Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KHUSUS II

“SC DENGAN PLASENTA PREVIA”

Disusun oleh :
1. Lilis Qodariah (1411020115)
2. Dimas Budi Hermawan (1411020129)
3. Cintya Puspa Dewi (1411020130)
4. Senowati Dwi Komalasari (1411020131)
5. Indri Suci Lestari (1411020132)
6. Tia Afriani (1411020133)
7. Faritsa Intan Kelviana (1411020134)
8. Yosi Prichatin (1411020135)
9. Rosi Astuti (141102036)
10. Ika Rizky Agustin Yodyanti (1411020137)
11. Halimatus Sadiyah (1411020138)
12. Endah Nurcahyani (1411020153)

KELOMPOK RST WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT yang mana telah memberikan segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “SC DENGAN PLASENTA PREVIA“ .

Dalam penulisan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Keperawatan Khusus II yang telah memberikan kemudahan - kemudahan baik berupa
moril maupun materil selama mengikuti perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto
dan pihak - pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Saya mohon maaf
apabila masih ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu semua karena di dunia
tak ada yang sempurna, kecuali Allah SWT semata. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purwokerto, 17 Desember 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi...........................................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi....................................................................................4
C. Etiologi...........................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis...........................................................................................7
E. Patofisiologi....................................................................................................8
F. Pathways.........................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
H. Penatalaksanaan..............................................................................................10
I. Diagnosa yang mungkin muncul....................................................................13
J. Fokus intervensi.............................................................................................13
ASKEP PADA KLIEN............................................................................................18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

(Mansjoer, dkk, 2002 : 276)

Placenta previa adalah placenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.

(Sarwono, 2006 : 495)

Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae - di depan vias

– jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak

normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut

Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah

sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat

pembentukan segmen bawah rahim

(Prawiroharjo, 1992)

B. Anatomi dan Fisiologi

Uterus

Organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara

rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya di sebum miometrium. Uterus

terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus + 7 1/2 cm,

lebar 5 cm, tebal 2 1/2 cm, berat 50 g. Pada rahim wanita dewasa yang belum pernah
menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8 cm dan beratnya 30-60 g. Uterus terdiri dari

 Fundus uteri. Bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal saluran telur.

 Korpus uteri. Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi

sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut

kavum uteri.

 Serviks uteri. Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan

antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri inetrnum.

Dinding uterus terdiri dari :

 Endometrium merupakan lapisan dalam uterus yang mempunyai arti penting

dalam siklus haid.

 Miometrium (lapisan otot polos) tersusun sedemikian rupa sehingga dapat

mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.

 Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari ligamentum yang menguatkan

uterus.

Fungsi uterus untuk menahan ovum yang telah di buahi selama perkembangan.

Ovum yang telah keluar dari ovarium di hantarkan melalui tuba uterine ke uterus.

Pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterine, endometrium di siapkan

untuk menerima ovum yanag telah di buahi dan ovum tertanam di endometrium. Pada

waktu hamil uterus bertambah besar, dinding yang menjadi tipis tetapi kuat dan besar

sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin.

Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan placenta keluar.

Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah

tuba uterine dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum latumuterus. Setiap bulan

sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum di lepaskan pada saat kira-kira pertengahan

(hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel Graaf dan mengeluarkan

ovum. Bila folikel graaf robek maka terjadi perdarahan yang kemudian terjadi

penggumpalan darah pada ruang folikel. Ovarium mempunyai tiga fungsi :

 Memproduksi ovum

 Memproduksi hormone estrogen

 Memproduksi progesterone

Tuba Falopi

Berjalan kearah lateral kiri dan kanan. Ada 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang

kira-kira 12 cm diameter 3-8 mm. Tuba falopi terdiri atas :

 Pars interstitialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.

 Pars ismika/ismus, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.

 Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi agak lebar.

 Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai

umbai yang disebut fimbria untuk menangkap telur kemudian menyalurkan telur

ke dalam tuba.

