Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI


DI PUSKESMAS AMBULU KABUPATEN JEMBER

Oleh:
Fatimatus Zahro
NIM. 20020035

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020/2021
Laporan Pendahuluan Oksigenasi

1.1 Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat di
butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuk karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, pertambahan karbondioksida yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.


Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu di lakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenihi dengan baik.

Fungsi pernapasan :

Pernapasan atau resppirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat
di gunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang di hasilkan
oleh sel. Saat bernafas, tubuh mengalami atau mengambil oksigen dari lingkungan
untuk kemudian diangkat ke seluruh tubuh (sel-sel nya) melalui darah guna di
lakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan di angkat oleh
darah ke paru-paru untuk di buang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh (Ambarwati,2014).

1.2 Etiologi

1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi


pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan
penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat.
Apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000
meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang sehingga
kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Semakin tinggi suatu tempat maka
makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat
yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.Selain itu, kadar oksigen di udara
juga dipengaruhi olehpolusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang
mengalami polusi udara memiliki konsentrasi oksigen rendah. Hal tersebut
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon
tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing,
batuk dan merasa tercekik.

2. Latihan

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung


dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

3.Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga


kebutuhan oksigen meningkat.

4.Gaya Hidup

Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab


merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan
menurun.
5.Status Kesehatan

Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan
baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya,
orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

6.Saraf Otonom

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat mempengaruhi


kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi
rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf dapat mengeluarkan
neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh
pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik
pada saluran pernafasan.

7.Hormonal dan Obat

Semua hormone termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran


pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfaatropin dan ekstrak
belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan obat yang menghambat
adrenergik tipe beta (khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat beta
nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas (bronkhokontriksi).

8.Alergi pada Saluran Nafas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal tersebut
dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila
rangsangannya di saluran nafas bagian atas, bronkhokontriksi terjadi pada asma
bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran nafas bagian bawah.
9.Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi


karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring dengan usia perkembangan anak.
Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan
kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa, kemampuan
kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.

10.Usia

Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi sistem pernapasan


lansia menjadi sangat penting jika sistem mengalami gangguan akibat perubahan
seperti infeksi, stres fisik atau emosional, pembedahan, anestesi, atau prosedur lain.
Perubahan-perubahan tersebut adalah:

a. Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
b. Jumlah pertukaran udara menurun.
c. Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
d. Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
e. Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
f. Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
g. Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
h. Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering kali
menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon inflamasi.

11.Gaya Hidup

Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman


pernapasan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen di dalam tubuh.
Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki ekspansi alveolar dan pola
napas dalam seperti yang dimiliki oleh orang yang melakukan akvitas secara teratur
dan merekatidak mampu berespons secara efektif terhadap stresor pernapasan.
12.Stres

Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon psikologis maupun fisiologis
dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami hiperventilasi
sebagai respon terhadap stres. Apabila ini terjadi, PO2arteri meningkat dan
PCO2menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-kunang dan bebas
serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan di sekitar mulut.

1.3 Klasifikasi

Terapi oksigen merupakan terminologi untuk pemberian oksigen sebagai


bahan farmakologi utama yang di berikan pada individu tertentu berkaitan dengan
penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara dan durasi tertentu demi
meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan
dengan prognosis yang lebih baik.

Oksigen yang di berikan harus konsentrasinya lebih tinggi dari pada udara
atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen dapat bermacam-
macam sesuai kebutuhan. Berikut adalah jenis alat dan jenis dosis yang di berikan :

No Jenis Alat Konsentrasi O2 (FiO2) Aliran O2

1. Nasal kanul / binasal 24% - 32% 1 – 6 LPM

2. Simple mask (masker 35% - 60% 5 – 8 LPM


sederhana)

3. Partial reabriting (RM/MRB) 50% - 95% 8 – 12 LPM

4. Non reabreting (NRM/MNRB) 21% (udara) 10 – 15 LPM

1.4 Patofisiologi
1.6 Manifestasi Klinis
1. Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Metode Morfologisa
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap
jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat memancar.
Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang lebih padat karena
sulit ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna lebih putih
dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan
cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini pasien
tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul reflex
muntah. Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke dalam
cabanga trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsi paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang
bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum
adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung
berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume –TV), yaitu volume udara yang keluar
masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume –IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah
inspirasisecara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume –ERV), yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot
ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume –RV), yaitu udara yang masih tersisa dlam paru
setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml.Kapasitas pulmonal
sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity –IC), yaitu jumlah udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV + TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity –FRC), yaitu
jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity –VC), yaitu volume udara maksimal yang
dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi
dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)Kapasitas Paru –paru Total
(Total Lung Capacity –TLC),yaitu jumalh udara maksimal yang masih ada
di paru –paru (TLC = VC + RV). L = ± 6000 ml, P = ± 4200 ml.
h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran napas
yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
i. Frekuensi napas (f), yaitu jumlah pernapasan yang dilakukan permenit (±15
x/menit).Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang
berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke
atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru meningkat sehingga
ruangan yang diisi udara berkurang.
j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses –ABGs). Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

1.8 Diagnosa Banding


Diagnose banding oksigenasi ini dapat ditemukan bersamaan dengan asma
1. Chronic upper airway cough syndrome
2. Inhalasi benda asing
3. Bronkiektasis
4. Deskinesia silia primer
5. Penyakit jantung kongenital
6. Gagal jantung
7. Emboli jantung
8. Penyakit paru obstrukktif kronis
9. Sindrom hiperventilasi

1.9 Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektifa.Pembersihan jalan nafasb.Latihan batuk
efektif Suctioning.Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan r1elaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
1.10 Komplikasi
1. Oxygen Induced Hypoventilation
2. Oxygen Toxicity
3. Occular Damage

