Anda di halaman 1dari 10

[Document title]

PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN HANGAT PERORAL


SEBELUM LATIHAN BATUK EFEKTIF DALAM UPAYA
PENGELUARAN SPUTUM PASIEN CHRONIC OBSTRUCTIVE
PULMONARY DISEASE (COPD) DI RSUD WILAYAH
BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN
Marwansyah, Maswansyah1, Mulyani, Yeni2
1,2
Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Email: marwans.bjm@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang : Beberapa pasien dengan masalah COPD sering mengalami kesulitan dalam
mengeluarkan sputum walaupun sudah dilakukan latihan batuk efektif. Hal ini dikarenakan
sputum yang berada pada jalan napas bersifat lengket dan kental sehingga menyebabkan pasien
terstimulasi untuk terus batuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian
cairan hangat peroral sebelum latihan batuk efektif dalam upaya menilai kemampuan
pengeluaran sputum pasien COPD di rumah sakit.
Metode penelitian: Jenis penelitian Quasi eksperimen, rancangan One Group Pra-Post Test
Design. Menggunakan teknik Accidental sampling. Data dianalisis dengan uji Paire t-test.
Hasil : Rata-rata volume sputum yang dikeluarkan sebelum pemberian cairan hangat peroral
pada pasien COPD adalah 1,81 ml, rata-rata volume sputum yang dikeluarkan sesudah
pemberian cairan hangat peroral pada pasien COPD adalah 2,32 ml, hasil uji statistik Pair t test
menunjukkan nilai signifikan 0,009 (p<0,05), terdapat perbedaan volume sputum yang
bermakna antara sebelum pemberian cairan hangat peroral dengan sesudah pemberian cairan
hangat peroral pasien COPD.
Kesimpulan: Pemberian cairan hangat peroral sebelum latihan batuk efektif dapat membantu
meningkatkan sekresi sputum sehingga penelitian ini dapat menjadi bahan acuan untuk sumber
informasi, alternatif terapi nonfarmakologis yang mudah dan ekonomis untuk kelancaran jalan
nafas serta mencegah akumulasi sekret berlebih pada pasien COPD.

Kata kunci: COPD, cairan hangat peroral, sputum,

60
[Document title]

