Anda di halaman 1dari 14

HUKUM ACARA PERDATA

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu :
Faris Fatria Alam, SHI, MH

Disusun Oleh :

Muhammad Danil 11190453000028


Adityo putra mahendra 11190453000012

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kekuatan, kesempatan, dan kasih sayang yang dicurahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berupa makalah.Yang
mana diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat mendukung
perkembangan pembelajaran mengenai “Hukum Acara Perdata” yaitu pada
mata kuliah Hukum Acara Perdata yang mana telah diselesaikan tepat pada
waktunya.
Harapan penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat yang
berarti bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.Tiada
gading yang tak retak, kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kebaikan dikemudian hari.

Penulis,

2021
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………...4

A. Latar Belakang……………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………...5
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….6

A. Pemeriksaan Perkara……………………………………………………..6
B. Proses Pemeriksaan Perkara Di muka Pengadilan……………………..6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………13

A. Kesimpulan……………………………………………………………….13
B. Saran………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakah salah satu Negara yang menganut sistem
demokrasi, hal ini menjadikan Indonesia yang memiliki sistem politik dan
aturan yang di atur di bawah Undang-Undang Negara Republik Indonesia.
Peraturan yang berlaku baik itu secara Hukum Pidana maupun Hukum
Perdata mengatur segala bentuk tindakan mengenai pelanggaran terhadapat
hukum tersebut. Ada saja prihal hukum yang di selesaikan melalui jalur
tengah atau Mediasi sehingga hal ini tidak perlu di persulit hingga ke segmen
detailnya. Lain hal dengan suatu pelanggaran yang mana harus di bawa
kepada Pengadilan Negri untuk menuntaskan masalahnya, baik itu Pengadilan
Negara Umum maupun Pengadilan Negara Agama. Banyak hal yang harus di
bawa dalam menjalankan Pengadilan ini, baik itu saksi mata, terdakwa,
barang bukti, dan lain sebagainya. sehingga tak jarang suatu permasalahan
yang di selesaikan dalam ruang lingkup meja hijau atau pengadilan. Namun
fitback yang di berikan adalah keadilan yang di berikan oleh hakim kepada
pelapor dan terlapor atas kesepakantan dari kedua belah pihak dalam
menyelesaikan prihal masalah yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang di maksud dengan Pemeriksaan Perkara ?
 Bagaimana Proses atau Prosedur Pemeriksaan Perkara di muka Sidang
Pengadilan ?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :

 Untuk Mengetahui Pengertian dari Pemeriksaan Perkara.


 Untuk Mengetahui Bagaimana Proses atau Prosedur Pemeriksaan
Perkara di muka Sidang Pengadilan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Perkara
Pemeriksaan Perkara adalah Proses menemukan bukti-bukti lain dalam
masalah tersebut yang belum terbawa oleh pelapor sehingga bisa menjadi
bahan rujukan atau banding untuk menyelesaikan masalah tersebut,
sehingga bisa di bawa ke dalam proses Pengadilan, baik itu masalah
perdata atau pidana sehingga bisa merujuk kepada proses pengadilan baik
pengadilan Umum ataupun Pengadilan Agama.

B. Proses Pemeriksaan Perkara di muka Sidang Pengadilan


Sebelum Majelis Hakim sampai kepada pengambilan Putusan dalam
setiap perkara perdata yang ditanganinya, terlebih dahulu harus melalui
proses dan tahapan pemeriksaan persidangan, tanpa melalui proses
tersebut, Majelis Hakim tidak akan dapat mengambil keputusan. Melalui
proses ini pula, semua pihak baik Penggugat maupun Tergugat (dapat
diwakilkan oleh Penasihat Hukum/Pengacara/Advokat yang bekerja di
kantor hukum sebagai kuasa hukumnya) diberi kesempatan yang sama
untuk mengajukan segala sesuatunya dan mengemukakan pendapatnya,
serta menilai hasil pemeriksaan persidangan menurut perspektifnya
masing-masing.1 Proses persidangan ini merupakan salah satu aspek
hukum formil yang harus dilakukan oleh Hakim untuk dapat memberikan
Putusan dalam perkara/kasus perdata. Proses pemeriksaan persidangan
perkara perdata di Pengadilan yang dilakukan oleh Hakim, secara umum
diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu HIR (Herzien Indonesis

