DI SUSUN OLEH:
RANI YUNITA_20.0601.0048
PRODI D3 KEPERAWATAN
o Pengertian
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ETHOS” . mnurut kata ahli etika yaitu:
ETIKA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara
moral (Kamus Webster)
Etika merupakan terminologi dengan berbagai makna, etika berhubungan dengan
bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan
dengan orang lain. (Potter dan Perry (1997))
Etika yaitu Ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan – aturan dan prinsip –
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar yaitu baik dan buruk serta
kewajiban dan tanggung jawab (Ismani, 2001)
Filosofi etika adalah refleksi analisis dan evaluasi dari kebaikan dan keburukan dari
tingkah laku manusia.
Ahli Filosofi menerjemahkan etika sebagai suatu studi formal tentang moral. Etika
disebut juga filsafat moral yang merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang
tindakan manusia.
Etika lebih menekankan pada bagaimana manusia harus bertindak dan bukan pada
keadaan manusia.
Tindakan manusia itu ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma
hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun.
Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal
dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan norma sopan santun berasal
dari kehidupan sehari-hari (Hasyim, dkk, 2012).
Di era globalisasi saat ini, teknologi meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang
(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ
manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia)
ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan tanggung
jawab profesi.jadi pada era modern ini etika sangat berperan, karena diharapkan Organisasi
profesi diharapkan mampu memelihara, menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai
tersebut melalui kode etik yang disusunnya (Suhaemi, 2004).
o Moral dan agama
Moral memiliki hubungan yang erat dengan agama. Moralitas berhubungan dengan apa
yang benar dan salah dalam sikap dan muncul dari hati yang memperlihatkan pentingnya
nilai dan norma. Agama menjadi motivasi terpenting dan terkuat bagi perilaku moral. Setiap
agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi para penganutnya
dalam bertingkah laku. Moral dan agama seharusnya menjadi dua variabel yang berbanding
lurus karena orang yang menjalankan ajaran agamanya dengan baik tentunya berperilaku
moral yang baik pula. Etik selalu merujuk pada standar moral, terutama yang terkait dengan
kelompok profesi, misalnya perawat. Perawat sering dihadapkan pada berbagai
pengambilan keputusan etik, shg perawat harus dapat memahami cara pengambilan
keputusan yang baik.
Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak bermakna kalau tidak dijiwai moralitas. Tanpa
moralitas, hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu
moralnya. Karena itu, hukum selalu harus diukur dengan norma moral. Di sisi lain, moral
juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang awang saja, kalau tidak diungkapkan
dan dilembagakan dalam masyarakat, seperti terjadi dengan hukum. Ada hubungan yang
erat antara moral dan hukum, namun moral dan hukum tidak sama.
1. Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan
otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak
dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.
3. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru
masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan
asas keadilan.
Prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien
semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan pemberian transfusi darah. akhirnya
transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga
terjadi penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk
rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
7. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan
kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab
pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika
perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.
9. Freedom (Kebebasan)
Setiap orang apa pun profesinya mempunyai hak atas suatu kebebasan. Kebebasan
menentukan pilihan atau langkah yang hendak ia ambil.Begitu pula menjadi perawat,
seorang perawat harus secara bebas bekerja menjalankan profesinya tanpa ada tekanan
atau paksaan dalam menentukan sesuatu dari luar dirinya.
Sebagai seorang perawat yang langsung berinteraksi dengan pasien atau pun keluarga
pasien maka perawat harus bisa melindungi hak-hak klien.
Peran advokasi yang harus dimiliki seorang perawat ini berasal dari etika beneficience
(kewajiban untuk berbuat baik) dan nonmaleficence (kewajiban tidak merugikan).