Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. Aji setya guna dharma A P05120319005


2. Gustina febriani P05120319015
3. Novi zarah P05120319034
4. Putri Retno P05120315036
5. Riska amelia P05120319041
6. Sherina lumban. P05120319044

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Nehru Nugroho,S.Kep.,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + NERS


TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperwatan Gerontik. Selain itu,makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bengkulu,……….........2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................


2.1 Pengertian diagnosis keperawatan ..........................................................................
2.2 Kategori diagnosis keperawtaan .............................................................................
2.3 Intervensi keperawatan Pada Lansia.......................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fakta di masa lalu, merawat klien lanjut usia(lansia) dianggap sebagai area
berteknologi rendah,dijelaskan sebagai area yang bukan salah satu areapraktik
keperawatan bergengsi (Basford, 2006).Terdapat keraguan bahwa klien lansia
dengandemensia merupakan kekhawatiran utama dalampenyediaan pelayanan asuhan
keperawatan lanjut(home care). Bahwa seiring dengan semakin lanjutnyausia, mental
serta kecakapan fisik melambat sampaibeberapa tingkat, sehingga lansia
distigmatisasi sebagaibagian bawah dalam kelompok sosial dan kebutuhankhusus
mereka kurang dikenali, sehingga perawatanhome care tidak maksimal (Larsson,
2007).
Sensus penduduk tahun 1901, menemukan kurangdari dua juta masyarakat Inggris
berusia lebih dari 65tahun. Pada 1989, diperkirakan jumlah penduduklansia sekitar
sembilan juta. Walaupun lansia yanglebih muda (65-75 tahun) secara statistik
menunjukkansikap yang tetap mandiri, terdapat peningkatansignifikan pada lansia
yang lebih tua (75 tahun keatas) yang menyebabkan kesulitan tertentu bagipenyedia
perencana kesehatan dan perawatan sosial.Pada 1991, bahwa 44% penduduk lansia
berusialebih dari 75 tahun. Diperkirakan pada 2041 proporsipenduduk lansia yang
lebih tua akan melebihi 50%.Dalam istilah lain, diprediksi bahwa antara 1991
dan2011 jumlah lansia akan meningkat sampai sekitar700.000 dan sekitar 75% terdiri
dari lansia yangberusia lebih dari 75 tahun (OPCS, 1991). Antara60% dan 75% lansia
penghuni panti jompo menderitabeberapa bentuk demensia (Stockslager,
2007).Bahwa tingkat kerusakan jaringan otak meningkatmelalui kombinasi dari
pengurangan sejumlah darahteroksigenasi yang mencapai daerah otak, dan efekproses
penuaan pada organ lain dan pada sistemtubuh. Efek kondisi yang dapat dipantau ini
adalahkehilangan keterampilan sehari-hari seperti mandi,makan dan minum,
berpakaian, dan eliminasi, sertarasa frustasi akibat kehilangan kepercayaan diri
danharga diri yang dapat digabungkan dengan caraperawat memperlakukan klien
lansia (Kitson, 1990).
Salah satu upaya perawatan terhadap lansiaberupa home care untuk
mempertahankanindividualitas dan pemberdayaan karena perawatantersebut adalah
tentang pemberian asuhan spesialuntuk memenuhi kebutuhan spesial.
Sehinggaketergantungan permanen pada lansia dapat dikurangi.Pengkajian
keperawatan untuk kelompok klien iniperlu dikonsentrasikan pada mengukur efek
kerusakandalam kemampuan untuk berkomunikasi, mobilisasi,dan terlibat dalam
aktivitas sosial. Intervensikeperawatan selanjutnya harus berfokus padamemfasilitasi
adaptasi individu guna mengembalikankesejahteraan dan kemandirian (Basford,
2006).

B. RUMUSAN MASALAH
1. JELASKAN PENGERTIAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN!
2. JELASKAN KATAGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN!
3. JELASKAN INTERVENSI PADA LANSIA!

C. TUJUAN
1. MENJELASKAN PENGERTIAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN!
2. MENJELASKAN KATAGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN!
3. MENJELASKAN INTERVENSI PADA LANSIA!
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada respon


manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015-
2017). Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan gerontik
adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau
kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun lansia dalam
kelompoknya

B. KATAGORI DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko,


kemungkinan, sehat dan sejahtera (welfare),dan sindrom.