PENDAHULUAN PPOK merupakan salah satu


Penyakit paru obstruksi kronis penyakit tidak menular yang menjadi
merupakan salah satu dari kelompok penyebab utama kesakitan dan kematian di
penyakit tidak menular yang telah dunia. Data badan kesehatan dunia
menjadi masalah kesehatan masyarakat menunjukkan pada tahun 2008, PPOK
dunia saat ini, tidak hanya bagi negara menempati urutan ke 3 bersama asma (4.2
maju namun juga bagi Indonesia sebagai juta kematian), setelah penyakit
negara berkembang (Depkes, 2008 dalam kardiovaskular (17 juta kematian) dan
Helmi, dkk, 2013). Penyakit Paru kanker (7.6 juta kematian) (WHO, 2008
Obstruksi Kronis (PPOK) atau yang juga dalam Astuti, dkk, 2010). Indonesia
dikenal sebagai Chronic Obstructive sendiri belum memiliki data yang akurat
Pulmonary Disease (COPD) tidak hanya tentang prevalensi PPOK. Hasil
menimbulkan masalah di bidang pelayanan Riskesdastahun 2013 menunjukkan
kesehatan, namun juga dapat memiliki Prevalensi PPOK adalah sebesar 3,7 persen
dampak yang cukup besar di bidang (Kemenkes, 2013 dalam Nunik
perekonomian. Beban biaya tahunan Kusumawardani, et al, 2017). Pada survei
langsung dan tidak langsung yang penyakit tidak menular oleh Direktorat
ditimbulkan oleh PPOK cukup besar Jenderal PPM dan PL di lima RSUD
yakni lebih dari biaya rawat inap pasien Provinsi di Indonesia (Jawa Tenggah, Jawa
selama mendapatkan perawatan di rumah Barat, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera
sakit (NICE, 2004 dalam Helmi, dkk, Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan
2013). PPOK sering ditandai oleh Sekresi PPOK menempati urutan pertama
yang sangat banyak dan sekresi tersebut penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti
harus di keluarkan untuk mencegah asma bronkhial (33%), kanker paru (30%)
komplikasi paru. COPD merupakan satu dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004
kelompok penyakit paru yang dalam Astuti, dkk, 2010).
mengakibatkan obstruksi yang menahun Jika penyakit PPOK ini tidak
dan presisten dari jalan nafas di dalam paru, mendapatkan perhatian dengan baik maka
yang termasuk dalam kelompok ini adalah: akan berdampak terhadap kualitas hidup
bronkitis menahun, empisema paru, asma penderita. Keterbatasan aktivitas pada pasien
terutama yang menahun, bronkiektasis PPOK merupakan keluhan utamanya yang
(Murwani, 2011). akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
PPOK telah menjadi salah satu Selain itu inflamasi sistemik, penurunan
penyakit yang menarik perhatian dunia. berat badan, peningkatan risiko penyakit
Data WHO tahun 2002 menyebutkan kardiovaskuler, osteoporosis dan depresi
bahwa PPOK termasuk dalam 5 besar merupakan manifestasi sistemik pasien
penyakit mematikan diseluruh dunia. PPOK. Sesak napas dan pola sesak napas
Tingkat kematian PPOK diperkirakan akan yang tidak selaras akan menyebabkan
terus meningkat sebanyak 30% selama 10 pasien PPOK sering menjadi panik, cemas
tahun berikutnya jika faktor risiko tidak dan akhirnya frustasi. Gejala ini merupakan
dimanajemen dengan baik, terutama risiko penyebab utama pasien PPOK mengurangi
kebiasaan merokok. WHO memperkirakan aktivitas fisiknya untuk menghindari
pada tahun 2030 PPOK akan menjadi sesak napasnya. Penurunan massa sel tubuh
penyakit 3 besar penyebab kematian teringgi mencapai >40% dari metabolisme jaringan
(WHO, 2017). lunak (tissue) secara aktif merupakan
manifestasi sistemik yang penting pada
61
[Document title]

