OLEH :
NIM. 20.300.0128
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
NIM. 20.300.0128
Banjar,
Mengetahui,
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DISLOKASI ELBOW DI
POLIKLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEMARNO
SOSROADMODJO KUALA KAPUAS
hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya
sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya (Price & Wilson, 1995).
c. Etiologi
- Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi
adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh
misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap
bola dari pemain lain.
- Trauma kecelakaan Benturan keras pada sendi saat kecelakaan
motor biasanya menyebabkan dislokasi
d. Patofisiologi
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Sinar-X (Rontgen) Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan
diagnostik non invasif untuk membantu menegakkan diagnosa
medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
- CT scan CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih
dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang
lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada
pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
- MRI MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang
magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan
radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama
jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari
mangkuk sendi.
h. TERAPI YANG DILAKUKAN
- Medis Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik Analsik
yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis.
Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari
3×1/2 kapsul. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri
ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari
obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis :
dewasa; dosis awal 500 mg lalu 250 mg tiap 6 jam.
- Pembedahan
Operasi ortopedi Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis
yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para
pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna
atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation). Berikut
dibawah ini jenisjenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang
lazim dilakukan :
1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog
maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk
menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan
artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah
mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau
melalui pembedahan sendi terbuka.
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan
bahan logam atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan
artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.
- Non medis
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2) Pencegahan
a) Cedera akibat olahraga Gunakan peralatan yang diperlukan
seperti sepatu untuk lari Latihan atau exercise Conditioning
b) Trauma kecelakaan Kurangi kecepatan Memakai alat
pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman Patuhi
peraturan lalu lintas
2. PATHWAY
Etiologi
Dislokasi
Oedema ekstremitas
d. Evaluasi
- Nyeri dapat teratasi
- Pasien dapat melakukan mobilitas secara normal
- Jaringan perifer efektif
e. Discharge Planning
- Anjurkan kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan jangan
melakukan aktifitas yang berlebihan.
- Anjurkan kepada pasien untuk latihan aktif seperti latihan
menggerakkan jari-jari tangan.
- Anjurkan kepada pasien untuk menghabiskan obat minum yang
diberikan kepada dokter.
- Anjurkan kepada pasien dan teman kerjanya untuk membawa ke
Rumah Sakit jika terjadi pembengkakan dan nyeri.
- Perawatan sesudah gips diangkat
1) Angkat kulit ari yang kering / sisik dengan hati – hati, caranya
diguyur / irigasi, jaringan digosok atau gunakan bahan
pelembab seperti lotion
2) Gerakan ekstremitas dengan hati – hati, diharapkan bisa
mengurangi rasa nyeri / tak nyaman
3) Suport ekstremitas dengan bantal bila istirahat
4) Latihan dilakukan perlahan dan bertahap sesuai anjuran
5) Gunakan stoking untuk suport / elastis bondage untuk
mengurangi bengkak.
- Perawatan intervensi untuk klien dengan kelemahan
muskuloskeletal
1) Anjurkan istirahat
Istirahat akan membantu percepat proses penyembuhan karena
akan meminimalkan inflamasi, bengkak dan nyeri. Istirahat
bisa juga dibantu dengan bidai / splint / gips. Pengurangan
range of motion ( ROM ) akan menghasilkan peningkatan
densitas sambungan jaringan disekitar area.
2) Physical therapy
Physical therapy merupakan intervensi utama untuk klien
dengan gangguan muskuloskeletal. Tujuannya untuk :
a) Mempertahankan sendi untuk ROM, kekuatan otot
b) Mengurangi bengkak dan nyeri
c) Mengurangi spasme otot
d) Mencegah komplikasi karena inaktifitas
e) Mengajarkan perawatan mansiri dan tehnik ambulasi
- Teknik terapi fisik yang digunakan untuk masalah – masalah
muskuloskeletal adalah :
1) Pemberian kompres hangat.
Bisa dengan berbagai cara, misalnya kompres hangat langsung,
guyur air suam kuku, radiasi infra merah, mandi dengan air
hangat atau diatermi. Hal ini diikuti dengan massage dan
latihan. Efek physiologis dari intervensi ini adalah :
a) Melembutkan jaringan fibrous
b) Menurunkan nyeri
c) Meningkatkan edema dan aliran darah
d) Vasodilatasi, sehingga bisa meningkatkan relaksasi
2) Pemberian kompres dingin
Bisa diberikan dengan berbagai cara : Kompres langsung, cool
pack, ice bag, hypotermi blanket. Tepid bath, tepid sponge,
alkohol dll.
Efek physiologis intervensi ini adalah :
a) Vasokonstriksi dan menurunkan aktivitas metabolism.
b) Menurunkan aliran darah sehingga membantu kontrol
perdarahan dan bengkak.
c) Menurunkan nyeri, terutama karena spasme otot.
Pemberiannya harus hati – hati, tidak boleh kurang dari 10
menit atau lebih dari 30 menit, bisa diulang setelah 30 – 60
menit kemudian
3) Massage
Intervensi ini akan memanipulasi jaringan lunak untuk
relaksasi otot, mempertahankan tonus otot, meningkatkan
aliran darah dan mengurangi spasme otot. Massage mempunyai
keuntungan secara mekanik, physiologi dan psikologis.
Sebelum dilakukan massage, usap / berikan lubrican atau
minyak / powder untuk menjaga tidak terjadi iritasi kulit
a) Latihan Latihan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Bisa
dilakukan dengan cara :
Aktif (gerakan dihasilkan dari individu sendiri)
Pasif (gerakan karena ada orang lain yang
menggerakan)
Aktif asistif (gerakan oleh individu dengan bantuan
orang lain) Latihan bisa dikelompokan sebagai berikut :
Latihan isotonic
Latihan isometric
Latihan iso kinetic
Latihan ROM Therapi latihan ini mempunyai
keuntungan
o Menjaga / mempertahankan aktivitas sendi
o Mencegah atropi otot dan deformitas lain
o Mempertahankan kekuatan otot
o Menstimulasi sirkulasi darah
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.