FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BAHAN AJAR
Semester Ganjil 2020/2021
4.1. PENDAHULUAN
Balok dapat didefinisikan sebagai salah satu dari elemen struktur portal dengan bentang
yang arahnya horisontal, sedangkan portal merupakan kerangka utama dari struktur
bangunan, khususnya bangunan gedung. Portal digambarkan dalam bentuk garis horisontal
– disebut balok – dan garis vertikal – disebut kolom – yang saling bertemu pada titik buhul.
Bila beban bekerja pada elemen struktur, baik beban hidup dan beban mati gravitasi, beban
angin horisontal, beban gempa, atau beban akibat susut dan suhu, maka struktur tersebut
akan mengalami lentur, geser, maupun torsi, dan terjadi perubahan elemen struktur.
Lenturan yang terjadi merupakan perubahan regangan yang diakibatkan oleh tegangan
lentur karena beban luar. Bila beban ditingkatkan, maka balok akan menahan penambahan
regangan dan lendutan sehingga akhirnya terjadi retak-retak lentur di sepanjang bentang
balok. Bila penambahan beban dilanjutkan sehingga mencapai batas kapasitas elemen
struktur tersebut, maka terjadi keruntuhan struktur itu. Keadaan ini disebut keadaan batas
kegagalan lentur. Oleh karena itu perencana harus merencanakan penampang balok yang
mempunyai kekuatan melebihi beban kerja dan mempunyai faktor keamanan yang cukup,
sehingga tidak terjadi retak yang berlebihan.
Balok beton bertulang dalam menerima beban, baik beban hidup dan beban mati gravitasi,
beban angin horisontal, beban gempa, atau beban akibat susut dan suhu, maka struktur
tersebut akan mengalami lentur, dan terjadi perubahan elemen struktur. Lenturan yang
terjadi merupakan perubahan regangan yang diakibatkan oleh tegangan lentur karena
beban luar. Bila beban ditingkatkan, maka balok akan menahan penambahan regangan dan
lendutan sehingga akhirnya terjadi retak-retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila
penambahan beban dilanjutkan sehingga mencapai batas kapasitas elemen struktur
tersebut, maka terjadi keruntuhan struktur itu.
Jika balok menahan momen lentur cukup besar, maka serat-serat pada balok bagian atas
akan mengalami tegangan tekan dan pada serat-serat balok bagian bawah mengalami
tegangan tarik. Untuk serat-serat balok bagian atas yang mengalami tegangan tekan,
tegangan ini ditahan oleh beton, sedangkan untuk serat-serat balok yang mengalami
tegangan tarik akan ditahan oleh baja tulangan, karena kuat tarik beton diabaikan.
Penampang balok beton dapat bertulangan tunggal, yaitu diberi tulangan baja hanya pada
sisi tertarik, atau dapat bertulangan ganda, yaitu diberi tulangan pada sisi tekan (disebut
tulangan tekan) maupun sisi tarik (disebut tulangan tarik). Dalam praktek, sistem tulangan
tunggal hampir tidak pernah dimanfaatkan untuk balok, karena pemasangan batang
tulangan tambahan di daerah tekan, memberikan banyak keuntungan, yaitu meningkatkan
momen ketahanan penampang, meningkatkan daktilitas penampang, mengurangi defleksi
jangka panjang, dapat menerima kemungkinan adanya momen yang berubah arah, misalnya
beban gempa, serta memudahkan pelaksanaan pengecoran.
Kegiatan perhitungan elemen struktur beton bertulang yang menerima beban lentur,
meliputi analisis dan desain. Analisis dilakukan untuk mengetahui kemampuan balok dalam
menerima beban, sedangkan desain untuk menetapkan dimensi penampang dan
penulangannya berdasarkan beban yang diterima. Langkah-langkah analisis
Sampai akhir tahun 80-an, hampir semua bangunan gedung di Indonesia didesain dengan
metode desain tegangan kerja. Tetapi sejak awal tahun 1990 penggunaan Metode LRFD
menjadi lebih populer dibandingkan dengan Metode ASD.
