Anda di halaman 1dari 45

LANDASAN TEORI

RUPTUR PERINEUM

A. Ruptur Perineum

1. Pengertian Perineum merupakan ruang berbentuk


jajaran genjang yang terletak dibawah dasar panggul.
Batas–batasnya adalah:

a. Superior: Dasar panggul yang terdiri dari Musculus


Levator dan Musculus Coccygeus.

b. Lateral: tulang dan ligament yang membentuk pintu


bawah pinggul (exitus pelvis):yakni dari depan kebelakang
angulus subpubius, ramus ischiopubicus, tuber
ischiadicum, ligamentum Sacrotuberosum, os coccygis.

c. Inferior: kulitdan fascia (Oxorn, 2015). Perineum adalah


daerah yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya
ratarata 4 cm (Winknjosatro,2014). Perineum merupakan
daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum
meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
robekan (Sumara,dkk,2013). Ruptur perineum adalah
robeknya perineum pada saat jalan lahir. Berbeda dengan
episiotomy, robekan ini bersifatnya traumatik karena
perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin
lewat(Siswosudarmo, Ova Emilia, 2016). Ruptur adalah
luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala
janin atau bahu pada saat persalinan. Bentuk ruptur

1
biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan (Sukrisno, Adi 2010). Menurut Oxom
(2010), robekan perineum adalah robekan obstetrik yang
terjadi pada daerah perineum akibat ketidakmampuan otot
dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi lahirnya
fetus. Persalinan sering kali menyebabkan perlukaan jalan
lahir. Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali
juga terjadi luka yang luas dan berbahaya, untuk itu
setelah persalinan harus dilakukan peme riksaaan vulva
dan perineum (Sumarah, 2009). Robekan perineum terjadi
hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat
dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga sampai dasar
panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat
(Soepardiman dalam Nurasiah, 2017).

2. Anatomi perineum

Perineum merupakan bagian permukaan pintu atas


panggul terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri
dari otot dan fascia superfisialis perinci dan terdiiri dari
otot- otot koksigis dan levator anus yang tediri dari 3 otot
penting yaitu muskulus puborekatalis, muskulus
pubokoksigis, muskulus iliokoksigis. Susunan otottersebut
merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya
lewat uratra, vagina dan rektum. Perineum berbatasan
sebagai berikut:

a) Ligamentum arkuata dibagian depan tengah;

b) Arkus iskiopublik dan tuber iskii dibagian lateral


lateral depan;

2
c) Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral
belakang;

d) Tugas koksigis dibagian belakang tengah. Daerah


perineum terdiri dari 2bagian:

a) Regional disebelah belakang, disini terdapat


muskulus fingter ani eksterna yang melingkari anus;

b) Regio urogenetalis, disini terdapat muskulus


bulboka verous, muskulus transversusu perinealis
superfisialis dan muskulus iskiokavernosus.

3. Klasifikasi Ruptur Perineum

a. Robekan derajat pertama Robekan derajat pertama


melitupi mukosa vagina, fourchetten dan kulit perineum
tepat dibawahnya (Oxorn,2018). Robekan perineum yang
melebihi derajat satu di jahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasaenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan
plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih baik
tindakan itu ditunda sampai menunggu palasenta lahir.
Dengan penderita berbaring secara litotomi dilakukan
pembersihan luka dengan cairan anti septik dan luas
robekan ditentukan dengan seksama(Sumarah,2015).

b. Robekan derajat kedua Laserasi derajat dua


merupakan luka robekan yang paling dalam.Luka ini
terutama mengenai garis tengah dan melebar sampai
corpus perineum. Acapkali musculus perineus transverses
turut terobek dan robekan dapat turun tapi tidak mencapai
spinter recti. Biasanya robekan meluas keatas disepanjang
mukosa vaginadan jaringan submukosa.

3
c. Robekan derajat ketiga Robekanderajat ketiga
meluas sampai corpus perineum, musculus transverses
perineus dan spinter recti. Pada robekan partialis derajat
ketiga yang robek hanyalah spinter recti; pada robekan
yang total, spinter recti terpotong dan laserasi meluas
hingga dinding anterior rectum dengan jarak yang
bervariasi. Sebagaian penulis lebih senang menyebutkan
keadaan ini sebagai robekan derajat keempat (Oxorn,2017).
Menjahit robekan perineum derajat tiga harus dilakukan
dengan teliti, mula-mula dinding depan rectum yang robek
dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus
sfingter ani eksternus yang robek dijahit. Selanjutnya
dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan
perineum derajat kedua. Untuk mendapatkan hasil yang
baik pada robekan perineum total perlu diadakan
penanganan pasca pembedahan yang sempurna .

d. Robekan derajat keempat Robekan yang terjadi dari


mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spinter ani eksterna, dinding rectum
anterior. Semua robekan derajat ketiga dan keempat harus
diperbaiki diruang bedah dengan anastesi regional atau
umum secara adekuat untuk mencapai relaksasi sfingter.
Ada argument yang baik bahwa robekan derajat ketiga dan
keempat, khususnya jika rumit, hanya boleh diperbaikioleh
profesional berpengalaman seperti ahli bedah kolorektum,
dan harus ditindak-lanjuti hingga 12 bulan setelah
kelahiran. Beberapa unit maternitas memiliki akses ke
perawatan spesialis kolorektal yang memiliki bagian
penting untuk berperan (Mauree boyle,2016).

4. Etiologi

4
Ruptur Perineum Robekan pada perineum umumnya
terjadi pada persalinan dimana:

a)Kepalajaninterlalu cepat

b) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya

c) Sebelumya pada perineum terdapat banyak


jaringan parut; d)Pada persalianan dengan distosia
bahu

e) Presentasi defleksi (dahi,muka)

f) Primipara

g) Letak sungsang

5. Tanda – Tanda dan Gejala Robekan Jalan lahir

Bila perdarahan masih berlangsung meski kontraksi


uterus baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta
maupun adanya sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi
perlukaan jalan lahir (Taufan Nungroho,2016). Tanda dan
gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah perdarahan,
darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal. Gejala
yang sering terjadi antara lain pucat, lemah, pasien dalam
keadaan menggigil.