PPOK. Massa lemak bebas yang hilang Salah satu intervensi keperawatan yang
akan mempengaruhi proses pernafasan, dilaksanakan pada pasien PPOK yaitu
fungsi otot perifer dan status kesehatan. mengeluarkan mukus atau lendir agar
Penurunan berat badan memberikan efek saluran pernafasan kembali efektif yaitu
negatif pada prognosis pasien PPOK. tindakan mandiri perawat yang bisa di
PPOK merupakan salah satu faktor laksanakan untuk mengeluarkan sputum
risiko penyakit kardiovaskuler yang yaitu teknik terapi batuk efektif (Pranowo,
diakibatkan oleh proses inflamasi sistemik 2008).
dan jantung merupakan salah satu organ Beberapa pasien sering mengalami
yang sangat dipengaruhi oleh progresitas kesulitan dalam mengeluarkan sputum
PPOK. PPOK merupakan penyebab utama walaupun sudah dilakukan latihan batuk
hipertensi pulmoner dan korpulmonal efektif karena sputum yang berada pada
yang memberikan kontribusi 80 – 90% dari jalan napas lengket dan kental sehingga
seluruh kasus penyakit paru. Hipertensi menyebabkan pasien terstimulasi untuk
pulmoner pada PPOK terjadi akibat efek batuk. Keadaan batuk yang terus menerus
langsung asap rokok terhadap pembuluh menyebabkan pasien kesulitan bernapas
darah intrapulmoner. Hipertensi pulmoner (dispnoe), gangguan pola tidur, nafsu makan
pada PPOK biasanya disertai curah berkurang, mengganggu aktivitas sehari-hari
jantung normal dan insidens hipertensi hingga terjadi kelelahan. Oleh karena itu
pulmoner diperkirakan 2 – 6 per 1.000 dokter sering memberikan obat untuk
kasus. Osteoposrosis yang terjadi pada memudahkan sputum keluar dari jalan napas
pasien PPOK disebabkan faktor seperti seperti ekspektoran. Intervensi keperawatan
malnutrisi yang menetap, merokok, untuk mengencerkan sputum adalah dengan
penggunaan steroid dan inflamasi sistemik memberikan cairan peroral maupun
Pada pasien PPOK akan muncul parenteral. Pemberian cairan peroral oleh
masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan praktisi keperawatan pada pasien adalah
bersihan jalan nafas yang disebabkan oleh sering menganjurkan untuk minum banyak
hipersekresi, pasien mengalami batuk cairan, akan tetapi jenis cairan yang
produktif kronik, sesak nafas, intoleransi diberikan masih berbeda jenisnya ada yang
aktifitas karena suplai oksigen terganggu minuman dingin dan ada minuman yang
dan mengi (Francis, 2008:69). Untuk hangat dengan evenden base yang belum
mengatasi masalah tersebut intervensi jelas sehingga seringkali menimbulkan
keperawatan yang dilaksanakan pada kebingungan perawat dalam memberikan
pasien Penyakit paru obstruksi kronis asuhan keperawatan dan perawat
adalah membersihkan sekresi bronkus memberikan cairan berdasarkan pengalaman
dengan pertolongan berbagai cara, yang lazim dilakukan oleh perawat lainnya.
pengobatan simtomatik (lihat tanda dan Pada dasarnya jika sputum tidak
gejala yang muncul), sesak nafas diberi segera di keluarkan maka akan terjadi
posisi yang nyaman semi fowler, dehidrasi pengumpalan sekresi pernafasan pada area
diberi minum yang cukup, penanganan jalan nafas dan paru-paru serta menutup
terhadap komplikasi-komplikasi yang sebagian jalan udara yang kecil sehingga
timbul, mengatur posisi dan pola bernafas menyebabkan ventilasi menjadi tidak
untuk mengurangi jumlah udara yang adekuat dan gangguan pernafasan, maka
terperangkap, memberi penjelasan tentang tindakan yang harus segera dilakukan
teknik-teknik relaksasi dan cara untuk adalah mobilisasi sputum (Pranowo,
menyimpan energi (Padila, 2012:100). 2008). Perbedaan efektifitas suhu pada jenis

62
[Document title]

cairan peroral perlu dilakukan penelitian menjalani pengobatan dan mampu menelan
dalam meningkatkan kemampuan pasien dengan usia antara 20 – 75 tahun sedangkan
dalam mengeluarkan sputum pada jalan kriteria eksklusi penelitian pasien terpasang
napas. Oleh karena itu perlu diketahui endotrakeal tube dan tidak sadar. Teknik
pengaruh pemberian cairan hangat peroral sampling menggunakan Accidental
sebelum latihan batuk efektif dalam upaya sampling, pengambilan sampel penelitian
peningkatan pengeluaran sputum pasien dilaksanakan selama 12 minggu.
COPD di RSUD Idaman dan RSUD Ratu Cara Pengumpulan Data pada data primer,
Zalecha Martapura. pengumpulan data secara langsung kepada
Secara khusus penelitian ini bertujuan pasien COPD dan menyarankan batuk untuk
untuk engidentifikasi volume sputum yang mengeluarkan sputum dan ditampung pada
dikeluarkan sebelum dan sesudah pemberian gelas ukur. Pengumpulan data yang pertama
cairan hangat peroral pada pasien COPD dan dilakukan sebelum intervensi diberikan yang
menganalisa pengaruh pemberian cairan merupakan data Pretest untuk mengetahui
hangat peroral sebelum latihan batuk efektif volume sputum sebelum dilakukan
dalam upaya peningkatan pengeluaran intervensi. Pelaksanaan intervensi
sputum pasien COPD. pemberian cairan hangat peroral 2 jam
sebelum latihan batuk efektif ini
METODE dilaksanakan sesuai kontrak dengan
responden. Setelah dilakukan intervensi
Jenis penelitian yang digunakan dalam
pemberian cairan hangat peroral sebelum
penelitian ini adalah merupakan penelitian
latihan batuk efektif, dilakukan post test
eksperimen dengan rancangan One Group
pada responden mengenai volume sputum.
Pra-Post Test Design dengan pendekatan
Untuk data sekunder dikumpulkan dari
Crossectional . Dalam rancangan ini
laporan penyakit COPD yang dirawat pada
kelompok subjek diobservasi sebelum
di RSUD Idaman Banjarbaru dan RSUD
dilakukan intervensi kemudian diobservasi
Ratu Zalecha Martapura.
lagi setelah intervensi/ perlakuan. Subjek
Pengumpulan data dilakukan melalui
penelitian yang diobservasi sebelum maupun
observasi dan wawancara untuk mengukur
setelah observasi merupakan subjek yang
Pengaruh pemberian cairan hangat peroral
sama.
sebelum latihan batuk efektif dalam upaya
Penelitian dilaksanakan bertempat pada pengeluaran sputum pasien COPD. Data
ruang perawatan RSUD Idaman Banjarbaru dianalisis secara deskriptif analitik. Analisis
dan ruang perawatan paru RSUD Ratu bivariat dilakukan untuk membuktikan
Zalecha Martapura. Waktu pelaksanaan adanya perbedaan sebelum dan sesudah
penelitian selama 8 bulan (bulan Februari s.d pemberian cairan hangat peroral
September 2018). menggunakan uji Paired T-Test dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah tingkat signifikan 5% (α = 0,05).
penderita COPD, terdaftar dan sedang
menjalani program pengobatan. Sampel
dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang mempunyai menderita COPD
(Bronkhitis, asma atau empisema) dengan
kriteria inklusi sebagai berikut : Pasien
COPD yang baru dirawat, tidak sedang
mengalami udema paru, gagal ginjal dan
penyakit jantung. Pasien yang sedang

