Anda di halaman 1dari 21

STRUKTUR BETON

BERTULANG I METODE
TM-3.1. PERKEMBANGAN
PERENCANAAN
TITIK PENTA
ARTININGSIH

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PAKUAN
1. TATA CARA PERHITUNGAN
Secara umum terdapat dua konsep desain dalam perencanaan konstruksi beton
bertulang, yaitu:
 Metode Desain Tegangan Kerja (Allowable Stress Design, ASD)
 Desain Tegangan Ultimit (Ultimate Stress Design, USD) atau lebih dikenal
dengan Metode LRFD (Load and Resistance Factor Design, Desain Faktor
Beban dan Ketahanan)
Sampai akhir tahun 80-an, hampir semua bangunan gedung di Indonesia
didesain dengan metode desain tegangan kerja (ASD), atau lebih dikenal
dengan Metode Elastis. Tetapi sejak awal tahun 1990 penggunaan Metode
LRFD menjadi lebih populer dibandingkan dengan Metode ASD.
STANDAR PERENCANAAN
Dalam perkembangannya, peraturan beton di Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan. Hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi dalam bidang material dan
pelaksanaan serta pengaruh peraturan beton negara lain. Peraturan beton yang pernah
berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Beton Bertulang untuk Indonesia 1955 (PBI 1955), merupakan terjemahan
dari GBVI (Gewapend Beton Voorschriften in Indonesia, 1935)
2. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 (PBI 1971)
3. SK SNI T-15-1991-03 Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, mengacu pada ACI 318M-83 Building Code Requirements for Reinforced
Concrete
4. SNI-03-2487-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
5. SNI 2847:2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, mengacu pada
ACI 318M-11 Building Code Requirements for Structural Concrete.
STANDAR PERENCANAAN

PBI-55 dan PBI-71 SNI 1991 sd 2019


MEMUAT MEMUAT
METODE ELASTIS METODE ULTIMIT
(ASD) (LRFD)
METODE
PERENCANA
AN
METODE
METODE KEKUATAN
ELASTIS, dikenal BATAS, atau
dengan METODE
CARA-N ULTIMIT

Metode elastis,
Metode ultimit,
memanfaatkan tegangan
memperhitungkan
baja maksimum sampai
tegangan baja tulangan
dengan leleh, sedangkan
sampai mencapai
kondisi setelah leleh
tegangan batas
diabaikan
METODE TEGANGAN KERJA (METODE ELASTIS)
Anggapan yang digunakan pada metode elastis:
• Bidang penampang rata saat sebelum terjadi
lentur, dan tetap rata setelah mengalami
lentur, sehingga dihasilkan distribusi
regangan yang linier
• Baik bahan baja maupun beton diberlakukan
hukum Hooke, yaitu nilai tegangan
• sebanding
Bahan beton linier dengan
tidak regangan menahan
diperhitungkan
gaya tarik sehingga beban tarik sepenuhnya
dipikul oleh tulangan tarik baja
• Batang tulangan baja terlekat sempurna
dengan beton, sehingga tidak terjadi slip

• Beban elastis adalah semua beban yang


bekerja dikalikan faktor beban sama dengan
SATU:
(U) = (l x DL) + (l x LL)
(U) = (1 x DL) + ( 1 x LL)
METODE TEGANGAN KERJA (METODE ELASTIS)

Penampang melintang pada eleman struktur direncanakan dengan asumsi


adanya hubungan tegangan-regangan secara linier (berbentuk garis lurus),
untuk memastikan bahwa pada saat beban bekerja maka tegangan yang
terjadi pada baja tulangan dan beton tidak melampaui tegangan-tegangan
ijin yang diperkenankan.

Besarnya tegangan ijin ditentukan berdasarkan kekuatan tekan ultimit


beton dan kuat leleh baja dengan suatu nilai proporsi yang telah
ditentukan. Misalnya, pada material beton yang menerima tegangan tekan
akibat bekerjanya momen lentur diberikan batasan tegangan ijin sebesar
45% dari kuat tekan silinder beton yang dihasilkan
METODE TEGANGAN KERJA (METODE ELASTIS)

Beban elastis (beban


Metode elastis
Tegangan baja yang kerja) adalah semua beban
menganut nilai
digunakan sampai yang bekerja pada suatu
tegangan sebanding
mencapai tegangan leleh elemen/struktur dikalikan
linier dengan regangan
dengan satu
METODE KEKUATAN BATAS (METODE ULTIMIT)
Anggapan yang digunakan pada metode
ultimit:
• Bidang penampang rata saat sebelum terjadi
lentur, dan tetap berkedudukan tegak lurus
pada sumbu balok. Oleh karena itu nilai
regangan dalam penampang komponen
struktur terdistribusi linier atau sebanding
lurus terhadap
• Tegangan betonjarak ke½garis
tekan fc’, netral
apabila beban
terus meningkat tegangan yang terjadi tidak
linier dengan regangan
• Dalam perhitungan kapasitas momen ultimit
kuat tarik beton diabaikan dan gaya tarik
dibebankan seluruhnya kepada tulangan
• tarik
Beban ultimit adalah semua beban yang
bekerja dikalikan faktor beban:
(U) = (l x DL) + (l x LL)
(U) = (1,2 x DL) + ( 1,6 x LL)
METODE KEKUATAN BATAS (METODE ULTIMIT)
Penampang melintang pada elemen struktur direncanakan dengan
memperhitungkan perilaku regangan inelastik sampai dicapai batas
maksimum kekuatan material (kekuatan beton diperhitungkan sampai batas
kuat tekan ultimit, dan baja tulangan diperhitungkan sampai dicapai
tegangan leleh).
Dasar perkembangan metode kekuatan batas:
1. Penampang beton bertulang memiliki perilaku inelastik pada intensitas
beban yang besar, sehingga teori elastik tidak dapat memperkirakan
batas kemampuan sesungguhnya yang dimiliki oleh elemen
2. Metode kekuatan batas memungkinkan pemilihan faktor beban secara
lebih rasional. Pada jenis beban yang besarnya dapat diketahui secara
pasti diberi nilai faktor beban lebih kecil (misal: beban mati), sedangkan
METODE KEKUATAN BATAS (METODE ULTIMIT)

Dasar perkembangan metode kekuatan batas:


3. Diagram tegangan-regangan beton bersifat non-linier
4. Perencanaan dengan metode kekuatan batas telah memperhitungkan
kekuatan cadangan yang muncul pada saat dicapai fase inelastik
5. Metode kekuatan batas dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
tulangan berkekuatan tinggi, dan memperkecil dimensi balok tanpa
membutuhkan tulangan tekan
6. Metode kekuatan batas memungkinkan untuk memperhitungkan
daktilitas struktur pada fase pasca elastik yang sangat bermanfaat dalam
perencanaan struktur tahan gempa.
METODE KEKUATAN BATAS (METODE ULTIMIT)

Metode ultimit menganut


nilai tegangan sebanding Beban ultimit adalah semua
linier dengan regangan Tegangan baja yang beban yang bekerja pada
sampai tercapai tegangan digunakan sampai suatu elemen/struktur
leleh, tetapi bila beban terus mencapai tegangan batas dikalikan dengan faktor
meningkat maka hubungan beban sesuai dengan jenis
tegangan-regangan tidak lagi bebannya
linier
Memperkenalkan perkembangan Metode perencanaan yang dikenal ada
metode perhitungan elemen struktur dua jenis, yitu Metode Elastis atau Cara
beton, yaitu metode elastis dan metode “n”, dan Metode Kekuatan Batas atau
ultimit Metode Ultimit

• Metode elastis menganut nilai • Metode Ultimit menganut nilai tegangan


tegangan sebanding linier dengan sebanding linier dengan regangan sampai
regangan. Tegangan baja yang tercapai tegangan leleh. Bila beban terus
meningkat maka hubungan tegangan &
digunakan sampai mencapai
regangan tidak lagi linier. Tegangan baja
tegangan leleh.
yang digunakan sampai mencapai
• Beban elastis/kerja adalah semua
tegangan batas.
beban yang bekerja pada suatu • Beban ultimit adalah semua beban yang
elemen/struktur dikalikan nilai SATU bekerja dikalikan dengan faktor beban
• sesuai
Mutu baja makin
dengan jenistinggi, maka
bebannya
Beton mempunyai kuat tekan yang
tegangan lelehnya makin tinggi
tinggi dan kuat tarik yang rendah,
• Mutu baja makin tinggi, maka
sehingga bagian beton yang tertarik
regangan makin kecil sehingga makin
gayanya dipikul oleh tulangan
getas
• Mutu baja makin rendah, maka
2. SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG
Struktur bangunan harus dirancang dengan memperhatikan aspek
arsitektural, kekuatan maupun kemampu-layanan dalam menanggung beban
rencana sesuai dengan fungsi bangunan yang diinginkan.
Bentuk dan fungsi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam suatu
perencanaan bangunan untuk memenuhi keinginan pemakai agar diperoleh
bangunan yang kokoh, menarik dan efisien ditinjau dari sisi biaya
konstruksi.
Pada umumnya struktur bangunan dirancang untuk masa layan 50 tahun,
kendati demikian kenyataan menunjukkan umur layan struktur beton
bertulang umumnya melebihi umur yang direncanakan.
Sistem struktur beton bertulang pada bangunan gedung terbentuk sebagai
KOMPONEN STRUKTUR BETON BERTULANG
PELAT (SLAB/PLATE)
 Pelat merupakan elemen struktur bidang dalam arah horisontal yang
berfungsi untuk mentransfer beban hidup (sesuai fungsi bangunan) dan
beban mati (akibat berat sendiri) yang bekerja tegak lurus bidang pelat,
untuk diteruskan ke sistem struktur portal yang ada di bawahnya.
 Pelat lantai umumnya diperhitungkan sebagai elemen pelat lentur, yang
diklasifikasikan menjadi pelat satu arah (menerima momen lentur dalam
satu arah) atau pelat dua arah (menerima momen lentur dalam dua arah),
berdasarkan rasio bentang memanjang terhadap bentang melintang.
 Berdasarkan kondisi pertemuan antara panel pelat dengan tumpuannya,
elemen pelat lantai dapat dibedakan menjadi: pelat dengan balok sebagai
tumpuan, dan pelat datar dengan penebalan, maupun pelat tanpa
BALOK (BEAM)
 Balok merupakan bagian dari sistem struktur portal yang dianggap sebagai
elemen garis (satu arah) dengan fungsi utama meneruskan beban yang
bekerja pada panel pelat menuju kolom yang ada di bawahnya
 Balok adalah elemen struktur yang memiliki komponen gaya dalam utama
berupa momen lentur, dan gaya geser akibat bekerjanya beban transversal
 Pada umumnya balok dipasang secara monolit (menyatu sempurna) dengan
pelat, sehingga dalam perhitungannya dapat dianggap sebagai balok-T
untuk balok interior dan balok-L pada balok eksterior.
KOLOM (COLUMN)
 Kolom merupakan bagian dari struktur portal pada bangunan gedung
yang dipasang dalam arah vertikal, dengan dimensi tinggi tidak
tertopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil
 Fungsi utama kolom adalah untuk meneruskan beban dari pelat dan
balok yang ada di atasnya menuju pondasi
 Kolom adalah elemen struktur yang diperhitungkan sebagai elemen garis
dengan komponen gaya utama berupa gaya aksial tekan, momen lentur
dan juga gaya geser (terutama akibat bekerjanya gaya lateral seperti
beban gempa ataupun beban angin)
DINDING (WALL)
 Dinding merupakan komponen bangunan gedung dalam arah vertikal
 Dinding pada umumnya tidak terbuat dari beton bertulang dan
merupakan elemen non-struktural, namun dengan alasan estetika dan
fungsi komponen ini tetap diperlukan
 Dinding yang dihitung sebagai komponen struktural dan dibuat dari
bahan beton bertulang yaitu dinding geser (shear-wall), yang dapat
dijumpai pada sistem pondasi dinding pada basement maupun dinding
geser pada perencanaan struktur tahan gempa.
PONDASI (FOUNDATION)
 Pondasi merupakan komponen penting dalam struktur bangunan
gedung, yang berfungsi meneruskan beban struktur dari pelat, balok, dan
kolom menuju lapisan tanah keras yang ada di bawahnya
 Jenis pondasi yang paling sederhana adalah pondasi telapak setempat
(spread-footing) dengan bentuk bujur sangkar ataupun empat persegi
panjang
 Sistem pondasi yang lain diantaranya: pondasi telapak gabungan,
pondasi telapak tiang pancang, pondasi telapak dinding, dan pondasi
pelat
 Komponen gaya-gaya utama yang bekerja dalam pondasi telapak adalah
wassalam

Anda mungkin juga menyukai