6. Ciri Khas Robekan Jalan Lahir

a. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

b. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir,


perdarahan ini terus menerus setelah massase atau
pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan

5
tidak berkurang. Dalam hal apapun, robekan jalan lahir
harus dapat diminimalkan karena tak jarang perdarahan
terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat ynag
fatal seperti terjadinya syok (Rukiyah,2015).

c. Bila perdarahan berlangsung meski kontraksi


uterus baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta
maupun sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi
perlukaan jalan lahir(Taufan 2016).

7. Pencegahan Terjadinya ruptur Perineum

Laserasi spontan pada vagina atauperineum dapat


terjadi saatbayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala
dan bahu. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Janin
bekerjasama dengan ibu selama persalinan dan gunakan
manufer tangan yang tepat untuk mengendalikan kelahiran
bayi serta membantu mencegah terjadinya laserasi.
Kerjasama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi
dengan diameter 5-6 cm telah membuka vulva (crowning).
Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan
waktu pada jaringan vagina dan perineum untuk
melakukan penyesuaian dan akan mengurangi
kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala mendorong
vulva dengan diameter 5-6 cm bimbing ibu untuk meneran
dan berhenti untuk beristirahat atau bernapas dengan
cepat.

8. Mempersiapkan Penjahitan

a. Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga


bokongnya berada di tepi tempat tidur meja.

6
b. Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong
ibu.

c. Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa


sehinnga perineum padat dilihat jelas.

d. Gunakan teknik aseptik pada saatmemeriksa


robekanatau episiotomi, memberikan anastesi lokal dan
menjahit luka.

e. Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang


mengalir.

f.Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang


steril.

g. Dengan menggunakan aseptik, persiapkan peralatan


dan bahan – bahan disinfeksi tingkat tinggi untuk
penjahitan.

h. Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka


bisa dengan mudah dilihat dan panjahitan tanpa kesulitan.
i.Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih
untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan
lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada
sambil menilai dalam luasnya luka

9. Penanganan Ruptur perineum Menurut nugroho


(2012) ada beberapa langka untuk menangani ruptur
perineum.

a. Sebelum merepair luka episiotomy laserasi, jalan


lahir harus diekpose/ditampilkan dengan jelas, bila
diperlukan dapat menggunakan bantuan speculum
sims.

7
b. Identifikasi apakah terdapat laserasi serviks, jika
harus direpair terlebih dahulu.

c. Masukkan tampon atau kassa kepuncak vagina


untuk menahan perdarahan dari dalam uterus untuk
sementara sehingga luka episiotomi tampak jelas.

d. Masukkan jari ke II dan III dalam vagina dan regangkan


untuk dinding vagina untuk mengekpose batas atas (ujung)
luka.

e. Jahitan dimulai 1 cm prosimal puncak luka, luka


dinding vagina dijahit kearah distal hingga batas
commissura posterior. f. Rekontruksi diapgrama urogenital
(otot perineum) dengan cromic catgut 2-0.

g. Jahitan diteruskan dengan penjahitan perineum.


Menurut 0xorn (2010) adabeberapa langkah menangani
ruptur perineum

1) Robekan derajat pertama Robekan ini kecil dan


diperbaiki sesederhana mungkin. Tujuannya adalah
merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan
menghasilkan hemostatis. Pada rata-rata kasus beberapa
jahitan terputus lewat mukosa vagina, fourchette dan kulit
perineum sudah memadai. Jika perdarahannya banyak
dapat digunakan jahitan angka-8, jahitan karena jahitan
ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih menyenagkan
bagi pasiennya.

2) Robekan derajat kedua lapis demi lapis:

8
a) Jahitan terputus, menerus ataupun jahitan simpul
digunakan untuk merapatkan tepi mukosa vagina dan
submukosanya;

b) Otot-otot yang dalam corpus perineum dijahit menjadi


satu dengan terputus;

c) Jahitan subcutis bersambung atau jahitan terputus,


yang disimpulkan secara longgar menyatukan kedua tepi
kulit3

3) Robekan derajat ketiga yang total diperbaiki lapis


demi lapis:

a. Dinding anterior rectum diperbaiki dengan jahitan


memakai chromic catgut halus 000 atau 0000 yang
menyatu dengan jarum. Mulai pada apex, jahitan terputus
dilakukan pada submukosa sehingga tunica
serosa,musculusdan submukosa rectum tertutup rapat.

b. Garis perbaiki ulang dengan merapatkanfascia


perirectal dan fascia septum rectovaginalis. Digunakan
jahitan menurus atau jahitan terputus.

c. Pinggir robekan spincter recti (yang telah mengerut)


diidentifikasi dijepit dengan forceps allis dan dirapatkan
dengan jahitan terputus atau jahitan berbentuk angka- 8
sebanyak dua buah.

d. Mukosa vagina kemudian diperbaiki seperti pada


episotomi garis tengah, dengan jahitan menerus
atauterputus.

e. Musculusperineus dijahit menjadi satu dengan


jahitan terputus.

9
f. Kedua tepi kulit dijahit menjadi satu dengan
jahitan subculus menerus atau jahitan terputus yang
disimpulkan secara longgar. Perbaikan pada robekan
partial. Perbaikanpada robekan partial derajat ketiga
serupa denganperbaikan pada robekan total, kecuali
dinding rectum masih utuh dan perbaikan dimulai dengan
menerapkan kembali kedua ujung spchinter recti terobek
(Oxorn,2010).

10. Pengobatan Robekan Jalan Lahir

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan


jalan lahir adalah dengan memberikan uterotonika setelah
lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan sebelum
bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk
mengurangi terjadinya perdarahan pada kala III dan
mempercepat lahirnya plasenta. Perawatan luka perineum
pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi
rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Perawatan
perineum umumnya bersamaan dengan perawatan vulva.

11. Komplikasi Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika


ruptur perineum tidak segera diatasi, yaitu:

a. Perdarahan Seorang wanita dapat meninggal


karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam
setelah melahirkan. Penilaian dan penataksanaan yang
cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat
penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara
memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai
tonus otot.