1
https://www.surialaw.com/
Reglement) untuk Jawa dan Madura dan Rbg (Rechtsreglement
Buitengewesten) untuk di luar Jawa dan Madura.
HIR adalah  hukum acara dalam persidangan perkara perdata maupun
pidana yang berlaku di pulau Jawa dan Madura, sedangkan RBG adalah
hukum acara yang berlaku di persidangan perkara perdata maupun pidana
di pengadilan di luar Jawa dan Madura. 2 Lalu bagaimana Proses dalam
Pemeriksaan Perkara di muka Persidangan, hal ini bagi menjadi beberapa
tahap dalam penyelesaiannya. Akan tetapi sebelum pemeriksaan perkara
terjadi, maka harus ada pendaftaran perkara di pengadilan oleh pelapor
untuk melakukan persidangan, yang mana hal itu terdiri dari,

1 Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama Kuningan dengan membawa surat


. gugatan atau permohonan :
  a. Blangko gugatan
  b. Blangko permohonan

2 Pihak berperkara menghadap petugas Meja Pertama dan menyerahkan surat


. gugatan atau permohonan, minimal 6 (enam rangkap beserta fotokopi Kutipan
Akta Nikah yang telah ditempeli materai dan cap pos dan fotokopi KTP (untuk
perkara perceraian).

3 Petugas Meja Pertama (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu


. berkenaan dengan perkara yang diajukan menaksir panjar biaya perkara yang
kemudian ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).

4 Pihak berperkara membayar Panjar Biaya Perkara ke Bank yang ditunjuk yang
. besarnya sesuai dengan jumlah yang tertera pada Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM).

5 Pemegang kas (kasir) menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)


. dan membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam

Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kemudian menyerahkan tindasan pertama


2
https://www.hukumonline.com/
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) yang telah dicap lunas dan surat gugatan
atau permohonan kepada pihak berperkara.3

Setelah Proses Pendaftaran dilakukan maka oleh pelapor maka di lanjutkan kepada
Proses Pemeriksaan perkara oleh Kehakiman untuk Penyelesaiannya masalah
tersebut. Bagi semua Pengadilan, tidak hanya dalam pemeriksaan perkara perdata
Undang undang Kekuasaan Kehakiman No.48 tahun 2009 pasal 13 menyebutkan
bahwa: (1) Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum,
kecuali undang-undang menentukan lain. (2) Putusan pengadilan hanya sah dan
mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum. (3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) mengakibatkan putusan batal demi hukum. Dengan ini dijamin
kemungkinan adanya social controle atas pekerjaan para hakim. Pada umumnya
dapat dianggap sebagai pokok asas bagi pemeriksaan perkara perdata, bahwa
hakim, untuk dapat mengambil putusan yang tepat, sebaiknya mendengarkan
kedua belah pihak. Akan tetapi tidak mungkin ditentukan, bahwa pendengaran
kedua belah pihak ini harus dilakukan, sebab adalah sukar memaksa para pihak
untuk datang menghadap di muka hakim. Ini juga sesuai dengan sifat hukum
perdata, yang pelaksanaannya pada umumnya diserahkan kepada kemauan yang
berkepentingan sendiri, maka cukuplah apabila dalam peraturan hukum acara
perdata kepada kedua belah pihak diberi kesempatan penuh untuk untuk
menjelaskan sendiri kepada hakim segala sesuatu yang mereka anggap perlu
supaya diketahui oleh hakim, sebelum suatu putusan dijatuhkan.4

Ketika proses pemeriksaan telah usai oleh bagian tertentu di Pengadilan maka,
masuklah kepada proses Penyelesaian Perkara di muka Persidangan, yang mana
hal ini memiliki beberapa tahap seperti Mediasi, Gugatan, Pembuktian dan lain
sebagainya

