Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

Neurodermatitis Sirkumskripta

Oleh:

Shafa Rahmani Puteri

NIM. 2030912320135

Pembimbing:

dr. Robiana Muntayani Noor, Sp.KK, FINSDV, FAADV

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2021
LAPORAN KASUS

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

Shafa Rahmani Puteri/2030912320135

SMF Kulit dan Kelamin

FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin

Pendahuluan
Neurodermatitis sirkumskripta atau liken simpleks kronikus merupakan
suatu peradangan kulit kronik berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk
sirkumskripta, akibat garukan atau gosokan berulang.1 Sampai sekarang,
mekanisme terjadinya neurodermatitis belum diketahui secara pasti. Siklus gatal-
garuk diduga menjadi penyebab utama dari neurodermatitis. Siklus ini diduga
berhubungan dengan gangguan pada jaringan neural sentral dan perifer yang
mempengaruhi persepsi gatal.2
Secara global neurodermatitis dilaporkan mempengaruhi kurang lebih
12% populasi. Penyakit ini utamanya mempengaruhi penderita dewasa dengan
usia 30-50 tahun. Neurodermatitis lebih banyak ditemukan pada wanita daripada
pria dengan perbandingan 2:1.3 Studi mengenai prevalensi neurodermatitis di
Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan studi di sebuah Puskesmas di kota
Padang, ditemukan total 70 pasien neurodermatitis selama tahun 2017, dengan
distribusi frekuensi penderita berdasarkan kelompok usia terbanyak adalah 56-65
tahun (34,3%) dengan jumlah penderita perempuan lebih banyak (51,4%)
daripada laki-laki (48,6%).4 Sedangkan pada studi di sebuah rumah sakit di
Sumba Barat Daya ditemukan hanya 1 pasien neurodermatitis
sirkumskriptaselama September 2014.5
Faktor penyebab dari neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi
faktor eksterna dan faktor interna. Faktor eksterna meliputi lingkungan yang
panas dan udara yang kering. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang
berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal. Faktor eksterna yang lain yaitu
gigitan serangga. Sedangkan faktor interna meliputi riwayat dermatitis atopi dan
faktor psikologis. Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan dermatitis
atopi telah banyak dilaporkan, yaitu sekitar 26-75% pasien dermatitis atopi
terkena neurodermatitis sirkumskripta. Pada faktor psikologis terutama ansietas,
dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi menyebabkan neurodermatitis
sirkumskripta. Dikatakan bahwa neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan
seperti dopamin dan serotonin, akan memodulasi persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal.6
Etiopatogenesis neurodermatitis sirkumskripta adalah adanya pruritus
yang memerankan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus didapat oleh
karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis
atopik, dermatitis kontak alergika, gigitan serangga, dan aspek psikologi dengan
tekanan emosi.7,8 Terjadinya neurodermatitis sangat dipengaruhi oleh stres
emosional yang dialami oleh penderitanya, dimana rasa gatal yang muncul
merupakan bentuk pengalihan rasa sakit ataupun depresi dari penderita tersebut.9
Ada sejumlah saraf yang mengandung imunoreaktif Calcitonin Gene-Related
Peptida (CGRP) dan Substance Peptida (SP) yang meningkat pada lapisan
dermis, menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus diakibatkan oleh
trauma mekanik, seperti garukan dan gosokan. SP dan CGRP akan melepaskan
histamin dari sel mast, sehingga akan memperparah rasa gatal.6,10
Hampir seluruh penderita neurodermatitis mengeluhkan rasa gatal dengan
intensitas berat yang semakin memberat saat malam hari, dan diperparah oleh
keadaan lingkungan yang panas dan berkeringat. 11 Gejala gatal umumnya
menyerang secara tiba-tiba atau paroksismal, yang membuat penderita menggaruk
dan menggosok lesi secara intens. Kemudian terjadi periode refrakter yang diikuti
dengan serangan gejala gatal kembali yang disebut sebagai siklus gatal-garuk. 2
Rasa gatal memang tidak terus menerus, dan biasanya muncul saat sedang tidak
beraktivitas, seperti waktu istirahat atau di malam hari. Lesi kulit yang mengalami
likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk, sehingga
terkadang penderita secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak
disadari.12 Setelah luka, baru rasa gatalnya hilang karena berganti dengan rasa
nyeri.10
Lesi neurodermatitis sirkumskripta memiliki karakteristik berupa
eritematous, skuama, dan plak likenifikasi dengan erosi/ekskoriasi di atasnya.
Jumlah lesi bisa lebih dari satu. Pada kasus yang lama atau kronis,
hiperpigmentasi dan hipopigmentasi kerap ditemukan.1 Letak lesi dapat berada di
mana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah pada kulit kepala, tengkuk, samping
leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian
medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki.7
Diagnosis dari neurodermatitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik tanpa perlu melakukan pemeriksaan penunjang khusus.
Namun, jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi kulit ataupun
mikroskopik kerokan kulit untuk menyingkirkan diagnosa banding. 1,7 Pada
anamnesis neurodermatitis sirkumskripta didapatkan keluhan bercak yang sangat
gatal, hingga dapat mengganggu waktu tidur. Gatal dapat timbul
paroksismal/terus-menerus/sporadik dan bertambah parah apabila ada stress
emosional.1 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan lesi biasanya tunggal, pada
awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan
eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan
ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, dan batas dengan kulit normal tidak jelas.
Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.10
Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu kasus
neurodermatitis sirkumskripta dengan gambaran klinis plak hiperpigmentasi
multipel disertai erosi, skuama, dan likenifikasi.
KASUS
Seorang wanita berumur 50 tahun, suku banjar, alamat Jalan Ujung Pandang
No. 56 Banjarbaru, pekerjaan asisten rumah tangga, datang untuk berobat ke
poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 7
Juli 2021, dengan keluhan utama gatal pada pergelangan kaki kanan.