10
b. Fistula Fistula dapat terjadi tanda diketahui
penyebabnya karena perlukaan pada vagina menembus
kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka,
maka air kencing akan segera keluar melalui vagina.
Fistula dapat menekan kandung kencing atau rektum yang
lama antara janin dan panggul,sehingga terjadi iskemia

c.Hematoma Hematoma dapat terjadi akibat trauma


partus pada persalinan karena adanya penekanan kepala
janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa
nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva
perineum dan fosa iskiorektalis. Biasanya karena trauma
perineum tetapi bisa juga dengan varikositasvulva yang
timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri.

11
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “A” G1P0 A0 GESTASI
38 MINGGU 6 HARI INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN
LUKA PERINIUM KEADAAN IBU DAN JANIN BAIK
DI PUSKESMAS BARA-BARAYA
TANGGAL 12 MARET 2021

No. Register : 28.02.21

Tanggal masuk :12Maret 2021, pukul 05.30 wita

Tanggal Partus :12 Maret 2021, pukul 12.00wita

Tanggal Pengkajian :12 Maret 2021, pukul 05.50wita


Nama pengkaji : YULIANA I RUNDUT

STANDAR I. INDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Data Subjektif
Identitas istri / suami
Nama : Ny “A” / Tn “S”

Umur : 22 thn / 25 thn

Nikah / Lamanya : 1x / ±2 tahun

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Karyawan Swasta

Alamat : Jl. Kelapa Tiga GG. II No 25

12
B. Data biologis / fisiologis
1. Keluhan utama
Sakit perut bagian bawah tembus kebelakang disertai pelepasan lendir dan darah
sedikit
2. Riwayat keluhan utama
a. Keluhan mulai dirasakan sejak tanggal 11 MARET 2021, jam 22.30 wita.
b. Ibu masuk Puskesmas karena sudah ada pengeluaran lendir dan darah sedikit
c. Lokasi nyeri : mulai dari perut bagian bawah tembus kebelakang
d. Sifat keluhan hilang timbul
e. Usaha/cara menghilangkan nyeri dengan cara tarik nafas, memijat-mijat
pinggang ibu dan mengelus-elus perutnya
f. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama

3. Riwayat kesehatan lalu


a. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti asma, DM, hepatitis,
dan hipertensi
b. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti asma, malaria, hepatitis,
TBC (Tuberkulosis)
c. Ibu tidak pernah diopname dan operasi
d. Ibu tidak ada riwayat alergi makanan dan obat-obatan
e. Ibu tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol,rokok dan jamu pada
saat hamil
4. Riwayat reproduksi
1. Riwayat haid
- Menarche : 15 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lamanya : 7 hari
- Disminore : tidak ada

13
2. Riwayat kehamilan

Riwayat Hal
N Persalinan Nifas Ikhwal
Thn Kehamil Komplik
o Berlangsu J Tempat Penol BB/ Lmnya Lmnya
an asi
ng K ng PB Mnyusui
1 2021 Hamil sekarang

c. Riwayat ginekologi
- Tidak ada riwayat pms dan tumor
- Tidak ada keputihan yang berbau
- Tidak ada riwayat infeksi genetalia seperti kanker serviks,
endometritis, parametritis
d. Riwayat KB
- Ibu belum pernah ber-KB

C. Riwayat psikososial, ekonomi, dan spiritual


1. Ibu senang dengan kehamilannya
2. Ibu dan keluarga senang menerima kehamilannya
3. Interaksi ibu dan keluarga berjalan baik dan harmonis
4. Hubungan ibu dan tetangga baik
5. Hubungan ibu dan suami sangat baik dan harmonis
6. Biaya persalinan ditanggung oleh BPJS
7. Ibu menyerahkan diri pada Tuhan selama proses persalinan
8. Keluarga memberi motivasi dan doa pada ibu

14
D. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
N Kebutuhan Dasar Sebelum Persalinan Selama Persalinan
O

1 Nutrisi

Pola makan Teratur Tidak teratur

Frekuensi 4 x sehari 1x

Porsi Makan 2 porsi 1 porsi

Jenis makanan Nasi, sayur, ikan, Nasi, telur


tempe,telur

Nafsu makan Baik Kurang

Minum 7-8 gelas / hari 2 kotak(600 ml)

Jenis Minuman Air putih Teh kotak

2 Eliminasi

BAB

Frekuensi 2 x sehari

Konsistensi Padat

Bau Aseton BELUM BAB

Warna Kecoklatan

BAK

Frekuensi 4 – 5 x sehari 2x

Bau Amoniak Amoniak

Warna Kekuningan Kekuningan

3 Personal hygiene

15
Mandi pakai sabun 2 x sehari 1x

Keramas pakai shampo 2x seminggu 1x

Ganti baju 3 x sehari 1x

Sikat gigi pakai pasta 3 x sehari 1x

4 Istirahat

Tidur siang

Pola Teratur -

Durasi 1 jam -

Tidur malam

Pola Teratur Tidak Teratur

Durasi 6 – 7 jam 5-6 jam

5 Aktifitas Pekerjaan Rumah Pekerjaan Rumah

6 Seksualitas 2 x seminggu 1x

7 Rekreasi 3x -

E. Pemeriksaan fisik
 Kesadaran komposmentis
 Ibu tampak meringis saat ada his
 Penampilan ibu baik dan bersih
 TTV : TD :120 / 90 mmHg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
F. Head to toe

16
1. Kepala
Inspeksi : Kepala tampak bersih, warna rambut hitam, lurus, tidak rontok
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa atau benjolan
2. Wajah
Inspeksi : Ekspresi ibu tampak meringis tiap kali ada kontraksi, tidak pucat
Palpasi : Tidak ada udem pada pipi dan rahang, tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, scelera putih
4. Telinga
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih dan tidak ada serumen
5. Hidung
Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang hidung simetris kiri dan
kanan
6. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Bibir lembab, tidak pucat dan tidak pecah-pecah, gigi tidak terdapat
caries dan tidak ada yang tanggal
7. Leher
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran pada kelenjar tyroid
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid, serta
tidak teraba peningkatan tekanan pada vena jugularis
8. Payudara
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, bersihdan
hiperpigmentasi pada areola mammae
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan, colostrum
(+) bila puting susu dipencet
9. Abdomen
Inspeksi : Tonus otot perut tampak membesar, tampak line nigra, strie lividedan
pembesaran perut sesuai umur kehamilan
Palpasi :Teraba bokong di fundus dan mengukur menggunakan sentimeter