Fungsi tuba uterina mengantarkan ovum dari ovarium ke uterus, menyediakan

tempat untuk pembuahan. Ovum yang di buahi dalam saluran tuba ini menimbulkan

kehamilan etopik, karena ovum tidak dapat bergerak terus maka ovum tertanam dalam

tempat yang abnormal, hal ini bisa berlangsung 8-10 minggu.

(Syaifuddin, 2006 : 252-254)


C. Etiologi

Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat pada :

1. Grandemultipara : kehamilan yang melahirkan lebih dari 5 kali baik lahir hidup

atau mati, karena proses penuaan sehingga terjadi atrofi di endometrium beresiko

placenta previa

2. Primigravida tua : kehamilan pertama kali di usia tua juga karena karena proses

penuaan sehingga terjadi atrofi di endometrium beresiko placenta previa

3. Bekas sectio sesaria dan bekas aborsi : adanya jaringan parut pada endometrium

karena bekas operasi dan aborsi juga beresiko placenta previa.

4. Bekas Operasi dan

5. Mioma uteri : perubahan endometrium adnya tumor sehingga menyebabkan

placenta previa

6. Kehamilan ganda : placenta yang terlalau besar beresiko placenta previa

D. Manifestasi Klinis

Menururt FKUI (2000) tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :

1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.

2. Darah biasanya berwarna merah segar.

3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.

4. Bagian terdepan janin tinggi (floating) sering dijumpai kelainan letak janin.
5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali

bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya (reccurent

bleeding) biasanya lebih banyak.

E. Patofisiologi

Perdarahan antepartum akibat placenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu

saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya

terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami

perubahan, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus

uterus robek karena lepasnya placenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus

marginalis dari placenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada placenta letak normal

(Mansjoer, dkk, 2002 : 276)

F. Pathways

Grande multipara, primi gravida tua, bekas sc, bekas aborsi, kelainan janin

Leiomyoma uteri, ovulasi terlambat, kehamilan ganda

Placenta previa

Nifas
Uterus Psikologis

Segmen bawah uterus Ancaman kematian

melebar dan menipis Kurang informasi tentang penyakit diri sendiri dan janin

Perdarahan
Kurang pengetahuan Ansietas

Hipovolemik Anemia

SKekurangan suplai O2 menurun


volume cairan
Hb O2 menurun

Metabolisme anaerob
Gangguan perfusi
jaringan Asam laktat meningkat

Keletihan

Intoleransi aktivitas

G. Pemeriksaan penunjang

 USG untuk diagnosis pasti, yaitu untuk menentukan letak placenta

 Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematocrite.

(Mansjoer dkk, 2000 : 277)

1. Ultrasonografi

Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak

menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.

2. Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk

diagnostic plasenta previa namun harus hati-hati karena bahayanya sangat besar.

3. Pemeriksaan darah

Yaitu golongan darah, hemoglobin, hematokrit serta darah lengkap dan kimia

darah untuk menunjang persiapan operasi.

4. Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian

tubuh janin.

5. Eaginal Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda

jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34

minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup

procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di

ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

6. Isotop Scanning

7. Pemeriksaan inspekula

Hati-hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah

dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain-lain.

8. Pemeriksaan radio isotope

Macam-macam pemeriksaan ini antara lain :

1. plasentografi jaringan lunak

2. sitografi

3. plasentografi inderek

4. anterigrafi
5. amnigrafi

H. Penatalaksanaan

Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi sebelum dirujuk, anjurkan

pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama,

menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit

buang air besar)

Pasang infuse cairan NaCl. Bila tidak memungkinkan, beri cairan peroral. Pantau

tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi

adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau juga DJJ dan pergerakan janin. Bila

terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila tidak teratasi,

upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan. Bila terdapat

renjatan usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2500 g, maka :

 Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan

Mobilisasi. Beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3 hari

 Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi tangani seperti

persalinan preterm

Bila tidak ada renjatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin

2500 mg atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata plasenta previa, lakukan persalinan
per abdominam. Bila bukan, usahakan partus pervagina. Apabila plasenta previa

menutupi jalan lahir baik total maupun sebagian maka tindakan bedah sesar merupakan

pilihan paling aman. Bila plasenta tidak menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau

letak rendah) maka pesalina pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada perdarahan

banyak saat persalinan. Masalah yang sering terjadi adalah jika terjadi perdarahan saat

janin belum cukup bulan (38 minggu) maka tindakan persalinan dapat dilakukan jika

perdarahan berulang dan banyak. Maka umumnya dokter akan memberikan obat

pematangan paru bagi janin. Apabila perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan

konservatif (persalinan ditunggu hingga janin cukup bulan).

Penatalaksanaan medic dapat dilakukan dengan :

1. Jika kehamilan <36 minggu

Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi jika perdarahan berkurang :

obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan farmakaologi.

Perdarahan banyak : infuse, farmakologi pemeriksaan Hb, leukosit, dan golongan

darah, siapkan darah dan persiapan sc

2. Jika kehamilan >36 minggu

Bila perdarahan banyak infuse, farmakologi pemeriksaan HB, leukosit, dan

golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc.

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan

plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu :

1. Kaji kondisi fisik klien

2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3. Menganjurkan klien istirahat


4. Mengobservasi perdarahan

5. Memeriksa tanda vital

6. Memeriksa kadar HB

7. Berikan cairan pengganti intravena RL

8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih

premature

9. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan <37

minggu

I. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang

besar.

2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai

efek perdarahan dan menejemennya.

3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,

kerusakan system imun

4. Nyeri akut b.d agen cidera fisik

5. Risiko jatuh b.d periode pemulihan pasca operasi

6. Risiko perdarahan b.d trauma intra operasi

J. Fokus intervensi

1. Pengkajian

A. Biodata
 Identitas klien : data dari klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, alamt, medical recored, dll.

 Keluhan utama : gejala pertama, perdarahan pada kehamilan

setelah 28 minggu/ trimester III.

 sifat perdarahan, tanpa nyeri, berulang

 sebab perdarahan, placenta dan pembuluh darah yang

robek.

 Sedikit banyaknya perdarahan, tergantung besar atau

kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta.

B. Riwayat kesehatan

 Riwayat obstetri

Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan

sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah

pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :

 gravida, para abortus, dan anak hidup (GP,AH)

 berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

 pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,

dan penolong persalinan

 jenis anestesi dan kesulitan persalinan

 komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,

dan perdarahan

 komplikasi pada bayi


 rencana menyusui bayi

 Riwayat menstruasi

Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menentukan taksiran

persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid

terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT dapat

digunakan rumus neagle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi

tiga, tahun disesuaikan.

 Riwayat konrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu,

atau keduanya. Riwayat konrasepsi yang lengkap harus didapatkan

pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral

sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak

diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual

pada janin.

 Riwayat penyakit dan operasi :

Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit

ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya

riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan

sebelumnya harus di dokumentasikan

C. Pemeriksaan fisik

 Rambut

Laju pertumbuhan rambut berkurang

 Mata : pucat, anemis


 Hidung

 Gigi dan mulut

 Leher

 Buah dada/ payudara

 Peningkatan pigmentasi aerola puting susu

 Bertambahnya ukuran

 Jantung dan paru

 Volume darah menurun

 Peningkatan frekuensi nadi

 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan

pembuluh darah pulmonal

 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan

 Abdomen

 Menentukan letak janin

 Menentukan tinggi fundus uteri

 Vagina

 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna

kebiruan (tanda chandwick)