(I) ANAMNESIS
Penderita mengeluhkan gatal pada pergelangan kaki kanan yang kambuh
sejak 1 minggu terakhir. Keluhan pertama kali muncul kurang lebih 1 tahun yang
lalu. Gatal dirasakan hilang timbul. Pada area yang gatal, awalnya muncul daerah
yang meninggi berwarna kemerahan agak gelap dan sedikit menebal. Penderita
sering menggaruk untuk menghilangkan rasa gatalnya. Akibat sering digaruk,
daerah tersebut menjadi semakin menebal, tampak bersisik, dan lecet. Gatal tidak
menyebar ke daerah lain. Gatal sering muncul pada saat penderita merasa stres
dan banyak fikiran. Penderita tinggal bertiga bersama suami yang seorang kuli
bangunan dan ibu yang berusia 70 tahun. Penderita mengaku akhir-akhir ini sering
stres karena memikirkan keadaan ekonomi yang semakin memburuk dan penyakit
pikun ibu penderita yang semakin parah. Penderita memiliki satu orang anak yang
sudah berkeluarga dan tinggal di luar pulau sejak setahun yang lalu. Penderita
tidak merokok dan minum alkohol. Riwayat alergi makanan maupun obat
disangkal. Penderita juga menyangkal riwayat atopi pada dirinya maupun
keluarga. Riwayat trauma disangkal. Penderita mengaku tidak mengidap penyakit
dan mengonsumsi obat apapun saat ini. Penderita mengaku rutin menjaga
kebersihan diri, mandi, dan mengganti pakaian saat berkeringat. Tidak ada
riwayat pemakaian handuk bersamaan dengan orang lain. Di rumah penderita juga
tidak memiliki hewan peliharaan. Tidak ada riwayat keluhan serupa di keluarga.
Sebelumnya penderita sudah memakai salep cap 19 dan bedak salicyl namun
keluhan tidak membaik.
(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESEN

Keadaan Umum : Baik RR : 16x/menit


Kesadaran : Compos mentis Suhu : 37 ˚C
Tekanan Darah : 130/80 mmHg SpO2 :98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 80x/menit