Beban hidup yang diatur dalam SNI 1727 dan SNI 2847 antara lain:
beban hidup terpusat
beban kendaraan
beban kran (crane)
beban pada sistem pegangan tangga, pagar pembatas, pembatas kendaraan
pengaruh impak/kejut
pengaruh getaran (seperti mesin dan tangga berjalan)
4.4.4. Beban Lingkungan
Beban lingkungan yang bekerja pada sistem struktur merupakan efek dari alam. Angin, air
hujan perubahan temperatur, gempa, penurunan tanah (settlement), banjir, dan tekanan air
tanah merupakan jenis beban lingkungan yang harus diperhitungkan bekerja pada sistem
struktur. Beban-beban lingkungan ini besarnya tergantung lokasi bangunan. Bangunan yang
terletak di daerah pantai akan menerima beban angin lebih besar; bangunan yang berada di
daerah rawan gempa menerima pengaruh gaya gempa lebih besar; bangunan di daerah
banjir, akan menerima beban hidrostatis, hidrodinamis, dan beban gelombang akibat banjir
dan aliran banjir, serta beban impak akibat benturan benda-benda yang dipindahkan oleh
banjir. Beban angin diatur tersendiri dalam SNI 1727 pasal 26 s/d pasal 30, sedangkan
beban gempa diatur dalam SNI 1726: 2019
Menurut SNI 2847-2013 pasal 11.2, jenis-jenis kombinasi pembebanan untuk kuat perlu
pada perencanaan struktur beton bertulang adalah:
1. U = 1,4 D 4.01.
2. U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R) 4.02.
3. U = 1,2 D + 1,6 (L atau R) + (1,0 L atau 0,5 W) 4.03.
4. U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (Lr atau R) 4.04.
5. U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L 4.05.
6. U = 0,9 D + 1,0 W 4.06.
7. U = 0,9 D + 1,0 E 4.07.
dimana
D : beban mati akibat berat konstruksi yang bersifat tetap, termasuk finishing, seperti
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap
L : beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi
tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain
Lr : beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,
dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
R : beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air
W : beban angin
E : beban gempa, ditetapkan berdasarkan SNI 1726:2019
SNI 2847: 2013 memberikan Faktor Reduksi Kekuatan untuk berbagai mekanisme, yaitu:
1. penampang terkendali tarik 0,90
2. penampang terkendali tekan:
komponen struktur dengan tulangan spiral 0,75
komponen struktur bertulang lainnya 0,65
3. geser dan torsi 0,75
4. tumpuan pada beton pengikat 0,65
5. daerah angkur pasca tarik 0,85
Contoh 4.1:
Suatu struktur pelat lantai dengan tebal 10 mm, dipikul balok beton dimensi 350x500 mm
sepanjang 6 m dan jarak antar balok adalah sebesar 4 m (as ke as). Beban mati pelat lantai
sebesar 25 kN/m3 dan beban hidup 4 kN/m2. Hitung beban terfaktor yang harus dipikul oleh
balok tersebut sesuai kombinasi pembebanan LRFD (SNI 03-2847-2002)
Jawab:
Tiap balok harus memikul berat sendiri ditambah beban dari pelat selebar 4 m
𝐷 = (0,35𝑥0,50 + 4𝑥0,10) 𝑥 25 = 14,375 𝑘𝑁/𝑚
𝐿 = 4𝑥4 = 16 𝑘𝑁/𝑚