63
[Document title]

9 1,50
10 2,00
11 1,50
12 2,00
Rata-rata 1,81
HASIL
Karakteristik Responden Volume sputum yang dikeluarkan
Karakteristik responden pada saat dilakukan sesudah pemberian cairan hangat peroral
penelitian seperti pada tabel 1: pada pasien COPD
Volume sputum yang dikeluarkan sesudah
Tabel 1. Karakteristik Responden pemberian cairan hangat peroral pada pasien
Karakteristik f (%) COPD dapat lihat pada tabel 3 sebagai
Jenis Kelamin berikut :
Laki – laki 9 75
Perempuan 3 3 Tabel 3: Volume sputum yang
Total 12 100 dikeluarkan sesudah pemberian cairan
Usia hangat peroral pada pasien COPD
Remaja 0 0 Nomor Responden Volume Sputum
Dewasa 6 50 (ml)
Lansia 6 50 1 2,30
Total 12 100 2 1,80
Status Pekerjaan 3 2,50
4 2,50
Pensiunan 1 8,3
5 2,20
Swasta 11 91,7
6 1,80
Total 12 100
7 2,90
8 1,90
Volume sputum yang dikeluarkan 9 2,20
sebelum pemberian cairan hangat peroral 10 2,70
pada pasien COPD 11 2,00
Volume sputum yang dikeluarkan sebelum 12 3,00
pemberian cairan hangat peroral pada pasien Rata-rata 2,32 ml
COPD dapat lihat pada tabel 2 sebagai
berikut :
PEMBAHASAN
Tabel 2. Volume sputum yang
dikeluarkan sebelum pemberian cairan Volume sputum yang dikeluarkan
hangat peroral pada pasien COPD sebelum pemberian cairan hangat peroral
Nomor Responden Volume Sputum pada pasien COPD
(ml) Berdasarkan tabel 2 diatas, secara umum
1 1,70 volume sputum yang dikeluarkan sebelum
2 2,50 pemberian cairan hangat peroral pada pasien
3 2,00 COPD adalah 1,81 ml.
4 1,70
Hasil penelitian menunjukkan responden
5 1,50
yang menderita COPD yang dirawat
6 2,30
mempunyai keluhan batuk, dan ketika
7 1,70
8 1,30 dilakukan latihan batuk efektif tanpa
diberikan cairan hangat peroral pasien
64
[Document title]

