KONSEP MEDIS
A. ANATOMI LENSA
belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar
yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air,
tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
1. Kapsul
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
3. Epitel Lensa
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan
sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
B. FISIOLOGI LENSA
Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai
dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa
1
Gambar 2. Akomodasi lensa: (kiri) saat melihat jauh, (kanan) saat melihat dekat
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
berkurang.
2
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36
pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang
kornea.
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis
bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung
3
secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat
dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang
kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang
sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa
menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini
C. DEFINISI
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak
yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun (Ilyas, 2007).
D. ETIOLOGI
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia dini
sebagai akibat dari cacat keturunan, trauma parah pada mata, operasi mata,
penyakit sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi spontan dan
4
dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya pasien.
Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara transmisi yang
paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap. Jenis
katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak polar, katarak lamelar,
atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi
penyebab katarak termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air,
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
terkait usia lensa mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah,
E. KLASIFIKASI
yaitu :
1. Menurut usia :
a. Nuklear
b. Kortikal
a. Insipien
5
b. Imatur
c. Matur
d. Hipermatur
4. Menurut etiologi :
a. Katarak primer
b. Katarak sekunder
a. Katarak Kongenital
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan
Gambar
4. Katarak
kongenital
b. Katarak Juvenil
orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun
anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat
6
masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya
lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media
c. Katarak Senil
pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia
a. Katarak Nuklear
7
kekuningan menjadi cokelat
b. Katarak Kortikal
yang lebih muda dibandingkan tipe nuklear dan kortikal. Katarak ini
8
awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit
granul dan plak pada korteks subkapsul posterior ini. Gejala yang
a. Katarak Insipien
9
Gambar 8. Katarak insipien
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji
b. Katarak Imatur
tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
c. Katarak Matur
10
Gambar 10. Katarak matur
dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong
d. Katarak Hipermatur
pseudopositif.
fakolitik.
11
e. Katarak Morgagni
kelainan kongenital.
b. Katarak Sekunder
1) Katarak Metabolik
12
apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik,
2) Katarak Traumatik
benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu,
bermutu baik.
atau retina.
3) Katarak Komplikata
13
Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior
juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia
ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola mata
sudah terkontrol.
14
Diabetes melitus menimbulkan katarak yang
lapis lensa.
4) Katarak Toksik
lensa.
15
kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua
F. GEJALA KLINIS
lain:
berikut:
16
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
G. PATOFISIOLOGI
Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat
epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells).
17
menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan
bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air
dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui
epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien
1993).
dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul
tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air.
Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan
katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin
(Gerhard, 2000).
Selain dari itu, terdapat juga teori free radical, dimana free radical
18
Faktor resiko katarak:
Usia (penuaan)
Paparan sinar UV
Infeksi intrauterine Perubahan struktur
Trauma korteks
Metabolik (DM)
Kerusakan sel-sel
korteks
Kepadatan lensa
berkurang
Tidak bisa
difokuskan
Penurunan visus
penglihatan
Gambar 14. Pathway katarak
19
H. DIAGNOSIS
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat
Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
integritas bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina
I. PENATALAKSANAAN
20
dan tujuan kosmetik. Saat ini terapi bedah katarak sudah mengalami banyak
dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara
utuh, sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak
adalah katarak pada anak dan dewasa muda serta katarak traumatik
dinuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga
kacamata baca, terjadinya perlengketan luas antara iris dan lensa, ablasi
21
atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE adalah pada keadaan
antara lain tanpa dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu
22
Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan
pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia
yang tebal, lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di
dalam bola mata (Husain, 2005).
23
IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang
difiksasi ke dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang
lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat
(Ilyas, 2003).
24
Tabel 4. Efek Operasi Katarak
Jangka Pendek Jangka Panjang
a. Infeksi pada mata a. Fotosensitif
b. Perdarahan pada kornea (hifema) b. Dislokasi IOL
c. Edema papil c. Kekeruhan pada kapsul lensa
d. Edema kornea d. Ablasio retina
e. Rupture kapsul lensa e. Astigmatisma
f. Ablasio retina f. Glaukoma
g. Ptosis
J. PROGNOSIS
25
DAFTAR PUSTAKA
Berson, Frank G. Basic Ophtalmology for medical students and Primary Care
Residents. Sixth Edition. American Academy of Ophtalmology. 1993.
Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, Lee L, Gazzard G, Tan
DT, Koh D, Saw SM. Prevalence of Cataract in Rural Indonesia.
Ophthalmology, Jul 2005; 112(7): 1255-62
Ilyas, Sidarta. Katarak (Lensa Mata Keruh) cetakan ketiga. Jakarta: Balai
penerbit FKUI,2003.
Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.
Hlm 172-3, 199, 200-13.
Johns J.K Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Section 11. American
Academy of Ophthalmology. 2011.
Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi
17. Jakarta: EGC, 2007, p169-176.
26