Karena hanya ada beban mati dan beban hidup, maka hanya perlu diperiksa terhadap
kombinasi pembebanan:
𝑈 = 1,4 𝐷 = 1,4 (14,375) = 𝟐𝟎, 𝟏𝟐𝟓 𝑘𝑁/𝑚
𝑈 = 1,2 𝐷 + 1,6 𝐿 + 0,5 (𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅)
= 1,2 (14,375) + 1,6 (16) + 0,5 (0) = 𝟒𝟐, 𝟖𝟓𝟎 𝑘𝑁/𝑚
Jawab:
Beban-beban yang harus dipikul oleh profil:
𝐷 = 85 𝑡𝑜𝑛
𝐿 = 110 𝑡𝑜𝑛
𝐿𝑟 = 25 𝑡𝑜𝑛
𝑊 = 35 𝑡𝑜𝑛
𝐸 = 30 𝑡𝑜𝑛
Kombinasi pembebanan:
𝑈 = 1,4 𝐷 = 1,4 (85) = 𝟏𝟏𝟗 𝑡𝑜𝑛
𝑈 = 1,2 𝐷 + 1,6 𝐿 + 0,5 (𝐿𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅)
= 1,2 (85) + 1,6 (110) + 0,5 (25) = 𝟐𝟗𝟎, 𝟓 𝑡𝑜𝑛
𝑈 = 1,2 𝐷 + 1,6 (𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅) + (1,0 𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 0,5 𝑊)
= 1,2 (85) + 1,6 (110) + 1,0 (110) = 𝟑𝟖𝟖 𝑡𝑜𝑛
𝑈 = 1,2 𝐷 + 1,0 𝑊 + 1,0 𝐿 + 0,5 (𝐿𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅)
= 1,2 (85) + 1,60 (35) + 1,0 (110) + 0,5 (25) = 𝟐𝟓𝟗, 𝟓 𝒕𝒐𝒏
𝑈 = 1,2 𝐷 + 1,0 𝐿 ± 1,0 𝐸
= 1,2 (85) + 1,0 (110) ± 1,0 (30) = 𝟐𝟒𝟐 𝑡𝑜𝑛
𝑈 = 0,9 𝐷 + 1,0 𝑊 = 0,9 (85) + 1,0 (35) = 𝟏𝟏𝟏, 𝟓 𝑡𝑜𝑛
𝑈 = 0,9 𝐷 + 1,0 𝐸 = 0,9 (85) + 1,0 (30) = 𝟏𝟎𝟔, 𝟓 𝑡𝑜𝑛
Jadi beban terfaktor yang dipikul kolom adalah sebesar 388 ton
4.6. BALOK LENTUR
4.6.1. Dasar Perhitungan Lentur
Jika balok menahan momen lentur cukup besar, maka serat-serat pada balok bagian atas
akan mengalami tegangan tekan dan pada serat-serat balok bagian bawah mengalami
tegangan tarik. Untuk serat-serat balok bagian atas yang mengalami tegangan tekan,
tegangan ini ditahan oleh beton, sedangkan untuk serat-serat balok yang mengalami
tegangan tarik akan ditahan oleh baja tulangan, karena kuat tarik beton diabaikan.
C C
c a=1c
d
a
h (d )
2
T = Asfy T
y
Pada Gambar 4.1, d adalah tinggi efektif penampang yang diukur dari serat tekan terluar ke
centroid tulangan. Kuat lentur nominal penampang diasumsikan tercapai pada saat
regangan pada serat tekan terluar mencapai regangan batas beton, yaitu c = 0,003. Pada
saat hal ini tercapai, regangan tarik pada baja tulangan dapat mencapai nilai yang lebih besar
atau lebih kecil dari y, tergantung pada proporsi tulangan terhadap luas penampang beton.
Suatu keadaan pembebanan terhadap lentur murni adalah bila penampang hanya dibebani
momen lentur, maka terdapat keadaan keseimbangan dalam berupa H=0 (Gambar 4.1),
sehingga gaya tekan C sama dengan gaya tarik T:
1. Gaya tekan beton dapat diperhitungkan dari hubungan tegangan – regangan beton,
seperti Gambar 4.1.d. karena gaya merupakan hasil kali antara tegangan dan luas
penampangnya, maka berdasarkan blok tegangan tekan ekivalen dapat dihitung besar
gaya tekan beton C sebagai berikut:
C 0,85 f c ' b a 4.08.
2. Gaya tarik baja tulangan dapat dihitung dengan cara membuat perkalian antara luas
penampang baja tulangan dan tegangan lelehnya, sebagai berikut:
T As f y 4.09.
Karena balok dalam keadaan setimbang, maka gaya tekan beton akan sama dengan gaya
tarik baja tulangan, sebagai berikut:
H=0
C T 4.10.
sehingga 0,85 f c ' b a As f y 4.11.