STATUS GENERALIS

Kepala : Normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus


Mata : Konjunktiva anemis (-), sklera ikterik (-), nistagmus (-)
Mulut : Bibir kering (-), hiperemis (-), mukosa lidah : geographic tongue,
edema, erosi, plak (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas
normal, vesikular, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/menit,
nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat Edema
+ + - -
+ + - -

STATUS DERMATO-VENEROLOGIK

Inspeksi dan Palpasi


1) Gambaran Umum
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor kulit : Cepat kembali
Suhu : 37 ˚C
2) Gambaran Khusus
Lokasi : Dorsum pedis dextra
UKK I : Plak hiperpigmentasi
multipel
UKK II : Likenifikasi, skuama, erosi
Papul (-)
Wickham striae (-)
Central healing (-)
Fenomena tetesan lilin (-)
Tes aupitz (-)

(III) DIAGNOSIS BANDING


1. Neurodermatitis Sirkumskripta
2. Psoriasis Vulgaris
3. Liken Planus

(IV) DIAGNOSIS SEMENTARA


Neurodermatitis Sirkumskripta

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


Tes Koebner
Pemeriksaan histopatologi

(VI) DIAGNOSIS KERJA


Neurodermatitis Sirkumskripta

(VII) PENGOBATAN
1. Klobetasol propionat salep 0,05% 10 gram, 2 x 1 pada pagi dan malam
sebelum tidur dioles tipis selama 1 minggu.
2. Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg 30 tablet, 4 x 1 tablet selama 1
minggu.

(VIII) PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Cosmeticum : dubia ad malam
(IX) ANJURAN/SARAN
1. Memberikan penjelasan kepada penderita terkait pemakaian obat.
2. Menjelaskan pada penderita bahwa ini merupakan penyakit kronik
dengaan pemicu stres sehingga terdapat kemungkinan muncul berulang
3. Menyarankan penderita untuk konsultasi dengan psikiater.
4. Menjelaskan untuk menghindari menggaruk kulit karena dapat
memperparah, dan memotong kuku saat sudah panjang.
5. Kembali untuk kontrol ulang setelah 1 minggu.