17
Leopold I : TFU 3 jrbpx (34 cm)
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : 3/5
Lingkar perut : 99 cm
TBJ : Lingkar perut x TFU = 3.366 gram
DJJ terdengar jelas dan kuat teratur pada kuadran kanan bawah perut
ibu dengan frekuensi 142 x / menit( N : 120-160 x/menit)

10. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada varices, tampak pengeluaran lendir dan darah sedikit
11. Anus
Inspeksi : Tidak ada hemeroid
12. HIS : 3x dalam 10 menit dengan durasi 40 detik
13. Ekstremitas atas
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku berwarna merah muda, pendek, bersih
dan jari-jari lengkap
Palpasi : Tidak ada udem dan tidak ada nyeri tekan
14. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku berwarna merah muda, bersih,
pendek, jari-jari lengkap dan tidak ada varices
Palpasi : Tidak ada udem, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Reflek pattela (+/+) kiri dan kanan
15. Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Februari 2021
1) HB : 11,0 gr% (N : 12-14 gram, Menurut WHO)
2) Albumin : Negatif
3) Reduksi : Negatif
4) Rapid tes : Non Reaktif
16. PemeriksaanVagina Toucher

18
VT I 12 MARET 2021, jam 05.40 Wita oleh bidan “M”
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada lesi
Porsio : Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Positif
Bagaian terendah janin : Kepala
Presentasi : Ubun-ubun kecil kiri depan
Penurunan : H.III
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah sedikit (Bloody show)

STANDAR II . IDENTIFIKASI DIAGNOSA


Diagnosa : GIPI A0, gestasi 38 minggu 6 hari, Inpartu kala 1 fase aktif, Presentasi
belakang kepala, Keadaan Ibu dan janin baik, ibu dengan luka perinium
1. GI P0 A0
DS : Ibu mengatakan ini kehamilan Pertama
DO : Tampak linea nigra dan strie livide, tampak pembesaran perut sesuai umur
kehamilan, teraba bagian janin, Leopold I (TFU 3 jrbpx) Leopold II (PUKA),
Leopold III (Kepala),DJJ terdengar jelas pada kuadran kanan perut ibu,

Analisa dan interpretasi data


Pada pemeriksaan kullit perut tampak adanya linea nigra, strie livide yang
menandakan kehamilan pertama, terabanya bagian-bagian janin pada saat palpasi
hal ini merupakan salah satu tanda-tanda pasti kehamilan (Saminem, SKM. 2017)
2. Gestasi 38 minggu4 hari
DS : Ibu mengatakan HPHT tanggal 05-06-2020

19
: Ibu mengatakan pergerakan janinnya pertama dirasakan saat usia kehamilan
± 5 bulan
DO :Tanggal pengkajian 12-03-2021
a) Umur kehamilan ibu 38 minggu 6 hari
b) HTP : 12-03-2021
c) TFU 3 jrbpx
Analisa dan interpretasi data
1. Menurut rumus Neagle dari HPHT tanggal 05-06-2020 sampai tanggal
kunjungan 12-03-2021, maka umur kehamilan ibu 38 minggu 6 hari
2. TFU 3 jrb px (34 cm) sesuai dengan umr kehamilan ± 9 bulan atau 38 minggu
6 hari (Prawirohardjo Sarwono, 2018)

3. Inpartu kala I fase aktif


DS : Ibu mengatakan sakit perut tembus kebelakang
DO : Ekspresi ibu tampak meringis tiap kali ada kontraksi, tidak pucat, Kontraksi
uterus frekuensi 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik kekuatan
sedang dan teratur
VT 1 12 MARET 2021, jam 05.40 Wita oleh bidan “M”
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada lesi
Porsio : Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Positif
Bagaian terendah janin : Kepala
Presentasi : Ubun-ubun kecil kiri depan
Penurunan : H.III
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah sedikit (Bloody show)

20
Analisa dan interpretasi data
Kekuatan sedang dan teratur karena kontraksi uterus terjadi akibat peningkatan
kontraksi segmen bawah serviks menyebabkan dilatasi dan relaksasi menjadi
saluran yang tipis dan tegang (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir, 2019)
3. Presentasi Belakang Kepala
DS : Ibu mengatakan janinnya bergerak kuat pada kuadran kiri perut ibu
DO : Teraba bokong difundus
Leopold I : TFU 3jrbpx (34 cm)
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala

Analisa dan Interpretasi Data


Presentasi janin adalah bagian terendah janin yanga ada di segmen bawah
Rahim.Presentasi janin dalam keadaan normal adalah belakang kepala dengan
petunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal saat masuk pintu atas panggul
dan posisi anterior setelah melewati pintu tengah panggul.Janin dengan presentasi
kepala dan sikap fleksi, maka bagian terendah janin adalah belakang kepala.
(Obstetri dan Ginekologi. 2019)
4. Keadaan ibu dan janin baik
DS : Ibu tidak pernah menderita penyakit serius dan janin bergerak kuat terutama
pada perut bagian kiri
DO : 1. TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
2. Konjungtiva merah mudah dan tidak ikterus. Pada janin pergerakan kuat
minimal 15x dalam 24 jam dan DJJ terdengar jelas dan kuat

21
Analisa dan interpertasi data
TTV : Ibu dalam keadaan normal dan pergerakan janin kuat, DJJ 142 x / menit
teratur menandakan janin dalam keadaan baik (Askeb Kehamilan, 2019)
5. Ibu dengan luka perinium

DS :Ibu menyatakan bersalin pada tanggal 12 Maret 2021, pukul 12.00wita

DO :kontraksi ibu baik

Analisa dan interpretasi data


Ruptur perinium merupakan daerah yang terletak antara vulva dan
anus, panjangnya ratarata 4 cm (Winknjosatro,2017). Perineum
merupakan daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus.
Perineum meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan
(Sumara,dkk,2016). Ruptur perineum adalah robeknya perineum
pada saat jalan lahir. Berbeda dengan episiotomy, robekan ini
bersifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan
regangan pada saat janin lewat(Siswosudarmo, Ova Emilia, 2016).
Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala
janin atau bahu pada saat persalinan.