 Hipertropi epithelium

 Musculoskeletal

 Persendian tulang pinggul yang mengendur

 Gaya berjalan yang canggung


 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan

dengan diastasis

D. Khusus

 Tinggi fundus uteri

 Posisi dan presentasi janin

 Panggul dan janin lahir

 Denyut jantung janin


Rencana Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya1.    Kaji dan catat TTV, Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah mengenai status hemodinamik
berhubungan 24 jam diharapkan perdarahan. merupakan dasar untuk
dengan penurunan kardiak output perencanaan, intervensi,
perdarahan tidak terjadi atau teratasi2.    Bantu pemberian evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : pelayanan kesehatan Memperbaiki volume vaskuler
yang besar o  Volume darah intravaskuler atau mulai sarankan membutuhkan terapi IV dan
dan kardiak output dapat terapi cairan IV atau intervensi farmakologi.
diperbaiki sampai nadi, terapi transfusi darah Kehilangan volume darah
tekanan darah, nilai sesuai kebutuhan. harus diperbaiki untuk
hemodinamik, serta nilai mencegah komplikasi seperti
laboratorium menunjukkan infeksi, gangguan janin dan
tanda normal gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan1.    Terapi bersama Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pasangan danpemahaman secara empati
dengan diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan. merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria2.    Menentukan tingkatpotensial untuk
pengetahuan hasil : pemahaman pasangan mempersiapkan pasangan
efek 1.    Pasangan dapat tentang situasi danuntuk menanggulangi situasi
perdarahan dan mengungkapkan manajemen yang sudah yang tidak diharapkan.
manejemennya harapannya dengan kata- direncanakan. Hal yang diberikan perawat
. kata tentang manajemen3.    Berikan pasangan akan memperkuat penjelasan
yang sudah direncanakan, informasi tentang dokter dan untuk memberitahu
sehingga dapat mengurangi manajemen yang sudah dokter jika ada penjelasan
kecemasan pasangan. direncanakan. yang penting.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi
ketakutan akan ha-hal yang
tidak diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1.    Kaji jumlah darah Hemoragi berlebihan dan
cedera (janin) Menunjukkan profil darah yang hilang. Pantau menetap dapat mengancam
b/d hipoksia dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok hidup klien atau
jaringan/ dan pemeriksaan koagulasi mengakibatkan infeksi
organ,profil DBN normal. pascapartum, anemia
darah pascapartum, KID, gagal
abnormal,kerus ginjal, atau nekrosis hipofisis
akan system yang disebabkan oleh hipoksia
imun. 2.    Catat suhu, hitung jaringan dan malnutrisi.
SDP, dan bau serta Kehilangan darah berlebihan
warna rabas vagina, dengan penurunan Hb
dapatkan kultur bila meningkatkan risiko klien
dibutuhkan. untuk terkena infeksi.
3.    Catat Penurunan perfusi ginjal
masukan/haluaran urin. mengakibatkan penurunan
Catat berat jenis urin. haluaran urin.
4.    Berikan heparin, bila Heparin dapat digunakan pada
diindikasikan KID di kasus kematian janin,
atau kematian satu janin pada
kehamilan multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-faktor
pembekuan dan menurunkan
hemoragi sampai terjadi
5.    Berikan antibiotic perbaikan pembedahan
secara parenteral Mungkin diindikasikan untuk
mencegah atau meminimalkan
infeksi.
LAPORAN OPERASI