1. Diagnosis keperawatan aktual Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis


aktual) adalah clinical judgment yang menggambarkan respon yang tidak
diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik pada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Hal ini didukung oleh batasan
karakteristik kelompok data yang saling berhubungan.

Contoh : 1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,

2) gangguan pola nafas,

3) gangguan pola tidur,

4) disfungsi proses keluarga,

5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.


2. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi Adalah clinical judgment yang
menggambarkan kerentanan lansia sebagai individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang memungkinkan berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan
klien terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupannya. Setiap label dari diagnosis
risiko diawali dengan frase: “risiko” (NANDA, 2014).

Contoh diagnosis risiko adalah:

1) Risiko kekurangan volume cairan,

2) Risiko terjadinya infeksi,

3) Risiko intoleran aktifitas,

4) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,

5) Risiko distress spiritual.

3. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan Adalah Clinical judgement yang


menggambarkan motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok
atau komunitas. Respon dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku
kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap
label diagnosis promosi kesehatan diawali dengan frase: “Kesiapan
meningkatkan”...... (NANDA, 2014).

Contoh :

1) Kesiapan meningkatkan nutrisi,

2) Kesiapan meningkatkan komunikasi,

3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,

4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan,

5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.

4. Diagnosis keperawatan sindrom Adalah clinical judgement yang


menggambarkan suatu kelompok diagnosis keperawatan yang terjadi bersama,
mengatasi masalah secara bersama dan melalui intervensi yang sama. Sebagai
contoh adalah sindrom nyeri kronik menggambarkan sindrom diagnosis nyeri kronik
yang berdampak keluhan lainnya pada respon klien, keluhan tersebut biasanya
diagnosis gangguan pola tidur, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik.
Kategori diagnosis sindrom dapat berupa risiko atau masalah.

Contoh:

1) Sindrom kelelahan lansia,

2) Sindrom tidak berguna,

3) Sindrom post trauma,

4) Sindrom kekerasan.

5. Rumusan diagnosis keperawatan a. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia


sebagai individu

1. Katagori aktual,

contoh :

a) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,

b) gangguan pola nafas,

c) gangguan pola tidur,

2. Katagori risiko,

contoh :

a) Risiko kekurangan volume cairan

b) Risiko terjadinya infeksi

c) Risiko intoleran aktifitas

3. Promosi kesehatan,
contoh :

a) Kesiapan meningkatkan nutrisi

b) Kesiapan meningkatkan komunikasi

c) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan

4. Sindrom

a) Sindrom kelelahan lansia

b) Sindrom tidak berguna

b. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai anggota keluarga

1) Katagori aktual,

contoh :

a) Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga pada Bp.P

b) Gangguan proses keluarga Bp. S

2) Katagori risiko,

contoh :

a) Risiko terjadinya disfungsi keluarga Bp. S keluarga Bp. S

b) Risiko penurunan koping keluarga Bp. D

3) Promosi kesehatan,

contoh :

a) Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga Bp. S


b) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan keluarga Bp. A

c. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia dalam kelompok

1) Katagori aktual

Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia di Panti Werdha

2) Katagori risiko

Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok lansia di RT 2

C.INTERVENSI TERHADAP LANSIA

1. Identifikasi kesulitan dalam melakukan aktivitasperawatan diri (perawatan


rambut/kuku/kulit,berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandidan menggosok gigi),
dan toileting (eliminasi urindan alvi), seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/depresi, dan
penurunan kognitif.Rasional: memahami penyebab yang memengaruhiintervensi. Masalah
dapat diminimalkan denganmenyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahlilain.

2. Identifikasi kebutuhan perawatan diri (perawatanrambut/kuku/kulit, berpakaian,


berdandan), per-sonal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dantoileting (eliminasi urin dan
alvi), dan berikanbantuan sesuai kebutuhan.Rasional: Seiring perkembangan penyakit,
kebutuhanperawatan diri, personal hygiene, dan toiletingdilupakan. Panas (misal infeksi,
penyakit gusi, danpenampilan kusut) terjadi saat klien/perawatterintimidasi dengan
memelihara masalah yang ada.

3. Dorong klien untuk melaksanakan aktivitasperawatan diri (perawatan


rambut/kuku/kulit,berpakaian, berdandan) dan personal hygiene(mandi dan menggosok gigi),
dan toileting(eliminasi urin dan alvi) yang dapat dilakukandengan aman, mandiri dan tanpa
mengeluarkanbanyak energi.Rasional: partisipasi dalam aktivitas perawatan diridan personal
hygiene akan meningkatkan harga diridan mempertahankan tonus kelompok-kelompok otot.

4. Miliki perlengkapan khusus, seperti tempat duduktoilet yang dapat ditinggikan atau pagar
pengaman.Rasional: ketersediaan perlengkapan khususmeningkatkan performansi aktivitas
mandi dan ketoilet.
5. Dorong klien untuk mengenakan pakaian yang rapidan nyaman.Rasional: klien perlu
mempertahankan sensasi diriyang positif.

6. Bantu klien mengenakan pakaian yang rapi danindah.Rasional: meningkatkan kepercayaan


untuk hidup.

7. Sediakan pakaian yang mudah digunakan, misalnyapakaian dengan karet pinggang dan
perekat(velkro).Rasional: pakaian yang mudah digunakan memfasilitasikemandirian dalam
berpakaian.

8. Gabungkan kegiatan harian ke dalam jadualaktivitas. Ubah waktu untuk berpakaian


ataukebersihan klien jika masalah meningkat.Rasional: mempertahankan kebutuhan rutin,
mencegahkebingungan yang semakin memburuk danmeningkatkan partisipasi klien.

Tujuan khusus 2: klien mempertahankan jadual tidur,istirahat dan aktivitas yang


cukup.Kriteria hasil (nursing out come):

1. Memahami faktor penyebab gangguan tidur.

2. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat.

3. Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yangcukup.

Intervensi:

1. Buat jadual aktivitas yang mencakup periodeistirahat setelah melaksanakan


aktivitas.Rasional: hal ini penting untuk mencegah klien darikeletihan.

2. Jangan menganjurkan klien tidur siang apabilaberakibat efek negative terhadap tidur pada
malamhari.Rasional: irama sirkadian (siklus tidur-bangun) yangtersinkronisasi disebabkan
oleh tidur siang yangsingkat.

3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidurmalam dengan kebiasaan klien (misalnya
denganmemberi susu hangat).Rasional: mengubah pola yang sudah terbiasa dariasupan
makan klien pada malam hari terbuktimengganggu tidur.

4. Memberikan lingkungan yang nyaman untukmeningkatkan tidur, seperti mematikan


lampu,ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, danmenghindari kebisingan.Rasional:
hambatan kortikal pada formasi retikularakan berkurang selama tidur, meningkatkan
responotomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadapsuara meningkat selama tidur.

5. Pantau toleransi aktivitas klien dengan memberikankegiatan sesuai kemampuan, jika


mungkin buatprogram olahraga harian.Rasional: olahraga mempunyai efek
kardiovaskularyang positif dan meningkatkan kesehatan emosi.

6. Beri kesempatan pada klien untuk ikut serta dalamaktivitas sosial yang sederhana dan
sudah dikenalserta aktivitas yang berorientasi pada tugas, sepertisaling membantu dalam
melakukan tugas dalamkeluarga.Rasional: partisipasi dalam aktivitas
meningkatkansosialisasi, orientasi, dan kesenangan.

7. Tentukan bagaimana pengaruh olahraga, jamistirahat, dan aktivitas terhadap kemampuan


tidurklien.Rasional: dengan memantau pola istirahat tidur,perawat dapat menentukan kondisi
terbaik untukmeningkatkan tidur.

8. Anjurkan klien tidur menggunakan kaos kaki ataupakain tertentu.Rasional: memberikan


keamanan, mengubah,mengurangi pemberontakan dan memudahkanberistirahat.

9. Buat jadual tidur secara teratur.Rasional: penguatan bahwa saatnya tidur


danmempertahankan kestabilan lingkungan.Diagnosa keperawatan: ketegangan pemberi
asuhan.