1.11 Konsep Keperawatan


A. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada pasien kebutuhan oksigenasi mengalami sesak berapa hari,
berapa lama, dan sesaknya bagaimana. Sesak di saat kapan saja dan apabila ada
nyeri, kaji nyeri dengan PQRST.
4) Riwayat penyakit dahulu
a. Asma
b. TB
c. Hipertensi
d. Dan penyakit lainnya
5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji keturunan penyakit yang sama
6) Riwayat sosial
Kebiasaan merokok, minum alkohol atau pekerjaan yang mempengaruhi fungsi
paru.
7) Pola mekanisme koping
Perlu di tanyakan, keadaan koping yang salah dapat mengakibatkan penyakit
paru atau kebutuhan oksigen
8) Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, bengkak, kesimetrisan
Palpasi : sinus frontalis dan maksilarik
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulseras, bengkak
c. Trakea
d. Thorax
Inspeksi : postur, bentuk dada, pola nafas > 24x/menit takipnea, pernafasan
lambat/ cepat. Sirkulasi >100x/menit / < 60xmenit.
Palpasi : kaji masa, nyeri, peradangan, kesimetrisan

B. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas


2) Ketidak efektifan pola nafas
3) Gangguan pertukaran gas
4) Intoleransi aktifitas
5) Kelebihan volume cairan

C. Kriteria Hasil Dan Intervensi

Kriteria hasil :

1) Status pernafasan
2) Kepatenan jalan nafas
3) Tanda-tanda vital
4) Kontrol gejala
5) Perfusi jaringan

Intervensi :
1) Manajemen jalan nafas
2) Penghisapan lendir
3) Fisioterapi dada
4) Manajemen batuk
5) Monitor pernafasan
6) Manajemen asma
7) Monitor TTV
8) Manajemen anafilaksis
9) Terapi oksigen
10) Relaksasi otot progresif
11) Manajemen nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Respati Fitri. 2014. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia.Yogyakarta:


Parama Ilmu
NANDA International Diagnosis Keperawatan 2015-2017
Nursing Outcome Clasification (NOC)
Nursing Intervention Clasification (NIC)

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Typoid Star
    LP Typoid Star
    Dokumen15 halaman
    LP Typoid Star
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Gastritis Reni
    LP Gastritis Reni
    Dokumen28 halaman
    LP Gastritis Reni
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Ulfiyatul Rani (LP Leukemia)
    Ulfiyatul Rani (LP Leukemia)
    Dokumen10 halaman
    Ulfiyatul Rani (LP Leukemia)
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Cervical
    Fraktur Cervical
    Dokumen20 halaman
    Fraktur Cervical
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP BPH Dinda
    LP BPH Dinda
    Dokumen11 halaman
    LP BPH Dinda
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP ANC Poli-1
    LP ANC Poli-1
    Dokumen25 halaman
    LP ANC Poli-1
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Abortus
    LP Abortus
    Dokumen18 halaman
    LP Abortus
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • KASUS Kelompok 1 MG 1 Rev 1
    KASUS Kelompok 1 MG 1 Rev 1
    Dokumen3 halaman
    KASUS Kelompok 1 MG 1 Rev 1
    Iqbal Kholidi
    Belum ada peringkat
  • LP KDM 8
    LP KDM 8
    Dokumen11 halaman
    LP KDM 8
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Partus Lama
    LP Partus Lama
    Dokumen9 halaman
    LP Partus Lama
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP ABP Fixx
    LP ABP Fixx
    Dokumen14 halaman
    LP ABP Fixx
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Apb
    LP Apb
    Dokumen13 halaman
    LP Apb
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat
  • LP Pneumoni
    LP Pneumoni
    Dokumen11 halaman
    LP Pneumoni
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Peb VK
    LP Peb VK
    Dokumen11 halaman
    LP Peb VK
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Intoksikasi Print
    LP Intoksikasi Print
    Dokumen7 halaman
    LP Intoksikasi Print
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Mini Riset Holistik
    Mini Riset Holistik
    Dokumen3 halaman
    Mini Riset Holistik
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP ANC Poli
    LP ANC Poli
    Dokumen19 halaman
    LP ANC Poli
    Muhammad Farid Ariful Hadi
    Belum ada peringkat
  • Mini Riset Fix
    Mini Riset Fix
    Dokumen37 halaman
    Mini Riset Fix
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia LP
    Pneumonia LP
    Dokumen8 halaman
    Pneumonia LP
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Cover Rara
    Cover Rara
    Dokumen4 halaman
    Cover Rara
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP KDM 8
    LP KDM 8
    Dokumen11 halaman
    LP KDM 8
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Rara Gastrointestinal
    LP Rara Gastrointestinal
    Dokumen10 halaman
    LP Rara Gastrointestinal
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP Rara Gastrointestinal
    LP Rara Gastrointestinal
    Dokumen10 halaman
    LP Rara Gastrointestinal
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • LP (31mei2021)
    LP (31mei2021)
    Dokumen30 halaman
    LP (31mei2021)
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Rara Nutrisi
    Rara Nutrisi
    Dokumen13 halaman
    Rara Nutrisi
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Intra Cerebral Hematoma (Ich)
    Laporan Pendahuluan Intra Cerebral Hematoma (Ich)
    Dokumen10 halaman
    Laporan Pendahuluan Intra Cerebral Hematoma (Ich)
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Peb
    Peb
    Dokumen10 halaman
    Peb
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Sap Asi-1
    Sap Asi-1
    Dokumen10 halaman
    Sap Asi-1
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ebn-1
    Bab I Ebn-1
    Dokumen8 halaman
    Bab I Ebn-1
    fatimatus Zahro
    Belum ada peringkat