As f y
atau tinggi blok tegangan tekan a 4.12.
0,85 f c ' b
dan a 1 c 4.13.
dimana b : lebar penampang balok
d : tinggi efektif balok dihitung dari daerah tekan paling atas
terhadap titik berat tulangan tarik
h : tinggi total balok
As : luas tulangan tarik
c : regangan tekan beton pada permukaan tekan atas
s : regangan tarik baja
fc' : kekuatan tekan beton
fy : kekuatan leleh tarik baja
c : tinggi garis netral dihitung dari permukaan tekan atas
a : tinggi blok tegangan ekivalen
1 : koefisien yang digunakan sehingga blok persegi ekivalen
dengan blok parabola tekan; nilai ini tergantung mutu beton
: rasio tulangan tarik
a
jd : lengan momen = (d )
2
Momen tahanan penampang, yaitu kekuatan nominal Mn dapat dihitung sebagai berikut:
a
M n T jd ( As f y ) jd ( As f y ) (d ) , atau 4.14.
2
a
M n C jd (0,85 f c ' b a) jd (0,85 f c ' b a) (d ) 4.15.
2
a
dimana lengan momen jd d 4.16.
2
a a
atau ( As f y ) (d ) (0,85 f c ' b a) (d ) 4.17.
2 2
A
dan rasio luas tulangan tekan dengan luas penampang beton s 4.18.
bd
Tergantung pada tipe kegagalannya, analisis keadaan regangan di dalam tulangan tarik
menjadi faktor penentu ukuran daktilitas elemen beton. Oleh karena itu, persentasi tulangan
tarik akan menentukan besaran regangan, dan apakah kegagalan terjadi diawali oleh
lelehnya baja atau diawali oleh kehancuran beton. Jika kegagalan oleh lelehnya tulangan dan
kehancuran serat-serat tekan terluar beton secara serempak, dinamai kegagalan seimbang.
Dalam kasus ini, regangan batas tulangan tarik y tercapai pada saat yang sama dengan
tercapainya regangan batas beton c.
0,003
A
c
a sumbu netral kondisi seimbang
3 1 2
s
y
y
Karena beton dan baja mengalami kerusakan pada saat yang sama, maka kekuatan beton
dan baja tulangan dapat dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga penggunaan material beton
dan baja menjadi hemat. Keadaan demikian merupakan sistem perencanaan yang ideal,
tetapi sulit dicapai karena dipengaruhi beberapa faktor, misalnya ketidaktepatan mutu baja
dengan mutu rencana, ketidaktepatan mutu beton dalam pelaksanaan pembuatan
campuran dengan mutu rencana, maupun kekurangtelitian pada perencanaan hitungan
akibat adanya pembulatan-pembulatan.
Karena kerusakan lebih dahulu terjadi pada baja tulangan yang menahan beban tarik,
sedangkan baja bersifat liat, maka keruntuhan beton seperti ini disebut keruntuhan liat
(ductile failure).
Balok yang mengalami keruntuhan liat, pada saat baja tulangan mulai leleh beton belum
hancur, sehingga dapat terjadi lendutan pada balok. Tetapi bila beban diperbesar, maka
lendutan balok semakin besar dan akhirnya terjadi keruntuhan. Keadaan demikian sangat
menguntungkan bagi kehidupan manusia karena ada peringatan tentang lendutan berlebih
sebelum runtuh, sehingga sistem perencanaan beton bertulang under-reinforced lebih aman
dan dianjurkan.
4.7.5. Sistem Perencanaan
Pada perencanaan penampang beton bertulang sangat dihindari terjadinya keruntuhan
tekan (over-reinforced) karena sistem ini bersifat getas dan dapat berakibat runtuhnya
balok secara mendadak. Keruntuhan yang ideal adalah keruntuhan seimbang, tetapi sulit
dan tidak pernah dapat dicapai. Karena itu, pilihan terbaik pada sistem perencanaan beton
bertulang adalah tercapainya keruntuhan tarik (under-reinforced).