SECTIO SECARIA

Uraian pembedahan

1. Memposisikan pasien supinasi dan melepas pakaian pasien yang menutupi area operasi
2. Menghitung jumlah instrumen operasi
3. Pemasangan saturasi O2 dan termometer, melakukan pembiusan
4. Memcuci tangan steril dengan menggunakan handscrub dan air bersih sesuai dengan
prosedur cuci tangan
5. Memakai jas steril sesuai dengan prosedur
6. Memakai sarung tangan sesuai dengan prosedur
7. Melakukan desinfeksi area operasi dengan alkohol dan betadine
8. Drupping pasien menggunakan duk steril, duk steril sedang 2 dan duk lubang 1 kemudian
memasang duk klem di tepi lipatan kain supaya rapi dan kuat
9. Menginsisi area operasi bagian bawah perut
10. Mengerluarkan bayi
11. Memotong tali pusar bayi
12. Mengeluarkan plasenta dari rahim pasien dan membersihkan area rahim
13. Menjahit rahim menggunakan benang
14. Membersihkan area operasi dari kotoran dan darah menggunakan NaCl
15. Menutup luka insisi menggunakan kasa dan hipavik
16. Memasang pembalut dan celana dalam pasien
17. Memasang selimut pasien
18. Merapikan alat dan manghitung kasa yang sudah di pakai.
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI

A. Identitas pasien

Bangsal : IBS

Nama : Ny. N

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Status : Menikah

Operasike :1

Jam/Tanggal : 08.00 / 02 – 12 – 2017

TB / BB : 156 cm / 70 kg

Diagnose pre operasi : G2P2A0 dengan plasenta previa

Tindakan operasi : SC dengan plasenta previa

Diagnose post operasi : Resiko Jatuh

Jenis anestesi : Spinal Anestesi

Tanggal pengkajian : 02 – 12 -2017

B. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan

Keluhan utama :

Pasien mengatakan keluar cairan disertai perdarahan dari vagina


Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengatakan nyeri, nyeri tersebut dirasakan oleh adanya perdarahan sejak

pukul 06.00 serta ibu merasakan pergerakan janin. Nyeri yang dirasakan hebat sekali.

Skala nyeri 7, nyeri didaerah abdomen bawah, nyeri secara tiba-tiba, kencang-

kencang seperti dirobek.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat abortus pada kehamilan yang lalu, pasien

tidak memiliki penyakit menular, pasien tidak memiliki penyakit hipertensi.

2. Pengkajian Data Focus

Data Subjektif :

 Pasien banyak bertanya tentang keberhasilan operasi dan kemungkinan

kegagalan dari operasi.

 P : Perdarahan

Q : Kencang-kencang seperti dirobek

R : Abdomen bawah

S : Skala 7

T : Nyeri hebat sekali terus menerus

Data Objektif :

Pasien memakai gelang identitas, pasien sudah berpuasa sebelumnya, pasien sudah

mandi.
Premedikasi yang diberikan sebelumnya : Ondansentron

Tingkat Kesadaran :

Pasien dalam keadaan kompos mentis dengan skor GCS : E :4 M:6 V:5 , pasien

terlihat tegang.

TTV pre operasi : TD : 120/80 mmHg N : 110 kali/menit RR : 28 kali/menit S : 38 oC

3. Pemeriksaan Fisik Terkait ( Head To Toe )

Kepala : Mesocepal, tidak ada benjolan

Mata : Mata simetris, konjungtiva : ananemis, sklera : ikterik

Telinga : Bersih, tidak ada serumen

Hidung : Tidak ada polip

Mulut : Bibir simetris, tidak menggunakan gigi palsu.

Leher : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, perkusi sonor, auskultasi

vesikuler

Abdomen : Alterasi, terdapat bisisng usus 15x/ menit, tidak ada nyeri tekan,

suara timpani.

Ekstermitas : Ekstermitas atas : tidak ada oedem, CRT <3 detik, reflek bisep

dan trisep baik. Ekstermitas bawah : tidak ada oedem, tidak ada farises, reflek patella

baik.

4. Pemeriksaan Penunjang Dan Laboratorium

USG : posisi kepala bayi menutup jalan lahir (plasenta previa)


5. Persiapan Operasi

- Sudah menyiapkan meja operasi

- Alatdan set SC sudah dipersiapkan

- Jas operasi

- Mengecek suction dan monitor operasi

- Edukasi pasien terkait prosedur operasi


ANALISA DATA FOKUS

Etiologi/
No Data Problem
patofisiologi
1 DS : Agen cidera fisik Nyeri akut

- Pasien mengatakan nyeri

pada abdomen bawah

disertai perdarahan.