STANDAR III . INTERVENSI


Tujuan : Kala 1 fase aktif berlangsung normal
Kriteria : Kala 1 fase aktif berlangsung selama 6 jam
Kontraksi uterus adekuat
Keadaan janin : DJJ : 120-160 x / menit
TTV ibu normal : Sytole 100-120, dyastole 70-90 mmHg

22
: Suhu 36,5 ºC – 37,5 ºC
: Pernapasan 18-24 x / menit
: Nadi 70 – 100 x / menit

INTERVENSI
Tanggal 12 Maret 2021, jam 05.30 wita
1. Lakukan Rapid tes
Rasonal : Untuk mendeteksi apakah ibu terinfeski COVID-19 dalam tubuhnya
2. Observasi HIS tiap 30 menit.
Rasional : Untuk mengetahui kemajuan persalinan
3. Observasi DJJ tiap 30 menit
Rasional : Untuk memantau keadaan janin
4. Lakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam atau bila ada indikasi
Rasional : Untuk mengetahui adanya pembukaan atau belum
5. Fasilitasi ibu untuk mengosongkan kandung kemih bila penuh
Rasional : Kandung kemih yang penuh dapat menghambat penurunan bagian
terendah janin
6. Ajarkan ibu memilih posisi yang nyaman, seperti tidur miring kiri
Rasional : Tidur miring kiri mencegah penekanan vena cava inferior supaya
aliran darah ke uterus berjalan dengan baik sehingga menghindari asfiksia pada
janin
7. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi bila ada kontraksi
Rasional : Relaksasi dapat menimbulkan aliran nafas yang santai, nyaman dan
sirkulasi oksigen keseluruhan tubuh berjalan dengan baik
8. Beri makan dan minum diluar his
Rasional : Memenuhi kebutuhan energy dan cairan tubuh serta mencegah
dehidrasi
9. Beri support dan motivasi pada ibu

23
Rasional : Agar ibu semangat dan optimis dalam menghadapi persalinannya
10. Jelaskan manfaat dan penyebab nyeri persalinan
Rasional : Dengan mengetahui penyebab dan manfaat nyeri persalinan akan
mengurangi kecemasan ibu dan keluarga, ibu akan beradaptasi dengan
nyeri tersebut
11. Lakukan pemeriksaan dalam kedua
Raional : Untuk mengetahui pembukaan sudah lengkap atau belum
12. Periksa kelengkapan alat, petugas/penolong, klien
Rasional : Dengan melakukan persiapan sebelumnya, maka akan memperlancar
persalinan dengan mencegah infeksi
13. Siapkan oksigen dan alat resusitasi
Rasional : Sebagai bahan persiapan dilakukan tindakan bila mengalami asfiksia
14. Dokumentasi hasil asuhan pemantauan dan partograf
Rasional : Adanya pendokumentasian pada patograf merupakan dasar petugas
untuk melakukan tindakan selanjutnya

STANDAR IV . IMPLEMENTASI
Tanggal 12 MARET 2021, jam 05.20 wita
1. 05.25, Melakukan Rapid tes
Hasil : Non Reaktif
2. 05. 30, Mengobservasi HIS tiap 30 menit,
Hasil :His 3 x dalam 10 menit <40 detik
06.00 His 3 x dalama 10 menit durasi 40 detik
06.30 His 4 x dalam 10 menit >40 detik
07.30 His 5 x dalam 10 menit >40 detik
08.00 His 5 x dalam 10 menit >40 detik
3. 09.00, Mengobservasi DJJ setiap 30 menit.
Hasil : DJJ 134 x/menit
09.30 DJJ 134 x/menit

24
10.00 DJJ 140 x/menit
10.30 DJJ 143 x/menit
11.00 DJJ 143 x/menit
4. 11.45 Melakukan pemeriksaan dalam kedua tiap 4 jam atau bila ada indikasi
Hasil :VT 2 12 MARET 2021
Keadaan vulva dan vagina : Tidak ada lesi
Porsio : Melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Positif
Bagian terendah janin : Kepala
Presentasi : Ubun-ubun kecil kiri depan
Penurunan : 0/5 (H. IV)
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Pelepasan : Lendir dan darah (Bloody show)
5. 05.50, Memfasilitasi ibu untuk mengosongkan kandung kemih bila penuh
Hasil :Kandung kemih sudah kosong dengan volume urine (±600 ml)
6. 06.17, Mengajarkan ibu memilih posisi yang nyaman, seperti tidur miring kiri
Hasl : Ibu berbaring dengan posisi miring kiri
7. 07.18, Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi bila ada kontraksi
Hasil : Teknik relaksasi dengan caramenarik nafas melalui hidung dan keluarkan
melalui mulut.
8. 08.20, Memberi makan dan minum diluar his
Hasil : Makan nasi bungkus sebanyak 5 sendok dan minum teh kotak sebanyak 2
kotak (600 ml)
9. 09.30, Memberi support dan motivasi pada ibu
Hasil : Ibu senang dengan support dan motivasi yang diberikan dan ibu menjadi
optimis

25
10. 09.42, Menjelaskan manfaat dan penyebab nyeri persalinan
Hasil : Ibu mengerti dan bisa beradapatasi dengan nyeri yang dirasakan
11. 10. 20, Memeriksa kelengkapan alat, petugas/penolong, klien
Hasil : - Alat sudah disiapkan
- Persiapan pertugas/penolong (celemek, masker, sarung tangan, kacamata,
sepatu dan topi)
- Perisapan klien (memberitahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah
lenkap)
12. 11.00, Menyiapkan oksigen
Hasil : Tabung oksigen yang sudah terpasang dengan regulator, flowmeter, dan
humidifier
13. 11.30, Menyiapkan alat Resusitasi
Hasil : - Sungkup
- Stetoskop
14. 12.10, Mendokumentasikan hasil asuhan yang dilakukan kedalam partograf
Hasil : Pemantauan dengan partograf merupakan standarisasi dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan dan membantu menilai kemajuan persalinan dan pembukaan,
keadaan ibu dan janin serta memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan
rencana asuhan selanjutnya
STANDAR V . EVALUASI
Tanggal 12 Maret2021, Jam 12.10 wita
1. Kala I fase aktif berlangsung normal selama 4 jam
2. TD : 120 / 90 mmHg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
3. DJJ 142 x/menit
4. Kontraksi terakhir : 5 kali dalam 10 menit dengan kekuatan diatas 40 detik
5. Ibu mengerti dengan semua penjelasan dan motivasi yang diberikan