mampu mengeluarkan sputum rata-rata 1,81 sebagian besar dalam katagori lanjut usia
ml. Dari 12 responden yang menjadi subyek yaitu antara 60-70 tahun, dimana secara
penelitian diperoleh jumlah sputum minimal fisiologis terjadi perubahan pada sistem
1,3 ml dan sputum terbanyak adalah 2,5 ml. pernapasannya yaitu terjadi pengerasan
Prosedur penelitian pada tahap pretest bronkus dengan peningkatan resistensi dan
dilakukan pada pagi hari yaitu jam 07.30 – kurangnya produktifnya kelenjar mukus. Hal
08.00 pasien berikan latihan batuk efektif ini sesuai dengan pendapat dari Stanley
kemudian pasien diminta batuk, pada saat Mickey, dan Patricia Gauntlett Beare (2006)
batuk pasien diminta mengeluarkan sputum, bahwa pada lansia akan terjadi pengerasan
sputum ditampung dalam pot sputum, pasien bronkus dengan peningkatan resistensi.
ditanya apakah masih ada terasa sputum Implikasi dari hal ini adalah dispnea saat
dalam tenggorokan, observasi suara nafas aktivitas, kelenjar mukus kurang produktif,
tambahan kemudian volume sputum dicatat akumulasi cairan, sekresi kental dan sulit
dikeluarkan.
Dari data tersebut jumlah sputum yang
Dampak dari pengeluaran dahak yang tidak
dihasilkan relatif sedikit, hal ini dapat
lancar menyebabkan, ketidakefektifan jalan
disebabkan karena kondisi penyakit yang
nafas yaitu penderita mengalami kesulitan
sedang diderita pasien yaitu COPD. Pasien
bernafas dan gangguan pertukaran gas di
dengan COPD seringkali mengalami
dalam paru-paru yang mengakibatkan
peradangan pada dinding cabang saluran
timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta
pernafasan menyebabkan lubang pernafasan
merasa lemah. Dalam tahap selanjutnya
menjadi lebih sempit dan memproduksi
akan mengalami penyempitan jalan nafas
dahak yang berlebihan, tetapi akibat
sehingga terjadi perlengketan jalan nafas dan
kemampuan silia yang berkurang membuat
terjadi obstruksi jalan nafas. Untuk itu perlu
pasien mengalami kesulitan untuk
bantuan untuk mengeluarkan dahak yang
mengeluarkan sputum/dahak. Menurut
lengket sehingga dapat bersihan jalan nafas
Sylvia Prince (2005) menyebutkan bahwa
kembali efektif.
mukus ini digiring ke faring dengan
mekanisme pembersihan silia dari epitel
Volume sputum yang dikeluarkan
yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan
sesudah pemberian cairan hangat peroral
abnormal produksi mukus yang berlebihan
pada pasien COPD
(karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
Berdasarkan tabel 3, secara umum volume
menyebabkan proses pembersihan tidak
sputum yang dikeluarkan sesudah pemberian
berjalan secara adekuat normal, sehingga
cairan hangat peroral pada pasien COPD
mukus ini banyak tertimbun dan bersihan
adalah 2,32 ml.
jalan nafas akan tidak efektif. Bila hal ini
Hasil penelitian menunjukkan responden
terjadi, membran mukosa akan terangsang,
yang menderita COPD yang dirawat
dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan
mempunyai keluhan batuk, dan sebelum
intrathorakal dan intraabdominal yang
dilakukan latihan batuk efektif diberikan
tinggi. Di batukkan, udara keluar dengan
cairan hangat peroral 500 ml. Hasil
akselerasi yang cepat beserta membawa
penelitian diperoleh sputum yang
sekret mukus yang tertimbun. Mukus
dikeluarkan rata-rata 2,32 ml. Dari 12
tersebut akan keluar sebagai dahak.
responden yang menjadi subyek penelitian
Selain dari penyebab penyakit kemungkinan
diperoleh jumlah sputum minimal 1,8 ml
dapat disebabkan oleh karena faktor usia.
dan sputum terbanyak adalah 3 ml. Prosedur
Usia responden pada penelitian ini adalah