PEMBICARAAN
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta pada penderita ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding. Berdasarkan anamnesis, penderita
merupakan wanita berusia 50 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa neurodermatitis sering terjadi pada wanita dan usia 30-50
tahun.3
Penderita mengalami keluhan di pergelangan kaki kanan, sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pergelangan kaki bagian depan merupakan
salah satu predileksi dari neurodermatitis.7 Pada area yang gatal, awalnya muncul
daerah yang meninggi berwarna kemerahan agak gelap dan sedikit menebal.
Akibat sering digaruk, daerah tersebut menjadi semakin menebal, tampak bersisik,
dan lecet. Hal ini sesuai dengan karakteristik neurodermatitis sirkumskripta yaitu
lesi eritematous, skuama, dan plak likenifikasi dengan erosi/ekskoriasi di atasnya.1
Penderita mengaku bahwa keluhan bertambah parah saat sedang stres dan
banyak fikiran. Berdasarkan kepustakaan, diketahui bahwa terjadinya
neurodermatitis berhubungan dengan faktor psikologis, dimana keluhan gatal
merupakan bentuk pengalihan penderita dari stres yang dialami penderita.9
Diagnosis banding psoriasis vulgaris dapat disingkarkan secara klinis. Pada
psoriasis vulgaris yang merupakan proses autoimun, didapatkan lesi plak eritema
dengan skuama berlapis seperti mika. Gambaran klasik berupa plak eritematosa
diliputi skuama putih disertai titik-titik perdarahan bila skuama lepas, berukuran
dari seujung jarum sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh
umumnya simetris. Sedangkan pada penderita ini, lesi tidak terdapat plak eritema
dengan skuama yang berlapis seperti mika. Pada psoriasis vulgaris, akan terdapat
fenomena tetesan lilin, auzpitz’s sign, dan fenomena koebner. Skuama pada
psoriasis umumnya tebal, berlapis kering, putih bening, transparan seperti mika.
Bila lesi tersebut digores dengan benda berujung agak tajam maka bagian tersebut
tampak lebih putih dari sekitarnya, tidak transparan, dan berbentuk linier sesuai
goresan, maka tes tetesan lilin (+). Hal ini karena pada patogenesis psoriasis
terjadi hiperkeratosis dan hiperplasia epidermis. Bila skuama psoriasis dikerok,
maka akan sampai ke lapisan papilla dermis sehingga secara klinis akan tampak
titik-titik perdarahan pada kulit yang skuamanya dilepas, maka tes Aupitz (+).
Pasa psoriasis pembuluh darah menjadi berdilatasi dan berkelok-kelok. Fenomena
koebner adalah peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma maupun
mkrotrauma pada kulit psoriasis. Pada lidah dapat dijumpai plak putih
berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.10,13
Diagnosis banding liken planus dapat disingkirkan secara klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pada liken planus didapatkan lesi khas berupa papul flat-
miring yang berwarna keunguan tampak seperti ketombe, beralur halus dengan
predileksinya meliputi daerah fleksura pada pergelangan tangan, lengan, dan
pergelangan kaki, paha, punggung bawah, dan leher, dimulai dengan adanya
makula eritem dan papul keunguan selama beberapa minggu dan penyebaran
bertambah di membran mukosa mulut dan genitalia dengan lesi yang bilateral atau
sering pula bentuknya simetris. Retikulum halus berwarna putih dengan lesi
berupa sisik pada permukaan kulit sehingga terlihat seperti garis-garis putih
dikenal sebagai Wickham’s striae. Tipe lesi dari liken planus yakni 6P (Pruritic,
Purple, Polygonal, Planar, Papules, and Plaque). Pada pemeriksaan
histopatologi, epidermis terlihat perubahan berupa hiperkeratosis, akantosis tak
teratur, penebalan stratum granulosum setempat, dan hilangnya stratum basalis.
Liken planus dihubungkan dengan reaksi alergi dan faktor resiko yakni stress.14
Pada penderita ini lesi hanya ditemukan pada pergelangan kaki dan lesi yang
didapatkan berbentuk plak bukan papul. Pada pemeriksaan histopatologi
didapatkan gambaran proliferasi sel schwann, neural hiperplasia, hiperkeratosis
dengan area parakeratosis, akantosis, hipergranulosis, perluasan papilla dermis,
serta peningkatan jumlah fibrin pada papilla dermis.
Tata laksanana pada kasus ini bertujuan untuk menyingkirkan penyebab,
memutuskan siklus gatal-garuk, memperbaiki fungsi lapisan barier kulit, dan
mengurangi inflamasi. Untuk menyingkirkan penyebab, penderita dapat
disarankan untuk menghindari hal-hal yang dapat memicu stres. Untuk
memutuskan siklus gatal-garuk, maka dapat diberikan antihistamin sedatif sebagai
pencegah eksaserbasi oleh mediator alergi berupa klorfeniramin maleat 4 mg/4-6
jam. Untuk memperbaiki fungsi lapisan barier kulit dan mengurangi inflamasi,
maka dapat diberikan kortikosteroid topikal suprapoten yaitu klobetasol propionat
0,05% yang dioles tipis pada pagi sehabis mandi dan malam sebelum tidur.15-16
Neurodermatitis sirkumskripta adalah kasus yang perjalanan penyakitnya
kronis serta sering mengalami kekambuhan.15,17 Terapi yang efektif pada pasien
neurodermatitis seharusnya adalah koreksi stimulasi psikologis, yang berperan
penting dalam penyakit ini. Oleh karena itu, edukasi yang diberikan adalah
menganjurkan penderita untuk berkonsultasi dengan psikiatri dan mencari
kemungkinan penyakit lain yang mendasari. Prinsip pengobatan neurodermatitis
adalah hentikan siklus gatal-garuk. Oleh karena itu, edukasi yang juga dapat
diberikan kepada penderita adalah hindari menggaruk kulit secara berlebihan dan
menjaga kuku agar senantiasa pendek.17
Prognosis pada penderita ini, ad vitam: ad bonam karena status presen pasien
baik. Ad sanationam: dubia ad bonam karena pencetus pruritus pasien berupa
stres, dan tidak memiliki dasar penyakit kronis lain walaupun keluhan dapat
berulang. Ad cosmeticum: dubia ad malam karena bekas lesi akan susah untuk
kembali normal seperti sedia kala. Komplikasi infeksi sekunder dapat dicegah
apabila kebiasaan menggaruk dihilangkan.18
RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus neurodermatitis sirkumskripta dengan
gambaran klinis plak hiperpigmentasi multipel disertai erosi, skuama, dan
likenifikasi, pada seorang wanita umur 50 tahun, pekerjaan asisten rumah tangga.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan
penunjang. Pengobatan pada penderita diberikan klobetasol propionat 0,05% krim
dua kali sehari pagi dan malam selama 1 minggu. Klorfeniramin maleat (CTM) 4
mg 30 tablet, 4 x 1 tablet selama 1 minggu.
Prognosis pada penderita ad vitam : bonam, ad sanationam: dubia ad bonam,
dan ad cosmeticum: dubia ad malam.