26
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A”
TANGGAL 12 MARET 2021

N Hari/Tangga Jam Penatalaksanaan Evaluasi


O l

1 Jumaat, 12- 12.10 Kala 1


03-2021
Data Subjektif (s)
 Ibu mengatakan sakit perut
bagian bawah tembus
kebelakang disertai
pelepasan lendir dan darah
sedikit

Data Objektif (O)


1. Ekspresi ibu meringis bila Ekspresi ibu masih tampak
ada his meringis
2. His adekuat 3 x dalam 10 menit >40
detik
3. Pemeriksaan dalam (VT) Keadaan vulva dan vagina
: Tidak ada lesi
pertama jam 05.40 wita
Porsio : Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : Positif
Bagaian terendah janin :
Kepala
Presentasi :Ubun-ubun
kecil kiri depan
Penurunan : 3/5 (H.III)

27
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul: Normal
Pelepasan :Lendir dan
darah sedikit (Bloody
show)
4. TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 ºC
5. DJJ
6. Palpasi
Jam .45 DJJ 142 x/menit
Leopold I : TFU 3 jrbpx
(34 cm)
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala

Analisa (A) Leopold IV : 3/5

Inpartu kala 1 fase Aktif

Penatalaksanaan (P)
1. Melakukan Rapid tes
2. Mengobservasi HIS
Non Reaktif

3. Mengobservasi DJJ His 3 kali dalam 10 menit

4. Melakukan pemeriksaan >40 detik

dalam pertama (VT II) pada 142 x/ menit

jam 11.45 wita Keadaan vulva dan vagina :

28
Tidak ada lesi
Portio : Melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Positif
Bagian terendah janin :
Kepala
Presentasi : Ubun-ubun
kecil kiri depan
Penurunan : 0/5 (H. IV)
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
5. Memfasilitasi ibu untuk
Pelepasan : Lendir dan
mengosongkan kandung
darah (Bloody Show)
kemih
6. Mengajarkan ibu memilih
Kandung kemih sudah
posisi yang nyaman, seperti
kosong dengan volume
tidur miring kiri
urine (±600 ml)
7. Mengajarkan ibu teknik
Ibu berbaring dengan posisi
relaksasi bila ada kontraksi
miring kiri

Teknik relaksasi dengan


8. Memberi makan dan minum
cara menarik nafas melalui
diluar his
hidung dan keluarkan
melalui mulut
Makan nasi bungkus
9. Memberi support dan
sebanyak 5 sendok dan
motivasi pada ibu
minum teh kotak sebanyak

29
2 kota (600 ml)
Ibu senang dengan support
10. Menjelaskan manfaat dan
dan motivasi yang
penyebab nyeri persalinan
diberikan dan ibu menjadi
optimis

11. Memeriksa kelengkapan Ibu mengerti dan bisa

alat, petugas/penolong dan beradaptasi dengan nyeri

klien yang dirasakan

Alat sudah disiapkan


- Persiapan
pertugas/penolong
(celemek, masker, sarung
tangan, kacamata, sepatu
dan topi)
- Perisapan klien
12. Menyiapkan oksigen (memberitahukan pada ibu
bahwa pembukaan sudah
lenkap)

Tabung oksigen yang


13. Menyiapakan alat Resusitasi
sudah terpasang dengan
14. Mendokumentasikan hasil
regulator, flowmeter, dan
asuhan kedalam partograf
humidifier
Sungkup dan stetoskop
Pemantauan dengan
partograf merupakan
standarisasi dalam
pelaksanaan asuhan

30
kebidanan dan membantu
menilai kemajuan
persalinan dan pembukaan,
keadaan ibu dan janin serta
memudahkan dalam
Kala II pengambilan keputusan
Data Subjektif (S) klinis dan rencana asuhan
1. Ibu mengatakan mempunyai selanjutnya
keinginan untuk meneran

Data Objektif (O)


1. Tampak vulva membuka
2. Perineum menonjol
3. Tekanan pada anus
4. HIS semakin kuat

5. DJJ terdengar jelas


6. Pemeriksaan dalam (VT II) 5 x dalam 10 menit >40
pembukaan lengkap detik
142 x/menit
Keadaan vulva dan vagina :
Tidak ada lesi
Portio : Melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Positif
Bagian terendah janin :
Kepala
Presentasi : Ubun-ubun

31
kecil kiri depan
Penurunan : 0/5 (H.IV)
Moulase : Tidak ada
Penumbungan : Tidak ada
Kesan panggul : Normal
Analisa (A)
Pelepasan : Lendir dan
Inpartu kala II, keadaan ibu
darah (Bloody Show)
dan janin baik

Penatalaksanaan (P)
Tanggal 12-Maret-2021
1. Melihat tanda dan gejala
kala II untuk meneran.
Tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva
Sudah ada tekanan pada
dan vagina membuka
anus, perineum menonjol,
2. Menyiapkan peralatan dan
vulva dan vagina membuka
diri
1) Bak partus dalam
keadaan terbuka berisi 2
Alat sudah siap
pasang handscoon, 2
buah kocher, kassa steril,
spuit berisi oksitosin 10
unit, gunting tali pusat, 1
buah ½ kocher, 1 buah
duk steril dan kateter
logam
2) Kom kecil berisi
oksitosin 5 ampul,

32
lidokain 1% 1 ampul
3) Kom kecil berisi kapas
DTT
4) Bak hecting berisi
nelpuder, gunting
benang, kassa steril, Kom kecil sudah berisi
catgut, spuit 3 cc, pinset kapas DTT
anatomi 1 bauh, pinset Bak hekting sudah siap
cyrurgi 1 buah dan
tampon
5) Penghisap lender

6) Ember berisi larutan


clorin 0,5 %
7) Nierbekken Penghisap lendir sudah
8) Tensimeter, stetoskop disiapkan
dan termometer Ember sudah diisi larutan
9) APD klorin 0,5 %
Nirbeken sudah siap
Tensimeter, stetoskop dan
10) 3 buah tempat sampah termometer sudah siap
Celemek, masker,
kacamata, topi, handscoon
dan sepatu booth
1 buah berwarna merah
untuk tempat sampah
kering, 1 buah berwarna
11) Partograf
kuning untuk tempat

33
3. Memakai APD sampah infeksi, 1 buah
4. Melepaskan dan berwarna hitam untuk
menyimpan perhiasan yang pakaian kotor
dipakai
Sudah siap
5. Mencuci tangan dengan
APD sudah dipakai
sabun di bawah air mengalir
Cincin, gelang dan jam
dan keringkan dengan
tangan sudah dilepas
handuk bersih
6. Memakai sarung tangan
Tangan sudah dicuci
DTT pada tangan kanan
untuk melakukan
pemeriksaan dalam (VT)
7. Memasukkan oksitosin
Sarung tangan DTT telah
kedalam spuit dan pastikan
diapakai
tidak terkontaminasi pada
spuit
8. Membersihkan vulva dan
Oksitosin telah dimasukkan
perineum
kedalam spuit
9. Melakukan pemeriksaan
dalam (VT)

Vulva dan perineum telah


bersih
Keadaan vulva dan vagina :
Tidak ada lesi
Portio : Melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Positif
Bagian terendah janin :

34
Kepala
Presentasi : Ubun-ubun
kecil kiri depan
Penurunan : 0/5 (H. IV)
Moulase ; Tidak ada
10. Mendekontaminasi sarung
Penumbungan : Tidak ada
tangan dan rendam dalam
Kesan panggul : Normal
larutan klorin 0,5 % selama
Pelepasan : Lendir dan
10 menit
darah (Bloody Show)

Sarung tangan telah di


11. Periksa DJJ saat uterus dekontaminasi dan
tidak berkontraksi direndam dalam larutan
12. Memberitahu pada ibu klorin 0,5% selama 10
dan keluarga bahwa menit
pembukaan sudah lengkap
142 x/menit
13. Meminta keluarga untuk
membantu menyiapkan
11.45, Pembukaan 10 cm
posisi meneran.
14. Membimbing pasien
untuk meneran saat
Ibu memilih posisi
merasa ada dorongan kuat
berbaring dengan kedua
untuk meneran
kaki ditekuk
15. Menganjurkan ibu untuk
Ibu meneran sesuai dengan
mengambil posisi yang
arahan yang diberikan
nyaman
16. Letakkan handuk bersih di
perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva

35
dengan diameter 5-6 cm Ibu mengambil posisi
17. Meletakkan underpad dengan miring kiri
dibawah bokong pasien
1/3 bagian Handuk bersih telah
18. Membuka bak partus diletakkan di perut ibu
secara terbalik
19. Memasang sarung tangan
DTT/steril pada kedua Underpad telah dipasang
tangan diawah bokong pasien 1/3
20. Memimpin persalinan bagian
menyokong perineum dan Bak pertus telah dibuk
menahan puncak kepala
agar tidak defleksi Sarung tangan DTT/steril
21. Memeriksa adanya lilitan telah dipasang
tali pusat
22. Menunggu kepala bayi Perineum telah disokong
melakukan putaran paksi dan menahan puncak
luar kepala agar tidak efleksi
23. Setalah kepala melakukan
putaran paksi luar, pegang Terapat lilitan tali pusat
secara biparietal dan
anjurkan pasien untuk Kepala bayi telah
meneran saat ada melakukan putaran paksi
kontraksi. Dengan lembut luar
gerakkan kepala kearah Kedua tangan telah
bawah dan distal hingga memegang kepala secara
bahu depan muncul biparietal
dibawah arkus pubis dan

36
kemudian gerakkan arah
atas atau distal untuk
melahirkan bahu belakang
24. Melahirkan badan tungkai
: menggeser tangan
dominan ke bawah untuk
menyangga kepala, leher,
dan siku sebelah bawah
setelah kedua bahu lahir.
25. Setelah tubuh dan lengan Badan dan tungkai telah
lahir, sanggah kepala bayi dilahirkan
dengan tangan dominan
sementara tangan yang
lain berada di perineum
untuk bersiap menangkap
tungkai bawah bayi Tangan dominan
(masukkan telunjuk menyangga kepala bayi
diantara kaki dan pegang yang berada diprineum dan
masing-masing mata kaki telah menangkap tungkai
dengan ibu jari dan jari- bawah bayi
jari lainnya)
26. Melakukan penilaian
selintas

27. Mengeringkan bayi dan


mengganti selimut
- Bayi menangis spontan

37
- Bayi bergerak aktif
- Bayi bernafas spontan
Bayi dikeringkan mulai
dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya
28. Memeriksa kembali uterus (kecuali kedua tangan)
untuk memastikan hanya tanpa membersihkan
satu bayi yang lahir verniks. Handuk yang
29. Memberitahu ibu bahwa basah telah diganti dengan
ibu akan disuntik handuk yang kering.
oksitosin agar uterus Hamil tunggal dan bukan
berkontraksi dengan baik hamil ganda (gemelli)
30. Menyuntikkan oksitosin
10 UI pada paha kiri Ibu mau disuntik
bagian luar
31. Setelah 2 menit sejak bayi
lahir, pegang tali pusat
dengan satu tangan pada Oksitosin telah disuntikkan
sekitar 5 cm dari pusar dipaha kiri bagian luar ibu
dan geser hingga 3 cm
proksimal dari pusar bayi. Tali pusat telah di klem
Klem tali pusat pada titik
tersebut kemudian tahan
klem ini pada posisinya,
gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat
pada sekitar 2 cm distal

38
dari klem pertama
32. Memotong tali pusat
33. Meletakkan bayi
tengkurap di dada ibu
untuk kontak kulit ibu
dengan bayi menyelimuti
lalu IMD selama 1 jam Tali pusat telah dipotong
34. Memantau tanda gejala Bayi telah diletakkan
kala III tengkurap di dada ibu
 Adanya semburan darah untuk kontak kulit ibu
tiba-tiba dengan bayi, menyelimuti
 Tali pusat bertambah lalu IMD selama 1 jam
panjang
 Perubahan tinggi pusat

Kala III
Data Subjektif (S)
1. Ibu merasakanmasih nyeri
perut bagian bawah
2. Ibu merasa senang dengan
kelahiran bayinya
3. Ibu merasa lelah setelah
persalinan Ibu beristirahat

Data Objektif (O)


1. Kontraksi uerus

2. Tampak semburan darah

39
dari jalan lahir
3. Tali pusat bertambah
panjang Kontraksi uterus baik
(teraba bundar dank eras)
Analisa (A)
Inpartu kala III keadaan ibu
dan bayi baik

Penatalaksanaan (P)
35. Memindahkan klem
berjarak 5-10 cm dari vulva
36. Meletakkan satu tangan di
atas simpisis ibu untuk
mendeteksi kontaksi uterus
37. Meregangkan tali pusat Klem telah dipindahkan
saat uterus berkontaksi berjarak 5-10 cm dari vulva
Kontraksi uterus baik

Regangkan tali pusat


38. Melakukan dorso kranial
kearah bawah sambil
secara hati-hati sampai
tangan yang lain
plasenta lahir
mendorong uterus kearah
39. Menganjurkan ibu untuk
belakang-atas
meneran dan melahirkan
plasenta, jika tanda
Dorso kranial telah
plasenta lepas terlihat dilakukan secara hati-hati
dengan cara menjemput
plasenta dan memegang

40
plasenta secara biparetal
dan putar searah jarum jam
40. Setalah plasenta lahir dan
selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan
difundus dan lakukan
Masase telah dilakukan dan
masase dengan gerakan
uterus ibu berkontraksi
melingkar dengan lembut
dengan aik
hingga uterus berkontraksi
41. Memeriksa kedua sisi
plasenta (maternal-fetal)
pastikan telah dilahirkan
lengkap. Masukkan
plasenta kedalam kantung
Plasenta lahir lengkap
plastic atau tempat khusus
42. Mengevaluasi
kemungkinan terjadi
laserasi pada vagina dan
perineum, jika terjadi
laserasi lakukan penjahitan
Tidak ada laserasi
43. TTV

Kala IV
TD : 120/90 mmHg
Data Subjektif (S)
N : 80 x/menit
Ibu merasa lelah setelah
P :22 x/menit

41
persalinan S :36,5 ºC

Data Objektif (O)


1. Plasenta dan selaput
ketuban lahir lengkap jam
12.10 wita
2. Kontaksi uterus baik
(teraba keras dan bundar)
3. TFU setinggi pusat
4. Tidak ada robekan di jalan
lahir
5. TTV

Analisa (A) TD : 120/90 mmHg


Inpartu kala IV N : 80 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 ºC
Penatalaksanaan (P)

Tanggal 12 Maret 2021

 Memastikan uterus
berkontaksi dengan baik
dan tidak terjadi
perdarahan pervaginaan
 Mengajarkan ibu dan
Uterus berkontraksi dengan
keluarga cara masase
baik (Teraba bundar dan
uterus dan menilai

42
kontraksi keras)
Masase uterus telah
diajarkan dan ibu telah
melakukannya dengan cara
telapak tangan berada di
 Mengevaluasi kehilangan fundus dan lakukan masase
darah dengan gerakan melingkar
 Memeriksa TTV ibu dan dengan lembut hingga
pastikan keadaan ibu baik uterus berkontraksi
Kehilangan darah sebanyak
±150 cc
 Memantau bayi bahwa TD : 120/90 mmHg
bayi bernafas dengan baik N : 80 x/menit
 Merendam semua P : 22 x/menit
peralatan dalam larutan S : 36,5 ºC
klorin 0,5 % selama 10 Bayi lahir tanpa asfiksia
menit
 Membuang semua bahan- Alat sudah direndam
bahan yang tidak kealam larutan klorin 0,5%
terkontaminasi ke tempat selamat 10 menit
sampah yang sesuai
 Membersihkan ibu dari air Bahan-bahan yang tidak
ketuban, lendir dan darah terkontaminasi telah
 Memastikan ibu merasa dibuang ketempat yang
nyaman, ibu diberikan sesuai
makanan dan minum Ibu telah dibersihkan

 Mendekontaminasi tempat Ibu tidak pusing dan makan

43
bersalin dengan klorin 0,5 nasi bungkus 10 sendok
% dan minum air putih
 Mencelup tangan yang lemineral 1 botol (600 ml)
memakai sarung tangan, Tempat sudah di
lepas secara terbalik dan dekontaminasi dengan
rendam ke dalam larutan klorin 0,5%
klorin 0,5 % Sarung tangan telah dicelup
 Mencuci tangan dengan dilepas secara terbalik dan
sabun dibawah air direndam kedalam larutan
mengalir klorin 0,5%
 Memakai sarung tangan
DTT pada kedua tangan Tangan sudah dicuci
untuk melakukan dengan sabun dibawah air
pemeriksaan fisik pada mengalir
bayi Sarung DTT telah dipasang

 Melakukan penimbangan pada kedua tangan


BB,
 Pemberian salep mata
profilaksis infeksi dan vit.
K
BBL : 2500 gram
 Memberikan suntikan
imunisasi hepatitis
B Salep mata dan Vit. K telah
setelah 1 jam pemberian diberikan pada bayi
vit. K
 Melepaskan sarung tangan Imunisai HBO telah
secara terbalik dan disuntikan pada paha kanan
bayi setelah 1 jam
rendam dalam larutan
pemberian Vit. K
klorin 0,5 %

44
 Mencuci tangan dengan Sarung tangan telah dilepas
sabun dibawah air secara terbalik dan
direndam kedalam larutan
mengalir dan keringkan klorin 0,5%
dengan handuk bersih
 Lengkapi partograf Tangan sudah dicuci
dengan sabun dibawah air
mengalir

Partograf telah diisi


lengkap

45

Anda mungkin juga menyukai