65
[Document title]

penelitian dilaksanakan pada pagi hari jam peroral. Sehubungan jumlah responden < 50
08.15-08.30 wita pasien diberikan cairan maka uji normalitas data yang digunakan
hangat peroral minimal 500 ml, setelah 2 adalah uji Shapiro Wilk dan diperoleh hasil
jam pasien diberikan latihan batuk efektif nilai kemaknaan untuk kedua kelompok data
kemudian pasien diminta untuk batuk. Pada yaitu volume sputum sebelum minum air
saat batuk pasien diminta mengeluarkan hangat adalah 0,428 dan data volume
sputum, sputum ditampung dalam pot sputum sesudah minum air hangat adalah
sputum dan pasien ditanya apakah masih ada 0,489 sehingga p>0,05, dengan demikian
terasa sputum dalam tenggorokan distribusi ke dua kelompok data adalah
selanjutnya diobservasi suara nafas terdistribusi normal sehingga tmemenuhi
tambahan, volume sputum kemudian di syarat uji parametrik Pair t test. Hasil uji
catat. statistik Pair t test menunjukkan nilai
Setelah pasien diberikan minuman cairan signifikan 0,009 (p<0,05) dengan demikian
hangat peroral sebelum tindakan latihan sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya
batuk efektif terdapat peningkatan jumlah terdapat perbedaan volume sputum yang
sputum (post-test). Hal ini dapat terjadi bermakna antara sebelum pemberian cairan
karena selama jeda 2 jam pemberian minum hangat peroral dengan sesudah pemberian
cairan hangat peroral, cairan kemudian cairan hangat peroral pasien COPD dan
diserap oleh mukosa usus dan masuk ke dapat disimpulkan ada pengaruh bermakna
aliran darah serta perpindahan cairan ke sel- pemberian cairan hangat peroral sebelum
sel tubuh lainnya seperti meningkatkan latihan batuk efektif dalam upaya
jumlah cairan pada sel goblet mukos pada peningkatan pengeluaran sputum pasien
bronkhus sehingga mempengaruhi sekresi COPD.
lendir dan lebih encer. Hal ini sesuai dengan Hasil penelitian didapatkan data dengan
pendapat dari Dongoes (2002) bahwa hidrasi menggunakan uji statistik Pair t test tentang
membantu menurunkan kekentalan sekret, perbedaan antara sebelum dan sesudah
mempermudah pengeluaran sekret. Pendapat pemberian cairan hangat peroral sebelum
ini juga didukung oleh Muttaqin, Arif latihan batuk efektif dalam upaya
(2008) yaitu dengan pemberian intake cairan pengeluaran sputum pasien COPD
2500 ml perhari kecuali jika tidak menunjukkan nilai signifikan 0,009
diindikasikan, dengan rasionalisasi hidrasi (p<0,05) dengan demikian sehingga Ho
yang adekuat membantu mengencerkan ditolak dan Ha diterima artinya terdapat
sekret dan mengefektifkan bersihan jalan perbedaan volume sputum yang bermakna
napas. antara sebelum pemberian cairan hangat
peroral dengan sesudah pemberian cairan
Pengaruh pemberian cairan hangat hangat peroral pasien COPD.
peroral sebelum latihan batuk efektif Dari hasil penelitian pada saat pretest pasien
dalam upaya peningkatan pengeluaran ketika dilakukan latihan batuk efektif tetapi
sputum pasien COPD tidak diberikan minum air hangat hasil
Sebelum melakukan analisis data, peneliti perolehan sputum cenderung lebih sedikit
melakukan pengujian normalitas data untuk jika dibandingkan dengan data posttest yaitu
mengetahui apakah data sudah terdistribusi pasien sebelum dilakukan latihan batuk
normal atau tidak. Uji normalitas data efektif diberikan minum hangat peroral dan
dilakukan pada skor volume sputum setelah 2 jam baru dilakukan latihan batuk
sebelum pemberian cairan hangat peroral efektif. Rata-rata sputum sebelum intervensi
dan sesudah pemberian cairan hangat

