Anda di halaman 1dari 3

SI BORU BATAK JATUH CINTA KEPADA SI PEMUDA JAWA

Oleh : Mery Novita Siahaan

10 Februari 2021

Hidup tak selamanya seperti apa yang kau inginkan. Disaat kehidupan tak sejalan
dengan kehendakmu apa yang akan kau lakukan? Belajar berdamai dengan kenyataan atau
berontak dan memilih jalan hidupmu sendiri? Cerita ini mengisahkan seorang gadis batak dan
seorang pemuda jawa. Pertemuan mereka yang terjadi di kota medan. Kota yang menjadi saksi
bisu diantara cinta mereka. Kisah cinta mereka yang tak semulus kulit bayi dan tak seindah
kejora dilangit malam. Kisah cinta mereka bagaikan hujan tapi, tak basah, bagaikan mentari tapi,
tak terang, dan bagaikan langit dan bumi. Cinta mereka sangat sulit untuk dipersatukan. Hal itu
dikarenakan perbedaan suku, kasta, dan derajat mereka yang membuat cinta mereka tak dapat
dipersatukan. Namun, takdir berkata lain. Ketika mereka mencoba untuk saling mengikhlaskan
cinta mereka. TUHAN mempersatukan mereka dengan cara yang tak terduga.

Tik..tik…tik..tik

Terdengar suara rintikan hujan yang jatuh ke bumi dengan sesekali terdengar suara
jduarrr…jduar..jduarr. itulah suara petir yang sedang berkolaborasi dengan suara rintikan hujan
yang mengandung keberkahan disetiap tetasannya, suara gemuruh yang sangat memekakan
telinga mulai ikut ambil bagiannya.

Alkisah, disamosir ada seorang gadis samosir bertubuh sedang maksudnya tidak gemuk
dan tidak pula langsing, mempunyai ciri fisik yang lumayan enak dipandang memiliki mata bulat
alis yang tak terlalu tebal, hidung kecil dan rada pesek, pipi chuby pucat agak merah, kulit
kuning langsat dan tingginya diatas rata-rata anak cewek 165 cm mungkin bahkan lebih. Dia
sedang asyik memandangi kearah luar jendela sambal mengkomatkamitkan bibirnya. Yap.. Dia
adalah BUTET BR.SAMOSIR,dia adalah seorang gadis keturunan batak anak ke-4 dari empat
bersaudara, mempunyai dua orang abang dan satu orang kakak dan masing-masing dari mereka
sudah berkeluarga kecuali dirinya sendiri.
Suatu ketika Butet pergi merantau ke Medan, tujuannya ialah bekerja untuk membantu
biaya hidup keluarganya dikampung. Ketika diperjalanan menuju Medan dengan menaiki mobil
kecil, ia berkenalan dimobil dengan seorang pemuda tampan, sebut saja namanya Reno. Ya,
Reno adalah seorang pemuda keturunan Jawa. Sepanjang perjalanan mereka akhirnya
berbincang-bincang dan pada akhirnya Reno meminta nomor ponsel siboru batak ini.

Reno: Butet, sepertinya aku akan sampai, bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Dan aku juga
ingin mengenalmu lebih jauh, hehe…

Butet : Ya, boleh lah…ini nomorku ya 0812********

Reno : Terimakasih ya (Sambil tersenyum senyum)

Akhirnya, Butet memberikan nomor ponselnya, dan hari demi hari mereka berdua
semakin aktif berkomunikasi. Hal ini menumbuhkan benih cinta diantara mereka berdua, dan
Reno memutuskan untuk berpacaran dengan si butet.

Suatu ketika, orangtua si butet mempertanyakan kabar si butet yang merantau di Kota
Medan. Pada akhirnya orangtua si Butet mengetahui bahwa borunya telah berpacaran dengan
seorang pemuda Jawa tersebut, yak siapa lagi jika bukan Reno. Dalam keadaan yang tidak
memungkinkan, orangtua si butet tidak memberi Restu kepada mereka berdua. Dan sebagai
orang batak, keluarga si Butet ini adalah salah satu keluarga yang masih memegang teguh adat
istiadat yang ada disamosir. Dengan berat hati, si Butet akhirnya meminta Reno untuk
menemuinya, ketika bertemu butet langsung meminta maaf kepada Reno dan meminta untuk
mengakhiri hubungan mereka karena tidak direstui oleh orangtua. Dan Reno hanya berpesan
kepadanya untuk senantiasa “mendengar dan menghormati nasehat orangtua”. Reno juga
berpesan bahwa Tuhan telah menentukan jodoh bagi kita. Hal inilah yang membuat hati Butet
semakin rapuh. Dengan keterpaksaan Butet akhirnya menyalam Reno dan pamit untuk pulang ke
kampung halamannya di Samosir.

Dalam kondisi yang seperti ini, akhirnya Butet merenung dan berdoa kepada Tuhan.
Dalam kesedihan dan kegalauan yang mendalam ia merenung dan mempertanyakan kepada
Tuhan mengapa dirinya terlahir dari sebagai orang batak.Dan ia mempertanyakan kepada Tuhan
melalui doanya, mengapa cintanya harus serumit ini. Dengan berlinang air mata si butet akhirnya
mengikhlaskan semuanya. Ia yakin bahwa Tuhan akan mendengar dan menjawab doa doanya.
Akhirnya Butet pulang ke kampung. Sesampainya dikampung akhirnya ia setiap hari membantu
orangtuanya keladang untuk menanam bawang, cabe, tomat dll. Dengan penuh semangat , si
butet tak kenal lelah membantu orangtuanya yang sudah tua tersebut. Dengan rasa bersalah, si
orangtua si butet sebut saja namanya Pak. Marjon Samosir dan Istrinya Inang br. Sinaga meminta
sibutet untuk menikah dengan lelaki yang dicintainya. Maka si butet spontan menjawab bahwa ia
akan menikah dengan “Reno si pemuda Jawa”, maka orangtua si butet dengan melihat
kesungguhan borunya akhirnya memberi restu, lantas dengan penuh gembira Butet kembali
menghubungi Reno. Dan ternyata selama mereka berpisah Reno masih menunggu si butet. Maka
butet pun menyampaikan bahwa orangtuanya telah memberi restu kepada mereka. Akhirnya
mereka pun bertemu, Reno dan keluarganya datang kerumah butet di Samosir dan minta izin
kepada orangtua si butet untuk memberi restu buat pernikahan mereka. Dan orangtua si butet pun
memberi mereka restu.

Cerita ini hendak berpesan kepada kita bahwasanya “Hidup tak selamanya seperti apa
yang kita inginkan” dan yakinlah bahwa Tuhan pasti memiliki rencana terbaik dalam kehidupan
kita. Seperti si butet dan Reno, mungkin ada saja tantangan dalam cinta mereka, tetapi mereka
yakin bahwa perbedaan tidak menjadi pengahalang buat cinta suci mereka. Kesetiaan dan
penghormatan kepada orangtua tidak terlepas dari kesetiaan mereka kepada TUHAN. Dan hanya
“doalah” yang mampu menjawab semuanya. Jadi kawan-kawan jangan pernah jemu jemu buat
berdoa ya.

Anda mungkin juga menyukai