsep
imunitas dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali yang
melengkapi manusia dan binatang dengan suatu kemampuan untuk mengenal
suatu zat sebagai asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan
mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi, melenyapkan atau memasukkan
dalam proses metabolisme yang dapat menguntungkan dirinya atau menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh sendiri. Konsep imunitas tersebut, bahwa yang pertama-
tama menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh (respons imun), adalah
kemampuan sistem limforetikuler untuk mengenali bahan itu asing atau tidak
(Bellanti,1985: Marchalonis, 1980; Roitt,1993).

2.2 Fungsi Imun


Dalam pandangan modern, system imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
pertahanan, homeostasis dan perondaan :
a. Pertahanan

3
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh
seperti invasi mikroorganisme dan parasit kedalam tubuh. Ada dua
kemungkinan yang terjadi dari hasil perlawanan antara dua fihak yang
berhadapan tersebut, yaitu tubuh dapat bebas dari akibat yang merugikan atau
sebaliknya, apabila fihak penyerang yang lebih kuat (mendapat kemenangan),
maka tubuh akan menderita sakit.
b. Homeostasis
Fungsi homeostasis, memenuhi persyaratan umum dari semua organisma
multiseluler yang menghendaki selalu terjadinya bentuk uniform dari 12 setiap
jenis sel tubuh. Dalam usaha memperoleh keseimbangan tersebut, terjadilah
proses degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsure seluler
yang telah rusak dapat dibersihkan dari tubuh. Sebagai contoh misalnya dalam
proses pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah habis masa hidupnya.
c. Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh bagian tubuh terutama
ditujukan untuk memantau pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi
abnormal melalui proses mutasi. Perubahan sel tersebut dapat terjadi spontan
atau dapat diinduksi oleh zat-zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus.
Fungsi perondaan (surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu
waspada dan mengenal adanya perubahabperubahan dan selanjutnya secara
cepat membuang konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang
abnormal.

2.3 Macam-macam Pemeriksaan Imunoserologi dengan Reaksi Aglutinasi


Reaksi aglutinasi dapat terjadi antara antigen yang terlarut (soluble) dengan
antibodi yang tidak terlarut (insoluble) atau sebaliknya. Antigen atau antibodi
dapat dibuat menjadi tidak terlarut dengan cara mengikatkannya pada permukaan
carier seperti partikel latex (Koivunen and Krogsrud, 2006). Penggumpalan terjadi
jika molekul antigen memiliki berbagai macam epitop yang menyebabkan ikatan
silang.
Menurut sifat partikelnya aglutinasi dibagi menjadi dua:
a. Aglutinasi langsung (Direct agglutination)

4
Antigen yang digunakan adalah antigen yang dalam bentuk aslinya berupa
partikel, misalnya suspensi bakteri.
b. Aglutinasi pasif (Indirect agglutination)
Antigen dilekatkan pada suatu pembawa (carrier) berupa partikel (partikel
inert), seperti: latex, gelatin, silikat, dan lain-lain agar hasil reaksi dapat terlihat
dengan mata.
Contoh reaksi aglutinasi :
1. Uji Comb
Uji ini digunakan untuk membedakan ada tidaknya antibody dalam serum. Test
Comb dibedakan menjadi dua :
a) Indirect combs test (tidak langsung): untuk mencegah terjadinya ketidak
cocokan golongan darah dalam tranfusi.
b) Direct combs test (langsung): untuk mendiagnosis auto imun hemolitic
anemia.
2. Test Widal
Untuk mendiagnosis penyakit typhus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
thyposa.
3. Uji Kehamilan
Untuk mengetahui adanya hormon HCG yang diproduksi oleh trophoblast
janin. Terdapat 2 metode yaitu :
a) Metode biologi
b) Metode Imunologi
 Metode aglutinasi direct : menggunakan  satu reagen anti HCG lateks.
 Metode aglutinasi indirect : menggunakan dua reagen anti HCG.
4. Uji ASO / ASTO
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah partikel lateks yang dilapisi Streptolisin O
akan teraglutinasi ketika dicampurkan dengan sampel yang mengandung ASO.
Hasil dinyatakan positif jika terbentuk aglutinasi selama dua menit. Aglutinasi
mengindikasi tingkat ASO dalam sampel lebih dari atau sama dengan 200
IU/ml sedangkan tidak adanya aglutinasi mengindikasi tingkat ASO dalam
sampel kurang dari 200 IU/ml (Davidson and Henry, 1969).

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aglutinasi adalah salah satu cara dimana antibodi menandai antigen untuk
dihancurkan. Antibodi memiliki setidaknya dua lokasi dimana antigen dapat
mengikat, sehingga mereka mampu mengikat dengan lebih dari satu bakteri atau
virus. Ketika ini terjadi, partikel menyerang mulai menggumpalkan, atau
membentuk gumpalan, melalui jaringan antibodi. Gumpalan akhirnya menjadi
terlalu besar untuk tetap dalam larutan dalam aliran darah, dan mengendap dari
larutan.
Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara anttigen yang tidak larut dengan
antibodi yang larut. Dapat juga antigen yang bereaksi adalah antigen larut, tetapi
diikat oleh suatu pembawa (carrier) yang tidak larut, misalnya sel darah merah,
butiran latex, dll.

6
DAFTAR PUSTAKA

 Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. 2007. Cellular and Molecular Immunology.
6th ed. WB Saunders Company Saunders, Philadelphia
 Roitt. 1997. Pokok Pokok Ilmu Kekebalan.
 Fried, G.H & Fried, G.J., 2006. Schaum’s Outlines Biologi, edisi kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga. ( Diakses pada 25 september 2018 )

7
1

Anda mungkin juga menyukai