DO :

- P : perdarahan

Q : kencang-kencang

seperti dirobek

R : abdomen bawah

S : skala 7

T : nyeri hebat sekali

terus menerus
NURSING CARE PLAN

Dx. Kep/

masalah Tujuan dan criteria hasil Intervensi Implementasi Evaluasi

kolaborasi
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan selama 1 Manajemen Nyeri  Melakukan  S : pasien mengatakan

agen cidera fisik jam diharapkan nyeri berkurang  Lakukan pengkajian pengkajian nyeri nyeri abdomen bawah

dengan Kriteria hasil : nyeri komperhensif komperhensif  O:

Indikator A T  Pastikan perawatan  Memastikan P : perdarahan


 Mengenali kapan 4 2
analgesic bagipasien perawatan analgesic Q : kencang-kencang
nyeri terjadi
dilakukan dengan bagi pasien seperti dirobek
 Menggunakan 4 2
pemantauan ketat dilakukan dengan R : abdomen bawah
analgesic yang
 Kurangi atau pemantauan ketat S : skala 7
direkomendasikan 4 2
eliminasi factor-  Kurangi atau T : nyeri hebat sekali terus
 Melaporkannyeri yang
factor yang dapat eliminasi factor – menerus
terkontrol
mencetuskan atau factor yang dapat  A : nyeri akut teratasi

Ket : meningkatkan nyeri. mencetuskan atau sebagian


1. Tidak menunjukan  Monitor TTV meningkatkan nyeri.

2. Jarang menunjukan  Monitoring TTV Indicator A T S


 Mengenali 4 2 4
3. Kadang menunjukan
kapan nyeri
4. Sering menunjukan
terjadi 4 2 3
5. Selalu menunjukan
 Menggunak

an analgesic

yang 4 2 4

direkomend

asikan

 Melaporkan

nyeri yang

terkontrol

 P : lanjutkan intervensi
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

Data Obyektif :

Posisi pasien supinasi, terpasang oksigen 3 liter per menit, pasien tidak ada reflek batuk.

Tekanan darah pasien : 110/50 mmHg, suhu 36 ◦C, RR 24 x/menit, Nadi 80x/menit, lebar

luka 15 cm, jumlah jahitan....., jenis benang jahit

Perdarahan 1500 cc

Urine 200cc, lama operasi 1 jam.

Pasien dalam proses pembedahan dengan menggunakan alat couter.

TTV DURANTE OPERATE KET.


TGL/JAM T= N= RR= S=
2 desember 2017 , 110/80 mmHg 80x/mnt 24x/mnt 36◦C

08.00 WIB

INPUT Infus RL 500 cc 20 tpm

Infus NaCl 500 cc 20 tpm

OUTPUT Perdarahan 1500 cc

(Perdarahan, urine, Urine 200 cc

cairan lain)
DATA FOKUS

No
Data Etiologi / pathofisiologi Problem
.
DS : - Trauma intra operasi Risiko perdarahan
DO :
 Perdarahan 1500 cc

NURSING CARE PLAIN

Dx. Kep/
masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Implementasi Evaluasi
kolaborasi
Risiko Setelah dilakukan asuhan Pengurangan 1. Mengidentifikasi S:-
perdarahan keperawatan diharapkan risiko perdarahan : penyebab perdarahan O : Pasien tidak sadar
b.d trauma perdarahann dapat teratasi 1. Identifikasi 2. Memonitor pasien A : risiko perdarahan teratasi
intra operasi dengan kriteria hasil : penyebab akan perdarahan sebagian :
Indikator A T perdarahan. secara ketat. Indikator A T A
1. Kehilangan 2 4 2. Monitor pasien 3. Memperhatikakn
darah yang akan kadar 1. Kehilangan 2 4 3
terlihat perdarahan hemoglobin/hematok darah yang
2. Peradarahan 2 4 secara ketat. rit sebelum dan terlihat
pasca 3. Perhatikan sesudah kehilangan 2. Peradarahan 2 4 2
pembedahan kadar darah. pasca
hemoglobin/ pembedahan
Keterangan : hematokrit
1. Berat sebelum dan
2. Cukup berat sesudah P : lanjutkan intervensi
3. Sedang kehilangan
4. Ringan darah.
5. Tidak ada
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI

A. Pengkajian Umum

Pasien telah dilakukan operasi SC pada bagian abdomen bawah selama kurang lebih 1

jam dengan menggunakan spinal anastesi, selasai pada pukul 10.30 . akral teraba hangat,

lalu pasien dipindahkan keruang pemulihan (recovery room) dan diberikan terapi O2

sebanyak 2 liter/menit dan saturasi oksigen 95%, tingkat kesadaran somnolen GCS : E4

M2 V5. Tekanan darah 130/80 mmHg nadi 101x/menit RR 25 X/menit suhu 36oC.

Aldrete score

kriteria nilai 15’* 15’* 15’* 15’* 15’* 15’*


Aktivitas :

 Gerak ke 4 2

anggota gerak
2
atas perintah

 Gerak ke 4
1
anggota gerak

bawah perintah
0
 Tidak respon

Respirasi :

 Bisa nafas 2 2

dan batuk 1

 Dispnoe 0

hipoventilasi
 Apnea
Sirkulasi :

 Perubahan 2

<20% dari

TD pre

operasi
2
 Perubahan

20-50% dari
1
TD pre

operasi
0
 Perubahan

>50% dari

TD pre

operasi
Kesadaran :

 Kesadaran 2

penuh 2

 Dapat 1

dibangunkan 0

 Tidak respon
Warna kulit :

 merah 2 2

 pucat 1

 sianosis 0
Total score >7 keluar 10
RR

Instruksi post operasi

1. Pasien bed rest selama 24 jam

2. Cek Hb post operasi

3. Monitor TTV dan SPO2

4. Monitor perdarahan

5. Pindahkan pasien keruang rawat inap


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI/PATOFISIOLOGI PROBLEM


DS : - Periode pemulihan pasca operasi Risiko jatuh

DO :

Pasien terlihat masih lemas

pasca operasi
NURSE CARE PLAN

DX KEP. /
TUJAN DAN KRITERIA
MASALAH INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
HASIL
KOLABORASI
Risiko jatuh b.d Setelah dilakukan tindakan selama Identifikasi resiko  Mengkaji ulang data yang S : -

periode 1 jam diharapkan tidak terjadi  Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian O : pasien terlihat lemas

pemulihan pasca risiko jatuh dengan criteria hasil : didapatkan dari pengkajian risiko secara rutin A : risiko jatuh belum teratasi

operasi indikator A T risiko secara rutin  Menginstuksikan factor risiko indikator A T S


 Gangguan 2 4  Ganggua 2 4 3
 Instruksikan factor risiko dan rencan auntuk
imobilitas 2 4 n
dan rencana untuk mengurangi factor risiko
 Penurunan 2 4 imobilita 2 4 3
mengurangi factor resiko  Mengimplementasikan
tingkat s
 Implementasikan aktivitas aktivitas-aktivitas
kesadaran  Penurun
– aktivitas pengurangan pengurangan risiko
 perdarahan an 2 4 4
risiko
tingkat
Ket :
kesadara
1. berat
n
2. cukup berat  Perdarah

3. sedang an

4. ringan
P : lanjutkan intervensi
5. tidak ada
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan

kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga

penting dalam terjadinya plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio

sebelumnya ,kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.

Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated

Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena

komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif

dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan

pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko

kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .

Jakarta

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan

Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.

Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.

Jakarta.

Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai