Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 9

DALUWARSA ATAU LEWAT WAKTU


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Hukum Perdata
Dosen Pengampu: Dra Ipah Farihah M.H
Disusun Oleh
Syifani Putri Fadillah (11190453000025)
Muhammad Bayu Ajie (11190453000036)
Adityo Putra Mahendra (11190453000012)
Taufik Hidayat (11190490000066)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt atas segala limpahan nikmat dan karunianya sehingga k
ami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Daluwarsa dengan tepat waktu. Penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik dalam
susunan kalimat, tata bahasa yang digunakan, dan materi yang dituliskan. Oleh karena itu, ka
mi menerima dengan lapang dada segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari p
ara pembaca agar dapat dijadikan pembelajaran dalam pembuatan makalah kedepannya.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dra Ipah Farihah M.H selaku dosen pengamp
u mata kuliah Hukum Perdata atas segala ilmu yang telah diajarkan. Selain itu, kami juga me
ngucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makala
h ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dengan senang hati. Sel
ain itu, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada
para pembacanya.

Tangerang, 27 November 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada praktiknya atau pada hukum formilnya Daluwarsa memiliki pengaruh
yang besar dalam membantu Hakim untuk memutuskan masalah atau perkara.
Meskipun kendati Daluwarsa ini lebih di bahas secara spesifik di hukum materilnya,
terutama di kitab undang-undang hukum perdata (BW). Dalam hal ini, terdapat
berbagai macam pula hukum acara yang dianut oleh negara kita. Di antaranya adalah
Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana, dan Hukum Acara Tata Usaha Negara.
Dengan adanya beberapa jenis hukum acara yang berbeda-beda tersebut tentu
Daluwarsa mempunyai spesifikasi dan karakteristik tersendiri dalam bidang hukum
masing-masing. Daluwarsa, Subyek Hukum Daluwarsa, Pengaturan Daluwarsa di
Dalam BW, Manakala Daluwarsa dihubungkan dengan Hukum perdata, para pakar
hukum memandangnya sebagai suatu hal yang perlu adanya penelusuran lebih lanjut.
Daluwarsa merupakan salah satu contoh yang sering terjadi didalam
kehidupan manusia sehari-hari, dalam bernegara bahkan Dunia. Didalam makalah ini
terdapat penjelasan-penjelasan mengenai pengertian Daluwarsa, macam-macam
Daluwarsa, sebab-sebab yang dapat menangguhkan Daluwarsa, sebab-sebab yang
dapat mencegah Daluwarsa, serta contoh-contoh Daluarsa.
Pembuatan makalah ini sendiri dilakukan melalui pencampuran sumber yang
berasal dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan beberapa buku panduan.
Makalah ini mempunyai tujuan yang jelas yaitu, disamping untuk memenuhi tugas
perkuliahan Hukum Perdata juga untuk meningkatkan ilmu serta pengetahuan
terutama dalam perkulian Hukum Perdata, yang pastinya pembaca dapat memahami
dengan sistematis tentang apa yang sudah di jabarkan didalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah tersebut yaitu :
1. Pengertian Daluwarsa
2. Pengaturan Daluwarsa di Indonesia
3. Macam-macam Daluwarsa
4. Contoh-contoh Daluwarsa
5. Pencegahan dan penangguhan Daluwarsa
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan pengertian daluwarsa
2. Untuk menjelaskan pengaturan daluwarsa di Indonesia
3. Untuk menjelaskan macam-macam daluwarsa
4. Untuk menjelaskan contoh-contoh daluwarsa
5. Untuk menjelaskan pencegahan dan penangguhan daluwarsa

D. MANFAAT
1. Agar para pembaca dapat mengetahui pengertian daluwarsa
2. Agar para pembaca dapat mengetahui pengaturan daluwarsa di Indonesia
3. Agar para pembaca dapat mengetahui macam-macam daluwarsa
4. Agar para pembaca dapat mengetahui contoh-contoh daluwarsa
5. Agar para pembaca dapat mengetahui pencegahan dan penangguhan daluwarsa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Daluarsa
Daluwarsa merupakan batas waktu akhir untuk memperoleh dan atau
melepaskan sesuatu hak secara sah. Pengertian daluarsa atau verjaring sesuai dengan
pasal 1946 KUHPerdata yaitu “suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan atas syarat yang
telah ditentukan oleh undang-undang”. Batas waktu akhir untuk memperoleh dan atau
melepaskan sesuatu hak adalah batasan waktu terakhir untuk memperoleh dan atau
melepaskan suatu hak secara sah. Apabila ternyata batas waktu akhir tersebut telah
lewat, maka batasan untuk memperoleh dan melepaskan sesuatu hak secara sah telah
kadaluwarsa atau waktu yang disediakan oleh hukum telah tertutup karena pihak yang
seharusnya dapat memperoleh dan atau melepaskan suatu hak tidak menggunakan
batasan waktu yang telah disediakan oleh hukum sebagaimana mestinya. Sehingga
hak yang ada padanya telah hilang secara sah. Jadi dengan lewatnya waktu batas
kadaluwarsa yang ditentukan, secara yuridis seseorang yang seharusnya mempunyai
hak untuk memperoleh sesuatu hak tidak dapat dipergunakan haknya, begitu juga
dengan seseorang yang seharusnya mempunyai hak untuk melepaskan sesuatu hak
tidak dapat mempergunakan haknya karena batasan waktu yang diberikan oleh hukum
telah lewat, sehingga kadaluwarsa telah berjalan.

B. Pengaturan Daluwarsa/Tenggat Waktu di Indonesia


Dalam pasal 610 yang berbunyi “Hak milik dalam suatu kebendaan diperoleh
karena daluwarsa, apabila seorang telah memegang kedudukan berkuasa atasnya
selama waktu yang ditentukan undang-undang dan menurut syarat-syarat beserta cara
membeda-bedakannya seperti termaktub dalam bab ke VII buku ke IV kitab KUHPer.
Ada dua macam Verjaring :
a. Acquisitieve verjaring
Verjaring sebagai alat untuk memperoleh hak milik. Lembaga ini sebenernya
bukan sebagai cara memperoleh hak, melainkan sebagai bukti bahwa orang
adalah pemilik, jadi perlu untuk kepastian hukum. Syarat memperoleh hak hukum
melalui Acquisiteve Verjaring ini adalah :
 Harus ada bezit sebagai pemilik
 Bezitnya itu harus te goeder trouw
 Membezitnya harus terus menerus
 Membezitnya harus tidak mengganggu
 Membezitnya harus diketahui orang umum
 Membezitnya harus selama 20 tahun (ada alas hak yang sah, 30 tahun tidak
ada alas hak yang sah)

Tidak semua benda dapat diperoleh dengan verjaring, pasal 1963 KUHPer hal-
hal yang dapat diperoleh dengan verjaring :
 Barang-barang yang tidak bergerak (berwujud/tidak berwujud)
 Bunga-bunga dan piutan lain yang tidak dapat dibayar aan tooder

Jadi, terhadap barang bergerak berwujud dan piutang yang aan tooder tidak
mungkin dikenakan verjaring, karena berdasarkan pasal 1977 KUHPer bezitter adalah
eigenaar1.

b. Extinctieve Verjaring
Daluwarsa membebaskan adalah seorang dapat dibebaskan dari suatu penagihan
atau tuntutan hukum oleh karena lewat waktu. Oleh undang-undang ditetapkan,
dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun lamanya maka seseorang digugat untuk
membayar suatu hutang yang sudah lebih dari tiga puluh tahun lamanya maka
seseorang dapat menolak gugatan itu dengan hanya mengajukan argumentasi selama
tiga puluh tahun seseorang tersebut belum pernah menerima gugatan itu. Selain itu
pembebasan seacara umum dari semua penagihan atau tuntutan setelah lewat waktu
tiga puluh tahun tersebut oleh undang-undang ditetapkan juga secara khusus atas
beberapa macam penagihan sudah hapus dengan lewatnya waktu yang pendek. Hal
yang dimaksud adalah berbagai macam penagihan yang biasanya dalam waktu yang
singkat sudah dimintakan pembayaran.

Pengaturan daluwarsa di Indonesia terdapat di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


dari pasal 1946-1993 yaitu pasal terakhir yang ada di KUHPer dibagi menjadi 6
bagian yaitu :

Bagian pertama, tentang Daluwarsa pada umumnya di pasal 1946 – 1962.


Bagian kedua, tentang Daluwarsa dipandang sebagai suatu alat untuk memperoleh
sesuatu dimulai dari pasal 1962-1966.
Bagian ketiga, tentang Daluwarsa dipandang sebagai suatu alasan untuk dibebaskan
dari suatu kewajiban pada pasal 1967-1977.
Bagian keempat, tentang sebab-sebab yang mencegah Daluwarsa yang terdapat pada
pasal 1978-1985.
Bagian kelima, tentang sebab-sebab yang menangguhkan berjalannya Daluwarsa pada
pasal 1986-1992.

1
I ketut oka, Hukum Perdata mengenai Orang dan Kebendaan. Jakarta : FH Utama (2011) hlm. 166
Dan yang terakhir ketentuan penutup di pasal 1993 dengan bunyi “Daluwarsa-
daluwarsa yang sudah mulai berjalan sebelum Kitab Undang-Undang ini
diundangkan, akan diatur menurut undang-undang yang pada saat itu berlaku di
Indonesia.
Namun demikian daluwarsa-daluwarsa yang sudah mulai berlaku secara
demikian, yang menurut perundang-undangan lama masih membutuhkan waktu
selama lebih dari tiga puluh tahun, terhitung sejak saat diundangkan Kitab Undang-
Undang ini, akan terpenuhi dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun ini.2
C.Macam-macam Daluwarsa

Ada dua macam Daluwarsa (Verjaring), yaitu :

2.1.1.   Daluwarsa Memperoleh (Acquisitieve Verjaring)

Daluwarsa Memperoleh (Acquisitieve Verjaring) adalah lewat waktu


sebagai cara memperoleh hak milik atas suatu benda. Syarat adanya
daluwarsa ini harus ada itikad baik dari pihak yang menguasai benda
tersebut. Seperti dalam Pasal 1963 KUH Perdata :

“ Seseorang yang dengan itikad baik memperoleh suatu barang tak


bergerak, suatu bunga, atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar
atas tunjuk, dengan suatu besit selama dua puluh tahun, memperoleh hak
milik atasnya dengan jalan lewat waktu.”

“ Seseorang yang dengan itikad baik menguasai sesuatu selama tiga


puluh tahun memperoleh hak milik tanpa dapat dipaksa untuk
menunjukan alas haknya.”

Seorang bezitter yang jujur atas suatu benda yang tidak bergerak lama
kelamaan dapat memperoleh hak milik atas benda tersebut. Dan apabila ia
bisa menunjukkan suatu title yang sah, maka dengan daluarsa dua puluh
tahun sejak mulai menguasai benda tersebut.

Misalnya : Nisa menguasai tanah pekarangan tanpa adanya title yang sah
selama 30 tahun. Selama waktu itu tidak ada gangguan dari pihak ketiga,
maka demi hukum, tanah pekarangan itu menjadi miliknya dan tanpa
dipertanyakannya alas hukum tersebut.

2
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Kitab Lengkap KUHPer, KUHAPer, KUHP, KUHAP, KUHD. Yogyakarta : Pustaka
Yustisia (2013) hlm. 461
2.1.2   Daluwarsa membebaskan (Extinctieve Verjaring)

Daluwarsa membebaskan (Extinctieve verjaring) adalah seseorang dapat


dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum oleh karena lewat
waktu. Oleh Undang-Undang ditetapkan, bahwa dengan lewatnya waktu
tiga puluh tahun, setiap orang dibebaskan dari semua penagihan atau
tuntutan hukum. Ini berarti, bila seseorang digugat untuk mebayar suatu
hutang yang sudah lebih dari tiga puluh tahun lamanya, ia dapat menolak
gugatan itu dengan hanya mengajukan bahwa ia selama tiga puluh tahun
belum pernah menerima tuntutan atau gugatan itu.

Pelepasan lewat waktu seperti apa yang dijelaskan dalam pasal 1948
KUHPerdata yaitu pelepasan lewat waktu dapat dilakukan secara tegas
atau secara diam-diam. Pelepasan secara diam-diam disimpulkan dari
suatu perbuatan yang menimbulkan dugaan bahwa seseorang tidak hendak
menggunakan suatu hak yang telah diperolehnya.

Pelepasan Daluarsa dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Dilakukan secara Tegas

Seseorang yang melakukan perikatan tidak diperkenankan melepaskan


Daluwarsa sebelum tiba waktunya, namun apabila ia telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dan waktu yang telah ditentukan pula, maka
ia berhak melepaskan Daluwarsanya.

1. Dilakukan secara Diam-diam

Pelepasan yang dilakukan secara diam-diam ini terjadi karena si pemegang


Daluwarsa tidak ingin mempergunakan haknya dalam sebuah perikatan.
D.Contoh-Contoh Daluwarsa
Contoh ke 1
Contoh-contoh kasus daluwarsa
- Seseorang yang telah menggadaikan barang pakaian emas, yang setelah
pemegang gadainya meninggal, tidak memenuhi panggilan berulang kali dari ahli
waris untuk menghadiri pembagian harta warisan dan selama tujuh tahun diam
saja, dianggap telah melepaskan haknya untuk menebus barang yang telah
digadaikannya (Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 147 K/Sip/1955 tanggal 19-7-
1955)
- Para Penggugat-Terbanding yang telah selama 30 tahun lebih membiarkan tanah-
tanah sengketa dikuasai oleh almarhum Ny. Ratiem dan kemudian oleh anak-
anaknya, hak mereka sebagai ahli waris yang lain dari almarhum Atma untuk
menuntut tanah tersebut telah sangat lewat waktu (rechtsverwerking) (Putusan
Mahkamah Agung No. 408 K/Sip/1973 tanggal 9-12-1975)

Contoh ke 2

Namun demikian, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan penangguhan


daluwarsa, yaitu sebagai berikut:

1. Daluwarsa berlaku terhadap siapa saja, kecuali terhadap mereka yang dikecualikan
oleh undang-undang (Pasal 1986 KUH Perdata).
2. Daluwarsa tidak dapat mulai berlaku atau berlangsung terhadap anak-anak yang
belum dewasa dan orang-orang yang ada di bawah pengampuan, kecuali dalam hal-
hal yang ditentukan undang-undang (Pasal 1987 KUH Perdata).
3. Daluwarsa tidak dapat terjadi di antara suami istri (Pasal 1988 KUH Perdata).
4. Daluwarsa tidak berlaku terhadap seorang istri selama ia berada dalam status
perkawinan(Pasal 1989 KUH Perdata):
- bila tuntutan istri tidak dapat diteruskan, kecuali setelah ia memilih akan menerima
persatuan atau akan melepaskannya
- bila suami, karena menjual barang milik pribadi istri tanpa persetujuannya, harus
menanggung penjualan itu, dan tuntutan istri harus ditujukan kepada suami.
5. Daluwarsa tidak berjalan
a. Terhadap piutang yang bersyarat, selama syarat ini tidak dipenuhi (Pasal 1990
ayat [1] KUHPerdata);
b. Dalam hal suatu perkara untuk menanggung suatu penjualan, selama belum ada
putusan untuk menyerahkan barang yang bersangkutan kepada orang lain (Pasal
1990 ayat [2] KUHPerdata);
c. Terhadap suatu piutang yang baru dapat ditagih pada hari yang telah ditentukan,
selama hari itu belum tiba (Pasal 1990 ayat [3] KUHPerdata);
d. Terhadap seorang ahli waris yang telah menerima suatu warisan dengan hak
istimewa untuk membuat pendaftaran harta peninggalan, tidak dapat dikenakan
daluwarsa mengenai piutang-piutangnya terhadap harta peninggalan (Pasal
1991 ayat [1] KUH Perdata);
6. Daluwarsa berlaku terhadap suatu warisan yang tak terurus, meskipun tidak ada
pengampu warisan itu (Pasal 1991 ayat [2] KUH Perdata);
7. Daluwarsa itu berlaku selama ahli waris masih mengadakan perundingan mengenai
warisannya (Pasal 1992 KUH Perdata).

E. Pencegahan dan penangguhan lewat waktu


Daluwarsa melakukan upaya hukum adalah sebagai berikut:
Banding (Pasal 233 (2) KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) 7 hari
setelah putusan kasasi (Pasal 245 (1) KUHAP 14 hari setelah putusan
1. Pencegahan Daluwarsa
Ini berarti, bahwa tenggang daluwarsa dihentikan sehingga tidak berjalan. Oleh
karena suatu hal, tetapi pada waktu itu mulai lagi tenggang daluwarsa yang baru.
Cara untuk mencegah daluwarsa ini ialah, menurut pasal 80 KUHP :
Setiap tindakan penuntutan menghentikan daluwarsa, asal tindakan itu diketahui oleh
orang yang dituntut, atau telah diberitahukan kepadanya menurut cara yang
ditentukan dalam aturan-aturan umum. Sesudah dihentikan, dimulai lagi tenggang
daluwarsa yang baru.
2. Penangguhan Daluwarsa
Ini terjadi apabila pada suatu waktu karena suatu hal jalannya tentang daluwarsa
dihentikan selama beberapa waktu, tetapi kalau waktu ini sudah lampau, maka
kadaluwarsa berjalan lagi dengan diperhitungkan waktu sebelum jalannya daluwarsa
sebelum dihentikan.
Pasal 81 KUHP hanya menyebutkan satu hal yang mengakibatkan jalannya
daluwarsa ditangguhkan dan sementara dihentikan, yaitu apabila ada suatu
perselisihan hukum yang harus diselesaikan dulu sebelum persoalan pokok dapat
diputuskan. Misalnya dalam hal pencurian si tertuduh mengatakan, bahwa barang
yang diambil adalah miliknya sendiri, maka mungkin sekali dianggap perlu harus
diputuskan dulu oleh hakim perdata, milik siapa sebenarnya barang yang diambil itu.
Daluwarsa Hak Menjalankan Hukuman ini diatur dalam pasal 84 dan pasal 85
KUHP.
Pasal 84.
Kewenangan menjalankan pidana hapus oleh karena daluwarsa. Lama tenggang
daluwarsa mengenai semua pelanggaran adalah dua tahun, mengenai kejahatan yang
dilakukan dengan sarana percetakan adalah lima tahun, dan mengenai kejahatan-
kejahatan yang lain sama dengan tenggang daluwarsa bagi penuntutan pidana
ditambah sepertiga. (KUHP 78.) Bagaimanapun juga, lama tenggang daluwarsa tidak
boleh kurang dari lama pidana yang dijatuhkan. Kewenangan menjalankan pidana
mati tidak terkena daluwarsa. Alasan untuk daluwarsa hak menjalankan hukuman ini
adalah sama dengan alasan daluwarsa hak menuntut, kecuali hal sukarnya mendapat
bukti oleh karena kini kesukaran pembuktian tidak lagi menjadi soal. Orangnya
sudah dijatuhi hukuman. Menurut pasal 85 ayat 1, tenggang daluwarsa mulai berlaku
pada keesokan harinya setelah putusan hakim dapat dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai