Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR BETON

BERTULANG
TM-3.2. PEMBEBANANIPADA
STRUKTUR
TITIK PENTA
ARTININGSIH

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PAKUAN
1. PEMBEBANAN PADA STRUKTUR
Standar/Pedoman/Aturan yang digunakan adalah:
1. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983
2. SNI 1727 – 2013 Beban Minimum untuk Bangunan Gedung, merupakan
adopsi dari SEI/ASCE 7-10 Minimum Design Loads for Buildings and
Others Structures
3. RSNI 1727 – 2018, adalah penyempurnaan dari SNI 2013
4. SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
1. PEMBEBANAN PADA STRUKTUR
Beban yang bekerja pada struktur dapat dikempokan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. beban mati (dead-load),
2. beban hidup (live-load), dan
3. beban lingkungan akibat pengaruh alam:
a. beban banjir
b. beban hujan
c. beban salju
d. beban angin
e. beban gempa
BEBAN MATI
Beban Mati merupakan beban tetap baik besar maupun posisinya yang bekerja
selama masa layan struktur.
Bagian utama dari beban mati merupakan berat sendiri dari elemen struktur itu
sendiri.
Beban mati termasuk juga material penutup lantai dan dinding bata.

Menurut SNI 1727-2013, beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi
bangunan gedung terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga,
dinding partisi tetap, finishing, klading gedung, dan komponen arsitektural dan
struktural lainnya serta peralatan layan terpasang lain, termasuk berat keran.
Beban mati terdiri dari:
1. Berat bahan dan konstruksi yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika
tidak ada informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang
disetujui oleh pihak yang berwenang
BEBAN HIDUP
Beban hidup berupa beban yang tidak tetap, seperti beban yang bekerja
pada bangunan hunian.
Menurut SNI 1727-2013, beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh
pengguna dan penghuni bangunan gedung atau struktur lain yang tidak
termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan.
Beban hidup yang diatur dalam SNI 1727 dan SNI 2847 antara lain:
• Beban hidup terpusat
• Beban kendaraan
• Beban kran (crane)
• Beban pada sistem pegangan tangga, pagar pembatas, pembatas
kendaraan
BEBAN LINGKUNGAN
 Beban lingkungan yang bekerja pada sistem struktur merupakan efek
dari alam. Angin, air hujan perubahan temperatur, gempa, penurunan
tanah (settlement), banjir, dan tekanan air tanah merupakan jenis beban
lingkungan yang harus diperhitungkan bekerja pada sistem struktur.
 Beban-beban lingkungan ini besarnya tergantung lokasi bangunan.
 Bangunan yang terletak di daerah pantai akan menerima beban angin
lebih besar.
 Bangunan yang berada di daerah rawan gempa menerima pengaruh gaya
gempa lebih besar.
 Bangunan di daerah banjir, akan menerima beban hidrostatis,
hidrodinamis, dan beban gelombang akibat banjir dan aliran banjir, serta
beban impak akibat benturan benda-benda yang dipindahkan oleh banjir.
2. BEBAN RENCANA
 Beban dan kombinasi beban yang dipertimbangkan dalam desain harus sesuai
dengan Pasal 5 SNI 2847: 2019. Ketentuan dalam Pasal 5 SNI 2847 didasarkan
pada SNI 1726 dan SNI 1727.
 Suatu elemen struktur harus direncanakan mempunyai kapasitas kekuatan
(kuar rencana) yang sama dengan atau lebih besar daripada berbagai kombinasi
pembebanan yang bekerja (kuat perlu) pada struktur tersebut.
 Beberapa istilah yang biasanya digunakan dalam perencanaan struktur adalah:
• Kuat nominal (N) merupakan kekuatan teoritis maksimum dari struktur atau
elemen struktur
• Kuat rencana (R) suatu komponen struktur sehubungan dengan perilaku
lenturnya, geser, torsi dan aksial, harus diambil sebagai kuat nominal
dikalikan dengan factor reduksi kekuatan (Ø) yang lebih kecil dari 1 (satu)
Keterangan:
FAKTOR BEBAN & KOMBINASI BEBAN D beban mati yang diakibatkan
oleh berat konstruksi
BEBAN permanen, termasuk dinding,
NO KOMBINASI BEBAN UTAMA lantai, atap, plafon, partisi
tetap, tangga dan peralatan
1 U = 1,4 D D
layan tetap
2 U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R) L L beban hidup yang ditimbulkan
3 U = 1,2 D + 1,6 (L atau R) + (1,0 L atau 0,5 W) L atau R oleh penggunaan gedung,
4 U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (Lr atau R) W termasuk kejut, tetapi tidak
5 U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L E termasuk beban lingkungan
seperti angin, hujan, dan lain-
6 U = 0,9 D + 1,0 W W
lain
7 U = 0,9 D + 1,0 E E Lr beban hidup di atap yang
ditimbulkan selama perawatan
oleh pekerja, peralatan, dan
CATATAN: material, atau selama
Bila elemen/struktur menerima berbagai beban, maka buatlah penggunaan biasa oleh orang
kombinasi pembebanan yang mungkin, dan nilai terbesar yang dan benda bergerak
digunakan untuk desain R beban hujan, tidak termasuk
FAKTOR REDUKSI KEKUATAN, f
Faktor reduksi kekuatan (f) digunakan untuk memberikan konsep
keamanan lapis kedua dalam menentukan kuat rencana.
Pemakaian faktor reduksi dimaksudkan untuk memperhitungkan
kemungkinan penyimpangan terhadap kekuatan bahan, pengerjaan,
ketidak-tepatan ukuran, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan, yang
meskipun masing-masing faktor mungkin masih dalam toleransi
persyaratan tetapi kombinasinya memberikan kapasitas lebih rendah.
Dengan demikian, apabila faktor reduksi dikalikan dengan kuat ideal
teoritis berarti sudah termasuk memperhitungkan tingkat daktilitas,
kepentingan, serta tingkat ketepatan ukuran suatu komponen struktur
sedemikian hingga kekuatannya dapat ditentukan.
FAKTOR REDUKSI KEKUATAN, f
SNI 2847: 2013 memberikan Faktor Reduksi Kekuatan untuk berbagai
mekanisme, antara lain:
1. Penampang terkendali tarik 0,90
2. Penampang terkendali tekan:
 komponen struktur dengan tulangan spiral 0,75
 komponen struktur bertulang lainnya 0,65
3. Geser dan torsi 0,75
4. Tumpuan pada beton pengikat 0,65
5. Daerah angkur pasca tarik 0,85
CONTOH 1.
FAKTOR BEBAN DAN FAKTOR REDUKSI KEKUATAN
DENGAN METODE ASD DAN LRFD
Pada balok beton bekerja:
• momen akibat beban mati, MD = 10 kNm
• momen akibat beban hidup, ML = 4 kNm
• momen akibat gempa, ME = 2 kNm

Diminta,
• Hitung kombinasi beban berdasarkan metode ASD, dan momen
nominalnya
• Hitung kombinasi beban berdasarkan metode LRFD, dan momen
nominalnya
 
Jawab:
 Metode ASD
• U = D + L + E = 10 + 4 + 2 = 16 kNm
faktor beban pada metode ASD = 1 (slide-6, TM 3.1)
Momen nominal, Mn = 16 kNm
 Metode LRFD:
• U = 1,4 D = 1,4 x 10 = 14 kNm
• U = 1,2 D + 1,6 L = 1,2x10 + 1,6x4 = 18,4 kNm
• U = 1,2 D + 1,0 L + E = 1,2x10 + 1,0x4 + 2 = 18 kNm
• U = 0,9 D + 1,0 E = 0,9x10 + 1,0x2 = 11 kNm
faktor beban metode LRFD sesuai slide-8, TM 3.2 di atas
Dari perhitungan kombinasi pembebanan, didapat momen ultimit
terbesar, Mu = 18,4 kNm
Momen nominal, Mn = = 20,44 kNm
wassalam

Anda mungkin juga menyukai