Anda di halaman 1dari 3

UAS ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

NAMA : ADITYO PUTRA MAHENDRA

NIM : 11190453000012

KELAS : HUKUM TATA NEGARA/4

Soal

1. Jelaskan perbedaan norma hukum dan norma non hukum dan berikan contohnya? Apakah
norma non hukum bisa dijadikan materi muatan PUU? Mengapa?
2. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan terdiri dari dua hal. Asas prosedural dan
asas substantif. Apa yang dimaksud keduanya, dan kemukakan asas-asas dari pembentukan
peraturan perundang-undangan?
3. Hukum bisa berubah sesuai kondisi dan situasi. Apa saja aspek pengubah hukum yang saudara
ketahui? Berikan contoh hukum yang berubah karena faktor adanya bencana non alam Covid-
19?
4. Mahkamah Agung memiliki kewenangan menguji aspek legalitas peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang. Bagaimana prosedur pengujian di
Mahkamah Agung? Berikan penilaian apakah prosedur tersebut sudah sesuai dengan prinsip fair
and trial?
5. Jika terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak berkesesuaian dengan Konstitusi RI,
apa yang akan anda lakukan? Bagaimana mekanismenya?
JAWAB

1.Norma hukum bersifat heteronom(berasal dari luar diri seseorang) , obyektif, mengikat secara
umum, dan dapat dilekati dengan sanksi pidana maupun sanksi secara fisik.

Norma non hukum bersifat otonom (datang dari dalam diri seseorang),subyektif, tidak mengikat
secara umum,tidak dapat dilekati dengan sanksi pidana /sanksi pemaksa secara fisik

2. Asas meteril (substantif)

Pada asas ini nilai yang di jadikan acuan dalam menilai substansi/ materi muatan peraturan
perundang-undangan adalah (1) nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) dan keadilan gender yang sudah
tercantum di dalam konstiutsi; (2) jaminan integritas hukum nasional; dan (3) peran negara versus
masyarakat dalam negara demokrasi. Ketiga prinsip dasar itu tersebut kemudian diturunkan lebih
rinci dalam berbagai asas yang melandasi substansi atau materi muatan dari setiap peraturan
perundang-undangan. Secara normatif, UU P3 dalam Pasal 6 ayat (1) menyebutkan adanya sepuluh
asas yang harus tercermin dalam setiap materi muatan peraturan perundang-undangan. Kesepuluh
asas tersebut antara lain yaitu:

a. Pengayoman, memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat;

b. Kemanusian, memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia serta
harkat dan martabat;

c. Kebangsaan, mencerminkan watak bangsa Indonesia yang pluralistik;


d.Kekeluargaan, mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan;

e. Kenusantaraan, memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan bahwa setiap


peraturan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945;

f. Bhinneka Tunggal Ika, memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, golongan, kondisi
khusus daerah, dan budaya;

g. Keadilan, mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara;

h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, memberikan akses dan kedudukan yang
sama di hadapan hukum, tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar
belakang agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial;

i. Ketertiban dan kepastian hukum, menciptakan ketertiban melalui jaminan kepastian hukum;
dan/atau

j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, menyeimbangkan antara kepentingan individu dan


masyarakat, serta kepentingan bangsa dan negara.

Asas formil (prosuderal)

Asas yang sesuai dengan prosedur dari pemerintah yang berlaku atau yang telah ditetapkan. tujuh
asas yang harus diperhatikan dalam membentuk suatu peraturan pada asas formal (prosuderal)
antara lain meliputi:

a.Kejelasan tujuan, mengandung tujuan yang jelas yang hendak dicapai, akurasi pemecahan
masalah.

b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat
pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang, dan dapat dibatalkan atau batal demi
hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

c. Kesesuaian antara jenis, hirarki, dan materi muatan, harus memperhatikan materi muatan yang
tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

d. Dapat dilaksanakan, memuat aturan yang efektif secara filosofis, yuridis, dan sosiologis, sehingga
dapat dilaksanakan.

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, peraturan yang dibuat karena memang benar-benar


dibutuhkan dan bermanfaat serta menjawab kebutuhan masyarakat, memberikan daya guna dan
hasil guna.

f. Kejelasan rumusan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan
mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya.

g. Keterbukaan, proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,


penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan harus bersifat
transparan dan terbuka sehingga seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-
luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

3.Aspek pengubah hukum


a. Politik

b. Sosial budaya

c. Ekonomi

d. Ilmu pengetahuan & teknologi

e. Peranan hakim

4.

5. Apabila ada peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai konstitusi bisa menggugat nya
melalui Mahkamah Konstitusi. Adapun mekanisme nya ialah;

Pengajuan permohonan judicial review ke MK diajukan langsung ke gedung MK di Jakarta atau bisa
secara online melalui laman http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/. Permohonan harus ditulis
dalam bahasa Indonesia baku, ditandatangani oleh pemohon/kuasanya dan dibuat dalam 12
rangkap. Permohonan yang dibuat harus memuat jenis perkara yang dimaksud, disertai bukti
pendukung dengan sistematika: Identitas dan legal standing Posita,Posita petitum, Petitum.

Prosedur pendaftarannya sebagai berikut:

A. Pemeriksaan kelengkapan permohonan panitera.

Belum lengkap, diberitahukan 7 (tujuh) hari sejak diberitahu, wajib dilengkapi

B. Registrasi sesuai dengan perkara.

7 (tujuh) hari kerja sejak registrasi untuk perkara.

Setelah berkas permohonan Judicial Review masuk, maka dalam 14 hari kerja setelah registrasi
ditetapkan Hari Sidang I (kecuali perkara Perselisihan Hasil Pemilu) akan ditetapkan jadwal sidang.
Para pihak berperkara kemudian diberitahu/dipanggil, dan jadwal sidang perkara tersebut
diumumkan kepada masyarakat.

Selain itu, perlu juga diketahui tentang pemberian salinan permohonan saat memasukkan berkas
permohonan ke MK.

1. Pengujian Undang-Undang

Salinan permohonan disampaikan kepada Presiden dan DPR

Permohonan diberitahukan kepada Mahkamah Agung

2. Sengketa kewenangan lembaga negara permohon Salinan permohonan disampaikan kepada


lembaga negara termohon

3. Pembubaran Partai Politik Salinan permohonan disampaikan kepada Parpol yang bersangkutan

4. Pendapat DPR Salinan permohonan disampaikan kepada Presiden

Anda mungkin juga menyukai