Dalam upaya untuk mencegah terjadinya keruntuhan getas, atau untuk mencapai
keruntuhan daktil, regangan yang lebih besar dari y pada tulangan tarik terluar harus
disyaratkan dalam desain. Untuk mencapainya, rasio/perbandingan luas tulangan terhadap
luas penampang maksimum harus ditetapkan. Akan tetapi rasio tulangan minimum juga
harus dipertahankan, agar elemen beton bertulang tidak berperilaku seperti beton tanpa
tulangan.
0,003
c
b
sumbu netral kondisi seimbang
d
y
cb c 0,003
4.29.
d c y f
0,003 y
Es
fy
dimana regangan batas tulangan y 4.30.
Es
dan modulus elastisitas tulangan baja Es = 200.000 MPa,
0,003 600
maka cb d d 4.31.
fy 600 f y
0,003
200 .000
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram alir yang digambarkan pada Gambar 4.4.
As
bd
f c ' 1,4
min
4 fy fy
fc'
maks 0,75 b
As f y
tinggi blok tegangan tekan, a
0,85 f c ' b
Gambar 4.4. Diagram alir analisis balok persegi terlentur bertulangan tunggal
Contoh 4.3:
Penampang balok beton dengan dimensi lebar 300 mm dan tinggi 500 mm, dibuat
menggunakan beton mutu 20 MPa, diberi baja tulangan tarik BJTD-40 sebanyak 8D22 yang
disusun dalam 2 lapis. Hitung momen desainnya.
Penyelesaian:
Luas tulangan 8D22, As = 3041 mm2
Mutu beton fc’ = 20 MPa < 30 MPa, sehingga 1 = 0,85
Mutu baja BJTD40, fy = 400 MPa
ku m = 0,612
2 2
a = 1kud = 0,85 x 0,612 x 435 = 226,287 mm
c =kud = 0,612 x 435 = 266,22 mm
d c 435 266,22
s c 0,003 =0,0019
c 266,22
fy 400
y = 0,002, baja belum leleh, sehingga digunakan fs
Es 200000
fs = s x Es = 0,0019 x 200000 = 380 MPa
Momen nominal kapasitas penampang:
M nk As f s d 0,5a = 3041x380x(435 – 0,5x226,29) = 371.929.201 Nmm = 371,93 kNm
Momen batas kapasitas penampang Muk = Mn = 0,9 x 371,93 = 334,74 kNm
Contoh 4.4:
Balok beton sepanjang 9 meter, dengan dimensi penampang lebar balok b = 500 mm, tinggi
h = 1150 mm, dan tinggi efektif d = 1075 mm, yang dibuat menggunakan beton mutu 20 MPa
dan baja tulangan tarik BJTD-30. Balok menerima beban mati 32 kN/m (tidak termasuk
berat sendiri) dan beban hidup 52 kN/m. Hitung momen desainnya bila digunakan tulangan
tarik:
a. As = 6D32
b. As = 6D36
Penyelesaian:
Beban terfaktor qU:
berat sendiri: 0,5 x 1,15 x 24 kN/m3 = 13,80 kN/m
beban mati, qD = 13,80 + 32 = 45,80 kN/m
beban hidup qL = 52 kN/m
beban terfaktor qU = 1,2 qD + 1,6 qL = 138,16 kN/m
Kapasitas penampang:
M nk As f y d 0,5a = 4825,5 x 300 x (1075 – 0,5 x 170,31) x 10-6 = 1432,845 kNm
Muk = Mn = 0,9 x 1432,845 = 1289,56 kNm
Mud > Muk, artinya penampang tidak kuat menerima beban rencana
Kontrol tulangan:
fc ' 20
Rasio tulangan minimum min = 0,0037
4 f y 4 x300
1,4 1,4
min = 0,0047
f y 300
sehingga digunakan min = 0,0047
0,85 f c ' 1 600
Rasio tulangan seimbang b = 0,0321
fy 600 f y
Rasio tulangan maksimum maks 0,75 b = 0,0241
As 6107 ,2
Rasio tulangan aktual, = 0,0114
bd 500 x1075
diperolehmin < maks, artinya terjadi jenis keruntuhan tarik