66
[Document title]

berjumlah 1,81 ml dan sesudah intervensi tindakan invasif. Termasuk dalam memberi
rata-rata 2, 33 ml. nutrisi pada pasien, yang tidak disertai
Beberapa penelitian yang menggunakan dengan konsumsi air maka akan
minuman air hangat dapat bermanfaat untuk menghasilkan kerentanan terhadap alergi.
kesehatan, diantaranya penelitian dari Elly Darah yang kental dalam tubuh akan
Heniwibowo (2016), tentang efektifitas menjadikan kerja makanan sangat berat
pemberian minum air hangat dengan sehingga harus beredar melalui paru-paru
kompres air hangat terhadap penurunan suhu dan melepaskan beberapa lagi melalui
tubuh pada pasien demam di RSUD Sunan penguapan di pernapasan. Pernyataan ini
Kalijaga Demak, hasil menunjukkan uji didukung oleh teori yang menyatakan bahwa
analisis hasil kedua kelompok adalah uji t pemberian minum air putih hangat
Independen. Berdasarkan hasil analisa memberikan efek hidrostatik dan
diperoleh bahwa rata-rata suhu tubuh setelah hidrodinamik dan hangatnya membuat
diberikan minum air hangat sebesar sirkulasi peredaran darah khususnya pada
38,179oC dan suhu tubuh setelah diberikan daerah paru-paru agar menjadi lancar.
kompres air hangat sebesar 37,586oC dengan Secara fisiologis, air hangat juga memberi
hasil p value 0,040. Suhu tubuh dapat pengaruh oksigenisasi dalam jaringan tubuh
diturunkan dengan pemberian minum air (Hamidin, 2012).
hangat dengan kompres air hangat. Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita
Penelitian yang lain dari Ni Wayan Kurnia (2011), minum air hangat dapat
W W (2015) tentang Efektivitas Paket memperlancar proses pernapasan, karena
Pereda Terhadap Intensitas Nyeri Dismenore pada pernapasan pasien membutuhkan
pada Remaja di SMP, hasil menunjukkan suasana yang encer dan cair. Pada penderita
dengan menggunakan Uji statistik Wilcoxon minum air hangat sangat tepat untuk
tentang perbedaan antara sebelum dan membantu memperlancar pernapasan karena
sesudah paket pereda nyeri yang terdiri dari dengan minum air hangat partikel-partikel
terapi minum air putih dan abdominal pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli
stretching exercise dalam menurunkan akan dipecah dan menyebabkan sirkulasi
intensitas nyeri dismenore diperoleh nilai pernapasan menjadi lancar sehingga
signifikasi (p)=0,000 maka 0,000 < 0,05 mendorong bronkioli mengeluarkan lendir.
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima ,
artinya ada perbedaan yang bermakna antara KESIMPULAN
sebelum dan sesudah menggunakan paket Pengaruh pemberian cairan hangat peroral
pereda dalam menurunkan intensitas nyeri sebelum latihan batuk efektif dalam upaya
dismenore pada remaja. pengeluaran sputum pasien COPD sebagai
Neha Ghosh (2018) selanjutnya mengatakan berikut rata-rata volume sputum yang
bahwa dengan minum air hangat juga akan dikeluarkan sebelum pemberian cairan
membantu menghilangkan lendir yang hangat peroral pada pasien COPD adalah
tersangkut di tenggorokan. Batmanghelidj 1,81 ml.
(2007) menyebutkan bahwa sebuah aspek Rata-rata volume sputum yang dikeluarkan
penting dari penemuan tentang air dalam sesudah pemberian cairan hangat peroral
keperawatan merupakan tindakan mandiri pada pasien COPD adalah 2,32 ml.
yang dapat dipergunakan sebagai
penatalaksanaan non farmakologis utuk Hasil uji statistik Pair t test menunjukkan
mengobati masalah kesehatan pasien dengan nilai signifikan 0,009 (p<0,05) dengan
tanpa bahan-bahan kimia atau tanpa demikian sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima artinya terdapat perbedaan volume