Dibacakan tanggal : 8 Juli 2021


Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).


Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di indonesia.
Jakarta:PERDOSKI; 2017. h.23.

2. Juarez MC, Kwatra SG. A systematic review of evidence-based treatments for


lichen simplex chronicus. Journal of Dermatolog Treat. 2019;0(0):1–16.

3. Charifa A, Badri T. Lichen simplex chronicus. 2020 [cited July 25, 2020].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499991/

4. Sari DP, Primawati I, Akbar RR. Profil penderita liken simpleks kronikus di
puskesmas padang pasir kota padang tahun 2017. Heal Med J. 2019;1(1):50-8.

5. Azizah F. Frekuensi penyakit kulit di rs karitas sumba barat daya september


2014. eJournal Kedokt Indones. 2015;2(3):147-50.

6. Damayanti IT. Neurodermatitis sirkumskripta pada wanita dengan hipertensi


grade I terkontrol. Medula. 2016;2(3):44-51

7. Juanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6 ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2010.

8. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. 3 ed. Jakarta: EGC; 2014.

9. Voicu C, Tebeica T, Zanardelli M, Mangarov H, Lotti T, et al. Lichen simplex


chronicus as an essential part of the dermatologic masquerade. Maced J
MedSci. 2017;5(4):556–7.

10. Sularsito SA. Neurodermatitis Sirkumkripta. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.h.183-5

11. Reich D, Psomadakis CE, Buka B. Lichen simplex chronicus; in top 50


dermatology case studies for primary care. Springer Cham J. 2017; 4(3):21-6.

12. Andyani DMN. Penatalaksanaan dan edukasi pada penderita dengan


neurodermatitis. Jurnal Medula Unila.2016;4(3):115.

13. Jacoeb TNA. Psoriasis. Dalam: Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2017.h.213-22
14. Rinawati P, Yulisna, Yusran M, Nugroho A. Penatalaksanaan kutaneus liken
planus rekuren pada pasien dengan faktor resiko stres. Jurnal Medula Unila.
2016;6(1).130-8.

15. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K.
Fitzpatrick dermatology in general medicine. 8 ed. New York: McGraw-Hill
Education; 2012.

16. Rook A. Rook’s Textbook of dermatology. 8 ed. Burns T, Breathnach S, Cox


N, Griffiths C, editor. Chichester, UK: Wiley-Blackwell; 2010.

17. Wolf K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical dermatology. 7 ed. New York: McGraw-Hill Education; 2013.

18. Ariyanti P. Studi retrospektif: Pemahaman klinis liken simplek kronikus.


BIKKK.2015;26(2):122-5

Anda mungkin juga menyukai