3
http://www.pa-kuningan.go.id/layanan-publik/tahapan-tahapan-beracara
4
http://lib.unnes.ac.id/
1. Tahap Mediasi

ada hari sidang yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim, Penggugat dan
Tergugat (“Para Pihak”) telah hadir, maka Majelis Hakim sebelum melanjutkan
pemeriksaan, wajib untuk mengusahakan upaya perdamaian dengan Mediasi, yaitu
suatu cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator. Mediator adalah pihak
netral yang membantu Para Pihak yang berperkara dalam perundingan untuk
mencari penyelesaian secara mufakat. Mediator dapat merupakan seorang Hakim
Pengadilan (yang bukan memeriksa perkara) dan dapat juga merupakan seseorang
dari pihak lain yang sudah memiliki sertifikat sebagai Mediator.

Kewajiban Mediasi ini diatur secara umum dalam Pasal 130 HIR dan secara
khusus diatur secara lengkap dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma)
Republik Indonesia No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Kesempatan Mediasi diberikan oleh Majelis Hakim selama 40 hari, dan apabila
masih belum cukup dapat diperpanjang selama 14 hari. Pada kesempatan tersebut
Para Pihak akan mengajukan apa yang menjadi tuntutannya secara berimbang
untuk mendapatkan titik temu dalam penyelesaian sengketa secara win-win
solution. Apabila dalam proses ini telah tercapai kesepakatan, maka dapat
dituangkan dalam suatu akta perdamaian yang ditandatangani oleh Para Pihak dan
diketahui oleh Mediator. Akta kesepakatan ini disampaikan kepada Majelis Hakim
untuk mendapatkan Putusan Perdamaian. Akan tetapi sebaliknya, jika dalam
jangka waktu tersebut tidak tercapai perdamaian dan kesepakatan, maka Mediator
akan membuat laporan kepada Majelis Hakim yang menyatakan Mediasi telah
gagal dilakukan.

2. Tahap Gugatan
Apabila Majelis Hakim telah mendapatkan pernyataan Mediasi gagal dari
Mediator, maka pemeriksaan perkara akan dilanjutkan ke tahap ke-2 yaitu
pembacaan surat Gugatan. Kesempatan pertama diberikan kepada pihak
Penggugat untuk membacakan surat Gugatannya. Pihak Penggugat pada tahap ini
juga diberikan kesempatan untuk memperbaiki surat Gugatannya apabila terdapat
kesalahan-kesalahan, sepanjang tidak merubah pokok Gugatan, bahkan lebih dari
itu pihak Penggugat dapat mencabut Gugatannya. Kedua kesempatan tersebut
diberikan sebelum Tergugat mengajukan Jawabannya.

Setelah pembacaan surat Gugatan, maka secara berimbang kesempatan kedua


diberikan kepada pihak Tergugat atau kuasanya untuk membacakan Jawabannya.
Jawaban yang dibacakan tersebut dapat berisikan hanya bantahan terhadap dalil-
dalil Gugatan itu saja, atau dapat juga berisikan bantahan dalam Eksepsi dan
dalam pokok perkara. Bahkan lebih dari itu, dalam Jawaban dapat berisi dalam
rekonpensi (apabila pihak Tergugat ingin menggugat balik pihak Penggugat dalam
perkara tersebut).

3. Tahap Pembuktian

Tahap Pembuktian merupakan tahap yang cukup penting dalam semua proses
pemeriksaan perkara, karena dari tahap ini nantinya yang akan menentukan
apakah dalil Penggugat atau bantahan Tergugat yang akan terbukti. Dari alat-alat
bukti yang diajukan Para Pihak, Majelis Hakim dapat menilai peristiwa hukum
apa yang terjadi antara Penggugat dengan Tergugat sehingga terjadi perkara. Dari
peristiwa hukum yang terbukti tersebut nantinya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan hukum apa yang akan diterapkan dalam perkara dan
memutuskan siapa yang menang dan kalah dalam perkara tersebut.