67
[Document title]

sputum yang bermakna antara sebelum Penyakit. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


pemberian cairan hangat peroral dengan Utama.
sesudah pemberian cairan hangat peroral
pasien COPD dan dapat disimpulkan ada Doenges, Marilyn E. (2002). Rencana
pengaruh bermakna pemberian cairan hangat Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta:
peroral sebelum latihan batuk efektif dalam EGC
upaya peningkatan pengeluaran sputum
pasien COPD. Elly Heniwibowo (2016), Efektifitas
Pemberian Minum Air Hangat Dengan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan
membantu perawat dalam memberikan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam di RSUD
perawatan kepada pasien COPD dalam Sunan Kalijaga Demak, skripsi.PSIK
upaya meningkatkan sekresi sputum Universitas Islam Sultan Agung Semarang
sehingga dapat menjadi bahan acuan dan
sumber informasi serta alternatif terapi Francis, C. (2008). Perawatan respirasi.
nonfarmakologis yang mudah dan ekonomis Jakarta: Erlangga
untuk kelancaran jalan nafas serta mencegah
akumulasi sekret berlebih pada pasien di Hamidin, A. (2012). Keampuhan terapi air
rumah maupun di rumah sakit dengan harga putih: Untuk penyembuhan, diet,
yang murah dan memberi rasa nyaman saat kehamilan dan kecantikan. Yogyakarta:
berikan. Media Presindo

Helmi, N. (2013). Gambaran faktor-faktor


ACKNOWLEDGMENT yang mempengaruhi terjadinya PPOK.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya Univesitas Riau
bagi seluruh responden yang sudah dengan
Muttaqin, A. (2008). Asuhan
sangat baik membantu menyukseskan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem
kegiatan peneltian ini. Terima kasih juga
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
kepada Kepala ruang perawatan Paru RSUD
Ratu Zalecha dan ruang perawatan Camar Muwarni, A (2011). Perawatan pasien
RSUD Idaman Banjarbaru yang sudah penyakit dalam. Yogyakarta: Gosyen
sangat mendukung terselesaikannya publishing
penelitian ini
Neha Ghosh, 2018, 10 Health Benefits Of
DAFTAR PUSTAKA Drinking Hot Water The Whole Day,
https://www.boldsky.com/health/wellness/2
Astuti, dkk. (2010). Profil Patogen 018/10-health-benefits-of-drinking-hot-
Penyebab Pasien Penyakit Paru water-whole-day-119846.html
Obstruksi Kronis (PPOK) Eksaserbasi
Akut (Studi Di Rumah Sakit Saiful Ni Wayan Kurnia W W (2015), Efektivitas
Anwar Malang Periode Januari - Paket Pereda Terhadap Intensitas Nyeri
Desember 2010). Fakultas Kedokteran Dismenore pada Remaja di SMP Negeri 1
Brawijaya. Diakses pada tanggal 15 April Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
2014. Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015

Batmanghelidj, F. (2007) Air Untuk Nunik Kusumawardani, dkk. 2017.


Menjaga Kesehatan Dan Menyembuhkan Hubungan Antara Keterpajanan Asap

68
[Document title]

Rokok Dan Riwayat Penyakit Paru


Obstruktif Kronik (PPOK) Di Indonesia,
Jurnal Ekologi Kesehatan (The Indonesian
Journal of Health Ecology, p-ISSN: 1412-
4025, e-ISSN: 2354-8754)
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.ph
p/jek/article/view/5889/4803 di akses
tanggal 10 Oktober 2017.

Padila. (2012). Keperawatan Medikal


Bedah. Yogyakarta: Nuha medika

Pranowo, C. (2008). Efektifitas batuk efektif


dalam pengeluaran sputum untuk
penemuan bta pada pasien tb paru di ruang
rawat inap rumah sakit mardi rahayu kudus.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2017

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett


Beare.2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC

Sylvia, Price, Anderson,. 2005.


Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC

World Health Organization. 2017. Burden


of COPD. Dikutip dari
www.who.int/respiratory/copd/burden/en/in
dex.html. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2017

Yuanita ,.Ade Sari. 2011. Terapi Air Putih.


Jakarta: Klik Publishin

69

Anda mungkin juga menyukai