Tujuan khusus 1: anggota keluarga mendiskusikanperasaan konflik dan perasaan ambivalen


tentangklien.Kriteria hasil (nursing out come):

1. Mampu mengungkapkan perasaan konflik tentangklien.

2. Mampu menggunakan mekanisme koping yangadaptif

Intervensi:

1. Bantu anggota keluarga untuk mengidentifikasidan mendiskusikan perasaan mereka


mengenaisituasi.Rasional: hal ini wajar bagi orang untuk merasabingung, takut, merasa
bersalah, dan berduka citajika salah satu anggota keluarga didiagnosis menderitapenyakit
Alzheimer.
2. Diskusikan situasi yang secara khusus membuatstres orang yang merawat klien,
misalnyamengatasi sikap kecurigaan, kecemasan, danperilaku bermusuhan dari
klien.Rasional: mengajarkan pada keluarga cara menanganiperilaku yang membuat stres ini
akan meningkatkanpengendalian situasi.
3. Didik anggota keluarga tentang cara mengatasipenurunan kemampuan pada klien.Rasional:
pengetahuan dan kemampuan mengatasisituasi, mengurangi rasa kecemasan dan
perasaantidak berdaya.
4. Atur pelaksanaan terapi keluarga untuk menghindarisituasi stres yang akan berkembang
menjadi sebuahkrisis.Rasional: sebuah keluarga yang berada dalam krisisatau sedang di
ambang krisis memerlukan bantuanyang akan memprakarsai perilaku koping
5. Diskusikan dengan keluarga tentang kebutuhanuntuk memperoleh konsultasi pelayanan
kesehatanjika kondisi klien semakin menurun.Rasional: perencanaan akan memberi waktu
bagikeluarga untuk mendiskusikan serangkaian tindakanterbaik yang harus dilaksanakan
karena kebutuhanklien akan perawatan semakin meningkat.

Tujuan khusus 2: keluarga mengembangkan jaringansumber dan mengetahui cara mengakses


sumber-sumber komunitas untuk memperoleh dukungan danbimbingan.Kriteria hasil
(nursing out come):
1. Keluarga mendapatkan sumber-sumber pendukungdan bimbingan pelayanan
kesehatan

Intervensi:
1. Diskusikan sumber-sumber yang diperlukan untukmenyediakan perawatan yang aman
dan cukup.Rasional: sumber daya manusia dan dana harusdianggarkan dan disediakan
sebelum perawatan yangefektif dapat dimulai.
2. Rumuskan suatu rencana untuk memperolehbantuan dari anggota keluarga yang lain,
tetangga,dan teman-teman jika diperlukan.Rasional: pendelegasian tugas dan
tanggung jawabmengurangi energi yang dikeluarkan oleh perawatklien serta
mengurangi tingkat ansietas.
3. Bicarakan dengan pemberi perawatan klienmengenai kebutuhan untuk membuat
sebuahrencana guna mempertahankan kesejahteraanklien, termasuk waktu istirahat,
olahraga, danrekreasi.Rasional: pemberi perawatan perlu mengetahui bahwastresor
dan tekanan-tekanan yang terjadi setiap harimeningkatkan kerentanan mereka
terhadap penyakit.
4. Ajarkan pemberi perawatan tentang caramenghindari stres dan demontrasikan
keterampilanmenangani stres.Rasional: pemberi perawatan harus tahu caramengelola
stresor dan mencegah agar mereka tidakmengalami keletihan akibat pekerjaan dan
tanggungjawab yang berlebihan.
5. Buat rencana perawatan alternatif untuk klien.Rasional: rencana pendukung darurat
harus tersediadi tempat sehingga mereka dapat dimobilisasi jikakebutuhan terjadi.
6. Dapatkan sebuah daftar referensi pelayanan medisyang tersedia, khususnya perawatan
kesehatan dirumah dan respite care.Rasional: kemampuan keluarga untuk
mengaksespelayanan yang penting akan memampukan klientetap berada dalam
komunitas dan menunda kebutuhanakan pelembagaan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansiaberupa home care untuk
mempertahankanindividualitas dan pemberdayaan dengan menggunakanproses
keperawatan (pengkajian, diagnosakeperawatan, rencana, tindakan, dan evaluasi)
yangdikonsentrasikan untuk mengukur efek kerusakandalam kemampuan untuk
berkomunikasi, mobilisasi,dan terlibat dalam aktivitas sosial. Tindakankeperawatan
selanjutnya berfokus pada memfasilitasiadaptasi individu guna mengembalikan
kesejahteraandan kemandirian

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah menyiapkandan mendukung kebutuhan yang
diperlukan untukpara lansia dengan demensia. Kemungkinan strategiuntuk dukungan
yang lebih efektif meliputi asuhankeperawatan dalam merawat lansia dengan
demensia,dan meningkatkan kerja sama antar perawat lansia

Anda mungkin juga menyukai