Untuk membuktikan suatu peristiwa yang diperkarakan, Hukum Acara Perdata


sudah menentukan alat-alat bukti yang dapat diajukan oleh Para Pihak di
persidangan, yaitu disebutkan di dalam Pasal 164 HIR atau Pasal 284 Rbg yaitu:

 Surat;
 Saksi;
 Persangkaan;
 Pengakuan
 Sumpah.
4. Tahap Kesimpulan

Pengajuan Kesimpulan oleh Para Pihak setelah selesai acara Pembuktian tidak
diatur dalam HIR maupun dalam Rbg, akan tetapi mengajukan Kesimpulan ini
timbul dalam praktek persidangan. Dengan demikian, sebenarnya jika ada pihak
yang tidak mengajukan Kesimpulan, merupakan hal yang diperbolehkan. Bahkan
terkadang, Para Pihak menyatakan secara tegas untuk tidak mengajukan
Kesimpulan, akan tetapi memohon kebijaksanaan Hakim untuk memutus dengan
seadil-adilnya. Sebenarnya, kesempatan pengajuan Kesimpulan sangat perlu
dilaksanakan oleh kuasa hukum Para Pihak, dikarenakan melalui Kesimpulan
inilah seorang kuasa hukum akan menganalisis dalil-dalil Gugatannya atau dalil-
dalil Jawabannya melalui Pembuktian yang didapatkan selama persidangan. Dari
analisis yang dilakukan itu akan mendapatkan suatu Kesimpulan apakah dalil
Gugatan terbukti atau tidak, dan kuasa Penggugat memohon kepada Majelis
Hakim agar gugatan dikabulkan. Sebaliknya kuasa Tergugat memohon kepada
Majes Hakim agar gugatan Penggugat ditolak.

5. Tahap Putusan

Setelah melalui beberapa proses dan tahapan persidangan, maka sampailah pada
proses dan tahapan terakhir, yaitu pembacaan Putusan. Menurut Sudikno
Mertokusumo, Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai
pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa
antara Para Pihak. Selanjutnya dikatakan, bahwa suatu putusan Hakim terdiri dari
4 (empat) bagian, yaitu:

 Kepala Putusan;
 Identitas Para Pihak;
 Pertimbangan; dan
 Amar.

Setiap Putusan pengadilan haruslah mempunyai kepala pada bagian atas Putusan
yang berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kepala Putusan ini memberi kekuatan eksekutorial pada Putusan. Selain kepala
Putusan pada halaman pertama dari Putusan, juga dicantumkan Identitas Para
Pihak, yaitu pihak Penggugat dan pihak Tergugat secara lengkap sesuai dengan
surat Gugatan dari Penggugat.5

BAB III

PENUTUP

5
https://www.surialaw.com/
A. Kesimpulan

Setiap Tindakan Pelaggaran yang kita lakukan baik itu pelanggaran yang akan di
kenakan Hukum Pidana yang secara individu dan Negara atau Hukum Perdata
yang secara Personal dan personal, sehingga di adakan penengah di antara kedua
belah pihak yang memiliki masalah agar tidak berkelanjutan sampai kepada
pengadilan. Hal ini di sayangkan karena hal-hal yang menyakut proses pengadilan
akan memakan banyak waktu dan tenaga dalam penyelesaiannya tersebut,
sehingga ada beberapa tahan dalam pemeriksaan perkara di muka pengadilan, dari
mulai pendaftaran pada pengadilan, pemeriksaan perkara, sampai kepada
penyelesaian masalah antara kedua belah pihak tersebut.

B. Saran

Demikianlah makalah ini di buat agar mampu menambah ilmu dan wawasan
mahasiswa dalam berfikir dan bertindak, semoga bisa di jadikan bahan
pengaplikasian terhadap kehidupan sehari-hari dan dapat memilih mana yang baik
dan mana yang buruk, jika di temukan kesalahan pada pembuatan makalah ini,
kami sangat terbuka untuk menerima komentar dan kritikan dari pembaca kepada
pemakalah agar dapat di jadikan batu loncatan untuk lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.surialaw.com/
https://www.hukumonline.com/
http://www.pa-kuningan.go.id/layanan-publik/tahapan-tahapan-beracara
http://lib.unnes.ac.id/
 

Anda mungkin juga menyukai